REFLEKSI KASUS
-
Upload
richardo-marchel -
Category
Documents
-
view
25 -
download
2
description
Transcript of REFLEKSI KASUS
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD UNDATA PALU
I. IDENTITAS PASIEN
1) Nama Pasien : Tn. N
2) Umur : 51 tahun
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Alamat : Desa Tomini
5) Agama : Islam
6) Status : Menikah
7) Tanggal Pemeriksaan : 15 September 2015
II. ANAMNESIS
1) Keluhan Utama :
Gatal pada lutut sebelah kanan
2) Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Undata
dengan keluhan gatal di bagian tungkai sebelah kanan yang
dirasakan kurang lebih 6 bulan belakangan ini. Awalnya timbul
bercak kemerahan dan terasa gatal membuat pasien ingin
menggaruknya sehingga lama-kelamaan bercak menjadi menebal,
bersisik, meninggi serta berlapis-lapis yang berwarna putih. Gatal
bersifat hilang timbul dan bertambah gatal saat berkeringat.
Keluhan tidak disertai dengan demam.
Pasien juga mengeluhkan gatal pada area kepala yang disetai
dengan timbulnya ketombe. Keluhan ini muncul kurang lebih sejak
1 bulan belakangan ini. Ketombe nampak banyak pada kulit
kepala.
Pasien bekerja sebagai seorang pengawas di sebuah sekolah di
daerah pegunungan, pasien mengaku pekerjaannya ini memakan
banyak energi dan menyita banyak waktunya. Sehingga jarang
memiliki waktu untuk beristirahat. Riwayat merokok dan minum
minuman keras disangkal.
3) Riwayat penyakit dahulu:
Pasien sudah pernah mengalami keluhan yang sama
sebelumnya kurang lebih 5 tahun yang lalu, lokasi munculnya pada
daerah punggung, dan sembuh ketika berobat ke poli, akan tetapi
saat ini keluhan timbul kembali pada daerah tungkai bawah sebelah
kanan.
4) Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami penyakit serupa
dengan pasien.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
1. Keadaan umum : Sakit ringan
2. Status Gizi : Baik
3. Kesadaran : Komposmentis
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 110/ 80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,8 °C (Afebris)
Status Dermatologis
Ujud Kelainan Kulit :
1. Kepala : Terdapat skuama dan eritem pada kulit kepala
2. Leher : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
3. Dada : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
4. Perut : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
5. Punggung : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
6. Genitalia : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
7. Inguinal : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
8. Ekstremitas Atas : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
9. Ekstremitas bawah: Terdapat Skuama Putih, Tebal, Berlapis dan
disertai dengan eritem, Fenomena Tetesan Lilin
IV. GAMBAR
1. Gambar 1. Terdapat Skuama Putih Tebal Berlapis/ Fenomena Tetesan
Lilin
Gambar 2. Terdapat skuama dan eritem pada kulit kepala
V. RESUME
Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Undata dengan
keluhan gatal di bagian tungkai sebelah kanan yang dirasakan kurang lebih
6 bulan belakangan ini. Awalnya timbul bercak kemerahan dan terasa gatal
membuat pasien ingin menggaruknya sehingga lama-kelamaan bercak
menjadi menebal, bersisik, meninggi serta berlapis-lapis yang berwarna
putih. Gatal bersifat hilang timbul dan bertambah gatal saat berkeringat.
Pasien juga mengeluhkan gatal pada area kepala yang disetai dengan
timbulnya ketombe. Keluhan ini muncul kurang lebih sejak 1 bulan
belakangan ini. Ketombe nampak banyak pada kulit kepala.
Pasien bekerja sebagai seorang pengawas di sebuah sekolah di daerah
pegunungan, pasien mengaku pekerjaannya ini memakan banyak energi dan
menyita banyak waktunya. Sehingga jarang memiliki waktu untuk
beristirahat.
Pasien sudah pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya
kurang lebih 5 tahun yang lalu, lokasi munculnya pada daerah punggung,
dan sembuh ketika berobat ke poli, akan tetapi keluhan timbul kembali pada
daerah tungkai bawah sebelah kanan.
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami penyakit serupa dengan
pasien.
Pasien datang dengan keadaan umum sakit ringan, status gizi baik,
dan kesadaran komposmentis. Tanda-tanda vital seperti tekanan darah
110/80 mmHg dan yang lainnya dalam batas normal. Pada pemeriksaan
fisik, didapatkan ujud kelainan kulit berupa skuama dan eritem pada kulit
kepala dan Terdapat Skuama Putih, Tebal, Berlapis dan disertai dengan
eritem, Fenomena Tetesan Lilin.
VI. DIAGNOSIS BANDING
1. Dermatitis seboroik
2. Pitriasis rosea
3. Liken planus
4. Sifilis Psoriasiformis
VII. DIAGNOSIS KERJA
Psoriasis Vulgaris
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemerisaan penunjang
VIII. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa:
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan
penatalaksanaannya.
Membersihkan serta memotong kuku.
Mencegah garukan dan gosokan
Cukup istirahat
menghindari faktor pencetus.
minum obat dan kontrol ke dokter secara teratur
Medikamentosa:
Topikal : Betamethason dipropionat 0,05% salep yang di oles
tipis-tipis pada lesi
Sistemik : Metilprednisolon 3x4 mg per hari 7 hari
Cetirizine 1 x 10 mg tablet per hari selama 7 hari jika gatal
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia
Quo ad kosmetikam : dubia
Quo ad fungsionam : ad bonam
PEMBAHASAN
Tn. N 51 tahun datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Undata
dengan keluhan gatal-gatal di bagian tungkai bawah sebalah kanan yang
dirasakan kurang lebih 6 bulan yang lalu. Awalnya timbul bercak merah
kecil di daerah tungkai yang sangat gatal sehingga pasien sering
menggaruknya. Bercak tersebut semakin hari semakin melebar. Gatal hilang
timbul dan bertambah gatal saat berkeringat. Pasien juga mengeluh gatal
pada bagian kulit kepala yang disertai dengan timbulnya timbulnya
ketombe.
Pasien datang dengan keadaan umum sakit ringan, status gizi baik,
dan kesadaran komposmentis. Tanda-tanda vital seperti tekanan darah
120/80 mmHg dan yang lainnya dalam batas normal. Pada pemeriksaan
fisik, didapatkan ujud kelainan kulit berupa
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis
sebagai psoriasis vulgaris.
Psoriasis adalah penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas
berupa bercak-bercak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama yang
tebal berlapis-lapis berwarna putih mengkilap serta transparan, disertai
fenomen tetesan lilin, Auspitz dan Kobner.1,2
Penyakit ini tidak menyebabkan kematian, tidak menular, tetapi
karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat
menyebabkan gangguan kosmetik, menurunkan kualitas hidup, gangguan
psikologis (mental), sosial, dan finansial.2-6
Psoriasis ditemukan di seluruh dunia, tetapi catatan prevalensi di
daerah yang berbeda bervariasi kurang dari 1% hingga mencapai 3% dari
populasi.2,5 Insiden pada orang kulit putih lebih banyak dibandingkan
dengan orang yang kulit berwarna.1,2 Di Amerika Serikat, psoriasis dijumpai
sebanyak 2% dari populasi, dengan rata-rata 150.000 kasus baru pertahun.
Psoriasis jarang ditemukan di Afrika Barat dan Amerika Utara.2,6,7,8
Insiden psoriasis pada pria agak lebih banyak dari pada wanita,
psoriasis dapat terjadi pada semua usia, tetapi umumnya pada orang dewasa
muda.1,2,8 Onset penyakit ini umumnya kurang pada usia yang sangat muda
dan orang tua.2,5 Dua kelompok usia yang terbanyak adalah pada usia antara
20 – 30 tahun dan yang lebih sedikit pada usia antara 50 – 60 tahun.8
Psoriasis lebih banyak dijumpai pada daerah dingin dan lebih banyak terjadi
pada musim hujan.5,6
Di Indonesia sendiri prevalensi penderita psoriasis mencapai 1-3
persen (bahkan bisa lebih) dari populasi penduduk Indonesia. Jika penduduk
Indonesia saat ini berkisar 200 juta, berarti ada sekitar 2-6 juta penduduk
yang menderita psopriasis yang hanya sebagian kecil saja sudah terdiagnosis
dan tertangani secara medis.4,9
Bentuk Klinis Psoriasis
Pada psoriasis terdapat berbagai bentuk klinis, yaitu:
1) Psoriasis Vulgaris
Hampir 80 % penderita psoriasis adalah tipe Psoriasis Plak yang secara
ilmiah disebut juga Psoriasis Vulgaris.2,3
2) Psoriasis Gutata
Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak
dan diseminata, umumnya setelah infeksi Streptococcus di saluran
napas bagian atas atau sehabis influenza atau morbili, stres, luka pada
kulit, penggunaan obat tertentu (antimalaria dan beta bloker).2,3,6
3) Psoriasis Inversa (Psoriasis Fleksural)
Psoriasis tersebut mempunyai tempat predileksi pada darerah fleksor.2,3
4) Psoriasis Eksudativa
Bentuk tersebut sangat jarang, kelainannya eksudativa seperti dermatitis
akut.2,3
5) Psoriasis Seboroik (seboriasis)
Gambaran klinis merupakan gabungan antara psoriasis dan dermatitis
seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi agak berminyak dan
agak lunak. Lesi juga terdapat pada tempat seboroik.2,3
6) Psoriasis Pustulosa
Ada dua pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama dianggap
sebagai penyakit tersendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis.
Terdapat dua bentuk psoriasis pustulosa, bentuk lokalisata dan
generalisata. Bentuk lokalisata contohnya psoriasis pustulosa palm-
plantar (Barber) yang menyerang telapak tangan dan kaki serta ujung
jari. Sedangkan bentuk generalisata, contohnya psoriasis pustulosa
generalisata akut (von Zumbusch) jika pustula timbul pada lesi psoriasis
dan juga kulit di luar lesi, dan disertai gejala sistemik berupa panas /
rasa terbakar. Dapat terjadi komplikasi pneumonia, hepatitis, dan
kegagalan jantung, sehingga berakibat fatal. 1,2,3,5,8
7) Artritis Psoriatik
Poliartritis dan menyerang sendi-sendi kecil, terutama interfalang
distal.1,3
8) Psoriasis Eritroderma
Psoriasis Eritroderma dapat disebabkan oleh pengobatan topikal terlalu
kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas, dapat juga ditimbulkan
oleh infeksi, hipokalsemia, obat antimalaria, tar dan penghentian
kortikosterid, baik topikal maupun sistemik.2,6,8 Lesi yang khas untuk
psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat eritema dan skuama tebal
universal. 1,2,3,8
Diagnosis Banding
1. Dermatitis Seboroik
Gambaran klinis yang khas pada dermatitis seboroik ialah skuama
yang berminyak dan kekuningan dan berlokasi di tempat-tempat yang
seboroik. Psoriasis berbeda dengan dermatitis seboroik karena terdapat
skuama yang berlapis-lapis berwarna putih seperti mika disertai tanda
tetesan lilin dan Auspitz. Tempat predileksinya juga berbeda. Dermatitis
seboroik biasanya pada alis, sudut nasolabial, telinga, daerah sternum dan
fleksor. Sedangkan psoriasis banyak terdapat pada daerah-daerah
ekstensor, yaitu siku, lutut dan scalp. 1,3,7
2. Pitiriasis rosea
Pitiriasis berarti skuama halus. Hal ini berbeda dengan proriasis
dimana skuamanya tebal. Tanda khas pada Pitiriasis rosea yaitu adanya
lesi awal berupa herald patch, umumnya di badan, solitar, berbentuk oval
dan anular, diameternya kira-kira 3 cm. Lesi berikutnya timbul 4-10 hari
setelah lesi pertama, memberi gambaran yang khas, sama dengan lesi
pertama hanya lebih kecil, susunannya sejajar dengan kosta, hingga
menyerupai pohon cemara terbalik. Tempat predileksi pada badan, lengan
atas bagian proksimal dan paha atas.1,3,7
3. Liken planus
Gejala klinis sangat gatal, umumnya setelah satu atau beberapa
minggu setelah kelainan pertama timbul diikuti oleh penyebaran lesi.
Tempat predileksi yang paling sering yaitu pada pergelangan tangan
bagian fleksor atau lengan bawah. Kelainan yang khas terdiri atas papul
yang poligonal, berskuama, datar dan berkilat. Kadang-kadang ada
cekungan di sentral. Garis-garis anyaman berwarna putih. Terdapat
fenomena Kobner.1,3
4. Sifilis Psoriasiformis
Sifilis pada stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut
sifilis psoriasiformis. Perbedaannya adalah skuama berwarna coklat
tembaga dan sering disertai demam pada malam hari (dolores nocturnal),
STS positif (tes serologik untuk sifilis), terdapat senggama tersangka
(coitus suspectus), dan pembesaran kelenjar getah bening menyeluruh
serta alopesia areata.1,2,
Diagnosis ditegakkan berdasarkan : 3
Dari autoanamnesis pasien Psoriasis Vulgaris mengeluh adanya
bercak kemerahan yang menonjol pada kulit dengan pinggiran merah,
tertutup dengan sisik keperakan, dengan ukuran yang bervariasi, makin
melebar, bisa pecah dan menimbulkan nyeri, bisa juga timbul gatal-gatal.3
Pada stadium penyembuhannya sering eritema yang di tengah menghilang
dan hanya terdapat di pingir.2,6 Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna
putih seperti mika (mica-like scale), serta transparan. Plak eritematous yang
tebal menandakan adanya hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis, pelebaran
pembuluh darah dan inflamasi.2,6,8 Besar kelainan bervariasi dari milier,
lentikular, numular, sampai plakat, dan berkonfluensi, dengan gambaran
yang beraneka ragam, dapat arsinar, sirsinar, polisiklis atau geografis.1,2,8
Tempat predileksi pada ekstremitas bagian ekstensor terutama (siku, lutut,
lumbosakral), daerah intertigo (lipat paha, perineum, aksila), skalp,
perbatasan skalp dengan muka, telapak kaki dan tangan, tungkai atas dan
bawah, umbilikus, serta kuku.1,2,5,6,8
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner
(isomorfik).2,6,8 Fenomena Tetesan Lilin dimana bila lesi yang berbentuk
skuama dikerok maka skuama akan berubah warna menjadi putih yang
disebabkan oleh karena perubahan indeks bias. Auspitz Sign ialah bila
skuama yang berlapis-lapis dikerok akan timbul bintik-bintik pendarahan
yang disebabkan papilomatosis yaitu papilla dermis yang memanjang tetapi
bila kerokan tersebut diteruskan maka akan tampak pendarahan yang
merata. Fenomena Kobner ialah bila kulit penderita psoriasis terkena
trauma misalnya garukan maka akan muncul kelainan yang sama dengan
kelainan psoriasis umumnya akan muncul setelah 3 minggu.1,2,3
Fenomena tetesan lilin dan Auspitz merupakan gambaran khas pada
lesi psoriasis dan merupakan nilai diagnostik, kecuali pada psoriasis inverse
(psoriasis pustular) dan digunakan untuk membandingkan psoriasis dengan
penyakit kulit yang mempunyai morfologi yang sama, sedangkan Kobner
tidak khas, karena didapati pula pada penyakit lain, misalnya liken planus,
liken nitidus, veruka plana juvenilis, pitiriasis rubra pilaris, dan penyakit
Darier.2,5,8 Fenomena Kobner didapatkan insiden yang bervariasi antara 38-
76 % pada pasien psoriasis.2,3 Dua puluh lima sampai lima puluh persen
penderita psoriasis yang lama juga dapat menyebabkan kelainan pada kuku,
berupa pitting nail atau nail pit pada lempeng kuku berupa lekukan-lekukan
miliar.2,6,8 Perubahan pada kuku terdiri dari onikolosis (terlepasnya seluruh
atau sebagian kuku dari matriksnya), hiperkeratosis subungual (bagian
distalnya terangkat karena terdapat lapisan tanduk di bawahnya), oil spots
subungual, dan koilonikia (spooning of nail plate).2,5,6,8
Gambar 1 Pitting Nail dan Psoriasis Arthritis
Antara 10-30 % pasien psoriasis berhubungan dengan atritis disebut Psoriasis Artritis yang menyebabkan radang pada sendi.5,7 Umumnya bersifat poliartikular, tempat predileksinya pada sendi interfalangs distal, terbanyak terdapat pada usia 30-50 tahun.2,5 Sendi membesar, kemudian terjadi ankilosis dan lesi kistik subkorteks.2,4,5
Terdapat banyak variasi pengobatan psoriasis, tergantung dari lokasi
lesi, luasnya lesi, dan beratnya penyakit, lamanya menderita penyakit dan
usia penderita.
1. Pengobatan sistemik
Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis, pada kortikosteroid ada
yang kerja singkat, sedang dan kerja lama. Pada psorisis bisa
diberika prednison dengan dosis ekuivalen 30 mg per hari, setelah
membaik dosis diturunkan perlahan – lahan, kemudian bisa
diberika dosis pemeliharan, bisa juga diberikan metilprednisolon
dengan dosis mulai dari 4 mg – 48 mg perhari, dosis tunggal/
terbagi.
Obat sitostatik
Obat yang digunakan adalah metotreksat, mekanismekerja obat ini
yang spesifik dalam menghambat terjadi inflamasi dan tidak
menimbulkan efek samping seperti obat-obat golongna NSAID.
Dosis mulai dari 3 x 2,5mg dengan interval 12 jam dalam seminggi
dengan dosis total 7,5 mg, jika tidak tampak perbaikan dosis
dinaikkan 2,5 mg – 5 mg per minggu.
Levodopa
Obat ini di pakai untuk parkinson , diantara nya penderita
parkinson sekaligus psoriasis, dengan dosis 2 x 250 mg – 3 x 500
mg, efek samping nya berupa mual, muntah, anoreksia, hipotensi
dan gangguan psikis.
DDS (Diaminodifenilsulfon)
Dipakai untuk pengobatan psoriasis pustulosa tipe barber dengan
dosis 2 x 100 mg sehari. Efek samping nya anemia hemolitik,
methemoglobinemia dan agranulositosis.
Etretinat dan asitretin
Etretinat merupakan retinoid aromatik, digunakan bagi psoriasis
yang sukar di sembuhkan dengan obat – obat lain menginggat efek
sampingnya. Pada psoriasis obat tersebut mengurangin proliferasi
sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal. Dosis pada
bulan pertama diberikan 1mg/kgBB, jika belum terjadi perbaikan
dosis dapat dinaikan menjadi 1 ½ mg/kbb.
Asitretin merupakan metabolik aktif etetinat yang utama.
Kelebihannya hanya waktu paruh eliminasinya hanya 2 hari,
dibandingkan dengan etretinat yang lebih dari 100 hari.
Siklosporin
Efeknya ialah imunosupresif, dosis nya 6 mg/kgbb sehari, bersifat
nefrototoksik dan hepatotoksik, hasil pengobtan untuk psoriasis
baik, hanya setelah obat dihentikan dapat terjadi ke kambuhan.
2. Pengobatan topikal
Kortikosteroid1,2,3.5,6,
ortikosteroid Topikal, sampai saat ini masih merupakan pilihan
pengobatan. Pemberiannya akan lebih efektif jika diaplikasikan
kemudian dibalut dengan perban oklusif kering. Yang menjadi pilihan
adalah kortikosteroid dengan potensi tinggi seperti Clobetassol
Propionat, Diflorasone Diasetat, atau bethamethason dipropionat
0,05%, Fluocinolone 0.01% atau 0.025%, hidrokortison valerat 0,2%,
triamcinolone, fluocionida.
Clobetasol
Topical steroid super poten kelas I, dengan menekan mitosis dan
menambah sintesi protein yang mengurangi inflamasi dan
menyebabkan vasokontriksi.2
Betametahasone dipropionate cream 0,05%
Merupakan anti inflamasi kulit yang berespon baik terhadap
steroid. Bekerja mengurangi peradangan dengan menekan migrasi
sel leukosit polimorfonuklear dan memperbaiki permeabilitas
kapiler.2
Triamcinolone 0,025%, 0,1%, 0,5% atau ointment
Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid.
Bekerja mengurangi peradangan dengan menekan migrasi
leukosit polimorfonuklear dan memperbaiki permeabilitas kapiler.
Pemberian kortikosteroid berupa Triamcinolone secara intralesi,
biasanya sangat efektif (3mg/ml). Namun harus sangat
diperhatikan karena pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan
atropi.2
Fluocinolone 0.01% atau 0.025%
Topical kosrtikosteroid potensi tinggi yang mengahmbat
proliferasi sel .mempunyai sifat imunosupresif dan anti
inflamasi.2
Preparat Ter1,2,3,8
Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya
adalah anti radang.Preparat ter berguna pada keadaan-keadaan:
1. Bila psoriasis telah resisten terhadap steroid topikal sejak awal
atau takhifilaksis oleh karena pemakaian pada lesi luas.
2. Lesi yang melibatkan area yang luas sehingga pemakaian steroid
topikal kurang bijaksana.
3. Bila obat-obat oral merupakan kontra indikasi oleh karena
terdapat penyakit sistemik.
Ter dari kayu dan batubara yang efektif untuk psoriasis, dimana ter
batubara lebih efektif dari pada ter kayu, sebaliknya kemungkinan
memberikan iritasi juga jauh lebih besar. Pada psoriasis yang
menahun lebih baik digunakan ter yang beasal dari batubara,
sebaliknya psoriasis akut dipilih ter dari kayu.Preparat tar seperti
liquor carbonis detergent 2-5% dalam salep dipakai untuk pengobatan
psoriasis yang kronis. Diduga mempunyai efek yang menghambat
proliferasi keratinosit. Efeknya akan meningkat bila dikombinasi
dengan asam salisilat 2-5%, akan efektif jika diaplikasikan pada
daerah-daerah yang optimal misalnya lengan, dan kaki.
Asam salisilat merupakan zat keratolitik yang tertua yang dikenal
dalam pengobatan topikal, efeknya ialah mengurangi proliferasi epitel
dan menormalisasi keratinisasi yang terganggu. Konsentrasi rendah
(1-2%) mempunyai efek keratoplastik yaitu menunjang pembentukan
keratin yang baru, konsentrasi tinggi 3 -20% bersifat keratolitik dan
dipake untuk keadaan dermatosis yang hiperkeratotik. Pada kasus ini
asam salisiat diberikan hanya 3%, efek desmolitik asam salisilat ini
terbukti meningkatkan penetrasi kortikosteroid topikal.
Antihistamin1,2,3,4,6,8
Pemberian antihistamin oral secara luas digunakan untuk mengurangi
keluhan pruritus dengan memblokir efek pelepasan anti histamine
secara endogen.namun peran dan keuntungannya dalam mengatasi
pruritus lokal sangat rendah.
Beberapa obat antihistamin lainnya yaitu:2
dipenhidramin,untuk mengurangi gejala pruritus yang disebabkan
oleh pelepasan histamine
Loratadine merupakan suatu antihistamin trisiklik yang bekerja
cukup lama (Long acting), mempunyai selektivitas tinggi pada
reseptor histamin - H1 perifer dan tidak menimbulkan efek sedasi
atau antikolinergik.
chlorpheniramine, bekerja sama dengan histamin atau permukaan
reseptor H1 pada sel efektor di pembuluh darah dan traktus
respiratori
Hidroxyzine, reseptor H1 antagonis di perifer. Dapat menekan
aktiviras histamine diregio subkortikal sistem saraf pusat .
Klonazepam, untuk anxietas yang disertai pruritus. Berikatan
dengan reseptor-reseptor di SSP, termasuk system limbic dan
pembentukan reticular. Efeknya bisa dimediasi melalui reseptor
GABA.
Cetirizin HCl adalah antihistamin antagonis H1 generasi kedua,
terbukti lebih nyaman dan menguntungkan karena tidak
menimbulkan efek mengantuk sehingga tidak mengganggu
aktifitas pasien.
Ditranol (antralin)
Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2 – 0,8 % dalam pasta,
salep atau krim. Lama pemakaian hanya ¼ - ½ jam sehari sekali
untuk mencegah iritasi, penyembuhan dalam 3 minggu.
Tazaroten
Merupakan derivat vitamin A, misalnya etretinat atau acitretin.
Mempunyai efek menghentikan diferensiasi dan proliferasi
keratinosit dan bersifat anti inflamasi, dengan menghambat fungsi
netrofil. Dipakai untuk pengobatan psoriasis pustulosa
generalisata ataupun lokalisata, dan eritroderma psoriatik.2,6
Tazaroten tersedia dalam bentuk gel dan krim dengan konsentrasi
0.05 % dan 0,1%. Bila dikombinasikan dengan steroid topical
potensi sedang dan kuat akan mempercepat penyembuhan dan
mengurangin iritasi.
Pengobatan dengan sinar
Sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga
dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik
adalah dengan penyinaran secara alamiah, tetapi sayang tidak
dapat diukur dan jika berlebihan maka akan memperparah
psoriasis. Karena itu, digunakan sinar ulraviolet artifisial,
diantaranya sinar A yang dikenal sebagai UVA.2 Sinar tersebut
dapat digunakan secara tersendiri atau berkombinasi dengan
psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA,
atau bersama-sama dengan preparat ter yang dikenal sebagai
pengobatan cara Goeckerman.2,5,6,9,10,11
Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka degan UVA akan
terjadi efek sinergik. Diberikan 0,6 mg/kgbb secara oral 2 jam
sebelum penyinaran ultraviolet. Dilakukan 2x seminggu,
kesembuhan terjadi 2-4 kali pengobatan. Selanjutnya dilakukan
pengobatan rumatan (maintenance) tiap 2 bulan.1,2
Prognosis
Psoriasis adalah penyakit seumur hidup. Sampai saat ini penyakit ini belum dapat
disembuhkan, tetapi bermacam-macam terapi dapat menolong mengontrol gejala.
Hampir semua orang dengan psoriasis dapat hidup dengan normal dan tidak
menyebabkan kematian. Psoriasis dapat memburuk sepanjang waktu tetapi tidak
dapat diprediksi kapan muncul, meluas, ataupun menghilang. Penyakit psoriasis
ini bersifat residif sepanjang hidup penderita. Mengontrol keluhan dan gejala
secara tipikal memerlukan terapi seumur hidup.1,2,8
Edukasi Pasien
1. menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan penatalaksanaannya
2. hindari stres dan kelelahan.
3. mencegah garukan dan gosokan
4. cukup istirahat
5. menghindari faktor pencetus.
6. minum obat dan kontrol ke dokter secara teratur
DAFTAR PUSTAKA
1. Duarsa WN, et al. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Penyakit kulit dan
Kelamin RSUP Denpasar. Denpasar: Lab/SMF Ilmu Penyakit Kulitdan
Kelamin.
2. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa: Psoriasis, in: Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin, Ed 5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta. 2006. p.
189-95.
3. Lui H. Plaque Psoriasis, Emedicine. Available at:
http://www.emedicine.com/article/topic365.htm. September 30, 2011
(Accessed: December 17, 2012).
4. Siregar RS. 1996. Atlas Berwarna: Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
5. Gudjonsson JE, Elder JT: Psoriasis, in: Katz GS, Paller BG, Wolff K. (eds),
Fitzpatrick Dermatology in general Medicine, 7th ed. The McGraw Hill
Companies. 2008. Chapter 18. p. 169-93.
6. Wikipedia. Psoriasis. Wikipedia, the free encyclopedia. Available at:
http://en.wikipedia.org/wiki/psoriasis.htm. 2012 (Accessed: December 17,
2012)
7. Farlex C. Psoriasis. Thefreedictinionary. Available at: http://medical-
dictionary.thefreedictionary.com/dict.aspx?word=Psoriasis+vulgaris.htm. 2012
(Accessed: December 17, 2012).
8. Grove T. The Pathogenesis of Psoriasis: Biochemical Aspects. Joint Vienna
Institutte. Availaible at: http://www.jyi.org/volume4/articles/grove.html. July
24, 2009 (Accessed: December 17, 2012).
9. Anonym. Psoriasis Bukan Sekedar Penyakit Kulit. Continuing Professional
Development Dokter Indonesia. Available at:
http://cpddokter.com/home/index.php?
option=com_content&task=view&id=195. &Itemid=2. January 15, 2008
(Accessed: December 17, 2012).
REFLEKSI KASUS SEPTEMBER 2015
PSORIASIS VULGARIS
Nama : Ribka Elda Patandianan
No. Stambuk : N 111 14 048
Pembimbing : dr. Seniwaty Ismail, Sp.KK
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2015