REFLEKSI KASUS

30
STATUS PASIEN BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RSUD UNDATA PALU I. IDENTITAS PASIEN 1) Nama Pasien : Tn. N 2) Umur : 51 tahun 3) Jenis Kelamin : Laki-laki 4) Alamat : Desa Tomini 5) Agama : Islam 6) Status : Menikah 7) Tanggal Pemeriksaan : 15 September 2015 II. ANAMNESIS 1) Keluhan Utama : Gatal pada lutut sebelah kanan 2) Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Undata dengan keluhan gatal di bagian tungkai sebelah kanan yang dirasakan kurang lebih 6 bulan belakangan ini. Awalnya timbul bercak kemerahan dan terasa gatal membuat pasien ingin menggaruknya sehingga lama- kelamaan bercak menjadi menebal, bersisik, meninggi serta berlapis-lapis yang berwarna

description

asfsdg

Transcript of REFLEKSI KASUS

Page 1: REFLEKSI KASUS

STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN

1) Nama Pasien : Tn. N

2) Umur : 51 tahun

3) Jenis Kelamin : Laki-laki

4) Alamat : Desa Tomini

5) Agama : Islam

6) Status : Menikah

7) Tanggal Pemeriksaan : 15 September 2015

II. ANAMNESIS

1) Keluhan Utama :

Gatal pada lutut sebelah kanan

2) Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Undata

dengan keluhan gatal di bagian tungkai sebelah kanan yang

dirasakan kurang lebih 6 bulan belakangan ini. Awalnya timbul

bercak kemerahan dan terasa gatal membuat pasien ingin

menggaruknya sehingga lama-kelamaan bercak menjadi menebal,

bersisik, meninggi serta berlapis-lapis yang berwarna putih. Gatal

bersifat hilang timbul dan bertambah gatal saat berkeringat.

Keluhan tidak disertai dengan demam.

Pasien juga mengeluhkan gatal pada area kepala yang disetai

dengan timbulnya ketombe. Keluhan ini muncul kurang lebih sejak

1 bulan belakangan ini. Ketombe nampak banyak pada kulit

kepala.

Pasien bekerja sebagai seorang pengawas di sebuah sekolah di

daerah pegunungan, pasien mengaku pekerjaannya ini memakan

Page 2: REFLEKSI KASUS

banyak energi dan menyita banyak waktunya. Sehingga jarang

memiliki waktu untuk beristirahat. Riwayat merokok dan minum

minuman keras disangkal.

3) Riwayat penyakit dahulu:

Pasien sudah pernah mengalami keluhan yang sama

sebelumnya kurang lebih 5 tahun yang lalu, lokasi munculnya pada

daerah punggung, dan sembuh ketika berobat ke poli, akan tetapi

saat ini keluhan timbul kembali pada daerah tungkai bawah sebelah

kanan.

4) Riwayat penyakit keluarga:

Tidak ada keluarga pasien yang mengalami penyakit serupa

dengan pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

1. Keadaan umum : Sakit ringan

2. Status Gizi : Baik

3. Kesadaran : Komposmentis

Tanda-tanda Vital

Tekanan darah : 110/ 80 mmHg

Nadi : 78 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Suhu : 36,8 °C (Afebris)

Status Dermatologis

Ujud Kelainan Kulit :

1. Kepala : Terdapat skuama dan eritem pada kulit kepala

2. Leher : Tidak terdapat ujud kelainan kulit

3. Dada : Tidak terdapat ujud kelainan kulit

4. Perut : Tidak terdapat ujud kelainan kulit

Page 3: REFLEKSI KASUS

5. Punggung : Tidak terdapat ujud kelainan kulit

6. Genitalia : Tidak terdapat ujud kelainan kulit

7. Inguinal : Tidak terdapat ujud kelainan kulit

8. Ekstremitas Atas : Tidak terdapat ujud kelainan kulit

9. Ekstremitas bawah: Terdapat Skuama Putih, Tebal, Berlapis dan

disertai dengan eritem, Fenomena Tetesan Lilin

IV. GAMBAR

1. Gambar 1. Terdapat Skuama Putih Tebal Berlapis/ Fenomena Tetesan

Lilin

Page 4: REFLEKSI KASUS

Gambar 2. Terdapat skuama dan eritem pada kulit kepala

V. RESUME

Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Undata dengan

keluhan gatal di bagian tungkai sebelah kanan yang dirasakan kurang lebih

6 bulan belakangan ini. Awalnya timbul bercak kemerahan dan terasa gatal

membuat pasien ingin menggaruknya sehingga lama-kelamaan bercak

menjadi menebal, bersisik, meninggi serta berlapis-lapis yang berwarna

putih. Gatal bersifat hilang timbul dan bertambah gatal saat berkeringat.

Pasien juga mengeluhkan gatal pada area kepala yang disetai dengan

timbulnya ketombe. Keluhan ini muncul kurang lebih sejak 1 bulan

belakangan ini. Ketombe nampak banyak pada kulit kepala.

Pasien bekerja sebagai seorang pengawas di sebuah sekolah di daerah

pegunungan, pasien mengaku pekerjaannya ini memakan banyak energi dan

menyita banyak waktunya. Sehingga jarang memiliki waktu untuk

beristirahat.

Page 5: REFLEKSI KASUS

Pasien sudah pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya

kurang lebih 5 tahun yang lalu, lokasi munculnya pada daerah punggung,

dan sembuh ketika berobat ke poli, akan tetapi keluhan timbul kembali pada

daerah tungkai bawah sebelah kanan.

Tidak ada keluarga pasien yang mengalami penyakit serupa dengan

pasien.

Pasien datang dengan keadaan umum sakit ringan, status gizi baik,

dan kesadaran komposmentis. Tanda-tanda vital seperti tekanan darah

110/80 mmHg dan yang lainnya dalam batas normal. Pada pemeriksaan

fisik, didapatkan ujud kelainan kulit berupa skuama dan eritem pada kulit

kepala dan Terdapat Skuama Putih, Tebal, Berlapis dan disertai dengan

eritem, Fenomena Tetesan Lilin.

VI. DIAGNOSIS BANDING

1. Dermatitis seboroik

2. Pitriasis rosea

3. Liken planus

4. Sifilis Psoriasiformis

VII. DIAGNOSIS KERJA

Psoriasis Vulgaris

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan pemerisaan penunjang

VIII. PENATALAKSANAAN

Non medikamentosa:

Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan

penatalaksanaannya.

Membersihkan serta memotong kuku.

Mencegah garukan dan gosokan

Page 6: REFLEKSI KASUS

Cukup istirahat

menghindari faktor pencetus.

minum obat dan kontrol ke dokter secara teratur

Medikamentosa:

Topikal : Betamethason dipropionat 0,05% salep yang di oles

tipis-tipis pada lesi

Sistemik : Metilprednisolon 3x4 mg per hari 7 hari

Cetirizine 1 x 10 mg tablet per hari selama 7 hari jika gatal

IX. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad sanationam : dubia

Quo ad kosmetikam : dubia

Quo ad fungsionam : ad bonam

Page 7: REFLEKSI KASUS

PEMBAHASAN

Tn. N 51 tahun datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Undata

dengan keluhan gatal-gatal di bagian tungkai bawah sebalah kanan yang

dirasakan kurang lebih 6 bulan yang lalu. Awalnya timbul bercak merah

kecil di daerah tungkai yang sangat gatal sehingga pasien sering

menggaruknya. Bercak tersebut semakin hari semakin melebar. Gatal hilang

timbul dan bertambah gatal saat berkeringat. Pasien juga mengeluh gatal

pada bagian kulit kepala yang disertai dengan timbulnya timbulnya

ketombe.

Pasien datang dengan keadaan umum sakit ringan, status gizi baik,

dan kesadaran komposmentis. Tanda-tanda vital seperti tekanan darah

120/80 mmHg dan yang lainnya dalam batas normal. Pada pemeriksaan

fisik, didapatkan ujud kelainan kulit berupa

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis

sebagai psoriasis vulgaris.

Psoriasis adalah penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas

berupa bercak-bercak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama yang

tebal berlapis-lapis berwarna putih mengkilap serta transparan, disertai

fenomen tetesan lilin, Auspitz dan Kobner.1,2

Penyakit ini tidak menyebabkan kematian, tidak menular, tetapi

karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat

menyebabkan gangguan kosmetik, menurunkan kualitas hidup, gangguan

psikologis (mental), sosial, dan finansial.2-6

Psoriasis ditemukan di seluruh dunia, tetapi catatan prevalensi di

daerah yang berbeda bervariasi kurang dari 1% hingga mencapai 3% dari

populasi.2,5 Insiden pada orang kulit putih lebih banyak dibandingkan

dengan orang yang kulit berwarna.1,2 Di Amerika Serikat, psoriasis dijumpai

sebanyak 2% dari populasi, dengan rata-rata 150.000 kasus baru pertahun.

Psoriasis jarang ditemukan di Afrika Barat dan Amerika Utara.2,6,7,8

Insiden psoriasis pada pria agak lebih banyak dari pada wanita,

psoriasis dapat terjadi pada semua usia, tetapi umumnya pada orang dewasa

Page 8: REFLEKSI KASUS

muda.1,2,8 Onset penyakit ini umumnya kurang pada usia yang sangat muda

dan orang tua.2,5 Dua kelompok usia yang terbanyak adalah pada usia antara

20 – 30 tahun dan yang lebih sedikit pada usia antara 50 – 60 tahun.8

Psoriasis lebih banyak dijumpai pada daerah dingin dan lebih banyak terjadi

pada musim hujan.5,6

Di Indonesia sendiri prevalensi penderita psoriasis mencapai 1-3

persen (bahkan bisa lebih) dari populasi penduduk Indonesia. Jika penduduk

Indonesia saat ini berkisar 200 juta, berarti ada sekitar 2-6 juta penduduk

yang menderita psopriasis yang hanya sebagian kecil saja sudah terdiagnosis

dan tertangani secara medis.4,9

Bentuk Klinis Psoriasis

Pada psoriasis terdapat berbagai bentuk klinis, yaitu:

1) Psoriasis Vulgaris

Hampir 80 % penderita psoriasis adalah tipe Psoriasis Plak yang secara

ilmiah disebut juga Psoriasis Vulgaris.2,3

2) Psoriasis Gutata

Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak

dan diseminata, umumnya setelah infeksi Streptococcus di saluran

napas bagian atas atau sehabis influenza atau morbili, stres, luka pada

kulit, penggunaan obat tertentu (antimalaria dan beta bloker).2,3,6

3) Psoriasis Inversa (Psoriasis Fleksural)

Psoriasis tersebut mempunyai tempat predileksi pada darerah fleksor.2,3

4) Psoriasis Eksudativa

Bentuk tersebut sangat jarang, kelainannya eksudativa seperti dermatitis

akut.2,3

5) Psoriasis Seboroik (seboriasis)

Page 9: REFLEKSI KASUS

Gambaran klinis merupakan gabungan antara psoriasis dan dermatitis

seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi agak berminyak dan

agak lunak. Lesi juga terdapat pada tempat seboroik.2,3

6) Psoriasis Pustulosa

Ada dua pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama dianggap

sebagai penyakit tersendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis.

Terdapat dua bentuk psoriasis pustulosa, bentuk lokalisata dan

generalisata. Bentuk lokalisata contohnya psoriasis pustulosa palm-

plantar (Barber) yang menyerang telapak tangan dan kaki serta ujung

jari. Sedangkan bentuk generalisata, contohnya psoriasis pustulosa

generalisata akut (von Zumbusch) jika pustula timbul pada lesi psoriasis

dan juga kulit di luar lesi, dan disertai gejala sistemik berupa panas /

rasa terbakar. Dapat terjadi komplikasi pneumonia, hepatitis, dan

kegagalan jantung, sehingga berakibat fatal. 1,2,3,5,8

7) Artritis Psoriatik

Poliartritis dan menyerang sendi-sendi kecil, terutama interfalang

distal.1,3

8) Psoriasis Eritroderma

Psoriasis Eritroderma dapat disebabkan oleh pengobatan topikal terlalu

kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas, dapat juga ditimbulkan

oleh infeksi, hipokalsemia, obat antimalaria, tar dan penghentian

kortikosterid, baik topikal maupun sistemik.2,6,8 Lesi yang khas untuk

psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat eritema dan skuama tebal

universal. 1,2,3,8

Diagnosis Banding

1. Dermatitis Seboroik

Gambaran klinis yang khas pada dermatitis seboroik ialah skuama

yang berminyak dan kekuningan dan berlokasi di tempat-tempat yang

Page 10: REFLEKSI KASUS

seboroik. Psoriasis berbeda dengan dermatitis seboroik karena terdapat

skuama yang berlapis-lapis berwarna putih seperti mika disertai tanda

tetesan lilin dan Auspitz. Tempat predileksinya juga berbeda. Dermatitis

seboroik biasanya pada alis, sudut nasolabial, telinga, daerah sternum dan

fleksor. Sedangkan psoriasis banyak terdapat pada daerah-daerah

ekstensor, yaitu siku, lutut dan scalp. 1,3,7

2. Pitiriasis rosea

Pitiriasis berarti skuama halus. Hal ini berbeda dengan proriasis

dimana skuamanya tebal. Tanda khas pada Pitiriasis rosea yaitu adanya

lesi awal berupa herald patch, umumnya di badan, solitar, berbentuk oval

dan anular, diameternya kira-kira 3 cm. Lesi berikutnya timbul 4-10 hari

setelah lesi pertama, memberi gambaran yang khas, sama dengan lesi

pertama hanya lebih kecil, susunannya sejajar dengan kosta, hingga

menyerupai pohon cemara terbalik. Tempat predileksi pada badan, lengan

atas bagian proksimal dan paha atas.1,3,7

3. Liken planus

Gejala klinis sangat gatal, umumnya setelah satu atau beberapa

minggu setelah kelainan pertama timbul diikuti oleh penyebaran lesi.

Tempat predileksi yang paling sering yaitu pada pergelangan tangan

bagian fleksor atau lengan bawah. Kelainan yang khas terdiri atas papul

yang poligonal, berskuama, datar dan berkilat. Kadang-kadang ada

cekungan di sentral. Garis-garis anyaman berwarna putih. Terdapat

fenomena Kobner.1,3

4. Sifilis Psoriasiformis

Sifilis pada stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut

sifilis psoriasiformis. Perbedaannya adalah skuama berwarna coklat

tembaga dan sering disertai demam pada malam hari (dolores nocturnal),

STS positif (tes serologik untuk sifilis), terdapat senggama tersangka

(coitus suspectus), dan pembesaran kelenjar getah bening menyeluruh

serta alopesia areata.1,2,

Page 11: REFLEKSI KASUS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan : 3

Dari autoanamnesis pasien Psoriasis Vulgaris mengeluh adanya

bercak kemerahan yang menonjol pada kulit dengan pinggiran merah,

tertutup dengan sisik keperakan, dengan ukuran yang bervariasi, makin

melebar, bisa pecah dan menimbulkan nyeri, bisa juga timbul gatal-gatal.3

Pada stadium penyembuhannya sering eritema yang di tengah menghilang

dan hanya terdapat di pingir.2,6 Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna

putih seperti mika (mica-like scale), serta transparan. Plak eritematous yang

tebal menandakan adanya hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis, pelebaran

pembuluh darah dan inflamasi.2,6,8 Besar kelainan bervariasi dari milier,

lentikular, numular, sampai plakat, dan berkonfluensi, dengan gambaran

yang beraneka ragam, dapat arsinar, sirsinar, polisiklis atau geografis.1,2,8

Tempat predileksi pada ekstremitas bagian ekstensor terutama (siku, lutut,

lumbosakral), daerah intertigo (lipat paha, perineum, aksila), skalp,

perbatasan skalp dengan muka, telapak kaki dan tangan, tungkai atas dan

bawah, umbilikus, serta kuku.1,2,5,6,8

Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner

(isomorfik).2,6,8 Fenomena Tetesan Lilin dimana bila lesi yang berbentuk

skuama dikerok maka skuama akan berubah warna menjadi putih yang

disebabkan oleh karena perubahan indeks bias. Auspitz Sign ialah bila

skuama yang berlapis-lapis dikerok akan timbul bintik-bintik pendarahan

yang disebabkan papilomatosis yaitu papilla dermis yang memanjang tetapi

bila kerokan tersebut diteruskan maka akan tampak pendarahan yang

merata. Fenomena Kobner ialah bila kulit penderita psoriasis terkena

trauma misalnya garukan maka akan muncul kelainan yang sama dengan

kelainan psoriasis umumnya akan muncul setelah 3 minggu.1,2,3

Fenomena tetesan lilin dan Auspitz merupakan gambaran khas pada

lesi psoriasis dan merupakan nilai diagnostik, kecuali pada psoriasis inverse

(psoriasis pustular) dan digunakan untuk membandingkan psoriasis dengan

penyakit kulit yang mempunyai morfologi yang sama, sedangkan Kobner

tidak khas, karena didapati pula pada penyakit lain, misalnya liken planus,

Page 12: REFLEKSI KASUS

liken nitidus, veruka plana juvenilis, pitiriasis rubra pilaris, dan penyakit

Darier.2,5,8 Fenomena Kobner didapatkan insiden yang bervariasi antara 38-

76 % pada pasien psoriasis.2,3 Dua puluh lima sampai lima puluh persen

penderita psoriasis yang lama juga dapat menyebabkan kelainan pada kuku,

berupa pitting nail atau nail pit pada lempeng kuku berupa lekukan-lekukan

miliar.2,6,8 Perubahan pada kuku terdiri dari onikolosis (terlepasnya seluruh

atau sebagian kuku dari matriksnya), hiperkeratosis subungual (bagian

distalnya terangkat karena terdapat lapisan tanduk di bawahnya), oil spots

subungual, dan koilonikia (spooning of nail plate).2,5,6,8

Gambar 1 Pitting Nail dan Psoriasis Arthritis

Antara 10-30 % pasien psoriasis berhubungan dengan atritis disebut Psoriasis Artritis yang menyebabkan radang pada sendi.5,7 Umumnya bersifat poliartikular, tempat predileksinya pada sendi interfalangs distal, terbanyak terdapat pada usia 30-50 tahun.2,5 Sendi membesar, kemudian terjadi ankilosis dan lesi kistik subkorteks.2,4,5

Terdapat banyak variasi pengobatan psoriasis, tergantung dari lokasi

lesi, luasnya lesi, dan beratnya penyakit, lamanya menderita penyakit dan

usia penderita.

1. Pengobatan sistemik

Kortikosteroid

Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis, pada kortikosteroid ada

yang kerja singkat, sedang dan kerja lama. Pada psorisis bisa

diberika prednison dengan dosis ekuivalen 30 mg per hari, setelah

Page 13: REFLEKSI KASUS

membaik dosis diturunkan perlahan – lahan, kemudian bisa

diberika dosis pemeliharan, bisa juga diberikan metilprednisolon

dengan dosis mulai dari 4 mg – 48 mg perhari, dosis tunggal/

terbagi.

Obat sitostatik

Obat yang digunakan adalah metotreksat, mekanismekerja obat ini

yang spesifik dalam menghambat terjadi inflamasi dan tidak

menimbulkan efek samping seperti obat-obat golongna NSAID.

Dosis mulai dari 3 x 2,5mg dengan interval 12 jam dalam seminggi

dengan dosis total 7,5 mg, jika tidak tampak perbaikan dosis

dinaikkan 2,5 mg – 5 mg per minggu.

Levodopa

Obat ini di pakai untuk parkinson , diantara nya penderita

parkinson sekaligus psoriasis, dengan dosis 2 x 250 mg – 3 x 500

mg, efek samping nya berupa mual, muntah, anoreksia, hipotensi

dan gangguan psikis.

DDS (Diaminodifenilsulfon)

Dipakai untuk pengobatan psoriasis pustulosa tipe barber dengan

dosis 2 x 100 mg sehari. Efek samping nya anemia hemolitik,

methemoglobinemia dan agranulositosis.

Etretinat dan asitretin

Etretinat merupakan retinoid aromatik, digunakan bagi psoriasis

yang sukar di sembuhkan dengan obat – obat lain menginggat efek

sampingnya. Pada psoriasis obat tersebut mengurangin proliferasi

sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal. Dosis pada

bulan pertama diberikan 1mg/kgBB, jika belum terjadi perbaikan

dosis dapat dinaikan menjadi 1 ½ mg/kbb.

Asitretin merupakan metabolik aktif etetinat yang utama.

Kelebihannya hanya waktu paruh eliminasinya hanya 2 hari,

dibandingkan dengan etretinat yang lebih dari 100 hari.

Siklosporin

Page 14: REFLEKSI KASUS

Efeknya ialah imunosupresif, dosis nya 6 mg/kgbb sehari, bersifat

nefrototoksik dan hepatotoksik, hasil pengobtan untuk psoriasis

baik, hanya setelah obat dihentikan dapat terjadi ke kambuhan.

2. Pengobatan topikal

Kortikosteroid1,2,3.5,6,

ortikosteroid Topikal, sampai saat ini masih merupakan pilihan

pengobatan. Pemberiannya akan lebih efektif jika diaplikasikan

kemudian dibalut dengan perban oklusif kering. Yang menjadi pilihan

adalah kortikosteroid dengan potensi tinggi seperti Clobetassol

Propionat, Diflorasone Diasetat, atau bethamethason dipropionat

0,05%, Fluocinolone 0.01% atau 0.025%, hidrokortison valerat 0,2%,

triamcinolone, fluocionida.

Clobetasol

Topical steroid super poten kelas I, dengan menekan mitosis dan

menambah sintesi protein yang mengurangi inflamasi dan

menyebabkan vasokontriksi.2

Betametahasone dipropionate cream 0,05%

Merupakan anti inflamasi kulit yang berespon baik terhadap

steroid. Bekerja mengurangi peradangan dengan menekan migrasi

sel leukosit polimorfonuklear dan memperbaiki permeabilitas

kapiler.2

Triamcinolone 0,025%, 0,1%, 0,5% atau ointment

Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid.

Bekerja mengurangi peradangan dengan menekan migrasi

leukosit polimorfonuklear dan memperbaiki permeabilitas kapiler.

Pemberian kortikosteroid berupa Triamcinolone secara intralesi,

biasanya sangat efektif (3mg/ml). Namun harus sangat

diperhatikan karena pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan

atropi.2

Page 15: REFLEKSI KASUS

Fluocinolone 0.01% atau 0.025%

Topical kosrtikosteroid potensi tinggi yang mengahmbat

proliferasi sel .mempunyai sifat imunosupresif dan anti

inflamasi.2

Preparat Ter1,2,3,8

Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya

adalah anti radang.Preparat ter berguna pada keadaan-keadaan:

1. Bila psoriasis telah resisten terhadap steroid topikal sejak awal

atau takhifilaksis oleh karena pemakaian pada lesi luas.

2. Lesi yang melibatkan area yang luas sehingga pemakaian steroid

topikal kurang bijaksana.

3. Bila obat-obat oral merupakan kontra indikasi oleh karena

terdapat penyakit sistemik.

Ter dari kayu dan batubara yang efektif untuk psoriasis, dimana ter

batubara lebih efektif dari pada ter kayu, sebaliknya kemungkinan

memberikan iritasi juga jauh lebih besar. Pada psoriasis yang

menahun lebih baik digunakan ter yang beasal dari batubara,

sebaliknya psoriasis akut dipilih ter dari kayu.Preparat tar seperti

liquor carbonis detergent 2-5% dalam salep dipakai untuk pengobatan

psoriasis yang kronis. Diduga mempunyai efek yang menghambat

proliferasi keratinosit. Efeknya akan meningkat bila dikombinasi

dengan asam salisilat 2-5%, akan efektif jika diaplikasikan pada

daerah-daerah yang optimal misalnya lengan, dan kaki.

Asam salisilat merupakan zat keratolitik yang tertua yang dikenal

dalam pengobatan topikal, efeknya ialah mengurangi proliferasi epitel

dan menormalisasi keratinisasi yang terganggu. Konsentrasi rendah

(1-2%) mempunyai efek keratoplastik yaitu menunjang pembentukan

keratin yang baru, konsentrasi tinggi 3 -20% bersifat keratolitik dan

dipake untuk keadaan dermatosis yang hiperkeratotik. Pada kasus ini

Page 16: REFLEKSI KASUS

asam salisiat diberikan hanya 3%, efek desmolitik asam salisilat ini

terbukti meningkatkan penetrasi kortikosteroid topikal.

Antihistamin1,2,3,4,6,8

Pemberian antihistamin oral secara luas digunakan untuk mengurangi

keluhan pruritus dengan memblokir efek pelepasan anti histamine

secara endogen.namun peran dan keuntungannya dalam mengatasi

pruritus lokal sangat rendah.

Beberapa obat antihistamin lainnya yaitu:2

dipenhidramin,untuk mengurangi gejala pruritus yang disebabkan

oleh pelepasan histamine

Loratadine merupakan suatu antihistamin trisiklik yang bekerja

cukup lama (Long acting), mempunyai selektivitas tinggi pada

reseptor histamin - H1 perifer dan tidak menimbulkan efek sedasi

atau antikolinergik.

chlorpheniramine, bekerja sama dengan histamin atau permukaan

reseptor H1 pada sel efektor di pembuluh darah dan traktus

respiratori

Hidroxyzine, reseptor H1 antagonis di perifer. Dapat menekan

aktiviras histamine diregio subkortikal sistem saraf pusat .

Klonazepam, untuk anxietas yang disertai pruritus. Berikatan

dengan reseptor-reseptor di SSP, termasuk system limbic dan

pembentukan reticular. Efeknya bisa dimediasi melalui reseptor

GABA.

Cetirizin HCl adalah antihistamin antagonis H1 generasi kedua,

terbukti lebih nyaman dan menguntungkan karena tidak

menimbulkan efek mengantuk sehingga tidak mengganggu

aktifitas pasien.

Ditranol (antralin)

Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2 – 0,8 % dalam pasta,

salep atau krim. Lama pemakaian hanya ¼ - ½ jam sehari sekali

untuk mencegah iritasi, penyembuhan dalam 3 minggu.

Page 17: REFLEKSI KASUS

Tazaroten

Merupakan derivat vitamin A, misalnya etretinat atau acitretin.

Mempunyai efek menghentikan diferensiasi dan proliferasi

keratinosit dan bersifat anti inflamasi, dengan menghambat fungsi

netrofil. Dipakai untuk pengobatan psoriasis pustulosa

generalisata ataupun lokalisata, dan eritroderma psoriatik.2,6

Tazaroten tersedia dalam bentuk gel dan krim dengan konsentrasi

0.05 % dan 0,1%. Bila dikombinasikan dengan steroid topical

potensi sedang dan kuat akan mempercepat penyembuhan dan

mengurangin iritasi.

Pengobatan dengan sinar

Sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga

dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik

adalah dengan penyinaran secara alamiah, tetapi sayang tidak

dapat diukur dan jika berlebihan maka akan memperparah

psoriasis. Karena itu, digunakan sinar ulraviolet artifisial,

diantaranya sinar A yang dikenal sebagai UVA.2 Sinar tersebut

dapat digunakan secara tersendiri atau berkombinasi dengan

psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA,

atau bersama-sama dengan preparat ter yang dikenal sebagai

pengobatan cara Goeckerman.2,5,6,9,10,11

Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka degan UVA akan

terjadi efek sinergik. Diberikan 0,6 mg/kgbb secara oral 2 jam

sebelum penyinaran ultraviolet. Dilakukan 2x seminggu,

kesembuhan terjadi 2-4 kali pengobatan. Selanjutnya dilakukan

pengobatan rumatan (maintenance) tiap 2 bulan.1,2

Prognosis

Psoriasis adalah penyakit seumur hidup. Sampai saat ini penyakit ini belum dapat

disembuhkan, tetapi bermacam-macam terapi dapat menolong mengontrol gejala.

Hampir semua orang dengan psoriasis dapat hidup dengan normal dan tidak

Page 18: REFLEKSI KASUS

menyebabkan kematian. Psoriasis dapat memburuk sepanjang waktu tetapi tidak

dapat diprediksi kapan muncul, meluas, ataupun menghilang. Penyakit psoriasis

ini bersifat residif sepanjang hidup penderita. Mengontrol keluhan dan gejala

secara tipikal memerlukan terapi seumur hidup.1,2,8

Edukasi Pasien

1. menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan penatalaksanaannya

2. hindari stres dan kelelahan.

3. mencegah garukan dan gosokan

4. cukup istirahat

5. menghindari faktor pencetus.

6. minum obat dan kontrol ke dokter secara teratur

Page 19: REFLEKSI KASUS

DAFTAR PUSTAKA

1. Duarsa WN, et al. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Penyakit kulit dan

Kelamin RSUP Denpasar. Denpasar: Lab/SMF Ilmu Penyakit Kulitdan

Kelamin.

2. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa: Psoriasis, in: Ilmu Penyakit Kulit Dan

Kelamin, Ed 5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta. 2006. p.

189-95.

3. Lui H. Plaque Psoriasis, Emedicine. Available at:

http://www.emedicine.com/article/topic365.htm. September 30, 2011

(Accessed: December 17, 2012).

4. Siregar RS. 1996. Atlas Berwarna: Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

5. Gudjonsson JE, Elder JT: Psoriasis, in: Katz GS, Paller BG, Wolff K. (eds),

Fitzpatrick Dermatology in general Medicine, 7th ed. The McGraw Hill

Companies. 2008. Chapter 18. p. 169-93.

6. Wikipedia. Psoriasis. Wikipedia, the free encyclopedia. Available at:

http://en.wikipedia.org/wiki/psoriasis.htm. 2012 (Accessed: December 17,

2012)

7. Farlex C. Psoriasis. Thefreedictinionary. Available at: http://medical-

dictionary.thefreedictionary.com/dict.aspx?word=Psoriasis+vulgaris.htm. 2012

(Accessed: December 17, 2012).

8. Grove T. The Pathogenesis of Psoriasis: Biochemical Aspects. Joint Vienna

Institutte. Availaible at: http://www.jyi.org/volume4/articles/grove.html. July

24, 2009 (Accessed: December 17, 2012).

9. Anonym. Psoriasis Bukan Sekedar Penyakit Kulit. Continuing Professional

Development Dokter Indonesia. Available at:

http://cpddokter.com/home/index.php?

option=com_content&task=view&id=195. &Itemid=2. January 15, 2008

(Accessed: December 17, 2012).

Page 20: REFLEKSI KASUS

REFLEKSI KASUS SEPTEMBER 2015

PSORIASIS VULGARIS

Nama : Ribka Elda Patandianan

No. Stambuk : N 111 14 048

Pembimbing : dr. Seniwaty Ismail, Sp.KK

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2015