Refleksi Kasus Dr.prima

32
REFLEKSI KASUS SEORANG PEREMPUAN 14 TAHUN DENGAN KELUHAN PANAS Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam di RSUD Tugurejo Semarang Disusun Oleh : Okie Ayu Ardiyawati H2A009038 Pembimbing : dr.Primawati Kartini, Sp.PD KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM RSUD TUGUREJO SEMARANG

description

kesehatan

Transcript of Refleksi Kasus Dr.prima

Page 1: Refleksi Kasus Dr.prima

REFLEKSI KASUS

SEORANG PEREMPUAN 14 TAHUN DENGAN KELUHAN PANAS

Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam

di RSUD Tugurejo Semarang

Disusun Oleh :

Okie Ayu Ardiyawati

H2A009038

Pembimbing :

dr.Primawati Kartini, Sp.PD

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

RSUD TUGUREJO SEMARANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2013

HALAMAN PENGESAHAN

Page 2: Refleksi Kasus Dr.prima

NAMA : OKIE AYU ARDIYAWATI

NIM : H2A009038

FAKULTAS : KEDOKTERAN UMUM

BIDANG PENDIDIKAN : ILMU PENYAKIT DALAM

PEMBIMBING : dr.Primawati Kartini, Sp.PD

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal Oktober 2013

Pembimbing

dr. Primawati Kartini, Sp. PD

Page 3: Refleksi Kasus Dr.prima

DAFTAR MASALAH

No Masalah aktif Tanggal Keterangan

1 Parotitis 16/10/2013

2 Diare Akut 16/10/2013

No Masalah pasif Tanggal Keterangan

4. Jamkesmas

Nasional

16/10/2013

Page 4: Refleksi Kasus Dr.prima

KASUS

1. Identitas Pasien

Nama : Nn. Dian

Umur : 14 tahun

Alamat : Candi Pawon Rt 07 Rw 07

Agama : Islam

Pekerjaan : Belum Bekerja

Status : Belum menikah

No RM : 28.47.55

Tanggal masuk : 16 Oktober 2013

Pasien bangsal : Mawar kamar 10.2

2. Anamnesis

Anamnesis dilakukan di bangsal Mawar tanggal 17 Oktober 2013 pukul 15.00 WIB

secara autoanamnesis dan alloanamnesis.

a) Keluhan utama : Demam

b) Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo pada tanggal 17

Oktober 2013 dengan keluhan demam sejak 2 hari yang lalu. Demam dirasakan tiba-

tiba dan terus menerus, pasien mengkonsumsi obat panadol, demam sempat menurun

namun tidak lama kemudian demam kembali, nafsu makan menurun, pasien mengeluh

nyeri pada saat mengunyah, dan juga saat menelan makanan. Leher sebelah kiri dan

kanan membesar. Pasien mual terus menerus, muntah setiap kali makan. Pasien diare

sejak 1 hari yang lalu, dalam sehari 4 kali diare, warna kuning, lembek, tidak terdapat

darah dan lendir, nyeri perut (+), BAK normal, warna kuning, tidak terdapat nyeri saat

berkemih, tidak terdapat darah. Pasien tidak mengeluh sakit kepala, batuk, menggigil,

dan nyeri telinga.

c) Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat sakit serupa : disangkal

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat Alergi : disangkal

Penyakit jantung : disangkal

Page 5: Refleksi Kasus Dr.prima

Riwayat DM : disangkal

Alergi makanan : disangkal

Alergi obat : disangkal

d) Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat sakit serupa : diakui, sebelumnya 2 orang adiknya

mengalami sakit yang sama

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat Alergi : disangkal

Penyakit jantung : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Alergi makanan : disangkal

Alergi obat : disangkal

e) Riwayat Pribadi:

Kebiasaan olahraga : jarang

Kebiasaan merokok : disangkal

Kebiasaan minum alkohol : disangkal

Kebiasaan makan makanan pedas : disangkal

Kebiasaan makan makanan asam : disangkal

f) Riwayat Sosial Ekonomi :

Pasien tinggal dirumah bersama orangtua dan saudaranya. Biaya pengobatan

menggunakan Jamkesmas Nasional

Kesan ekonomi : kurang

g) Anamnesis Sistem

Keluhan utama : demam

Kepala : Sakit kepala (-), pusing (-), nggliyer (-), jejas (-), leher

kaku (-)

Mata : Penglihatan kabur (-), pandangan ganda (-), pandangan

berputar (-), berkunang-kunang (-),

Hidung : Pilek (-), mimisan (-), tersumbat (-)

Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdenging (-), keluar cairan

(-), darah (-).

Mulut : Sariawan (-), luka pada sudut bibir (-), bibir pecah-pecah

(-), gusi berdarah (-), mulut kering (-).

Leher : nyeri tekan (+), bengkak (+)

Page 6: Refleksi Kasus Dr.prima

Tenggorokan : Sakit menelan (-), suara serak (-), gatal (-).

Sistem respirasi : Sesak nafas (-), batuk (-), dahak (-), batuk darah (-),

mengi (-), tidur mendengkur (-)

Sistem kardiovaskuler : Sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri dada (-),

berdebar-debar (-), keringat dingin (-)

Sistem gastrointestinal : Mual (+), muntah (+), perut mules (-), diare (+), nyeri

ulu hati (-), nafsu makan menurun (+), BB turun (-).

Sistem muskuloskeletal : Nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-).

Sistem genitourinaria : Sering kencing (-), nyeri saat kencing (-),keluar darah

(-), berpasir (-), kencing nanah (-), sulit memulai kencing (-), warna kencing

kuning jernih, anyang-anyangan (-), berwarna seperti teh (-).

Ekstremitas

Atas : Luka (-), kesemutan (-), bengkak(-), sakit sendi (-), panas

(-), berkeringat (-), palmar eritema (-), gemetar (-).

Bawah : Luka (-), gemetar (-), ujung jari dingin (-), kesemutan di

kaki (-), sakit sendi (-), bengkak kedua kaki (-)

Sistem neuropsikiatri :Kejang (-), gelisah (-), kesemutan (-), mengigau (-), emosi

tidak stabil (-)

Sistem Integumentum : Kulit kuning (-), pucat (-), gatal (-), bercak merah

kehitaman di bagian dada, punggung, tangan dan kaki (-).

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 17/10/2013

a) Keadaan umum : lemas

b) Kesadaran : compos mentis

c) Status gizi

Berat badan : 36 kg

Tinggi badan : 150 cm

BMI : 16 kg/m2

Kesan : underweight

d) Vital sign

Page 7: Refleksi Kasus Dr.prima

TD : 120/70 mmHg

Nadi : 100 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

RR : 18x/menit

Suhu : 38,50C (axiller)

e) Status Internus

- Kepala : kesan mesocephal

- Mata :

konjungtiva anemis (-/-)

sklera ikterik (-/-)

pupil isokor (+/+)

reflek pupil (+/+)

- Hidung :

napas cuping hidung (-)

nyeri tekan (-)

krepitasi (-)

Sekret (-)

septum deviasi (-)

konka: hiperemis (-) dan deformitas (-)

- Mulut :

sianosis (-)

bibir kering (-)

Pursed lips-breathing (-)

lidah kotor (-)

kandidiasis (-)

uvula simetris (+)

tonsil (T1/T1), hiperemis (-),kripte melebar (-)

gigi karies (-)

- Telinga :

Sekret (-/-)

Serumen (+/+)

Laserasi (-/-)

- Leher :

nyeri tekan trakea (-)

Page 8: Refleksi Kasus Dr.prima

pembesaran limfonodi (-/-)

Pembesaran tiroid (-/-)

Pembesaran kelenjar parotis (+/+), dextra ± lebar 4 cm tinggi 1 cm, sinistra

± lebar 6 cm tinggi 1,8 cm

Pergerakan otot bantu pernafasan (-)

- Thoraks

Cor :

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V 1-2 cm ke medial linea

midclavicula sinistra, kuat angkat (-)

Perkusi : batas atas : ICS II linea parasternal sin.

pinggang jantung: ICS III linea parasternal sinistra

batas kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra

kiri bawah; ICS V 1-2 cm ke arah medial linea mid clavicula

sinistra

Kesan : konfigurasi jantung dalam batas normal

Auskultasi : Suara jantung murni: Suara I dan Suara II reguler

Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-)

Pulmo : Sinistra Dextra

Page 9: Refleksi Kasus Dr.prima

Depan

1. Inspeksi

Bentuk dada

Hemitorak

Warna

2. Palpasi

Nyeri tekan

Stem fremitus

3. Perkusi

4. Auskultasi

Suara dasar

Suara tambahan

Wheezing

Ronki kasar

RBH

Stridor

datar

Simetris statis dinamis

Sama dengan kulit

sekitar

(-)

(+) normal, Kanan =

kiri

Sonor di seluruh lapang

paru

Vesikuler (+)

(-)

(-)

(+)

(-)

datar

Simetris statis dinamis

Sama dengan kulit

sekitar

(-)

(+) normal, kanan = kiri

Sonor di seluruh lapang

paru

Vesikuler (+) melemah

di apek

(-)

(-)

(+)

(-)

Belakang

1. Inspeksi

Warna

2. Palpasi

Nyeri tekan

Stem Fremitus

3. Perkusi

Sama dengan kulit

sekitar

(-)

(+) normal, kanan =

kiri

Sonor di seluruh lapang

paru

Sama dengan kulit

sekitar

(-)

(+) normal, kanan = kiri

Sonor di seluruh lapang

paru

Page 10: Refleksi Kasus Dr.prima

4. Auskultasi

Suara dasar

Suara tambahan

Wheezing

Ronki kasar

RBH

Stridor

Vesikuler (+)

(-)

(-)

(-)

(-)

Vesikuler (+)

(-)

(-)

(-)

(-)

Tampak anterior paru Tampak posterior paru

Vesikuler vesikuler

b) Abdomen

Inspeksi :

Bentuk : datar

Warna : sama dengan warna kulit sekitar

Venektasi : (-)

Auskultasi : Bising usus (+) meningkat 15x/menit

Palpasi :

Supel (+), Nyeri tekan (-)

Defance muscular : (-)

Hepar : normal

Lien : normal

Ginjal : normal, tidak teraba

Perkusi:

Timphani di seluruh kuadran

Page 11: Refleksi Kasus Dr.prima

Pekak hati (+)

Pekak sisi (+) normal

c. Ekstremitas

Superior Inferior

Akral dingin

Oedem

Sianosis

Gerak

Tremor

-/-

-/-

-/-

Dalam batas normal

5/5

5/5

-/-

-/-

-/-

-/-

Dalam batas normal

5/5

5/5

-/-

1. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Lekosit 5,01 3.8 – 10.6

Eritrosit 4,36 4.4 – 5.9

Hemoglobin 13,30 13,2 – 17,3

Hematokrit 36,70 40 – 52

MCV 84,20 80 – 100

MCH 30,50 26 – 34

MCHC H 36,20 32 – 36

Trombosit 172 150 – 440

RDW 12,40 11.5 – 14.5

Eosinofil absolute L 0,00 0.045 – 0.44

Basofil absolute 0.01 0 – 0.02

Neutrofil absolute 2,76 1.8 – 8

Limfosit absolute 1,66 0.9 – 5.2

Monosit absolute 0,58 0.16 – 1

Eosinofil L 0,00 2 – 4

Basofil 0.20 0 – 1

Neutrofil 55,10 50 – 70

Limfosit 33,10 25 – 40

Monosit H 11,60 2 – 8

Page 12: Refleksi Kasus Dr.prima

5. Daftar Abnormalitas

a. Anamnesis

1. Demam

2. Nafsu makan menurun

3. Nyeri telan

4. Mual

5. Muntah

6. Diare

b. Pemeriksaan Fisik

7. KU : Lemas

8. T : 38,5

9. Pembesaran kelenjar parotis

10. Nyeri tekan leher (+)

11. Bising usus meningkat

c. Pemeriksaan Penunjang

12. MCHC H

13. Eosinofil absolute L

14. Eosinofil L

15. Monosit H

6. Analisis masalah

1. Parotitis : 1, 2, 3, 4, 5, , 8, 9, 10, 15

2. Diare Akut : 4, 5, 6, 7, 8, 11, 15

7. Rencana Pemecahan Masalah

1). Parotitis

Assesment

o Etiologi

Paramyxovirus A, RNA

o Faktor Resiko

kontak langsung & droplet dari air liur atau sekresi lain pada nasofaring.

Populasi padat, sekolah, asrama

o Komplikasi

- Orkitis

- Ovoritis

Page 13: Refleksi Kasus Dr.prima

- Ensefalitis atau meningitis

- Pankreatitis

a. Initial Plan

o IpDx

Darah rutin

Serologi: Complement fixation antibodies (CF), Hemaglutination

inhibitor antibodies (HI), Virus neutralizing antibodies (NT).

o IpTx

- Paracetamol 3 x1

- Injeksi Ranitidin 2X1 ampul

- Injeksi Ondansetron 3x 4Mg

- Infus RL 20 tetes/menit

- Vitamin B complek 3X1

o IpMx

Keadaan Umum

Tanda Vital

o IpEx

1. Edukasi penyakit yang diderita serta pencegahan penularan.

2. Menghindarkan makanan atau minuman yang sifatnya asam supaya nyeri

tidak bertambah parah, diberikan diet makanan cair dan lunak.

2). Diare Akut

Assesment

o Etiologi

- Diare sekresi : infeksi virus, bakteri, parasit, Hiperperistaltik usus halus,

Defesiensi imun terutama SigA (secretory immunoglobulin A)

- Diare osmotik : Malabsorpsi makanan, KKP (Kekurangan Kalori Protein),

keracunan makanan

o Faktor Resiko

Kurangnya higiene sanitasi, konsumsi makanan sembarangan

o Komplikasi

- Dehidrasi

- Syok

Initial Plan

Page 14: Refleksi Kasus Dr.prima

o IpDx

- KU

- Tanda vital

o IpTx

- Infus RL 20 tetes/ menit

- Oralit

o IpMx

Keadaan Umum

Tanda Vital

Elektrolit

Feces rutin

o IpEx

1. Edukasi penyakit yang diderita.

2. Menghindarkan makanan atau minuman yang sifatnya asam, pedas

3. Banyak minum air putih

PROGRESS NOTE 18 Oktober 2013

S : Demam, BAB 1 kali lembek, nyeri di leher,mual

O :

Page 15: Refleksi Kasus Dr.prima

KU : Lemas

TD : 110/70mmHg

RR : 20 x/menit

HR : 86 x/menit

Suhu : 37,80C

Kepala : mesochepal

Mata : CPA +/+, SI -/-

Telinga : dbn

Hidung : dbn

Mulut : dbn

Leher : pembesaran kelenjar parotis (+/+)

Thorax : BJ I-II regular

SD Vesikuler +/+

Abdomen: Nyeri Tekan (-) , Bising usus (+) N

Ekstreminitas : akral dingin (-), oedem (-)

Pemeriksaan penunjang : -

A : Parotitis

P : Paracetamol 3 x1

Injeksi Ranitidin 2X1 ampul

Injeksi Ondansetron 3x 4Mg

Infus RL

Vitamin B complek 3X1

Oralit

PROGRESS NOTE 19 Oktober 2013

Page 16: Refleksi Kasus Dr.prima

S : -

O :

KU : CM, baik

TD : 110/70mmHg

RR : 20 x/menit

HR : 86 x/menit

Suhu : 37,80C

Kepala : mesochepal

Mata : CPA +/+, SI -/-

Telinga : dbn

Hidung : dbn

Mulut : dbn

Leher : pembesaran kelenjar parotis (+/+)

Thorax : BJ I-II regular

SD Vesikuler +/+

Abdomen: Nyeri Tekan (-) , Bising usus (+) N

Ekstreminitas : akral dingin (-), oedem (-)

Pemeriksaan penunjang : -

A : Parotitis

P : Paracetamol 3 x1

Infus RL

Vitamin B complek 3X1

Page 17: Refleksi Kasus Dr.prima

PEMBAHASAN

Gondongan (Mumps, Parotitis Epidemika) adalah suatu infeksi virus menular yang

menyebabkan pembengkakan unilateral (satu sisi) atau bilateral (kedua sisi) pada kelenjar liur

Page 18: Refleksi Kasus Dr.prima

disertai nyeri. Mumps disebabkan oleh paramyxovirus. Virus ini ditularkan melalui percikan

ludah yang berasal dari bersin atau batuk penderita atau karena bersentuhan langsung dengan

benda-benda yang terkontaminasi oleh ludah penderita. Kebanyakan penyakit ini menyerang

anak-anak yang berumur 2-15 tahun, namun pada orang dewasa justru lebih berat. Jarang

ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 2 tahun.

Gambaran Klinis Parotitis

- Stadium Prodrom: 1-2 hari

• Febris sedang, anorexia, nyeri otot umum

• Nyeri didalam atau dibelakang telinga kalau mengunyah atau menelan

• Terkadang diserta nyeri kepala, mual/muntah & kaku kutuk (Cf. komplikasi)

- Stadium Pembengkakan: (7-9 hari)

• Kelenjar parotid makin nyeri & mulai bengkak unilateral kemudian sering menjadi bilateral

sampai hari 3-4 pembengkakan lalu mulai mereda selama 1 minggu.

• Kulit diatas parotid erithema & mungkin edema

• Pembengkakan parotid di daerah depan telinga, diatas otot maseter & di cekungan belakang

liang telinga didepan mastoideus. Telinga bagian bawah terangkat keatas & ke depan oleh

pembengkakan.

• Trismus bisa sangat berat & nyeri bila menggigit. Makan/minum yang asam sangat nyeri!

Pemeriksaan Laboratorium

Disamping leucopenia dengan limfositosis relative, didapatkan pula kenaikan kadar

amylase dengan serum yang mencapai puncaknya setelah satu minggu dan kemudian menjadi

normal kembali dalam dua minggu.

Jika penderita tidak menampakkan pembengkakan kelenjar dibawah telinga, namun

tanda dan gejala lainnya mengarah ke penyakit gondongan sehingga meragukan diagnosa.

Dokter akan memberikan order untuk dilakukannya pemeriksaan lebih lanjut seperti serum

darah. Sekurang-kurang ada 3 uji serum (serologic) untuk membuktikan spesifik mumps

Page 19: Refleksi Kasus Dr.prima

antibodies: Complement fixation antibodies (CF), Hemagglutination inhibitor antibodies

(HI), Virus neutralizing antibodies (NT).

Komplikasi

Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit, tetapi kadang

gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu.

Komplikasi bisa terjadi pada organ selain kelenjar liur, terutama jika infeksi terjadi setelah

masa pubertas. Komplikasi bisa terjadi sebelum, selama maupun sesudah kelenjar liur

membengkak; atau terjadi tanpa disertai pembengkakan kelenjar liur.

1. Orkitis : peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang terkena

mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen sehingga terjadi

kemandulan.

2. Ovoritis : peradangan pada salah satu atau kedua indung telus. Timbul nyeri perut yang

ringandan jarang menyebabkan kemandulan.

3. Ensefalitis atau meningitis : peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit

kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang.

4. 5-10% penderita mengalami meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-

6.000 penderita yang mengalami enserfalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf

yang permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah.

5. Pankreatitis : peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita

merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam waktu 1

minggu dan penderita akan sembuh total.

6. Peradangan ginjal bisa menyebabkan penderita mengeluarkan air kemih yang kental dalam

jumlah yang banyak.

7. Peradangan sendi bisa menyebabkan nyeri pada satu atau beberapa sendi.

Pengobatan

Istirahatkan penderita selama masih demam dan pembengkakan kelenjar parotis

masih ada. Karena terdapat gangguan menelan/mengunyah, sebaiknya diberikan makanan

lunak dan hindari minuman asam karena dapat menimbulkan nyeri.

Page 20: Refleksi Kasus Dr.prima

Daerah pipi/leher bisa juga dikompres secara bergantian dengan panas dan dingin.

Obat pereda nyeri (misalnya asetaminofen dan ibuprofen) bisa digunakan untuk mengatasi

sakit kepala dan tidak enak badan. Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak karena

memiliki resiko terjadinya sindroma Reye.

Kortikosteroid diberikan selama 2-4 hari dan globulin gama dipikirkan apabila

terdapat orkitis. Jika terjadi pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani tirah baring.

Untuk mengurangi nyeri, bisa dikompres dengan es batu. Jika terjadi mual dan muntah akibat

pankreatitis, bisa diberikan cairan melalui infus.

Pencegahan

Vaksin Mumps

• Vaksin hidup attenuated/dilemahkan. >90% menghasilkan antibodi.

Reaksi: jarang sekali.

• Diberi sebagai MMR pada umur 15 bulan, dan booster pada umur 4-6 tahun atau 12 tahun.

• Kontraindikasi sama dengan yang berlaku untuk Vaksin Measles & Rubella (vaksin hidup)

DIARE

Ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu :

1. Diare sekresi (Secretory Diarrhoea), disebabkan oleh :

a. Infeksi bakteri (Shigella, salmonella, E.coli, staphylococcus, aoreus, vibria cholerae, dll).

Infeksi virus (rotavirus, norwaik, astrovirus, calcivirus, coronavirus, adenovirus, dll)

Infeksi parasit (protozoa, balantidium coli, giardia lamblia, capilaria philippinensis, isospora

billi, cryptosporodium, fasiolopsis buski, sarcocystis suihaminis, dll)

b. Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, makanan

(misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalu asam), gangguan psikis (takut,

gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi, dsb.

c. Defesiensi imun terutama SigA (secretory immunoglobulin A) yang mengakibatkan

terjadinya / berlipatgandanya flora usus dan jamur terutama candida.

2. Diare Osmotik (Osmotic Diarrhoea), disebabkan oleh :

a. Malabsorpsi makanan karbohidrat (laktosa, maltosa, sukrosa, glukosa, fruktosa, galaktosa)

lemak(Long Chain Triglyceride protein (asam amino, B laktoglobulin vitamin dan mineral

b. KKP (Kekurangan Kalori Protein

c. BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah)

Page 21: Refleksi Kasus Dr.prima

d. Keracunan (food poisoning

e. Alergi

Beberapa gejala penyakit diare dapat langsung dikenali atau dirasakan oleh penderita.

Di antara gejala tersebut adalah:

Buang air besar terus menerus disertai dengan rasa mulas yang berkepanjangan

Tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari

Pegal pada punggung, dan perut sering berbunyi

Mengalami dehidrasi (kekurangan cairan tubuh)

Diare yang disebabkan oleh virus dapat menimbulkan mual dan muntah-muntah

Badan lesu atau lemah

Panas

Tidak nafsu makan

Darah dan lendir dalam kotoran

Penggolongan Obat Diare

A. Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri penyebab diare

seperti antibiotika, sulfonamide, kinolon dan furazolidon.

1. Racecordil

Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi,

mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk

terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan

ketergantungan. Racecordil yang pertama kali dipasarkan di Perancis pada

1993 memenuhi semua syarat ideal tersebut.

2. Loperamide

Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara

memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan

longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga

diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor

tersebut. Efek samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen (luka di

bagian perut), sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali

terjadi.

Page 22: Refleksi Kasus Dr.prima

3. Nifuroxazide

Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap

Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan

Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran

pencernaan.

Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare yang disebabkan oleh E.

coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik, baik digunakan

untuk anak-anak maupun dewasa.

4. Dioctahedral smectite

Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur

filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan

menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik mukus

lambung dan melawan mukolisis yang diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga

dapat memulihkan integritas mukosa usus seperti yang terlihat dari

normalisasi rasio laktulose-manitol urin pada anak dengan diare akut.

B. Obstipansia untuk terapi simtomatis (menghilangkan gejala) yang dapat

menghentikan diare dengan beberapa cara:

1. Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk

resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus seperti derivat petidin

(difenoksilatdan loperamida), antokolinergik (atropine, ekstrak belladonna)

2. Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak

(tannin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan alumunium.

3. Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada permukaannya dapat

menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau

yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini adalah

juga musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan luka-

lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin (suatu

karbohidrat yang terdapat antara lain sdalam buah apel) dan garam-garam

bismuth serta alumunium.

C. Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali

mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan oksifenonium.

Page 23: Refleksi Kasus Dr.prima

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo, Aru W, et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen

Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

2. http://medicastore.com/diare/pengobatan_diare.htm

Page 24: Refleksi Kasus Dr.prima

3. http://medicastore.com/penyakit/39/Gondongan.html