REFLEKSI KASUS FRAKTUR

37
REFLEKSI KASUS FRAKTUR Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Diajukan Kepada : dr. Sunarto, Sp. B Disusun Oleh : Ica Trianjani S. 20100310010

description

kedokteran

Transcript of REFLEKSI KASUS FRAKTUR

Page 1: REFLEKSI KASUS FRAKTUR

REFLEKSI KASUS

FRAKTUR

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah

Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta

Diajukan Kepada :

dr. Sunarto, Sp. B

Disusun Oleh :

Ica Trianjani S.

20100310010

BAGIAN ILMU BEDAH RSUD SETJONEGORO WONOSOBO

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2014

Page 2: REFLEKSI KASUS FRAKTUR

LEMBAR PENGESAHAN

REFLEKSI KASUS

FRAKTUR

Telah dipresentasikan pada tanggal :

Nopember 2014

Disusun oleh :

Ica Trianjani S.

20100310010

Disetujui oleh :

Dokter Pembimbing

dr. Sunarto, Sp. B

2

Page 3: REFLEKSI KASUS FRAKTUR

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas

segala limoahan rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas dalam refleksi kasus untuk memenuhi sebagian syarat

mengikuti ujian origram pendidikan profesi dibagian Ilmu Bedah dengan judul :

FRAKTUR

penulis refleksi ini dapat terwujud atas bantuan berbagai pihak, oleh

karena itu maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada :

1. dr. Sunarto, Sp. B selaki dokter pembimbing dan dokter spesialis

Bedah RSUD Wonosobo.

2. dr. Dimyati Ahmad, Sp. B selaku dokter spesialis Bedah RSUD

Wonosobo.

3. Teman-teman koass serta tenaga kesehtan RSUD Wonosobo yang

telah membantu penulis dalam menyusun tugas ini.

Dalam penyusunan refleksi kasus ini penulis menyadari bahwa masih memiliki

banyak kekurangan. Penulis mangharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan

penyususnan refleksi kasus dimasa yang akan datang. Semoga dapat menambah

pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. wb

Wonosobo, Nopember 2014

Ica trianjani S.

3

Page 4: REFLEKSI KASUS FRAKTUR

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................ii

KATA PENGANTAR.........................................................................................................iii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................iv

A. Definisi............................................................................................................................1

B. Anatomi...........................................................................................................................4

C. Etiologi............................................................................................................................8

D. Klasifikasi.......................................................................................................................8

E. Manifestasi Klinis...........................................................................................................9

F. Diagnosis.........................................................................................................................10

G. Penatalaksanaan..............................................................................................................10

H. Komplikasi......................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................iii

4

Page 5: REFLEKSI KASUS FRAKTUR

FRAKTUR

A. DEFINISI

Patah tulang atau fraktur didefinisikan sebagai hilangnya atau adanya

gangguan integritas dari tulang, termasuk cedera pada sumsum tulang,

periosteum, dan jaringan yang ada di sekitarnya. Fraktur ekstrimitas adalah

fraktur yang terjadi pada tulang yang membentuklokasi ekstrimitas atas

(radius, ulna, carpal) dan ekstrimitas bawah (pelvis, femur, tibia, fibula,

metatarsal, dan lain-lain).

B. ANATOMI

Anatomi Tulang

Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intraseluler. Tulang berasal dari

embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis” menjadi

tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut “Osteoblast”. Proses

mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium. Ada 206 tulang dalam

tubuh manusia, Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok

berdasarkan bentuknya :

1). Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang

disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari

epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat daerah

tulang rawan yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng

pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh karena akumulasi tulang rawan di

lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan

oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang

5

Page 6: REFLEKSI KASUS FRAKTUR

yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone (cancellous atau trabecular).

Pada akhir tahun-tahun remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi,

dan tulang berhenti tumbuh. Hormon pertumbuhan, estrogen, dan testosteron

merangsang pertumbuhan tulang panjang. Estrogen, bersama dengan

testosteron, merangsang fusi lempeng epifisis. Batang suatu tulang panjang

memiliki rongga yang disebut kanalis medularis. Kanalis medularis berisi

sumsum tulang.

2). Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous

(spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.

3). Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat

dengan lapisan luar adalah tulang concellous.

4). Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang

pendek.

5). Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang

yang berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan

fasial, misalnya patella (kap lutut).

Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya

terdiri atas tiga jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas

berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang.

Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2% subtansi dasar

(glukosaminoglikan, asam polisakarida) dan proteoglikan). Matriks

merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik ditimbun.

Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan

6

Page 7: REFLEKSI KASUS FRAKTUR

terletak dalam osteon (unit matriks tulang ). Osteoklas adalah sel multinuclear

(berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remosdeling

tulang. Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang dewasa.

Ditengah osteon terdapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan

matriks tulang yang dinamakan lamella. Didalam lamella terdapat osteosit,

yang memperoleh nutrisi melalui prosesus yang berlanjut kedalam kanalikuli

yang halus (kanal yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak

sejauh kurang dari 0,1 mm). Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrous

padat dinamakan periosteum. Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan

memungkinkannya tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan

ligamen. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfatik.

Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblast, yang

merupakan sel pembentuk tulang. Endosteum adalah membran vaskuler tipis

yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga-rongga dalam

tulang kanselus. Osteoklast , yang melarutkan tulang untuk memelihara

rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan dalam lacuna Howship

(cekungan pada permukaan tulang). Struktur tulang dewasa terdiri dari 30 %

bahan organik (hidup) dan 70 % endapan garam. Bahan organik disebut

matriks, dan terdiri dari lebih dari 90 % serat kolagen dan kurang dari 10 %

proteoglikan (protein plus sakarida). Deposit garam terutama adalah kalsium

dan fosfat, dengan sedikit natrium, kalium karbonat, dan ion magnesium.

Garam-garam menutupi matriks dan berikatan dengan serat kolagen melalui

proteoglikan. Adanya bahan organik menyebabkan tulang memiliki kekuatan

7

Page 8: REFLEKSI KASUS FRAKTUR

tensif (resistensi terhadap tarikan yang meregangkan). Sedangkan garam-

garam menyebabkan tulang memiliki kekuatan kompresi (kemampuan

menahan tekanan). Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerus dan

dapat berupa pemanjangan dan penebalan tulang. Kecepatan pembentukan

tulang berubah selama hidup. Pembentukan tulang ditentukan oleh rangsangn

hormon, faktor makanan, dan jumlah stres yang dibebankan pada suatu tulang,

dan terjadi akibat aktivitas sel-sel pembentuk tulang yaitu osteoblas. Osteoblas

dijumpai dipermukaan luar dan dalam tulang. Osteoblas berespon terhadap

berbagai sinyal kimiawi untuk menghasilkan matriks tulang. Sewaktu pertama

kali dibentuk, matriks tulang disebut osteoid. Dalam beberapa hari

garamgaram kalsium mulai mengendap pada osteoid dan mengeras selama

beberapa minggu atau bulan berikutnya. Sebagian osteoblast tetap menjadi

bagian dari osteoid, dan disebut osteosit atau sel tulang sejati. Seiring dengan

terbentuknya tulang, osteosit dimatriks membentuk tonjolan-tonjolan yang

menghubungkan osteosit satu dengan osteosit lainnya membentuk suatu

sistem saluran mikroskopik di tulang. Kalsium adalah salah satu komponen

yang berperan terhadap tulang, sebagian ion kalsium di tulang tidak

mengalarni kristalisasi. Garam nonkristal ini dianggap sebagai kalsium yang

dapat dipertukarkan, yaitu dapat dipindahkan dengan cepat antara tulang,

cairan interstisium, dan darah. Sedangkan penguraian tulang disebut absorpsi,

terjadi secara bersamaan dengan pembentukan tulang. Penyerapan tulang

terjadi karena aktivitas sel-sel yang disebut osteoklas. Osteoklas adalah sel

fagositik multinukleus besar yang berasal dari sel-sel mirip-monosit yang

8

Page 9: REFLEKSI KASUS FRAKTUR

terdapat di tulang. Osteoklas tampaknya mengeluarkan berbagai asam dan

enzim yang mencerna tulang dan memudahkan fagositosis. Osteoklas biasanya

terdapat pada hanya sebagian kecil dari potongan tulang, dan memfagosit

tulang sedikit demi sedikit. Setelah selesai di suatu daerah, osteoklas

menghilang dan muncul osteoblas. 0steoblas mulai mengisi daerah yang

kosong tersebut dengan tulang baru. Proses ini memungkinkan tulang tua yang

telah melemah diganti dengan tulang baru yang lebih kuat. Keseimbangan

antara aktivitas osteoblas dan osteoklas menyebabkan tulang terus menerus

diperbarui atau mengalami remodeling. Pada anak dan remaja, aktivitas

osteoblas melebihi aktivitas osteoklas, sehingga kerangka menjadi lebih

panjang dan menebal. Aktivitas osteoblas juga melebihi aktivitas osteoklas

pada tulang yang pulih dari fraktur. Pada orang dewasa muda, aktivitas

osteoblas dan osteoklas biasanya setara, sehingga jumlah total massa tulang

konstan. Pada usia pertengahan, aktivitas osteoklas melebihi aktivitas

osteoblas dan kepadatan tulang mulai berkurang. Aktivitas osteoklas juga

meningkat pada tulang-tulang yang mengalami imobilisasi. Pada usia dekade

ketujuh atau kedelapan, dominansi aktivitas osteoklas dapat menyebabkan

tulang menjadi rapuh sehingga mudah patah. Aktivitas osteoblas dan osteoklas

dikontrol oleh beberapa faktor fisik dan hormon. Faktor-faktor yang

mengontrol Aktivitas osteoblas dirangsang oleh olah raga dan stres beban

akibat arus listrik yang terbentuk sewaktu stres mengenai tulang. Fraktur

tulang secara drastis merangsang aktivitas osteoblas, tetapi mekanisme

pastinya belum jelas. Estrogen, testosteron, dan hormon perturnbuhan adalah

9

Page 10: REFLEKSI KASUS FRAKTUR

promotor kuat bagi aktivitas osteoblas dan pertumbuhan tulang. Pertumbuhan

tulang dipercepat semasa pubertas akibat melonjaknya kadar hormon-hormon

tersebut. Estrogen dan testosteron akhirnya menyebabkan tulang-tulang

panjang berhenti tumbuh dengan merangsang penutupan lempeng epifisis

(ujung pertumbuhan tulang). Sewaktu kadar estrogen turun pada masa

menopaus, aktivitas osteoblas berkurang. Defisiensi hormon pertumbuhan

juga mengganggu pertumbuhan tulang. Vitamin D dalam jumlah kecil

merangsang kalsifikasi tulang secara langsung dengan bekerja pada osteoblas

dan secara tidak langsung dengan merangsang penyerapan kalsium di usus.

Hal ini meningkatkan konsentrasi kalsium darah, yang mendorong kalsifikasi

tulang. Namun, vitamin D dalam jumlah besar meningkatkan kadar kalsium

serum dengan meningkatkan penguraian tulang. Dengan demikian, vitamin D

dalam jumlah besar tanpa diimbangi kalsium yang adekuat dalam makanan

akan menyebabkan absorpsi tulang. Adapun faktor-faktor yang mengontrol

aktivitas osteoklas terutama dikontrol oleh hormon paratiroid. Hormon

paratiroid dilepaskan oleh kelenjar paratiroid yang terletak tepat di belakang

kelenjar tiroid. Pelepasan hormon paratiroid meningkat sebagai respons

terhadap penurunan kadar kalsium serum. Hormon paratiroid meningkatkan

aktivitas osteoklas dan merangsang pemecahan tulang untuk membebaskan

kalsium ke dalam darah. Peningkatan kalsium serum bekerja secara umpan

balik negatif untuk menurunkan pengeluaran hormon paratiroid lebih lanjut.

Estrogen tampaknya mengurangi efek hormon paratiroid pada osteoklas. Efek

lain Hormon paratiroid adalah meningkatkan kalsium serum dengan

10

Page 11: REFLEKSI KASUS FRAKTUR

menurunkan sekresi kalsium oleh ginjal. Hormon paratiroid meningkatkan

ekskresi ion fosfat oleh ginjal sehingga menurunkan kadar fosfat darah.

Pengaktifan vitamin D di ginjal bergantung pada hormon paratiroid.

Sedangkan kalsitonin adalah suatu hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar

tiroid sebagai respons terhadap peningkatan kadar kalsium serum. Kalsitonin

memiliki sedikit efek menghambat aktivitas dan pernbentukan osteoklas.

Efek-efek ini meningkatkan kalsifikasi tulang sehingga menurunkan kadar

kalsium serum.

C. ETIOLOGI

Penyebab fraktur adalah trauma yang mengenai tulang, dimana trauma

tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang, dan mayoritas fraktur akibat

kecelakaan lalu lintas. Trauma-trauma lain adalah jatuh dari ketinggian,

kecelakaan kerja, cidera olah raga. Trauma bisa terjadi secara langsung dan

tidak langsung. Dikatakan langsung apabila terjadi benturan pada tulang dan

mengakibatkan fraktur di tempat itu, dan secara tidak langsung apabila titik

tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.

Penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

a. Cedera traumatik

Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :

a.) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga

tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur

melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.

11

Page 12: REFLEKSI KASUS FRAKTUR

b.) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi

benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan

fraktur klavikula.

c.) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang

kuat.

b. Fraktur Patologik

Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana

dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada

berbagai keadaan berikut :

a.) Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang

tidak terkendali dan progresif.

b.) Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut

atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan

sakit nyeri.

c.) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi

Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya

disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan

kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau

fosfat yang rendah.

c. Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus

misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.

12

Page 13: REFLEKSI KASUS FRAKTUR

D. PATOFISIOLOGI

Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur

merangsang tubuh untuk

menyembuhkan tulang

yang patah dengan jalan

membentuk tulang baru

diantara ujung patahan

tulang. Tulang baru

dibentuk oleh aktivitas

sel-sel tulang. Ada lima

stadium penyembuhan tulang, yaitu :

1. Stadium Satu-Pembentukan Hematoma

Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-

sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai

tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 –

48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali.

2. Stadium Dua-Proliferasi Seluler

Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago

yang berasal dari periosteum,`endosteum, dan bone marrow yang telah

mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke

dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan

terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru

13

Page 14: REFLEKSI KASUS FRAKTUR

yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung

selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.

3. Stadium Tiga-Pembentukan Kallus

Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik,

bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan

juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan

osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati.

Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk

kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang

yang imatur (anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada

tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah frakturmenyatu.

4. Stadium Empat-Konsolidasi

Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah

menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan

osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat

dibelakangnya osteoclast mengisi celahcelah yang tersisa diantara fragmen

dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu

beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.

5. Stadium Lima-Remodelling

Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama

beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses

resorbsi dan pembentukan tulang yang terusmenerus. Lamellae yang lebih

tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang

14

Page 15: REFLEKSI KASUS FRAKTUR

tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk

struktur yang mirip dengan normalnya.

E. JENIS FRAKTUR

1. Berdasarkan garis fraktur

a. Fraktur komplit

Garis patahnya melalui seluruh penampang tulang melalui kedua korteks

tulang.

b. Fraktur in komplit

Garis patahnya tidak melaui seluruh penampang tulang

2. Fraktur menurut jumlah dan garis patah/bentuk/konfigurasi

a. Fraktur comminute : banyak fraktur/fragmen tulang yang terlepas

b. Fraktur segmental : bila garis patah lebih dari satu tetapi tidak

berhubungan satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi

sulit untuk sembuh

c. Fraktur multipel : garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang

berlainan tempatnya.

3. Fraktur menurut posisi fragmen

a. Fraktur undisplaced ( tidak bergeser ) : garis patah komplit tetapi kedua

fragmen tidak bergeser, periosteumnya masih utuh.

b. Fraktur displaced (bergeser) : terjadi pergeseran fragmen-fragmen

fraktur tulang yang disebut juga dislokasi fragmen.

4. Menurut hubungan antara fragmen dan dengan dunia luar

a. Fraktur terbuka (open fraktura)

15

Page 16: REFLEKSI KASUS FRAKTUR

Fraktur terbuka karena integritas kulit robek/terbuka dan ujung tulang

menonjol sampai menembus tulang.

Fraktur terbuka ini dibagi menjadi tiga berdasarkan tingkat keparahan :

Derajat I : robekan kulit kurang dari 1 cm dengan kerusakan

kulit/jaringan minimal.

Derajat II : luka lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan sedang , potensial

infeksi lebih besar, fraktur merobek kulit dan otot.

Derajat III : kerusakan/robekan lebih dari 6/8 cm dengan kerusakan

jaringan otot, saraf, dan tendon, kontaminasi sangat besar dan harus

segera diatasi.

b. Fraktur tertutup (close fraktur)

Fraktur tidak komplek, integritas kulit masih utuh, tidak ada gambaran

tulang yang keluar dari kulit.

5. Fraktur bentuk fragmen dan hubungan dengan mekanisme trauma

a. Fraktur transversal ( melintang ) : garis patah tulang melintang sumbu

tulang (80-100 dari sumbu tulang)

b. Oblik : garis patah tulang melintang sumbu tulang

(<80 atau >100 dari sumbu tulang).

c. Longitudinal : garis patah mengikuti sumbu tulang.

d. Spiral : garis patah tulang berada didua bidang atau

lebih.

e. Comminuted ; terdapat 2 atau lebih garis fraktur.

F. MANIFESTASI KLINIS

16

Page 17: REFLEKSI KASUS FRAKTUR

1. Deformitas

2. Bengkak/edema

3. Echimosis (Memar)

4. Spasme otot

5. Nyeri

6. Kurang/hilang sensasi

7. Krepitasi

8. Pergerakan abnormal

G. DIAGNOSIS

Untuk mendiagnosis fraktur, pertama tama dapat dilakukan anamnesis

baik dari pasien maupun pengantar pasien. Informasi yang digali adalah

mekanisme cedera, apakah pasien mengalami cedera atau fraktur sebelumnya.

Pasien dengan fraktur tibia mungkin akan mengeluh rasa sakit, bengkak dan

ketidakmampuan untuk berjalan atau bergerak, sedangkan pada fraktur fibula

pasien kemungkinan mengeluhkan hal yang sama kecuali pasien mungkin

masih mampu bergerak.

Selain anamnesis, pemeriksaan fisik juga tidak kalah pentingnya.

Pemeriksaan fisik yang dibutuhkan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu

look, feel, move. Yang pertama look atau inspeksi di mana kita memperhatikan

penampakan dari cedera, apakah ada fraktur terbuka (tulang terlihat kontak

dengan udara luar). Apakah terlihat deformitas dari ekstremitas tubuh,

hematoma, pembengkakan dan lain-lain. Hal kedua yang harus diperhatikan

adalah feel atau palpasi. Kita harus mempalpasi seluruh ekstremitis dari

17

Page 18: REFLEKSI KASUS FRAKTUR

proksimal hingga distal termasuk sendi di proksimal maupun distal dari cedera

untuk menilai area rasa sakit, efusi, maupun krepitasi. Seringkali akan

ditemukan cedera lain yang terjadi bersamaan dengan cedera utama. Poin

ketiga yang harus dinilai adalah move. Penilaian dilakukan untuk mengetahui

ROM (Range of Motion).

Seringkali pemeriksaan ROM tidak bisa dilakukan karena rasa sakit yang

dirasakan oleh pasien tetapi hal ini harus tetap didokumentasikan.

Pemeriksaan ekstrimitas juga harus melingkupi vaskularitas dari

ekstrimitas termasuk warna, suhu, perfusi, perabaan denyut nadi, capillary

return (normalnya < 3 detik) dan pulse oximetry. Pemeriksaan neurologi

yang detail juga harus mendokumentasikan fungsi sensoris dan motoris.

Tegantung dari kondisi pasien, pemeriksaan foto thorax dapat

dilakukan. Dalam pemeriksaaan radiologi untuk cedera dan fraktur

diberlakukan rule of two yaitu7:

a. Dua sudut pandang

b. Dua Sendi

c. Dua ekstrimitas

d. Dua waktu

H. PENATALAKSANAAN

Tujuan pengobatan fraktur adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari patah

tulang supaya satu sama lain saling berdekatan, selain itu menjaga agar tulang

tetap menempel sebagaimana mestinya. Proses penyembuhan memerlukan waktu

18

Page 19: REFLEKSI KASUS FRAKTUR

minimal 4 minggu, tetapi pada usia lanjut biasanya memerlukan waktu yang lebih

lama. Setelah sembuh, tulang biasanya kuat dan kembali berfungsi.

Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk

melakukan pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan

(breathing), dan sirkulasi (circulating), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah

dinyatakan tidak ada masalah lagi , baru lakukan amnesis dan pemeriksaan fisik

secara terperinci. Waktu terjadinya kecelakaan penting ditanyakan untuk

mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden period 1-6 jam , bila

lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan amnesis dan

pemeriksaan fisis secara cepat , singkat dan lengkap. Kemudian, lakukan foto

radiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan

mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak selain

memudahkan proses pembuatan foto.

Penatalaksanaan fraktur telah banyak mengalami perubahan dalam waktu

sepuluh tahun terakhir ini. Traksi dan spica casting atau cast bracing mempunyai

banyak kerugian karena waktu berbaring lebih lama, meski pun merupakan

penatalaksanaan non-invasif pilihan untuk anak-anak. Oleh karena itu tindakan ini

banyak dilakukan pada orang dewasa.

Bila keadaan penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat

dimobilisasi dengan salah satu cara dibawah ini:

a. Traksi

Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk

menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan traksi

adalah untuk menangani fraktur, dislokasi atau spasme otot dalam usaha

19

Page 20: REFLEKSI KASUS FRAKTUR

untuk memperbaiki deformitas dan mempercepat penyembuhan. Traksi

menggunakan beban untuk menahan anggota gerak pada tempatnya. Tapi

sekarang sudah jarang digunakan. Traksi longitudinal yang memadai

diperlukan selama 24 jam untuk mengatasi spasme otot dan mencegah

pemendekan, dan fragmen harus ditopang di posterior untuk mencegah

pelengkungan. Traksi pada anak-anak dengan fraktur femur harus kurang dari

12 kg, jika penderita yang gemuk memerlukan beban yang lebih besar.

b. fiksasi interna

Fiksasi interna dilakukan dengan pembedahan untuk menempatkan

piringan atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang. Fiksasi interna

merupakan pengobatan terbaik untuk patah tulang pinggul dan patah

tulang disertai komplikasi.

c. Pembidaian

Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/ trauma

sistem muskuloskeletal untuk mengistirahatkan (immobilisasi) bagian

tubuh kita yang mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat yaitu

benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.

d. Pemasangan Gips atau Operasi Dengan Orif

Gips adalah suatu bubuk campuran yang digunakan untuk membungkus

secara keras daerah yang mengalami patah tulang. Pemasangan gips

bertujuan untuk menyatukan kedua bagian tulang yang patah agar tak

20

Page 21: REFLEKSI KASUS FRAKTUR

bergerak sehingga dapat menyatu dan fungsinya pulih kembali dengan

cara mengimobilisasi tulang yang patah tersebut.

e. Penyembuhan Fraktur

Penyembuhan fraktur dibantu oleh pembebanan fisiologis pada tulang ,

sehingga dianjurkan untuk melakukan aktifitas otot dan penahanan beban

secara lebih awal. Tujuan ini tercakup dalam tiga keputusan yang

sederhana : reduksi, mempertahankan dan lakukan latihan.

Menurut jika satu tulang sudah patah, jaringan lunak di sekitarnya juga

rusak, periosteum terpisah dari tulang, dan terjadi perdarahan yang cukup

berat dan bekuan darah akan terbentuk pada daerah tersebut. Bekuan darah

akan membentuk jaringan granulasi didalamnya dengan sel-sel pembentuk

tulang primitif (osteogenik) dan berdiferensiasi menjadi krodoblas dan

osteoblas. Krodoblas akan mensekresi posfat, yang merangsang deposisi

kalsium. Terbentuk lapisan tebal (kalus) disekitar lokasi fraktur. Lapisan

ini terus menebal dan meluas, bertemu dengan lapisan kalus dari fragmen

tulang dan menyatu.

Penyatuan dari kedua fragmen terus berlanjut sehingga terbentuk trebekula

oleh osteoblas, yang melekat pada tulang dan meluas menyebrangi lokasi

fraktur.

I. KOMPLIKASI

1. Komplikasi Awal

a. Kerusakan Arteri

21

Page 22: REFLEKSI KASUS FRAKTUR

Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,

CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin

pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting,

perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.

b. Kompartement Syndrom

Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi

karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan

parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot,

saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips

dan embebatan yang terlalu kuat.

c. Fat Embolism Syndrom

Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering

terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak

yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan

menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan

gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.

d. Infeksi

System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada

trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke

dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga

karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.

e. Avaskuler Nekrosis

22

Page 23: REFLEKSI KASUS FRAKTUR

Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak

atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali

dengan adanya Volkman’s Ischemia.

f. Shock

Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya

permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini

biasanya terjadi pada fraktur.

2. Komplikasi Dalam Waktu Lama

a. Delayed Union

Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan

waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena

penurunan supai darah ke tulang.

b. Nonunion

Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan memproduksi

sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion

ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang

membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena

aliran darah yang kurang.

c. Malunion

Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya

tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan

dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik fungsi tulang.

23