Rangkuman Gerontik (Sistem Kardiovaskular)

9
Sistem Kardiovaskular 1. Perubahan Fisiologis Kardiovaskular Perubahan Fisiologis Sistem Kardiovaskular pada Lansia Penyebab Manifestasi Ventrikel kiri mengalami penebalan Menurunnya fungsi serat- serat elastis dan adanya peningkatan densitas kolagen Menurunnya kemampuan distensi dan kontraktilitas jantung Katup-katup jantung menebal Mengalirnya darah bertekanan tinggi secara terus-menerus Menghalangi katup membuka secara maksimal sehingga mengurangi kemampuan pengosongan ventrikel Arteri menjadi membesar dan memanjang Fibrosis, proliferasi sel, akumulasi lemak dan kalsium Rentan mengalami aterosklerosis Vena mengalami Penebalan pada Edema

description

Keperaqatan anak

Transcript of Rangkuman Gerontik (Sistem Kardiovaskular)

Sistem Kardiovaskular1. Perubahan Fisiologis KardiovaskularPerubahan Fisiologis Sistem Kardiovaskular pada LansiaPenyebabManifestasi

Ventrikel kiri mengalami penebalanMenurunnya fungsi serat-serat elastis dan adanya peningkatan densitas kolagenMenurunnya kemampuan distensi dan kontraktilitas jantung

Katup-katup jantung menebalMengalirnya darah bertekanan tinggi secara terus-menerusMenghalangi katup membuka secara maksimal sehingga mengurangi kemampuan pengosongan ventrikel

Arteri menjadi membesar dan memanjang Fibrosis, proliferasi sel, akumulasi lemak dan kalsiumRentan mengalami aterosklerosis

Vena mengalami dilatasi, katup-katup menjadi tidak kompetenPenebalan pada lapisan tunica intimaEdema ekstremitas bawah

Sistem konduksi jantung menurunBerkurangnya jumlah sel Pacemaker Menyebabkan disritmia

Menebalnya jaringan elastis di sekitar nodus sinoatrialKemampuan mengantarkan potensial aksi menurun

Menurunnya kemampuan mekanisme barorefleksPerubahan struktur pada pembuluh darahDenyut jantung tidak naik/turun seefektif sebelumnya (kemampuan resistensi pembuluh darah menjadi turun)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fungsi Sistem Kardiovaskuler pada LansiaFaktor-faktor tersebut meliputi:1. MerokokMerokok dapat mempercepat proses aterosklerosis, meningkatkan level kolesterol jahat (LDL), dan menurunkan kolestrol baik (HDL) (Miller, 2012). Merokok memiliki efek menggantikan oksigen pada hemoglobin dengan karbondioksida, meningkatkan konsumsi oksigen miokardium, dan menurunkan ambang batas fibrilasi ventrikel selama infark miokardium.2. Penurunan aktivitas fisikTingkat aktivitas fisik yang rendah dapat menyebabkan penurunan tonus otot dan kemudian akan digantikan dengan jaringan lemak yang seringkali dikaitkan dengan risiko terhadap sejumlah penyakit sistem kardiovaskuler, seperti penyakit jantung koroner.3. HipertensiHipertensi adalah penyakit kardiovaskuler yang jika pada lansia akan menyebabkan risiko terjadinya penyakit arteri koroner, stroke iskemik, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung kongestif [Aronow, (2008) dalam Miller, (2012)].Tabel 2. Derajat HipertensiTekanan DarahSistolik (mmHg)Diastolik (mmHg)

Normal100

Sumber: Miller, C.A. (2012). Nursing for wellness in older adults: theory and practice. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.4. Gangguan lemak (dislipidemia & hiperlipidemia)Kadar kolestrol total meningkat secara bertahap dengan bertambahnya usia. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan tingginya kadar kolestrol LDL dan rendahnya kadar kolestrol HDL.

5. ObesitasKondisi obesitas meningkatkan risiko terhadap beberapa penyakit kardiovaskuler, seperti hipertensi, stroke, ateroskleroris, dan penyakit jantung koroner. 6. Kebiasaan dietKesimpulan dari studi yang dilakukan oleh Llyold-Jones, et al, (2009) dalam Miller (2012), meliputi:a. Konsumsi padi 2,5 porsi per hari berhubungan dengan 21% risiko lebih rendah terhadap penyakit kardiovaskuler dibandingkan dengan 0,2 porsi per hari.b. Konsumsi buah-buahan dan sayuran setiap hari berhubungan dengan penurunan risiko penyakit jantung koroner sebesar 4% dan penurunan risiko stoke sebesar 5%.c. Penggunaan sodium rendah menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler sebesar 25%.7. Sindrom metabolikSindrom metabolik atau sering dikenal dengan sindrom resistensi insulin, merupakan salah satu faktor risiko yang memengaruhi kondisi sistem kardiovaskuler lansia, yang meliputi gangguan lemak, hipertensi, dan resistensi insulin, yang meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler atau diabetes mellitus tipe 2 (Miller, 2012). 8. Faktor keturunanRisiko penyakit kardiovaskuler, seperti hipertensi, dapat meningkat dikarenakan faktor keturunan yang dimiliki. 9. Faktor psikososialFaktor psikososial seperti stres, cemas, depresi, isolasi sosial, dan dukungan sosial yang rendah, atau pun faktor psikologis lain berhubungan dengan meningkatnya risiko penyakit kardiovaskuler. 3. Gangguan Patologis Sistem Kardiovaskuler LansiaGangguan-gangguan patologis yang sering terjadi pada lansia meliputi:1. Penyakit vaskuler perifer (aterosklerosis)Aterosklerosis ditandai dengan terbentuknya plak di dinding arteri besar sehingga mempersempit lumen pembuluh darah (aliran darah terganggu) dan menurunkan elastisitas pembuluh darah tersebut. Gejala yang timbul biasanya rasa nyeri yang amat sangat (Stanley, 2006).2. Penyakit katup jantungPenyakit katup jantung pada lansia berhubungan dengan penebalan dan kekakuan akibat aliran darah bertekanan tinggi. Gejalanya diantaranya dispnea saat beraktivitas, nyeri dada, dan terdengar murmur saat diauskultasi (Stanley, 2006).

3. Gagal jantung kongestifGagal jantung kongestif merupakan ketidakmampuan jantung memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Terjadi akibat hipertensi, jantung iskemik, atau penyakit katup jantung. Gejala klinis gagal jantung kongestif pada lansia sama dengan gagal jatung kongestif pada umumnya, yakni dispnea, ortopnea, edema, anoreksia (Wallace, 2008).4. DisritmiaPerubahan struktural dan fungsional yang terjadi pada sistem kardiovaskuler lansia sering menyebabkan disritmia, yakni perubahan frekuensi atau irama denyut jantung. Tanda-tanda: perubahan perilaku, seperti gelisah, sesak napas, keletihan, hingga jatuh (Stanley, 2006).5. Hipertensi Penyebab hipertensi dapat berupa faktor yang tidak bisa diubah, seperti keturunan, ataupun gaya hidup yang kurang sehat, seperti merokok. Tidak memiliki tanda dan gejala yang jelas, kecuali beberapa lansia akan merasakan sakit kepala jika tekanan darahnya tinggi.6. HipotensiAda dua jenis hipotensi yang sering dialami lansia, yakni hipotensi ortostatik dan hipotensi postprandial.a. Hipotensi ortostatikHipotensi ortostatik : penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik, masing-masing sebesar 10-20 mmHg, dalam waktu 1-4 menit pertama ketika berdiri setelah berbaring setidaknya selama 5 menit. Sering muncul pada lansia yang memiliki faktor risiko, seperti anemia, dehidrasi, atau pada lansia yang mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Gejala diantaranya pusing penglihatan kabur,dan kelelahan.b. Hipotensi postprandialHipotensi postprandial: penurunan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg atau lebih dalam waktu 2 jam setelah makan. Beberapa penyebab: gangguan mekanisme barorefleks dan pengosongan lambung yang cepat. Lansia yang mengalami hipotensi postprandial rentan terhadap risiko jatuh akibat pusing (Miller, 2012).4. PengkajianA. Pengkajian dasar fungsi kardiovaskulerDilakukan menggunakan beberapa indikator, seperti denyut nadi dan bunyi jantung. Temuan normal pada lansia sama dengan temuan normal pada usia dewasa. a. Auskultasi terdegar bunyi jantung keempatb. Kesulitas menentukan batas jantung dengan cara perkusic. Perubahan hasil elektrokardiografi, seperti perpanjangan P-RJika pada hasil pengkajian dasar ditemukan hasil yang tidak biasa, misalkan ditemukan aritmia, maka perawat wajib untuk mengevaluasi, apakah temuan itu baru, atau kondisi itu sudah ditemukan sebelumya tetapi belum diberikan intervensi, atau sedang dilakukan intervensi atas kondisi tersebut. Selanjutnya, dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut jika diperlukan ataupun evaluasi atas tindakan yang dilakukan jika sudah diberikan intervensi (Miller, 2012).B. Pengkajian tekanan darahUntuk mendeteksi kejadian hipertensi ataupun hipotensi yang sering dialami lansia. C. Identifikasi faktor risiko penyakit kardiovaskulerIdentifikasi faktor risiko ini dapat dilakukan dengan wawancara kepada lansia dan menanyakan beberapa hal mengenai diet sehari-hari, aktivitas fisik, dan kebiasaan lain yang dimiliki, seperti merokok. D. Pengkajian tanda dan gejala penyakit kardiovaskulerPengkajian tanda dan gejala penyakit kardiovaskuler pada lansia lebih sulit dikarenakan tanda dan gejala yang timbul tidak jarang berbeda dengan manifestasi pada umumnya. E. Pengkajian pengetahuan tentang penyakit kardiovaskulerPerawat juga perlu menilai pengetahuan lansia tentang tentang manifestasi klinis dari penyakit kardiovaskuler. Beberapa hal yang dapat ditanyakan untuk mengetahui pengetahuan lansia mengenai tanda dan gejala penyakit kardiovaskuler, diantaranya (Miller, 2012):a. Perasaan berdebar-debar di dadab. Kesulitan mengambil napas pasa saat melakukan aktivitas normal sehari-haric. Pembengkakan pada kaki dan tungkaid. Rasa pusiang atau pandangan gelap setelah bergerak cepat