Kegawatdaruratan Kardiovaskular
Embed Size (px)
description
Transcript of Kegawatdaruratan Kardiovaskular

BAB 7
KEGAWATDARURATAN KARDIOVASKULAR
Kegawatdaruratan kardiovaskular memerlukan perawatan segera oleh tim
perawatan kardiovaskular dan dirawat di unit perawatan intensif (ICU) atau
bagian kegawatdaruratan setelah stabilisasi awal.
Topik yang disajikan pada bab ini meliputi bradikardi simptomatik, takikardi
simptomatik, ST elevasi miokard infark (STEMI), komplikasi akhir dari
infark miokard (MI), tamponade jantung, kegawatdaruratan hipertensi
emergensi, syok kardiogenik termasuk gagal jantung dekompensasi akut
(ADHF) dan kegagalan pemakaian perangkat jantung.
Bab ini dimaksudkan sebagai checklist cepat langsung untuk membantu
mengelola pasien dengan kegawatdaruratan kardiovaskular di atas. Diskusi
rinci dari setiap penyakit dapat ditemukan di tempat lain dalam buku ini.
BRADIKARDI SIMPTOMATIK
Prinsip Umum
Bertanyalah pada diri sendiri “5S”, pertanyaan untuk denyut jantung yang
mulai melemah, hal ini bisa membantu dengan cepat memikirkan
diagnosis dan rencana tindakan : apakah pasien “stable”? apa ada
“symptoms”? dimana “source” ? bagaimana meningkatkan “speed” denyut
jantung? dan haruskah saya “set up” pacemaker?
Pedoman berdasarkan Advanced Cardiac Life Support (ACLS) untuk
bradikardi simptomatik disediakan pada gambar 7-1 . 1
Pastikan bahwa pasien memiliki akses intravena (IV) dan oksigen yang
mencukupi. Panggil tim resusitasi. Selain itu, alat paju jantung external
harus ditempatkan pada pasien dan terhubung ke monitor dengan
transcutaneous pacing.

DIAGNOSIS
Bradikardi pada orang dewasa didefinisikan sebagai denyut jantung ketika
beristirahat kurang dari 60 kali per menit; Namun, jarang ada gejala
kurang dari 50 kali per menit.
Nadi yang teraba terhubung dengan elektrokardiogram ( EKG ).
Bradikardi asimptomatik tidak memerlukan penanganan segera.
Gejala bradikardi simptomatik pada saat istirahat atau dengan hipotensi
atau syncope membutuhkan perhatian terhadap sirkulasi, jalan napas, dan
pernapasan serta memulai bantuan dasar hidup jika sesuai.
Tinjauan singkat terhadap irama pada EKG penting untuk menentukan
apakah bradikardi berasal dari nodus atrioventricular (AV) atas atau
bawah.
AV blok lanjutan (tipe II kedua atau tingkat tiga AV block) tidak mungkin
untuk menanggapi peningkatan denyut jantung atrial dimana atropin
menyediakan dan akan membutuhkan kecepatan segera.
Bradikardi ventrikular tidak stabil, dan membutuhkan persiapan untuk
kecepatan segera.

Bradikardi pada orang dewasa(ada denyut)
Identifikasi dan tangani penyebab mendasarPertahankan jalan napas, bantuan pernapasan jika perlu
Oksigen (jika hipoxemia)Monitor jantung untuk menilai irama, monitor tekanan darah dan oksimetri
Akses IVEKG 12 lead jika tersedia, jangan menunda terapi
Penyebab bradiaritmia menetap :Hipotensi ?Perubahan akut status mental ?Tanda shock ?Iskemik dada discomfort ?Gagal jantung akut ?
Pantau dan Observasi
AtropinJika atropin tidak efektif :Transcutaneous pacing)
atauDopamin infus
atauEpinefrin infus
Pertimbangkan :Konsultasi ahli(Transcutaneous pacing)
DosisAtropin IV :
Dosis pertama : 0,5 mg bolus, ulangi setiap 3-5 menit, max 3
mgInfus dopamin IV : 2-10 mcg/kg
per menitInfus Epinefrin IV : 2-10
mcg/menit
1
2
3
4
Tidak
Ya
5
6
FIGURE 7-1. ACLS algorithm for management of bradycardia. (From Neumar RW, Otto CW, Link MS, et al. Part 8: adult advanced cardiovascular life support: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation 2010;122:S729-S767, with permission.)

PENANGANAN
PENGOBATAN
Atropin : 0,5 – 1,0 mg IV. Dosis bisa diulangi setiap 3-5 menit,
pengecualian untuk menggunakan atropin adalah AV blok tipe II tingkat
dua yang mungkin diperburuk oleh atropin. Atropin dapat diberikan
melalui tabung endotrakeal ( 1-2 mg diencerkan untuk total tidak melebihi
10 ml air steril atau normal saline ) jika Akses IV tidak tersedia.
Dopamine: 2 - 10 μg/kg/menit IV untuk menjaga tekanan darah sistolik
>90 mmHg.
Epinephrine: 2 - 10 μg/menit IV untuk menjaga tekanan darah sistolik
>90 mmHg.
TERAPI NONFARMAKOLOGI YANG LAIN
Transcutaneous Pacing
Tempatkan bantalan pada bagian anterior dan posterior dinding dada,
awalnya mulailah dengan output tertingi. Secara cepat, turunkan output
sampai gambaran ventrikel menghilang dan kemudian tingkatkan output
sampai gambaran terlihat lagi seperti biasa. Jika hipotensi tidak parah,
biuslah pasien.
Siapkan untuk transvenous pacing (lihat bab 8).
PERTIMBANGAN KHUSUS
Perhatikan secara rutin gambaran radiologi pada pasien dengan alat pacu
jantung sementara, seperti kabel yang mungkin berpindah.
Pasien yang menunjukkan peningkatan tekanan darah, bradikardi, dan
pernafasan yang irregular (Cushing triad) patut untuk segera dilakukan
pemeriksaan CT scan dan konsultasi ke bagian bedah saraf, karena ini
menunjukkan tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial.

TAKIKARDI SIMPTOMATIK
Prinsip Umum
Hampir sama dengan penanganan pada pasien dengan bradikardi, pertanyaan
pertama pada diri sendiri “Apakah orang ini stabil ?” Periksa denyut nadi
teraba, tekanan darah, dan saturasi oksigen. Jika nadi pasien teraba kecil atau
secara klinis tidak stabil, lanjutkan ke defribilasi seperti yang dijelaskan
dalam “Secara klinis tidak stabil” judul dari bab ini dan pedoman ACLS
untuk takikardi. Gambar 7-2.1
1
2
3 4
yes
6
5 tidak
ya
7 tidak
Takikardi pada orang dewasa(ada denyut)
Evaluasi kesesuaian kondisi klinisDenyut nadi ≥ 150/menit jika takikardi
Identifikasi dan tangani penyebab mendasar Pertahankan jalan napas, bantuan napas jika perlu Oksigen, jika hipoxemia Monitor jantung untuk menilai irama, monitor
tekanan darah dan oksimetri
Penyebab bradiaritmia menetap : Hipotensi ? Perubahan status mental akut ? Tanda shock ? iskemik dada discomfort ? Gagal jantung akut ?
Hubungkan dengan kardioversi Pertimbangkan sedasi Jika reguler sempit,
pertimbangkan adenosine
QRS melebar ?≥ 0,12 detik
Akses IV dan EKG 12 lead jika tersedia Pertimbangkan adenosin hanya jika regular dan
monomorfik Pertimbangkan infus anti aritmia Pertimbangkan konsultasi ahli
Akses IV dan EKG 12 lead jika tersedia Manuver vagal Adenosin (jika reguler) Β-Blocker atau calcium channel blocker Pertimbangkan konsultasi ahli

FIGURE 7-2. ACLS algorithm for management of tachycardia. (From Neumar RW, Otto CW, Link MS, et al. Part 8: adult advanced cardiovascular life support: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation 2010;122:S729-S767, with permission.
Menjamin akses IV dan oksigenasi yang mencukupi dan panggil tim
resusitasi.
Analisis EKG untuk menentukan penanganan pasien yang secara klinis
stabil.
Denyut jantung biasanya didefinisikan ≥ 150x/menit pada orang dewasa.
DosisHubungkan dengan kardioversiRekomendasi dosis awal
Regular sempit : 50-100 J Irregular sempit : 120-200 J bifasik atau 200 J monofasik Regular lebar : 100 J Irregular lebar : dosis defribilasi (tidak dihubungkan)
Dosis adenosin IV :Dosis pertama : 6 mg IV cepat: diikuti oleh NSDosis kedua : 12 mg jika diperlukan
Anti aritmia IV untuk Takikardi QRS lebar stabil
Dosis Procainamide IV :20-50 mg/menit sampai aritmia ditekan, hipotensi terjadi, durasi QRS meningkat >50% atau diberikan max dosis 17 mg/kg.Dosis pemeliharaan (IV) : 1-4 mg/menit. Mencegah jika QT memanjang atau gagal jantung kronik.
Dosis amiodarone IV :Dosis pertama : 150 mg habis dalam 10 menit. Ulangi bila dibutuhkan jika VT berulang. Diikuti oleh infus pemeliharaan 1mg/menit untuk 6 jam pertama.Dosis Sotalol IV :100 mg (1,5mg/kg) habis dalam 5 menit. Ulangi bila QT memanjang.

DIAGNOSIS
KOMPLEKS TAKIKARDI QRS SEMPIT
Takikardi supraventikular (SVT) dengan kompleks QRS <120 milidetik
pada EKG.
Frekuensi Takikardi supraventikular (SVT) paling yang umum adalah :
• Sinus takikardi
• Atrial fibrilasi
• Atrial flutter
• AV nodal reentry tachycardi (AVNRT )
• AV reentry tachycardia (AVRT, accessory pathway-mediated)
• Takikardi atrial
• Atrial takikardi multifokal
• Takikardi Junctional
• Junctional tachycardia
Aritmia kompleks QRS sempit didiagnosis lebih lanjut dan sering
ditangani oleh keterlambatan konduksi melalui nodus AV.Hal ini
menunjukkan irama atrium didasari tanpa kompleks ventrikel QRS yang
besar yang menutupi irama (atrial fibrilasi, getaran, dan takikardi atrium
ektopik). Selain itu, perlambatan konduksi nodus AV dapat menghentikan
takikardi jika bergantung pada nodus AV sebagai bagian dari rangkaian
takikardia (AVNRT dan AVRT ).
KOMPLEKS TAKIKARDI QRS LEBAR
Durasi QRS ≥120 milidetik :
• Ventricular takikardi (VT)
• SVT dengan abberant
• Pre-excited takikardi ( Wolff - Parkinson -White syndrome )
• Alat pacu jantung ventrikel
Biasanya, kompleks takikardi QRS lebar lebih menantang dengan
membutuhkan diagnosis kerja sebelum rencana pengobatan dijalankan.

Penanganan VT berbeda dari SVT dengan abberant atau Pre-excited
takikardi.
Hal-hal berikut menunjukkan VT sebagai penyebabnya :
• Dikenal penyakit struktural: Pasien dengan penyakit koroner atau
disfungsi ventrikular lebih mungkin untuk memiliki VT sebagai
penyebab kompleks takikardi melebar.
• Perubahan pada morfologi QRS : Sebuah perubahan besar dalam
morfologi QRS dan / atau pergeseran pada sumbu dibandingkan dengan
EKG sebelum menunjukkan VT.
• Disosiasi VA
• Capture dan fusion beat.
• Indeks positif atau negatif dari QRS pada Lead EKG V1-V6
201 EKG memiliki kriteria tambahan untuk membantu dalam menentukan
irama kompleks takikardi melebar. ( lihat Bab 23 ) .
PENANGANAN
KLINIS TIDAK STABIL
Pasien dengan denyut lemah atau klinis tidak stabil dengan takikardi
memerlukan defibrilasi segera dengan shock energi tinggi yang tidak
terhubung. ( 200 J, 300 J ,360 J ) diikuti oleh perhatian C-A-B yang tepat
dari ACLS, berfokus pada kompresi resusitasi kardiopulmonary tingkat
tinggi.
Amiodarone ( 300 mg IV sekali, ulangi 150 mg IV sekali ) harus diberikan
untuk VT denyut lemah yang berlanjut.
Epinefrin 1 mg IV / IO harus diberikan setiap 3 sampai 5 menit.
Vasopresin 40 unit IV / IO juga dapat diberikan.
Shocks output maksimum harus terus dilanjutkan setiap 30-60 detik jika
VT/VF (ventrikel fibrilasi) berlanjut.
Kalsium dan bikarbonat harus diberikan jika dicurigai hiperkalemia.
KLINIS STABIL
Kompleks takikardi QRS sempit

Perlambatan Nodus AV bisa dicapai dengan meningkatkan tonus vagal
dengan masase sinus karotis; Namun ini harus dihindari pada pasien yang
mengalami penyakit arteri karotis (CAD).
Adenosin IV dapat dengan cepat menekan (6-12mg). Jika memungkinan,
sementara adenosin diberikan, idealnya memiliki hasil cetakan 12 lead
EKG sebagai “rhythm strip”.
Kompleks takikardi QRS melebar
VT monomorfik : Amiodarone (150mg IV selama 10 menit, di ikuti
dengan 1 mg dilanjutkan infus selama 6 jam dan kemudian 0,5 mg/menit
dilanjutkan infus untuk 18 jam berikutnya) harus digunakan. Pilihan
alternatif termasuk procainamide atau sotalol. Jika pasien menjadi tidak
stabil atau VT berlanjut, shock defibrilasi terhubung harus
mempertimbangkan penggunaan sedasi.
Dengan tidak adanya kontraindikasi, urutan umum untuk penanganan
medis untuk VT berulang (VT badai) adalah (1) Amiodarone IV, (2) β-
blocker IV dan oral, (3) Lidokain, (4) Benzodiazepine oral dana IV, dan
(5) anastesi umum dan intubasi endotrakeal. Penelitian elektropsikologi
dengan ablasi kateter dapat memainkan peran untuk mengobati VT.
Denervasi simpatik selektif (anastesi spinal dan operasi ganglion stellata)
dan alat bantu ventrikel ( pompa balon intraaorta) atau alat bantuan
ventrikel kiri (LVAD) memiliki peran dalam kasus yang sukar
disembuhkan.
VT Polimorfik : Ini dapat menjadi tidak stabil dengan cepat. Interval QT
berkepanjangan pada irama sinus harus meningkatkan perhatian torsades
de pointes. Penanganan segera harus mencakup pemberian 4gr magnesium
IV atau isoproterenol IV 5µg/menit IV dalam infus. Amiodarone (150mg
IV habis dalam 10 menit) dapat membantu, terutama jika pada awal
interval QT normal. Pengobatan mendasar atau over dosis harus diselidiki.
Torsades de pointes membutuhkan defibrilasi.
PERTIMBANGAN KHUSUS

Pasien dengan interval QT berkepanjangan pada awalnya, mereka harus
memiliki pengobatan untuk golongan QT memanjang.
Pasien yang memulai obat anti aritmia harus melanjutkan pemantauan
telemetri dan 12 lead EKG secara periodik. Anti aritmia kelas 3
(amiodarone dan sotalol) dapat memperpanjang interval QT. Anti aritmia
kelas 1 dapat memperpanjang kompleks QRS.
Untuk pasien dengan lidokain IV, harus ada pemeriksaan neurologis dan
level serum lidokain harus diperiksa untuk menghindari toksisitas.
ST ELEVASI MIOKARD INFARK
“Time is muscle!” adalah tema utama dari studi klinis yang tak terhitung
jumlahnya mengenai STEMI, yang berarti bahwa kesuksesan awal strategi
reperfusi koroner berperan penting dalam meningkatkan hasil akhir jangka
pendek maupun jangka panjang.
Pengobatan trombolitik intravena dan /atau intervensi koroner
perkutaneous dapat berhasil mencapai reperfusi pada pasien yang tepat.
Diskusi terinci bisa ditemukan pada bab 12 termasuk patokan dan
algoritma pengobatan.
KOMPLIKASI LANJUTAN DARI INFARK MIOKARDPrinsip Umum
Terdiri dari iskemik, mekanik, aritmia, inflamasi, atau peristiwa trombotik
yang terjadi setelah infark miokard sebelumnya.
Tingkat komplikasi pasca infark telah turun secara drastis setelah muncul
strategi reperfusi awal.
Pasien dengan infark yang luas, infark tersembunyi, manifestasi klinis yang
terlambat muncul atau bekas reperfusi tidak lengkap berada pada risiko tinggi
untuk komplikasi akhir infark miokard yang mengancam jiwa.
DIAGNOSIS

Sebuah echocardiogram bedside tidak bisa ditekankan untuk diagnosis
cepat terhadap banyaknya komplikasi akhir dari infark miokard.
Membantu ingatan menghapal "FEAR A MI" adalah cara untuk
mengingat komplikasi yang berpotensi mengancam jiwa untuk pasien
yang sementara dirawat diruang ICU.
Failure : Disfungsi ventrikel kiri adalah salah satu prediktor paling
utama setelah kelangsungan hidup dari infark miokard. Gejala klinis dari
gagal jantung lebih seperti pada pasien dengan infark yang luas, usia
lanjut, dan/atau diabetes. Penanganan pada post- infark miokard gagal
jantung sistolik bisa ditemukan pada bab 5 dan 14.
Efusi dan Tamponade : Efusi post infark miokard jarang mengancam
jiwa dan bisa berasal dari inflamasi atau perdarahan. Jika tamponade
fisiologi ada, pertimbangkan efusi perdarahan berasal dari ruptur ventrikel.
(Lihat “tamponade jantung” dibawah)
Aritmia : Infark- aritmia spesifik meliputi :
• Accelerated idioventricular rhythm (AIVR) dianggap sebagai sebuah
irama reperfusi yang sering terlihat segera setelah reperfusi berhasil. Hal
ini ditandai dengan kecepatan ventrikel relatif lambat (80-110x/menit).
• VT sering berada pada irama terminal dalam periode waktu periinfarct
dan dihubungkan dengan peningkatan mortalitas ketika terjadi dalam 48
jam pertama rawat inap.
• Sebaliknya, nonsustained VT tidak terkait dengan peningkatan risiko
kematian selama rawat inap atau satu tahun pertama setelah infark.
• Infark miokard dapat menyebabkan block pada semua tingkatan sistem
konduksi.
• Secara umum, penyakit konduksi proximal (AV nodal) dihubungkan
dengan infark pada arteri koroner kanan. Jenis blok jantung ini sering
berkebalikan dengan waktu.
• Penyakit konduksi distal (infranodal) biasanya dihubungkan dengan
left anterior descending (LAD) yang luas / infark septal dan bertahan lebih
lama dan berpotensi mengancam jiwa.

Ruptur :
• Ruptur ventrikular biasanya mencolok dan klinis yang mengancam jiwa.
Ruptur dapat terjadi pada freewall ventrikel, septum ventrikel, atau otot
papiler.
• Kecurigaan klinis : Penggunaan EKG pada waktu yang tepat, dan kateter
arteri pulmonal (PAC) sangat penting untuk diagnosis komplikasi serius
ini.
Aneurisma : Komplikasi aneurisma LV kurang dari 5% dari infark
akut, tetapi dihubungkan dengan tingkat kelangsungan hidup yang lebih
rendah.
• Tanda khas anuerisma LV yang ditemukan pada EKG adalah gelombang
Q dengan ST elevasi persisten, meskipun diagnosis terbaik dikonfirmasi
dengan pencitraan non invasif.
• Sebuah Pseudoaneurisma, berbeda dengan anuerisma, tetapi dapat
dianggap berisi ruptur. Biasa terlihat pada infark miokard inferior dan
penanganannya adalah operasi segera. Kedua perawatan bedah dan medis
ini mempunyai angka mortalitas yang tinggi.
• Iskemik berulang / infark berulang : Keluhan nyeri dada selelah infark
miokard mungkin mewakili iskemik berulang dari revaskularisasi yang
tidak sempurna. Iskemik terjadi pada 20-30% pasien yang mendapat terapi
trombolitik dan sampai 10% pasien setelah revaskularisasi perkutaneous.
Penanda jantung serial dan EKG dapat membantu mengidentifikasi pasien
yang berisiko.
PENANGANAN
Tidak ada obat yang dibenarkan untuk AIVR ketika dikombinasikan
dengan skenario referfusi klinis.
Transient proximal AV block pada umumnya tidak membenarkan
penempatan alat paju jantung sementara. Salah satu pengecualian adalah
AV block dalam keadaan infark RV dimana pemulihan AV dihubungkan
dengan meningkatnya pengisian RV dan cardiac ouput.

Distal AV block sering dikaitkan dengan LAD/ infark septal dan bertahan
lebih lama dan berpotensi mengancam jiwa.
Ruptur ventikel memerlukan konsultasi bedah segera.
Biasanya, terapi anti angina (nitrat & β-blocker) dapat mengontrol gejala
dari iskemik berulang.
Infeksi berulang akibat dari stent trombosis memiliki klinis dengan nyeri
angina berat yang sukar sembuh dengan terapi medis dan meningkatkan
ST elevasi pada EKG. Temuan ini membenarkan tambahan upaya
revaskularisasi.
TAMPONADE JANTUNG
Prinsip Umum
• Tamponade jantung adalah penekanan ruang jantung oleh mekanisme efusi
perikardium yang menghambat pengisian jantung.
• Adanya efusi perikard tidak berarti akan menimbulkan tamponade jantung
secara fisiologis.
• Diskusi terperinci mengenai etiologi, patofisiologi, dan penanganan non-
emergensi efusi perikard disajikan di bab 17.
• Adanya efusi perikard tidak berarti bahwa secara fisiologi tamponade jantung
ada
DIAGNOSIS
Ditandai dengan parameter berikut :
• Tingginya tekanan intrapericardial
• Pembatasan pengisian diastolik RV
• Penurunan stroke volume LV dan cardiac output.
Tamponade jantung adalah diagnosis klinik yang terkait dengan hipotensi
relatif.
Riwayat dapat mengungkapkan penyebab potensial dan tingkat akumulasi
cairan.

Penemuan pemeriksaan fisis yang berhubungan termasuk perubahan status
mental, hipotensi, takikardi, distensi vena jugular, dan pulsus paradoksus.
Informasi diagnosa tambahan dapat diperoleh dari hasil evaluasi EKG
untuk tegangan rendah dan electrical alternans dan gambaran “water
bottle-shaped” pada chest x-ray.
Ekokardiograpi : yang membedakan pada ekokardiogram transthoracic :
• Efusi perikard
• RV diastolic collapse
• Right atrial notching
• Variasi perpindahan katup trikuspid dan mitral pada kecepatan doppler
>40% dan >25%, dengan masing-masing
• Dilatasi vena cava inferior
PENANGANAN
Penanganan medis awal
• Ekspansi cairan : Penanganan awal terdiri dari peningkatan preload
dengan cairan IV
• Tekanan darah : mempertahankan tekanan darah dengan noreponefrin
dan dobutamin jika diperlukan.
• Hindari vasodilator dan diuretik.
• Keputusan untuk mengalirkan cairan perikard, dengan metode (bedah
atau perkutan) dan prosedur waktu (segera atau direncanakan), harus
mempertimbangkan kondisi pasien, ketersediaan tenaga ahli, dan
etiologi dari efusi.
Pericardiocentesis :
• Pericardiocentesis adalah prosedur yang berpotensi mengancam jiwa,
dimana harus dilakukan oleh tenaga ahli dengan pemantauan
hemodinamik dan petunjuk ekokardiografi bila memungkinkan.

• Blind percutaneous pericardiocentesis mungkin diperlukan untuk
menstabilkan hemodinamik pasien yang tidak stabil.
• Gunakan “alat perikardiosintesis” yang memungkinan untuk prosedur
yang cepat dengan persediaan yang tepat.
• Tusukkan 8-cm, jarum ukuran 19 berujung tumpul dipasang dengan jarum
suntik melalui regio subxiphoid.
• Arahkan ujung posterior ke arah bahu kiri pasien dan perlahan-lahan
masukkan jarum dengan sudut 30 derajat ke tubuh pasien dengan aspirasi
perlahan.
• Pasang elektroda EKG untuk jarum pericardiocentesis, hal ini dapat
membantu dalam menghindari tusukan miokard. Aktivitas listrik akan
terlihat pada monitor ketika jarum berhubungan dengan ventrikel
miokardium.
• Aspirasi yang jelas, cairan serosa mungkin dari perikardium atau pleura
efusi. Aspirasi cairan berdarah mungkin dari perikardium atau ventrikel
kanan.
• Pembuangan 50 sampai 100 ml cairan perikardial harus menyebabkan
sebuah perbaikan hemodinamik jika tamponade adalah penyebab hipotensi
HIPERTENSI EMERGENSI
Prinsip Umum
• Hipertensi berat mempengaruhi ginjal (meningkatkan serum kreatinin dan
hematuria), kardiovaskular (angina, gagal jantung, dan diseksi aorta) dan
sistem neurologi (nyeri kepala, perubahan status mental, perubahan
penglihatan karena kerusakan retina, dan papil edema).
• Hipertensi emergensi adalah adanya kerusakan organ target dari
peningkatan tekanan darah yang mengharuskan penurunan tekanan darah
segera menggunakan obat-obatan IV.
• Sebaliknya, hipertensi urgensi dapat diobati dengan obat-obatan oral dengan
tujuan penurunan tekanan darah terjadi dalam beberapa hari.

DIAGNOSIS
Peningkatan tekanan darah, sering dengan TD sistolik >200 dan TD
diastolik >120mmhg.
Kerusakan organ target dapat bermanisfestasi dengan temuan pemeriksaan
fisis neurologi, edema paru, dan ketidaksesuaian tekananan darah pada
masing-masing lengan, diseksi aorta.
PENGOBATAN
Penanganan yang layak dan aman untuk hipertensi emergensi adalah
menurunkan tekanan arteri rata-rata (MAP) sebesar 20-25% dalam
beberapa jam.
Penurunan lebih besar tekanan darah pada beberapa jam pertama mungkin
akan memperburuk kerusakan organ target, terutama otak.
Pengecualian seperti diseksi aorta, gagal ventrikel kiri, dan edema
pulmonal, dimana tekanan darah harus diturunkan segera dan menurunkan
target tekanan darah.
Penempatan arterial line harus dipertimbangkan untuk keakuratan
pengukuran tekanan darah.
Antihipertensi spesifik harus disesuaikan dengan keadaan.
Obat intravena lini pertama yang umumnya digunakan adalah :
• Sodium nitroprusside : Sebuah arteridilator dan venadilator yang cepat.
Dosis IV mulai 0,25 µg/kg/menit dan dititrasi setiap 5 menit sampai
maksimum 10 µg/kg/menit. Toksisitas thiocyanate jarang menimbulkan
efek samping dan biasanya terjadi pada pasien dengan infus yang terus
menerus (beberapa hari) dengan insufiensi hepar atau ginjal.
• Labetalol : Sebuah α-antagonis dan β-antagonis nonselektif dengan
parsial agonis β-2. Labetalol dapat diberikan bolus dengan dosis 20-40
mg/menit IV setiap 10-15 menit atau menggunakan infus 0,5-2mg/menit.
Kontraindikasi relatif penggunaan labetalol adalah gagal jantung,
bradikrdi, konduksi blok AV, dan penyakit paru obstruksi kronik.

• Esmolol : Kerja cepat, golongan β-1 selektif dengan paruh waktu
pendek. Kontraindikasi relatif hampir sama dengan labetalol.
• Nitrogliserin (NTG) : Sebuah dilator arteri sistemik lemah tetapi harus
dipertimbangkan ketika menangani pasien hipertensi dengan CAD. Dosis
awal biasanya 5-15µg/menit dan bisa dititrasi setiap 5 menit untuk tujuan
tekanan darah atau onset nyeri kepala (biasa efek samping). NTG
mempunyai onset cepat dan offset kerja.
• Hydralazine : Sebuah vasodilator arteri langsung. Dosis awal 10-20mg
IV dapat diberikan. Onset kerja 10-30 menit. Hydralazine menyebabkan
refleks takikardi dan kontraindikasi pada iskemik miokard dan diseksi
aorta.
• Fenoldopam : Dopamin selektif (D1) reseptor agonis parsial yang juga
meningkatkan perfusi ginjal. Mungkin ini juga bermanfaat bagi mereka
yang disertai disfungsi ginjal. Dosis IV 0,1-1µg/kg/menit dimulai dengan
0,025-0,3 µg/kg/menit, dinaikkan menjadi 0,05-0,1 µg/kg/menit setiap 15
menit. Fenoldopam harus dihindari oleh pasien dengan tekanan
intraocular.
PERTIMBANGAN KHUSUS
Reversible peyebab keparahan, hipertensi refrakter medis ditanggung oleh
pasien dengan hipertensi urgensi/emergensi. Ini termasuk tes pemeriksaan
darah untuk hiperaldosteronisme dan scan non-invasif untuk stenosis arteri
ginjal.
Hipertensi Enselopati :
• Golongan terpilih adalah nitroprussid atau labetalol.
• Depresan sistem saraf pusat seperti clonidin, harus dihindari.
• Anti epileptik bisa membantu pasien dengan kejang dan menurunkan
tekanan darah.
Cerebrovascular injury:
• Kebutuhan mempertahankan tekanan perfusi serebral lebih akut
dibanding menurunkan tekanan darah.

• Tekanan perfusi serebral (MAP-ICP) harus dijaga >70 mmHg jika
pemantauan ICP tersedia.
• Stroke akut atau perdarahan intrakranial :
• TD >230/140 mmHg: Nitroprusside adalah agen terpilih.
• TD 180-230/140-105 mmHg: Labetalol, esmolol, atau antihipertensi IV
titratable lainnya.
• TD <180/105: Tunda penanganan hipertensi.
Diseksi Aorta :
• Diseksi tipe A : Pasien harus dirujuk untuk koreksi bedah segera dan
dengan agresif ditangani dengan obat antihipertensi.
• Diseksi tipe B : Ditangani dengan antihipertensi. Labetalol atau esmolol
harus dimulai sejak awal untuk menurunkan denyut jantung, dilanjutkan
dengan nitroprusside jika diperlukan.
o Lihat bab 29 untuk pendekatan rinci mengenai diseksi aorta.
Gagal jantung ventrikel kiri dan edema paru :
• Penurunan cepat tekanan darah harus dicapai dengan nitrat atau NTG.
• Penggunaan dosis kecil loop diuretik sering efektif.
Iskemik miokard :
• NTG IV akan meningkatkan aliran darah koroner, menurunkan preload
ventrikel kiri, dan cukup menurunkan tekanan arteri sistemik.
• β-blocker harus ditambahkan untuk menurunkan denyut jantung dan
tekanan darah.
Preeklampsia dan eklampsia :
• Metildopa, sebuah α-blocker kerja sentral, adalah pilihan obat untuk
hipertensi dalam kehamilan sebagaimana mestinya berdasarkan banyaknya
pengalaman dalam keadaan ini.
• Labetalol IV juga dapat digunakan dengan pemantauan janin.
• ACE inhibitors dikontraindikasikan pada kehamilan.
Feokromositoma dapat dijumpai dengan tanda peningkatan tekanan
darah, berkeringat, ditandai dengan takikardi, pucat, dan mati
rasa/dingin/kesemuatan pada ekstremitas.

• Phentolamine, 5-10 mg IV, pilihan obat yang tepat dan bisa diulangi
jika diperlukan.
• Nitroprusside bisa ditambahkan jika diperlukan.
• Sebuah β-blocker harus ditambahkan hanya setelah pemberian
phentolamine untuk mencegah perlawanan kerja α-adrenergic. Dari
catatan, labetalol (α-blocker dan β-blocker nonselektif) dan klonidin
menganggu tes katekolamin yang digunakan dalam mendiagnosis
feokromositoma, jadi mereka harus dilakukan sebelum diagnosis dibuat.
Kokain-terkait hipertensi emergensi bisa diobati dengan
benzodiazepin.
• Hipertensi berat harus diobati dengan calcium channel blocker
nondihydropyridine (seperti diltiazem IV), NTG, nitroprusside, atau
phentolamine.
• β-blocker harus dihindari mengingat risiko berlawanan terhadap kerja α-
adrenergik, meskipun labetalol, yang memiliki aktivitas α-antagonis, dapat
digunakan.
SHOCK KARDIOGENIK
Prinsip Umum
Sebuah algoritma untuk penilaian dan penanganan dari ADHF disajikan pada
Gambar 5-1 dan 14-2.
Sekitar 6-8% pasien dengan sindrom koroner akut akan berkembang menjadi
shock kardiogenik selama dirawat inap, paling sering disebabkan oleh
STEMI.5,6
Ukuran objektif shock termasuk status mental, pengeluaran urin, dan
oksigenasi arteri dan vena. Penanda sekunder lain yang bisa membantu
termasuk tekanan darah, denyut jantung, nilai PAC, serum kreatinin, dan
enzim hati.
DEFINISI

Pasien dengan angka kematian segera tertinggi (>50%) adalah mereka
dengan shock kardiogenik: keadaan output yang rendah dengan tanda dan
gejala underperfusi organ.
Pasien yang dengan kegagalan pompa ventrikel kiri khas sebagai penyebab
shock kardiogenik jika tekanan darah sistolik <90 mmHg dan cardiac
index adalah <2,2 L/menit/m2.
ETIOLOGI
Penyebab paling umum adalah infark miokard luas, yang berat dan
fungsi ventrikel kiri yang berkompensasi akut.
Penyebab yang kurang umum termasuk infark ventrikel kanan dan
komplikasi mekanik, seperti disfungsi atau ruptur otot papiler , ruptur
septal ventrikel, dan freewall ruptur.
FAKTOR RISIKO
Faktor risiko untuk berkembangnya shock termasuk usia tua, diabetes,
infark anterior, riwayat infark miokard sebelumnya, penyakit vaskular
perifer, penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri dan infark yang luas.
Kardiomiopati mendasar adalah penyebab umum.
DIAGNOSA
PRESENTASI KLINIS
Pasien dengan shock kardiogenik dengan hipotensi mendalam,
vasokontriksi perifer (dingin disentuh), anuric, dan sering memiliki
perubahan status mental.
Denyut berkurang dan cepat. Pada pemeriksaan jantung didapatkan
takikardi dengan adanya S3 dan/atau S4.
Perhatikan adanya murmur sistolik indikasi dari ventrikel septal defect
(VSD) atau ruptur otot papiler.
Tekanan vena jugularis dan pulmonary rales juga dapat ditemukan.

TES DIAGNOSIS
Dapat menunjukkan hipoksia arteri, kreatinin meningkat, dan asidosis
laktat.
CXR dapat menunjukkan kongesti vena.
Bedside EKG memberikan informasi yang cepat mengenai fungsi sistolik
ventrikel kiri dan komplikasi mekanik, termasuk VSD akut, regurgitasi
mitral berat, ruptur freewall, dan tamponade.
Penempatan dari PAC yang sesuai pada keadaan ini dan mengizinkan
untuk diferensiasi ventrikel kiri dan infark ventrikel kanan, komplikasi
mekanik, dan penurunan volume.
Selain itu, PAC akan mengarahkan pengobatan ketika memulai inotropik
dan/atau memberikan kepenuhan volume (lihat bab 8).
PENANGANAN
PENANGANAN SEGERA
Oksigen : Pertahankan saturasi O2 diatas >90% jika memungkinkan.
Intubasi mungkin diperlukan, tetapi bersiaplah untuk hipotensi lebih lanjut
yang dihasilkan oleh sedasi dan penurunan pengisian jantung dengan
ventilasi tekanan positif.
Obat-obatan : Hentikan β-blocker dan vasodilator segera.
Cairan IV : Sasaran pulmonary capillary wedge pressure (PCWP) adalah
sekitar 8 mmHg. Pasien dengan PCWP rendah akan mendapatkan
keuntungan dari hidrasi perlahan. Pasien dengan udema paru atau PCWP
tinggi akan mendapatkan keuntungan dari diuresis dengan furosemide IV.
Waspada untuk hipotensi yang terkait dengan diuresis tersebut.
Inotropik dan vasopressor : Obat vasopressor berguna dalam pengobatan
shock kardiogenik tetapi harus dititrasi dengan arahan PAC.
Jika tekanan darah sistolik <70 mmHg, mulai norepinephrine
2µg/kg/menit dan titrasi 20 µg/menit untuk mencapai MAP 70 mmHg.
Jika tekanan darah sistolik 70-90 mmHg, mulai dopamin 2-5 µg/kg/menit,
dopamin meningkatkan cardiac output dan aliran darah ginjal melalui

reseptor β- dan dopamin – spesifik masing-masing. Pada 5-20
µg/kg/menit, dopamin memiliki stimulasi α- adrenergik yang mengarah ke
vasokonstriksi.
Dengan tekanan darah sistolik <90 mmHg, dobutamin adalah agen yang
disukai. Dobutamin dimulai dengan dosis 2,5 µg/kg/menit, dan dititrasi
secara perlahan untuk efek (dosis max bias 10 µg/kg/menit).
Phosphodiesterase inhibitor milrinone bertindak sebagai inotropik dan
vasodilator dan dapat digunakan jika golongan lain terbukti tidak efektif.
PENUNJANG LANJUTAN
Pilihan terapi lanjutan perkutan atau pembedahan telah berkembang untuk
shock kardiogenik, karena tingginya insiden dari morbiditas dan moralitas
dari kerusakan organ irreversible sekunder untuk kegagalan memompa.
Hal ini wajar untuk merujuk pasien ke fasilitas yang memiliki kapasitas
untuk terapi lanjutan untuk shock kardiogenik.
Intervensi terapeutik dan perlengkapan termasuk :
• Reperfusi koroner : Beberapa percobaan telah meneliti manfaat dari
revaskularisasi (dengan perkutan atau pembedahan) atau penanganan
medis pada pasien dengan shock kardiogenik. The SHOCK mencoba
meneliti dengan prospektif pasien yang syok kardiogenik berkembang
dalam waktu 36 jam dari infark miokard dan dibandingkan revaskularisasi
dengan penanganan medis agresif7. Meskipun tidak ada manfaat mortalitas
dalam 30 hari, tetapi ada manfaat yang signifikan dalam 6 bulan dan 1
tahun dengan revaskularisasi dini. Pasien yang lebih muda (≤75 tahun)
menunjukkan manfaat yang lebih besar dengan revaskularisasi, sedangkan
pasien yang lebih tua lebih baik dengan hasil-hasil dengan penanganan
medis.
• Intra Aortic Ballon Pump (IABP) dan Percutaneous Left Ventricular
Assist Device (LVAD) : Dipasang oleh ahli jantung intervensi, dan IABP
mengurangi afterload, meningkatkan perfusi koroner, menambah DBP,

dan menaikkan sedikit peningkatan cardiac output.8-10 Lihat bab 8 untuk
pembahasan lebih lanjut mengenai IABP dan LVAD perkutan.
PERTIMBANGAN KHUSUS
Pasien dengan gagal jantung lama pada akhirnya menurun ke titik dimana
β-blocker, ACE inhibitor, dan vasodilator perlu dikurangi atau dihentikan.
Mengacu pada Bab 14 dan 15 untuk manajemen gagal jantung.
Pasien dengan LVAD tidak dapat menerima penekanan dalam upaya
resusitasi. Jika pasien dengan LVAD memberikan tekanan, akan sangat
membantu untuk mendapatkan kekuatan, aliran dan indeks denyut jika
mungkin sambil mengatur untuk dipindahkan ke pusat LVAD. Karena
pasien ini berada pada risiko untuk perdarahan, STAT lengkap untuk
hitung darah dan International Normalized Ratio (INR) harus didapatkan
dan dikoreksi dengan Hemoglobin 10gr/dL dan INR antara 1,5 dan 2.
Pasien dengan transplantasi jantung orthotopic mengembangkan shock
kardiogenik sehingga harus ditangani seperti penanganan diatas dan
dipindahkan ke pusat transplantasi jantung. Penyebab kegagalan
transplantasi jantung adalah penolakan, yang sering membutuhkan biopsi
endomiokardial untuk membuktikan dan penyesuaian obat untuk
mengobati. Jika waktu memungkinkan, echocardiogram transthoracic
dengan pemeriksaan doppler jaringan miokard dapat memberikan
informasi berharga mengenai katup dan fungsi kontraktil.
PERANGKAT CARDIAC EMERGENSI
( PACEMAKER DAN DEFRIBILATOR )
Prinsip Umum
Ada dua jenis kedaruratan jantung untuk pasien dengan perangkat jantung :
Kegagalan pemakaian pacemaker pada pasien yang tergantung dengan
pacemaker, yaitu pada bradikardi simptomatik yang mendasari dan asistol

pada ketiadaan kecepatan. Beberapa internal cardioventer defribillator (ICD)
pada pasien dengan defribillator.
DIAGNOSIS
Identifikasi perangkat. Pasien dengan perangkat jantung diminta untuk
membawa kartu identitas, yang memberikan informasi mengenai jenis
perangkat dan produsen perangkat.
Identifikasi irama. 12 Lead EKG dapat dengan cepat menentukan irama
jantung pasien dan respon dari perangkat jantung.
Sebuah alat paju jantung mungkin gagal untuk merasakan irama jantung
atau gagal menangkap jantung dengan pacing output. Hal ini dapat
menjadi darurat jika pasien dengan bradikardi simptomatik yang
mendasari atau asistol tanpa kecepatan yang efektif.
Dua atau lebih ICD shocks dalam rentang waktu 24 jam umumnya
dipertimbangkan. Hal ini dapat terjadi karena shock sesuai untuk aritmia
ventrikel rekuren, shock untu SVT dengan irama ventrikular yang cepat,
ketidaksesuaian ICD, yang paling sering disebabkan oleh fraktur tu
mengalami migrasi.
PENGOBATAN
Pemeriksaan perangkat dan CXR sering dapat membantu
mengidentifikasi irama jantung dan fungsi alat. Perawatan lebih lanjut
disesuaikan terhadap aritmia atau keadaan perangkat.
Jika pasien memiliki gejala bradikardi simptomatik, penanganan harus
fokus pada mempertahankan irama denyut jantung yang layak. (Lihat
pembahasan “bradikardi simptomatik”)
Jika pasien tidak pantas menerima ICD shocks, sebuah medical magnet
dapat ditempatkan di atas generator, yang menunda terapi ICD, tetapi tidak
kecepatan
PERTIMBANGAN KHUSUS

Pemeriksaan perangkat jantung secara reguler dapat memantau perubahan
dalam kinerja, dimana dapat memberitahukan penyebab kegagalan.
Pemantauan rumah nirkabel kini tersedia untuk banyak perangkat jantung
yang lebih baru dan memperlihatkan secara cepat identifikasi peristiwa
klinis penting.
Penanganan medis dan/atau ablasi kateter dari takiaritmia sering dapat
mencegah ICD shock dimasa akan datang.