psikotik akut

47
LAPORAN KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. R. Y Umur : 19 tahun Jenis kelamin : Laki-Laki Tempat/tanggal lahir : Manado, 14 desember 1994 Status perkawinan : Belum menikah Jumlah anak : Tidak ada Pendidikan terakhir : SMP (lulus) Perkerjaan : Tidak Bekerja Suku/bangsa : Ternate-gorontalo/Indonesia Agama : Islam Alamat sekarang : kelurahan kampung ternate, kecamatan singkil Tanggal MRS : 5 Oktober 2014 Cara MRS : Pasien datang diantar oleh pamannya Tanggal pemeriksaan : 8,9,10 Oktober 2014 Tempat pemeriksaan : Ruangan bangsal RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado No. Telepon : tidak ada II. RIWAYAT PSIKIATRIK 1

description

psikiatri

Transcript of psikotik akut

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. R. Y

Umur : 19 tahun

Jenis kelamin : Laki-Laki

Tempat/tanggal lahir : Manado, 14 desember 1994

Status perkawinan : Belum menikah

Jumlah anak : Tidak ada

Pendidikan terakhir : SMP (lulus)

Perkerjaan : Tidak Bekerja

Suku/bangsa : Ternate-gorontalo/Indonesia

Agama : Islam

Alamat sekarang : kelurahan kampung ternate, kecamatan singkil

Tanggal MRS : 5 Oktober 2014

Cara MRS : Pasien datang diantar oleh pamannya

Tanggal pemeriksaan : 8,9,10 Oktober 2014

Tempat pemeriksaan : Ruangan bangsal

RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado

No. Telepon : tidak ada

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Riwayat psikiatri diperoleh pada tanggal 8,9,10 Oktober 2014, di ruangan

bangsal RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado dan di rumah (kampung

ternate) dari:

- Autoanamnesis dengan pasien.

- Catatan rekam medis pasien.

- Aloanamnesis dengan:

Tn S.N (53 tahun), paman pasien (kakak kandung dari almarhum

ibu pasien), agama islam, suku gorontalo, pendidikan terakhir sd

(tidak tamat), pekerjaan tidak ada.

1

Tn R.W, paman pasien (adik kandung dari almarhum ibu pasien),

agama islam, suku gorontalo, pekerjaan penjual ikan di pasar 45.

Tn. R.W (19 tahun), sepupu pasien, agama islam, suku gorontalo,

pendidikan terakhir sma (tamat), pekerjaan tukang cuci mobil dan

motor

A. Keluhan Utama

memukul pamannya sejak 1 hari yang lalu.

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien diantar keluarga dengan keluhan utama memukul pamannya 1 hari.

disertai marah-marah dengan mengamuk, bicara-bicara sendiri, 1 minggu sebelum

masuk rumah sakit.

Pasien marah-marah dan memukul pamannya sendiri tanggal 4 Oktober, ±

pukul 17.30 wita. Alasannya, menurut keterangan pasien bahwa pasien tidak tahan

pamannya mengatakan kalimat-kalimat dengan nada mengejek bahwa sudah tidak

ada lagi yang menyanyanginya, pasien sudah tidak memiliki ibunya lagi yang

meninggal, serta ayah pasien tidak menyayanginya karena hanya berada di

gorontalo.

Subuh pagi hari ± 05.00 wita tiba-tiba pasien mengamuk. Pasien

mengamuk tanpa alasan. Keluarga yang tinggal serumah menjelaskan bahwa saat

itu pasien sedang berada di ruang keluarga, tiba-tiba saja mereka terbangun saat

pasien mengamuk. Pasien mengaku bahwa dia mendengar suara-suara di

telinganya untuk merusak barang-barang di ruangan itu seperti meja dan kursi di.

Mengamuk disertai dengan marah-marah dan bicara-bicara sendiri. Menurut

keluarga, pasien bicara-bicara sendiri saat dia mengamuk tanpa ada yang

berbicara dengan dirinya. Menurut keterangan tantenya di rumah yang

menyaksikan kejadian itu dimana pasien memukul pamannya, bahwa pamannya

tersebut tidak mengancam untuk membunuh, mencelakakan ataupun melukai

pasien, hal ini juga dikuatkan dengan statement dari sepupu pasien.

Pada pagi,siang, sore hari (tidak menentu) pasien beberapa kali masuk ke

rumah-rumah tetangga dan mengacak-acak pakaian yang ada di kamar-kamar

2

tetangga sejak ± 4 hari lalu. Saat melakukan hal itu pasien juga bicara-bicara yang

tidak jelas.

Pasien kurang tidur sejak ± 1 minggu yang lalu. Menurut keluarga yang

tinggal serumah, pasien merasa depresi karena kehilangan ibunya dan masih

merasa ibunya hidup dan sering datang ke dalam pikirannya.

Pasien tidak sedang atau baru saja mengkonsumsi alkohol atau ehabond,

atau obat-obatan saat keadaan itu terjadi. Menurut pasien, dia tidak merasa

ketergantungan akan minuman alkohol dan zat adiktif yang pernah dia pakai.

Berdasarkan catatan rekam medik, pasien pertama kali masuk rumah sakit

pada bulan Agustus tahun 2014 dengan keluhan utama marah-marah,

memberontak, bicara sendiri. Hanya 2 hari di rawat di rumah sakit, kemudian

pasien dipulangkan paksa oleh keluarganya (dalam hal ini paman pasien). Hal itu

diputuskan berdasarkan usul dari kakak pasien yang tinggal di gorontalo untuk

membawa adiknya pulang ke rumahnya di kampung ternate. Kakak pasien justru

menduga bahwa adiknya terserang guna-guna dan bukan menderita gangguan

jiwa.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat gangguan psikiatrik

Menurut rekam medis, diketahui pasien sudah pernah dirawat di RS.

Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang pada bulan Agustus tahun 2014, dengan

diagnosis psikotik akut.

2. Riwayat gangguan medis

tidak ada riwayat kecelakaan lalu lintas, tidak ada riwayat trauma

cedera kepala, tidak ada riwayat kejang, tidak ada riwayat malaria, tidak ada

riwayat digigit anjing, tidak ada riwayat gangguan fungsi organ.

3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif

Pasien mengkonsumsi alkohol (bir) sejak SD hingga saat ini namun

tidak rutin, merokok sejak SMP kelas 1, mencium lem eha-bond sejak SD

kelas 4, pasien meminum obat tablet kecil warna kuning sejak 2013, pasien

meminum obat tablet kecil warna putih sejak 2014 tidak rutin. Mulai awal

3

tahun 2014 pasien sudah tidak mengkonsumsi lagi obat-obatan.

Mengkonsumsi alkohol dan rokok masih ada namun jarang menurut

keterangan pasien yang dikuatkan oleh keterangan R.W (sepupu pasien)

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

Lahir bayi : Asianotik, Anikterik

usia 0-18 bulan

Menurut keluarga pasien (om dan tante pasien) yang diwawancarai di

rumah, saat lapar atau haus pasien menangis kencang, dan segera mungkin diberi

ASI setelah diberi ASI pasien kembali tenang dan tertidur. Kadang pasien

menggigit putting susu ibu namun jarang, berliur (gumoh) juga ada pada pasien.

Pasien saat lapar akan menangis dan setelah langsung segera diberikan

ASI kembali tenang, saat ditinggalkan ibunya keluar rumah pasien menangis

sampai setelah langsung segera ditenangkan, pasien sering menangis, menurut

tante pasien pasien merangkak usia ± 6-7 bulan dan berjalan tanpa berpegangan

saat usia 15 bulan.

usia 1-3 tahun

Saat merasa ingin BAB pasien akan bilang pada ibu pasien dan

berekspresi seperti ada tahanan dan saat setelah BAB pasien terlihat tenang

kembali, serta saat dibersihkan oleh ibu pasien kadang pasien terlihat tersenyum

dan kadang tertawa.

Pasien diajarkan BAK di Toilet (Toilet training) dan dapat ke toilet sendiri

saat ingin BAK, sebelumnya pasien suka mengompol di celana dan tempat tidur

menurut pengakuan ibu pasien.

Pasien sering dimarahi karena nakal dan dilarang melakukan sesuatu,

pemalu pada orang yang baru dikenalnya, jarang menanyakan sesuatu hal yang

baru dikenal pada ibunya, mulai bisa makan sendiri dan mulai berbicara kata per

kata seperti mama, papa. Pasien mulai diajarkan toilet training.

4

usia 3-5 tahun

Pasien dengan jenis kelamin laki-laki, saat kecil pasien dekat dengan ibu

pasien seperti mencari perhatian dan setelahnya pasien mulai mengerti bahwa

identitas seksualnya adalah laki-laki dengan berpakaian seperti anak laki-laki dan

ke toilet umum khusus laki-laki setelah diajarkan dan berinteraksi, bermain dan

mengikuti gaya serta perilaku kebiasaan ayahnya.

Inisiatif untuk bermain baik dan dulu seingat tante pasien saat disuruh

ibu pasien untuk belajar pasien menurut, saat melakukan kesalahan dan dimarahi

pasien hanya diam dan menangis. Tidak sering mengikuti ayahnya bekerja. Pasien

jarang untuk berkelahi dengan kakak laki-laki pasien.

usia 5-6 tahun sampai 11-13 tahun

Pasien senang bermain bersama teman-temannya di sekolah maupun

dirumah, pasien juga senang bermain dengan saudaranya dirumah. Pasien senang

dalam hal belajar menurut keluarganya nilainya di sekolah rata-rata anak sebaya

di sekolah.

Pasien dengan inisiatif mengikuti kegiatan diluar sekolah, kegiatan

olahraga bola kaki disenangi pasien, di sekolah pasien senang belajar nilainya

rata-rata teman usia sebayanya, di rumah pasien menurut perintah orangtua untuk

belajar, saat disuruh belajar dan pasien memiliki tokoh idola seorang artis pria.

Saat ditinggalkan untuk sekolah awalnya pasien menangis, namun lama kelamaan

sudah terbiasa.

Pendidikan SD dan SMP dijalani pasien sampai selesai. Masuk SD saat

berumur 5-6 tahun tamat SD saat usia 11-12 tahun. Melanjutkan ke tingkat

lanjutan selama 3 tahun.

usia 11-13 tahun sampai dewasa muda

Pasien mulai lebih mandiri, berusaha mengerjakan tugas yang dibebankan

padanya. Apabila ada masalah menurut paman pasien, pasien tidak

menceritakannya pada keluarga. Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran

hukum. Saat kelas 1 smp pasien sudah mulai bekerja mencuci mobil dan motor

pada tempat pencucian kendaraan di dekat rumahnya. Dari hasil pekerjaannya

5

pasien mendapat gaji harian berdasarkan jumlah kendaraan yang dicucinya. Dia

bekerja dari siang hari setelah pulang sekolah hingga sore hari.

Senang bermain dengan ayah dan kakak laki-lakinya, juga senang bermain

dengan teman di dekat rumahnya dan jarang marah-marah. Pasien cenderung

pendiam, agak penyendiri. Saat ditanya apakah sering bercermin saat berjerawat,

pasien menjawab memang lebih banyak bercermin dari hari-hari dimana biasanya

tidak muncul muncul jerawat serta lebih sering untuk cuci muka.

Orientasi seksual pasien adalah lawan jenisnya yang sebaya. Pasien

sekarang tidak mempunyai pacar, dan belum memiliki pacar sebelumnya. Pasien

beragama Islam. Pasien sering mengikuti kegiatan tabligh akbar, taat beribadah,

dan sholat tepat waktu. Pasien belum memiliki masalah yang berkaitan dengan

pelanggaran hukum dsn kriminal.

Pasien tinggal bersama dengan keluarga dari sebelah mama. Dia tinggal

bersama dengan 6 anggota keluarga. Dia tinggal bersama kedua paman pasien,

dua tante pasien dan 2 keponakan dari pasien.

usia 21-40 tahun

Belum ada karena pasien saat ini masih berusia 19 tahun.

6

Kamar Tidur Pe

Kamar Tidur

Dapur

Kamar Mandi

Ruang Tamu

Denah rumah

Riwayat Keluarga

Pasien adalah anak kedua dari 2 bersaudara, pasien termasuk golongan

keluarga yang tidak mampu. Hubungan dengan keluarga baik. Ayah pasien sudah

menikah lagi dan sekarang tinggal dan menetap di gorontalo sejak ± 6-7 tahun

lalu. Kakak kandung pasien juga menetap bersama dengan ayah kandung pasien.

Ibu pasien pada 1 bulan lalu (20 September 2014) meninggal dunia akibat kanker

daerah rahim. Ibu pasien terdiagnosa menderita kanker sejak bulan Januari 2014.

7

SILSILAH KELUARGA/GENOGRAM

Keterangan :

: Laki-laki : telah meninggal

: Perempuan

: Pasien

Faktor herediter : tidak ada

Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya

Pasien sampai saat ini mengatakan tidak sakit dan ingin segera kembali ke

rumah.

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien adalah seorang laki-laki berusia 19 tahun, tampak sesuai

usianya, berkulit kuning langsat, rambut hitam, penampilan cukup rapi,

tinggi ± 170 cm, berat badan ± 67 kg dengan menggunakan kaos dan

celana pendek. Pasien tampak tenang, namun pasien diikat karena

sudah 3 kali lari dari rumah sakit, pasien kadang tersenyum saat

diwawancara.

8

2. Kesadaran

Compos mentis.

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Selama wawancara, pasien di tempat tidur, tidak gelisah, sesekali

pasien memohon untuk membuka ikatan di tangan dan kakinya. Pasien

dapat merespon saat diucapkan salam. Pasien tidak menghindari kontak

mata dan perhatian pasien tidak mudah terpengaruh oleh sekitar.

Memang sejak 2 bulan terakhir, persepsi orang terhadap pasien

menganggap bahwa ia mengalami gangguan jiwa karena dirumah sering

marah-marah tanpa sebab jelas, mengamuk, berjalan tanpa tujuan.

Sedangkan menurut pasien, anggota keluarganya semuanya baik kecuali

pamannya (kakak tertua dari almarhum ibunya) yang sering memuku

dirinya dan sepupunya sejak kecil.

4. Sikap terhadap pemeriksa

Pasien cukup kooperatif pada saat menjawab setiap pertanyaan.

B. Mood dan Afek

1. Mood : Eutimik

2. Afek : Serasi

3. Kesesuaian : sesuai afek

C. Pembicaraan

1. Kualitas: spontan, volume sedang, suara jelas, intonasi berubah-

ubah sesuai dengan isi pembicaraan,, artikulasi baik.

2. Kuantitas: ide cukup banyak, menjawab sesuai pertanyaan.

3. Hendaya bahasa: tidak ada hendaya bahasa.

9

D. Gangguan Persepsi

Pasien memiliki halusinasi visual (+) serta halusinasi auditorik (+)

yang disangkal pasien, pasien sering berbicara-bicara dengan kalimat yang

kacau dan tidak dimengerti orang-orang sekitar.

E. Pikiran

1. Arus (bentuk) pikiran: disosiasi longgar (+), neologisme (+)

2. Isi pikiran

Waham/delusi : waham bizzare (+), waham kejar (+)

obsesi: -

kompulsif: -

F. Fungsi Kognitif

1.Orientasi

Orientasi waktu : Baik. Pasien tahu waktu saat pemeriksaan dan

dapat membedakan siang dan malam.

Orientasi tempat : Baik. Pasien mengetahui dimana dia saat ini.

Orientasi orang : Baik. Pasien dapat mengenali keluarganya.

Daya konsentrasi : Baik.

2. Perhatian

Ketika wawancara berlangsung pasien dapat memusatkan perhatian.

3. Daya ingat

Jangka panjang : baik.

Jangka pendek : baik.

Segera : baik.

10

G. Penilaian Realitas

Penilaian realitas : Halusinasi auditorik (+) dan Halusinasi visual (+).

Pasien mengaku melihat sosok jin berwarna hitam yang gaib yang muncul

tiba-tiba. Waham bizzare (+) pasien berkata bahwa dia berperang dan

menang berperang melawan dajal di Israel; merasa seperti dukun yang

dapat menyembuhkan (menurut keterangan keluarga pasien). Waham kejar

(+) ditandai dengan adanya delusion of grandeur, delusion of influence.

H. Tilikan

Derajat Tilikan 1 (pasien menyangkal akan penyakitnya)

I. Taraf dapat dipercaya

Beberapa hal dapat dipercaya, tetapi masih perlu konfirmasi dengan

keluarga pasien.

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Berdasarkan anamnesis (secara autoanamnesis, aloanamnesis, dan beberapa

data diperoleh dari rekam medik) didapatkan pasien berusia 19 tahun, laki-laki,

belum menikah, pendidikan terakhir tamat SMP, suku ternate-gorontalo,

pekerjaan saat ini tidak ada (hingga tahun lalu pernah bekerja sebagai tukang cuci

kendaraan), tinggal di kelurahan kampung ternate, kecamatan singkil Manado,

dibawa keluarga ke UGD Jiwa di RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang pada subuh

tanggal 5 Oktober 2014.

Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien diantar keluarga dengan keluhan utama memukul pamannya 1 hari.

disertai marah-marah dengan mengamuk, bicara-bicara sendiri, 1 minggu sebelum

masuk rumah sakit.

Pasien marah-marah dan memukul pamannya sendiri tanggal 4 Oktober, ±

pukul 17.30 wita. Alasannya, menurut keterangan pasien bahwa pasien tidak tahan

pamannya mengatakan kalimat-kalimat dengan nada mengejek bahwa sudah tidak

ada lagi yang menyanyanginya, pasien sudah tidak memiliki ibunya lagi yang

11

meninggal, serta ayah pasien tidak menyayanginya karena hanya berada di

gorontalo.

Subuh pagi hari ± 05.00 wita tiba-tiba pasien mengamuk. Pasien

mengamuk tanpa alasan. Keluarga yang tinggal serumah menjelaskan bahwa saat

itu pasien sedang berada di ruang keluarga, tiba-tiba saja mereka terbangun saat

pasien mengamuk. Pasien mengaku bahwa dia mendengar suara-suara di

telinganya untuk merusak barang-barang di ruangan itu seperti meja dan kursi di.

Mengamuk disertai dengan marah-marah dan bicara-bicara sendiri. Menurut

keluarga, pasien bicara-bicara sendiri saat dia mengamuk tanpa ada yang

berbicara dengan dirinya. Menurut keterangan tantenya di rumah yang

menyaksikan kejadian itu dimana pasien memukul pamannya, bahwa pamannya

tersebut tidak mengancam untuk membunuh, mencelakakan ataupun melukai

pasien, hal ini juga dikuatkan dengan statement dari sepupu pasien.

Pada pagi,siang, sore hari (tidak menentu) pasien beberapa kali masuk ke

rumah-rumah tetangga dan mengacak-acak pakaian yang ada di kamar-kamar

tetangga sejak ± 4 hari lalu. Saat melakukan hal itu pasien juga bicara-bicara yang

tidak jelas.

Pasien kurang tidur sejak ± 1 minggu yang lalu. Menurut keluarga yang

tinggal serumah, pasien merasa depresi karena kehilangan ibunya dan masih

merasa ibunya hidup dan sering datang ke dalam pikirannya.

Pasien tidak sedang atau baru saja mengkonsumsi alkohol atau ehabond,

atau obat-obatan saat keadaan itu terjadi. Menurut pasien, dia tidak merasa

ketergantungan akan minuman alkohol dan zat adiktif yang pernah dia pakai.

Berdasarkan catatan rekam medik, pasien pertama kali masuk rumah sakit

pada bulan Agustus tahun 2014 dengan keluhan utama marah-marah,

memberontak, bicara sendiri. Hanya 2 hari di rawat di rumah sakit, kemudian

pasien dipulangkan paksa oleh keluarganya (dalam hal ini paman pasien). Hal itu

diputuskan berdasarkan usul dari kakak pasien yang tinggal di gorontalo untuk

membawa adiknya pulang ke rumahnya di kampung ternate. Kakak pasien justru

menduga bahwa adiknya terserang guna-guna dan bukan menderita gangguan

jiwa.

12

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

A. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : Tampak sehat

2. Kesadaran : Compos Mentis

3. Tanda vital : T: 110/80mmHg, N: 66x/m, R: 16x/m, SB: 36,60C

4. Kepala : Conj.anemis -/-, sklera ikterik -/-

5. Thoraks : C: SI-II regular, bising (-)

P: sp.vesikuler, Rh-/-, Wh -/-

6. Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, H/L ttb

7. Ekstremitas : akral hangat, edema (-)

B. Status Neurologi

1. GCS : E4M6V5

2. Mata : Gerakan normal, searah, pupil bulat, isokor, diameter

3mm/3mm, reflex cahaya (+/+).

3. Pemeriksaan nervus kranialis

a. N. olfaktorius (N.I)

Tidak dilakukan evaluasi.

b. N. optikus (N.II)

Tidak dilakukan evaluasi.

c. N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis (N.IV), n. abducens (N.VI)

Selama wawancara dapat diamati bahwa pasien memliki gerakan

bola mata yang wajar.

d. N. trigeminus (N.V)

Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.

e. N. facialis (N.VII)

Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.

f. N. vestibulocochlearis (N.VIII)

Pasien dapat mendengar dan mengulangi kata-kata dalam jarak

dekat dan jauh. Selama wawancara pasien mampu menjawab

pertanyaan dengan tepat. Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran

pasien normal. Saat berjalan pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh.

13

g. N. glosssopharyngeus (N.IX),

Tidak dilakukan evaluasi

h. N. vagus (N.X)

Tidak dilakukan evaluasi

i. N. aksesorius (N.XI)

Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat

menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan bahwa

fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam keadaan normal.

j. N. hypoglossus (N.XII)

Tidak dilakukan evaluasi.

Ekstrapiramidal sindrom : Tidak ditemukan ada gejala ekstrapiramidal

C. Pemeriksaan Penunjang

Saat dilakukan wawancara tanggal 8,9,10 belum dilakukan pemeriksaan

laboratorium

VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Aksis I : gangguan skizofrenia paranoid (bagian sederhana dari waham

paranoid, mengejek, kemudian merasa ada orang yang akan membunuhnya)

Aksis II : gangguan kepribadian skizoid

Aksis III : tidak ada diagnosis

Aksis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial pasien sifatnya

cenderung pendiam, bahkan cenderung menyendiri untuk menjaga almarhum

ibunya yang waktu itu dalam keadaan sakit. Pasien tidak melanjutkan tingkat

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pasien harus bekerja untuk

menunjang kebutuhan ekonomi diri dan keluarganya.

Aksis V : GAF scale 80-71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas

ringan dalam sosial, pekerjaan, dll. High level past year (HLPY) 90-81 gejala

minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah biasa.

VIII. PROBLEM

A. Organobiologi : tidak ada

14

B. Psikologi : Waham bizzare (+), waham paranoid (+),

halusinasi auditorik (+) dan halusinasi visual (+).

C. Lingkungan dan sosial ekonomi : tidak kesulitan dalam interaksi

sosial, pasien cenderung pemalu dan pemalu.

IX. RENCANA TERAPI

A. Psikofarmako

Risperidone 2mg 3x1 tablet / hari

THP (Trihexypenidyl) 2mg 2x1 tablet / hari

Haloperidol 2x2,5mg tablet / hari

B. Psikoterapi dan Intervensi Psikososial

a. Terhadap pasien

Memberikan edukasi dan support terhadap pasien agar

memahami gangguannya lebih lanjut, cara pengobatannya, efek

samping yang kemungkinan muncul, serta pentingnya

kepatuhan dan keteraturan minum obat.

Memberikan dukungan kepada pasien untuk meningkatan rasa

percaya diri, perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas

hidup yang baik.

Memotivasi dan memberikan dukungan kepada pasien agar

pasien tidak merasa putus asa dan semangat juangnya dalam

menghadapi hidup ini tidak kendur.

b. Terhadap keluarga pasien

Meminta keluarga untuk tetap memastikan pasien tetap berada

dalam pengawasan keluarga

Memberikan pengertian dan dukungan kepada keluarga akan

pentingnya peran keluarga pada perjalanan penyakit

15

Meminta keluarga untuk tetap memberikan perhatian penuh

terhadap pasien dan mengawasi pasien dalam meminum obat

teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan.

Memberikan psiko-edukasi yaitu menyampaikan informasi

kepada keluarga mengenai kondisi pasien dan menyarankan

untuk senantiasa memberikan dukungan selama masa

pengobatan.

X. PROGNOSIS

A. Ad vitam : dubia ad bonam

B. Ad fungsionam : dubia ad bonam

C. Ad sanationam : dubia ad bonam

XI. ANJURAN

Dianjurkan kepada keluarga agar dapat memberikan dukungan dan

kunjungan berkala selama masa pengobatan. Memberikan konseling yang teratur

kepada pasien untuk bisa memperbaiki pemahaman tentang realitas yang ada,

tingkah laku, serta pola pikir pasien agar menyadarkan pada pasien bahwa pasien

memerlukan pengobatan yang teratur.

XII. DISKUSI

A. Diagnosis

Gangguan Skizofreniform adalah identik dalam setiap hal dengan

skizofrenia kecuali bahwa gejalanya berlangsung sekurangnya 1 bulan tetapi

kurang dari 6 bulan. Pasien dengan gangguan skizofreniform kembali kepada

tingkat fungsi dasarnya jika gangguan skizofreniform telah menghilang.

Sebaliknya pasien yang memenuhi kriteria skizofrenia , gejala harus

ditemukan sekurangnya 6 bulan.1,5

Istilah “skizofreniform” diajukan oleh Gabriel Langfeldt pada tahun 1939.

Ia menekankan bahwa skizofrenifom merupakan sekelompok pasien heterogen

yang ditandai hanya oleh (1) kemiripan gejalanya dengan gejala skozofrenia,

(2) adanya hasil akhir klinis yang baik.1

16

Insidensi dan prevalensi dan rasio jenis kelamin belum dilaporkan dalam

literatur. Beberapa klinisi memiliki kesan bahwa gangguan paling sering

terjadi pada remaja dan dewasa muda dan sebagian besar peneliti percaya

bahwa gangguan adalah lebih jarang dibandingkan dengan skizofrenia.1,5

Seperti pada semua gangguan psikotik klasik penyebab skizofreniform

tidak diketahui. Pada umunya beberapa pasien menderita gangguan yang mirip

dengan skizofrenia sedangkan pasien lainnya menderita suatu gangguan yang

mirip dengan gangguan mood. Karena hasil akhirnya yang biasanya baik

gangguan kemungkinan memiliki kemiripan dengan sifat episodik dengan

gangguan mood. Tetapi beberapa data menyampaikan hubungan erat dengan

skizofrenia.1,5

Kriteria diagnosis untuk gangguan skizofreniform di dalam dsm V

memasukkan 3 kriteria yang mirip dengan skizofrenia. (1) adanya gejala fase

aktif selama 1 bulan (2 dan 3) telah disingkirkan kemungkinan gangguan

skizoafektif, gangguan mood dengan ciri psikotik, gangguan berhubungan

dengan zat, dan gangguan mental karena kondisi umum.

Berdasarkan DSM V, kriteria diagnosis skizofreniform adalah:1,3

a. Gejala karakteristik : paling tidak ada 2 atau lebih gejala dalam 1 bulan. Di

antaranya:

Waham/delusi

Halusinasi

Inkohorensia

Tingkah laku katatonik

Gejala-gejala negative seperti emosi, dll.

b. Gangguan skizoafektif dan depresi atau gangguan bipolar dengan gejala-

gejala psikotik dikeluarkan dalam kriteria diagnosis karena (1) tidak ada

depresif major atau episode manik (2) episode mood muncul sementara

gejala sistem aktif.

c. Perlangsungannya dari bulan 1 hingga kurang dari bulan ke enam

d. Penyingkiran zat atau kondisi medis umum

17

Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksan

status mental. Dari anamnesis ditemukan gejala-gejala yang mengarah dengan

diagnosis Skizofreniform. Skizofreniform dapat dijumpai di negara manapun,

hanya saja data epidemiologi belum ada. Gambaran klinis didominasi oleh

waham-waham yang secara relatif stabil, seringkali bersifat bizzare, biasanya

disertai oleh halusinasi-halusinasi terutama halusinasi penglihatan dan

pendengaran serta gangguan persepsi (gejala positif). 1

Gejala yang terlihat tidak konsisten, sering pasien dapat atau tidak

bertindak sesuai dengan wahamnya. Pasien sering kooperatif dan cenderung

mudah untuk mengadakan kerjasama. Kadang agresif,marah atau ketakutan, tetapi

pasien memperlihatkan perilaku inkoheren atau disorganisasi. Waham dan

halusinasi tidak menonjol sedangkan afek dan pembicaraan hampir tidak

terpengaruh.5

Pada kasus ini ditemukan pasien termasuk waham bizzare (+), halusinasi

auditorik (+) dan halusinasi visual (+), karena mengeluh sering melihat bayangan

gaib seperti jin hitam badannya besar.5

Halusinasi didefinisikan sebagai persepsi dalam keadaan sadar tanpa

adanya stimulus eksternal yang mana memiliki kualitas persepsi yang nyata.

Halusinasi penglihatan diperkirakan ada dalam beberapa penyakit dan ada data

yang mendukung pernyataan tersebut. Pasien dengan predominan gejala psikotik

kurang memiliki halusinasi penglihatan dibandingkan pasien dengan gejala

negatif primer atau gejala disorganisasi. Ada beberapa pengalaman visual yang

dialami pasien skizofrenia. Yang paling sering adalah objek yang hidup, orang,

bagian dari orang (khususnya muka dan kepala), gambar religi, makhluk fastastik

yang mungkin hampir sama seperti di televisi dan binatang. Objek yang tidak

bernyawa lebih jarang. Halusinasi visual umumnya memiliki ciri-ciri tersendiri

dan lebih terbatas daripada halusinasi auditory tetapi ada pasien yang memiliki

halusinasi visual rangkaian hari. Isi dari halusinasi visual dan auditory bergantung

pada kebudayaan seseorang.5

Pada pemeriksaan status mental didapatkan mood eutimik yaitu suasana

perasaan dalam rentang normal individu mempunyai penghayatan perasaan

dengan irama hidupnya. Afek yang didapatkan adalah afek serasi yaitu

18

menggambarkan keadaan normal dari ekspresi emosi yang terlihat dari keserasian

antara ekspresi emosi dan suasana yang dihayatinya.3,5

B. Ciri Kepribadian

Ciri gangguan kepribadian ada berbagai macam yaitu ciri gangguan

kepribadian khas, yaitu kategori A (paranoid, skizoid, skizotipal), kategori B

(antisoial, ambang, histrionik, narsistik), dan kategori C (menghindar, dependen,

obsesif-kompulsif, ganguan kepribadian yang tidak ditentukan)

Ciri ciri gangguan kepribadian menghindar menurut DSM-V meliputi :

Pola pervasif hambatan sosial, perasaan tidak cakap, dan kepekaan berlebihan

terhadap penilaian negatif, dimulai pada masa dewasa awal, dan tampak dalam

berbagai konteks seperti yang ditunjukkan oleh empat atau lebih ciri berikut:1,3

1. Menghindari aktivitas pekerjaan yang memerlukan kontak interpersonal

yang bermakna, karena takut akan kritik, celaan, atau penolakan

2. Tidak mau terlibat dengan orang lain kecuali yakin akan disenangi

3. Menunjukkan keterbatasan dalam hubungan intim karena rasa takut

dipermalukan atau ditertawai

4. Preokupasi dengan sedang dikritik atau ditolak dalam situasi sosial

5. Terhambat dalam situasi interpersonal yang baru karena perasaan yang

tidak adekuat

6. Memandang diri sendiri janggal secara sosial, tidak menarik secara

pribadi, atau lebih rendah dari orang lain

7. Tidak biasanya enggan dalam mengambil resiko pribadi atau melakukan

aktivitas baru karena dapat membuktikan peghinaan

19

C. Rencana Terapi

a. Psikofarmako

Sama seperti terapi untuk skizofrenia, saat ini antipsychotic merupakan terapi

primer untuk pasien skizofreniform. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya bukti

tentang efisiensi antipsychotic untuk psikotik episode akut maupun untuk

mencegah kekambuhan. Namun angka signifikan dari pengguna antipsychotic,

yaitu sebesar 40% melaporkan adanya respon yang buruk terhadap obat

antipsychotic konvensional (typical) dan beberapa pasien menunjukkan gejala

psikotik lanjutan sedang hingga berat, baik gejala positif maupun negatif.1,3

Antipsychotic konvensional (typical atau first generation antipsychotic)

menunjukkan insiden yang tinggi dan efek samping yang luas, meliputi lethargy,

sedation, peningkatan berat badan, dan disfungsi seksual. Gangguan gerak

(movement disorder) seperti parkinsonism, akathisia, dystonia, atau sering disebut

acute extrapyramidal side effect (EPS) juga sering terjadi. Efek samping jangka

panjang yang serius adalah tardive dyskinesia, terjadi pada 20% pasien yang

menerima antipsychotic konvensional (typical). EPS onset lambat ditandai adanya

gerakan abnormal yang tidak disadari pada bibir, dagu, lidah, otot-otot wajah,

anggota gerak, dan badan. Respon yang buruk serta efek samping yang muncul

pada penggunaan antipsychotic konvensional (typical) menyebabkan banyak yang

beralih menggunakan obat yang lebih sedikit efek samping, yaitu second

generation antipsychotic.1,3

Second 12 generation antipsychotic atau atypical antipsychotic memiliki

kelebihan sedikit menimbulkan acute EPS dan tardive dyskinesia. Namun pada

prakteknya harus diperhatikan efek samping yang lain seperti peningkatan berat

badan dan masalah metabolik yang berhubungan dengan meningkatnya risiko

diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskuler. Obat yang diklasifikasikan dalam

atypical antipsychotic yaitu clozapin, olanzapine, quetiapine, risperidone,

ziprasidone, amisulpride, zotepine, dan sertindole. Antipsychotic konvensional

meliputi phenothiazine, butyrophenone, substituted benzamide, thioxanthine, dan

golongan lainnya. Optimisme para psikiater dalam memilih antipsychotic, 97%

dilaporkan lebih sering menggunakan atypical antipsychotic untuk terapi

skizofrenia dan 3% menggunakan antipsychotic konvensional. Dengan persentase

20

penggunaan atypical antipsychotic, risperidone sebesar 50%, diikuti olanzapine

34%, quetiapine 7%, atypical antipsychotic terbaru ziprasidone dan aripiprazole

dipilih kurang dari 5%, serta clozapine kurang dari 1%.6 Pada pasien ini diberikan

obat anti psikotik golongan benzisoxazole yaitu risperidone 2mg 2x1.1,3

Risperidone merupakan golongan anti psikosi atipikal dengan mekanisme kerja

adalah memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak,

khususnya di system limbic dan system ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor

antagonists) dan juga berafinitas terhadap “Serotonin 5 HT2 Receptors”

(Serotonin-dopamine antagonists), sehingga efektif untuk gejala negatif. Efek

samping yang terjadi dapat berupa sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa

mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan

kognitif menurun), dan gangguan otonomik (hipotensi,

antikolinergik/parasimpatolitik, mulut kering, kesulitn miksi dan defekasi, hidung

tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung),

gangguan ekstrapiramidal (dystonia akut, akathisia, sindrom Parkinson seperti

tremor, brdikinesia, rigiditas), gangguan endokrin, hematologik biasanya pada

pemakaian jangka panjang. Risperidone diberikan sebagai pilihan pengobatan

pasien ini karena resiko terjadi efek samping dapat ditolerir.3

Pada pasien juga diberikan Trihexyphenidyl (THP) 2mg 2x1 yaitu golongan

obat antiparkinson. THP digunakan untuk mengurangi kegoyahan dan gelisah

yang dapat disebabkan oleh beberapa obat penenang. Selain itu juga pasien

diberikan Haloperidol 2x2,5mg yang merupakan golongan anti ansietas.

Haloperidol merupakan golongan potensi rendah untuk mengatasi pasien dengan

gejala dominan gaduh, gelisah, hiperaktif dan sulit tidur. Haloperidol berguna

untuk menenangkan keadaan mania pasien psikosis. Reaksi ekstrapiramidal

timbul pada 80% pasien yang diobati haloperidol.2

b. Psikoterapi

1. Psikoterapi supporitf

Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk

mengungkapkan perasaan dan keluhannya sehingga pasien merasa lega.

21

Konseling : memberikan penjelasan kepada pasien sehingga dapat

membantu pasien dalam memahami penyakit dan cara mengatasinya

2. Sosioterapi

Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang disekitar tentang

penyakit pasien sehingga dapat memberikan dukungan moral dan menciptakan

lingkungan yang kondusif sehingga dapat membantu proses penyembuhan.

22

XIII.WAWANCARA PSIKIATRI

Wawancara dilakukan di ruang gawat darurat psikiatri RS. Prof. Dr. V. L.

Ratumbuysang Manado pada hari, tanggal Rabu, 8 Oktober 2014 jam 12.15

WITA. Saat wawancara paman pasien sedang duduk di kursi luar.

D : Pemeriksa

P : paman dari pasien

D:selamat siang om

P:Siang

D:Saya dokter muda aron ne, ada mo minta keterangan tentang om pe keponakan deng depe saki. Bapak pe nama siapa?

P:Siswan wontani

D:Umur berapa?

P:53 tahun

D:Hubungan dengan rayka?

P:Sebagai Pamannya

D:Depe papa deng mama dimana dang?kiapa nda jaga pa dia?

P:Oh, kalo depe papa di gorontalo skarang, menetap di sana. Dia kwa orang ternate. Kalo depe mama itu kita pe ade kandung

D:Kong mana depe mama dang?

P:so meninggal. Dia bagini gara-gara depe mama saki itu noh sampe depe mama 3 kali maso rs malalyang, mar gagal operasi angka tu kista ganas di puru. karena ada gangguan di jantung, paru-paru jadi lebe membesar

D:om siswan kerja apa skarang?

P:nda ada skarang, dulu cuma ja ba jual bensin di jalan mar sejak banjir awal tahun 2014 so nyanda ba jual

D:Sekarang kita mo tanya-tanya tentang om pe keponakan neh? Nama dari om pe keponakan?

P:Rayka nawawi (kelahiran 14 desember 1994)

23

D:Umur brapa dia skarang?

P:19 tahun

D:Agama?

P:Islam

D:Suku?

P:Ternate-gorontalo

D:Sudah menikah?

P:Belum, masih nyong-nyong kasiang

D:Blum ada cewe toh dia?

P:Blum

D:Anak dang?

P:Hele cewe blum ada noh apalagi anak, dok

D:Pendidikan terakhir?

P:Smp,Anak bae-bae dulu. Ja ba cuci oto kwa di kampung dia

D:kampung mana?

P:kampung ternate baru

D:dekat rumah jo dia pe tampa cuci oto?

P:Iyo. ada tu rumah makan tampa soto, rumah katiga tu tampa cuci oto noh, jadi disitu dia ja ba cuci kasiang. Pernah ada tu bos pangge di lapangan

D:jadi dia nyanda putus sekolah toh?

P:Iyo nyanda, dia da tamat waktu smp. dia ini smp di gorontalo. Depe papa yang bawa pa dia ka sana. Depe papa kwa da kaweng ulang deng orang gorontalo. Anggota dewan 2 periode kwa

D:Siapa yang anggota dewan?

P:Depe papa. Dia anggota dewan di bualemo. Muhammad yasin nawawi. Tapi dia waktu pemilihan ini ( di tahun 2014) dia so nyanda ta pilih, gagal. Jadi dia dari 2004-2014 (2 periode)

D:Alasan dia putus skolah?

24

P:Dia kan deng depe kakak di gorontalo depe papa da ambe, mar dia lari (dari gorontalo) pulang kamari (ke manado)

D:Karena kiapa?

P:Da inga-inga depe mama

D:So saki depe mama?

P:Blum saki, mar dorang so cerai toh. Ni anak-anak kan dari kacili so deng depe mama. Nanti so basar baru depe papa ambe. Yang depe kakak perawat di gorontalo

D:Kong depe kakak masih ada dang?

P:Masih ada, napa da sementara kerja jadi perawat di gorontalo.

D:Rayka pernah maso rumah saki tu bulan agustus?

P:Iyo, agustus pernah maso noh dia.

D:Depe carita bagaimana dang?

P:Waktu dia maso itukan, so 2 hari da rawat disini mar depe kaka telepon suruh kaluar jo jadi kaluar secara paksa bagitu. Jadi kalo keadaan bagini kong ada apa-apa kita nda tanggung jawab kita bilang bagitu pa depe kakak. Jadi itu hp kita se bacarita deng mantri disini. Qt bilang mantri tolong bacarita deng depe kaka. Mantri bilang Oh iyo kalo depe kaka suka mo se kaluar npp, bapak kurang tanda tangan. Nah itu dirumah satu bulan lebe itu dia bagus, aman, nanti depe mama meninggal (tanggal 8 september 2014) baru di jadi ulang

D:Depe mama so saki dari kapan?

P:Oh so lama, dari januari itu noh 2014. Pokoknya depe mama saki itu 9 bulan pas

D:Dokter bilang saki apa?

P:kista ganas di perut

D:Brarti baru dapa tau saki depe mama taon ini toh?

P:Oh so lama. 3 kali riki maso rumah saki.

D:Paling pertama maso rumah saki kapan depe mama?

P:So nyanda inga le lantaran sibuk keluarga kwa

D:Om deng rayka pe mama hubungan bagaimana?

25

P:Kita pe ade itu. Dia yang kadua kwa (kita anak pertama)

D:Tinggal sama-sama dang?

P:Sama-sama, satu rumah

D:Di rumah tinggal siapa-siapa?

P:Qt, Rayka, kita pe ade parampuan deng anak satu, kita pe ade laki-laki, depe istri deng dua anak yang satu laki yang kadua parampuan (7 orang)

D:Rayka maso rumah sakit tanggal berapa?

P:Tanggal 5 oktober malam baru-baru ini

D:Dia muncul gejala-gejala bagini dari kapan?

P:Depe mama meninggal kan so 20 hari lebih da bekeng dirumah. Kage mulai itu dia timbul ba jalan, maso-maso orang pe rumah, kamar-kamar, bababongkar. Diape kamanakan dia so pukul, dia marah-marah.

D:Mengeluh dengar bisikan?

P:Setau kita nda, Cuma dia bilang dia mo obat depe mama pake cincin. Orang da kase, dia mo se obat depe mama. Mar salalu dia ta inga depe mama noh

D:Dia deng depe mama dekat skali so?

P:Odoh, dekat skali. Memang sampe dia lari dari depe papa sana (dari gorontalo)

D:Depe mama-papa pisah karena apa?

P:Dulu kwa lama bakupisah, nanti depe papa so anggota dewan baru depe mama tuntut cerai di gorontalo sana

D:Rayka pe kaka umur berapa?

P:Kurang tau le, mar dorang kwa bakudekat, blum kaweng kwa depe kaka

D:Rayka brarti waktu lari dari gorontalo so nda skolah?

P:So nda, dia ba cuci oto ulang noh di sini

D:Depe papa pernah bilang nda waktu di gorontalo itu dia bajadi?

P:Nda noh, nanti di manado. Anak bagus-bagus bagini.

D:Rayka depe papa datang ambe kapan?

26

P:Lulus sd depe papa datang ambe. Dia di sana maso kelas 1 smp. Kage-kage akang so pulang kamari. Kita tanya, kiapa ngana pulang dia bilang inga depe mama. Depe mama dia sayang skali. Hele mo tidor dia ja pegang-pegang depe mama pe toto.

D:Dulu waktu depe mama-papa kaweng dorang tinggal deng om siswan dang?

P:Nda, dorang ba kos. Mar dekat-dekat rumah jo

D:Baku tinggal depe papa-mama taon brapa?

P:Nintau le noh. Kita masih di pasar le itu. Dia pertama depe laki kerja di columbia pasar 45, kong baku tagate dengan parampuan yang kerja di columbi. Kong dorang baku lari ka gorontalo noh

D:Sebelum rayka pe mama saki rayka bagus-bagus ?

P:Bagus, ja ba cuci oto kasiang. Bli akang depe mama pe makanan.

D:Rayka pe hobi apa?

P:Main bola. dia pe hobi le itu.

D:Apa dia ada masalah deng depe tamang dekat-dekat ini?

P:Nda

D:Sepengetahuan om dari kapan dia ciong-ciong bagitu?

P:Nintau pasti. Pokoknya, mulai dari dia ja ba cuci oto (dari sd), so tau cari doi kan

D:So brapa lama dia kerja dia ba cuci oto?

P:Masih kacili. Dari kacili le kwa dorang so suka cari-cari doi.

D:Dia nda pernah ada masalah deng polisi?

P:Nyanda

D:Sekarang dia sholat bagaimana?

P:Dia sambayang sambayang noh. Pokoknya kalo nda kerja ja ba sambayang.

D:Waktu dia ba ciong lem menganggu depe aktivitas?

P:Iyo, dia nda ja tidor kalo so ciong lem, nanti pagi baru dia tidor

D:Depe Mama berapa bersaudara?

27

P:Empat bersaudara

D:Kalau dari papa?

P:2 bersaudara

Wawancara dilakukan di ruang gawat darurat psikiatri RS. Prof. Dr. V. L.

Ratumbuysang Manado pada hari, tanggal Rabu, 8 Oktober 2014 jam 12.30

WITA. Saat wawancara pasien terikat pada kaki dan tangan di tempat tidur.

D : Pemeriksa

P : pasien

D:Selamat siang rayka, dokter mo ba tanya-batanya sadiki neh. Boleh?

P:Iyo dok

D:Papa pe nama siapa?

P:kita pe papa, muhammad yasin nawawi

D:papa dimana dang sekarang?

P:tadi ada tidor disini

D:nama siapa?

P:rayka nawawi

D:umur

P:19 tahun

D:So makan

P:Sudah

D:Makan apa tadi

P:Nasi putih dan sayur kangkung

D:Minum apa tadi

P:Minum air aqua

D:So mandi

P:Sudah

28

D:Ini siang ato malam, rayka

P:siang

D:Ini bulan apa, rayka?

P:Oktober

D:Ini dimana skarang ngana,rayka?

P:Rumah sakit sario

D:Kong kiapa dapa ika dang

P:Nintau le pa aba, kita nda bekeng salah apa-apadia so ika

D:2 hari lalu (senin, 6/10/2014) ngana pernah ke rs malalayang, ada pigi dengan sapa itu?

P:Nyanda deng sapa-sapa, Cuma kita sandiri

D:For apa ka sana?

P:Mo bakudapa dengan saya pe sudara, bpk prof dr RD Kandou

D:Ada bakudapa jo?

P:Ada, riki dia da ciong di mulu kong da raba di tolor

Wawancara dilakukan di ruang Manguni RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado pada hari, tanggal Kamis, 9 Oktober 2014 jam 19.30 WITA. Saat wawancara dengan pasien.

D : Pemeriksa

P : pasien

D;Sejak kapan pakai ehabond?

P:Dari Sd. Sd so pernah bage leh dwi-enpi, tri-ex

D:Bentuk dan warna dwi-enpi

P:Kacili, warna kuning

D:Kalo minum-minum so dari kapan

29

P:Dari sd, ja minum bir itam, bir putih (cap tikus), kesegaran, deng ada tu paling sadap tu minuman yang da jual di megamall.

D:Ba rokok dari kapan

P:Kalo rokok dari sd le. Biar orang tua ja larang tetap ja bage

D:Mama saki dari kapan, bulan apa, tahun berapa

P:So dari taon lalu

D:Aba bilang taon ini mama da saki

P:Nyanda butul itu samua

D:Dari kapa da brenti ciong ehabond

P:Pas mama so meninggal. Sebelum saki masih ba ciong, waktu mama saki masih baciong ehabond le

D:Ngana bilang tadi so nyanda ciong pas mama saki

P:Ih, dokter so putar carita

D:Jadi waktu mama so saki masih jaga ciong ehabond ato nyanda?

P:Mama so saki masih ja ciong ehabond biar ba ciong sambunyi-sambunyi

D:Masih ja minum deng marokok waktu mama so saki?

P:Iyo, masih.

D:Mar so ja pigi masjid?

P:Tu hari saya bawa cap tikus ka masjid mar dorang nimau jadi saya bawa pulang ulang

D:Dulu deng sekarang masih sama ba ciong ehabond ato so ba kurang?

P:Kalo skarang orang tua so nyanda ada saya pe mau-mau itu bage-bage ehabond sadap

D:Kapan ada minum tu triex?

P:Waktu irdendi pabondo da kase

D:Kapan dia da kase, waktu nga pe mama so meninggal kang?

P:Iyo

D:Depe bentuk deng warna bagaimana?

30

P:Depe basar sama deng dwienpi, mar triex warna putih. Kalo amox, xanax, alprazolam saya bulum pernah bage. Saya pe tamang yang jaga bage itu, egay

D:Rizal wantani dang?

P:Oh saya pe sudara jaga bage itu alprazolam

D:Rizal wantani masih kerja di tampa cuci oto?

P:Iyo, dia le ja bage alprazolam

D:Siapa orang-orang yang ngana sayang?

P:Megamawati wantan, muhammad yasin nawawi, fatmawati wantani, gunawan tolaja, darise, laiyah, rizal wantani, putri wantani

D:Rizal wantani ja kase obat le pa ngana?

P:Nyanda, dia nda pernah kase. Dia le kalo ja pake ja basambunyi dari depe papa rifai wantani

31

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan

Perilaku Psikiatri Klinis Jilid I. Binarupa Aksara Publisher. 2010.

2. Juvita Novia Anggraini Maria. Peran Atypical Antipsychotic dalam

Menurunkan Perilaku Agresif pada Pasien Skizofrenia. E-jurnal Medika

Udayana 2013;2(2):1-19.

3. American Psychiatric Association. DSM-5 Diagnostic and Statistical

Manual of Mental Disorders: Fifth Edition. American Psychiatric

Publishing; Washington DC. 2013.

4. Kaplan and Saddock. Comprehensive Textbook Of Psychiatry. 7th Ed.

Lippincott Wiliams And Wilkins. Philadelphia, 2004.

5. Elvira S, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta. 2010.

32

Lampiran 1

Gambar 1. Wawancara bersama paman R.N (tuan S.W)

Gambar 2. Wawancara bersama pasien R.N

33

Gambar 3. Home visit dan wawancara bersama sepupu R.N (tuan R.W)

Gambar 4. Home visit dan wawancara bersama sepupu R.N (tuan R.W)

34