obat anti psikotik

39
BAB I PENDAHULUAN Gangguan psikosis merupakan gangguan jiwa yang pada umumnya menimbulkan hendaya yang cukup berat sehingga mengganggu kemampuan seseorang untuk dapat melaksanakan fungsi social sehari – hari secara wajar dan efektif. Bila tidak mendapat penanganan secara adekuat, hal tersebut akan menjadi beban bagi keluarga maupun masyarakat. Sebelum ditemukannya obat – obat anti psikotik, gangguan psikotik diobati dengan cara yang sesuai pengartian dan kepercayaan orang mengenai gangguan tersebut, yang pada umumnya dikaitkan dengan hal – hal magis demonologis. 1 Penggunaan obat anti psikotik baru mulai sekitar tahun 1950-an yaitu dengan Rauwolfia serpentine (nama dagang obat anti hipertensi). Baru kemudian (sekitar tahun 58 – 60) mulai diperkenalkan Chlorpromazin (suatu derivate Phenothiazine). Pada tahun – tahun selanjutnya obat anti psikotik berkembang dengan pesat, mulai dengan derivat Phenotiazine lainnya, kemudian derivat – derivat lainnya. 2 Anti Psikotik adalah antagonis dopamin dan menyekat reseptor dopamin dalam berbagai jaras otak. Dengan berkembangnya ilmu dibidang psikiatri, golongan obat anti psikotik dibagi menjadi dua golongan, yaitu anti psikotik golongan tipikal dan anti psikotik atipikal. Obat Anti Psikotik baik tipikal maupun atipikal tentunya memiliki efek 1

description

jiwa

Transcript of obat anti psikotik

Page 1: obat anti psikotik

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan psikosis merupakan gangguan jiwa yang pada umumnya menimbulkan

hendaya yang cukup berat sehingga mengganggu kemampuan seseorang untuk dapat

melaksanakan fungsi social sehari – hari secara wajar dan efektif. Bila tidak mendapat

penanganan secara adekuat, hal tersebut akan menjadi beban bagi keluarga maupun

masyarakat. Sebelum ditemukannya obat – obat anti psikotik, gangguan psikotik diobati

dengan cara yang sesuai pengartian dan kepercayaan orang mengenai gangguan tersebut,

yang pada umumnya dikaitkan dengan hal – hal magis demonologis.1

Penggunaan obat anti psikotik baru mulai sekitar tahun 1950-an yaitu dengan

Rauwolfia serpentine (nama dagang obat anti hipertensi). Baru kemudian (sekitar tahun 58 –

60) mulai diperkenalkan Chlorpromazin (suatu derivate Phenothiazine). Pada tahun – tahun

selanjutnya obat anti psikotik berkembang dengan pesat, mulai dengan derivat Phenotiazine

lainnya, kemudian derivat – derivat lainnya.2

Anti Psikotik adalah antagonis dopamin dan menyekat reseptor dopamin dalam

berbagai jaras otak. Dengan berkembangnya ilmu dibidang psikiatri, golongan obat anti

psikotik dibagi menjadi dua golongan, yaitu anti psikotik golongan tipikal dan anti psikotik

atipikal. Obat Anti Psikotik baik tipikal maupun atipikal tentunya memiliki efek samping

yang perlu dikertahui agar pengobatan klinis bisa efisien dan sesuai dengan proporsi dan

tentunya agar mencapai target terapi. Untuk itu kita harus mengenali obat Anti Psikotik ini

terlebih dahulu, karena selain manfaatnya, Anti Psikotik juga mempunyai kerugian yang

menyertainya. Anti Psikotik merupakan pengobatan yang terbaik untuk penyakit skizofrenia

dan penyakit psikotik lainnya.2

1

Page 2: obat anti psikotik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. OBAT PSIKOTROPIK1. Pengertian Obat Psikotropik

Obat anti psikotik adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku (mind and behavior altering drugs), digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik (psychotherapeutic medication).3

Obat psikotropik termasuk salah satu zat psikoaktif. Namun demikian harus dibedakan pula dengan zat adiktif, yaitu zat yang dapat menimbulkan sindrom ketergantungan. Tidak semua zat psikoaktif adalah zat adiktif.3

2. Indikasi PenggunaanGejala sasaran (target syndrome) : SINDROM PSIKOSIS

Kriteria diagnostik Sindrom Psikosis Hendaya berat dalam kemapuan daya menilai realitas (reality testing

ability), bermanifestasi dalam gejala : kesadaran diri (awareness) yang terganggu, daya nilai norma sosial (judgement) terganggu, dan daya tilikan diri (insight) terganggu.

Hendaya berat dalam fungsi mental, bermanifestasi dalam gejala POSITIF : gangguan asosiasi pikiran (inkoherensi), isi pikiran yang tidak wajar (waham), gangguan persepsi (halusinasi), gangguan perasaan (tidak sesuai dengan situasi), perilaku yang aneh atau tidak terkendali (disorganized), dan gejala NEGATIF : gangguan perasaan (afek tumpul, respon emosi minimal), gangguan hubungan social (menarik diri, pasif, apatis), gangguan proses berpikir (lambat, terhambat), isi pikiran yang stereotip dan tidak ada inisiatif, perilaku yang sangat terbatas dan cenderung menyendiri (abulia).

Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari – hari, bermanifestasi dalam gejala, tidak mampu bekerja, menjalin hubungan sosial, dan melakukan kegiatan rutin.3

2

Page 3: obat anti psikotik

Sindrom Psikosis dapat terjadi pada : Sindrom Psikosis Fungsional Skizofrenia, Psikosis Paranoid,

Psikosis Afektif, Psikosis Reaktif Singkat, dll.

Sindrom Psikosis Organik Sindrom Delirium, Dementia,

Intoksikasi Alkohol, dll.3

3. Mekanisme KerjaHipotesis : Sindrom Psikosis terjadi berkaitan dengan aktivitas

neurotransmitter Dopamine yang meningkat. (Hiperaktivitas system dopaminergik sentral).3

Mekanisme kerja obat anti psikotik atipikal disamping berafinitas terhadap “Dopamine D2 Receptors”, juga terhadap “Serotonin 5 HT2 Receptors” (Serotonin-Dopamine Antagonists), sehingga selain efektif untuk gejala POSITIF, obat golongan ini efektif juga untuk gejala NEGATIF.3

4. Risiko Penyalahgunaan Obat PsikotropikObat psikotropik, sebagai salah satu zat psikoaktif, bila digunakan secara salah

(misuse) atau disalah-gunakan (abuse) berisiko menyebabkan timbulnya gangguan jiwa yang menurut PPDGJ-III termasuk kategori diagnosis F10-F19 “Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif”.3

Gangguan mental dan perilaku tersebut dapat bermanifestasi dalam bentuk sebagai berikut :a) Intoksikasi Akut (Tanpa atau dengan Komplikasi)b) Penggunaan Yang Merugikan (Harmful Use)c) Sindrom Ketergantungan (Dependence Syndrome)d) Keadaan Putus Zat (Withdrawal State)e) Gangguan Psikotik (Psikotic Disorder)f) Sindrom Amnestik (Amnestic Syndrome)

5. Perbedaan Efek Primer dan Efek SekunderEfek klinis terhadap “target syndrome” disebut Efek Primer, sedangkan efek

sampingnya disebut Efek Sekunder.3

Efek primer dan sekunder bersama – sama digunakan untuk tujuan terapi, disesuaikan dengan gejala – gejala yang muncul (overt) yang menjadi sasaran terapi. Efek sekunder biasanya timbul lebih dahulu, kemudian baru efek primernya.3

6. Prinsip Titrasi Dosis (Tailoring The Dose of Drug)

3

Page 4: obat anti psikotik

Respon terhadap obat psikotropik bersifat “Individual” dan perlu pengaturan secara empiric (therapeutic trail).3

Pengaturan dosis biasanya mulai dengan dosis awal (dosis anjuran), dinaikkan secara cepat sampai mencapai dosis efektif (dosis yang mulai berefek supresi gejala sasaran), dinaikkan secara gradual sampai mencapai dosis optimal (dosis yang mampu mengendalikan gejala sasaran) dan dipertahankan untuk waktu tertentu sambil disertakan terapi yang lain (non medikamentosa), kemudian diturunkan secara gradual sampai mencapai dosis pemeliharaan (maintenance dose) yaitu dosis terkecil yang masih mampu mencegah kambuhnya gejala. Bila sampai jangka waktu tertentu dinilai sudah cukup mantap hasil terapinya, dosis dapat diturunkan secara gradual sampai berhenti pemberian obat (tapering off).3

Fase : - Terapi “symtomatic” (acute case) : “Upward Titration”. Dosis awal yang kecil ditingkatkan sampai mencapai dosis efektif, kemudian dinaikkan sampai dengan dosis optimal.

- Terapi “disease modifying” (chronic case) : “Downward Titration”. Dosis optimal dipertahankan, kemudian diturunkan sampai dengan dosis pemeliharaan, dan selanjutnya tapering off.3

B. PENGGOLONGAN OBAT ANTI PSIKOTIK1. Antipsikotik Tipikal

a. Mekanisme KerjaAntipsikotik tipikal mempunyai cara kerja dengan memblok reseptor D2

khususnya di mesolimbik dopamine pathways, oleh karena itu sering disebut juga dengan Antagonist Reseptor Dopamin (ARD) atau antipsikotik konvensional atau tipikal.4

Kerja dari antipsikotik tipikal menurunkan hiperaktivitas dopamin di jalur mesolimbik sehingga menyebabkan gejala positif menurun tetapi ternyata antipsikotik tipikal tidak hanya memblok reseptor D2 di mesolimbik tetapi juga memblok reseptor D2 di tempat lain seperti di jalur mesokortikal, nigrostriatal, dan tuberoinfundibular. Apabila antipsikotik tipikal memblok reseptor D2 di jalur mesokortikal dapat memperberat gejala negatif dan kognitif disebabkan penurunan dopamin di jalur tersebut. Blokade reseptor D2 di nigrostriatal secara kronik dengan menggunakan antipsikotik tipikal menyebabkan gangguan pergerakan hiperkinetik (tardive dyskinesia). Blokade reseptor D2 di tuberoinfundibular menyebabkan peningkatan kadar prolaktin sehingga dapat menyebabkan disfungsi seksual dan peningkatan berat badan.4

Antipsikotik tipikal mempunyai peranan yang cepat dalam menurunkan gejala positif seperti halusinasi dan waham, tetapi juga menyebabkan kekambuhan setelah penghentian pemberian antipsikotik tipikal.4

b. Klasifikasi

4

Page 5: obat anti psikotik

1) Phenotiazine Rantai Aliphatic : Clorpromazine Rantai piperazine : Perphenazine, Trifluoperazine,

Fluphenazine. Rantai Piperidine : Thioridazine

2) Butyrophenoone : Haloperidol3) Diphenyl-butyl-piperidine : Pimozide

c. Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan Jarang menyebabkan terjadinya Sindrom Neuroleptik Malignant (SNM) dan cepat menurunkan gejala positif.4

Kerugian - Mudah terjadi EPS dan tardive dyskinesia- Memperburuk gejala negatif dan kognitif- Peningkatan kadar prolaktin- Sering menyebabkan terjadinya kekambuhan.4

1). Chlorpromazine (CPZ)

Turunan dari phenotiazine yang mewakili efek seluruh derivate phenotiazineadalah chlorpromazine atau CPZ, turunan dari rantai aliphatic, salah satu obatantipsikotik yang sering digunakan sebab paling berefek luas sehingga dikatakanlargactil (Large action).

DosisAnak >= 6 bulan Sizoprenia/psikosis;Oral : 0,5-1 mg/kg/dosis setiap 4-6 jam;Anak yang lebih tua mungkin membutuhkan 200 mg/hari atau lebih besar; im, iv: 0,5-1 mg/kg/dosis setiap 6-8 jam,< 5 tahun (22,7 kg): maksimum 75 mg/hariMual muntah ;Oral : 0,5-1 mg/kg/dosis setiap 4-6 jam bila diperlukan; im, iv : 0,5-1 mg/kg/dosis setiap 6-8 jam,< 5 tahun (22,75 kg) : maksimum 40 mg/hari,5-12 tahun (22,7-45,5 jg) : maksimum 75 mg/hari.

Dewasa :Shcizoprenia/psikosis;Oral : 30-2000 mg/hari dibagi dalam 1-4 dosis, mulai dengan dosis rendah, kemudian sesuaikan dengan kebutuhan.Dosis lazim : 400-600 mg/hari, beberapa pasien membutuhkan 1-2 g/hari. im.,iv.: awal: 25 mg, dapt diulang 25-50 mg , dalam 1-4 jam, naikkan bertahap sampai maksimum 400 mg/dosis setiap 4-6 jam sampai pasien terkendali;

5

Page 6: obat anti psikotik

Dosis lazim : 300-800 mg/hari.Cegukan tidak terkendali : Oral, im.: 25-50 mg sehari 3-4 kali.Mual muntah : Oral : 10-25 mg setiap 4-6 jam, im.,iv., : 25-50 mg setiap 4-6 jam.Orang tua : gejala-gejala perilaku yang berkaitan dengan demensia : awal : 10-25 mg sehari 1-2 kali, naikkan pada interval 4-7 hari dengan 10-25 mg/hari, naikkan interval dosis, sehari 2x, sehari 3 kali dstBila perlu untuk mengontrol respons dan efek samping; dosis maksimum : 800 mg.

IndikasiMengendalikan mania, terapi shcizofrenia, mengendalikan mual dan muntah,

menghilangkan kegelisahan dan ketakutan sebelum operasi, porforia intermiten akut, Terapi tambahan pada tetanus. Cegukan tidak terkontrol, perilaku anak 1-12 tahun yang ekplosif dan mudah tersinggung dan terapi jangka pendek untuk anak hiperaktif.

KontraindikasiHipersensitifitas terhadap klorpromazin atau komponen lain formulasi, reaksi

hipersensitif silang antar fenotiazin mungkin terjadi, Depresi SSP berat dan koma.

2). Flufenazin

Flufenazin (modecote, moditen/) adalah turunan –CH2OH dan trifluoperazin (1959) dengan sifat hampir sama. Daya antimual dan sedatifnya ringan.

Nama dagang Permitil, Prolixin, Apo-Fluphenazine, Moditen HCl, PMS-Fluphenazine

DosisAnakOral:0,04mg/kg/hari.Dewasapsikosis :Oral : 0,5-10 mg/hari dibagi dalam beberapa dosis dengan interval 6-8 jam, beberapa pasien mungkin membutuhkan peningkatan dosis sampai 40 mg/hari.; i.m.: 2,5-10 mg/hari dibagi dalam beberapa dosis dengan interval 6-8 jam. (dosis parenteral 1/3-1/2 dosis oral); im. Dekanoat : 12,5 mg setiap 2 minggu. 12,5 mg dekanoat setiap 3 minggu = 10 mg HCl/hari.

IndikasiMengendalikan gangguan psikotik dan shcizofrenia.

KontraindikasiHipersensitif terhadap flufenazin atau komponen formulasi lainnya. Mungkin terjadi

reaktivitas silang antara fenotiazin. Depresi SSP berat, koma, kerusakan otak subkortikal, diskrasia darah, penyakit hati.Efek samping

6

Page 7: obat anti psikotik

KV : Takikardia, tekanan darah berfluktuasi, hiper/hipotensi, aritmia, udem.SSP : Parkinsonisme, akathisia, distonia, diskinesia tardif, pusing, hiper refleksia,

sakit kepala, udem serebral, mengantuk, lelah, gelisah, mimpi aneh, perubahan EEG, depresi, kejang, perubahan pengaturan pusat temperatur tubuh.

Kulit : Dermatitis, eksim, eritema, fotosensitifitas, rash, seborea, pigmentasi, urtikaria.

Metabolik & endokrin: perubahan siklus menstruasi, nyeri payudara, amenorea, galaktoria, ginekomastia, perubahan libido, peningkatan prolaktin.

Saluran cerna : Berat badan bertambah, kehilangan selera makan, salivasi, xerostomia, konstipasi, ileus paralitik, udem laring.

Genitourinari : Gangguan ejakulasi, impotensi, poliuria, paralisis kandung urin, enurisis.Darah : Agranulositosis, leukopenia, trombositopenia, nontrombositopenik purpura,

eosinofilia, pansitopenia.Hati : Cholestatic jaundice, hepatotoksik.Otot-saraf : Tangan gemetar, sindroma lupus eritamatosus, spasme muka sebelah.Mata : Retinopati pigmen, perubahan kornea dan lensa, penglihatan kabur,

glaucoma.Pernafasan : Kongesti hidung, asma.

Mekanisme kerja

Memblok reseptor dopaminergik D1 dan D2 di postsinaptik mesolimbik otak. Menekan penglepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolisme basal, temperatur tubuh, kesiagaan, tonus vasomotor dan emesis.

Bentuk sediaan

Injeksi Sebagai Dekanoat, 25 mg/ml, Tablet Sebagai HCl, 1 mg, 2,5 mg, 5 mg, 10 mgParameter monitoring.

Gambaran vital : profil lipid, glukosa darah puasa/Hgb A1c, indeks berat badan, status mental, skala normal gerakan yang tidak disadari, gejala ekstrapiramidal.

3. Haloperidol

Haloperidol, merupakan obat antipsikotik tipikal golongan butyrophenone. Haloperidol merupakan obat yang efektif untuk penanganan berbagai gangguan psikotik seperti hiperaktivitas, agitation, dan mania. Haloperidole efektig untuk mengobati gejala positif pada skizofrenia walaupun kurang efektif untuk gejala negative skizofrenia. Haloperidol juga dapat digunakan untuk pengobatan gangguan neurologis seperti Gilles de la Tourette syndrome, Huntington’s chorea and acute/chronic brain syndrome.

DosisAnak-anak 3-12 tahun

7

Page 8: obat anti psikotik

Oral:• Awal : 0,05 mg/kg/hari atau 0,25-0,5 mg/hari dibagi dalam 2-3 dosis; peningkatan 0,25-0,5 mg setiap 5-7 hari maksimum 0,15 mg/kg/hari.

Dosis lazim pemeliharaan :

• Agitasi/hiperkinesia : 0,01-0,003 mg/kg/hari, sehari satu kali.

• Gangguan nonpsikosis : 0,05-0,075 mg/kg/hari dibagi dalam 2-3 dosis

• Gangguan psikosis : 0,05-15 mg/kg/hari dibagi dalam 2-3 dosis.

Anak-anak 6-12 tahun:

• Gangguan psikosis/sedasi : i.im. sebagai laktat: 1-3 mg/dosis setiap 4-8 jam ditingkatkan sampai maksimum 0,15 mg/kg/hari; ubah ke terapi oral sesegera mungkin.

Dewasa :

Psikosis :

Oral : 0,5-5 mg, sehari 2-3 kali, maksimum lazimnya 30 mg/hari.

sebagai laktat : 2-5 mg setiap 4-8 jam sesuai kebutuhan;

Sebagai dekanoat : Awal 10-20 x dosis harian oral, diberikan dengan interval 4 minggu.Dosis pemeliharaan : 10-15 kali dosis awal oral, digunakan untuk menstabilkan gejala psikiatri.

Delirium di unit perawatan intensif:

Iv : 2-10 mg; dapat diulang secara bolus setiap 20-30 menit sampai dicapai kondisi tenang, kemudian berikan 25% dosis maksimum setiap 6 jam, monitor EKG dan interval QT.

IV intermiten : 0,03-0,15 mg/kg setiap 30 menit sampai 6 jam.

Oral : Agitasi : 5-10 mg; infus iv. 100mg/100 ml D5W (dextrosa 5%), kecepatan 3-25 mg/jam.

Agitasi berat : setiap 30-60 menit 5-10 mg oral atau 5 mg im., dosis pemeliharaan total 10-20 mg.

Orang tua :

Awal 0,25-0,5 mg oral sehari 1-2 kali, tingkatkan dosis 0,25-0,5 mg/hari setiap interval 4-7 hari. Naikkan interval pemberian sehari 2 kali, sehari 3 kali dan seterusnya bila diperlukan untuk mengontrol efek samping.

IndikasiPenanganan shcizofrenia, sindroma Tourette pada anak dan dewasa, masalah perilaku

8

Page 9: obat anti psikotik

yang berat pada anak.

KontraindikasiHipersensitif terhadap haloperidol atau komponen lain formulasi, penyakit Parkinson,

depresi berat SSP, supresi sumsum tulang, penyakit jantung atau hati berat, koma.

Efek samping

KV : Takikardia, hiper/hipotensi, aritmia, gelombang T abnormal dengan perpanjangan repolarisasi ventrikel, torsade de pointes (sekitar 4%).

SSP : Gelisah, cemas, reaksi ekstrapiramidal, reaksi distonik, tanda pseudoparkinson, diskinesia tardif, sindroma neurolepsi malignan, perubahan pengaturan temperatur tubuh, akathisia, distonia tardif, insomnia, eforia, agitasi, pusing, depresi, lelah,sakit kepala, mengantuk, bingung, vertigo, kejang.

Kulit : Kontak dermatitis, fotosensitifitas, rash, hiperpigmentasi, alopesia.

Metabolik & endokrin : amenore, gangguan seksual, nyeri payudara, ginekomastia, laktasi, pembesaran payudara, gangguan keteraturan menstruasi, hiperglisemia, hipoglisemia, hiponatremia.

Saluran cerna : Mual muntah, anoreksia, konstipasi, diare, hipersalivasi, dispepsia, xerostomia.Saluran genito-urinari : retensi urin, priapisme.

Hematologi : Cholestatic jaundice, obstructive jaundice.Mata : Penglihatan kabur.Pernafasan : Spasme laring dan bronkus.Lain-lain : Diaforesis dan heat stroke.

InteraksiDengan Obat Lain :

Efek haloperidol meningkat oleh klorokuin, propranolol, sulfadoksin-piridoksin, anti jamur azol, chlorpromazin, siprofloksacin, klaritromisin, delavirdin, diklofenak, doksisiklin, aritromisin, fluoksetin, imatinib, isoniasid, mikonazol, nefazodon, paroksetin, pergolid, propofol, protease inhibitor, kuinidin, kuinin, ritonavir, ropinirole, telitromisin, verapamil, dan inhibitor CYP2D6 atau 3A4.

Haloperidol dapat meningkakan efek amfetamin, betabloker tertentu, benzodiazepine tertentu, kalsium antagonis, cisaprid, siklosporin, dekstrometorfan, alkaloid ergot, fluoksetin, inhibitor HMG0CoA reductase tertentu, lidokain, paroksetin, risperidon, ritonavir, sildenafil , takrolimus, antidepresan trisiklik, venlafaksin, dan sunstrat CYP2D6 atau 3A4.

Haloperidol dapat meningkatkan efek antihipertensi, SSP depresan, litium, trazodon dan antidepresan trisiklik. Kombinasi haloperidol dengan indometasin dapat menyebabkan

9

Page 10: obat anti psikotik

mengantuk, lelah dan bingung sedangkan dengan metoklopramid dapat meningkatkan resiko ekstrapiramidal. Haloperidol dapat menghambat kemampuan bromokriptin menurunkan konsentrasi prolaktin. Benztropin dan antikholinergik lainnya dapat menghambat respons terapi haloperidol dan menimbulkan efek antikholinergik.

Barbiturat, karbamazepin, merokok, dapat meningkatkan metabolisme haloperidol.Haloperidol dapat menurunkan efek levodopa, hindari kombinasi.

Efek haloperidol dapat menurun oleh aminoglutetimid, karbamazepin, nafsilin, nevirapin, fenobarbital, fenitoin, rifamisin dan induser CYP3A4 lainnya.Efek haloperidol dapat menurun oleh aminoglutetimid, karbamazepin, nafsilin, nevirapin, fenobarbital, fenitoin, rifamisin dan induser CYP3A4 lainnya.

Dengan Makanan :

Etanol meningkatkan depresi SSP, Valerian St John's wort, kava-kava, gotu kola dapat meningkatkan depresi SSP.

Mekanisme kerja. Memblok reseptor dopaminergik D1 dan D2 di postsinaptik mesolimbik otak. Menekan penglepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolisme basal, temperatur tubuh, kesiagaan, tonus vasomotor dan emesis.

Bentuk sediaan

Injeksi Sebagai Dekanoat, 50 mg/ml, 1 ml; Larutan Injeksi Sebagai Laktat, Tablet 1,5 mg, 2 mg, 5 mg.Parameter monitoringGambaran vital : profil lipid, glukosa darah puasa/Hgb A1c, indeks berat badan, status mental, skala normal gerakan yang tidak disengaja, gejala ekstrapiramidal.

2. Antipsikotik Atipikal

Antipsikotik atipikal sering disebut juga sebagai Serotonin Dopamin Antagosis (SDA). Antipsikotik atipikal mempunyai mekanisme kerja melalui interaksi antara serotonin dan dopamin pada ke 4 jalur dopamin di otak. Hal ini yang menyebabkan efek samping EPS lebih rendah dan sangat efektif untuk mengatasi gejala negatif. Perbedaan antara antipsikotik tipikal dan antipsikotik atipikal adalah antipsikotik tipikal hanya dapat memblok reseptor D2

sedangkan antipsikotik atipikal memblok secara bersamaan reseptor serotonin (5HT2A) dan reseptor dopamin (D2). Antipsikotik atipikal yang dikenal saat ini adalah clozapine, risperidone, olanzapine, quetiapine, zotepine, ziprasidone, aripiprazole. Saat ini antipsikotik ziprasidone belum tersedia di Indonesia.4,5

Penggunaan antipsikotik atipikal saat ini merupakan lini pertama pengobatan gejala psikotik pasien usia lanjut karena efek sampingnya yang lebih dapat ditolerir daripada antipsikotik tipikal ataupun obat golongan non antipsikotik. Namun demikian, tidak banyak penelitian yang menggunakan sampel populasi pasien usia lanjut sehingga efikasi dan

10

Page 11: obat anti psikotik

keamanannya secara ilmiah masih perlu diteliti lebih lanjut. Secara klinis antipsikotik atipikal telah terbukti mempunyai efektifitas dan keamanan yang cukup dalam mengobati gejala psikotik pasien usia lanjut. Obat yang akan disebutkan selanjutnya adalah obat – obat antipiskotik atipikal yang saat ini beredar di Indonesia dan telah disetujui oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia.6

a) Mekanisme Kerja

Kerja obat antipsikotik atipikal pada dopamin pathways:3,6

1) Mesokortikal PathwaysAntagonis 5HT2A tidak hanya akan menyebabkan berkurangnya blokade terhadap

antagonis D2 tetapi juga menyebabkan terjadinya aktivitas dopamin pathways sehingga terjadi keseimbangan antara serotonin dan dopamin. Antipsikotik atipikal lebih berpengaruh banyak dalam memblok reseptor 5HT2A dengan demikian meningkatkan pelepasan dopamin dan dopamin yang dilepas menang dari pada yang dihambat di jalur mesokortikal. Hal ini menyebabkan berkurangnya gejala negatif maka tidak terjadi lagi penurunan dopamin di jalur mesokortikal dan gejala negatif yang ada dapat diperbaiki.7

Antipsikotik atipikal dapat memperbaiki gejala negatif jauh lebih baik dibandingkan antipsikotik tipikal karena di jalur mesokortikal reseptor 5HT2A

jumlahnya lebih banyak dari reseptor D2, dan antipsikotik tipikal lebih banyak berkaitan dan memblok reseptor 5HT2A dan sedikit memblok reseptor D2 akibatnya dopamin yang dilepas jumlahnya lebih banyak, karena itu defisit dopamin di jalur mesokortikal berkurang sehingga menyebabkan perbaikan gejala negatif skizofrenia.7

2) Mesolimbik PathwaysAntipsikotik atipikal di jalur mesolimbik, antagonis 5HT2A gagal untuk

mengalahkan antagonis D2 di jalur tersebut. jadi antagonsis 5HT2A tidak dapat mempengaruhi blokade reseptor D2 di mesolimbik, sehingga blokade reseptor D2

menang. Hal ini yang menyebabkan Antipsikotik atipikal dapat memperbaiki gejala positif. Pada keadaan normal serotonin akan menghambat pelepasan dari dopamin.7

3) Tuberoinfundibular PathwaysAntipsikotik atipikal di jalur tuberoinfundibular, antagonis reseptor 5HT2A dapat

mengalahkan antagonis reseptor D2. Hubungan antara neurotransmiter serotonin dan dopamin sifatnya antagonis dan resiprokal dalam kontrol sekresi prolaktin dari hipofise. Dopamin akan menghambat pengelepasan prolaktin, sedangkan serotonin menigkatkan pelepasan prolaktin. Pemberian Antipsikotik atipikal dalam dosis terapi akan menghambat reseptor 5HT2A sehingga menyebabkan pelepasan dopamin menigkat. Ini mengakibatkan pelepasan prolaktin menurun sehingga tidak terjadi hiperprolaktinemia.7

4) Nigrostriatal PathwaysJalur ini berproyeksi dari substansia nigra menuju ganglia basalis. Fungsi jalur

nigrostriatal adalah untuk mengontrol pergerakan. Bila jalur ini diblok, akan terjadi

11

Page 12: obat anti psikotik

kelainan pergerakan seperti pada Parkinson yang disebut extrapyramidal reaction (EPR). Gejala yang terjadi antara lain akhatisia, dystonia (terutama pada wajah dan leher), rigiditas, dan akinesia atau bradikinesia.7

b) Klasifikasi- Benzamide : Supiride (Dogmatil)- Dibenzodiazepine : Clozapine (Clozaril)

Olanzapine (Zyprexa) Quetiapine (Seroquel) Zotepine (Ludopin)

- Benzisoxazole : Risperidone (Risperdal) Aripiprazole (Abilify)

First line Risperidone, Olanzapine, Quetiapine,

Ziprasidone, Aripiprazole.6

Second line Clozapine.6

1) Risperidone Absorpsi risperidone di usus tidak dipengaruhi oleh makanan dan efek

terapeutiknya terjadi dalam dosis rendah, pada dosis tinggi dapat terjadi EPS. Pemakaian risperidone yang teratur dapat mencegah terjadinya kekambuhan dan menurunkan jumlah dan lama perawatan sehingga baik digunakan dalam dosis pemeliharaan. Pemakaian riperidone masih diizinkan dalam dosis sedang, setelah pemberian antipsikotik tipikal dengan dosis yang kecil dihentikan, misalnya pada pasien usia lanjut dengan psikosis, agitasi, gangguan perilaku yang di hubungkan dengan demensia.6

Metabolisme risperidone sebagian besar terjadi di hati oleh enzim CYP 2D6 menjadi 9-hydroxyrisperidone dan sebagian kecil oleh enzim CYP 3A4. Hydroxyrisperidone mempunyai potensi afinitas terhadap reseptor dopamin yang setara dengan risperidone. Eksresi terutama melalui urin. Metabolisme risperiodne dihambat oleh antidepresan fluoxetine dan paroxetine, karena antidepresan ini menghambat kerja dari enzim CYP 2D6 dan CYP 3A4 sehingga pada pemberian bersama antidepresan ini, maka dosis risperidone harus dikurangi untuk meminimalkan timbulnya efek samping dan toksik. Metabolisme obat ini dipercepat bila diberikan bersamaan carbamazepin, karena menginduksi CYP 3A4 sehingga perlu peningkatan dosis risperidone pada pemberiaan bersama carbamazepin disebabkan konsentrasi risperidone di dalam plasma rendah.6,8

Risperidone dapat memperbaiki skizofrenia yang gagal di terapi dengan antipsikotik tipikal tetapi hasil pengobatannya tidak sebaik clozapine. Obat ini juga

12

Page 13: obat anti psikotik

dapat memperbaiki fungsi kognitif tidak hanya pada skizofrenia tetapi juga pada penderita demensia misalnya demensia Alzheimer.6

Dibandingkan dengan semua jenis antipsikotik atipikal, risperidone merupakan yang paling banyak diteliti. Hal tersebut disebabkan efektifitas risperidone, dapat ditoleransi pada dosis rendah (1,5 - 6 mg/hari) dan memberikan perbaikan yang nyata pada pasien skizofrenia usia lanjut. Rainer et al meneliti penggunaan Risperidone dalam rentang dosis fleksibel 0,5 - 2 mg/hari untuk mengatasi agresi, agitasi dan gangguan psikotik pada 34 pasien demensia rawat inap dengan rata-rata usia 76 tahun. Hasilnya terjadi perbaikan gejala pada 82% responden penelitian. Frekuensi dan keparahan halusinasi, waham, agresi dan iritabilitas juga menurun. Penggunaan risperidone pada kelompok tersebut juga tidak membuat perubahan pada fungsi kognitif pasien. Risperidone juga secara umum dapat ditoleransi dan tidak menimbulkan efek samping ekstra piramidial yang bermakna.9

Selain untuk mengatasi gejala agresivitas, agitasi dan psikotik yang berkaitan dengan demensia, risperidone juga digunakan pada pasien usia lanjut yang menderita skizofrenia. Kepustakaan mencatat risperidone dan olanzapine adalah dua antipsikotik atipikal yang paling sering digunakan pada populasi pasien usia lanjut. Penelitian tersamar berganda dilakukan selama 8 minggu terhadap 175 pasien rawat jalan, pasien rawat inap dan panti werdha yang berusia 60 tahun ke atas menggunakan risperidone (1 – 3 mg/hari) atau olanzapine (5 - 20 mg/hari). Hasilnya terdapat perbaikan pada nilai skor pada kedua kelompok. Efek samping ektrapiramidal terlihat pada 9,2% pasien kelompok risperidone dan 15,9% pasien kelompok olanzapine. Secara umum skor total dari Extrapyramidal Symptom Rating Scale menurun pada kedua kelompok di akhir penelitian. Peningkatan berat badan juga didapatkan di dua kelompok namun lebih jarang terjadi pada pasien yang menggunakan risperidone.10

Indikasi :

- Skizofrenia akut dan kronik dengan gejala positif dan negatif.- Gejala afektif pada skizofrenia (skizoafektif).4,11

Dosis :

- Hari 1 : 1 mg, hari 2 : 2mg, hari 3 : 3 mg.- Dosis optimal - 4 mg / hari dengan 2 x pemberian.- Pada orang tua, gangguan liver atau ginjal dimulai dengan 0,5 mg, ditingkatkan sp 1 –

2 mg dengan 2 x pemberian. - Umunya perbaikan mulai terlihat dalam 8 minggu dari pengobatan awal, jika belum

terlihat respon perlu penilaian ulang. - Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 1 – 2 jam setelah pemberian oral.4,11

Efek samping:

13

Page 14: obat anti psikotik

- EPS- Peningkatan prolaktin (ditandai dengan gangguan menstruasi, galaktorhea, disfungsi

seksual)- Sindroma neuroleptik malignan- Peningkatan berat badan- Sedasi- Pusing- Konstipasi- Takikardi.4,11

2) Quetiapine Absorpsinya berlangsung cepat setelah pemberian oral, konsentrasi plasma puncak

dicapai dalam waktu 1,5 jam setelah pemberian. Metabolisme terjadi di hati, pada jalur sulfoxidation dan oksidasi menjadi metabolit tidak aktif dan waktu paruhnya 6 jam.4

Quetiapine merupakan antagonis reseptor serotonin (5HT1A dan 5HT2A), reseptor dopamin (D1 dan D2), reseptor histamin (H1), reseptor adrenergik α1 dan α2. Afinitasnya lemah pada reseptor muskarinik (M1) dan reseptor benzodiazepin. Cleareance quetiapine menurun 40% pada penderita usia lanjut, sehinga perlu penyesuaian dosis yang lebih rendah dan menurun 30% pada penderita yang mengalami gangguan fungsi hati. Cleareance quetiapine meningkat apabila pemberiannya dilakukan bersamaan dengan antiepileptik fenitoin, barbiturat, carbamazepin dan antijamur ketokonazole.4

Quetiapine dapat memperbaiki gejala positif, negatif, kognitif dan mood. Dapat juga memperbaiki pasien yang resisten dengan antipsikotik generasi pertama tetapi hasilnya tidak sebaik apabila di terapi dengan clozapine. Pemberian pada pasien pertama kali mendapat quetiapine perlu dilakukan titrasi dosis untuk mencegah terjadinya sinkope dan hipotensi postural. Dimulai dengan dosis 50 mg per hari selama 4 hari, kemudian dinaikkan menjadi 100 mg selama 4 ahri, kemudian dinaikkan lagi menjadi 300 mg. Setelah itu dicari dosis efektif antara 300 – 450 mg/hari.4

Pada tinjauan pustaka yang dilakukan oleh Zayas dan Grossberg quetiapine dilakukan aman untuk pasien geriatric dan tidak dihubungkan dengan peningkatan berat badan. Untuk menghindari efek samping yang sering timbul pada usia lanjut; hipotensi postural, dizziness dan agitasi, direkomendasikan permulaan dosis awal yang rendah (25 mg) yang dititrasi sampai 100 – 300 mg/hari.12

Penelitian lain mengatakan bahwa efek samping yang sering mucul akibat penggunaan quetiapine adalah somnolen, kelemahan bagian kaki bawah dan dizziness. Angka kejadian sindrom ekstrapiramidal adalah 7% dari total 91 responden yang mengikuti penelitian. Tidak didapatkan adanya gangguan pada sistem kardiovaskuler dan jatuh pada penelitian tersebut.13

14

Page 15: obat anti psikotik

Quetiapine juga terbukti bermanfaat dalam penanganan gejala psikotik yang muncul akibat penggunaan obat agonis dopamin pada pasien Parkinson. Penelitian yang dilakukan oleh Reddy et al menyebutkan bahwa 80% pasien Parkinson mengalami perbaikan dalam gejala psikotiknya setelah pengobatan quetiapine dengan dosis rata - rata 54 mg/hari selama 10 bulan.14

Penelitian yang dilakukan oleh Rainer et al yang membandingkan penggunaan quetiapine dengan risperidone pada pasien dengan gangguan perilaku dan psikologis karena demensianya memperlihatkan bahwa pada dosis rendah keduanya secara sebanding efektif dan dapat ditolerir pada pengobatan pasien yang mengalami gangguan perilaku dan psikologis akibat demensia. Penelitian tersebut juga memperlihatkan tidak adanya perubahan pada fungsi kognitif. Dosis yang digunakan pada percobaan tersebut adalah ± 77 mg/hari untuk quetiapine dan ± 1,2 mg/hari untuk risperidone.15

Penelitian perbandingan seperti itu juga dilakukan oleh Morgente et al dengan membandingkan quetiapine dengan olanzapine pada pengobatan pasien parkinson yang mengalami gangguan psikotik akibat obat agonis dopamin yang digunakan. Dari masing-masing 20 pasien yang menggunakan quetiapine dan clozapine, terjadi perbaikan di kedua kelompok pengobatan. Dosis yang digunakan pada percobaan tersebut adalah ± 91 mg/hari untuk quetiapine dan ± 26 mg/hari untuk clozapine.16

Efek Samping :

Efek samping obat ini yang sering adalah somnolen, hipotensi postural, pusing, peningkatan berat badan, takikardi, dan hipertensi.4

3) Olanzapine Absorpsi tidak dipengaruhi oleh makanan. Plasma puncak olanzapine dicapai dalam

waktu 5 – 6 jam setalah pemberian oral, sedangkan pada pemberian intramuskular dapat dicapai setelah 15 – 45 menit dengn waktu paruh 30 jam (antara 21 – 54 jam) sehingga pemberian cukup 1 kali sehari.4

Olanzapine merupakan antagonis monoaminergik selektif yang mempunyai afinitas yang kuat terhadap reseptor dopamin (D1-D4), serotonin (5HT2A/2c), Histamin (H1) dan α1

adrenergik. Afinitas sedang dengan reseptor kolinergik muskarinik (M1-5) dan serotonin (5HT3). Berikatan lemah dengan reseptor GABAA, benzodiazepin dan β-adrenergik. Metabolisme olanzapine di sitokrom P450 CYP 1A2 dan 2D6. Metabolisme akan meningkat pada penderita yang merokok dan menurun bila diberikan bersama dengan antidepresan fluvoxamine atau antibiotik ciprofloxacin. Afinitas lemah pada sitokrom P450 hati sehingga pengaruhnya terhadap metabolisme obat lain rendah dan pengaruh obat lain minimal terhadap konsentrasi olanzapine.4

Eliminasi waktu paruh dari olanzapine memanjang pada penderita usia lanjut. Cleareance 30% lebih rendah pada wanita dibanding pria, hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan efektivitas dan efek samping antara wanita dan pria. Sehingga perlu modifikasi

15

Page 16: obat anti psikotik

dosis yang lebih rendah pada wanita. Cleareance olanzapine meningkat sekitar 40% pada perokok dibandingkan yang tidak merokok, sehingga perlu penyesuaian dosis yang lebih tinggi pada penderita yang merokok.4,8

Data mengenai penggunaan olanzapine lebih terbatas daripada risperidone. Pada penelitian yang dilakukan oleh Madhusoodanan et al, olanzapine terbukti aman dan efektif pada populasi pasien geriatri dan menimbulkan efek samping ekstrapiramidal yang minimal serta tidak mempengaruhi kondisi medis umum pasien.12

Penelitian yang melibatkan 94 pasien geriatri dengan gangguan psikosis yang dirawat inap memperlihatkan terjadinya perubahan penurunan gejala dari data awal penelitian rata – rata sebesar 52,6%. Dosis olanzapine yang digunakan berkisar antara 5 – 20 mg/hari (rata – rata 10,1 mg/hari). Pada penelitian tersebut efek samping yang sering muncul adalah somnolen, dizziness, bradikinesia dan kelemahan kaki. Terjadi juga peningkatan berat badan dan kadar gula serta trigliserida puasa.17

Dosis olanzapine yang diberikan di beberapa penelitian pada populasi pasien usia lanjut berkisar 5-20 mg/hari.15-18 Namun demikian peneliti melihat bahwa dosis yang lebih kecil berkisar antara 5-7,5mg/hari ternyata merupakan dosis yang paling banyak memperlihatkan efektifitas pengobatan.18

Indikasi :

- Sizofrenia atau psikosis lain dengan gejala positive dan negatif.- Episode manik moderat dan severe.- Pencegahan kekambuhan gangguan bipolar.4,11

Dosis :

- Untuk skizofrenia mulai dengan dosis 10 mg 1 x sehari.- Untuk episode manik mulai dengan dosis 15 mg 1 x sehari.- Untuk pecegahan kekambuhan gangguan bipolar 10 mg / hari.4,11

Efek samping :

Penigkatan berat badan

- Somnolen- Hipotensi ortostatik berkaitan dengan blokade reseptor α1

- EPS dan kejang rendah- Insiden tardive dyskinesia rendah.4,11

4) Clozapine

Merupakan antipsikotik atipikal yang pertama dikenal, kurang menyebabkan timbulnya EPS, tidak menyebabkan terjadinya tardive dyskinesia dan tidak terjadi peningkatan dari prolaktin. Clozapine merupakan gold standard pada pasien yang telah resisten dengan obat antipsikotik lainnya. Dibandingkan terhadap psikotropik yang lain, clozapine menunjukkan

16

Page 17: obat anti psikotik

efek dopaminergik rendah, tetapi dapat mempengaruhi fungsi saraf dopamin pada sistem mesolimbik-mesokortikal otak, yang berhubungan dengan fungsi emosional dan mental yang lebih tinggi, yang berbeda dari dopamin neuron di daerah nigrostriatal (daerah gerak) dan tuberoinfundibular (daerah neruendokrin).4

Clozapine efektif untuk menggontrol gejala – gejala psikosis dan skizofrenia baik yang positif (iritabilitias) maupun yang negatif (social disinterest dan incompetence, personal neatness). Efek yang bermanfaat terlihat dalam waktu 2 minggu, diikuti perbaikan secara bertahap pada minggu – minggu berikutnya. Obat ini berguna untuk pasien yang refrakter dan terganggu berat selama pengobatan. Selain itu, karena resiko efek samping EPS yang sangat rendah, obat ini cocok untuk pasien yang menunjukkan gejala EPS yang berat bila diberikan antipsikosis yang lain. Namun, karena clozapin memiliki efek resiko agranulositosis yang lebih tinggi dibandingkan antipsikosis yag lain, maka pengunaannya dibatasi hanya pada pasien yang resisten atau tidak dapat mentoleransi antipsikosis lain. Pasien yang diberi clozapine perlu dipantau sel darah putihnya setiap minggu.4,19,20

Secara farmakokinetik, clozapine diabsorpsi secara cepat dan sempurna pada pemberian per-oral. Kadar puncak plasma tercapai pada kira – kira 1,6 jam setelah pemberian obat. Clozapine secara ekstensif diikat protein plasma (>95%), obat ini dimetabolisme hampir sempurna sebelum dieksresi lewat urin dan tinja (30% melaui kantong empedu dan 50% melaui urine), dengan waktu paruh rata – rata 11,8 jam sehingga pemberiannya dianjurkan 2 kali dalam sehari.19 Distribusi dari clozapine dibandingkan obat antipsikotik lainnya lebih rendah. Umunya afinitas dari clozapine rendah pada reseptor D2 dan tinggi pada reseptor 5HT2A sehingga cenderung rendah untuk menyebabkan terjadinya efek samping EPS. Pada reseptor D4 afinitasnya lebih tinggi 10 kali lipat dibandingkan antipsikotik lainnya, dimana reseptor D4 terdapat pada daerah korteks dan sedikit pada daerah striatal. Hal ini lah yang membedakan clozapine dengan antipsikotik tipikal.4

Sebuah penelitian retrospektif selama 5 tahun terhadap pasien parkinson yang mengalami gejala psikotik mengatakan bahwa 19 dari 32 pasien melanjutkan pengobatan sampai selesai, 9 diantaranya menghentikan pengobatan sesaat setelah gejalanya menghilang tanpa merasakan efek samping ikutan setelah putus obat. Efek samping yang paling sering dikeluhkan adalah sedasi dan somnolen.21,22

Penelitian yang dilakukan oleh Sajatovic et al memperlihatkan adanya perbaikan gejala teutama gejala positif pada pasien yang menerima clozapine. Penelitian tersebut melibatkan 329 pasien berusia 55 tahun ke atas. Dosis yang dipakai pada penelitian tersebut rata-ratanya 278 mg/hari. Pada penelitian tersebut juga berhasil memperlihatkan bahwa pasien diatas 65 tahun kurang responsif terhadap pengobatan daripada pasien yang berusia di antara 55-65 tahun. Faktor usia juga menjadi faktor peningkatan kejadian leucopenia / agranulositosis pada pasien yang memakai clozapine.21-23

Dosis clozapine yang disarankan untuk digunakan pada populasi pasien usia lanjut adalah 25 – 150 mg/hari. Pasien juga disarankan untuk tidak merokok karena akan mengurangi konsentrasi clozapine di dalam plasma akibat peningkatan bersihan di dalam darah.21

17

Page 18: obat anti psikotik

Dosis :

- Hari 1 : 1 – 2 x 12,5 mg.- Berikutnya ditingkatkan 25 – 50 mg / hari sp 300 – 450 mg / hari dengan pemberian

terbagi.- Dosis maksimal 600 mg / hari.- Sediaan yang ada di pasaran tablet 25 mg dan 100 mg.4,11

Efek samping :

- Granulositopeni, agranulositosis, trombositopeni, eosinofilia, leukositosis, leukemia.- Ngantuk, lesu, lemah, tidur, sakit kepala, bingung, gelisah, agitasi, delirium.- Mulut kering atau hipersalivasi, penglihata kabur, takikardi, postural hipotensi,

hipertensi.- Dsb.4,11,20

Kontra indikasi :

- Ada riwayat toksik/hipersensitif.- Gangguan fungsi Sumsum tulang.- Epilepsi yang tidak terkontrol.- Psikosis alkoholik dan psikosis toksik lainnya.- Intoksikasi obat.- Koma.- Kollaps sirkulasi.- Depresi SSP.- Ganguan jantung dan ginjal berat.- Gangguan liver.4,11

5) Aripiprazole

Merupakan antipsikotik generasi baru, yang bersifat partial agonis pada reseptor D2 dan reseptor serptonin 5HT1A serta antagonis pada reseptor serotonin 5HT2A. Aripiprazole bekerja sebagai dopamin sistem stabilizer artinya menghasilkan signal transmisi dopamin yang sama pada keadaan hiper atau hipo-dopaminergik karena pada keadaan hiperdopaminergik aripiprazole afinitasnya lebih kuat dari dopamin akan mengeser secara kompetitif neurotransmiter dopamin dan berikatan dengan reseptor dopamin. Pada keadaan hipodopaminergik maka aripiprazole dapat menggantikan peran neurotransmitter dopamin dan akan berikatan dengan reseptor dopamine.4

Aripiprazole di metabolisme di hati melaui isoenzim P450 pada CYP 2D6 dan CYP 3A4, menjadi dehydro-aripiprazole. Afinitas dari hasil metabolisme ini mirip dengan aripiprazole pada reseptor D2 dan berada di plasma sebesar 40% dari keseluruhan aripiprazole. Waktu paruh berkisar antara 75 – 94 jam sehingga pemberian cukup 1 kali

18

Page 19: obat anti psikotik

sehari. Absorpsi aripiprazole mencapai konsentrasi plasma puncak dalam waktu 3 – 5 jam setelah pemberian oral. Aripiprazole sebaiknya diberikan sesudah makan, terutama pada pasien yang mempunyai keluhan dispepsia, mual dan muntah.4

Aripriprazole tergolong baru dalam dunia psikiatri. Cara kerjanya yang unik sebagai parsial agonis di reseptor D2 mampu memperbaiki gejala positif maupun negatif pasien psikotik. Lebih jauh lagi aripriprazole dikatakan memiliki efek samping yang lebih kecil untuk terjadinya sindrom ekstrapiramidal, sedasi, peningkatan berat badan dan efek samping kardiovaskular. Sayangnya data penelitian masih sangat sedikit mengenai manfaat, keamanan dan dosis obat bagi pasien geriatri. Madhusoodanan et al pada penelitiannya tahun 2004 menjelaskan tentang pengalaman klinis penggunaan aripriprazole pada 10 pasien geriatri dengan skizofrenia. Hasilnya, aripriprazole dinilai aman, memperbaiki gejala positif dan negatif dan memiliki efek samping yang sedikit.24

Satu hal yang harus diperhatikan adalah aripriprazole berbeda dengan antipsikotik yang lain memiliki waktu paruh yang relatif lebih panjang yaitu sekitar 75 jam. Untuk itu penggunaan pada pasien usia lanjut yang memiliki fungsi ginjal yang kurang baik harus diperhatikan.21

Indikasi :

- Skizofrenia.

Dosis :

- 10 atau 15 mg 1 x sehari.

Efek samping :

- Sakit kepala.- Mual, muntah.- Konstipasi.- Ansietas, insomnia, somnolens.- Akhatisia.

Sediaan

No. Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran1. Sulpiride Dogmatil Forte

(Delagrange)Amp. 100 mg/2ccTab. 200 mg

3-6 amp/h (im)300-600 mg/h

19

Page 20: obat anti psikotik

2. Clozapine Clozaril(Novartis)Sizoril(Meprofam)

Tab. 25-100 mg

Tab. 25-100 mg

25-100 mg/h

3. Olanzapine Zyprexa(Eli Lilly)

Tab. 5-10 mg 10-20 mg/h

4. Quetiapine Seroquel(Astra Zaneca)

Tab. 25-100 mg200 mg

50-400 mg/h

5. Zotepine Lodopin(Kalbe Farma)

Tab. 25-50 mg 75-100 mg/h

6. Risperidone Risperidone(Dexa Medica)Risperdal(Janssen)Risperdal Konsta

Neripcs(Phalos)Persidal(Mersifarma)Rizodal(Guardian Pharmatama)Zofredal(Kalbe Farma)

Tab. 1-2-3 mg

Tab. 1-2-3 mg

Vial. 25 mg/cc 50 mg/ccTab. 1-2-3 mg

Tab. 1-2-3 mg

Tab. 1-2-3 mg

Tab. 1-2-3 mg

2-6 mg/h

25-50mgSetiap minggu2-6 mg/h

7. Aripiprazole Abilify(Otsuka)

Tab. 10-15 mg 10-15 g/h

C. ASAS MANFAAT DAN RISIKODampak dari efek samping selalu perlu diwaspadai dan dipersiapkan

penanggulangannya. Untuk mengurangi risiko pemakaian obat psikotropik selalu harus melakukan “monitoring efek samping” secara klinis dan laboratorium untuk deteksi dini dan upaya penanggulangan.3

Penggunaan secara sangat hati – hati pada :

- Anak – anak dan usia lanjut (dosis harus kecil dengan monitoring ketat)- Wanita hamil dan menyusui (pertimbangkan risiko dan manfaat); pada umumnya obat

psikotropik berisiko tinggi untuk wanita hamil, khususnya trimester pertama, oleh karena obat dapat melewati placenta dan mempengaruhi janin, juga dapat melalui ASI dan berefek negatif terhadap bayi.

- Pasien kelainan jantung dan ginjal, glaucoma, BPH, asma bronchial, epilepsy (pilihan obat yang paling minimal berdampak terhadap penyakit tersebut).

- Pasien yang mengendarai kendaraan atau menjalankan mesin yang memerlukan kewaspadaan tinggi (sedapat mungkin dihindari).3

1. Profil Efek Samping

20

Page 21: obat anti psikotik

Efek samping obat anti psikotik dapat berupa :

- Sedasi dan Inhibisi Psikomotor- Rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan

kognitif menurun.- Gangguan Otonomik- Hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik (mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi,

hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung).- Gangguan Ekstrapiramidal- Distonia akut, akathisia, sindrom Parkinson (tremor, bradikinesia, rigiditas).- Gangguan Endokrin (Amenorrhea, gynaecomastia), metabolik (jaundice), hematologik

(agranulocytosis), biasanya pada pemakaian jangka panjang.3

Efek samping ini ada yang dapat ditolerir oleh pasien, ada yang lambat, dan ada yang sampai membutuhkan obat simtomatis untuk meringankan penderitaan pasien.3

Dalam penggunaan obat anti psikotik yang ingin dicapai adalah “optimal response with minimal side effects”.3

Efek samping dapat juga irreversible : tardive dyskinesia (gerakan berulang involunter pada : lidah, wajah, mulut/rahang, dan anggota gerak, dimana pada waaktu tidur gejala tersebut hilang). Biasanya terjadi pada pemakaian jangka panjang (terapi pemeliharaan) dan pada pasien usia lanjut. Efek samping ini tidak berkaitan dengan dosis obat anti psikotik (non dose related).3

Bila terjadi gejala tersebut : obat anti psikotik perlahan – lahan dihentikan, bisa dicoba dengan pemberian obat Reserpine 2,5 mg/h (dopamine depleting agent), pemberian obat anti Parkinson atau L-dopa dapat memperburuk keadaan. Obat pengganti anti psikotik yang paling baik adalah Clozapine 50 – 100 mg/h.3

Pada penggunaan obat anti psikotik jangka panjang, secara periodic harus dilakukan pemeriksaan laboratorium : darah rutin, urine lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, untuk deteksi dini perubahan akibat efek samping obat.3

Obat anti psikotik hamper tidak pernah menimbulkan kematian sebagai akibat overdosis atau untuk bunuh diri. Namun demikian untuk menghindari akibat yang kurang menguntungkan sebaiknya dilakukan “lavage lambung” bila obat belum lama dimakan.3

2. Interaksi Obat- Anti Psikotik + Anti Psikotik Lain

Potensiasi efek samping obat dan tidak ada bukti lebih efektif (tidak ada efek sinergis antara 2 obat anti psikotik.Misal : Chlorpromazine + Reserpine = Potensi efek hipertensi.3

- Anti Psikotik + Anti Depresan Trisiklik

21

Page 22: obat anti psikotik

Efek samping antikolinergik meningkat hati – hati pada pasien dengan BPH, glaucoma, ileus, dan penyakit jantung).3

- Anti Psikotik + Anti AnxietasEfek sedasi meningkat, bermanfaat untuk kasus dengan gejala dan gaduh gelisah yang sangat hebat (acute adjunctive therapy).3

- Anti Psikotik + ECTDianjurkan tidak memberikan obat anti psikotik pada pagi hari sebelum dilakukan ECT (Electro Convulsive Therapy) oleh karena angka mortalitas yang tinggi.3

- Anti Psikotik + Anti KonvulsanAmban konvulsi menurun, kemungkinan serangan kejang meningkat, oleh karena itu dosis anti konvulsan harus lebih besar (dose related). Yan paling minimal menurunkan ambang kejang adalah obat anti psikosis Haloperidol.3

- Anti Psikotik + AntasidaEfektivitas obat anti psikotik menurun disebabkan gangguan absorpsi.3

D. CARA PENGGUNAAN

1. Pemilihan ObatPada dasarnya semua obat anti psikotik mempunyai efek primer (efek klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek sekunder (efek samping : sedasi, otonomik, ekstrapiramidal).3

Anti Psikotik

Mg. Eq

Dosis (Mg/h)

Sedasi OtonomikEks. Pir

Sulpiride 200 200 – 1600 + + +Clozapine 25 25 – 200 ++++ + -Olanzapine 10 10 – 20 + + +Quetiapin 100 50 – 400 + + +Zotepine 50 75 – 100 + + +

Risperidone 2 2 – 9 + + +Aripiprazol 10 10 – 20 + + +

Pemilihan jenis obat anti psikotik mempertimbangkan gejala psikotik yang dominan dan efek samping obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalen.3

2. Pengaturan DosisDalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :

- Onset efek primer (efek klinis) sekitar 2 – 4 minggu

22

Page 23: obat anti psikotik

Onset efek sekunder (efek samping) sekitar 2 – 6 jam

- Waktu paruh 12 – 14 jam (pemberian obat 1 – 2 x perhari)- Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek

samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu kualitas hidup pasien.3

Mulai dengan “dosis awal” sesuai dengan “dosis anjuran”, dinaikkan setiap 2 – 3 hari sampai mencapai “dosis efektif” (mulai timbul peredaran sindrom psikotik) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan “dosis optimal” dipertahankan sekitar 8 – 12 minggu (stabilisasi) diturunkan setiap 2 minggu “dosis maintenance” dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi “drug holiday” 1 – 2 hari/minggu) “tapering off” (dosis diturunkan tiap 2 – 4 minggu) stop.3

3. Lama PemberianUntuk pasien dengan sindrom psikosis yang “multi episode”, terapi

pemeliharaan ((maintenance) diberikan paling sedikit selama 5 tahun. Pemberian yang cukup lama ini dapat menurunkan derajat kekambuhan 2,5 – 5 kali.3

Efek obat anti psikotik secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah dosis terakhir masih mempunyai efek klinis. Sehingga tidak langsung menimbulkan kekambuhan setelah obat dihentikan, biasanya satu bulan kemudian baru gejala sindrom psikosis kambuh kembali.3

Hal tersebut disebabkan metabolism dan ekskresi obat sangat lambat, metabolit – metabolit masih mempunyai keaktifan anti psikotik.3

Pada umumnya pemberian obat anti psikotik sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda (tidak timbul/tidak ada sama sekali). Untuk “psikosis reaktif singkat”, penurunan obat secara bertahap setelah hilangnya gejala dalam kurun waktu 2 minggu – 2 bulan.3

Obat anti psikotik tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun diberikan dalam jangka waktu lama, sehingga potensi ketergantungan obat kecil sekali.3

Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala “Cholinergic Rebound” : gangguan lambung, mual, muntah, diare, pusing, gemetar, dan lain – lain. Keadaan ini akan mereda dengan pemberian “anticholinergic agent” (injeksi sulfas atropine 0,25 mg i.m; tablet trihexyphenidyl 3 x 2 mg/h).3

23

Page 24: obat anti psikotik

Oleh karena itu, pada penggunaan bersama obat anti psikotik + anti Parkinson, bila sudah tiba waktu penghentian obat, obat anti psikotik diberhentikan terlebih dahulu, kemudian baru menyusul obat anti Parkinson.3

BAB III

KESIMPULAN

Obat anti psikotik atipikal lebih sering dipakai sebagai obat lini pertama untuk terapi

gangguan psikiatri, karena efek sampingnya lebih minimal dibanding dengan obat anti

psikotik tipikal.

Antipsikotik adalah sekelompok bermacam-macam obat yang menghambat reseptor

dopamine tipe 2 (D2). Obat antipsikotik baik tipikal maupun atipikal selain berfungsi untuk

mengobati penyakit psikotik khsusnya skizofrenia, tentunya juga memiliki efek samping

Efek samping yang sering ditimbulkan pada pemakaian antipsikotik tipikal: gangguan

pergerakan seperti distonia, bradikinesia, tremor, akatisia, koreoatetosis, anhedonia, sedasi,

peningkatan beratbadan yang sedang, disregulasi tempertur, poikilotermia,

hiperprolaktinemia, dengan galaktorea dan amenorea pada wanita dan ginekomastia pada

pria, serta disfungsi seksual pada pria dan wanita, hipotensi postural(ortostatik), kuli terbakar,

interval QT memanjang, risiko terjadi fatal aritmia.

Efek samping yang ditimbulkan oleh pemakaian antipsikotik atipikal: peningkatan

berat badan sedang sampai berat, diabetes mellitus, hiperkolesterolemia, sedasi, gangguan

pergerakan yang sedang, hipotensi postural, hiperprolaktinemia, kejang, salivasi nocturnal,

agrabulositosis, miokarditis, lensa mata bertambah.

Anak – anak dan usia lanjut (dosis harus kecil dengan monitoring ketat) memerlukan

perhatian yang khusus. Hal tersebut dikarenakan banyak hal tertentu yang sangat

mempengaruhi pemberian antispikotik kepada pasien geriatri. Diantaranya adalah kondisi

medis umum pasien, efek samping yang mungkin timbul dan farmakodinamik serta

farmakokinetik dari obat yang digunakan. Wanita hamil dan menyusui (pertimbangkan risiko

dan manfaat); pada umumnya obat psikotropik berisiko tinggi untuk wanita hamil, khususnya

24

Page 25: obat anti psikotik

trimester pertama, oleh karena obat dapat melewati placenta dan mempengaruhi janin, juga

dapat melalui ASI dan berefek negatif terhadap bayi. Pasien kelainan jantung dan ginjal,

glaucoma, BPH, asma bronchial, epilepsy (pilihan obat yang paling minimal berdampak

terhadap penyakit tersebut). Pasien yang mengendarai kendaraan atau menjalankan mesin

yang memerlukan kewaspadaan tinggi (sedapat mungkin dihindari).

DAFTAR PUSTAKA

1. dr. Simbolon M. Joesoef, DSJ, DSJAR. Buku Penuntun dan Pemeriksaan Medik –

Psikiatri. Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara. Medan.

2010.

2. Suryakusumah Lingga, dr. H. Noor Asyikin, Sp.KJ, M.APSMF. Ilmu Kedokteran Jiwa

FK Unlam – RS Jiwa Sambang Lihum. Gambut. Oktober. 2010.

http://scribd.com/doc/151724277.

3. dr. Maslim Rusdi, Sp. KJ. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi

Ketiga.

4. Andri. Tatalaksana Psikofarmaka dalam Manajemen Gejala Psikosis Penderita Usia

Lanjut. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana, Jakarta. www.researchgate.net/.../32bfe5144b1a1281ca.pdf . Visited at :

5. Rainer MK, Masching AJ, Ertl MG, Kraxberger E, Haushofer M. Effect of risperidone on

behavioral and psychological symptoms and cognitive function in dementia. J Clin

Psychiatry. 2001 Nov; 62(11):894-900.

6. Jeste DV, Barak Y, Madhusoodanan S, Grossman F, Gharabawi G. International multisite

double-blind trial of the atypical antipsychotics risperidone and olanzapine in 175 elderly

patients with chronic schizophrenia. Am J Geriatr Psychiatry. 2004 Jan-Feb;12(1):49.

7. Karim S, Byrne EJ. Treatment of psychosis in elderly people. Advances in Psychiatric

Treatment.2005;11:286-96.

8. Yang CH, Tsai SJ, Hwang JP. The efficacy and safety of quetiapine for treatment of

geriatric psychosis. Journal of Psychopharmacology 2005;19(6):661-6.

9. Reddy S, factor SA, Molho ES, Feustel PJ. The effect of quetiapine on psychosis and

motor function in parkinsonian patients with and withaout dementia. Movement disorder

2002;17(4):676-81.

25

Page 26: obat anti psikotik

10. Rainer M, Hausehofer M, Pfolz H, Struhal C, Wick W. Quetiapine versus risperidone in

elderly patients with behavioural and psychological symptoms of dementia : efficacy,

safety and cognitive function. European psychiatry.2007:1-9.

11. Morgante L, Epifanio A, Spina E, Zappia M, Di Rosa AE, Marconi R, et al. Quetipine

and clozapine in parkinsonian patients with dopaminergic psychosis. Clin

Neuropharmacology.2004;27:153-6.

12. Hwang JP, Yang CH, Lee TW, Shih-Jen Tsai.The Efficacy and Safety of Olanzapine for

the Treatment of Geriatric Psychosis. J Clin Psychopharmacol. 2003;23:113-8.

13. Madhusoodanan S, Shah P, Brenner R, Gupta S. Pharmacological Treatment of the

Psychosis of Alzheimer’s Disease What Is the Best Approach?. CNS Drugs. 2007; 21

(2):101-15.

14. Gareri P, De Fazio P, De Fazio S, Marigliano N, Ibbadu GF, De Sarro G. Adverse Effects

of Atypical Antipsychotics in the Elderly: A Review. Drugs Aging.2006; 23 (12): 937-56.

15. Sajatovic M,Madhusoodanan S,Buckley P. Schizophrenia in the Elderly: Guidelines for

Management. CNS Drugs.2000 Feb;13(2):103-15.

26