laporan kasus Psikotik akut dan skizofrenia paranoid
-
Upload
kha-aninda-dzulistio -
Category
Documents
-
view
81 -
download
4
description
Transcript of laporan kasus Psikotik akut dan skizofrenia paranoid
BAB I
PENDAHULUAN
Pada saat ini ada kecenderungan penderita dengan gangguan jiwa
jumlahnya mengalami peningkatan. Data hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SK_RT) yang dilakukan Badan Litbang Departemen Kesehatan Republik
Indonesia tahun 1995 sitasi Universitas Gajah Mada1 menunjukkan, diperkirakan
terdapat 264 dari 1000 anggota Rumah Tangga menderita gangguan kesehatan
jiwa. Dalam waktu kurun waktu enam tahun terakhir ini, data tersebut dipastikan
meningkat karena krisis ekonomi dan berbagai masalah lain yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
Penyakit mental dapat membuat seseorang berbahaya bagi dirinya sendiri
dan juga masyarakat. Salah satu gangguan mental yang paling menakutkan adalah
skizofrenia. Kemampuan untuk memecahkan dan memutuskan apa yang nyata
dan apa yang tidak, terganggu atau tidak berfungsi baik pada orang yang
skizofrenia. Mereka terganggu oleh halusinasi dan delusi, dan kehilangan
sentuhan dengan realitas. Penderita skizofrenia memiliki proses berpikir yang
terganggu. Perasaan dan emosi mereka diredam, karena mereka tidak bisa
menanggapi situasi emosional. Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk
skizofenia ada 5 yakni subtipe paranoid, terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik,
tidak tergolongkan dan residual. Skizofrenia yang paling sering ditemukan yaitu
skizofrenia paranoid.2,3
1
BAB II
STATUS PSIKIATRIK
Identitas Pasien
Nama : Mardiana
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir/Umur : Jambi, 26 Januari 1991/ 21 Tahun
Status Perkawinan : Belum menikah
Bangsa : Indonesia
Suku : Batak
Agama : Kristen
Pendidikan : Mahasiswi S1 Bhs Inggris
UNBARI
Pekerjaan : Belum bekerja
Alamat : Pasir Putih Chandra
Tanggal masuk : 9 Mei 2012
Tanggal periksa : 9 Mei 2012
Keterangan alloanamnesis diperoleh dari:
Nama : M. Tobing
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 45 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Pasir Putih Chandra
Hubungan dengan pasien : Ibu kandung
Keakraban dengan pasien : Akrab
Sudah berapa lama mengenal pasien : Sejak kecil
2
Keterangan/anamnesis di bawah ini diperoleh dari
- Pasien sendiri (autoanamnesis)
- Informan (alloanamnesis)
Pasien datang ke fasilitass kesehatan atas dasar keinginan keluarga
Riwayat Penyakit
1. Sebab Utama
Os ngamuk-ngamuk
2. Keluhan Utama
Tidak sakit
3. Riwayat Perjalanan Penyakit/ Riwayat Penyakit Sekarang
- ± 2 minggu os mengamuk-ngamuk, memukul-mukul barang dirumahnya.
Os sering mendengar suara yang menyuruhnya berbuat jahat dan os diajak
untuk jadi pengikutnya. Os beberapa kali melihat hantu.
- ± 2 minggu bapak os ditangkap polisi. Sejak saat itu os sering termenung
dan menanyakan bapaknya. Os sering rindu dengan bapaknya.
- Apabila os mendengar orang sedang berbicara tentang bapaknya os
langsung marah. Os selalu menghubungkan keadaan di rumah sakit
dengan kampus os.
- Karena malu dengan keadaan saat ini os memutuskan pacarnya.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya tidak pernah mengalami hal yang sama
3
5. Riwayat Premorbid:
1) Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien lahir di Jambi pada tanggal 26 Januari 1991 dengan kondisi normal,
cukup bulan, dan proses persalinan dibantu oleh bidan. Tidak ditemukan
informasi yang cukup mengenai kebiasaan Ibu pasien selama mengandung.
2) Riwayat masa kanak awal (usia 1 – 3 tahun)
Pasien memperoleh ASI sampai usia 11 bulan. Pertumbuhan dan
perkembangan pasien baik sama dengan anak sebayanya. Usia mulai bicara
1 tahun 6 bulan. Usia mulai berjalan 1 tahun 4 bulan.
3) Riwayat masa kanak pertengahan (usia 3 – 11 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan baik, sama dengan anak sebayanya. Pasien
masuk ke Sekolah Dasar (SD) pada umur 6 tahun. Pendidikan dasar berjalan
dengan baik.
4) Riwayat masa kanak akhir dan remaja (usia 12 – 18 tahun)
Pasien tidak melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama dan
tidak ada riwayat memiliki masalah-masalah yang memberikan dampak
yang buruk terhadap mental dan kepribadian pasien.
Pasien masuk Sekolah Menengah Atas dan tidak ada memiliki masalah yang
memberi dampak terhadap mental dan perilaku pasien.
5) Riwayat masa dewasa (usia > 18 tahun)
Pasien masuk kuliah S1 Bahasa Inggris Universitas Batanghari dan saat ini
sudah memasuki semester 6. Tidak ada riwayat masalah-masalah yang
memberikan dampak berarti terhadap mental dan perilaku pasien.
4
6. Riwayat Keluarga:
Keluarga bapak Keluarga Ibu
Os bersaudara 4 orang dan os anak ke satu. Hubungan os terhadap keluarga sangat
dekat. Di keluarga tidak ditemukan riwayat sakit jiwa.
Bibi dari keluarga bapak menderita penyakit yang sama
Identitas Orang tua/penggantiBapak Ibu
Bangsa Indonesia IndonesiaSuku Batak BatakAgama Kristen KristenPendidikan SMA SMAPekerjaan Wiraswasta WiraswastaUmur 48 Tahun 45 TahunAlamat Pasir putih, Chandra Pasir putih, ChandraHubungan dengan os Akrab Akrab
Bapak os: pendiam dan banyak teman
Ibu os: pemarah dan banyak teman
5
Saudara dari pasien
Jenis kelamin Usia Gambaran kepribadian Hubungan dengan pasienPerempuan 21 Thn Baik dan ramah PasienPerempuan 17 Thn Bandal AkrabLaki-laki 13 Thn Bandal AkrabLaki-laki 10 Thn Bandal Akrab
Perihal SD SMP SMA PTUmur 6 Tahun 12 Tahun 15 Tahun 18 TahunPrestasi Baik Baik Baik BaikAktifitas sekolah Baik Baik Baik BaikSikap terhadap teman Baik Baik Baik BaikSikap terhadap guru Baik Baik Baik BaikKemampuan khusus - - - -Tingkah laku - - - -
7. Riwayat Pendidikan
8. Riwayat Perkawinan
Belum menikah
9. Riwayat Pekerjaan
Belum bekerja
10. Riwayat Ekonomi
Cukup
Rumah tempat tinggal: rumah sendiri. Keadaan rumah tenang, cocok dan
nyaman.
11. Riwayat lainnya
- Merokok (-)
- Konsumsi alkohol (-)
- Penggunaan narkoba (-)
6
12. Pemeriksaan Psikiatrik
A. Deskripsi Umum
1) Penampilan
Seorang perempuan, wajah sesuai umur, perawakan sedang, kulit putin,
pakaian rapi dan sesuai. Rambut warna hitam tampak lurus, panjang,
dan tipis.
2) Kesadaran: Composmentis
3) Perilaku dan aktifitas psikomotor : Gelisah
4) Pembicaraan : Spontan, lancar, dan intonasi keras
5) Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
B. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, dan Empati
1) Afek : Inappropriate
2) Mood : Labil
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1) Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan
Pengetahuan umum dan kecerdasan sesuai dengan taraf pendidikan
pasien.
2) Daya konsentrasi : Baik
3) Orientasi
Waktu : Baik
Tempat : Terganggu
Orang : Baik
4) Daya ingat : Baik
5) Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
D. Gangguan Persepsi
1) Halusinasi : Halusinasi auditorik (+), halusinasi visual (+)
2) Ilusi : Tidak ada ilusi
3) Depersonalisasi : Tidak ada depersonalisasi
7
4) Derealisasi : Tidak ada derealisasi
E. Proses Berfikir
1) Arus pikiran
a. Produktivitas : Cukup
b. Kontinuitas : Relevan, koheren
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya berbahasa
2) Isi pikiran
a. Waham : Waham curiga
b. Gangguan isi pikiran : Tidak ada gangguan isi pikiran
F. Pengendalian Impuls
Terganggu
G. Tilikan (Insight)
Derajat 1 (pasien tidak merasa bahwa dirinya sakit dan butuh pengobatan).
13. Pemeriksaan Fisik:
1) Status internus
Keadaan umum
Sensorium : Compos Mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/m
Suhu : 36.7 C
Pernapasan : 20 x/m
Sistem Kardiovaskular : Tidak ada kelainan
Sistem Respiratorik : Tidak ada kelainan
Sistem Gastrointestinal : Tidak ada kelainan
Sistem Urogenital : Tidak ada kelainan
Kelainan Khusus : (-)
8
2) Status neurologis
a. GCS 15 : E4 M6V5
b. Gejala rangsang selaput otak : Kaku kuduk (-), Kernig sign (-/-), pupil
bulat isokor
c. Fungsi motorik dan sensorik keempat ekstremitas dalam batas normal
dan tidak ditemukan refleks patologis.
d. Saraf kranial dalam batas normal
3) Tuliskan pula hal-hal bermakna lainnya yang anda temukan pada
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan
penunjang lainnya
a. Konjungtiva tidak pucat
b. Sclera tidak ikterus
c. Cor dalam batas normal
d. Pulmo ronchi (-) / (-)
e. Wheezing (-) / (-)
f. Ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan
14. Resume
Perempuan berusia 21 tahun merupakan mahasiswi S1 bahasa Inggris
UNBARI tinggal di Pasir Putih Chandra. Datang berobat dengan ibunya pada
tanggal 9 Mei 2012 karena os ngamuk-ngamuk sudah ± 2 minggu, memukul-
mukul barang dirumahnya. Os sering mendengar suara yang menyuruhnya
untuk menjadi pengikutnya. Os beberapa kali melihat hantu. ± 2 minggu
bapak os ditangkap polisi. Sejak saat itu os sering termenung dan
menanyakan bapaknya. Os sering rindu dengan bapaknya. Apabila os
mendengar orang sedang berbicara tentang bapaknya os langsung marah. Os
selalu menghubungkan keadaan di rumah sakit dengan kampus os. Karena
malu dengan keadaan saat ini os memutuskan pacarnya. Os tidak merasa sakit
apapun. Os anak petama dari 4 bersaudara. Hubungan dengan orang tua dan
adik-adik sangat akrab. Riwayat premorbid tidak ada kelainan. Bibi dari
9
keluarga ayah ada yang mengalami hal yang sama dengan os. Afek os
inappropriate, mood labil, orientasi tempat terganggu. Adanya waham curiga.
15. Diagnosis Banding
1. Gangguan psikotis yang diinduksi oleh obat-obatan
2. Gangguan buatan (Factitious disorders)
3. Gangguan berpura-pura (Malingering)
16. Diagnosis Multiaksial
Aksis I : F23.2 Psikosis akut lir skizofrenia
Aksis II : Z03.2 Tidak ada diagnosis aksis II
Aksis III : Tidak ada diagnosis aksis III
Aksis IV : Masalah keluarga
Aksis V : GAF Scale 60-51 gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.
17. Saran/Usul
Pasien rawat jalan Rutin minum obat setelah obat habis segera kontrol ulang
18. Terapi
Haloperidol 5 mg dimunum 2 kali sehari Chlorpromazine 100 mg diminum 3 kali sehari Trihexylphenidil 2 mg diminum 2 kali sehari
19. Prognosis
Quo ad functionam: Dubia ad bonam
Quo ad vitam: Dubia ad bonam
10
20. Perkembangan
Tanggal 22 Mei 2012
S: Tidak sakit
O:
Penampilan : Rapi dan sesuai
Kesadaran : Komposmentis
Psikomotor : Normoaktif
Proses pikir : Persekutori
Afek : Inappropriate
Mood : Labil
Persepsi : Halusinasi auditori
Bicara : Relevan
Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
Daya konsentrasi : Baik
Orientasi
- Waktu : Baik- Tempat : Terganggu - Orang : Baik
Daya ingat : Baik
Tanda vital:
- Tekanan darah : 110/70 mmHg- Nadi : 80 x/m- Suhu : 36.7 C- Pernapasan : 20 x/m
A: Gangguan psikosis lir-skizofrenia
P:
Rawat jalan
Pengobatan dilanjutkan:
Haloperidol 5 mg dimunum 2 kali sehari Chlorpromazine 100 mg diminum 3 kali sehari Trihexylphenidil 2 mg diminum 2 kali sehari
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 PSIKOTIK AKUT
3.1.1 Definisi
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan
individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau
perilaku kacau atau aneh. Psikotik akut adalah sekelompok gangguan jiwa yang
berlangsung kurang dari satu bulan dan tidak disertai gangguan mood, gangguan
berhubungan dengan zat, atau suatu suatu gangguan psikotik karena kondisi medis
umum. Gangguan psikotik akut dan sementara adalah sekelompok gangguan jiwa
yang: 2,4
1. Onsetnya akut ( 2 minggu)
2. Sindrom polimorfik
3. Ada stresor yang jelas
4. Tidak memenuhi kriteria episode manik atau depresif
5. Tidak ada penyebab organik
3.1.2 Epidemiologi
1. Frekuensi Internasional
Berdasarkan studi epidemiologi internasional, bila dibandingkan
dengan skizofrenia, insidensi nonaffective acute remitting psychoses
sepuluh kali lebih tinggi terjadi di negara-negara berkembang daripada
negara-negara industri.4,5
2. Mortality/Morbidity
Sebagaimana episode psikosis lainnya, risiko pasien menyakiti diri
sendiri dan/atau orang lain dapat meningkat.4
12
3. Jenis kelamin
Menurut studi epidemiologi internasional, insidensi dari gangguan
ini dua kali lebih tinggi terjadi pada wanita dibandingkan pria. Di Amerika
Serikat, sebuah penelitian mengindikasikan adanya insidensi yang lebih
tinggi pada wanita. 4
4. Usia
Gangguan ini lebih sering terjadi pada pasien dengan usia antara
dekade ke tiga hingga awal dekade ke empat. Beberapa klinisi meyakini
bahwa pasien dengan gangguan kepribadian (seperti narcissistic,
paranoid, borderline, schizotypal) lebih rentan berkembang menjadi
gangguan psikosis pada situasi yang penuh tekanan. 4
3.1.3 Etiologi
Di dalam DSM III-R faktor psikososial bermakna dianggap menyebabkan
psikosis reaktif singkat, tetapi kriteria tersebuat telah dihilangkan dari DSM IV.
Perubahan DSM IV menempatkan diagnosis gangguan psikotik akut di dalam
kategori yang sama dengan diagnosis psikiatrik lainnya yang penyebabnya tidak
diketahui dan diagnosis kemungkinan termasuk kelompok gangguan yang
heterogen. 4
Pasien dengan gangguan psikotik akut yang pernah memiliki gangguan
kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis ke arah
perkembangan gejala psikotik. Teori psikodinamika menyatakan bahwa gejala
psikotik adalah suatu pertahanan terhadap fantasi yang dilarang, penurunan
harapan yang tidak tercapai atau suatu pelepasan dari situasi psikososial tertentu. 4
3.1.4 Patofisiologi
Patofisiologi secara secara pasti dari psikosis masih belum diketahui.
Stressor pencetus yang paling jelas adalah peristiwa kehidupan yang besar yang
dapat menyebabkan kemarahan emosional yang bermakna pada tiap orang.
Contoh peristiwa adalah kematian anggota keluarga dekat dan kecelakaan
13
kendaraan yang berat. Klinisi lain berpendapat bahwa stressor mungkin
merupakan urutan peristiwa yang menimbulkan stress sedang, bukannya peristiwa
tunggal yang menimbulkan stress dengan jelas. 4
3.1.5 Gambaran Klinis
Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurangnya satu
gejala psikotik, biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu
memasukkan keseluruhan pola gejala yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa
klinisi telah mengamati ibahwa gejala afektif, konfusi, dan gangguan pemusatan
perhatian mungkin lebih sering ditemukan pada gangguan psikotik singkat
daripada gangguan psikotik kronis. Gejala karakteristik untuk gangguan psikotik
singkat adalah perubahan emosional, pakaian, atau perilaku yang aneh, berteriak-
teriak atau diam membisu, dan gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum
lama terjadi. Beberapa gejala tersebut ditemukan pada gangguan yang
mengarahkan diagnosis delirium dan jelas memerlukan pemeriksaan organik yang
lengkap, walaupun hasilnya mungkin negatif. 4
3.1.6 Diagnosis Banding
Diagnosis lain yang dipertimbangkan di dalam diagnosis banding adalah
gangguan buatan (factitious disorder) psikotik karena kondisi medis umum dan
gangguan psikotik akibat zat. Seorang pasien mungkin tidak mau mengakui
penggunaan zat, dengan demikian membuat pemeriksaan intoksikasi zat sulit
tanpa menggunakan tes laboratorium. Pasien dengan epilepsi atau delirium dapat
juga datang dengan gejala psikotik seperti yang ditemukan pada gangguan
psikotik akut. Psikosis dapat pula di diagnosis dengan orang yang berpura-pura
(malingering) mengalami gangguan kejiwaan. 4,5
14
3.1.7 Diagnosis
1. PPDGJ III
Pedoman diagnostik
1). Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas
yang diberikan untuk ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan
prioritas yang digunakan adalah 6
a. Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang sama dengan
jangka waktu gejala-gejala psikotik menjadi nyata dan
mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan
sehari-hari, tidak termasuk periode prodormal yang gejalanya
sering tidak jelas) sebagai ciri khas yang menentukan seluruh
kelompok.
b. Adanya sindrom yang khas (berupa polimorfik = beraneka ragam
dan berubah cepat, atau schizophrenia-like = gejala skizofrenik
yang khas).
c. Adanya stress akut yang berkaitan.
d. Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung.
2). Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi criteria
episode manic atau episode depresif, walaupun perubahan emosional
dan gejala-gejala afektif individual dapat menonjol dari waktu ke
waktu. 6
3). Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis, delirium atau
demensia. Tidak merupakan intoksikasi akibat penggunaan alkohol atau
obat-obatan. 6
Gejala psikotik berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang
dari satu bulan. Diagnosis dapat dibuat sebelum periode waktu satu bulan,
tetapi harus diterima sebagai diagnosis sementara. Jika gejala menetap
lebih dari satu bulan, diagnosis berubah menjadi gangguan psikotik
lainnya, seperti gangguan skizofreniform. 6
15
2. Bentuk-bantuk psikosis akut (PPDGJ III)
1). F 23.0 Gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala skizofrenia 6
a. Onset harus akut (dari suatu keadaan nonpsikotik sampai
keadaan psikotik yang jelas dalam kurun waktu 2 minggu atau
kurang);
b. Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham yang berubah
dalam jenis dan intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari
yang sama.
c. Harus ada keadaan emosional yang sama beranekaragamnya;
d. Walaupun gejala-gejalanya beraneka ragam, tidak satupun dari
gejala itu ada secara cukup konsisten dapat memenuhi kriteria
skizofrenia atau episode manik atau episode depresif.
2). F 23.1 Gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala skizofrenia 6
a. Memenuhi kriteria (a), (b), dan (c) yang khas untuk gangguan
psikotik polimorfik akut;
b. Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis
skizofrenia yang harus sudah ada untuk sebagian besar waktu
sejak munculnya gambaran klinis psikotik itu secara jelas;
c. Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1
bulan maka diagnosis harus diubah menjadi skizofrenia.
3). F 23.2 Gangguan psikotik lir-skizofrenia (schizophrenia-like akut) 6
a. Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari
nonpsikosis psikosis);
b. Memenuhi kriteria skizofrenia, tetapi lamanya kurang dari 1
bulan;
c. Tidak memenuhi kriteria psikosis polimorfik akut.
4). F 23.3 Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham 6
a. Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari
nonpsikosis psikosis);
16
b. Waham dan halusinasi;
c. Baik kriteria skizofrenia maupun gangguan psikotik polimorfik
akut tidak terpenuhi.
5). F 23.8 Gangguan psikotik akut dan sementara lainnya 6
Gangguan psikotik akut lain yang tidak dapat diklasifikasikan ke
dalam kategori manapun.
6). F 23.9 Gangguan psikotik akut dan sementara YTT 6
3. DSM IV
DSM IV memiliki rangkaian diagnosis untuk gangguan psikotik,
didasarkan terutama atas lama gejala. Gangguan psikosis akut dan
sementara adalah sekelompok gangguan jiwa yang berlangsung lebih dari
satu hari tetapi kurang dari satu bulan dan tidak disertai gangguan mood,
gangguan berhubungan dengan zat, atau suatu gangguan psikotik karena
kondisi medis umum.
Untuk gejala psikotik yang berlangsung lebih dari satu hari,
diagnosis sesuai yang harus dipertimbangkan adalah gangguan delusional
(jika waham merupakan gejala psikotik utama), gangguan skizofreniform
(jika gejala berlangsung kurang dari enam bulan) dan skizofrenia jika
gejala telah berlangsung lebih dari enam bulan.
Gangguan psikotik singkat diklasifikasikan di dalam DSM IV
sebagai suatu gangguan psikotik dengan durasi singkat. Kriteria diagnostik
ditentukan dengan sekurangnya ada satu gejala psikotik yang jelas yang
berlansung selama satu hari sampai satu bulan.
Kriteria diagnostik untuk gangguan psikotik akut:
a. Adanya satu (atau lebih) gejala berikut:
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara disorganisasi (menyimpang atau inkoheren)
17
4. Perilaku terdisorganisasi jelas atau katatonik
b. Lama suatu episode gangguan adalah sekurangnya satu hari sampai
kurang dari satu bulan.
c. Gangguan yang muncul bukan karena efek fisiologis langsung dari
suatu zat (misalnya obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau
kondisi medis umum. Sebutkan jika:
Dengan stressor nyata (psikosis reaktif singkat): jika gejala terjadi
segera setelah dan tampak sebagai respons dari suatu kejadian yang
semdirian atau bersama-sama akan menimbulkan stress yang cukup
besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan yang sama dalam kultur
orang tersebut.
Tanpa stressor nyata: jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah
atau tampaknya bukan sebagai respons terhadap kejadian yang,
sendirian atau bersama-sama, akan menimbulkan stress yang cukup
besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan yang sama dalam kultur
orang tersebut.
Dengan onset pascapersalinan: jika onset dalam waktu 4 minggu
setelah persalianan.
3.1.8 Terapi
1. Perawatan di rumah sakit
Perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan untuk pemeriksaan dan
perlindungan pasien. Pemeriksaan pasien membutuhkan monitoring ketat
terhadap gejala dan pemeriksaan tingkat bahaya pasien terhadap dirinya
sendiri dan orang lain. Lingkungan rumah sakit yang tenang dan terstruktur
juga dapat membantu pasien untuk memperoleh kembali rasa realitasnya. 4
2. Farmakoterapi
Dua kelas utama yang harus dipertimbangkan dalam pengobatan
gangguan psikotik akut adalah obat antipsikotik antagonis reseptor
dopamine dan benzodiazepine. Khususnya pada pasien yang berada dalam
18
risiko tinggi untuk mengalami efek samping ekstrapiramidal, suatu
antikolinergik kemungkinan harus diberikan bersama-sama dengan
antipsikotik. Pemakaian jangka panjang medikasi harus dihindari dalam
pengobatan gangguan ini, jika medikasi pemeliharaan diperlukan, klinisi
harus mempertimbangkan ulang diagnosis. 4
3. Psiokoterapi
Walaupun perawatan di rumah sakit dan farmakoterapi merupakan
kemungkinan untuk mengendalikan situasi jangka pendek, bagian yang sulit
dari terapi adalah integrasi psikologis ke dalam kehidupan pasien dan
keluarganya. Psikoterapi individual, keluarga dan keompok mungkin
diperlukan. Diskusi tentang stressor, episode psikotik, dan perkembangan
strategi untuk mengatasinya adalah topik utama bagi terapi tersebut. 4
3.1.9 Prognosis
Pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik singkat memiliki
prognosis yang baik dan penelitian di Eropa telah menyatakan bahwa 50 sampai
80 persen dari semua pasien tidak memiliki masalah psikiatrik berat lebih lanjut.
Lamanya gejala akut dan residual seringkali hanya beberapa hari. Kadang-kadang
gejala depresif mengikuti resolusi gejala psikotik. Bunuh diri adalah suatu
keprihatinan pada fase psikotik maupun fase depresif pascapsikotik. 4
Ciri prognosis yang baik untuk gangguan psikotik akut:
- Riwayat premorbid yang baik
- Stressor pencetus yang berat
- Onset gejala mendadak
- Gejala afektif
- Sedikit penumpulan afektif
- Tidak ada saudara yang skizofrenik.
19
3.2 SKIZOFRENIA PARANOID
3.2.1 Definisi
Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit
yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh
genetik, fisik dan sosial budaya.6
3.2.2 Epidemiologi
1. Usia dan Jenis Kelamin
Skizofrenia sama prevalensinya antara laki-laki dan wanita. Tetapi,
kedua jenis kelamin tersebut menunjukkan perbedaan dalam onset dan
perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset skizofrenia yang lebih
awal daripada wanita. Usia puncak onset untuk laki-laki 15 sampai 25
tahun, untuk wanita usia puncak adalah 25 sampai 35 tahun. Onset
skizofrenia sebelum usia 10 tahun atau sesudah 50 tahun sangat jarang.2,7,8,9
2. Musim Kelahiran
Suatu temuan kuat dalam penelitian skizofrenia bahwa orang yang
kemudian menderita skizofrenia lebih mungkin dilahirkan di musim dingin
dan awal musim semi dan lebih jarang dilahirkan di akhir musim semi dan
musim panas. 2
3. Distribusi Geografis
Skizofrenia tidak terdistribusi rata secara geografis di seluruh dunia. 2,7
4. Angka Reproduksi
Dengan semakin berkembangnya psikoterapeutik maka semakin
banyak pasien jiwa yang dapat sembuh sempurna sehingga semakin
banyak anak yang dilahirkan dari orang tua dengan skizofrenia. 2
5. Penyakit Medis
20
Sekitar 80% dari semua pasien skizofrenik mempunyai penyakit
medis yang signifikan. 2
6. Bunuh Diri
Kira-kira 50% dari semua pasien dengan skizofrenia mencoba bunuh
diri. 2
7. Hubungan dengan Penggunaan dan Penyalahgunaan Zat
Sekitar lebih dari tiga pasien psikiatrik yang mengisap rokok dan
sekitar 30-50% penyalahgunaan alkohol dan zat lain. 2
8. Kepadatan Populasi
Prevalensi skizofrenik lebih sering ditemukaan di daerah perkotaan
dari pada pedesaan. 2
9. Pertimbangan Kultural dan Sosioekonomi
Skizofrenik lebih sering ditemukan pada sosioekonomi rendah.
Ditemukan sekitar sepertiga sampai dua pertiga pasien skizofrenia dengan
tunawisma. 2,7,8,9
3.2.3 Etiologi
1. Model Diatesis-Stres
Sesorang memiliki kerentanan terhadap skizofrenia dapat disebabkan
integrasi dari faktor biologis dan faktor psikososial dan lingkungan.2
2. Faktor Biologis
Banyak penelitian melibatkan peranan patofisiologi daerah tertentu di
otak, termasuk sistem limbik, korteks frontalis, dan ganglia basalis. 2
- Integrasi teori biologis
21
Peranan patofisiologi daerah tertentu di otak à sistem limbik,
korteks frontalis, ganglia basalis, dll. 2,7-11
- Hipotesis dopamin
Skizofrenia dihubungkan dengan terlalu banyak aktivitas
dopaminergik. Potensi antipsikotik berhubungan dengan kemampuan
bertindak sebagai antagonis reseptor dopaminergik tipe-2 (D2). Obat yang
meningkatkan aktivitas dopaminergik (amfetamin). Meningkatnya
aktivitas dopamin bisa dikarenakan terlalu banyak reseptor dopamin,
hiperaktivitas dopaminergik karena terlalu banyak pelepasan dopamin,
atau kombinasi keduanya. 2, 7-11
- Neurotransmiter lainnya
• Serotonin
Skizofrenia mempunyai aktivitas berhubungan dengan serotonin
yang kuat.2
• Norepinefrin
Pemberian antipsikotik jangka panjang menurunkan aktivitas
neuron nonadrenergik di lokus sereleus dan efek terapeutik dari beberapa
antipsikotik mungkin melibatkan aktivitas pada reseptor adrenergik-1 dan
adrenergik-2. 2
• Asam Amino
Neurotransmiter asam amino inhibitor gamma-aminobutyric acid
(GABA) juga telah terlibat dalam patofisiologi skizofrenia. 2
- Neuropatologi
Dua daerah yang mendapatkan paling banyak perhatian adalah
sistem limbik dan ganglia basalis, walaupun beberapa laporan
kontroversial mempermasalahkan kelainan neuropatologis dan
neurokimiawi di dalam korteks serebral, talamus, dan batang otak. 2
22
- Pencitraan Otak
• Tomografi Komputer
Otak pasien skizofrenik mempunyai pembesaran ventrikel lateral dan
ventrikel ketiga dan suatu derajat penurunan volume kortikal. 2
• Pencitraan Resonansi Magnetik
Resolusi unggul dari MRI telah menghasilkan beberapa laporan
bahwa volume kompleks hipokampus-amigdala dan girus
parahipokampus adalah menurun pada pasien skizofrenik. 2
• Spektroskopi Resonansi Magnetik
Penelitian yang menggunakan pencitraaan MRS pada korteks
prafrontalis dorsolateral menemukan bahwa, dibandingkan dengan
kelompok kontrol, pasien skizofrenik mempunyai tingkat fosfomonoester
dan fosfat inorganik yang lebih rendah dan tingkat fosfodiester dan
adenosin trifosfat yang lebih tinggi. 2
• Tomografi Emisi Positron
Penelitian dengan PET telah mengukur penggunaan glukosa atau
aliran darah serebral, dan temuan positif telah menyimpulkan
hipoaktivitas di lobus frontalis, gangguan aktivitas daerah otak tertentu
setelah stimulasi tes psikologis, dan hiperaktivitas di ganglia basalis
relatif terhadap korteks serebral. 2
- Elektrofisiologi
Penelitian elektroensefalografi (EEG) pada pasien skizofrenia
menyatakan sejumlah besar pasien mempunyai rekaman yang abnormal. 2
- Disfungsi Pergerakan Mata
Berbagai penelitian telah melaporkan gerakan mata yang abnormal
pada 50 sampai 85% pasien skizofrenik. 2
23
- Psikoneuroendokrinologi
Beberapa data menunjukkan penurunan konsentrasi luteinzing
hormone-follicle stimulating hormone (LH/FSH), kemungkinan
dihubungkan dengan onset usia dan lamanya penyakit. 2
3. Genetika
Penelitian klasik awal tentang genetik dari skizofrenia, dilakukan di
tahun 1930-an, menentukan seseorang kemungkinan menderita skizofrenia
jika anggota keluarganya juga menderita skizofrenia dan kemungkinan
seseorang menderita skizofrenia berhubungan dengan dekatnya hubungan
persaudaraan tersebut. Lebih dari setengah kromosom telah dihubungkan
dengan skizofrenia dalam berbagai laporan laporan tersebut, tetapi lengan
panjang kromosom 5, 11, dan 18, lengan pendek kromosom 19 dan
kromosom X adalah yang paling sering dilaporkan.2,7-11
4. Faktor Psikososial
Pentingnya untuk mengerti masalah individu, keluarga dan sosial
yang mempengaruhi pasien dengan skizofrenia. 2,7-11
24
3.2.4 Patofisiologi
Patofisiologi dari skizofrenia belum diketahui secara pasti
tetapi ada beberapa peranan dari berbagai macam komponen
seperti terlihat di gambar.12
25
3.2.5 Gambaran Klinis
Ditandai oleh keasyikan (preokupasi) pada satu atau lebih waham atau
halusinasi dengar sering.2,6-11
Adanya waham persekutorik (waham kejar) atau waham kebesaran. 2,6-11
Regresi lambat dari kemampuan mentalnya, respon emosional, dan
perilakunya dibandingkan tipe lain. 2,6-11
Skizofrenia paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan tak
ramah. Kadang dapat bersikap bermusuhan atau agresif. 2,6-11
Mendengar suara dan bunyi imajiner. 2,6-11
Selalu curiga terhadap niat orang lain. 2,6-11
Sangat merendahkan dan bersikap sombong. 2,6-11
Cenderung untuk berdebat dan melawan keluar dari banyak situasi. 2,6-11
Memiliki perasaan dan ide-ide bunuh diri. 2,6-11
Memiliki musuh dan lawan imajiner. 2,6-11
Delusi akan kemegahan dan ketenaran. 2,6-11
Delusi menjadi target bahaya dan dibunuh. 2,6-11
Merasa sendirian. 2,6-11
Sikap menarik diri dan tertutup. 2,6-11
Mencurigai orang sebagai potensi ancaman. 2,6-11
Bersikap dan kecendrungan bertindak kekerasan dan berpikir defensif. 2,6-11
3.2.6 Diagnosis Banding
1. Gangguan Psikotik Sekunder dan Akibat Obat
Gejala psikosis dan katatonia dapat disebabkan oleh berbagai macam
keadaan medis nonpsikiatrik dan dapat diakibatkan oleh berbagai macam
zat. Manifestasi psikiatrik dari banyak kondisi medis nonpsikiatrik dapat
terjadi awal dalam perjalanan penyakit seringkali sebelum perkembangan
gejala lain.2,5
2. Berpura-pura dan Gangguan Buatan
26
Baik pura-pura atau gangguan buatan mungkin merupakan suatu
diagnosis yang sesuai pada pasien yang meniru gejala skizofrenia tetapi
sebenarnya tidak menderita skizofrenia. 2,5
3. Gangguan Psikotik Lain
Gangguan psikotik berlangsung singkat adalah diagnosis yang tepat
jika gejala berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan
dan jika pasien tidak kembali ke tingkat fungsi pramorbidnya. Gangguan
skizoafektif adalah diagnosis yang tepat jika sindroma manik atau depresif
berkembang bersama-sama dengan gejala utama skizofrenia. 2,5
4. Gangguan Mood
Gangguan mood pada skizofrenia berlangsung cepat. Pada umumnya
untuk mendiagnosa suatu skizofrenia harus di perlukan pemeriksaan
lanjutan, berbeda pada gangguan mood. 2
5. Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian, tidak seperti skizofrenia, mempunyai gejala
yang ringan, suatu riwayat ditemukannya gangguan selama hidup pasien,
dan tidak adanya onset tanggal yang dapat diidentifikasi. 2
3.2.7 Diagnosis
Kriteria penegakkan diagnosa pasien Skizofrenia berdasarkan PPDGJ III, yaitu :
I. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas.6
(a) “Thought echo” : Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kulitasnya berbeda; atau
“Thought insertion or withdrawal” : Isi pikiran yang asing dari luar
masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar (withdrawal); dan
27
“Thought broadcasting” : Isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya;
(b) “Delusion of control” : waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
“Delusion of influence” : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
“Delusion of passivity” : waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ‘dirinya”: secara
jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran,
tindakan atau penginderaan khusus);
“Delusional perception” : pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat;
(c) Halusinasi auditorik:
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian
tubuh.
(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan
diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
II. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas: 6
(e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh hide-ide
28
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi
setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus;
(f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisispan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme;
(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor;
(h) Gejala-gejala “negative” seperti sikap sangat apatis, bicara yang
jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan
menurunnya kinerja social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut
tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
III. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal). 6
IV. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan,
tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude),
dan penarikan diri secara sosial. 6
Pedoman Diagnostik Skizofrenia Paranoid 6
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
2. Sebagai tambahan:
Halusinasi dan/atau waham harus menonjol:
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
29
bunyi pluit (whistling). Mendengung (humming), atau bunyi tawa
(laughing).
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual,
atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi
jarang menonjol.
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of
influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan
dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.
3.2.8 Pengobatan
1. Perawatan di rumah sakit 2,5
Indikasi utama perawatan di rumah sakit adalah:
- Tujuan diagnostik
- Menstabilkan medikasi
- Keamanan pasien yang memiliki keinginan bunuh diri atau membunuh
- Perilaku yang sangat kacau dan tidak sesuai
- Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian dan
tempat tinggal.
Perawatan di rumah sakit menurunkan stress pasien dan membantu
mereka menyusun aktivitas harian. Lamanya perawatan di rumah sakit
tergantung pada keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas
pengobatan rawat jalan. Perawatan singkat di rumah sakit (4-6 minggu)
sama efektifnya dengan perawatan jangka panjang di rumah sakit.
Pendekatan perilaku aktif lebih efektif daripada hanya diberikan terapetik.
2. Terapi somatik 2,5
Antipsikotik termasuk tiga kelas obat yang utama:
30
1. Antagonis reseptor dopamin
Obat antipsikotik yang klasik dan efektif dalam pengobatan skizofrenia.
Kekurangannya:
Hanya sejumlah kecil pasien cukup tertolong untuk mendapatkan
kembali jumlah fungsi mental yang cukup normal.
Adanya efek yang mengganggu dan serius seperti akatisia dan
gejala mirip parkinsonisme berupa rigiditas dan tremor. Efek serius
yang potensial adalah tardive dyskinesia dan sindrom neuroleptik
maligna.
2. Risperidone
Suatu obat antipsikotik dengan aktivitas antagonis yang bermakna pada
reseptor serotonin tipe-2 (5-HT2) dan pada reseptor dopamin tipe (D2).
Obat ini lebih efektif dalam mengobati gejala positif maupun gejala
negatif dari skizofrenia.
Efek samping neurologisnya kurang bermakna dibandingkan obat
antagonis dopamin yang tipikal.
3. Clozapine
Suatu obat antipsikotik yang efektif. Suatu antagonis lemah terhadap
reseptor D2 tetapi merupakan antagonis kuat terhadap reseptor D4 dan
mempunyai aktivitas antagonistik pada reseptor seretonergik.
Obat-obat antipsikotik 13
31
3. Terapi psikososial 2,5
Dengan menggunakan terapi perilaku, berorientasi keluarga, kelompok
dan individual.
- Psikoterapi perilaku ditujukan kepada kelebihan dan kekurangan pasien.
Keterampilan sosial pasien dilatih untuk meningkatkan kemampuan sosial,
kemampuan memenuhi diri sendiri, dan komunikasi interpersonal. Latihan
ini diikuti dengan pemberian pujian atau hadiah yang dapat meningkatkan
semangat pasien untuk berlatih.
32
- Psikoterapi berorientasi keluarga ini melibatkan anggota keluarga pasien.
Pemahaman keluarga mengenai skizofrenia akan sangat membantu terapi
ini. Sejumlah penelitian menemukan, terapi keluarga efektif dalam
menurunkan relaps.
- Psikoterapi kelompok biasanya berpusat pada rencana, masalah, dan
hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi ini berguna untuk menurunkan
isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas
pada pasien.
- Psikoterapi individual dilakukan dokter psikiatrik dengan menjalin
hubungan dokter pasien yang baik. Pasien skizofrenia seringkali sulit untuk
percaya dengan orang lain. Dokter psikiatri harus mampu menumbuhkan
rasa percaya pasien terhadapnya. Kepercayaan ini membuat pasien tetap
mengikuti psikoterapi, patuh dengan medikasi dan mempunyai hasil yang
baik.
2.2.7 Prognosis
Prognosis tidak berhubungan dengan tipe apa yang dialami seseorang.
Perbedaan prognosis paling baik dilakukan dengan melihat pada prediktor
prognosis spesifik di tabel. 2
Prognosis Baik Prognosis Buruk
Onset lambat
Factor pencetus yang jelas
Onset akut
Riwayat sosial, seksual, dan pekerjaan
pramorbid yang baik
Gejala gangguan mood (terutama
gangguan depresi)
Menikah
Riwayat keluarga gangguan mood
Sistem pendukung yang baik
Onset muda
Tidak ada factor pencetus
Onset tidak jelas
Riwayat sosial, seksual, dan pekerjaan
pramorbid yang buruk
Perilaku menarik diri, autistic
Tidak menikah, bercerai, atau janda/duda
Riwayat keluarga skizofrenia
System pendukung yang buruk
Gejala negatif
33
Gejala positif Tanda dan gejala neurologis
Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam 3 tahun
Banyak relaps
Riwayat penyerangan
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
34
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan
individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau
perilaku kacau atau aneh. Lama berlangsung kurang dari satu bulan dan tidak
disertai gangguan mood, gangguan berhubungan dengan zat, atau suatu suatu
gangguan psikotik karena kondisi medis umum.
Skizofrenia adalah diagnosis psikiatri yang menggambarkan gangguan yang
ditandai oleh kelainan dalam persepsi atau ungkapan realitas. Distorsi persepsi
dapat mempengaruhi semua lima indera, termasuk penglihatan, pendengaran, rasa,
bau dan sentuhan, tapi paling sering bermanifestasi sebagai halusinasi
pendengaran, delusi paranoid atau aneh, atau pidato teratur dan berpikir dengan
disfungsi sosial atau pekerjaan yang signifikan. Timbulnya gejala biasanya terjadi
pada dewasa muda, dengan sekitar 0,4-0,6% dari populasi yang terkena. Diagnosa
didasarkan pada yang dilaporkan sendiri pasien pengalaman dan perilaku yang
diamati.
Studi menunjukkan bahwa genetika, lingkungan awal, neurobiologi, proses
psikologis dan sosial merupakan faktor penyumbang penting; beberapa obat
rekreasi dan resep tampak menyebabkan atau memperburuk gejala. Penelitian
psikiatri saat ini difokuskan pada peran neurobiologi, tapi tidak ada penyebab
organik tunggal telah ditemukan. Peningkatan dopamin aktivitas di jalur
mesolimbic otak secara konsisten ditemukan pada individu skizofrenia. Andalan
pengobatan obat antipsikotik, obat jenis ini terutama bekerja dengan menekan
aktivitas dopamin. Dosis antipsikotik yang umumnya lebih rendah daripada di
dekade awal penggunaan mereka. Psikoterapi, dan rehabilitasi kejuruan dan sosial
juga penting. Dalam kasus yang lebih serius - di mana ada resiko untuk diri dan
orang lain - rawat inap paksa mungkin diperlukan, walaupun tetap rumah sakit
kurang sering dan untuk waktu yang lebih pendek daripada mereka di masa
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kesehatan Jiwa. Artikel UGM. (diakses 25 Mei 2012); (5 layar). Diundah dari
URL: faperta.ugm.ac.id/articles/kesehatan_jiwa.pdf
35
2. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis psikiatri ilmu pengetahuan perilaku
psikiatri klinis. Jilid 1. Jakarta: Bina rupa aksa publisher; 2010. hal : 699 –
743.
3. Friska. Skizofrenia. News medical (serial online). 2008 Sept 20 (diakses 13
Mei 2012); (13 layar). Diunduh dari URL:
http://www.news-medical.net/health/Schizophrenia-%28Indonesian%29.aspx
4. Brief psychotic disorder. Emedicine (serial online). 7 Januari 2012 (diakses 22
Mei 2012); diunduh dari URL: http://emedicine.medscape.com/article/294416-
reference
5. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Cetakan pertama. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. hal: 299-316; 170-196.
6. Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Cetakan ke-1. Jakarta: Bagian
ilmu kedokteran jiwa FK unika atma jaya; 2001. hal : 48 – 55.
7. Adams HE, Sutker PB. Comprehensive handbook of psychopathology. 3rd ed.
United states of america: Kluwer academic; 2002. p: 403-44. skizo
8. Fadem B. Bahavioral Science. 3rd ed. United states of america; Library of
congress cataloging in publication data: 2001. p: 97-100/ skizo
9. Ebert MH, Loosen PT, Nurcombe B. Current diagnosis & treatment in
psychiatry. Access medicine: 2007. p: 1-34.
10. Gill D. Hughes’ outline of modern psychiatry. 5th ed. English; British library
cataloguing in publication data: 2007. p: 41-66.
11. Soares JC. Handbook og medical psychiatry. 2nd ed. United states of america:
Library of congress cataloging in publication data: 2004. p: 78-95.
12. Silbernagl S, Lang F. Teks & atlas berwarna patofisiologi. Cetakan ke-1.
Jakarta: EGC; 2007. hal: 352-3.
13. Maslim R. Penggunaan klinis obat psikotropik. Edisi 1999. Jakarta: 1999. hal
14- 21.
36