Lapsus Psikotik (Skizofrenia Paranoid)

27
LAPORAN KASUS PSIKOTIK SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0) I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny.AA Umur : 35 Tahun Agama : Islam Suku : Bugis Status Pernikahan : Belum menikah Pendidikan Terakhir : D1 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Jl. Hati Murni no. 2, Selayar II. RIWAYAT PSIKIATRI Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dan alloanamnesis dari : Nama : Ny. SN Umur : 58 Tahun Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Status : Menikah Pendidikan Terakhir : S1 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Selayar Hubungan dengan pasien : Ibu Kandung Pasien A. Keluhan Utama Skizofrenia Paranoid 21

description

lapsus psikiatri FKUH 2015

Transcript of Lapsus Psikotik (Skizofrenia Paranoid)

Page 1: Lapsus Psikotik (Skizofrenia Paranoid)

LAPORAN KASUS PSIKOTIK

SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.AA

Umur : 35 Tahun

Agama : Islam

Suku : Bugis

Status Pernikahan : Belum menikah

Pendidikan Terakhir : D1

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Hati Murni no. 2, Selayar

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dan alloanamnesis dari :

Nama : Ny. SN

Umur : 58 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Menikah

Pendidikan Terakhir : S1

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Selayar

Hubungan dengan pasien : Ibu Kandung Pasien

A. Keluhan Utama

Mengamuk

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Keluhan dan Gejala

Seorang pasien perempuan datang ke RSKD pertama kali diantar oleh

ibu kandung dengan keluhan utama mengamuk, sejak 1 tahun terakhir,

memberat 10 hari yang lalu. Pasien selalu mengamuk jika keinginannya

tidak diikuti. Saat mengamuk, pasien melempar makanan di depannya,

Skizofrenia Paranoid 21

Page 2: Lapsus Psikotik (Skizofrenia Paranoid)

serta perabot rumah lainnya. Selain mengamuk, pasien juga gelisah, sering

bicara sendiri, mondar-mandir, dan pernah kabur dari rumah. Pasien selalu

curiga dengan orang lain, dan menurut keluarga, pasien mengaku

mwndengar suara-suara banyak orang yang berbicara, yang ingin

membunuhnya. Pasien juga mengaku sering mendengar suara-suara

bisikan dari tunangannya, dan mengaku banyak lelaki yang menyukainya.

Pasien pun berkeyakinan dirinya merupakan titisan Nyi Roro Kidul.

Perubahan perilaku diperhatikan sejak ± 16 tahun yang lalu saat pasien

tamat SMA. Berobat di dokter spesialis saraf, sempat membaik, namun

mulai memberat kembali beberapa tahun terakhir. Awal perubahan

perilaku pasien terlihat gelisah. Pasien sulit tidur, berbicara sendiri dan

sering mendengar bisikan-bisikan dari seorang laki-laki yang merupakan

tunangan pasien. Menurut keluarga, penyebab saat itu adalah pernikahan

ayah pasien dengan istri keduanya. Pasien sangat dekat dengan ibunya, dan

tidak menerima saat ayahnya menikah lagi. Saat keadaanya membaik,

pasien sempat menyelesaikan kuliah D1nya di bidang administrasi..

Riwayat penyakit jiwa sebelumnya tidak ada, Riwayat keluarga dengan

penyakit yang sama yaitu nenek pasien. Sebelum memgalami perubahan

perilaku, pasien dikenal sebagai seseorang yang pendiam dan tertutup.

Hendaya/ disfungsi

o Hendaya Sosial (+)

o Hendaya Pekerjaan (+)

o Hendaya Waktu Senggang (+)

Faktor stressor psikososial

Ayah pasien menikah lagi dengan istri keduanya

Pasien belum menikah

Hubungan gangguan sekarang, dengan riwayat penyakit fisik dan

psikis sebelumnya :

o Trauma (-)

o Infeksi (-)

o Kejang (-)

o NAPZA (-)

Skizofrenia Paranoid 22

Page 3: Lapsus Psikotik (Skizofrenia Paranoid)

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ditemukan adanya riwayat penyakit fisik seperti infeksi, trauma

kapitis, dan kejang.

2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

Pasien tidak pernah merokok, mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan

terlarang,

3. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya

Pasien tidak pernah mengalami gangguan psikiatri sebelumnya.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien lahir normal di rumah, ditolong oleh bidan, cukup bulan,

spontan, langsung menangis dan tidak terdapat kelainan. Berat badan

lahir tidak diketahui. Ibu pasien cukup menjaga kesehatannya dengan

baik serta teratur memeriksakan kandungannnya di dokter spesialis

kandungan. Pada saat bayi, pasien tidak pernah mengalami panas tinggi

dan kejang serta minum ASI cukup.

2. Riwayat Masa Kanak Awal (Usia 1-3 tahun)

Pasien diasuh oleh kedua orangtua pasien. ASI diberikan sampai umur 2

tahun. Pertumbuhan dan perkembangan pasien pada masa anak-anak

awal sesuai dengan perkembangan anak seusianya. Tidak ada masalah

perilaku yang menonjol. Waktu kecil mampu bermain bersama kakak,

adik dan teman sebayanya.

3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (Usia 4-11 tahun)

Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan cukup mendapat

perhatian dan kasih sayang. Pasien mendapatkan didikan keras dari

kedua orang tuanya. Pada usia 7 tahun pasien mulai masuk SD. Selama

sekolah, pasien dapat bersosialisasi dengan teman sebayanya, prestasi

pasien biasa-biasa saja.

4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (Usia 12-18 tahun)

Skizofrenia Paranoid 23

Page 4: Lapsus Psikotik (Skizofrenia Paranoid)

Tamat dari SD pasien melanjutkan ke SMP. Dan setelah lulus dari SMP,

pasien melanjutkan ke SMA. Tamat SMA, gejala mulai muncul, namun

setelah membaik, pasien melanjutkan pendidikan D-1 Administrasi.

5. Riwayat Masa Dewasa

a. Riwayat Pekerjaan

Setelah lulus dari perguruan tinggi, gejala-gejala mengamuk dan

sulitnya bersosialisasi membuat pasien sulit untuk mendapatkan

pekerjaan, dan saat ini tinggal di rumah mengerjakan pekerjaan

rumah tangga.

b. Riwayat Pernikahan

Pasien belum menikah

c. Riwayat Agama

Pasien memeluk agama Islam dan menjalankan kewajiban agama

dengan cukup baik, sebelum sakit dan saat keadaannya membaik

setelah berobat ke dokter saraf.

d. Riwayat Militer

Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer.

e. Riwayat Pelanggaran Hukum

Selama ini pasien tidak pernah terlibat dengan masalah hukum.

f. Aktivitas Sosial

Pasien bergaul dengan teman sebaya, tetangga dan rekan kerjanya di

kantor serta aktif mengikuti kegiatan sosial di lingkungan sekitar

rumah.

6. Riwayat Keluarga

Pasien anak pertama dari tiga bersaudara (♀, ♂, ♂). Jarak usia pasien

dengan saudara-saudaranya tidak berbeda jauh. Kedua adik laki-laki

pasien sudah menikah dan tinggal di Makassar. Kedua orang tua pasien

masih hidup, namun telah bercerai, ayah pasien telah menikah lagi dengan

istri keduanya, sedangkan ibu pasien sakit-sakitan. Terdapat riwayat

anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien,

yaitu nenek pasien, namun telah meninggal akibat penyakit stroke.

7. Situasi Kehidupan Sekarang

Skizofrenia Paranoid 24

Page 5: Lapsus Psikotik (Skizofrenia Paranoid)

Sebelum dibawa ke RSKD pasien tinggal dengan ibu kandungnya di

sebuah rumah yang cukup layak di selayar. Sehari-harinya pasien hanya

bekerja membantu mengurus rumah tangga.

III. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI ( 12 JUNI 2015 )

A. Status Internus

Keadaan umum tidak tampak sakit, kesadaran komposmentis, tekanan

darah 120/80 mmHg, nadi 88 kali/menit, frekuensi pernafasan 22

kali/menit, suhu tubuh 36,6 °C. BB: 44 kg TB: 157 cm, IMT: 17,8 kg/m2.

Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, jantung, paru dan abdomen

dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan.

Kesimpulan, tidak terdapat kelainan bermakna pada status internus pasien.

B. Status Neurologi

GCS 15 (E4M6V5), gejala rangsang selaput otak : kaku kuduk (-),

Kernig’s sign (-)/(-), pupil bulat dan isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks cahaya

(+)/(+), nervus cranialis lain normal, fungsi motorik dan sensorik keempat

ekstremitas serta system saraf otonom dalam batas normal, tidak

ditemukan refleks patologis. Kesimpulan, tidak terdapat kelainan

bermakna pada status neurologis pasien.

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL ( 12 JUNI 2015 )

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Seorang perempuan, rambut hitam lurus sampai leher, wajah sesuai

umur, perawakan sedang, kulit sawo matang, memakai baju warna

merah jambu, celana panjang merah jambu, perawatan diri cukup,

sikap tubuh biasa.

2. Kesadaran

Berubah

3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Pasien tampak cukup tenang duduk di hadapan pemeriksa.

4. Pembicaraan

Skizofrenia Paranoid 25

Page 6: Lapsus Psikotik (Skizofrenia Paranoid)

Pasien menjawab pertanyaan dengan spontan, lancar, dan intonasi

biasa.

5. Sikap terhadap pemeriksa

Kooperatif

B. Keadaan Afektif

1. Mood : Senang (Eutimia)

2. Afek : Terbatas

3. Keserasian : Tidak serasi

4. Empati : Tidak dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)

1. Taraf Pendidikan

Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan tingkat

pendidikannya.

2. Orientasi

a. Waktu : Baik

b. Tempat : Baik

c. Orang : Baik

3. Daya Ingat

a. Jangka Panjang : Baik

b. Jangka Sedang : Baik

c. Jangka Pendek : Baik

d. Jangka Segera : Baik

4. Konsentrasi dan Perhatian : Tidak terganggu

5. Pikiran Abstrak : Tidak terganggu

6. Bakat Kreatif : Tidak ditemukan

7. Kemampuan Menolong Diri Sendiri : Cukup

D. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi

Halusinasi auditorik : Suara laki-laki (satu orang/tunangan pasien)

yang mengajak pasien berbicara, dan sering menanyakan kondisi

Skizofrenia Paranoid 26

Page 7: Lapsus Psikotik (Skizofrenia Paranoid)

pasien. Selain itu, pasien juga mendengar suara banyak orang yang

berdiskusi dan ingin membunuh pasien.

2. Ilusi

Tidak ada

3. Depersonalisasi

Pasien merasa bahwa wajah dan kulitnya sekarang bukan merupakan

wajah dan kulit aslinya.

4. Derealisasi

Tidak ada

E. Proses Berpikir

1. Arus Pikiran

Produktivitas cukup, kontinuitas relevan, koheren dan tidak ada

hendaya dalam berbahasa.

2. Isi Pikiran

Terdapat gangguan isi pikiran berupa :

- Waham kebesaran (Grandiose) (+) : pasien yakin dirinya

merupakan titisan Nyi Roro Kidul

- Erotomania (+) : pasien yakin dirinya sangat cantik, dan banyak

lelaki yang menyukainya.

F. Pengendalian Impuls

Baik

G. Daya Nilai dan Tilikan

1. Norma Sosial : Terganggu

2. Uji Daya Nilai : Terganggu

3. Penilaian Realitas : Terganggu

4. Tilikan : Pasien merasa dirinya tidak sakit (Derajat I)

H. Taraf Dapat Dipercaya

Dapat dipercaya

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Skizofrenia Paranoid 27

Page 8: Lapsus Psikotik (Skizofrenia Paranoid)

Seorang pasien perempuan 35 tahun diantar ke RSKD oleh ibu

kandungnya untuk pertama kalinya dengan keluhan utama mengamuk pertama

kalinya dengan keluhan utama mengamuk, dialami sejak 1 tahun yang lalu,

dan memberat 10 hari terakhir. Pasien selalu mengamuk jika keinginannya

tidak diikuti. Saat mengamuk, pasien melempar makanan di depannya, serta

perabot rumah lainnya. Selain mengamuk, pasien juga gelisah, sering bicara

sendiri, mondar-mandir, dan pernah kabur dari rumah. Pasien selalu curiga

dengan orang lain, dan menurut keluarga, pasien mengaku mendengar suara-

suara banyak orang yang berbicara, yang ingin membunuhnya. Pasien juga

mengaku sering mendengar suara-suara bisikan dari tunangannya, dan

mengaku banyak lelaki yang menyukainya. Pasien pun berkeyakinan dirinya

merupakan titisan Nyi Roro Kidul. Pasien mengalami gangguan tidur dan

makan.

Pada pemeriksaan status mental pasien, didapatkan mood senang, afek

terbatas, terdapat halusinasi auditorik di mana pasien sering mendengar suara

tunangannya yang berbicara kepada pasien. Selain itu, didapatkan

depersonalisasi berupa pasien merasa wajah dan rambutnya saat ini bukan

merupakan wajah dan rambut aslinya. Terdapat waham kebesaran, di mana

pasien meyakini dirinya adalah titisan Nyi Roro Kidul, dan erotomania berupa

keyakinan pasien disukai oleh banyak pria atas kecantikannya. Pasien merasa

dirinya tidak sakit (tilikan 1).

VI. EVALUASI MULTI AKSIAL

Aksis I

Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status mental

didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu sering mengamuk, pola perilaku

gelisah, mondar-mandir, mendengar suara, dan keyakinan yang salah pada

dirinya. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada pasien dan

keluarga serta terdapat hendaya (disability) pada fungsi psikososial, pekerjaan

dan penggunaan waktu senggang sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien

menderita gangguan jiwa.

Pada pemeriksaan status mental ditemukan hendaya berat dalam menilai

realita berupa waham dan halusinasi sehingga didiagnosis Gangguan Jiwa

Psikotik.

Skizofrenia Paranoid 28

Page 9: Lapsus Psikotik (Skizofrenia Paranoid)

Pada pemeriksaan status internus dan neurologik tidak ditemukan adanya

kelainan, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik dapat

disingkirkan dan didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.

Dari alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental didapatkan

keserasian mood afektif yang inappropriate, gangguan persepsi berupa

halusinasi auditorik yang terus menerus, serta gangguan isi pikir berupa

waham kebesaran dan erotomania dimana perlangsungan gejala-gejala ini

berlangsung sudah lebih dari 1 bulan, sehingga memenuhi diagnosis

Skizofrenia (ICD-10/PPDGJ III: F 20). Pada pasien ini sangat menonjol

halusinasi dan wahamnya, dan tidak didapatkan pembicaraan yang kacau

maupun perilaku yang kacau atau katatonik, sehingga berdasarkan Pedoman

Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III) maupun menurut

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fourth Edition–Text

Revision (DSM IV-TR) diagnosis dapat diarahkan pada Skizofrenia Paranoid

(ICD-10/PPDGJ III: F 20.0; DSM IV-TR: 295.30).

Aksis II

Dari informasi yang didapatkan, belum cukup untuk mengarahkan pasien ke

salah satu ciri kepribadian. .

Aksis III

Dari status internus dan neurologi, sampai saat ini pasien tidak mengalami

gangguan organik

Aksis IV

Stressor psikososial gangguan saat ini adalah ayah pasien menikah lagi dengan

istri keduanya, sedangkan pasien tidak dapat menerima kenyataan tersebut.

Aksis V

GAF Scale saat ini : 50-41, Gejala berat, disabilitas berat.

VII. DAFTAR MASALAH

Organobiologik

Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, tetapi karena terdapat

ketidakseimbangan neurotransmitter maka pasien memerlukan

psikofarmakoterapi.

Psikologik

Skizofrenia Paranoid 29

Page 10: Lapsus Psikotik (Skizofrenia Paranoid)

Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realitas berupa halusinasi dan

waham yang menimbulkan gejala psikis sehingga pasien memerlukan

psikoterapi.

Sosiologik

Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan penggunaan

waktu senggang sehingga perlu dilakukan sosioterapi.

VIII. PROGNOSIS

Faktor pendukung :

- Usia pasien masih muda

- Gambaran klinis adalah simptom positif

- Ada faktor pencetus yang jelas

- Adanya dukungan dari keluarga untuk membantu proses kesembuhan pasien

Faktor penghambat, berupa :

- Onset sudah lama (kurang lebih 16 tahun)

- Adanya riwayat keluarga dengan penyakit yang sama (nenek pasien)

- Pasien belum menikah

- Kesulitan pasien meminum obat karena pasien merasa tidak sakit

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa prognosis pasien

terhadap penyakitnya yaitu dubia (ragu-ragu).

IX. RENCANA TERAPI

A. Psikofarmakoterapi :

Risperidon 2 mg 2 x 1/2

Diazepam 2mg 1x1 (0-0-1)

B. Psikoterapi

Ventilasi :

Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi

hatinya kepada pemeriksa, terkait masalah yang dialaminya.

Suportif :

Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien sehingga dapat

membantu pasien dalam memahami dan cara menghadapi penyakitnya,

Skizofrenia Paranoid 30

Page 11: Lapsus Psikotik (Skizofrenia Paranoid)

manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang mungkin

timbul selama pengobatan, serta memotivasi pasien supaya mau minum

obat secara teratur.

Sosioterapi :

Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien sehingga

bisa menerima keadaan pasien dan memberikan dukungan moral serta

menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membantu proses

penyembuhan dan keteraturan pengobatan.

X. FOLLOW UP

Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya, selain itu

menilai efektivitas dan kemungkinan efek samping.

XI. DISKUSI

Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis yang beragam dan berubah-

ubah dan sangat mengganggu, sebuah kumpulan gejala psikopatologi yang

melibatkan fungsi kognitif, emosi, persepsi, dan aspek perilaku lainnya.

Skizofrenia, yang menyerang kurang lebih 1 persen populasi, biasanya

bermula di bawah usia 25 tahun, berlangsung seumur hidup, dan mengenai

orang dari semua kelas sosial. Meski didiskusikan seolah-olah sebagai suatu

penyakit tunggal, skizofrenia mungkin terdiri dari sekumpulan gangguan

dengan etiologi yang heterogen dan mencakup pasien dengan presentasi klinis,

respons terhadap terapi, dan perjalanan penyakit yang bervariasi. Umumnya

ditandai oleh adanya penyimpangan dari pikiran dan persepsi yang mendasar

dan khas, dan adanya afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran yang

jernih dan kemampuan intelektual biasanya tidak terganggu, walaupun

kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.1,2

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV

edisi Text Revision (DSM IV-TR) diagnosis skizofrenia dapat ditegakkan

dengan Kriteria A yaitu ditemukan dua atau lebih gejala karakteristik berupa

waham, halusinasi, bicara kacau, perilaku yang sangat kacau atau katatonik,

serta gejala negatif, yang masing-masing terjadi dalam porsi waktu yang

signifikan selama periode 1 bulan. Subtipe paranoid dapat ditegakkan apabila

memenuhi kriteria berikut : 1,3

Skizofrenia Paranoid 31

Page 12: Lapsus Psikotik (Skizofrenia Paranoid)

- Preokupasi terhadap satu atau lebih waham, atau halusinasi auditorik yang

sering

- Tidak ada hal berikut yang prominen: bicara kacau, perilaku kacau atau

katatonik, atau afek datar atau tidak sesuai.

Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa

(PPDGJ III), skizofrenia paranoid dapat ditegakkan apabila memenuhi kriteria

umum diagnosis skizofrenia, ditambah dengan : 4,5

- Halusinasi atau waham harus menonjol, berupa suara-suara halusinasi

yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik

tanpa bentuk verbal, atau halusinasi penciuman atau pengecapan rasa atau

bersifat seksual, halusinasi visual mungkin ada namun jarang menonjol;

dan waham dapat berupa hampir setiap jenis tapi waham dikendalikan,

dipengaruhi, passivity, atau kejar adalah yang paling khas.

- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala

katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.

Pasien saat masuk rumah sakit ditemukan mengalami halusinasi

auditorik yaitu mendengar suara tunangannya yang berbicara kepada pasien

dan juga suara banyak orang yang ingin membunuhnya dan dialami terus-

menerus. Terdapat gangguan isi pikir berupa adanya waham kebesaran berupa

pasien yakin dirinya merupakan titisan Nyi Roro Kidul, dan erotomania

berupa pasien yakin dirinya sangat cantik dan banyak laki-laki yang

mengejarnya. Gejala-gejala ini sudah berlangsung lebih dari satu bulan

sehingga diagnosis diarahkan ke skizofrenia paranoid.

Pasien diterima di Unit Gawat Darurat Psikiatri dalam keadaan gelisah

akibat pengaruh waham dan halusinasinya serta sulit tidur, sehingga

diperlukan intervensi cepat dengan pemberian antipsikotik, pasien juga masih

berusia 35 tahun, maka dalam hal ini dipilih antipsikotik generasi kedua yang

potensial tinggi, namun rendah efek samping, yakni risperidon dalam bentuk

oral. Obat antipsikotik generasi kedua (atypical) bekerja dengan memblok

reseptor D2 di jalur mesolimbik dopamin pathways sehingga menurunkan

hiperaktivitas dopamin, selain itu memblok reseptor serotonin (5-HT2A)

terutama di jalur mesokortikal, nigrostriatal, dan tuberoinfundibular, sehingga

efektif untuk gejala positif seperti halusinasi dan waham, namun rendah efek

samping dalam hal penurunan kognitif, gejala ekstrapiramidal, dan

Skizofrenia Paranoid 32

Page 13: Lapsus Psikotik (Skizofrenia Paranoid)

hiperprolaktinemia. Efek primernya (anti-psikotik) baru terlihat dalam 2-4

minggu setelah pemberian pertama kali. Waktu paruhnya antara 10-12 jam.

Pasien baru pertama kali berobat, maka dapat diberikan risperidon dosis 2

mg/hari (2 x1/2 tablet), dengan dosis anjuran 2-6 mg/hari. Selain itu, pasien

juga mengalami kesulitan tidur, maka dapat diberikan diazepam 2 mg 1x1

pada malam hari, diharapkan efek sedasi timbul dalam waktu 1-2 jam setelah

pengobatan.6

Medikasi dengan antipsikotik adalah inti dari pengobatan skizofrenia,

tetapi intervensi psikososial dapat memperkuat perbaikan klinis.

Penatalaksanaan psikososial umumnya lebih efektif pada saat penderita berada

dalam fase kronis. Terapi berorientasi keluarga dapat dilakukan dengan

memberikan penjelasan tentang gangguan yang dialami pasien dan

menciptakan suasana yang baik agar dapat mendukung proses pemulihan

pasien. 1,5

Prognosis pasien ini adalah dubia adinilai dengan melihat faktor-faktor

pendukung dan penghambat penyembuhannya. Faktor pendukung berupa :

- Usia pasien masih muda

- Gambaran klinis adalah simptom positif

- Ada faktor pencetus yang jelas

- Adanya dukungan dari keluarga untuk membantu proses

kesembuhan pasien

Faktor penghambat, berupa :

- Adanya riwayat keluarga dengan penyakit yang sama (nenek

pasien)

- Kesulitan pasien meminum obat karena pasien merasa tidak sakit

Skizofrenia Paranoid 33

Page 14: Lapsus Psikotik (Skizofrenia Paranoid)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJS, Virginia Alcott. Schizophrenia. In: Greb Jea, editor. Kaplan &

Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry,

10th Edition. New York: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.

2. Puri B, Laking, PJ., Treasaden, IH. Textbook of Psychiatry. 2 ed: Churchill-Livingstone; 2005.RI, 1993

3. (APA) APA. Diagnostic and statistical manual of mental disorders, DSM-

IV(4th ed., text revision). Washington, DC: American Psychiatric; 2005.

4. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan

DSM-V. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika-Atma Jaya Jakarta;

2013.

5. Sylvia D. Elvira, Gitayanti Hadisukanto, Skizofrenia dalam Buku Ajar Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010

6. Maslim, R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Ed3. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika-Atma Jaya Jakarta, 2007.

Skizofrenia Paranoid 34

Page 15: Lapsus Psikotik (Skizofrenia Paranoid)

AUTOANAMNESA I (TANGGAL 12 Juni 2015)

Seorang perempuan, wajah sesuai umur, perawakan sedang, kulit sawo matang, rambut

hingga leher, baju warna pink, dan celana warna pink perawatan diri cukup, sikap tubuh biasa

DM : Selamat pagi Bu,

P : Selamat pagi

DM : Perkenalkan ibu, saya tri kurniawan, dokter muda yang bertugas di sini, ibu dengan

siapa namanya?

P : A A

DM : Berapa umurnya Ibu AA?

P : 35 tahun.

DM : Tinggal di mana ibu ?

P : Saya tinggal di selayar

DM : Sama siapa ki tinggal ?

P : Dulunya sama ayahku, sekarang sama ibuku

DM : Apa pekerjaan ta ibu?

P : Tidak bekerja ka, di rumah ja bantu-bantu

DM : Pendidikan terakhir ta apa ibu?

P : Saya D-1 .

DM : Ibu AA, apa ibu tau sekarang ada dimana? Dan siapa yang antar ki kesini?

Y : Ini di rumah sakit Dadi toh, rumah sakit jiwa. Ibu ku yang antarka ke sini.

DM : Kenapa kira-kira Ibu sampai dibawa sama mama ke rumah sakit? Apa ada sakitnya?

Y : saya juga tidak tau dok kenapa saya diantar ke sini. Tidak adaji sakit ku, sehat-sehat

ja. Perasaan ku baik-baik ji

DM : Apa ibu bikin dirumah? mengamukki?

P : Tidak ji dok,

DM : Ah, Masa, keluarga ta bilang mengamuk ki bede?

P : Satu kaliji dok, itu sebelum saya dibawa kesini, karena dikuncikan ka di kamar, itu ji,

pas mauka dibawa ke rumah sakit, dipegang tangan dan kaki ku jadi mengamukka

DM : Kalau yang sebelum-sebelumnya, biasa ki mengamuk?

P : Tidak terlalu dok, jarang sekali ji, sehat-sehat ja ini

DM : Ooh begitu, seringki dengar-dengar suara-suara padahal tidak ada orang bicara di

sekeliling ta?

P : Iye dok, biasa, kayak ada suara lagi menelepon dok ditelingaku

DM : Suaranya siapa itu kita dengar?

P : Suaranya tunangan ku dok,

DM : Apa itu bisikannya kita dengar?

Skizofrenia Paranoid 35

Page 16: Lapsus Psikotik (Skizofrenia Paranoid)

P : Aiih, rahasia dok, intinya Tanya kabar dan bicara-bicara lain juga, kadang juga

tertawa atau sekedar memanggil-manggil

DM : Masih sering kita dengar suara itu? Dan kapan biasanya muncul?

P : Iya biasa, muncul kapan saja, terutama kalau tidak ada saya kerja dok

DM : Di mana mi sekarang tunangan ta?

P : Aih pergi mi dok, tidak tau ke mana, waktu dulu mauka menikah, dia tidak dating-

datang, dia lupaka

DM : Maksudnya ibu? Kenapa tidak datang?

P : Dia kan orang sunda, waktu acara pernikahanku tidak datang ki ke sini

DM : Ooh kalau kita orang apaki?

P : Saya juga orang sunda, campur keturunan Belanda juga

DM : Iiih, kenapa bias orang sunda ki? Na ibuta orang selayar?

P : Tidak dok, itu bukan ibu asli ku, ibu asliku orang Sunda, itu mi saya titisannya Nyi

Roro Kidul.

DM : Wuih, hebatnya itu ibu. Kenapa pade tidak tinggal ki dalam laut? Kenapa adaki di

sini?

P : Ini saya lagi menyamar ji dok jadi manusia, ini bukan wajah dan rambut asli ku.

DM : Ah masa? Tunjukkan bede wajah dan rambut asli ta?

P : Tidak bisadi sini dok, harus pi di rumahku di selayar. Takutka juga nanti banyak yang

terpesona dengan kecantikan ku.

DM : Ooh begitu, kita merasa memang banyak yang sukaki ?

P : Iye dok, banyak. Waktu ku SMA, ada dari Manado, ada juga dari Jawa, ada dari cowo

dari Singapura, dan ada juga artis korea suka ka.

DM : Kenapa bisa kita tau dia sukaki? Dia kejar-kejar ki?

P : Pernah dia bilang sama saya, seringka juga ditelpon, padahal adami suami ku

DM : Iih, saya kira baru ki tunangan ? kenapa adami suami ta?

P : Iya, yang tadi saya cerita itu tunangan ku, kalau suamiku adami

DM : Iih, kenapa keluarga ta bilang belum ki menikah. Di mana pade suami ta sekarang?

P : Dia tidak tau itu keluargaku, lagi sekolah kedokteran ki di Jogja, ilmu penyakit dalam

DM : Ooh dokter juga ? siapa namanya? Bisa saya hubungi?

P : Tidak bisa ki diganggu, jangan mki hubungi

DM : Eh, ibu tauki apa artinya ada udang di balik batu?

P : Iya, itu maksudnya kalau ada orang lakukan sesuatu kebaikan, ada sesuatu balik itu,

ada maunya

DM : Kalau panjang tangan, kita tau apa artinya?

P : Itu orang yang suka ambil milik orang lain

DM : Hmm iya di’..ibu bagaimana perasaan ta sekarang?

Skizofrenia Paranoid 36

Page 17: Lapsus Psikotik (Skizofrenia Paranoid)

P : Baik-baik ji dok, santai ja sekarang (sambil tersenyum)

DM : Mau jki minum obat kalau dikasih kit oh? Minum ki nah..

P : Sebenarnya nda tau kenapa saya minum obat dok, karena baik-baik ji perasaan ku,

tidak sakit ja.

DM : Ooh begitu, ibu. Iya, saya tensi ki pade dulu ibu

DM : Oke ibu, sudah mi dulu di’, istirahat mki,

P : Iye dok

DM : Iya ibu, terima kasih

P : Sama-sama dok.

Skizofrenia Paranoid 37

Page 18: Lapsus Psikotik (Skizofrenia Paranoid)

BAGIAN PSIKIATRIFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN KASUS

SKIZOFRENIA PARANOID

Muhammad FudailC111 11 122

Pembimbing Residen :dr. Balgis

Supervisior:dr.Agus Japari,M.Kes, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2015

BAGIAN PSIKIATRI

Skizofrenia Paranoid 38

Page 19: Lapsus Psikotik (Skizofrenia Paranoid)

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN KASUS

EPISODE DEPRESI BERAT TANPA GEJALA PSIKOTIK

Sri Wahyuni R.C111 11 897

Pembimbing Residen :dr. Balgis

Supervisior:dr.Agus Japari,M.Kes, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2015

Skizofrenia Paranoid 39