Skizofrenia Paranoid (F20.0)

33
Laporan Kasus SKIZOFRENIA PARANOID Oleh : Linda Rusliana Sari NIM I1A006020 Lutfi Indiwiryawan NIM I1A010003 Soraya Febriananda NIM I1A010040 Laila Kurnia Pramono NIM I1A010085

Transcript of Skizofrenia Paranoid (F20.0)

Page 1: Skizofrenia Paranoid (F20.0)

Laporan Kasus

SKIZOFRENIA PARANOID

Oleh :

Linda Rusliana Sari NIM I1A006020

Lutfi Indiwiryawan NIM I1A010003

Soraya Febriananda NIM I1A010040

Laila Kurnia Pramono NIM I1A010085

Pembimbing

dr. Syaiful Fadillah, Sp.KJ

UPF/Lab Ilmu Kedokteran Jiwa

FK Unlam-RSJ SAMBANG LIHUM

Februari, 2014

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK

Page 2: Skizofrenia Paranoid (F20.0)

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Jumrah

Usia : 30 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Tinggiran II Luar Rt.04 Ds. Tinggiran Luar II

Kec. Tamban Kab. Barito Kuala

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Petani

Agama : Islam

Suku : Banjar

Bangsa : Indonesia

Status Perkawinan : Janda

MRS Tanggal : 11 Februari 2014

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

- Alloanamnesa pada tanggal 11 Februari 2014, pukul 16.00 WITA,

diperoleh dari ayah pasien

- Autoanamnesa pada tanggal 11 Februari 2014, pukul 16.30 WITA

A. KELUHAN UTAMA

Mendengar bisikan-bisikan

KELUHAN TAMBAHAN

Melihat bayangan, mengamuk

1

Page 3: Skizofrenia Paranoid (F20.0)

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Alloanamnesis dengan kakak kandung pasien :

Pasien sering mendengar bisikan-bisikan sejak 2 bulan yang lalu.

Bisikan tersebut bersifat negatif seperti menyuruh untuk membunuh

suaminya. Bisikan dirasakan hilang timbul. Pasien tidak mengetahui

darimana dan siapa yang membisikkan itu. Setelah mendengar bisikan itu,

pasien menjadi mengamuk. Pasien mengamuk menghancurkan barang-

barang. Sewaktu mengamuk pasien tidak melukai dirinya sendiri. Pasien

sering termenung dan menangis sendiri tanpa sebab sejak 2 bulan. Ketika

termenung pasien tidak bisa diajak komunikasi. Ketika sudah sadar pasien

bisa diajak komunikasi. Pasien sudah sering bertengkar dengan suaminya

karena masalah ekonomi dan selalu disalahkan oleh suaminya. Pasien

terlibat perkelahian di daerah sunyi dekat persawahan tempat pasien

bekerja bersama suaminya. Menurut pasien, perkelahian tersebut

dilatarbelakangi karena suaminya yang selalu menyalahkan pasien tentang

ekonomi keluarganya. Selama perkelahian berlangsung, pasien mengaku

mendengar suara membisikan untuk membunuh suaminya dengan parang

yang pasien bawa. Bisikan tersebut terus berulang-ulang terdengar di

telinga pasien, dan akhirnya pasien membunuh suaminya dengan cara

dibacok menggunakan parang. Pasien merasa tidak bersalah setelah

membunuh suaminya. Pasien bisa makan dan minum tanpa harus disuruh.

Pasien kurang bergaul dengan lingkungan sekitar. Sejak masih remaja

2

Page 4: Skizofrenia Paranoid (F20.0)

pasien bersikap tertutup. Sebelumnya pasien tidak pernah diperiksakan ke

dokter mengenai keluhannya.

Autoanamnesis :

Pasien datang bersama keluarga dan dikawal oleh polisi, dengan

penampilan cukup terawat dan sedikit lusuh, pasien duduk di depan

pemeriksa dengan tenang. Pasien mengaku mendengar bisikan-bisikan

kurang lebih dua bulan yang lalu. Bisikan tersebut merupakan perintah-

perintah negatif, seperti membunuh suaminya. Pasien mengaku hampir

setiap hari mendengar ada orang yang menyuruh untuk membunuh

suaminya. Pasien curiga bahwa suaminya ingin membunuhnya. Sampai

pada suatu ketika pasien terlibat perkelahian di daerah sepi dekat

persawahan tempat pasien bekerja bersama suaminya. Menurut pasien,

perkelahian tersebut dilatarbelakangi karena suaminya yang selalu

menyalahkan pasien tentang ekonomi keluarganya. Selama perkelahian

berlangsung, pasien mengaku mendengar suara membisikan untuk

membunuh suaminya dengan parang yang pasien bawa. Bisikan tersebut

terus berulang-ulang terdengar di telinga pasien, dan akhirnya pasien

membunuh suaminya dengan cara dibacok menggunakan parang. Sebelum

kejadian tersebut pasien juga melihat bayangan babi dan bayi yang lewat

di dekat sawahnya. Setelah kejadian ini, pasien sempat berurusan dengan

pihak kepolisian. Pasien jadi sering merenung dan menangis sendiri tanpa

3

Page 5: Skizofrenia Paranoid (F20.0)

sebab. Pasien juga pernah mengamuk sampai menghancurkan barang-

barang yang ada didekatnya. Pasien tidak ada bicara meracau.

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

- Tidak pernah kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala

- Tidak pernah ada riwayat demam dengan penurunan kesadaran

- Tidak ada riwayat kejang atau sakit berat lainnya

- Tidak ada riwayat penyalahgunaan obat atau minuman keras

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

1. Riwayat Prenatal

Lahir cukup bulan, spontan, tidak ada kesulitan saat dilahirkan dengan

bantuan bidan kampung di rumah. Lahir langsung menangis. Selama

os dalam kandungan, ibu penderita tidak pernah mengalami masalah

kesehatan yang serius.

2. Riwayat Masa Bayi (0-1 Tahun)

Riwayat tumbuh kembang baik seperti anak seusianya, tidak pernah

kejang atau panas tinggi dan sakit berat.

3. Riwayat masa Kanak-kanak (3-12 tahun)

Riwayat tumbuh kembang selama anak-anak baik. Os termasuk anak

yang pendiam dan tidak terlalu banyak teman.

4. Riwayat Masa Remaja

Os tergolong pendiam, tidak terlalu banyak bicara, tidak terlalu

banyak teman.

4

Page 6: Skizofrenia Paranoid (F20.0)

5. Riwayat Pendidikan

Penderita tidak bersekolah.

6. Riwayat Pekerjaan

Penderita bekerja sebagai petani.

7. Riwayat Perkawinan

Penderita sudah menikah dan memiliki 8 orang anak.

E. RIWAYAT KELUARGA

Genogram:

Keterangan :

Laki-laki :

Perempuan :

Penderita :

Meninggal :

F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG

5

Page 7: Skizofrenia Paranoid (F20.0)

Sebelum kejadian pembunuhan tersebut penderita tinggal dengan

suami dan anaknya. Pasien menjadi jarang bekerja ke sawah. Selama dua

bulan terakhir pasien ditahan oleh polisi.

G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA

Informasi dari pasien bisa digali. Pasien kooperatif dan jawaban

terkadang kurang relevan.

III. STATUS MENTAL

A. DESKRIPSI UMUM

1. Penampilan

Pada saat datang ke IGD Rumah Sakit Sambang Lihum tanggal 11

Februari 2014 seorang perempuan perawakan kecil rambut lurus

pendek berumur 30 tahun, mengenakan celana panjang warna hijau

dengan baju kaos lengan pendek warna coklat dan memakai jaket.

Pasien tampak cukup terawat dan sedikit lusuh.

2. Kesadaran

Komposmentis

3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Hipoaktif

4. Pembicaraan

koheren, kadang tidak relevan.

5. Sikap terhadap Pemeriksa

6

Page 8: Skizofrenia Paranoid (F20.0)

Kooperatif

6. Kontak Psikis

Kontak ada dan wajar. Pasien mau memandang pemeriksa.

B. KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN EKSPRESI AFEKTIF

KESERASIAN SERTA EMPATI

1. Afek (mood) : Euthym

2. Ekspresi afektif : datar

3. Keserasian : sulit dievaluasi

4. Empati : Tidak dapat dirabarasakan

C. FUNGSI KOGNITIF

1. Kesadaran : komposmentis

2. Orientasi

- Waktu : baik

- Tempat : baik

- Orang : baik

3. Konsentrasi : baik

4. Daya Ingat :

Jangka pendek : baik

Jangka panjang : baik

5. Intelegensi dan Pengetahuan Umum :

Sesuai dengan taraf pengetahuan.

7

Page 9: Skizofrenia Paranoid (F20.0)

D. GANGGUAN PERSEPSI

1. Halusinasi :

- Auditorik : penderita merasa adanya bisikan-bisikan yang

menyuruhnya untuk membunuh suaminya.

- Visual : penderita merasa ada melihat bayangan-bayangan

berwarna babi dan bayi

2. Ilusi (-)

3. Depersonalisasi / Derealisasi : tidak ada

E. PROSES PIKIR

1. Arus pikir

a. Produktivitas : tidak baik, tidak spontan terkadang

menjawab dan terkadang tidak.

b. Kontinuitas : kurang relevan

c. Hendaya berbahasa : tidak ada

2. Isi Pikir

a. Preocupasi : tidak ada

b. Gangguan pikiran :

Waham : Tidak ada

F. PENGENDALIAN IMPULS

Tidak dapat mengendalikan impuls

G. DAYA NILAI

1. Daya nilai sosial : tidak baik

2. Uji Daya nilai : tidak baik

8

Page 10: Skizofrenia Paranoid (F20.0)

3. Penilaian Realita : baik, empati (tidak dapat dirabarasakan),

gangguan persepsi (halusinasi auditorik dan visual), isi pikir (tidak

ada waham)

H. TILIKAN

Terganggu derajat 4 = pasien merasa bahwa dirinya sakit dan butuh

bantuan tetapi tidak mengalami memahami penyebab sakitnya.

I. TARAF DAPAT DIPERCAYA

Kurang dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

1. STATUS INTERNUS

Keadaan umum : tampak baik

Gizi : baik

Tanda vital : TD = 120/80

N = 84 x/m

RR = 18 x/m

T = 36,3° C

Kepala:

Mata : palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak ikterik, pupil isokor, refleks cahaya +/+

Telinga : bentuk normal, sekret tidak ada, serumen minimal

Hidung : bentuk normal, tidak ada epistaksis, tidak ada tumor,

kotoran hidung minimal

9

Page 11: Skizofrenia Paranoid (F20.0)

Mulut : bentuk normal dan simetris, mukosa bibir tidak kering dan

tidak pucat, pembengkakan gusi tidak ada dan tidak

mudah berdarah, lidah tidak tremor.

Leher : Pulsasi vena jugularis tidak tampak, tekanan tidak

meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

Thoraks:

Inspeksi : bentuk dan gerak simetris

Palpasi : fremitus raba simetris

Perkusi :

- pulmo : sonor

- cor : batas jantung normal

Auskultasi:

- pulmo : vesikuler

- cor : S1S2 tunggal

Abdomen :

Inspeksi : Simetris

Palpasi : Tidak nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi: bising usus (+) tidak meningkat

Ekstemitas : pergerakan bebas, tonus baik, tidak ada edema dan atropi,

tremor (-)

10

Page 12: Skizofrenia Paranoid (F20.0)

2. STATUS NEUROLOGIKUS

N I – XII : Tidak ada kelainan

Gejala rangsang meningeal : Tidak ada

Gejala TIK meningkat : Tidak ada

Refleks Fisiologis : Normal

Refleks patologis : Tidak ada

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Alloanamnesa :

Sejak 2 bulan ini, pasien sering mendengar bisikan untuk membunuh

suaminya.

Pasien sering bertengkar dengan suaminya karena masalah ekonomi.

Pasien curiga bahwa suaminya ingin membunuhnya.

Pasien membunuh suaminya 2 bulan yang lalu karena bertengkar dan

mendengar bisikan untuk membunuh suaminya.

Dalam 2 bulan ini pasien sering berdiam diri.

Pasien tidak pernah periksa ke dokter.

Tidak terdapat riwayat kelainan jiwa dalam keluarga.

Autoanamnesa:

Perilaku dan aktifitas psikomotor : hypoaktif

Kontak psikis : ada, wajar

Afek : hypothym

Ekspresi afektif : datar

Empati : tidak dapat dirabarasakan

11

Page 13: Skizofrenia Paranoid (F20.0)

Halusinasi : ada, visual dan auditorik

Isi pikir : waham (+)

Depersonalisasi : tidak ada

Preokupasi : tidak ada

Penilaian realita : baik

Tilikan : derajat 4

Taraf dapat dipercaya : kurang dapat dipercaya

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL

1. AKSIS I : Skizofrenia paranoid (F 20.0)

2. AKSIS II : None

3. AKSIS III : None

4. AKSIS IV : Masalah rumah tangga

5. AKSIS V : GAF scale 70-61 (beberapa gejala ringan dan

menetap, disabilitas ringan dalam fungsi secara umum

masih baik)

VII. DAFTAR MASALAH

1. ORGANOBIOLOGIK

Status interna dan neurologis dalam batas normal

2. PSIKOLOGIK

Perilaku dan aktivitas psikomotor hipoaktif, ekspresi afektif datar,

kontak ada dan wajar, empati tidak dapat dirabarasakan, ada halusinasi

visual dan auditorik, taraf kurang dapat dipercaya dan tilikan derajat 4.

12

Page 14: Skizofrenia Paranoid (F20.0)

3. SOSIAL/KELUARGA

Pasien pendiam, kurang bergaul dan tertutup.

VIII. PROGNOSIS

Diagnosa penyakit : dubia ad malam (Skizofrenia Paranoid)

Perjalanan penyakit : dubia ad bonam (akut)

Ciri kepribadian : dubia ad malam (paranoid)

Stressor psikososial : dubia ad malam (masalah keluarga)

Riwayat Herediter : dubia ad bonam

Usia saat menderita : dubia ad bonam (31 tahun)

Pola keluarga : dubia ad bonam

Pendidikan : dubia ad malam (tidak sekolah)

Aktivitas pekerjaan : dubia ad malam

Perkawinan : dubia ad malam (sering bertengkar)

Ekonomi : dubia ad malam

Lingkungan sosial : dubia ad malam

Organobiologik : dubia ad bonam

Pengobatan psikiatrik : dubia ad malam (belum pernah dirawat)

Ketaatan berobat : dubia ad bonam

Kesimpulan : Dubia ad malam

IX. RENCANA TERAPI

Medika mentosa :

13

Page 15: Skizofrenia Paranoid (F20.0)

Chlorpromazine 3 x 50 mg tablet

HLP 3 x 5 mg tablet

THP 3 x 2 mg tablet

Lorazepam 1 x 1 mg tablet

Psikoterapi : Psikoterapi suportif terhadap penderita dan keluarga

Rehabilitasi : sesuai bakat dan minat penderita

Usul pemeriksaan penunjang:

- Laboratorium darah

- Tes psikologi

X. DISKUSI

Skizofrenia merupakan suatu sindrom dengan variasi penyebab (banyak

belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis atau

‘deteriorating’) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada

perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial-budaya. Pada umumnya ditandai

oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi,

serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (bluntet). Kesadaran

yang jernih (clear conciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap

terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.

Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan status mental, penderita ini

di diagnosa sebagai skizofrenia (F 20). Hal ini sesuai dengan kriteria diagnostik

dari PPDGJ II dan III.

Dalam diagnosa skizofrenia, harus ada sedikitnya satu gejala yang sangat jelas

diantara gejala-gejala berikut (1,2):

14

Page 16: Skizofrenia Paranoid (F20.0)

a. - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema

dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya

sama, namun kualitasnya berbeda ; atau

- “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke

dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh

sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan

- “thought broadcasting”= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang

lain atau umum mengetahuinya; 

b. - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar; atau

- “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas

merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan,

atau penginderaan khusus);

- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau

mukjizat;  Halusinasi auditorik

Waham-waham menetap jenis lainnya.

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini :

Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja

Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan

Perilaku katatonik

Gejala-gejala “negatif”.

15

Page 17: Skizofrenia Paranoid (F20.0)

Adanya gejala tersebut berlangsung lebih dari 1 bulan, dan harus ada

perubahan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa prilaku pribadi

(personal behavior).

Pedoman diagnosis secara umum untuk skizofrenia pada penderita ini

telah terpenuhi yaitu terdapatnya halusinasi auditorik yang seringkali datang

dalam berbagai bentuk baik suara manusia maupun suara orang sedang melakukan

aktivitas tertentu. Gejala-gejala negatif juga terdapat pada penderita berupa bicara

yang jarang, respon emosional yang tumpul, penarikan diri dari pergaulan sosial

dan menurunnya kinerja sosial. Gejala-gejala tersebut telah berlangsung selama

kurang lebih 2 bulan yang lalu.

Pengelompokan tipe skizofrenia itu dapat dilihat dari gejala yang paling

menonjol (dominan) disamping gejala umum yang mendasari skizofrenia itu

sendiri, misalnya pada skizofrenia hebefrenik gejala yang menonjol adalah

perilaku kekanak-kanakan, pada skizofrenia katatonik gejala yang menonjol

adalah kekakuan motorik (otot alat gerak), pada skizofrenia paranoid gejala yang

menonjol adalah waham dan pada skizofrenia residual yang menonjol adalah

gejala “negatif”.

Secara spesifik, penderita ini digolongkan dalam skizofrenia paranoid (F

20.2) karena pada autoanamnesa didapatkan perilaku paranoid pada penderita,

yaitu pasien curiga bahwa suaminya ingin membunuhnya, dan mendengar bisikan

supaya membunuh suaminya.

Diagnosis banding pada kasus ini adalah skizofrenia katatonik, disini

terutama karena penderita kadang mengamuk. Namun gejala-gejala tersebut tidak

16

Page 18: Skizofrenia Paranoid (F20.0)

menonjol dibandingkan dengan gejala paranoidnya sehingga diagnosis skizofrenia

katatonik dapat disingkirkan.

Perjalanan gangguan jiwa pada pasien ini dapat dilihat pada Longitudinal

History berikut :

aktif

prodormal

2013 Desember 2013

Prognosis untuk penderita ini adalah dubia ad malam, hal ini dilihat dari diagnosa,

perjalanan penyakit, riwayat keturunan, ciri kepribadian, pendidikan, ekonomi,

dan kepatuhan terhadap pengobatan.

Ganguan jiwa skizofrenia adalah salah satu penyakit yang cenderung

berlanjut (kronis, menahun). Oleh karenanya terapi pada skizofrenia memerlukan

waktu relatif lama berbulan bahkan bertahun, Hal ini dimaksudkan untuk

menekan sekecil mungkin kekambuhan (relapse). Terapi yang dimaksud meliputi

terapi dengan obat-obatan anti Skizofrenia (psikofarmaka), psikoterapi, terapi

psikososial, dan terapi psikorelegius (3).

Tujuan umum pengobatan adalah mengurangi keparahan gejala kegilaan,

mencegah kekambuhan dari masa timbulnya gejala dan hal-hal yang berkaitan

17

Page 19: Skizofrenia Paranoid (F20.0)

dengan kemunduran fungsi, dan memberikan dukungan untuk mencapai taraf

hidup yang terbaik. Obat antipsikosis, aktivitas rehabilitasi dan komunitas

pendukung, dan psikoterapi adalah tiga komponen utama dalam pengobatan (4).

Terapi yang direncanakan untuk pasien ini adalah psikotropika yaitu

chlorpromazine, haloperidol dan trihexyphenidyl, lodomer, dan merlopam.

Chlorpromazine dengan dosis 3 x 50 mg digunakan sebagai antipsikosis dengan

efek sekunder berupa sedasi kuat, untuk mengatasi gelisah dan susah tidur. Efek

primer obat ini memerlukan waktu 2-3 minggu untuk bekerja optimal.

Haloperidol diberikan dengan dosis 3 x 5 mg untuk menghilangkan gejala

psikotik berupa halusinasi dan waham. Trihexyphenidyl 3 x 2 mg untuk mengatasi

adanya efek samping dari pemberian obat antipsikosis yaitu sindrom parkinson

seperti tremor, bradikinesia, dan rigiditas. Lorazepam 1 x 1 mg digunakan sebagai

anti-anxietas untuk mengatasi rasa cemas yang dirasakan pasien.

Mekanisme kerja obat antipsikosis adalah memblokade Dopamine pada

reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem

ekstrapiramidal. Obat antipsikotik kuat seperti Haloperidol, sering menyebabkan

gejala ekstrapiramidal seperti sindroma Parkinson (berupa gemetar, badan kaku

seperti robot, hipersalivasi) dan gejala ekstrapiramidal lainnya, untuk mengatasi

hal ini, digunakan obat Trihexipenidil 3 x 2 mg tablet (4).

Sindrom Parkinson terdiri dari tremor, bradikinesia, rigiditas. Efek

samping ini ada yang cepat dan ditolerir oleh pasien, ada yang lambat, dan ada

yang sampai membutuhkan obat simptomatis untuk meringankan penderitaan

pasien. Bila terjadi sindrom Parkinson maka penatalaksanaannya: hentikan obat

18

Page 20: Skizofrenia Paranoid (F20.0)

anti psikosis atau bila obat antipsikosis masih diperlukan diberikan trihexipenidil

3x2 mg/hari p.o. atau sulfas atropin 0,5 – 0,75 mg IM. Apabila sindrom Parkinson

sudah terkendali diusahakan penurunan dosis secara bertahap, untuk menentukan

apakah masih dibutuhkan penggunaan obat antiparkinson (5).

Efek samping obat antipsikosis salah satunya hepatotoksis maka perlu

dilakukan pemeriksaan laboratorium rutin dam kimia darah terutama untuk

memeriksa fungsi hati (SGOT, SGPT) dapat juga dari pemeriksaan fisik, tanda

ikterik, palpasi hepar. Pada pasien ini tidak didapatkan tanda-tanda hepatotoksik

dari pemeriksaan fisik (6).

Selain itu dilakukan psikoterapi berupa terapi keluarga dan masyarakat

agar bisa menerima keadaan penderita dengan tidak menimbulkan stressor-

stressor baru, melainkan dapat menciptakan suasana yang kondusif untuk

kesembuhan penderita. Psikoterapi dan rehabilitasi merupakan penatalaksanaan

gangguan jiwa lanjutan yang sudah tenang bertujuan untuk menguatkan daya

tahan mental, mempertahankan kontrol diri dn mengembalikan keseimbangan

adaptatif. Psikoterapi ataupun rehabilitasi pada penderita ini sebaiknya ditunjang

dengan pemeriksaan psikologi terlebih dahulu, sehingga bisa dipilih metode yang

cocok untuk menunjang kesembuhan penderita.

Rehabilitasi sesuai dengan minat dan bakat pada penderita yang diambil

berdasarkan hasil pemeriksaan psikologis. Dengan terapi ini diharapkan penderita

dapat kembali ke masyarakat.

Peran keluarga dan masyarakat sangat penting dalam membantu

kesembuhan pasien. Karena disini jelas terdapat hubungan yang kurang baik

19

Page 21: Skizofrenia Paranoid (F20.0)

dengan salah satu keluarga yang jika terjadi kembali dapat menjadi suatu pemicu

kekambuhan penyakit pasien.

20

Page 22: Skizofrenia Paranoid (F20.0)

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III. Jakarta : PT Nuh Jaya, 2001

2. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press, 2009.

3. Made wirnata. Skizofrenia.2009.

4. Rambisa A. Skizofrenia Paranoid. Www.google.com. Diakses tanggal 12 Februari 2014.

5. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Jakarta: PT Nuh Jaya, 2007.

6. Indriani R. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Badan POM RI: Jakarta, 2008.

21