Psikotik Akut, Skizofrenia, Skizoafektif, Dan gangguan waham
Embed Size (px)
description
Transcript of Psikotik Akut, Skizofrenia, Skizoafektif, Dan gangguan waham

PSIKOTIK AKUT, SKIZOFRENIA, SKIZOAFEKTIF, DAN GANGGUAN WAHAM
Oleh:
KANIA ANINDITA BUSTAM
0818011071
Preceptor:
dr. Tendry Septa, SP.KJ

PSIKOTIK AKUT
DEFINISI: Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai
dengan ketidakmampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh
Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu gangguan kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai <1 bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid

ETIOLOGI: Masih belum diketahui Dapat dipengaruhi oleh gangguan
kepribadian, stress berat, dan genetik

MANIFESTASI KLINIK
Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu
1. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
3. Kebingungan atau disorientasi4. Perubahan perilaku

DIAGNOSIS
GEJALA PASTI PSIKOTIK: Halusinasi Waham Agitasi Pembicaraan aneh atau kacau Keadaan emosional yang labil dan
ekstrim

Menurut DSM IV, dikatakan psikotik akut bila:
Gejala psikotik yang berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang satu bulan dan yang tidak disertai dengan: suatu gangguan mood gangguan berhubungan dengan zat atau suatu gangguan psikotik karena
kondisi medis umum.

KRITERIA PSIKOTIK AKUT MENURUT PPDGJ III (F.23):
Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang diberikan untuk ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini, yaitu : Onset yang akut Adanya sindrom yang khas Adanya stres akut yang berkaitan Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan
berlangsung

Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria episode manik atau episode depresif, walaupun perubahan emosional dan gejala-gejala afektif individual dapat menonjol dari waktu ke waktu.
Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis, delirium dan demensia. Tidak merupakan intoksikasi akibat penggunaan alkohol atau obat-obatan.

PENATALAKSANAAN
EDUKASI MEDIK
Obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik, seperti: Haloperidol 2-5 mg 1-3 x sehari Chlorpromazine 100-200 mg 1-3 x sehari Diberikan sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah
gejala hilang Obat antiansietas untuk mengendalikan
agitasi akut lorazepam 1-2 mg 1-3 x sehari

SKIZOFRENIA
DEFINISI: Berasal dari bahasa Yunani, “schizein” yang
berarti “terpisah” atau “pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”
Menurut PPDGJ IIIskizofrenia adalah deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak terlalu bersifat kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya

ETIOLOGI
Penyebab pasti skizofrenia belum diketahui
Adapun beberapa faktor etiologi yang mendasari terjadinya skizofrenia, antara lain: Genetik Endokrin Metabolisme Susunan saraf pusat

PENEYBAB SKIZOFRENIA SECARA TEORI PSIKOGENIK:
Teori Adolf Meyerskizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah atau merupakan suatu maladaptasi. Sehingga, timbul suatu disorganisasi kepribadian dan lama-kelamaan orang itu menjauhkan diri dari kenyataan (otisme)

Teori Sigmund FreudPada skizofrenia terdapat:
Kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik.
Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yang berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme.
Kehilangan kapasitas untuk pemindahan (“tranference”) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin.

Eugen Bleuler (1857-1938) Bleuler membagi gejala-gejala skizofrenia menjadi
dua kelompok: Gejala-gejala primer:
Gangguan asosiasi Gangguan afek autisme ambivalens
Gejala-gejala sekunder: Waham Halusinasi Gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain.

KRITERIA DIAGNOSTIK MENURUT PPDGJ III (F.20) :
1. Salah satu dari: “thought echo” “thought insertion or withdrawal” “thought broadcasting”
2. Salah satu dari: “delusion of control” “delusion of influence” “delusion of passivity” “delusional perception”

3. Halusinasi auditorik4. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang
menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil
5. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja
6. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
7. Perilaku katatonik, seperti gaduh-gelisah8. Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis,
bicara yang jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar

KLASIFIKASI SKIZOFRENIA
MENURUT PPDGJ III (F.20): F 20.0 Skizofrenia Paranoid F 20.1 Skizofrenia Hebefrenik F 20.2 Skizofrenia Katatonik F 20.3 Skizofrenia Tak Terinci F 20.4 Depresi Pasca Skizofrenia F 20. 5 Skizofrenia Residual F 20.6 Skizofrenia Simpleks F 20. 8 Skizofrenia Lainnya F 20. 9 Skizofrenia YTT

PENATALAKSANAAN
Medikamentosa gejala negatif lebih menonjol dari gejala
positif pilihannya adalah obat anti psikosis atipikal
bila gejala positif lebih menonjol dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah anti psikosis tipikal
Non-medikamentosaTerapi elektro-konvulsi (TEK)

SKIZOAFEKTIF
Gangguan skizoafektif memiliki ciri baik skizofrenia dan gangguan afektif (gangguan mood)
Prevalensi seumur hidup dari gangguan skizoafektif <1 persen, dimana wanita lebih tinggi daripada pria

MAANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala kinis gangguan skizoafektif adalah termasuk semua tanda dan gejala skizofrenia, episode manic, dan gangguan depresif
Gejala skizofrenik dan gangguan mood dapat ditemukan bersama-sama atau dalam cara yang bergantian

KRITERIA DIAGNOSTIK
BERDASARKAN PPDGJ III (F 25) Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-
gejala definitive adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif.
Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.
Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia).

KLASIFIKASI SKIZOAFEKTIF: F25.0 Gangguan skizoafektif tipe manic F 25.1 Skizoafektif tipe depresif F25.2 Gangguan Skizoafektif Tipe
Campuran F25.8 Gangguan Skizoafektif Lainnya F25.9 Gangguan Skizoafektif YTT

PENATALAKSANAAN
Terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah perawatan di rumah sakit, medikasi, dan intervensi psikososial
Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe bipolar, harus mendapatkan percobaan lithium, carbamazepine (Tegretol), valporate (Depakene), atau suatu kombinasi obat-obat tersebut jika satu obat saja tidak efektif
Skizoafektif tipe depresif, harus diberikan percobaan antidepresan dan terapi Elektrokonvulsan (ACT)

GANGGUAN WAHAM
DEFINISI: Waham merupakan suatu keyakinan atau
pikiran yang salah karena bertentangan dengan kenyataan (dunia realitas), serta dibangun atas unsur-unsur yang tak berdasarkan logika
Kaplan dan Sadock (1998) :waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat dibuktikan dalam kenyataan

JENIS-JENIS WAHAM
Waham agama Waham kebesaran Waham somatic Waham curiga Waham nihilistic Waham bizar

FASE-FASE WAHAM
1. Lack of Selfesteen2. Control Internal Eksternal3. Environment support4. Fisik Comforting5. Fase Improving

GEJALA WAHAM
Menurut Kaplan dan Sadock (1997), kondisi klien yang mengalami waham adalah:a. Status mental
1. Pada pemeriksaan status mental, menunjukan hasil yang sangat normal, kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas
2. Mood klien konsisten dengan isi wahamnya3. Pada waham curiga, didapatkan perilaku pencuriga4. Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang
peningkatan identitas diri, mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal
5. Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya kualitas depresi ringan
6. Klien dengan waham, tidak memiliki halusinasi yang menonjol/ menetap, kecuali pada klien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa klien kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.

b. Sensori dan kognisi1. Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam
orientasi, kecuali yang memiliki waham spesifik tentang waktu, tempat dan situasi
2. Daya ingat dan proses kognitif klien adalah intak (utuh)
3. Klien waham hampir selalu memiliki insight (daya titik diri) yang jelek
4. Klien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya. Keputusan terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi klien adalah dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang dan yang direncanakan.

KRITERIA DIAGNOSTIK
BERDASARKAN PPDGJ III (F 22): Waham-waham merupakan satu-satunya ciri khas klinis atau
gejala yang paling mencolok. Waham-waham tersebut (baik tunggal maupun sebagai suatu system waham) harus sudah ada sedikitnya 3 bulan lamanya, dan harus bersifat khas pribadi (personal) dan bukan budaya setempat.
Gejala-gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif yang lengkap mungkin terjadi secara intermitten, dengan syarat bahwa waham-waham tersebut menetap pada saat-saat tidak terdapat gangguan afektif itu.
Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang
saja ada dan bersifat sementara Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham
dikendalikan, siaran pikiran, penumpulan afek, dsb)

PENATALAKSANAAN
MEDIKAMENTOSA Anti Psikotik Anti Depresan Anti Ansietas
NON-MEDIKAMENTOSA Psikoterapi

DAFTAR PUSTAKA
Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, DSM-IV, Published by The American Psychiatric Association, Washington DC. 1994
Maramis, W.E. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Erlangga University Press. Surabaya 2005.
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia, III, PPDGJ-III, Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pelayanan Medik, 2003.
Saddock BJ, Saddock VA. Schizophrenia In:Kaplan & Saddock’s Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10th ed. New York: Lippicontt Williams & Wilkins. 2007

TERIMA KASIH