Proposal Novi 2

44
JUDUL : PENGARUH PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU (PSDSK) TERHADAP PENINGKATAN POPULASI TERNAK PADA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU A. Latar belakang Sub sektor peternakan memiliki peranan penting dalam kehidupan dan pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Peranan ini dapat dilihat dari fungsi produk peternakan sebagai penyedia protein hewani yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia. Oleh karenanya tidak mengherankan bila produk-produk peternakan disebut sebagai bahan pembangun dalam kehidupan ini. Peningkatan kesejahteraan masyarakat akan diikuti dengan peningkatan konsumsi produk-produk peternakan, yang dengan demikian maka turut menggerakkan perekonomian pada sub sektor peternakan. 1

description

gohojo

Transcript of Proposal Novi 2

Page 1: Proposal Novi 2

JUDUL : PENGARUH PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI

DAN KERBAU (PSDSK) TERHADAP PENINGKATAN

POPULASI TERNAK PADA DINAS PETERNAKAN DAN

PERIKANAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU

A. Latar belakang

Sub sektor peternakan memiliki peranan penting dalam kehidupan

dan pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Peranan ini dapat dilihat

dari fungsi produk peternakan sebagai penyedia protein hewani yang

penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia. Oleh

karenanya tidak mengherankan bila produk-produk peternakan disebut

sebagai bahan pembangun dalam kehidupan ini.

Peningkatan kesejahteraan masyarakat akan diikuti dengan

peningkatan konsumsi produk-produk peternakan, yang dengan demikian

maka turut menggerakkan perekonomian pada sub sektor peternakan.

Namun kenyataannya menunjukkan bahwa konsumsi produk

peternakan masyarakat Indonesia relatif rendah. Perkembangan dan

manajemen ternak hewan nampaknya masih kurang dan belum

menggunakan sistem manajemen terbuka. Padahal dewasa ini, persaingan

dan pertarungan ketat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sangat

ketat. Untuk memenangkan pertarungan ini maka dibutuhkan manusia-

1

Page 2: Proposal Novi 2

manusia cerdas dan kuat. Hal ini bisa dipenuhi dengan konsumsi protein

hewani yang memadai.

Salah satu program pemerintah untuk meningkatkan produksi dan

konsumsi produk peternakan khususnya daging adalah program

swasembada daging nasional tahun 2014 yang merupakan tindak lanjut dari

program Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang dicanangkan

pada pertengahan tahun 2005.

Tabel 1 : Program Pendukung Peningkatan Populasi pada Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Indragiri Hulu

NO. TahunJenis Program

Jumlah Ternak

Inseminasi Buatan

Penguatan Betina Produktif

1 2007 8400 - 84002 2008 8200 - 82003 2009 8150 - 81504 2010 8121 1600 97215 2011 8087 1600 9687

Sumber : Statisitik Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Indragiri Hulu

Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa Jumlah ternak dari

tahun ke tahun terus meningkat, dimana pada tahun 2007 jumlah ternak

berjumlah 8400,. Sedangkan pada tahun 2008 jumlah ternak menngkat

menjadi 8200, , dan berikutnya pada tahun 2009 jumlah ternak juga

meningkat menjadi 8150,. Pada tahun 2010 populasi ternak kembali

meningkat menjadi sebesar 9721, , dan terakhir pada tahun 2011 jumlah

ternak berjumlah 9687.dari data tersebut dapat kita simpulkan bahwa

program inseminasi buatan dan penguatan betina produktif sangat

membantu dalam peningkatan populasi.

2

Page 3: Proposal Novi 2

Terdapat kontroversi mengapa impor sapi dan daging menjadi salah

satu jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan daging dalam negeri untuk

jangka pendek. Kebijakan tersebut diambil agar tidak terjadi pemotongan

sapi dalam negeri yang menjurus kepada pengurasan induk ternak. Pada saat

yang bersamaan harus juga didorong pengembangan peternakan sapi secara

intensif dan terprogram.

Selanjutnya pelarangan pemotongan betina produktif merupakan

langkah yang efektif untuk menjaga /mengontrol populasi sapi dalam

negeri. Menekan pemotongan betina produktif dilakukan dari berbagai jalur,

mulai dari jalur tatniaga sapi potong hingga di tempat-tempat pemotongan

hewan. Salah satu kelemahan kita adalah bahwa pemotongan ternak tidak

dilakukan di tempat pemotongan yang semestinya, yaitu di Rumah Potong

Hewan (RPH). Pemotongan yang tidak dilakukan di RPH menyebabkan

pengawasan menjadi kurang intensif sehingga tidak ada jaminan bahwa

ternak sapi yang dipotong bukan betina produktif.

Hal lain yang juga strategis adalah perbaikan performans mencakup

perbaikan pakan, bibit dan pemeliharaan. Untuk menunjang ini diperlukan

penyediaan tenaga teknis dan ahli dalam bidang ternak sapi potong. Peran

Dinas Peternakan dan lembaga pendidikan terkait sangat dibutuhkan.

Dengan adanya perbaikan ketiga hal ini maka percepatan pertambahan

populasi ternak melalui percepatan umur beranak pertama dan

memperpendek jarak antar kelahiran akan terpenuhi secara nyata.

3

Page 4: Proposal Novi 2

Strategi yang perlu dikembangkan untuk mendukung swasembada

daging nasional adalah meningkatkan penawaran melalui peningkatan

kualitas dan daya saing. Strategi tersebut dilaksanakan dengan tiga

pendekatan yakni pendekatan sosial ekonomi, pendekatan teknis, dan

pendekatan institusi.

Untuk mempercepat pertumbuhan industri peternakan sangat

dibutuhkan input yang sangat besar dari pemerintah, yakni pengalokasian

dana yang efektif dan sesuai kebutuhan, pengembangan teknologi tepat

guna sesuai tuntutan kondisi wilayah, peningkatan kualitas sumber daya

manusia, pengembangan paket perkreditan dari lembaga-lembaga keuangan,

kebijakan rantai pemasaran dan pengolahan untuk meningkatkan proses

peniongkatan nilai tambah.

Tabel 1 : Jumlah Populasi dan Pemotongan ternak yang ada pada Kantor Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Indragiri Hulu

No. Tahun Populasi ternakRealisasi

Pemotongan ternak

Persentase (%)

1 2007 20.750 3412 16,442 2008 24.686 3760 15,233 2009 36.253 4103 11,324 2010 37.490 4537 12,105 2011 38.418 4786 12,46

Sumber : Statistik Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Indragiri Hulu

Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa Peningkatan

populasi ternak dari tahun ke tahun terus meningkat, dimana pada tahun

2007 Populasi ternak berjumlah 20.750, dan realisai pemotongan ternak

hanya 3412 dengan persentase sebesar 16,44%. Sedangkan pada tahun 2008

populasi ternak menngkat menjadi 24.686, sedangkan realisasinya juga

4

Page 5: Proposal Novi 2

meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 3760 dengan persentase sebesar

15,23%, dan berikutnya pada tahun 2009 populasi ternak juga meningkat

menjadi 36.253, dengan realisasi pemotongan ternak sebanyak 4103 dengan

persentase 11,32%. Pada tahun 2010 populasi ternak kembali meningkat

menjadi sebesar 37.490, dengan realisasi pemotongan ternak sebesar 4537

dengan persentase sebesar 12,10%, dan terakhir pada tahun 2011 populasi

ternak berjumlah 38.418, dengan realisasi pemotongan ternak sebanyak

4786 dengan tingkat persentase sebesar 12,46%.

Dari data tersebut di atas dapat kita simpulkan bahwa konsumsi

daging oleh masyarakat di Kabupaten Indragiri Hulu masih sangat kurang

dari target yang ada. Hal ini bisa disebabkan dari pendapatan masyarakat

yang rata-rata dari golongan menengah ke bawah.

Peningkatan populasi ternak sangat strategis karena berdampak

langsung pada perekonomian rakyat mengingat ternak sapi mempunyai

tingkat penawaran yang cukup besar untuk pasar regional dan nasional.

Usaha ternak sapi potong menjadi penarik dan pendorong kegiatan ekonomi

lainnya yang meliputi tenaga kerja, perdagangan dan jasa, serta industri

pengolahan diantaranya tenaga kerja, industri pupuk organik dan jasa

perdagangan dan transportasi. Usaha ternak sapi dapat mendorong

percepatan pembangunan ekonomi karena perannya yang dominan dalam

peningkatan kontribusi sektor peternakan serta sumber pemenuhan

kebutuhan utama daging di daerah.

5

Page 6: Proposal Novi 2

Peningkatan populasi ternak secara umum harus diimbangi dengan

penyediaan dan pemberian pakan yang memadai baik dalam kuantitas,

kualitas maupun kontinuitas. Pakan ruminansia umumnya terdiri dari

hijauan dan konsentrat. Semakin sempitnya lahan pertanian sebagai akibat

pesatnya perkembangan pembangunan pemukiman dan industri,

menyebabkan ketersediaan lahan untuk tanaman hijauan pakan secara

otomatis semakin berkurang. Di sisi lain ketersediaan bahan baku pakan

penyusun konsentrat bersaing dengan kebutuhan untuk pangan.

Konsekuensinya produktivitas ternak, khususnya ternak ruminansia belum

optimal.

B. Perumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis membuat

perumusan masalah Apakah ada pengaruh antara program swasembada

daging sapi dan kerbau (PSDSK) terhadap peningkatan populasi ternak pada

Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Indragiri hulu.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui adakah pengaruh antara program swasembada

daging sapi dan kerbau (PSDSK) terhadap peningkatan populasi

6

Page 7: Proposal Novi 2

ternak pada Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Indragiri

hulu.

b. Manfaat Penelitian

1. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah penulis peroleh

selama perkuliahan, khusunya dalam disiplin ilmu ekonomi jurusan

Manajemen.

2. Untuk memberikan masukan - masukan kepada peneliti - peneliti

berikutnya, dengan maksud melakukan penelitian ini selanjutnya.

3. Sebagai suatu sumbangan pemikiran dalam pemecahan masalah

merealisasikan program swasembada daging sapi dan kerbau (psdsk)

untuk bahan untuk bahan pertimbangan bagi Kepala Kantor Dinas

Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Indragiri hulu.

D. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini, secara garis besar disusun dalam enam pokok

pembahasan yang dibagi dalam bab – bab sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

7

Page 8: Proposal Novi 2

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta

sistematika penulisan.

8

Page 9: Proposal Novi 2

BAB II : TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESA

Bab ini menguraikan telaah pustaka yang menyangkut

masalah teori – teori sebagai landasan penulisan, dan

hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari

penelitian yang dilaksanakan.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi lokasi penelitian, jenis dan sumber data,

teknik pengumpulan data, serta analisis data yang

digunakan.

BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini akan membahas masalah sejarah ringkas

perusahaan, struktur organisasi, dan aktifitas perusahaan.

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas Tentang program swasembada

daging sapi dan kerbau (psdsk) pada Kantor Dinas

Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Indragiri hulu.

9

Page 10: Proposal Novi 2

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab akhir yang akan memuat

kesimpulan dari penelitian yang dilakukan, serta saran –

saran bagi pihak manajemen perusahaan.

10

Page 11: Proposal Novi 2

II. TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Program Swasembada Daging

Swasembada daging adalah kemampuan kita menyediakan daging sapi dalam negeri sebesar 90-95 persen dari total kebutuhan daging dalam negeri. Swasembada daging merupakan bagian dari upaya mewujudkan ketahanan pangan hewani asal ternak berbasis sumber daya domestik (Kementerian Pertanian, 2009).  

Peran daging sapi memenuhi kebutuhan protein hewani bagi

masyarakat Indonesia dapat diabaikan, karena pada hakikatnya ketahanan

pangan hewani suatu negara terutama adalah kesanggupannya untuk

menghasilkan produk hewani di dalam negeri demi memenuhi kebutuhan gizi

berupa protein hewani bagi masyarakat.

FAO menetapkan kebutuhan protein (nabati dan hewani) bagi orang

dewasa adalah 1 mg protein/kg dan 15 persen harus berasal dari protein hewani

serta 10 persen berasal dari ternak berupa daging, susu dan telur, serta dari

hasil perikanan sejumlah 5 persen.

Menurut data tahun 2009 produksi daging Indonesia mencapai 2,18 juta

ton, dengan rincian: daging sapi  0,405 juta ton  (18,6 persen), daging unggas

ayam buras 0,345 juta ton (15,8 persen), ayam broiler 1,017 juta ton (46,7

persen), babi 0,22 juta ton (10,1 persen), kambing, domba dan kerbau  0,214

juta ton atau  9,8 persen.  

Patut kita pahami dari data itu peranan daging sapi dalam perbaikan

gizi masyarakat hanya 18,6 persen dari total produksi daging di Indonesia.

Kalau dilihat polanya, konsumsi daging sapi melonjak hanya pada hari-hari

besar keagamaan tertentu.

11

Page 12: Proposal Novi 2

Konsumsi  protein hewani  dari  daging sapi setiap hari hanya 50 persen

dari produksi daging atau hanya 9,3 persen dari konsumsi daging

Indonesia (Statistik Peternakan, 2009). 

Di samping itu, harga daging sapi jauh lebih mahal daripada daging ayam,

apalagi bila dibandingkan sumber protein hewani murah yaitu telur. Daging sapi

sebagian terbesar dikonsumsi masyarakat kelas menengah, sedangkan bagi

masyarakat biasa yang dikonsumsi adalah jeroannya!  Menurut penulis, perbaikan

gizi masyarakat melalui swasembada daging sapi tidak ada relevan. Diperkirakan

pola swasembada daging yang baru akan mengubah pola kepemilikan ternak sapi

di Indonesia, di mana peternak tetap akan menjadi buruh bukan pemilik, sebab

semua sarana prasarana sudah disediakan.

Swasembada daging diperkirakan akan membesarkan perusahaan-

perusahaan sektor peternakan sapi mulai dari penyediaan bibit (bakalan),

penyediaan  pakan, sampai kepada sarjana masuk desa untuk membantu peternak.

Swasembada daging sapi akan menguntungkan para  pengusaha

pembibitan yang memiliki induk bibit siap kawin dikembangkan melalui sistem

kemitraan yang diamanatkan oleh UU No 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan

Kesehatan Hewaninya.

Dengan mengandalkan pabrik pakan ternak sebagai  sumber pakan  dan

pengusaha bibit sebagai sumber bibit, serta adanya sarjana masuk desa

mengintroduksi ekonomi peternakan sapi potong, maka konsep village breeding

yang dikumandangkan melalui sentra insiminasi buatan dan bukan kawin alam

sebagai basis village breeding hanya akan menjadi kenangan belaka.

12

Page 13: Proposal Novi 2

Swasembada daging sapi menghidupkan usaha peternakan bibit yang baru,

dengan modal pertama adalah sapi bibit bakalan yang diimpor. Dengan demikian,

swasembada itu akan mendiskreditkan usaha peternakan rakyat. 

Pertanian sub sektor peternakan memiliki peranan penting dalam

kehidupan dan pembangunan sumberdaya manusia Indonesia.  Oleh karena itu

ruang lingkup sub sector peternakan terutama terutama dalam upaya mencapai

produksi swasembada daging dengan melihat sejauh mana pencapain hasil yang

telah dilakukan pada tahun-tahun belakangan ini.

Pertanian sub sektor peternakan di antaranya :

1.      Peternakan jenis hewan menyusui seperti sapi, kerbau, kambing domba, kuda,

babi.

2.      Peternakan hewan jenis unggas seperti itik, ayam potong, dan lain sebagainya.

Swasembada pangan dideskripsikan sebagai kemampuan untuk

menyediakan beragam pangan secara mandiri, dengan jumlah yang mencukupi

kebutuhan untuk konsumsi menurut norma gizi, tersedia merata setiap waktu dan

terjangkau oleh semua lapisan, dengan ’’mengutamakan kemampuan produksi

dalam negeri”.

Ada tiga pengertian mengenai swasembada yaitu swasembada absolut,

swasembada pada garis tren, dan swasembada dalam pengertian kemampuan

ekonomi suatu daerah/negara untuk melakukan impor pangan dari penerimaan

ekspornya. Dari ketiga macam swasembada tersebut perlu ditetapkan yang cocok

untuk dilakukan sesuai dengan kemampuan lokal (dalam negeri). Komoditas beras

13

Page 14: Proposal Novi 2

contohnya, dapat diprogramkan menjadi swasembada absolut. Ada beberapa

alasan untuk itu yaitu

1. adanya bibit unggul padi yang cocok terhadap kondisi dan iklim di

Indonesia,

2. tersedianya lahan baik pembukaan baru maupun lahan jadi dengan

intensifikasi, dan

3. pernah berpengalaman swasembada. Komoditas lain perlu ditetapkan

dengan pertimbangan pertimbangan yang serupa.

Salah satu pengukur tingkat kesejahteraan suatu negara adalah dari

tingkat konsumsi daging seperti dapat kita lihat Indeks taraf pembangunan dari

negara-negara maju di bawah ini :

1. Tingkat harapan hidup pada waktu lahir

2. Konsumsi protein hewan per kapita

3. Persentase anak-anak yang belajar di sekolah-sekolah dasar dan

menengah

4. Persentase anak-anak yang belajar di sekolah kejuruan

5. Jumlah surat kabar

6. Jumlah telefon

7. Jumlah radio

8. Jumlah penduduk di kota-kota yang mempunyai 20.000 penduduk

atau lebih

9. Persentase laki-laki dewasa di sektor pertanian

14

Page 15: Proposal Novi 2

10. Persentase tenaga kerja yang bekerja di sektor listrik, gas. Air,

kesehatan, pengangkutan dan komunikasi.

11. Persentase tenaga kerja yang bekerja makan gaji

12. Persentase Produk Domestik Bruto yang berasal dari industri-industri

pengolahan

13. Konsumsi energi per kapita

14. Konsumsi listrik per kapita

15. Konsumsi baja per Kapita

16. Nilai per kapita perdagangan luar negeri

17. Produksi pertanian rata-rata dari pekerja laki-laki di sektor pertanian

18. Pendapatan per Kapita Produk Nasional Bruto

Dalam menjalankan program swasembada daging, kita juga harus

memperhatikan tingkat pertumbuhan ekonomi pada masyarakat itu sendiri.

Proses pembangunan ekonomi dapat dibedakan 5 tahap yaitu (Sukirno,

2008 : 101) :

1. Masyarakat tradisionil

2. Prasyarat untuk lepas landas

3. Lepas landas

4. Gerakan ke arah kedewasaan

5. Masa konsumsi tinggi

15

Page 16: Proposal Novi 2

Pertumbuhan ekonomi tercipta sebagai akibat dari timbulnya perubahan

yang fundamentil bukan saja dalam corak kegiatan ekonomi tetapi juga

dalam kehidupan politik dan hubungan sosial dalam suatu masyarakat.

(Sukirno, 2008 : 102)

Dalam membedakan proses pembangunan ekonomi menjadi kelima

tahap seperti yang dinyatakan di atas, digolongkan berdasarkan kepada ciri-ciri

perubahan keadaan ekonomi, politik, dan sosial yang berlaku.

Pembangunan ekonomi atau transformasi suatu masyarakat tradisionil

menjadi suatu masyarakat modern merupakan suatu proses yang berdimensi

banyak. Pembangunan ekonomi bukan saja berarti perubahan dalam struktur

ekonomi suatu negara yang menyebabkan peranan sektor pertanian menurun dan

peranan kegiatan industri meningkat.

Pembangunan ekonomi berarti suatu proses yang menyebabkan antara

lain (Sukirno, 2008 : 102) :

1. Perubahan orientasi organisasi ekonomi, politik dan sosial yang

pada mulanya mengarah ke dalam suatu daerah menjadi

berorientasi ke luar

2. Perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam

keluarga, yaitu dari menginginkan banyak anak menjadi membatasi

jumlah keluarga

3. Perubahan dalam kegiatan penanaman modal masyarakat dari

penanaman modal yang tidak produktif – seperti membeli rumah,

emas dan sebagainya – menjadi penanaman modal yang produktif

16

Page 17: Proposal Novi 2

4. Perubahan cara masyarakat dalam menentukan kedudukan

seseorang dalam masyarakat dari ditentukan oleh kedudukan

keluarga atau sukubangsanya menjadi ditentukan olehkesanggupan

melaksanakan pekerjaannya

5. Perubahan dalam pandangan masyarakat yang pada mulanya

berkeyakinan bahwa kehidupan manusia ditentukan oleh keadaan

alam sekitarnya dan selanjutnya berpandangan bahwa manusia

harus memanipulasi keadaan alam sekitarnya untuk menciptakan

kemajuan.

B. Populasi Ternak.

            Dengan meningkatnya tekanan populasi dunia dan perlunya meningkatkan

standar hidup menyebabkan produksi dagimg yang lebih banyak dan lebih baik,

dan presevasi lebih efektif. Oleh karena itu umtuk mempercepat evolusi hewan

yang mempunyai proporsi tubuh paling dikehendaki oleh konsumen daging

Populasi berarti semua orang yang bertempat tinggal pada suatu tempat.

Dalam ekosistem, yang dimaaksud populasi adalah semua individu sejenis

yang menempati suatu daerah tertantu. Suatu organisme disebut sejenis

apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut (Wikipedia, 2003) :

Menempati daerah atau habitat yang sama;

Mempunyai persamaan morfologi, anatomi, dan fisiologi;

Mampu menghasilkan keturunan yang fertil, yaitu keturunan yang mampu

berkembang biak secara kawin.

17

Page 18: Proposal Novi 2

Sebagai contoh, pada suatu lahan seluas 200 meter persegi terdapat 800

batang jagung, 500 ekor belalang, 50 ekor jangkrik, 10 ekor burung, dan 3 batang

taanaman turi. Berdasarkan data tersebut maka di dalam lahan atau daerah

tersebut terdapat beberapa populasi, yaitu populasi jagung, populasi belalang,

populasi jangkrik, populasi burung, dan populasi turi.

Kalau kita membahas populasi, ada beberapa karakteristik yang khas yang

tidak dimiliki oleh individu, yakni kepadatan populasi, perubahan kepadatan,

natalitas, dan mortalitas.

1. Kepadatan populasi

Kepadatan populasi adalah hubungan antara jumlah individu dan satuan

luas atau volume ruaang yang ditempati pada waktu tertentu. Misalnya,

pada tahun 1990 kelurahan Cakung di Jakarta yaang luasnya 3 km2 dihuni

100.000 orang, 3.000 ekor kambing, dan 6.000 ekor ayam. Berdasarkan

angka tersebut kepadatan penduduk kelurahan Cakung pada taahun 1990

adalah 100.000 orang/3 km2 = 33.333 orang per km2. Artinya, setiap lahan

seluas 1 km2 rata-rata ditempati 33.333 orang. Kepadatan populasi

kambing adalah 1.000/km2 dan kepadatan populasi ayam adalah

2.000/km2.

2. Perubahan kepadatan populasi

Populasi organisme pada suatu daerah tidaj akan tetap dari waktu ke waktu

berikutnya. Jika jumlaah populasi suatu jenis berubah, kepadatan

populasinya juga akan berubah. Ada dua hal yang mempengaruhi

perubahan kepadatan populasi organisme pada suatu daerah.

18

Page 19: Proposal Novi 2

Adanya individu yang datang, yaitu individu yang lahir dan yang

datang dari tempat lain atau imigrasi.

Adanya individu yang pergi, yaitu individu yang mati daan yang pergi

pindah ke tampat lain atau emigrasi.

Apabila luas suatu daerah tetap dan jumlahnya individu yang datang lebih

besar daripada yang pergi maka kepadatan populasi akan mengecil. Pada suatu

daerah yang tersedia cukup ruang dan makanan akan cenderung mendorong

bertambahnya jumlah individu. Hal itu akan meningkatkan jumlah populasi

sekaligus meningkatkan kepadatan populasi. Meningkatnya jumlah populasi

organisme pada suatu daerah akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan

populasi. Pertumbuhan populasi akan terus berlangsung selama lingkungan

mampu menunjang kehidupan. Apabila populasi sudah mencapai titik maksimum

atau melebihi daya dukung lingkungan akan menurun.

Kecepatan pertumbuhan populasi pada dasarnya bergantung pada rasio

antara natalitas dengan mortalitas. Apabila natalitas lebih besar dari pada

mortalitas, pertumbuhan populasinya meningkat. Apabila natalitas lebih kecil dari

pada mortalitas, pertumbuhan populasinya menurun.

3. Natalitas

Natalitas atau angka kelahiran adalah angka yang menunjukkan jumlah

individu baru yang menyebabkan populasi bertambah per satuan waktu.

Dengan demikan, meningkatnya natalitas merupakan faktor pendorong

meningkatnya pertumbuhan populasi.

19

Page 20: Proposal Novi 2

4. Mortalitas

Mortalitas atau angka kematian adalah angka yang menunjukkan jumlah

pengurangan individu per satuan waktu.

Terjadinya kematian merupakan salah satu faktor utama yang mengontrol

ukuran suatu populasi. Populasi organisme pada suatu ekosistem senantiasa

mengalami perubahan. Perubahan tersebut ada yang tampak jelas dan ada pula

yang tidak jelas. Pada ekosistem darat, ada beberapa faktor yang mempengaruhi

perubahan populasi, di antaranya adalah perubahan suhu, kelembapan, dan curah

hujan.

Perubahan suhu

Setiap organisme hanya dapat hidup dengan baik pada suhu tertentu.

Apabila suhu lingkungannya berubah lebih tinggi atau lebih rendah

dari pada suhu yang diperlukan, akan menimbulkan gangguan

kehidupan organisme tersebut. Hal itu terbukti dengan adanya migrasi

hewan yang hidup pada daerah yang mengalami pergantian iklim,

yaitu di daerah subtropis.

Kadar air tanah dan curah hujan

Tidak ada satu pun jenis makhluk hidup yang tidak memerlukan air

untuk aktivitas kehidupannya. Oleh karena itu, perubahan kadar air

dalam tanah akan mempengaruhi peri kehidupan tumbuhan dan

organisme lain yang hidup di atasnya.

Hal itu dapat kita perhatikan pada alam sekitar kita, yaitu pada musim

kemarau dan musim hujan. Pada musim kemarau daun-daun pohon berguguran

20

Page 21: Proposal Novi 2

dan rumput-rumput mati. Pada musim hujan daun-daun pohon tumbuh subur dan

rerumputan pun tampak menghijau. Perubahan populasi tumbuhan tersebut

akibatnya juga akan berpengaruh pada perikehidupan serta populasi hewan yang

ada di tempat tersebut.

Ternak adalah hewan yang dengan sengaja dipelihara sebagai sumber pangan, sumber bahan baku industri, atau sebagai pembantu pekerjaan manusia. Usaha pemeliharaan ternak disebut sebagai peternakan (atau perikanan, untuk kelompok hewan tertentu) dan merupakan bagian dari kegiatan pertanian secara umum. (Rukmana, 2005 :13).

Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan

hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.

(Rukmana, 2005 : 13).

Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara

dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan

peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip

manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara

optimal.

Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu

peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan kuda, sedang kelompok kedua

yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci dll.

Manajemen pemeliharaan ternak diperkenalkan sebagai upaya untuk dapat

memberikan keuntungan yang optimal bagi pemilik peternakan. Dalam

manajemen pemeliharaan ternak dipelajari, antara lain : Seleksi Bibit, Pakan,

Kandang, Sistem Perkawinan, Kesehatan Hewan, Tata Laksana Pemeliharaan dan

Pemasaran. Pakan yang berkualitas baik atau mengandung gizi yang cukup akan

21

Page 22: Proposal Novi 2

berpengaruh baik terhadap yaitu tumbuh sehat, cepat gemuk, berkembangbiak

dengan baik, jumlah ternak yang mati atau sakit akan berkurang, serta jumlah

anak yang lahir dan hidup sampai disapih meningkat. Singkatnya, pakan dapat

menentukan kualitas ternak. Selain itu berdasarkan penelitian, hasil dari kualitas

pupuk dari ternak potong dengan ternak perah berbeda. Ternak yang diberi

makanan bermutu (seperti ternak perah)akan menghasilkan pupuk yang

berkualitas baik, sebaliknya ternak yang makanannya kurang baik juga akan

menghasilkan pupuk yang kualitasnya rendah.

Peningkatan populasi ternak secara umum harus diimbangi dengan

penyediaan dan pemberian pakan yang memadai baik dalam kuantitas, kualitas

maupun kontinuitas. Pakan ruminansia umumnya terdiri dari hijauan dan

konsentrat. Semakin sempitnya lahan pertanian sebagai akibat pesatnya

perkembangan pembangunan pemukiman dan industri, menyebabkan ketersediaan

lahan untuk tanaman hijauan pakan secara otomatis semakin berkurang. Di sisi

lain ketersediaan bahan baku pakan penyusun konsentrat bersaing dengan

kebutuhan untuk pangan. Konsekuensinya produktivitas ternak, khususnya ternak

ruminansia belum optimal.

Produk samping yang dimaksud adalah produk samping dari pemotongan

ayam seperti bulu dan juga dari pengolahan udang seperti limbah udang. Karena

diketahui bahwa kedua hasil samping ini masih mempunyai kandungan nutrisi

yang bahkan lebih baik dari hasil samping pertanian dan agroindustri lainnya

Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah di atas adalah upaya

pemanfaatan berbagai macam produk samping pertanian dan agroindustri. Namun

22

Page 23: Proposal Novi 2

demikian bermacam produk samping pertanian mempunyai kualitas yang cukup

rendah. Oleh karena itu, jika ransum ternak tersusun hanya berasal dari produk

samping pertanian, produktivitas ternak yang mengkonsumsi ransum tersebut

menjadi rendah. Hal ini disebabkan kebutuhan ternak akan nutrien tidak terpenuhi

Sebagai solusinya, untuk dapat memenuhi kebutuhan ternak akan nutrien agar

dapat berproduksi secara optimal, pakan ekstra atau tambahan perlu diberikan.

Beberapa produk samping pertanian dan agroindustri tertentu diketahui

mengandung nutrien yang cukup tinggi, serta belum dimanfaatkan secara optimal

sebagai bahan baku pakan. Hal ini disebabkan, selain kurangnya informasi

ketersediaan dan manfaat produk tersebut, juga disebabkan produk tersebut

memiliki nilai biologis yang rendah.

Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya

penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dan penting artinya bagi

kehidupan masyarakat. Seekor atau kelmpok ternak sapi bisa menghasilkan

berbagai macam kebutuhan, terutama bahan makanan berupa daging, disamping

hasil ikutan lainnya sperti pupuk kandang, kulit dan tulang.

Daging sangat besar gunanya bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani.

Sapi sebagai salah satu ternak pemakan rumput sangat berperan sebagai

pengumpul bahan bergizi rendah yang diubah menjadi bahan bergizi tinggi,

kemudian diteruskan kepada manusia dalam bentuk daging. Konsumsi protein

hewani yang sangat rendah pada anak anak prasekolah dapat menyebabkan anak-

anak yang berbakat normal menjadi subnormal. Oleh karena itu, protein hewani

sangat menunjang kecerdasan, disamping diperlukan untuk daya tahan tubuh.

23

Page 24: Proposal Novi 2

Pemenuhan kebutuhan protein hewani dari daging ini, kita khususnya

peternak perlu meningkatkan produksi daging.

Prospek beternak sapi potong di Indonesia masih terbuka lebar. Hal ini

disebabkan oleh permintaan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat.

Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan taraf ekonomi dan kesadaran akan

kebutuhan gizi masyarakat. Selain itu, pertambahan penduduk menyebabkan

kebutuhan menyebabkan

Kebutuhan akan daging semakin meningkat. Sebaliknya dari pihak

produsen atau peternak semakin kewalahan dalam menyuplai untuk memenuhi

permintaan daging sapi di pasaran. Arus oermintaan daging sapi ini sebenarnya

sudah cukup lama dihadapi para peternak. Oleh karena peternak sendiri

mengalami banyak kendala sehingga merka belum mampu mengembangkan dan

meningkatkan populasi ternak sapi potong untuk mengimbangi permintaan pasar.

Berbagai kendala tersebut umumnya mereka kesulitan untuk mendapatkan areal

untuk penyediaan hijauan yang memadai, dan beberapa unsur pakan penguat

masih bersaing dengan manusia. Disamping itu tidak sedikit lokasi peternakan

yang letaknya dekat pemukiman padat penduduk, sehingga pada saat muncul

rencana pengembangan, peternak sulit melaksanakan.

Faktor genetik ternak menentukan kemampuan yang dimiliki oleh seekor ternak sedang faktor lingkungan memberi kesempatan kepada ternak untukmenampilkan kemampuannya. Ditegaskan pula bahwa seekor ternak tidak akan menunjukkan penampilan yang baik apabila tidak didukung oleh lingkungan yang baik dimana ternak hidup atau dipelihara, sebaliknya lingkungan yang baik tidak menjamin penampilan apabila ternak tidak memiliki mutu genetik yang baik. (Santosa, 2001 : 34)

24

Page 25: Proposal Novi 2

Pada umumnya masyarakat lebih menyukai daging sapi dibanding daging

ternak lainnya (kambing, domba, kerbau), sapi merupakan salah satu sumber

budaya masyarakat, misalnya sebagai ternak qurban, sebagai ternak karapan (di

Madura), sebagai ukuran penentu tingkat kesejahteraan sosial manusia dalam

masyarakat, sapi sebagai bentuk tabungan masyarakat yang mudah dijual apabila

terdesak membutuhkan uang yang cepat, kotoran sapi apabila diolah dapat

dimanfaatkan sebagai pupuk dan bahan bakar alternatif (biogas), usaha ternak sapi

juga membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat membuka lapangan kerja yang

dapat menghidupi banyak keluarga.

C. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil suatu hipotesis bahwa diduga ada

Pengaruh yang Signifikan antara program swasembada daging sapi dan kerbau

(psdsk) terhadap peningkatan populasi ternak pada Dinas Peternakan Dan

Perikanan Kabupaten Indragiri hulu.

D. Variabel penelitian

- Program Swasembada daging sapi dan kerbau (psdsk) (x)

- peningkatan populasi ternak (Y)

25

Page 26: Proposal Novi 2

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kantor , Dinas Peternakan Dan Perikanan

Kabupaten Indragiri hulu, Kantor ini terletak di Jalan Indragiri, Pematang Reba.

B. Populasi dan Sampel

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan pada

Kantor Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Indragiri Hulu sebanyak 79

orang. Penelitian dilakukan dengan menjadikan semua populasi menjadi sampel

sebanyak 79 orang, Dengan Menggunakan Metode Sensus.

C. Jenis dan sumber data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

* Data Primer : Data yang diperoleh dari responden langsung, seperti data

hasil tanya jawab dengan Pimpinan dan karyawan Kantor Dinas

Peternakan dan Perikanan Kabupaten Indragiri Hulu.

*. Data sekunder : Data yang diperoleh dari Instansi terkait seperti Jumlah

Karyawan, Struktur Organisasi, dan data terkait.

26

Page 27: Proposal Novi 2

D. Teknik Pengumpulan Data

a. Questionery : yaitu pengumpulan data dengan menyusun daftar

pertanyaan yang digunakan kepada responden

b. Interview : yaitu pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab

langsung dengan responden guna melengkapi hasil

questionery.

E. Analisis Data

Dalam penelitian ini setelah data penulis kumpulkan, kemudian penulis

kelompokkan atau spesifikasikan data-data tersebut, selanjutnya satu persatu

dianalisa dengan menggunakan data kuantitatif untuk mengetahui apakah ada

hubungan antara Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (psdsk) terhadap

peningkatan populasi ternak pada Kantor Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Indragiri Hulu.

Adapun rumus yang digunakan adalah analisa regresi sederhana, dengan

rumus sebagai berikut :

Y = a + bx

Dimana :

Y = Peningkatan popolasi Ternak

a = Konstanta

b = Koefisien Regresi

x = Program swasembada daging

27

Page 28: Proposal Novi 2

RENCANA DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI ………………………………………………………………………

KATA PENGANTAR……………………………………………………………...

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………….

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah …………………………………..

B. Perumusan Masalah ………………………………………

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………

D. Sistematika Penulisan …………………………………….

BAB II : TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Program swasembada daging ……………………………

B. Peningkatan populasi ……………………………………

C. Hipotesis …………………………………………………

D. Variabel Penelitian ………………………………………

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian ………………………………………

B. Populasi dan Sampel ………………………………….

C. Jenis dan Sumber data …………………………………

D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………

E. Analisis Data ………………………………………….

BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah singkat Perusahaan ……………………………

B. Peranan Organisasi ……………………………………

C. Lokasi Perusahaan …………………………………….

D. Struktur Organisasi ……………………………………

28

Page 29: Proposal Novi 2

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Program swasembada daging ….……………………….

B. Peningkatan populasi … ……………………………….

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan …………………………………………….

B. Saran ……………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………...

DAFTAR QUISIONER ……………………………………………………………

BIOGRAFI PENULIS ……………………………………………………………..

29

Page 30: Proposal Novi 2

DAFTAR PUSTAKA

Arifin Bustanul, 2001, Pengelolaan Sumber Daya Alam Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta

Hasnudi, 2007, Pengelolaan Ternak Sapi Pedaging, Penerbit FP-USU, Medan

Kementerian Pertanian, 2009, Swasembada daging, Jakarta

Murtijo, BA, 2000, Beternak Sapi Potong, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Rukmana R. 2005. Budi Daya Rumput Unggul, Hijauan Makanan Ternak, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Santosa, U, 2001, Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta

Saragih, , 2000, Membangun Sistem Agribisnis. Penerbit Departemen Pertanian, Jakarta

Setiadi, 2002, Beternak Sapi Daging dan Masalahnya, Penerbit Aneka Ilmu, Semarang

Soetrisno, 2002, Kapita Selekta Ekonomi Indonesia, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta

Subri Mulyadi, 2003, Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, jakarta.

Sugeng, 2002, Sapi Potong, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta

Sukirno Sadono, 2008, Ekonomi Pembangunan, Penerbit Bima Grafika, Jakarta.

Wikipedia Indonesia, 2003, Populasi Ternak, Jakarta

30