Proposal Novi 2
-
Upload
ericka-yuniawi -
Category
Documents
-
view
64 -
download
0
Embed Size (px)
description
Transcript of Proposal Novi 2

JUDUL : PENGARUH PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI
DAN KERBAU (PSDSK) TERHADAP PENINGKATAN
POPULASI TERNAK PADA DINAS PETERNAKAN DAN
PERIKANAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU
A. Latar belakang
Sub sektor peternakan memiliki peranan penting dalam kehidupan
dan pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Peranan ini dapat dilihat
dari fungsi produk peternakan sebagai penyedia protein hewani yang
penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia. Oleh
karenanya tidak mengherankan bila produk-produk peternakan disebut
sebagai bahan pembangun dalam kehidupan ini.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat akan diikuti dengan
peningkatan konsumsi produk-produk peternakan, yang dengan demikian
maka turut menggerakkan perekonomian pada sub sektor peternakan.
Namun kenyataannya menunjukkan bahwa konsumsi produk
peternakan masyarakat Indonesia relatif rendah. Perkembangan dan
manajemen ternak hewan nampaknya masih kurang dan belum
menggunakan sistem manajemen terbuka. Padahal dewasa ini, persaingan
dan pertarungan ketat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sangat
ketat. Untuk memenangkan pertarungan ini maka dibutuhkan manusia-
1

manusia cerdas dan kuat. Hal ini bisa dipenuhi dengan konsumsi protein
hewani yang memadai.
Salah satu program pemerintah untuk meningkatkan produksi dan
konsumsi produk peternakan khususnya daging adalah program
swasembada daging nasional tahun 2014 yang merupakan tindak lanjut dari
program Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang dicanangkan
pada pertengahan tahun 2005.
Tabel 1 : Program Pendukung Peningkatan Populasi pada Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Indragiri Hulu
NO. TahunJenis Program
Jumlah Ternak
Inseminasi Buatan
Penguatan Betina Produktif
1 2007 8400 - 84002 2008 8200 - 82003 2009 8150 - 81504 2010 8121 1600 97215 2011 8087 1600 9687
Sumber : Statisitik Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Indragiri Hulu
Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa Jumlah ternak dari
tahun ke tahun terus meningkat, dimana pada tahun 2007 jumlah ternak
berjumlah 8400,. Sedangkan pada tahun 2008 jumlah ternak menngkat
menjadi 8200, , dan berikutnya pada tahun 2009 jumlah ternak juga
meningkat menjadi 8150,. Pada tahun 2010 populasi ternak kembali
meningkat menjadi sebesar 9721, , dan terakhir pada tahun 2011 jumlah
ternak berjumlah 9687.dari data tersebut dapat kita simpulkan bahwa
program inseminasi buatan dan penguatan betina produktif sangat
membantu dalam peningkatan populasi.
2

Terdapat kontroversi mengapa impor sapi dan daging menjadi salah
satu jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan daging dalam negeri untuk
jangka pendek. Kebijakan tersebut diambil agar tidak terjadi pemotongan
sapi dalam negeri yang menjurus kepada pengurasan induk ternak. Pada saat
yang bersamaan harus juga didorong pengembangan peternakan sapi secara
intensif dan terprogram.
Selanjutnya pelarangan pemotongan betina produktif merupakan
langkah yang efektif untuk menjaga /mengontrol populasi sapi dalam
negeri. Menekan pemotongan betina produktif dilakukan dari berbagai jalur,
mulai dari jalur tatniaga sapi potong hingga di tempat-tempat pemotongan
hewan. Salah satu kelemahan kita adalah bahwa pemotongan ternak tidak
dilakukan di tempat pemotongan yang semestinya, yaitu di Rumah Potong
Hewan (RPH). Pemotongan yang tidak dilakukan di RPH menyebabkan
pengawasan menjadi kurang intensif sehingga tidak ada jaminan bahwa
ternak sapi yang dipotong bukan betina produktif.
Hal lain yang juga strategis adalah perbaikan performans mencakup
perbaikan pakan, bibit dan pemeliharaan. Untuk menunjang ini diperlukan
penyediaan tenaga teknis dan ahli dalam bidang ternak sapi potong. Peran
Dinas Peternakan dan lembaga pendidikan terkait sangat dibutuhkan.
Dengan adanya perbaikan ketiga hal ini maka percepatan pertambahan
populasi ternak melalui percepatan umur beranak pertama dan
memperpendek jarak antar kelahiran akan terpenuhi secara nyata.
3

Strategi yang perlu dikembangkan untuk mendukung swasembada
daging nasional adalah meningkatkan penawaran melalui peningkatan
kualitas dan daya saing. Strategi tersebut dilaksanakan dengan tiga
pendekatan yakni pendekatan sosial ekonomi, pendekatan teknis, dan
pendekatan institusi.
Untuk mempercepat pertumbuhan industri peternakan sangat
dibutuhkan input yang sangat besar dari pemerintah, yakni pengalokasian
dana yang efektif dan sesuai kebutuhan, pengembangan teknologi tepat
guna sesuai tuntutan kondisi wilayah, peningkatan kualitas sumber daya
manusia, pengembangan paket perkreditan dari lembaga-lembaga keuangan,
kebijakan rantai pemasaran dan pengolahan untuk meningkatkan proses
peniongkatan nilai tambah.
Tabel 1 : Jumlah Populasi dan Pemotongan ternak yang ada pada Kantor Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Indragiri Hulu
No. Tahun Populasi ternakRealisasi
Pemotongan ternak
Persentase (%)
1 2007 20.750 3412 16,442 2008 24.686 3760 15,233 2009 36.253 4103 11,324 2010 37.490 4537 12,105 2011 38.418 4786 12,46
Sumber : Statistik Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Indragiri Hulu
Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa Peningkatan
populasi ternak dari tahun ke tahun terus meningkat, dimana pada tahun
2007 Populasi ternak berjumlah 20.750, dan realisai pemotongan ternak
hanya 3412 dengan persentase sebesar 16,44%. Sedangkan pada tahun 2008
populasi ternak menngkat menjadi 24.686, sedangkan realisasinya juga
4

meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 3760 dengan persentase sebesar
15,23%, dan berikutnya pada tahun 2009 populasi ternak juga meningkat
menjadi 36.253, dengan realisasi pemotongan ternak sebanyak 4103 dengan
persentase 11,32%. Pada tahun 2010 populasi ternak kembali meningkat
menjadi sebesar 37.490, dengan realisasi pemotongan ternak sebesar 4537
dengan persentase sebesar 12,10%, dan terakhir pada tahun 2011 populasi
ternak berjumlah 38.418, dengan realisasi pemotongan ternak sebanyak
4786 dengan tingkat persentase sebesar 12,46%.
Dari data tersebut di atas dapat kita simpulkan bahwa konsumsi
daging oleh masyarakat di Kabupaten Indragiri Hulu masih sangat kurang
dari target yang ada. Hal ini bisa disebabkan dari pendapatan masyarakat
yang rata-rata dari golongan menengah ke bawah.
Peningkatan populasi ternak sangat strategis karena berdampak
langsung pada perekonomian rakyat mengingat ternak sapi mempunyai
tingkat penawaran yang cukup besar untuk pasar regional dan nasional.
Usaha ternak sapi potong menjadi penarik dan pendorong kegiatan ekonomi
lainnya yang meliputi tenaga kerja, perdagangan dan jasa, serta industri
pengolahan diantaranya tenaga kerja, industri pupuk organik dan jasa
perdagangan dan transportasi. Usaha ternak sapi dapat mendorong
percepatan pembangunan ekonomi karena perannya yang dominan dalam
peningkatan kontribusi sektor peternakan serta sumber pemenuhan
kebutuhan utama daging di daerah.
5

Peningkatan populasi ternak secara umum harus diimbangi dengan
penyediaan dan pemberian pakan yang memadai baik dalam kuantitas,
kualitas maupun kontinuitas. Pakan ruminansia umumnya terdiri dari
hijauan dan konsentrat. Semakin sempitnya lahan pertanian sebagai akibat
pesatnya perkembangan pembangunan pemukiman dan industri,
menyebabkan ketersediaan lahan untuk tanaman hijauan pakan secara
otomatis semakin berkurang. Di sisi lain ketersediaan bahan baku pakan
penyusun konsentrat bersaing dengan kebutuhan untuk pangan.
Konsekuensinya produktivitas ternak, khususnya ternak ruminansia belum
optimal.
B. Perumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis membuat
perumusan masalah Apakah ada pengaruh antara program swasembada
daging sapi dan kerbau (PSDSK) terhadap peningkatan populasi ternak pada
Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Indragiri hulu.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui adakah pengaruh antara program swasembada
daging sapi dan kerbau (PSDSK) terhadap peningkatan populasi
6

ternak pada Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Indragiri
hulu.
b. Manfaat Penelitian
1. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah penulis peroleh
selama perkuliahan, khusunya dalam disiplin ilmu ekonomi jurusan
Manajemen.
2. Untuk memberikan masukan - masukan kepada peneliti - peneliti
berikutnya, dengan maksud melakukan penelitian ini selanjutnya.
3. Sebagai suatu sumbangan pemikiran dalam pemecahan masalah
merealisasikan program swasembada daging sapi dan kerbau (psdsk)
untuk bahan untuk bahan pertimbangan bagi Kepala Kantor Dinas
Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Indragiri hulu.
D. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini, secara garis besar disusun dalam enam pokok
pembahasan yang dibagi dalam bab – bab sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
7

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta
sistematika penulisan.
8

BAB II : TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESA
Bab ini menguraikan telaah pustaka yang menyangkut
masalah teori – teori sebagai landasan penulisan, dan
hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari
penelitian yang dilaksanakan.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi lokasi penelitian, jenis dan sumber data,
teknik pengumpulan data, serta analisis data yang
digunakan.
BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini akan membahas masalah sejarah ringkas
perusahaan, struktur organisasi, dan aktifitas perusahaan.
BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas Tentang program swasembada
daging sapi dan kerbau (psdsk) pada Kantor Dinas
Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Indragiri hulu.
9

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab akhir yang akan memuat
kesimpulan dari penelitian yang dilakukan, serta saran –
saran bagi pihak manajemen perusahaan.
10

II. TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Program Swasembada Daging
Swasembada daging adalah kemampuan kita menyediakan daging sapi dalam negeri sebesar 90-95 persen dari total kebutuhan daging dalam negeri. Swasembada daging merupakan bagian dari upaya mewujudkan ketahanan pangan hewani asal ternak berbasis sumber daya domestik (Kementerian Pertanian, 2009).
Peran daging sapi memenuhi kebutuhan protein hewani bagi
masyarakat Indonesia dapat diabaikan, karena pada hakikatnya ketahanan
pangan hewani suatu negara terutama adalah kesanggupannya untuk
menghasilkan produk hewani di dalam negeri demi memenuhi kebutuhan gizi
berupa protein hewani bagi masyarakat.
FAO menetapkan kebutuhan protein (nabati dan hewani) bagi orang
dewasa adalah 1 mg protein/kg dan 15 persen harus berasal dari protein hewani
serta 10 persen berasal dari ternak berupa daging, susu dan telur, serta dari
hasil perikanan sejumlah 5 persen.
Menurut data tahun 2009 produksi daging Indonesia mencapai 2,18 juta
ton, dengan rincian: daging sapi 0,405 juta ton (18,6 persen), daging unggas
ayam buras 0,345 juta ton (15,8 persen), ayam broiler 1,017 juta ton (46,7
persen), babi 0,22 juta ton (10,1 persen), kambing, domba dan kerbau 0,214
juta ton atau 9,8 persen.
Patut kita pahami dari data itu peranan daging sapi dalam perbaikan
gizi masyarakat hanya 18,6 persen dari total produksi daging di Indonesia.
Kalau dilihat polanya, konsumsi daging sapi melonjak hanya pada hari-hari
besar keagamaan tertentu.
11

Konsumsi protein hewani dari daging sapi setiap hari hanya 50 persen
dari produksi daging atau hanya 9,3 persen dari konsumsi daging
Indonesia (Statistik Peternakan, 2009).
Di samping itu, harga daging sapi jauh lebih mahal daripada daging ayam,
apalagi bila dibandingkan sumber protein hewani murah yaitu telur. Daging sapi
sebagian terbesar dikonsumsi masyarakat kelas menengah, sedangkan bagi
masyarakat biasa yang dikonsumsi adalah jeroannya! Menurut penulis, perbaikan
gizi masyarakat melalui swasembada daging sapi tidak ada relevan. Diperkirakan
pola swasembada daging yang baru akan mengubah pola kepemilikan ternak sapi
di Indonesia, di mana peternak tetap akan menjadi buruh bukan pemilik, sebab
semua sarana prasarana sudah disediakan.
Swasembada daging diperkirakan akan membesarkan perusahaan-
perusahaan sektor peternakan sapi mulai dari penyediaan bibit (bakalan),
penyediaan pakan, sampai kepada sarjana masuk desa untuk membantu peternak.
Swasembada daging sapi akan menguntungkan para pengusaha
pembibitan yang memiliki induk bibit siap kawin dikembangkan melalui sistem
kemitraan yang diamanatkan oleh UU No 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewaninya.
Dengan mengandalkan pabrik pakan ternak sebagai sumber pakan dan
pengusaha bibit sebagai sumber bibit, serta adanya sarjana masuk desa
mengintroduksi ekonomi peternakan sapi potong, maka konsep village breeding
yang dikumandangkan melalui sentra insiminasi buatan dan bukan kawin alam
sebagai basis village breeding hanya akan menjadi kenangan belaka.
12

Swasembada daging sapi menghidupkan usaha peternakan bibit yang baru,
dengan modal pertama adalah sapi bibit bakalan yang diimpor. Dengan demikian,
swasembada itu akan mendiskreditkan usaha peternakan rakyat.
Pertanian sub sektor peternakan memiliki peranan penting dalam
kehidupan dan pembangunan sumberdaya manusia Indonesia. Oleh karena itu
ruang lingkup sub sector peternakan terutama terutama dalam upaya mencapai
produksi swasembada daging dengan melihat sejauh mana pencapain hasil yang
telah dilakukan pada tahun-tahun belakangan ini.
Pertanian sub sektor peternakan di antaranya :
1. Peternakan jenis hewan menyusui seperti sapi, kerbau, kambing domba, kuda,
babi.
2. Peternakan hewan jenis unggas seperti itik, ayam potong, dan lain sebagainya.
Swasembada pangan dideskripsikan sebagai kemampuan untuk
menyediakan beragam pangan secara mandiri, dengan jumlah yang mencukupi
kebutuhan untuk konsumsi menurut norma gizi, tersedia merata setiap waktu dan
terjangkau oleh semua lapisan, dengan ’’mengutamakan kemampuan produksi
dalam negeri”.
Ada tiga pengertian mengenai swasembada yaitu swasembada absolut,
swasembada pada garis tren, dan swasembada dalam pengertian kemampuan
ekonomi suatu daerah/negara untuk melakukan impor pangan dari penerimaan
ekspornya. Dari ketiga macam swasembada tersebut perlu ditetapkan yang cocok
untuk dilakukan sesuai dengan kemampuan lokal (dalam negeri). Komoditas beras
13

contohnya, dapat diprogramkan menjadi swasembada absolut. Ada beberapa
alasan untuk itu yaitu
1. adanya bibit unggul padi yang cocok terhadap kondisi dan iklim di
Indonesia,
2. tersedianya lahan baik pembukaan baru maupun lahan jadi dengan
intensifikasi, dan
3. pernah berpengalaman swasembada. Komoditas lain perlu ditetapkan
dengan pertimbangan pertimbangan yang serupa.
Salah satu pengukur tingkat kesejahteraan suatu negara adalah dari
tingkat konsumsi daging seperti dapat kita lihat Indeks taraf pembangunan dari
negara-negara maju di bawah ini :
1. Tingkat harapan hidup pada waktu lahir
2. Konsumsi protein hewan per kapita
3. Persentase anak-anak yang belajar di sekolah-sekolah dasar dan
menengah
4. Persentase anak-anak yang belajar di sekolah kejuruan
5. Jumlah surat kabar
6. Jumlah telefon
7. Jumlah radio
8. Jumlah penduduk di kota-kota yang mempunyai 20.000 penduduk
atau lebih
9. Persentase laki-laki dewasa di sektor pertanian
14

10. Persentase tenaga kerja yang bekerja di sektor listrik, gas. Air,
kesehatan, pengangkutan dan komunikasi.
11. Persentase tenaga kerja yang bekerja makan gaji
12. Persentase Produk Domestik Bruto yang berasal dari industri-industri
pengolahan
13. Konsumsi energi per kapita
14. Konsumsi listrik per kapita
15. Konsumsi baja per Kapita
16. Nilai per kapita perdagangan luar negeri
17. Produksi pertanian rata-rata dari pekerja laki-laki di sektor pertanian
18. Pendapatan per Kapita Produk Nasional Bruto
Dalam menjalankan program swasembada daging, kita juga harus
memperhatikan tingkat pertumbuhan ekonomi pada masyarakat itu sendiri.
Proses pembangunan ekonomi dapat dibedakan 5 tahap yaitu (Sukirno,
2008 : 101) :
1. Masyarakat tradisionil
2. Prasyarat untuk lepas landas
3. Lepas landas
4. Gerakan ke arah kedewasaan
5. Masa konsumsi tinggi
15

Pertumbuhan ekonomi tercipta sebagai akibat dari timbulnya perubahan
yang fundamentil bukan saja dalam corak kegiatan ekonomi tetapi juga
dalam kehidupan politik dan hubungan sosial dalam suatu masyarakat.
(Sukirno, 2008 : 102)
Dalam membedakan proses pembangunan ekonomi menjadi kelima
tahap seperti yang dinyatakan di atas, digolongkan berdasarkan kepada ciri-ciri
perubahan keadaan ekonomi, politik, dan sosial yang berlaku.
Pembangunan ekonomi atau transformasi suatu masyarakat tradisionil
menjadi suatu masyarakat modern merupakan suatu proses yang berdimensi
banyak. Pembangunan ekonomi bukan saja berarti perubahan dalam struktur
ekonomi suatu negara yang menyebabkan peranan sektor pertanian menurun dan
peranan kegiatan industri meningkat.
Pembangunan ekonomi berarti suatu proses yang menyebabkan antara
lain (Sukirno, 2008 : 102) :
1. Perubahan orientasi organisasi ekonomi, politik dan sosial yang
pada mulanya mengarah ke dalam suatu daerah menjadi
berorientasi ke luar
2. Perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam
keluarga, yaitu dari menginginkan banyak anak menjadi membatasi
jumlah keluarga
3. Perubahan dalam kegiatan penanaman modal masyarakat dari
penanaman modal yang tidak produktif – seperti membeli rumah,
emas dan sebagainya – menjadi penanaman modal yang produktif
16

4. Perubahan cara masyarakat dalam menentukan kedudukan
seseorang dalam masyarakat dari ditentukan oleh kedudukan
keluarga atau sukubangsanya menjadi ditentukan olehkesanggupan
melaksanakan pekerjaannya
5. Perubahan dalam pandangan masyarakat yang pada mulanya
berkeyakinan bahwa kehidupan manusia ditentukan oleh keadaan
alam sekitarnya dan selanjutnya berpandangan bahwa manusia
harus memanipulasi keadaan alam sekitarnya untuk menciptakan
kemajuan.
B. Populasi Ternak.
Dengan meningkatnya tekanan populasi dunia dan perlunya meningkatkan
standar hidup menyebabkan produksi dagimg yang lebih banyak dan lebih baik,
dan presevasi lebih efektif. Oleh karena itu umtuk mempercepat evolusi hewan
yang mempunyai proporsi tubuh paling dikehendaki oleh konsumen daging
Populasi berarti semua orang yang bertempat tinggal pada suatu tempat.
Dalam ekosistem, yang dimaaksud populasi adalah semua individu sejenis
yang menempati suatu daerah tertantu. Suatu organisme disebut sejenis
apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut (Wikipedia, 2003) :
Menempati daerah atau habitat yang sama;
Mempunyai persamaan morfologi, anatomi, dan fisiologi;
Mampu menghasilkan keturunan yang fertil, yaitu keturunan yang mampu
berkembang biak secara kawin.
17

Sebagai contoh, pada suatu lahan seluas 200 meter persegi terdapat 800
batang jagung, 500 ekor belalang, 50 ekor jangkrik, 10 ekor burung, dan 3 batang
taanaman turi. Berdasarkan data tersebut maka di dalam lahan atau daerah
tersebut terdapat beberapa populasi, yaitu populasi jagung, populasi belalang,
populasi jangkrik, populasi burung, dan populasi turi.
Kalau kita membahas populasi, ada beberapa karakteristik yang khas yang
tidak dimiliki oleh individu, yakni kepadatan populasi, perubahan kepadatan,
natalitas, dan mortalitas.
1. Kepadatan populasi
Kepadatan populasi adalah hubungan antara jumlah individu dan satuan
luas atau volume ruaang yang ditempati pada waktu tertentu. Misalnya,
pada tahun 1990 kelurahan Cakung di Jakarta yaang luasnya 3 km2 dihuni
100.000 orang, 3.000 ekor kambing, dan 6.000 ekor ayam. Berdasarkan
angka tersebut kepadatan penduduk kelurahan Cakung pada taahun 1990
adalah 100.000 orang/3 km2 = 33.333 orang per km2. Artinya, setiap lahan
seluas 1 km2 rata-rata ditempati 33.333 orang. Kepadatan populasi
kambing adalah 1.000/km2 dan kepadatan populasi ayam adalah
2.000/km2.
2. Perubahan kepadatan populasi
Populasi organisme pada suatu daerah tidaj akan tetap dari waktu ke waktu
berikutnya. Jika jumlaah populasi suatu jenis berubah, kepadatan
populasinya juga akan berubah. Ada dua hal yang mempengaruhi
perubahan kepadatan populasi organisme pada suatu daerah.
18

Adanya individu yang datang, yaitu individu yang lahir dan yang
datang dari tempat lain atau imigrasi.
Adanya individu yang pergi, yaitu individu yang mati daan yang pergi
pindah ke tampat lain atau emigrasi.
Apabila luas suatu daerah tetap dan jumlahnya individu yang datang lebih
besar daripada yang pergi maka kepadatan populasi akan mengecil. Pada suatu
daerah yang tersedia cukup ruang dan makanan akan cenderung mendorong
bertambahnya jumlah individu. Hal itu akan meningkatkan jumlah populasi
sekaligus meningkatkan kepadatan populasi. Meningkatnya jumlah populasi
organisme pada suatu daerah akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan
populasi. Pertumbuhan populasi akan terus berlangsung selama lingkungan
mampu menunjang kehidupan. Apabila populasi sudah mencapai titik maksimum
atau melebihi daya dukung lingkungan akan menurun.
Kecepatan pertumbuhan populasi pada dasarnya bergantung pada rasio
antara natalitas dengan mortalitas. Apabila natalitas lebih besar dari pada
mortalitas, pertumbuhan populasinya meningkat. Apabila natalitas lebih kecil dari
pada mortalitas, pertumbuhan populasinya menurun.
3. Natalitas
Natalitas atau angka kelahiran adalah angka yang menunjukkan jumlah
individu baru yang menyebabkan populasi bertambah per satuan waktu.
Dengan demikan, meningkatnya natalitas merupakan faktor pendorong
meningkatnya pertumbuhan populasi.
19

4. Mortalitas
Mortalitas atau angka kematian adalah angka yang menunjukkan jumlah
pengurangan individu per satuan waktu.
Terjadinya kematian merupakan salah satu faktor utama yang mengontrol
ukuran suatu populasi. Populasi organisme pada suatu ekosistem senantiasa
mengalami perubahan. Perubahan tersebut ada yang tampak jelas dan ada pula
yang tidak jelas. Pada ekosistem darat, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perubahan populasi, di antaranya adalah perubahan suhu, kelembapan, dan curah
hujan.
Perubahan suhu
Setiap organisme hanya dapat hidup dengan baik pada suhu tertentu.
Apabila suhu lingkungannya berubah lebih tinggi atau lebih rendah
dari pada suhu yang diperlukan, akan menimbulkan gangguan
kehidupan organisme tersebut. Hal itu terbukti dengan adanya migrasi
hewan yang hidup pada daerah yang mengalami pergantian iklim,
yaitu di daerah subtropis.
Kadar air tanah dan curah hujan
Tidak ada satu pun jenis makhluk hidup yang tidak memerlukan air
untuk aktivitas kehidupannya. Oleh karena itu, perubahan kadar air
dalam tanah akan mempengaruhi peri kehidupan tumbuhan dan
organisme lain yang hidup di atasnya.
Hal itu dapat kita perhatikan pada alam sekitar kita, yaitu pada musim
kemarau dan musim hujan. Pada musim kemarau daun-daun pohon berguguran
20

dan rumput-rumput mati. Pada musim hujan daun-daun pohon tumbuh subur dan
rerumputan pun tampak menghijau. Perubahan populasi tumbuhan tersebut
akibatnya juga akan berpengaruh pada perikehidupan serta populasi hewan yang
ada di tempat tersebut.
Ternak adalah hewan yang dengan sengaja dipelihara sebagai sumber pangan, sumber bahan baku industri, atau sebagai pembantu pekerjaan manusia. Usaha pemeliharaan ternak disebut sebagai peternakan (atau perikanan, untuk kelompok hewan tertentu) dan merupakan bagian dari kegiatan pertanian secara umum. (Rukmana, 2005 :13).
Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan
hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.
(Rukmana, 2005 : 13).
Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara
dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan
peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip
manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara
optimal.
Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu
peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan kuda, sedang kelompok kedua
yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci dll.
Manajemen pemeliharaan ternak diperkenalkan sebagai upaya untuk dapat
memberikan keuntungan yang optimal bagi pemilik peternakan. Dalam
manajemen pemeliharaan ternak dipelajari, antara lain : Seleksi Bibit, Pakan,
Kandang, Sistem Perkawinan, Kesehatan Hewan, Tata Laksana Pemeliharaan dan
Pemasaran. Pakan yang berkualitas baik atau mengandung gizi yang cukup akan
21

berpengaruh baik terhadap yaitu tumbuh sehat, cepat gemuk, berkembangbiak
dengan baik, jumlah ternak yang mati atau sakit akan berkurang, serta jumlah
anak yang lahir dan hidup sampai disapih meningkat. Singkatnya, pakan dapat
menentukan kualitas ternak. Selain itu berdasarkan penelitian, hasil dari kualitas
pupuk dari ternak potong dengan ternak perah berbeda. Ternak yang diberi
makanan bermutu (seperti ternak perah)akan menghasilkan pupuk yang
berkualitas baik, sebaliknya ternak yang makanannya kurang baik juga akan
menghasilkan pupuk yang kualitasnya rendah.
Peningkatan populasi ternak secara umum harus diimbangi dengan
penyediaan dan pemberian pakan yang memadai baik dalam kuantitas, kualitas
maupun kontinuitas. Pakan ruminansia umumnya terdiri dari hijauan dan
konsentrat. Semakin sempitnya lahan pertanian sebagai akibat pesatnya
perkembangan pembangunan pemukiman dan industri, menyebabkan ketersediaan
lahan untuk tanaman hijauan pakan secara otomatis semakin berkurang. Di sisi
lain ketersediaan bahan baku pakan penyusun konsentrat bersaing dengan
kebutuhan untuk pangan. Konsekuensinya produktivitas ternak, khususnya ternak
ruminansia belum optimal.
Produk samping yang dimaksud adalah produk samping dari pemotongan
ayam seperti bulu dan juga dari pengolahan udang seperti limbah udang. Karena
diketahui bahwa kedua hasil samping ini masih mempunyai kandungan nutrisi
yang bahkan lebih baik dari hasil samping pertanian dan agroindustri lainnya
Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah di atas adalah upaya
pemanfaatan berbagai macam produk samping pertanian dan agroindustri. Namun
22

demikian bermacam produk samping pertanian mempunyai kualitas yang cukup
rendah. Oleh karena itu, jika ransum ternak tersusun hanya berasal dari produk
samping pertanian, produktivitas ternak yang mengkonsumsi ransum tersebut
menjadi rendah. Hal ini disebabkan kebutuhan ternak akan nutrien tidak terpenuhi
Sebagai solusinya, untuk dapat memenuhi kebutuhan ternak akan nutrien agar
dapat berproduksi secara optimal, pakan ekstra atau tambahan perlu diberikan.
Beberapa produk samping pertanian dan agroindustri tertentu diketahui
mengandung nutrien yang cukup tinggi, serta belum dimanfaatkan secara optimal
sebagai bahan baku pakan. Hal ini disebabkan, selain kurangnya informasi
ketersediaan dan manfaat produk tersebut, juga disebabkan produk tersebut
memiliki nilai biologis yang rendah.
Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya
penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dan penting artinya bagi
kehidupan masyarakat. Seekor atau kelmpok ternak sapi bisa menghasilkan
berbagai macam kebutuhan, terutama bahan makanan berupa daging, disamping
hasil ikutan lainnya sperti pupuk kandang, kulit dan tulang.
Daging sangat besar gunanya bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani.
Sapi sebagai salah satu ternak pemakan rumput sangat berperan sebagai
pengumpul bahan bergizi rendah yang diubah menjadi bahan bergizi tinggi,
kemudian diteruskan kepada manusia dalam bentuk daging. Konsumsi protein
hewani yang sangat rendah pada anak anak prasekolah dapat menyebabkan anak-
anak yang berbakat normal menjadi subnormal. Oleh karena itu, protein hewani
sangat menunjang kecerdasan, disamping diperlukan untuk daya tahan tubuh.
23

Pemenuhan kebutuhan protein hewani dari daging ini, kita khususnya
peternak perlu meningkatkan produksi daging.
Prospek beternak sapi potong di Indonesia masih terbuka lebar. Hal ini
disebabkan oleh permintaan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat.
Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan taraf ekonomi dan kesadaran akan
kebutuhan gizi masyarakat. Selain itu, pertambahan penduduk menyebabkan
kebutuhan menyebabkan
Kebutuhan akan daging semakin meningkat. Sebaliknya dari pihak
produsen atau peternak semakin kewalahan dalam menyuplai untuk memenuhi
permintaan daging sapi di pasaran. Arus oermintaan daging sapi ini sebenarnya
sudah cukup lama dihadapi para peternak. Oleh karena peternak sendiri
mengalami banyak kendala sehingga merka belum mampu mengembangkan dan
meningkatkan populasi ternak sapi potong untuk mengimbangi permintaan pasar.
Berbagai kendala tersebut umumnya mereka kesulitan untuk mendapatkan areal
untuk penyediaan hijauan yang memadai, dan beberapa unsur pakan penguat
masih bersaing dengan manusia. Disamping itu tidak sedikit lokasi peternakan
yang letaknya dekat pemukiman padat penduduk, sehingga pada saat muncul
rencana pengembangan, peternak sulit melaksanakan.
Faktor genetik ternak menentukan kemampuan yang dimiliki oleh seekor ternak sedang faktor lingkungan memberi kesempatan kepada ternak untukmenampilkan kemampuannya. Ditegaskan pula bahwa seekor ternak tidak akan menunjukkan penampilan yang baik apabila tidak didukung oleh lingkungan yang baik dimana ternak hidup atau dipelihara, sebaliknya lingkungan yang baik tidak menjamin penampilan apabila ternak tidak memiliki mutu genetik yang baik. (Santosa, 2001 : 34)
24

Pada umumnya masyarakat lebih menyukai daging sapi dibanding daging
ternak lainnya (kambing, domba, kerbau), sapi merupakan salah satu sumber
budaya masyarakat, misalnya sebagai ternak qurban, sebagai ternak karapan (di
Madura), sebagai ukuran penentu tingkat kesejahteraan sosial manusia dalam
masyarakat, sapi sebagai bentuk tabungan masyarakat yang mudah dijual apabila
terdesak membutuhkan uang yang cepat, kotoran sapi apabila diolah dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk dan bahan bakar alternatif (biogas), usaha ternak sapi
juga membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat membuka lapangan kerja yang
dapat menghidupi banyak keluarga.
C. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil suatu hipotesis bahwa diduga ada
Pengaruh yang Signifikan antara program swasembada daging sapi dan kerbau
(psdsk) terhadap peningkatan populasi ternak pada Dinas Peternakan Dan
Perikanan Kabupaten Indragiri hulu.
D. Variabel penelitian
- Program Swasembada daging sapi dan kerbau (psdsk) (x)
- peningkatan populasi ternak (Y)
25

III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kantor , Dinas Peternakan Dan Perikanan
Kabupaten Indragiri hulu, Kantor ini terletak di Jalan Indragiri, Pematang Reba.
B. Populasi dan Sampel
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan pada
Kantor Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Indragiri Hulu sebanyak 79
orang. Penelitian dilakukan dengan menjadikan semua populasi menjadi sampel
sebanyak 79 orang, Dengan Menggunakan Metode Sensus.
C. Jenis dan sumber data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
* Data Primer : Data yang diperoleh dari responden langsung, seperti data
hasil tanya jawab dengan Pimpinan dan karyawan Kantor Dinas
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Indragiri Hulu.
*. Data sekunder : Data yang diperoleh dari Instansi terkait seperti Jumlah
Karyawan, Struktur Organisasi, dan data terkait.
26

D. Teknik Pengumpulan Data
a. Questionery : yaitu pengumpulan data dengan menyusun daftar
pertanyaan yang digunakan kepada responden
b. Interview : yaitu pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab
langsung dengan responden guna melengkapi hasil
questionery.
E. Analisis Data
Dalam penelitian ini setelah data penulis kumpulkan, kemudian penulis
kelompokkan atau spesifikasikan data-data tersebut, selanjutnya satu persatu
dianalisa dengan menggunakan data kuantitatif untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (psdsk) terhadap
peningkatan populasi ternak pada Kantor Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Indragiri Hulu.
Adapun rumus yang digunakan adalah analisa regresi sederhana, dengan
rumus sebagai berikut :
Y = a + bx
Dimana :
Y = Peningkatan popolasi Ternak
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
x = Program swasembada daging
27

RENCANA DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAKSI ………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………………………...
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah …………………………………..
B. Perumusan Masalah ………………………………………
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………
D. Sistematika Penulisan …………………………………….
BAB II : TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Program swasembada daging ……………………………
B. Peningkatan populasi ……………………………………
C. Hipotesis …………………………………………………
D. Variabel Penelitian ………………………………………
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian ………………………………………
B. Populasi dan Sampel ………………………………….
C. Jenis dan Sumber data …………………………………
D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………
E. Analisis Data ………………………………………….
BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah singkat Perusahaan ……………………………
B. Peranan Organisasi ……………………………………
C. Lokasi Perusahaan …………………………………….
D. Struktur Organisasi ……………………………………
28

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Program swasembada daging ….……………………….
B. Peningkatan populasi … ……………………………….
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …………………………………………….
B. Saran ……………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………...
DAFTAR QUISIONER ……………………………………………………………
BIOGRAFI PENULIS ……………………………………………………………..
29

DAFTAR PUSTAKA
Arifin Bustanul, 2001, Pengelolaan Sumber Daya Alam Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta
Hasnudi, 2007, Pengelolaan Ternak Sapi Pedaging, Penerbit FP-USU, Medan
Kementerian Pertanian, 2009, Swasembada daging, Jakarta
Murtijo, BA, 2000, Beternak Sapi Potong, Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Rukmana R. 2005. Budi Daya Rumput Unggul, Hijauan Makanan Ternak, Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Santosa, U, 2001, Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta
Saragih, , 2000, Membangun Sistem Agribisnis. Penerbit Departemen Pertanian, Jakarta
Setiadi, 2002, Beternak Sapi Daging dan Masalahnya, Penerbit Aneka Ilmu, Semarang
Soetrisno, 2002, Kapita Selekta Ekonomi Indonesia, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta
Subri Mulyadi, 2003, Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, jakarta.
Sugeng, 2002, Sapi Potong, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta
Sukirno Sadono, 2008, Ekonomi Pembangunan, Penerbit Bima Grafika, Jakarta.
Wikipedia Indonesia, 2003, Populasi Ternak, Jakarta
30