lubuk novi
-
Author
hanifah-nila-wardani -
Category
Documents
-
view
570 -
download
6
Embed Size (px)
Transcript of lubuk novi
PENGARUH MODAL SENDIRI TERHADAP PEROLEHAN SISA HASIL USAHA (SHU) PADA KPRI DI KOTA SEMARANG.SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Lubuk Novi Suryaningrum NIM 3351402067
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian Skripsi pada :
Hari Tanggal
: :
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Margunani MP M.Si NIP. 131570076
M.Khafid S.Pd, NIP. 132243641
Mengesahkan Ketua Jurusan Akuntansi
Drs. Sukirman M.Si NIP.131967646
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam Skripsi ini benar - benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya, pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 2007
Lubuk Novi S NIM.3351402067
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Modal Sendiri Terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha Pada KPRI di Kota Semarang. Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, Msi, Selaku Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Bapak Drs. Agus Wahyudin, Msi, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 3. Bapak Drs. Sukirman, Msi, Selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 4. Ibu Dra. Margunani M.P Selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi. 5. Bapak Muhammad Khafid S.Pd, Msi, Selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi. 6. Bapak dan Ibu pengurus KPRI di Kota Semarang yang telah memberikan izin dan bantuan kepada penulis. 7. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan dari peneliti. Oleh karena itu dengan penuh keterbukaan penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyusunan skripsi yang lebih baik. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Semarang, 2007 Penulis
Lubuk Novi S NIM.3351402067
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Bersyukurlah pada Allah jika kita mendapatkan kesulitan,, berpikirlah positif tentang kesulitan kita, yakinlah kita akan dapat mengatasinya (Dr.Norman V. Deale) Rintangan tidak dapat menghancurkan kita, setiap rintangan akan menyerah pada ketetapan hati yang kukuh (Leonardo Da Vinci) Saat meraih keberhasilan tidak akan terasa begitu indah andai tidak ada lembah-lembah gelap yang harus diterobos (Helen Keller) Hargailah bayangan dan impianmu, karena merekalah anak jiwamu, kerangka dasar prestasimu yang baik (Napoleon Hill)
Kupersembahkan kepada : Orang tuaku tercinta terima kasih atas doanya Adik dan saudaraku yang selalu memotivasi Teman-teman seperjuangan angkatan 02 Akt
SARI Lubuk Novi Suryaningrum. 2007. Pengaruh Modal Sendiri Terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada KPRI di Kota Semarang. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Kata Kunci: Modal Sendiri, Sisa Hasil Usaha Modal usaha koperasi diutamakan berasal dari anggota, modal anggota bersumber dari simpanan pokok dan simpanan wajib. Hal ini mencerminkan bahwa koperasi sebagai badan usaha yang ingin mendorong diri sendiri dengan kekuatan sendiri. Maka kegiatan usaha tersebut akan terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang menguntungkan yang pada akhirnya akan meningkatkan perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU). Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pengaruh modal sendiri terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha pada KPRI di Kota Semarang (2) Untuk mengtahui seberapa besar pengaruh modal sendiri terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI di Kota Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah KPRI yang menjadi anggota PKPRI dan mengumpulkan laporan pertanggungjawaban tahun 2005 sebanyak 30 KPRI. Variabel penelitian ada dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah modal sendiri (X), sedangkan untuk variabel terikat adalah Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan data statistik yaitu analisis regresi linier sederhana. Hasil penelitian dari regresi linier sederhana diperoleh persamaan regresi Y= 506,098 + 0,639. Hasil analisis varians untuk regersi diperoleh F hitung 29,779 dan signifikansinya 0,000, sedangkan F tabel pada df = 1 : 28 dan signifikansi 5% adalah 4,20. Karena F hitung = 29,779 > F tabel = 4,20, hal ini menunjukkan bahwa (1) Modal sendiri berpengaruh positif yang signifikan terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU). Hipotesis alternatif diterima. (2) Besarnya pengaruh modal sendiri (X) terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha (Y) dilakukan regersi linier sederhana dan didapatkan koefisien determinasi (r2x100%) = 51,5% sedangkan sisanya 48,5%. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa selain variabel modal sendiri ternyata perolehan Sisa Hasil Usaha dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini sebesar 48,5%. Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah ada pengaruh modal sendiri (X) terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha (Y) pada KPRI di Kota Semarang dan pengaruhnya sebesar 51,5%, yang berarti bahwa semakin naik jumlah modal sendiri maka perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) akan semakin meningkat sebaliknya jika jumlah modal sendiri semakin turun maka perolehan Sisa Hasil Usaha juga akan ikut menurun. Berdasarkan hasil tersebut, maka diajukan beberapa saran yaitu : (1) Pihak pengelola dan pengurus KPRI di Kota Semarang harus lebih aktif mengajak para anggotanya untuk lebih berperan serta dalam meningkatkan usahanya yaitu dengan menaikkan sinpanan pokok dan simpanan wajib karena pengaruh modal
sendiri terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) lebih besar dari modal luar. (2) Perlu adanya penelitian yang sejenis yang mengungkap factor-faktor yang mempengruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) selain modal sendiri seperti volume usaha, efesiensi biaya dan lain-lain.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. PERSETUJUAN PEMBIMBING. PENGESAHAN KELULUSAN... PERNYATAAN SARI.. MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR LAMPIRAN.. BAB I PENDAHULUAN....... 1.1 Latar Belakang Masalah.... 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Penegasan Istilah 1.4 Tujuan Penelitian. 1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Kegunaan Teoritis 1.5.2 Kegunaan Praktis. 1.6.Sistematika Penulisan Skripsi. BAB II LANDASAN TEORI... 2.1 Sisa Hasil Usaha (SHU) 2.1.1 Pengertian Sisa Hasil Usaha (SHU) 2.1.2 Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) 2.1.3 Prinsip-Prinsip Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU).. 2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi SHU. 2.2 Modal Sendiri 2.2.1 Definisi Modal Sendiri. 2.2.2 Sumber Modal Sendiri. 2.2.3 Hubungan Modal Sendiri dengan Perolehan Sisa Hasil Usaha
i ii iii iv v vii viii x xii 1 1 7 7 8 9 9 9 10 11 11 11 14 18 20 22 22 23
(SHU) 2.3 Kerangka Berpikir.. 2.4 Hipotesis.... BAB III METODE PENELITIAN... 3.1 Populasi. 3.2 Variabel Penelitian.... 3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.4 Metode Analisis Data... BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Objek Penelitian. 4.2 Pembahasan BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
27 33 34 35 35 36 36 36 40 40 40 48 50 50 50 51
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perincian Penelitian Populasi35 Tabel 2. Data Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib KPRI Kota Semarang.41 Tabel 3. Data Sisa Hasil Usaha...43 Tabel 4. Rekapitulasi Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib, Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) dan rata-ratanya.46 Tabel 5. Analisis Varians untuk regresi..47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5.
Data Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib Tahun 2004.52 Data Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib Tahun 2005.53 Data Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib Tahun 2004/200554 Hasil Analisis Data55 Data Laporan Keuangan Rapat Anggota Tahunan Tahun 2005 KPRI Kota Semarang..57
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan salah satu kekuatan ekonomi yang tumbuh di kalangan masyarakat sebagai pendorong tumbuhnya perekonomian nasional sekaligus sebagai soko guru dalam perekonomian di Negara Indonesia. Menurut UU No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian BAB I Pasal 1 Koperasi adalah Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan. Koperasi tidak dikenal istilah keuntungan, karena kegiatan usaha koperasi tujuan utamanya bukan berorientasi mencari untung (non profit oriented) melainkan berorientasi pada manfaat (benefid oriented). Pada dasarnya koperasi dikelola dengan tujuan menyejahterakan anggotanya dan masyarakat pada umumnya, bukan mengejar keuntungan semata. Sekalipun koperasi tidak mengutamakan keuntungan, akan tetapi usaha-usaha yang dikelola oleh koperasi harus tetap memperoleh penghasilan yang layak demi menjaga kelangsungan hidup dan meningkatkan kemampuan usaha, bukan untuk memupuk kekayaan. Sehingga pada akhir periode usahanya diharapkan dan ditargetkan menghasilkan Sisa Hasil Usaha. Keuntungan didalam koperasi biasa disebut dengan istilah Sisa Hasil Usaha. Berdasarkan UU No.25 Tahun 1992 Pasal 45 Ayat 1 Sisa Hasil Usaha merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam waktu satu tahun buku 1
2
dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. Sebagai badan usaha, pendapatan atau hasil usaha sangat menentukan besar kecilnya SHU yang diperoleh koperasi. Dalam setiap tahunnya SHU yang diperoleh koperasi disisihkan dan dibagi untuk keperluan: Cadangan koperasi, Jasa anggota, Dana Pengurus, Dana Pegawai, Dana Pendidikan, Dana Sosial dan Dana Pembangunan daerah Kerja. Adapun cara dan besarnya penyisihan SHU ditetapkan dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) masing-masing koperasi. Mengingat kegunaan dan fungsi dari penyisihan SHU yang begitu banyak, maka perolehan SHU bagi koperasi pada setiap tahunnya menjadi sangat penting. Melalui SHU koperasi dapat memupuk modal sendiri yaitu dengan dana cadangan yang disisihkan setiap akhir periode tutup buku, sehingga akan memperkuat struktur modalnya. Selain itu dana-dana yang disisihkan dari SHU, apabila belum dicairkan atau digunakan maka akan diperlakukan sebagai tambahan modal yaitu sebagai modal pinjaman tanpa dikenakan biaya modal. Oleh sebab itu apabila koperasi dapat meningkatkan perolehan SHU dalam setiap tahunnya dengan sendirinya akan memperkuat struktur finansialnya. Besarnya SHU yang diperoleh koperasi disetiap tahunnya juga sebagai pertanda bahwa koperasi telah dikelola secara profesional. Pengelolaan yang profesional memerlukan sistem pertanggung jawaban yang baik serta informasi yang relevan dan dapat diandalkan. Hal itu dapat dicapai apabila koperasi sebagai badan usaha yang bergerak di bidang ekonomi melaksanakan akuntansi dalam kegiatan usahanya seperti badan usaha lainnya.
3
Semakin besar SHU yang diperoleh koperasi akan meningkatkan kesejahteraan para anggotanya dan masyarakat pada umumya. Dan untuk meningkatkan perolehan SHU sangat tergantung dari besarnya modal yang berhasil dihimpun oleh koperasi untuk menjalankan usahanya. Modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri dapat berasal dari: simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah. Sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari : anggota, koperasi lainnya dan atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, serta sumber lainnya yang sah (UU No. 25 tahun 1992 Pasal 41 ayat 1 & 2). Permodalan koperasi tidak hanya mencakup modal yang disetor oleh anggota, akan tetapi meliputi seluruh sumber pembelanjaan koperasi yang dapat bersifat permanen atau sementara. Pihak- pihak yang mempunyai klaim terhadap sumber pembelanjaan koperasi terdiri dari kreditur, anggota atau pemilik dan badan usaha koperasi itu sendiri. Hal ini menunjukan bahwa koperasi mempunyai eksistensi tersendiri yang terpisah dari anggota-anggotanya (Sitio dan Tamba 2002:125). Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) adalah koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari para pegawai negeri republik Indonesia dalam suatu daerah kerja (G.Kartasapoetra 1985:17). KPRI merupakan salah satu jenis koperasi yang membutuhkan modal yang cukup untuk menggerakkan dan meningkatkan seluruh bidang usahanya.
4
Sebagian besar KPRI dalam mengelola usahanya lebih mengutamakan menggunakan modal sendiri daripada modal pinjaman. Hal ini dikarenakan KPRI belum memperhatikan struktur modal yang sesuai, sedangkan struktur modal yang efektif memungkinkan adanya kemudahan dalam pengumpulan modal tambahan bila diperlukan. Menurut Riyanto (2001:23) beranggapan bahwa pembelanjaan yang sehat itu pertama-tama dibangun atas dasar modal sendiri, yaitu modal tahan resiko. Maka aturan dalam struktur finansial menetapkan bahwa besarnya modal asing dalam keadaan bagaimanapun juga tidak boleh melebihi besarnya modal sendiri. Struktur finansial tersebut akan memperlihatkan dengan jelas modal yang dimiliki oleh sebuah koperasi, yaitu perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Mengingat semakin pesat persaingan dalam pasar global, yang pada akhirnya menuntut koperasi untuk ikut ambil bagian didalamya. Oleh karena itu bukan tidak mungkin lambat laun kebutuhan para anggota koperasi dan masyarakat pada umumnya semakin meningkat. Untuk mengantisipasi hal tersebut koperasi perlu memperbesar volume usaha yang pastinya akan membutuhkan tambahan modal cukup besar. Dan kebutuhan akan tambahan modal tersebut dapat dipenuhi dengan pinjaman dari pihak luar. Bagaimana efek dari penambahan modal sendiri atau modal pinjaman terhadap SHU? Ditinjau dari kepentingan modal sendiri atau pemilik perusahaan, penambahan modal pinjaman hanya dibenarkan jika penambahan tersebut mempunyai efek finansial yang menguntungkan (Favorable finansial
5
leverage) terhadap perolehan SHU. Penambahan modal pinjaman dari luar hanya akan memberikan efek yamg menguntungkan terhadap perolehan SHU apabila rate of returndari tambahan modal (modal pinjaman) tersebut lebih besar daripada biaya modalnya atau bunganya. Demikian pula sebaliknya , apabila tingkat bunga lebih besar dari rate of returnnya akan mempunyai efek yang merugikan. Pengumpulan modal yang berhasil dilakukan koperasi , baik modal sendiri maupun modal pinjaman secara bersama-sama akan digunakan untuk menggerakan kegiatan usaha. Kedua sumber modal tersebut mendukung keberhasilan usaha koperasi dengan posisinya masing-masing. Return of Investment (ROI) adalah kemampuan dari seluruh modal yang digunakan perusahaan baik modal sendiri maupun modal pinjaman dalam menghasilkan laba. Untuk menentukan tinggi rendahnya ROI dalam koperasi dapat diukur dari besarnya SHU yang diperoleh. Misalkan rata-rata ROI yang diperoleh KPRI selama ini adalah 10%. Dari besarnya ROI tersebut dapat dianalisa bahwa dengan menggunakan modal sendiri dan modal pinjaman yang dimilikinya, KPRI mendapatkan keuntungan sebesar 10% dari total modalnya. Besarnya keuntungan tersebut tidak relevan dengan tingkat suku bunga saat ini mencapai 22%. Hal ini dikarenakan dengan keuntungan 10% KPRI harus menanggung beban bunga modal dari modal pinjamannya sebesar 22%. Apabila KPRI menggunakan modal pinjaman lebih besar dalam menjalankan usahanya, maka akan sangat merugikan. Sebab beban bunga yang lebih besar dari keuntungan yang diperoleh akan memperkecil SHU, sehingga
6
pada akhirnya akan berdampak buruk pada kesehatan keuangan koperasi. Maka dari itu KPRI harus benar-benar memperhatikan struktur finansial dan struktur modal yang tepat dalam menjalankan usahanya. Berbagai penelitian tentang pengaruh modal sendiri dan modal pinjaman terhadap SHU telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Penelitian Padillah (2001) dan Mat Anis (2003) menemukan hasil bahwa secara simultan SHU dipengaruhi oleh modal sendiri dan modal pinjaman. Sedangkan secara parsial modal sendiri berpengaruh terhadap SHU. Hal ini dikarenakan struktur finansial dalam KPRI yang diteliti menunjukan bahwa modal sendiri lebih besar atau dominan daripada modal pinjaman. Dari uraian hasil penelitian di atas dapat disimpulkan, terdapat kesamaan hasil penelitian antara peneliti satu dengan peneliti lainnya. Hal ini dikarenakan KPRI yang dijadikan sampel penelitian lebih dominan menggunakan modal sendiri daripada modal pinjaman. Apakah hal tersebut juga sama terjadi di dalam KPRI Kota Semarang ? Oleh karena itu penelitian tentang pengaruh modal sendiri terhadap SHU di Kota Semarang perlu dilakukan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka peneliti mengambil judul penelitian tentang PENGARUH MODAL SENDIRI TERHADAP PEROLEHAN SISA HASIL USAHA (SHU) PADA
KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) DI KOTA SEMARANG. 1.2 Perumusan Masalah
7
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Adakah pengaruh modal sendiri terhadap perolehan SHU pada KPRI di Kota Semarang 2. Seberapa besar pengaruh modal sendiri terhadap perolehan SHU pada KPRI di Kota Semarang 1.3 Penegasan Istilah Untuk memberikan kejelasan tentang pengertian dalam memahami judul skripsi, maka ada beberapa hal yang perlu ditegaskan sebagai berikut : 1. Sisa Hasil Usaha (SHU) Sisa Hasil Usaha adalah pendapatan koperasi yang didapat selama satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. (UU Koperasi Nomor 25, 1992 pasal 45). SHU dalam penelitian ini adalah besarnya SHU yang diperoleh Koperasi Pegawai Republik Indonesia di Kota Semarang pada akhir tahun 2004-2005.
2. Modal Sendiri Menurut Riyanto (1999:21) Modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan laba) atau berasal dari pengambil bagian, peserta atau pemilik (modal saham, modal peserta, dll).
8
Berdasarkan pasal 41 UU Koperasi Nomor 25 Tahun 1992 disebutkan bahwa modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan, dan hibah. Sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari anggota (simpanan sukarela) koperasi lain, Bank dan lembaga keuangan lainnya. Agar ruang lingkup penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis membatasi yang dimaksud dengan modal sendiri dalam judul skripsi ini adalah Simpanan Pokok, Simpanan wajib sebagai Variabel bebasnya dari data Laporan Keuangan pada Rapat Anggota Tahunan tahun 2005. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui pengaruh modal sendiri terhadap SHU yang diperoleh KPRI di Kota Semarang.
1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Kegunaan Teoritis Bagi para akademisi hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ataupun manfaat dalam pengembangan perkoperasian terutama menyangkut masalah SHU.
9
1.5.2
Kegunaan Praktis
1. Bagi koperasi sebagai bahan masukan dalam mengelola keuangan agar di masa yang akan datang koperasi mempunyai perkembangan dan pengelolaan keuangan yang lebih baik. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi koperasi dalam menyusun strategi untuk mengembangkan usahanya. 1.6 Sistematika Skripsi
1. Bagian Pendahuluan Bagian ini meliputi: Halaman judul, persetujuan pembimbing,
pengesahan kelulusan, motto dan persembahan, prakata, sari, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran. 2. Bagian isi skripsi, terdiri dari : Bab I : Pendahuluan, meliputi : Latar belakang masalah, identifikasi masalah, penegasan istilah, tujuan Penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab II : Landasan teori dan Hipotesis, meliputi: Sisa Hasil Usaha (SHU), Modal Sendiri,Kerangka berpikir dan Hipotesis Bab III : Metode Penelitian, meliputi: Populasi penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan data Serta metode analisis data.
10
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, meliputi : Hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian Bab V : Simpulan dan Saran 3. Bagian akhir, meliputi: Daftar Pustaka dan lampiran-lampiran
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Sisa Hasil Usaha (SHU) 2.1.1 Pengertian Sisa Hasil Usaha Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam waktu satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan (UU No.25 Tahun 1992 Pasal 1 & 2). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.27) menyebutkan bahwa, Perhitungan Hasil Usaha (PHU) adalah Perhitungan Hasil usaha yang menyajikan informasi mengenai pendapatan dan beban-beban usaha dan beban perkoperasian selama periode tertentu. Perhitungan Hasil Usaha menyajikan hasil akhir yang disebut sisa hasil usaha. Sisa hasil usaha yang diperoleh mencakup hasil usaha dengan anggota dan laba atau rugi kotor dengan non anggota. Istilah perhitungan hasil usaha digunakan mengingat manfaat dari usaha koperasi tidak semata-mata diukur dari sisa hasil usaha atau laba tetapi lebih ditentukan pada manfaat bagi anggota. Usaha koperasi yang utama diarahkan pada bidang usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan anggota baik untuk menunjang usaha maupun kesejahteraan anggotanya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pengelolaan usaha koperasi harus dilakukan dengan produktif, efektif, dan efisien. Dalam arti koperasi harus mempunyai kemampuan mewujudkan pelayanan usaha yang dapat meningkatkan nilai tambah dan manfaat yang sebesar-besarnya terhadap 11
12
anggota dan masyarakat pada umumnya dengan tetap mempertimbangkan untuk memperoleh SHU yang wajar. Menurut UU Koperasi No.25/1992 Bab. IX pasal 45 adalah 1). SHU koperasi adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lain termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. 2). SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan kperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan koperasi, sesuai dengan Rapat Anggota. 3). Besarnya pemupukan modal dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota. Sebagai suatu badan usaha, koperasi di dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu saja menghendaki untuk mendapatkan keuntungan atau sisa hasil usaha yang cukup banyak maka Sisa Hasil Usaha tersebut dapat disisihkan sebagian untuk cadangan koperasi yang selanjutnya bisa dipergunakan untuk menambah modal koperasi. Apabila modal koperasi bertambah besar, maka dengan sendirinya lingkup usaha koperasi. Sisa Hasil Usaha mungkin tidak dapat dibagi habis, karena pembagian SHU dalam koperasi terbatas sesuai dengan tingkat bunga bank pemerintah atau mungkin juga terjadi, rapat anggota memutuskan Sisa Hasil Usaha tahun buku yang bersangkutan tetap tinggal dalam rekening simpanan masing-masing
13
anggota. Sisa Hasil Usaha yang tidak dibagi ini digunakan untuk pemupukan modal. Perolehan Sisa Hasil Usaha akan terlihat pada data laporan keuangan dalam laporan tahunan koperasi pada tutup buku akhir tahun. Sisa Hasil Usaha memperlihatkan hasil yang telah dicapai oleh koperasi selama periode tertentu dalam satu tahun buku. Sebuah koperasi dikatakan baik atau berkembang bukan hanya dilihat dari perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) saja, tetapi juga dilihat dari rencana kerja pelaksanaan yang telah ditentukan dalam rapat anggota tahunan apakah rencana kerja tersebut bisa dilaksanakan secara keseluruhan. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah pelayanan terhadap anggota. Koperasi yang dapat melayani anggota dengan sebaik-baiknya dapat dikatakan berhasil. Namun sebagai badan usaha, koperasi juga dituntut untuk dapat sejajar dengan badan usaha lain termasuk dalam memperoleh SHU.Untuk itu pengurus harus bekerja keras dan mempunyai manajemen yang baik sehingga dapat menghasilkan pelayanan maupun Sisa Hasil Usaha yang wajar. Motivasi usaha koperasi adalah memberikan pelayanan kepada anggota dan berusaha pula untuk dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan tersebut meliputi berbagai fungsi ekonomi atas berbagai jenis usaha yang dibutuhkan oleh para anggotanya. Salah satu sendi dasar koperasi yang mengatur keuntungan pada koperasi yaitu SHU. Sisa Hasil Usaha bila dibagikan kepada anggota dilakukan tidak
14
berdasarkan modal tetapi berdasarkan perimbangan jasa usaha dan kegiatannya dalam penghidupan koperasi itu. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dana-dana yang berasal dari pembagian Sisa Hasil Usaha koperasi selama belum dimanfaatkan digolongkan sebagai kewajiban lancar koperasi. Sedangkan cadangan koperasi sebagai penyisihan dari Sisa Hasil Usaha tergolong kepada modal sendiri yang tidak dapat dibagikan kepada anggota karena untuk tujuan pemupukan modal dan menutup kerugian koperasi. 2.1.2 Pembagian Sisa Hasil Usaha Pada dasarnya SHU yang diperoleh koperasi disetiap tahunnya dibagi sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan pada Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga koperasi yang bersangkutan. Acuan dasar untuk membagi SHU adalah prinsip-prinsip dasar koperasi yang menyebutkan bahwa, pembagian SHU dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masingmasing anggota. Menurut UU Koperasi No.25 Tahun 1992 pasal 34 menjelaskan bahwa pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota koperasi itulah yang boleh dibagikan kepada para anggota, sedang sisa hasil usaha yang berasal dari usaha koperasi yang diselenggarakan untuk bukan anggota, misalnya dari hasil pelayanan terhadap pihak ketiga tidak boleh dibagikan kepada anggota karena bagian ini bukan diperoleh dari jasa anggota, sisa hasil usaha ini digunakan untuk pembiayaanpembiayan tertentu lainnya.
15
Pembagian Sisa Hasil Usaha koperasi supaya diatur sebagai berikut : a. Sisa Hasil Usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota, dibagikan untuk : 1) Cadangan koperasi 2) Para Anggota, sebanding dengan jasa yang diberikan masing-masing 3) Dana Pengurus 4) Dana Pegawai / karyawan 5) Dana pendidikan koperasi 6) Dana Sosial 7) Dana Pembangunan Daerah kerja b. Sisa Hasil usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk bukan anggota, dibagikan untuk : 1) Cadangan koperasi 2) Dana Pengurus 3) Dana Pegawai/karyawan 4) Dana Pendidikan Koperasi 5) Dana Sosial 6) Dana Pembangunan Daerah Kerja Cara penggunaan sisa hasil usaha diatas, kecuali cadangan diatur dalam Anggaran Dasar dengan mengutamakan kepentingan koperasi yang
bersangkutan. Cadangan ini dimaksudkan untuk memupuk modal koperasi sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan, oleh karenanya cadangan tidak boleh dibagikan kepada anggota walaupun diwaktu pembubaran.
16
Penggunaan Dana Sosial diatur oleh Rapat Anggota dan dapat diberikan antara lain pada fakir miskin, yatim piatu atau usaha-usaha sosial lainnya. Perihal zakat dapat diatur oleh koperasi yang bersangkutan dalam Anggaran Dasar maupun ketentuan-ketentuan lain dari koperasi. Penggunaan Dana Pembangunan Daerah dilakukan setelah mengadakan konsultasi dengan pihak Pemerintah Daerah setempat. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.27) menyebutkan bahwa, Pembagian Sisa Hasil Usaha harus dilakukan pada akhir periode pembukuan. Jumlah yang dialokasikan selain untuk koperasi diakui sebagai kewajiban. Dalam hal pembagian tidak dapat dilakukan karena jenis dan jumlah pembagiannya belum diatur secara jelas dalam anggaran dasar atau anggaran rumah tangga, tetapi harus menunggu rapat anggota, maka sisa hasil usaha tersebut dicatat sebagai sisa hasil usaha belum dibagi dan harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. Menurut Sitio dan Tamba (2002:89) secara umum SHU koperasi dibagi untuk: a. Cadangan koperasi
Cadangan koperasi merupakan bagian dari penyisihan SHU yang tidak dibagi dan dapat digunakan untuk memupuk modal sendiri serta untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan b. Jasa Anggota
Anggota di dalam koperasi memiliki fungsi ganda yaitu sebagai pemilik (owner) dan sekaligus sebagai pelanggan (customer). Dengan demikian, SHU yang
17
diberikan kepada anggotanya berdasar atas 2 (dua) kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh anggota sendiri, yaitu : 1. SHU atas jasa modal, adalah SHU yang diterima oleh anggota karena jasa atas penanaman modalnya (simpanan) didalam koperasi. 2. SHU atas jasa usaha, adalah SHU yang diterima oleh anggota karena jasa atas transaksi yang dilakukan sebagai pelanggan di dalam koperasi. c. Dana Pengurus Dana pengurus adalah SHU yang disisihkan untuk pengurus atas balas jasanya dalam mengelola organisasi dan usaha koperasi. d. Dana Pegawai Dana Pegawai adalah penyisihan SHU yang digunakan untuk membayar gaji pegawai yang bekerja dalam koperasi. e. Dana Pendidikan Dana pendidikan adalah penyisihan SHU yang digunakan untuk membiayai pendidikan pengurus, pengelola, dan pegawai koperasi sebagai upaya meningkatkan kemampuan dan keahlian Sumber Daya Manusia dalam mengelola koperasi.
f.
Dana Sosial Dana sosial adalah penyisihan SHU yang dipergunakan untuk membantu anggota dan masyarakat sekitar yang tertimpa musibah.
18
g.
Dana Pembangunan Daerah Kerja Dana Pembangunan Daerah Kerja adalah penyisihan SHU yang dipergunakan untuk mengembangkan daerah kerjanya.
2.1.3
Prinsip Prinsip Pembagian SHU Agar tercermin azas keadilan, demokrasi, tranparasi, dan sesuai dengan
prinsip-prinsip koperasi, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip pembagian SHU sebagai berikut : a. SHU yang dibagi adalah yang bersumber dari anggota. Pada hakikatnya SHU yang dibagi kepada anggota adalah yang bersumber dari anggota sendiri, sedangkan SHU yang bukan berasal dari anggota dijadikan sebagai cadangan koperasi. Oleh sebab itu. Langkah pertama dalam pembagian SHU adalah memilahkan antara SHU yang bersumber dari hasil transaksi anggota dan SHU yang bersumber dari nonanggota. b. SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan anggota sendiri. SHU yang diterima setiap anggota pada dasarnya merupakan insentif dari modal yang diinvestasikannya dan dari hasil transaksi yang dilakukannya dengan koperasi. Oleh sebab itu, perlu ditentukan proporsi SHU untuk jasa modal dan jasa transaksi usaha yang dibagi kepada anggota. c. Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan. Proses perhitungan SHU per anggota dan jumlah SHU yang dibagi kepada anggota harus diumumkan secara transparan, sehingga setiap anggota dapat dengan mudah menghitung secara kuantitatif berapa partisipasinya kepada
19
koperasinya. Prinsip ini pada dasarnya juga merupakan salah satu proses pendidikan bagi anggota koperasi dalam membangun suatu kebersamaan, kepemilikan terhadap suatu badan usaha, pendidikan dalam proses demokrasi. d. SHU anggota dibayar secara tunai SHU per anggota harus diberikan secara tunai, karena dengan demikian koperasi membuktikan dirinya sebagai badan usaha yang sehat kepada anggota dan masyarakat mitra bisnisnya. 2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi SHU (Tri Ruli Yanti,2005) Faktor dari dalam yaitu : a. Partisipasi Anggota Para anggota koperasi harus berpartisipasi dalam kegiatan koperasi karena tanpa adanya peran anggota maka koperasi tidak akan berjalan lancar b. Jumlah Modal Sendiri SHU anggota yang diperoleh sebagian dari modal sendiri yaitu dari simpanan wajib,simpanan pokok,dana cadangan dan hibah c. Kinerja Pengurus Kinerja pengurus sangat diperlukan dalam semua kegiatan yang dilakukan oleh koperasi, dengan adanya kinerja yang baik dan sesuai persyaratan dalam Anggaran Dasar serta UU perkoperasian maka hasil yang dicapaipun juga akan baik. d. Jumlah unit usaha yang dimiliki Setiap koperasi pasti memiliki unit usaha hal ini juga menentukan seberapa besar volume usaha yang dijalankan dalam kegiatan usaha tersebut.
20
e. Kinerja Manajer Kinerja manajer menentukan jalannya semua kegiatan yang dilakukan oleh koperasi dan memiliki wewenang atas semua hal-hal yang bersifat intern. f. Kinerja Karyawan Merupakan kemampuan seorang karyawan dalam menjadi anggota koperasi Faktor dari luar yaitu : a. Modal pinjaman dari luar Modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan dan bagi perusahaan merupakan utang yang pada saatnya harus dibayar kembali agar tidak menderita kerugian. b. Para konsumen dari luar selain anggota koperasi c. Pemerintah Kekayaan koperasi yang merupakan pemberian bantuan kepada pihak koperasi secara sukarela baik berwujud uang maupun barang biasanya berasal dari pemerintah dan merupakan hibah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi SHU (Iramani dan Kristijadi , 1997) : a. Jumlah anggota KoperasI Semakin banyak anggota koperasi yang menyimpan dananya pada koperasi, diharapkan akan meningkatkan volume kegiatan koperasi sehingga akan meningkatkan SHU yang akan diperoleh koperasi.
21
b.Volume usaha Peningkatan SHU dari suatu koperasi sangat tergantung pada kegiatan yang dijalankannya, sehingga aspek volume usaha yang dijalankan oleh koperasi akan sangat menentukan pendapatannya. c. Jumlah simpanan Simpanan para anggota koperasi merupakan salah satu komponen yang turut serta menentukan kegiatan perkoperasian di koperasi tersebut. d. Jumlah Hutang Volume usaha yang harus ditingkatkan oleh koperasi akan terlaksana apabila pada koperasi tersebut tersedia modal yang mencukupi, baik yang berasal dari simpanan para anggota maupun modal yang digali dari luar (hutang).
2.2
MODAL SENDIRI
2.2.1 Definisi Modal Sendiri Menurut Riyanto (1995:227-240) ada 2 (dua) macam modal yaitu yang berasal dari dalam atau modal sendiri dan modal yang berasal dari luar atau modal asing. Yang dimaksud modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan laba) atau berasal dari pengambil bagian, peserta atau pemilik (modal saham, modal peserta,dll). Dan yang dimaksud dengan modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan merupakan utang yang pada saatnya harus dibayar kembali.
22
Modal sangat diperlukan dalam melakukan kegiatan usaha, sehingga tercapai hasil yang diinginkan. Tanpa adanya modal, aktivitas usaha tidak dapat dijalankan. Biasanya semakin luas jangkauan usaha dan semakin banyak bidang yang ditangani, maka dibutuhkan modal yang besar pula. Modal dalam arti sempit adalah sejumlah dana atau sejumlah nilai uang yang dipergunakan dalam membelanjai semua keperluan usaha. Sedangkan dalam arti luas modal adalah semua peralatan yang berupa uang atau barang yang diperlukan untuk menjalankan usaha lebih lanjut (U.Purwanto 1986:28). Menurut Hendroyogi (1997:180-181) modal adalah salah satu faktor produksi yang merupakan sarana untuk melaksanakan usaha-usaha, namun modal dapat juga diartikan sebagai hasil produksi yang digunakan untuk produksi lebih lanjut dari Data Laporan Keuangan pada Rapat Anggota Tahunan tahun 2004-2005. Ditinjau dari wujudnya modal koperasi dapat berupa modal yang berwujud dan modal yang tak berwujud. Modal yang berwujud adalah harta berwujud yang dapat dinilai dengan uang yang digunakan untuk menjalankan usaha seperti uang tunai, alat-alat produksi , mesin, gedung dan sebagainya. Sedangkan modal tak berwujud adalah harta berwujud yang tidak dapat dinilai dengan uang , missal hak-hak istimewa atau posisi yang menguntungkan koperasi untuk memeperoleh pendapatan (Wasis, 1983 : 16). Koperasi adalah salah satu bentuk badan usaha yang sesuai dengan ketentuan UUD 1945. Bentuk badan usaha ini cocok sekali dipakai dalam rangka memecahkan ketidak selarasan di dalam masyrakat karena sebagian kecil
23
masyarakat yang memegang kendali ekonomi sangat kuat, dan di pihak lain bagian terbesar masyarakat berada dalam keadaan yang lemah. Koperasi harus mampu mewujudkan kesejahteraan anggotanya supaya pembangunan koperasi mengarah pada gerakan ekonomi masyarakat yang di dukung demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta menjadi sokoguru perekonomian nasional yang tangguh. 2.2.2 Sumber Modal Sendiri Modal sendiri dalam koperasi bersumber dari : a). Simpanan Pokok Simpanan pokok adalah simpanan yang sudah ditentukan jumlahnya dan sama besarnya bagi setiap anggota, serta diwajibkan kepada anggota untuk menyerahkan kepada koperasi pada waktu masuk menjadi anggota. b). Simpanan Wajib Simpanan Wajib adalah simpanan yang sudah ditentukan jumlahnya dan wajib disimpan oleh setiap anggota pada waktu tertentu. Simpanan wajib hanya boleh diambil kembali dengan cara yang telah ditentukan dalam anggaran dasar, supaya modal koperasi tidak goyah. c). Dana Cadangan Dana cadangan merupakan bagian dari penyisihan SHU yang tidak dibagikan kepada anggotanya yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri serta dapat untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan. d). Hibah
24
Hibah adalah modal yang diterima oleh koperasi secara cuma-cuma dari pihak lain dan menjadi modal sendiri (Ign.Sukamdiyo 1997:77). Hibah merupakan transfer (pemberian) dana dari pihak lain secara gratis yaitu tidak ada kewajiban bagi koperasi untuk membayar kembali baik berupa pokok pemberian maupun jasa yang dapat dikategorikan sebagai hibah pada koperasi adalah hadiah , penghargaan dan pemberian / bantuan lainnya yang tidak disertai dengan ikatan. Bagi koperasi modal sendiri merupakan sumber permodalan yang utama, hal ini berkaitan dengan beberapa alasan (Widyanti 1998: 136-137) 1. Alasan kepemilikan Modal yang berasal dari anggota merupakan salah satu wujud kepemilikan anggota terhadap koperasi berta usahanya. Anggota yang memodali usahanya sendiri akan merasa lebih bertanggungjawab terhadap keberhasilan usaha tersebut. 2. Alasan Ekonomi Modal yang berasal dari anggota akan dapat dikembangkan secara lebih efisien dan murah karena tidak diperkenankan persyaratan bunga. 3. Alasan Risiko Modal sendiri atau anggota juga mengandung rIsiko yang lebih kecil dibandingkan dengan modal dari luar, khususnya pada saat usaha tidak berjalan dengan lancar.
25
Sumber Modal Koperasi adalah bagaimana mencari dan dari mana perusahaan memperoleh dana yang dibutuhkan untuk membelanjai usahanya guna mencapai tujuan perusahaan itu. Adapun sumber modal menurut asalnya dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu : a. Dari Segi Asalnya Ditinjau dari segi asalnya, sumber modal dapat dibedakan menjadi dua yakni sumber modal intern dan sumber modal ekstern. 1). Sumber Intern Sumber intern merupakan usaha yang dilakukan dengan efisien agar pemenuhan kebutuhan dana guna membiayai operasi perusahaan dapat dipenuhi dari dalam perusahaan itu sendiri (Ign. Sukamdiyo 1996:75). Sumber modal intern dapat berwujud : a. Laba yang tidak dibagi/ laba ditahan Laba yang tidak dibagi diperoleh dari keuntungan suatu perusahaan yang tidak dibagikan pada akhir tahun. Hal ini dimaksudkan untuk membentuk modal cadangan agar perusahaan tersebut dapat menjalankan usahanya dengan baik. Besar kecilnya laba ditahan menjadi sumber intern pemenuhan modal kerja yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1. Besarnya laba yang diperoleh pada periode yang bersangkutan. 2. Kebijakan tentang deviden policy, apabila pembayaran deviden ditetapkan dalam prosentase / jumlah yang relatif kecil dan sebaliknya apabila
26
pembayaran deviden ditetapkan dalam prosentase yang relative rendah maka laba ditahan relatif besar. 3. Kebijakan penanaman kembali deviden yang diterima oleh pemegang saham. Apabila ada kebijakan untuk penanaman kembali deviden yang diterima perusahaan maka laba ditahan akan menjadi relative besar asal penanaman kembali deviden tersebut dapat ditanamkan pada investasi yang Ratio Rate Of Return lebih besar dari biaya modal. 4. Penjualan aktiva tetap yang dilakukan oleh perusahaan. 5. Keuntungan penjualan surat berharga / efek di atas harga normal. b. Cadangan Penyusutan Cadangan penyusutan diperoleh dari hasil penyusutan alat-alat produksi tahan lama yang disusutkan tiap tahun berdasarkan peraturan yang berlaku pada perusahaan atau koperasi. Maksud diadakannya cadangan penyusutan adalah untuk menjaga modal yang telah ditetapkan dan menjamin kebutuhan modal agar dapat meningkatkan kegiatan usahanya sewaktu akan mengganti mesin tersebut karena telah habis umur teknisnya. 2). Sumber Ekstern Sumber ekstern merupakan usaha pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari luar perusahaan. Sumber-sumber ekstern ini dapat berupa modalmodal pinjaman (modal asing) baik yang berupa uang, bahan, maupun lainnya. Modal pinjaman ini dapat berupa hutang janka panjang maupun jangka pendek. b. Dari Segi Terjadinya
27
Ditinjau dari segi terjadinya sumber modal, dapat diperoleh dari berbagai sumber. Sumber-sumber tersebut antara lain : 1) Tabungan dari subjek ekonomi Suatu pendapatan yang tidak dikonsumsikan, dengan demikian tabungan tersebut dapat digunakan untuk keperluan konsumsi dimasa yang akan datang. Tabungan yang dikonsumsi tidak menambah modal. Setiap perusahaan dapat mempergunakan tabungannya menurut kehendak masing-masing, tetapi diapun dapat bertindak untuk tidak mempergunkan pendapatan baik sebagian atau seluruhnya. 2) Penciptaan/ kreasi atau kredit oleh bank Dalam penciptaan atau kredit oleh bank, tidak hanya bank sentral saja yang dapat menciptakan uang tetapi bank-bank umum. Juga dapat menciptakan uang yang sering disebut dengan uang giral. 3) Intensifikasi penggunaan modal Cara ini dilakukan oleh bank dengan meminjamkan kembali uang-uang yang dipercaya masyarakat kepada bank. Perusahaan dapat mengintensifkan penggunaan uang yang sementara tidak digunakan misalnya dengan
meminjamkan kepada perusahaan-perusahaan yang membutuhkan (M.Tohar, 1999:15-16). Pemenuhan modal dengan tabungan sementara anggota jangka pendek pada dasarnya yang termasuk ke dalam modal pasif jangka pendek terdiri dari : 1. Utang dagang atau barang 2. Simpanan sukarela atau titipan
28
3. Biaya-biaya yang belum dibayar 4. Rupa-rupa dana 5. Pinjaman dari bank Sesuai dengan keterangan diatas maka disini hanya akan memberikan sorotan pada modal pasif jangka pendek dalam bentuk tabungan sementara anggota jangka pendek yaitu simpanan sukarela atau sering pula dengan istilah titipan atau giro yang diartikan sebagai jumlah uang yang ditanamkan anggota atau bukan anggota pada koperasi atas kehendak sendiri sebagai simpanan sementaranya. Ada beberapa pendapat dari peneliti terdahulu bahwa dengan simpanan sukarela akan dicapai beberapa maksud yaitu : 1. Menambah modal usaha bagi koperasi, artinya bila modal tersebut jangka pengambilannnya oleh penyimpan masih lama, dapat
dimanfaatkan untuk membelanjai usaha pelayanan bagi keperluan anggota. 2. Mengamankan uang dari pengambilan dan pemakaian uang terlalu mudah. 3. Secara tidak langsung dapat memberikan pertolongan kepada sesama anggota yang memerlukan uang atau pinjaman. Namun meskipun demikian karena simpanan sukarela ini pada hakikinya merupakan utang, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal pemenuhan modal tersebut :
29
1. Jangka waktu pengembalian modal harus ditaati, jangan sampai pada saat kreditur mengambil tabungannya tidak tersedia dananya di koperasi. 2. Biaya modal / bunga harus dapat dipenuhi, hal ini untuk lebih mendorong minat kreditur dalam menyetor tabungannya dan juga untuk memperoleh solidaritas atau kepercayaan bahwa penyimpan dikoperasi dapat memnguntungkan mereka. 3. Keperasi tidak menderita rugi, untuk itu para pengurus harus membuat kebijaksanaan permodalnnya sebaik mungkin. Untuk memenuhi harapan diatas maka pihak penabung maupun yang menerima tabungan perlu mempertimbangkan keputusan mengenai pemupukan tabungan tersebut dan memperkirakan apakah setiap transaksi dapat
dilaksanakan sesuai dengan perjanjian. Pemenuhan kebutuhan modal dengan tabungan jangka panjang biasanya berupa simpanan wajib yaitu sejumlah uang yang disetorkan anggota dalam jumlah tertentu, dimana sifat dan kedudukannya sebagai berikut : 1. Merupakan simpanan yang boleh diambil setelah jangka waktu tertentu maka simpanan ini masuk kedalam kelompok utang jangka panjang. 2. Merupakan simpanan yang tidak boleh diambil selama masih menjadi anggota koperasi maka simpanan jenis ini masuk dalam kelompok modal sendiri. Utang jangka panjang memungkinkan koperasi menggunakannya dalam hal : 1. Sebagai modal untuk membelanjai koperasi 2. Sebagai penanaman dalam modal tetap
30
2.2.3 Hubungan Modal Sendiri Dengan Perolehan Sisa Hasil Usaha Setiap kegiatan usaha yang bertujuan untuk mendapatkan hasil atau laba memerlukan modal. Modal tersebut merupakan pembiayaan bagi kegiatankegiatan yang dijalankan oleh badan usaha termasuk koperasi. Oleh karena itu setiap badan usaha atau kperasi akan selalu berusaha untuk meningkatkan modal usahanya, karena semakin besar volume usaha yang dapat dijalankan sehingga akhirnya laba yang diperoleh semakin besar. Suatu analisa terhadap sumber dan penggunaan modal sangat penting karena modal erat hubungannnya dengan kegiatan koperasi sehari-hari. Adanya modal yang cukup sangat penting bagi koperasi untuk melakukan kegiatan usahanya secara efisien. Bila terjadi perubahan modal yang merupakan ringkasan hasil-hasil aktifitas anggota suatu koperasi dalam satu periode tertentu. Suatu modal koperasi akan berubah apabila jumlah anggota dengan simpanan-simpanannya mengalami penurunan atau kenaikan. Karena adanya perubahan modal juga akn berpengaruh terhadap perolehan SHU. Keberhasilan koperasi dalam melaksanakan perannya sebagai badan usaha sangat tergantung pada kemampuan koperasi menghimpun dan menanamkan modalnya dengan cara pemupukan berbagai sumber keuntungan dan banyaknya jumlah anggota. Modal usaha koperasi diutamakan berasal dari anggota. Modal anggota bersumber dari simpanan pokok dan simpanan wajib, hal ini mencerminkan
31
bahwa koperasi sebagai badan usaha yang ingin mendorong diri sendiri dengan kekuatan sendiri. Semakin besar jumlah anggota, maka senakin besar pula modal yang dimiliki koperasi. Artinya kemampuan usaha koperasi juga semakin beraneka ragam dan pada gilirannya akan memperbesar perolehan SHU. Usaha koperasi terutama diarahkan pada bidang usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan anggota, baik untuk menunjang usaha maupun kesejahteraanya. Pengelolan koperasi harus dilakukan secara produktif, efektif dan efisien dalam arti koperasi harus mempunyai kemampuan mewujudkan pelayanan usaha yang sebesar-besarnya pada anggota dengan tetap mempertimbangakan untuk memperoleh Sisa Hasil Usaha yang wajar. Untuk mencapai usaha maka koperasi dapat berusaha secara luwes sesuai dengan kebutuhan para anggotanya. Apabila ada koperasi yang memiliki kelebihan dana, maka oleh koperasi dapat dimanfaatkan untuk berusaha dengan mengoptimalkan skala ekonomi dalam arti memperbesar volume usaha dan menekan biaya yang memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada anggota serta untuk memasyaratkan koperasi. Usaha koperasi adalah usaha-usaha yang bisa menunjang atau meningkatkan kepercayaan bagi anggotanya. Dengan usaha yang menunjang kebutuhan anggota itulah, maka koperasi memilih usaha untuk dikelolanya. Oleh karena itu semua kebutuhan modal membuka dan mengelola usaha koperasi dipikul bersama-sama oleh seluruh anggota, dengan jalan menabung secara teratur dan tertib.
32
Kemampuan koperasi untuk menghasilkan keuntungan tertentu (dalam satu tahun buku) merupakan kesuksesan koperasi dan kemampuan koperasi dalam menggunakan modal secara efisien. Modal koperasi pada dasarnya dapat berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman. Sehubungan dengan adanya dua sumber modal tersebut maka kemampuan suatu koperasi untuk menghasilkan keuntungan yang disebut dengan Sisa Hasil Usaha. Jumlah Sisa Hasil Usaha yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan meningkat merupakan faktor yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian dalam menilai keuntungan suatu koperasi. Stabilitas usaha menunjukan kemampuan koperasi menggunakan modalnya secara efisien sehingga memperoleh keuntungan yang besar. Hubungan modal koperasi dengan perolehan Sisa Hasil Usaha juga tergantung pada peran aktif anggotanya untuk tetap mempertahankan untuk menjadi anggota. Artinya setiap anggota tidak akan meninggalkan koperasinya. Oleh karena itu fungsi pendidikan bagi anggota harus terus menerus dilaksanakan untuk mempertahankan mereka mempercayai koperasinya, bahwa pengelolaan koperasi benar-benar sehat, baik sehat organisasi, sehat usaha maupun sehat mentalnya. Disamping itu peran serta alat kelengkapan organisasi koperasi seperti rapat anggota, pengurus, pengawas dapat dijalankan dan dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya, agar para anggota sadar mengikuti aturan yang harus dilaksanakan dan mereka akan menerima haknya sebanding dengan jasa masingmasing secara adil.
33
Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Rapat anggota dihadiri oleh anggota yang pelaksanaannya diatur dalam anggaran dasar (UU Koperasi No.25, 1992 pasal 22). Pelaksaan rapat anggota paling sedikit satu kali dalam setahun, sedangkan pelaksanaan rapat anggota paling lambat 6 bulan setelah tutup buku. Dalam rapat anggota pengurus akan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya selama satu tahun. Menurut Pasal 29 Undang-Undang Koperasi No.25 Tahun 1992 pengurus dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota, persyaratan menjadi anggota pengurus ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Pengurus koperasi bertugas : a) Mengelola kegiatan usaha koperasi b) Mengajukan program kerja dan belanja kerja c) Menyelenggarakan rapat d) Membuat laporan pertanggungjawaban dalam rapat anggota e) Membukukan keuangan dan inventaris barang dengan tertib f) Memelihara daftar buku anggota dan pengurus Bila pengurus merupakan orang orang yang memegang amanah, jujur bekerja untuk kepentingan koperasi, maka koperasi tersebut dengan cepat dapat mewujudkan tujuannnya yaitu mensejahterakan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya pengurus bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan koperasi Karena kelalaiannya, pengurus koperasi juga berkewajiban membuat laporan dan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya di depan rapat anggota tahunan.
34
Pengurus koperasi mempunyai wewenang : 1. Mewakili koperasi didalam dan diluar pengadilan 2. Memutuskan untuk menerima atau menolak anggota baru dan
memberhentikan anggota sesuai dengan anggaran dasar. 3. Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan koperasi sesuai dengan tanggungjawabnya dan keputusan rapat anggota 4. Pelaksanaan tugas yang di rasa perlu. Pengurus dipilih oleh rapat anggota dan berhenti memegang jabatannya melalui rapat anggota, hal-hal yang telah diputuskan dalam rapat anggota, pelaksanaannya diserahkan kepada pengurus. Hal-hal yang diputuskan dalam rapat anggota, pelaksanaannya diserahkan kepada pengurus karena itu pengurus merupakan pemegang kekuasaan rapat anggota. Pengawas merupakan bagian dari perangkat organisasi koperasi yang diangkat dan diberhentikan melalui rapat anggota. Pengawas bertugas mengawasi seluruh kegiatan koperasi dan seluruh kebijaksanaan pengurus agar tidak menyimpang dari keinginan anggota yang telah diputuskan dalam rapat anggota. Pengawas bertugas membuat laporan tertulis tentang hasil
pengawasannya, hasil pengawasan oleh pengawas harus dirahasiakan terhadap pihak ketiga yaitu pihak yang bersangkutan. Dalam pelaksanaan tugasnya pengawas mempunyai wewenang untuk : 1. Meneliti catatan dan pembukuan koperasi 2. Memperoleh segala keterangan yang diperlukan
35
Tanggung jawab pengurus dalam koperasi adalah bahwa pengawas bertanggungjawab kepada rapat anggota tentang pelaksanaan tugasnya. Hasil pengawasan yang telah dilakukan harus dirahasiakan dan tidak boleh disebarluaskan kepada pihak ketiga. Hasil pengawasan dilaporkan secara tertulis dan dipertanggngjawabkan di depan rapat anggota. Hubungan ketiga alat perlengkapan organisasi ini harus dapat mencerminkan pada sehat usaha, sekaligus memberi kepercayaan kepada para anggotanya. Sedangkan pengurus merupakan pemegang kuasa rapat anggota, bertanggungjawab mengenai segala kegiatan pengelolaan koperasi dan usahanya kepada rapat anggota. Dengan adanya tiga sehat tersebut di atas para anggota tetap menjadi anggota. Para anggota akan tetap secara sadar memenuhi kewajibannnya secara aktif dalam membayar simpanan-simpanannya. Dengan demikian kemampuan modal sendiri dalam koperasi juga dapat dikembangan untuk memperluas usaha koperasinya. Sehingga semakin luas usaha koperasi berarti kesejahteraan anggota 2.3 KERANGKA BERPIKIR Modal sendiri merupakan satu masalah yang penting dalam menjalankan suatu usaha demikian halnya bagi koperasi. Tersedianya modal yang cukup akan sangat menentukan kelancaran kegiatan usaha koperasi dan sebaliknya kurangnya modal bias menghambat kelancaran kegiatan usaha. Menjaga kelancaran kegiatan usaha, maka diharapkan kegiatan usaha tersebut akan terus
36
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang menguntungkan yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan SHU. Berbagai penelitian tentang pengaruh modal sendiri terhadap SHU telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Dalam penelitian Padillah (2001) dan Mat Anis (2003) menemukan bahwa secara parsial modal sendiri berpengaruh
terhadap SHU. Hal ini dikarenakan struktur finansial dalam KPRI yang diteliti menunjukan bahwa modal sendiri lebih dominan. Sebagai badan usaha yang bergerak di bidang kegiatan ekonomi, koperasi sangat memerlukan modal sebagai pembiayaan dari usahanya tersebut. Besar kecilnya nilai modal yang ada pada koperasi menentukan pula besar kecilnya lapangan usaha yang dijalankan koperasi tersebut. Sehingga dengan demikian faktor modal dalam usaha koperasi merupakan salah satu alat yang ikut menentukan maju mundurnya koperasi. Tanpa adanya modal ini, sesuatu yang bersifat ekonomis tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Disamping simpanan pokok dan simpanan wajib yang merupakan modal sendiri juga bisa didapat dari dana cadangan dan hibah. Dari modal sendiri diharapkan rentabilitas atau keuntungan yang diperoleh koperasi akan mendapatkan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang cukup untuk kesejahteraan para anggota koperasi. Secara sistematis kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Modal Sendiri Tinggi
Rentabilitas naik/tinggi
SHU Tinggi
37
Modal Sendiri
SHU Modal Sendiri Rendah Rentabilitas turun/rendah
SHU Rendah
2.4 HIPOTESIS Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada Pengaruh antara Modal Sendiri terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha pada KPRI di Kota Semarang.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah 127 KPRI yang menjadi anggota dari PKPRI di Kota Semarang dan mengumpulkan Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus Tahun 2005. Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah quota sample atau sampling kuota, yaitu teknik sampling yang didasarkan pada jumlah yang telah ditentukan dan tidak berdasarkan strata, sampel dalam penelitian ini diambil sebagian dari seluruh KPRI yang ada di Kota Semarang. Adapun jumlah KPRI yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini adalah 24% dari 127 KPRI di Kota Semarang . Pengambilan sampel sebanyak 24% dari jumlah populasi mengingat: 1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu tenaga dan dana. 2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data. 3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti. Subyek yang dihubungi adalah subyek yang mudah ditemui, sehingga pengumpulan datanya mudah, yang penting diperhatikan adalah terpenuhinya jumlah (quotum) yang telah ditetapkan.
38
39
KPRI yang diambil sebagai sampel adalah sebagai berikut:NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. Nama Koperasi KPRI BHAITA BHAKTI SMK N 10 SMG KPRI UMS KECAMATAN GUNUNG PATI KPRI WIDYA LESTARI BALAI KSDA JATENG KPRI PRIMKO ADPEL TANJUNG EMAS KPRI WIJAYA KUSUMA SMP N 3 SMG KPRI KPPDK BALAI HARTA PENINGGALAN KPRI BB.POM SEMARANG KPRI PENGAYOMAN LP. KLAS I PEGAWAI DEP.KEHAKIMAN KPRI GEMI DINAS P & K KPRI BANGUN SEJAHTERA SEMARANG KPRI TERATAI DINKESOS PROP.JATENG KPRI KOPERKAPP PT.KAP SMG KPRI BINA GATRA SMG KPRI SEJAHTERA RSUD. Dr. AMINO KPRI LAPAS KLAS II A SMG KPRI SERBA USAHA SMA N 7 SMG KPRI AMAL BHAKTI KANTOR WILAYAH DEP.AGAMA KPRI TULUS KARYA KANTOR DEPARTEMEN AGAMA KPRI TIRTA USAHA BALAI PSDA KPRI BINA CITRA HUSADA RS.DR.KARIADI KPRI DWIJA USAHA MIJEN SMG KPRI MANUNGGAL SEJAHTERA PERUM PEGADAIAN KPRI BHAKTI CITRA SMG KPRI SEJAHTERA BLKI SMG KPRI BAHTERA BLKI KPRI POLITEKNIK KOTA SEMARANG KPRI MANFAAT LPMP JATENG KPRI ANGKASA LPP RRI KPRI BPPI SMG KPRI AMRIH MAKMUR SMK N 10 SMG
3.2 Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y), yaitu
40
3.2.1
Variabel bebas (X) Modal Sendiri sebagai variabel bebas (X) yang terdiri dari simpanan
pokok, simpanan wajib dari data laporan keuangan pada Rapat Anggota Tahunan Tahun 2005. 3.2.2 Variabel terikat (Y) Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) sebagai variabel terikat (Y) dari data laporan keuangan pada Rapat Anggota Tahunan tahun 2005. 3.3 Teknik Pengumpulan Data Keberhasilan dalam pengumpulan data merupakan syarat bagi
keberhasilan suatu penelitian. Sedangkan keberhasilan dalam pengumpulan data tergantung pada metode yang digunakan. Berkaitan dengan hal tersebut maka pengumpulan data guna mendapatkan data-data yang objektif dan lengkap harus sesuai dengan permasalahan yang diambil. Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : a. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah suatu cara dengan mengumpulkan data dan mengutip data yang sudah ada yang bersumber dari kebenaran yang ada dan nyata. Metode ini digunakan untuk memperoleh data laporan keuangan atau neraca dari masing-masing KPRI dan daftar nama KPRI di Kota Semarang Tahun 2005.
41
3.4 Analisis Statistik Analisis data diperoleh menggunakan Sistem Komputer SPSS 12, sehingga langkah-langkah dalam menguji hipotesis adalah sebagai berikut: 1. Mencari persamaan regresi setelah mengetahui ada hubungan yaitu dengan persamaan regresi linier sederhana Y = a + bX 2. Menguji hipotesis dengan uji simultan (Uji F) yaitu pengujian distribusi F yang bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Kriteria yang dipakai untuk menguji hipotesis adalah jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak. Artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel modal sendiri terhadap variabel SHU yang dapat dilihat pada kolom Anova dari hasil output SPSS. 3. Untuk mengtahui seberapa besar sumbangan variabel X terhadap variabel Y yaitu dengan melihat dari kolom R square dari hasil output SPSS 12.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Objek Penelitian Data yang dipakai dalam penelitian ini berasal dari Laporan Keuangan 30 KPRI di Kota Semarang tahun 2004 sampai dengan tahun 2005. Keadaan jumlah modal sendiri (simpanan pokok dan simpanan wajib) dan Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI di Kota Semarang dapat dilihat dari laporan keuangan yang berupa neraca dan Perhitungan Hasil Usaha (PHU) dari masing-masing KPRI. Berdasarkan data yang terkumpul selanjutnya dilakukan pemilahan untuk mengetahui jumlah modal sendiri, dan Sisa Hasil Usaha dari masing-masing koperasi. 4.1.2 Variabel Modal Sendiri (X) Modal sendiri dalam penelitian ini diperoleh dari simpanan pokok dan simpanan wajib tahun 2005 dan tahun 2004 sebagai perbandingannya. Besarnya simpanan yang disepakati oleh para anggota biasanya diputuskan melalui Rapat Anggota sebagai mekanisme pengambilan keputusan tertinggi di koperasi. Jumlah Modal sendiri yang diperoleh dari simpanan pokok dan simpanan wajib yang dimiliki oleh 30 KPRI Kota Semarang dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut :
42
43
Tabel 4.1 Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib KPRI Kota SemarangNo 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Nama KPRIBHAITA BHAKTI
Tahun
Simpanan pokok5.200.000 5.100.000 2.800.000 2.720.000 31.470.000 31.395.000 18.800.000 19.100.000 1.125.000 1.080.000 3.000.000 2.800.000 1.320.000 1.420.000 1.700.000 1.740.000 1.760.000 1.690.000 1.140.000 1.095.000 600.000 840.000 4.200.000 200.000 1.830.000 6.220.000 231.000 2.850.000 4.635.000 425.000 636.771.138 712.037.008 415.000 425.000 4.020.000 10.840.000 12.975.000 14.300.000 2.010.000 1.920.000 10.150.000 10.190.000
Simpanan Wajib27.275.000 312.693.000 496.594.030 563.866.030 99.273.000 114.393.000 119.990.000 124.834.000 53.196.500 69.511.500 51.475.725 57.698.993 82.153.950 94.423.450 133.721.500 145.531.500 81.126.200 86.695.700 99.943.500 108.901.000 29.622.500 35.824.500 213.837.035 271.997.915 534.419.000 15.005.800 10.638.350 523.662.100 464.391.223 39.540.300 636.771.138 712.037.008 60.828.118 267.139.725 242.565.450 5.720.000 5.190.000 5.720.000 191.906.250 206.371.250 357.251.500 515.840.500
% Kenaikan13,29% 13,45% 11.5% 10,91% 29,95% 11,05% 14,9% 8,75% 6,63% 8,81% 21,31% 26,64% 21.8% 39,8% 12,97% 11.81% 21,44% 12,58% 10,21% 7,41% 43,17%
2004 2005 UMS 2004 2005 WIDYA LESTARI 2004 2005 PRIMKO ADPEL 2004 2005 WIJAYA KUSUMA 2004 2005 BALAI HARTA P. 2004 2005 BB.POM 2004 2005 BPPI 2004 2005 LP.KLAS I 2004 2005 GEMI 2004 2005 BANGUN SJHTERA 2004 2005 TERATAI 2004 2005 KOPERKAP 2004 2005 BINA GATRA 2004 2005 SEJAHTERA 2004 2005 HANDAYANI 2004 2005 SERBA USAHA 2004 2005 AMAL BHAKTI 2004 2005 TULUS KARYA 2004 2005 TIRTA USAHA 2004 2005 BINA CITRA HUSADA 2004 2005
44
No 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama KPRIDWIJA USAHA MANUNGGAL SEJAHTERA BHAKTI CITRA SEJAHTERA BLKI BAHTERA POLITEKNIK MANFAAT ANGKASA AMRIH MAKMUR
Tahun 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005
Simpanan pokok2.472.500 2.432.500 2.670.000 2.790.000 7.240.000 6.760.000 1.140.000 1.140.000 2.220.000 2.110.000 22.190.000 22.540.000 7.350.000 8.100.000 1.340.000 1.275.00 790.000 840.000
Simpanan Wajib307.019.050 351.790.200 449.875.188 558.267.205 136.161.500 143.772.800 50.207.881 55.736.061 228.085.600 249.865.100 95.475.000 162.225.000 48.227.000 67.236.500 194.514.000 223.718.00077.140.930 93.155.930
% Kenaikan14,45% 23,97% 4,97% 10,76% 9,40% 57,02% 35,5% 14,87%20,61%
Sumber : Laporan keuangan masing-masing KPRI Kota Semarang
Dari tabel 4.1 tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata modal sendiri (simpanan pokok dan simpanan wajib) pada 30 KPRI di Kota Semarang adalah Rp. 498.842.536 yang diperoleh dari simpanan pokok pada Tahun 2004 dan Tahun 2005, sedangkan untuk simpanan wajib diperoleh rata- rata sebesar Rp. 5.589.740.737 dari Tahun 2004 dan 2005. Dan dapat juga diketahui KPRI yang mengalami kenaikan jumlah modal sendiri (simpanan pokok dan simpanan wajib) tertinggi pada tahun 2004-2005 adalah KPRI Politeknik Semarang, dengan prosentase 57,02 %. Sedangkan KPRI yang mengalami kenaikan jumlah modal sendiri paling rendah pada tahun 2004-2005 adalah KPRI Bhakti Citra Semarang, dengan prosentase sebesar 4,97%.
45
4.1.2 Variabel Sisa Hasil Usaha (Y) Sisa Hasil Usaha (SHU) yang berhasil diperoleh KPRI di Kota Semarang, dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 Sisa Hasil Usaha (SHU) No1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Nama KPRIBHAITA BHAKTI UMS WIDYA LESTARI PRIMKO ADPEL WIJAYA KUSUMA BALAI HARTA P. BB.POM BPPI LP.KLAS I GEMI BANGUN SJHTERA TERATAI KOPERKAP BINA GATRA SEJAHTERA HANDAYANI SERBA USAHA AMAL BHAKTI
Tahun2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005
SHU9.174.825 10.867.225 673.316.274 64.394.565 7.396.168 7.755.854 42.803.650 55.654.600 5.038.983 5.133.194 11.739.976 14.187.503 51.902.345 70.930.253 11.581.683 13.712.579 28.891.437 35.476.754 52.586.672 52.710.901 6.399.184 8.696.847 36.372.556 62.573.280 119.489.487 121.383.969 67.502.250 67.148.569 27.593.827 29.389.781 166.828.813 247.414.148 11.022.343 3.464.426 36.836.433 36.932.027
% Kenaikan18,4% -4,34% -4,86% 30% 1,86% 20,8% 36,6% 18,4% 22,7% 23,6% 35,9% 72% 1,58% -5,23% 6,5% 48.3% -68,5% 0,25%
46
No19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama KPRITULUS KARYA TIRTA USAHA BINA CITRA HUSADA DWIJA USAHA MANUNGGAL BHAKTI CITRA SEJAHTERA BLKI BAHTERA POLITEKNIK MANFAAT ANGKASA AMRIH MAKMUR
Tahun2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005
SHU274.720.759 361.724.607 26.214.146 26.222.908 131.136.649 104.716.829 102.000.000 105.000.000 65.448.502 87.341.361 44.188.610 44.413.716 23.841.830 29.532.159 22.312.582 24.076.830 42.940.548 77.978.215 39.607.691 41.269.121 17.801.700 18.202.500 14.548.050 15.690.958
% Kenaikan31,6% 0,03% -20,14% 2,94% 33,4% 0,05% 23,8% 7,9% 81,5% 4,19% 2,25% 7,85%
Sumber: Data yang diolah, 2007 Dari tabel 4.2 tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata Sisa Hasil Usaha (SHU) pada 30 KPRI Kota Semarang pada Tahun 2004 dan tahun 2005 sebesar Rp. 1.498.068.972 dengan perolehan SHU Tahun 2004 sebesar Rp. 1.555.541.973 dan SHU Tahun 2005 yaitu sebesar Rp. 1.843.935.679 Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) tertinggi pada tahun 2004-2005 adalah KPRI Politeknik Semarang dengan prosentase kenaikan 81,5%. Sedangkan KPRI yang mengalami penurunan jumlah Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah KPRI Serba Usaha Semarang, dengan prosentase sebesar -68,5%.
47
4.1.3 Pengaruh Modal Sendiri Terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha Usaha yang dilakukan oleh KPRI di Kota Semarang banyak bertumpu pada usaha simpan pinjam, yang dalam pelayanan terhadap anggotanya telah diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Simpanan wajib dan simpanan pokok merupakan modal sendiri yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan usaha koperasi pada KPRI di Kota Semarang. Modal sendiri yang diperoleh dari simpanan anggota digunakan koperasi untuk usaha simpan pinjam dengan didukung oleh kemampuan permodalan yang cukup besar yang akhirnya akan diperoleh Sisa Hasil Usaha (SHU) yang cukup besar pula. Agar diperoleh gambaran yang jelas maka berikut ini dapat dipaparkan perkembangan simpanan wajib, simpanan pokok dan perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) dari data laporan keuangan Rapat Anggota Tahun 2004/2005 Tabel 4.3 Rekapitulasi Simpanan Pokok, Simpanan Wajib Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) dan Rata-Ratanya Tahun 2004 Simpanan Pokok Simpanan Wajib Sisa Hasil Usaha Rp.475.893.500 Tahun 2005 Rp.522.506.004 Rata-rata Rp.498.842.536
Rp.4.943.290.549 Rp.6.236.190.924 Rp.5.589.740.737 Rp.1.555.541.973 Rp.1.843.935.679 Rp.1.699.738.826
Sumber : data yang diolah 4.1.4 Analisis Data Statisitik Langkah-langkah dalam menganalisis statistik adalah sebagai berikut :
48
1. Dari perhitungan rhitung diperoleh harga sebesar 0,718 kemudian hasilnya diinterpretasikan dengan tabel interpretasi nilai r (lihat tabel ) 2. Analisis data yang digunakan dalam rangka menguji hipotesis tersebut adalah analisis regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana dengan menggunakan program komputasi SPSS 12 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Persaamaan regresi Y = 506,098+0,639, berarti bahwa jika modal sendiri (X) meningkat satu satuan, maka perolehan SHU (Y) akan meningkat sebesar 0,639 3. Setelah persamaan regresi diperoleh langkah selanjutnya adalah menguji signifikasi atau keberartian dari persamaan regresi yang diperoleh tersebut digunakan analisis varians untuk regresi. Berdasarkan hasil analisis varians untuk pengujian signifikasi regresi diperoleh hasil nilai F dari tabel Anova regresi sebagai berikut : Tabel 4.4 Anova Regresi X terhadap Y Jumlah Kudrat Regresi 132939.4 Residu Total 124997.8 257937.2 Derajat Rata-rata Bebas 1 28 29 Kuadrat 132939,418 4464,206 29,779 0.000 Signifikan F Signifikasi Keterangan F
Sumber: data yang diolah Dari tabel tersebut terlihat, bahwa nilai F hitung sebasar 29,779 dan signifikansinya 0,000 , sedangkan F tabel pada df = 1: 28 dan signifikansinya adalah 4,20. Karena F hitung lebih besar dari F tabel dan signifikansi 0.000 F
tabel
yaitu 29,779 > 4,20 Sedangkan pengaruh
yang diberikan modal sendiri secara keseluruhan sebesar 51,5% (koefisien determinasi) dan sebesar 48,5% dipengaruhi oleh faktor lain. Dari hasil
50
penelitian terungkap secara nyata bahwa ada pengaruh yang positif antara variabel modal sendiri terhadap variabel perolehan Sisa Hasil Usaha pada KPRI di Kota Semarang, dari gambaran ini memberikan dasar bahwa modal koperasi dapat ditingkatkan dengan meningkatkan simpanan dari anggota secara lebih efektif. Dari hasil analisis regresi didapatkan, bahwa ada pengaruh positif yang signifikan antara modal sendiri (X) terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha (Y) KPRI di Kota Semarang, hal ini terlihat dari hasil analisis regresi linier sederhana diperoleh persamaan Y = 506,098+0,639 yang berarti bahwa dalam persamaan tersebut diketahui konstanta sebesar 506,098. Nilai ini berarti setiap kenaikan modal sendiri satu satuan, maka perolehan Sisa Hasil Usaha akan meningkat sebesar 0,306 satuan pada konstanta 506,098. Besarnya pengaruh modal sendiri (X) terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha (Y) dengan koefisien determinasi 0,515 berarti bahwa 51,5% variasi yang terjadi terhadap banyak sedikitnya jumlah SHU disebabkan variasi modal sendiri dan sisanya 48,5% tidak dapat diterangkan. Semakin naik jumlah modal sendiri, maka perolehan SHU semakin meningkat dan sebaliknya jika modal sendiri (X) menurun, maka Perolehan Sisa Hasil Usaha (Y) juga akan menurun. Dari hasil ini menunjukkan bahwa bukan hanya modal sendiri saja yang dapat mempengaruhi perolehan SHU, tetapi masih ada faktor lain yang ikut mempengaruhi peningkatan perolehan SHU KPRI Kota di Semarang, yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
51
Berdasarkan hasil penelitian statistik, pengaruh yang diberikan modal sendiri yang berasal dari simpanan anggota terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha cukup berpengaruh. Hal ini disebabkan karena : 1). Modal sendiri merupakan wujud kepemilikan anggota terhadap koperasi dan usahanya, oleh karena itu usaha koperasi dapat dikembangkan secara lebih efisien dan murah karena tidak dikenakan persyaratan bunga dan persyaratan lainnya. 2). Banyaknya jumlah anggota yang masuk dalam kegiatan koperasi, sehingga dengan sendirinya akan menambah simpanan pokok dan simpanan wajib dengan demikian modal sendiripun akan menjadi lebih besar. 3). Sebagian besar usaha koperasi dibiayai dari modal sendiri, hal ini disebabkan karena modal sendiri tidak menanggung resiko dalam penggunaannya. 4). Besarnya pengaruh modal sendiri terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha disebabkan oleh kesadaran dan kemampuan pengurus dalam mengelola modal koperasi yang cukup baik dan besarnya jumlah modal yang dimiliki koperasi serta penggunaan modal sendiri yang cukup baik. Adapun faktor lain yang diduga mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) menurut penelitian terdahulu misalnya : a. Pendapatan Lain Pendapatan lain merupakan pendapatan koperasi diluar pendapatan pokoknya. Termasuk pendapatan lain adalah pendapatan bunga bank, pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) di PKPRI dan sisanya biaya Rapat
52
Anggota Tahunan (RAT). Pendapatan lain ini akan berakibat peningkatan pada perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU). b. Suku bunga pinjaman anggota Suku bunga pinjaman anggota adalah tingkat suku bunga yang dibebankan kepada para anggota yang meminjam uang atau barang kepada koperasi. Tinggi rendahnya suku bunga pinjaman anggota akan mempengaruhi besar kecilnya bunga yang diterima koperasi sehingga akan berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU). Semakin besar bunga yang dibebankan kepada peminjam. Maka akan semakin besar pula pendapatan bunga koperasi sehingga Sisa Hasil Usaha (SHU) pada akhirnyapun akan semakin besar. Suku bunga pinjaman anggota yang ada pada KPRI di Kota Semarang besarnya berkisar 1,5% sampai dengan 2% c. Beban bunga atau biaya usaha Beban usaha atau biaya usha juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) pada koperasi, karena semakin besar biaya usaha koperasi maka berakibat menurunnya perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU). Pada organisasi koperasi sering terjadi pengeluaranprngeluaran biaya semu atau dengan kata lain biaya tersebut sebenarnya adalah SHU, namun secara individu modal sendiri mempunyai pengaruh terhadap SHU yang berbeda-beda.
53
4.2.1
Modal Sendiri Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa modal sendiri (X)
berpengaruh secara signifikan terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) dan dengan hubungan positif. Hal ini berarti semakin besar modal sendiri yang dimiliki maka akan semakin besar pula Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh koperasi. Kenaikan perolehan SHU disebabkan KPRI di Kota Semarang sudah dapat mengelola sendiri secara efektif untuk pelaksanaan pengembangan usaha seperti usaha pertokoan dan wartel, sehingga dapat menambah perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi. Pembuktian adanya pengaruh modal sendiri secara parsial terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI di Kota Semarang ditunjukkan oleh nilai t sebesar 5,457 dengan nilai t demikian thitung tabel hitung
pada taraf signifikan 5% sebesar 2,048 dengan
>t
tabel
, sehingga ini berarti ada pengaruh modal sendiri secar
parsial terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) dan dari data analisis koefisien determinasi (r2) parsial, variabel modal sendiri memberikan kontribusi 51,5% terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU).
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, selanjutnya dapat
disimpulkan hal -hal sebagai berikut. 1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sendiri dan perolehan SHU pada KPRI di Kota Semarang. 2. Besarnya pengaruh (sumbangan efektif) yang diberikan oleh variabel modal sendiri terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) di Kota Semarang adalah sebesar 51,5%. 5.2 Saran Selanjutnya dari kesimpulan yang diperoleh, maka saran-saran yang diajukan adalah : 1. Hendaknya pihak pengelola dan pengurus KPRI di Kota Semarang mengajak para anggotanya untuk lebih berperan serta dalam
meningkatkan usahanya yaitu dengan menaikkan simpanan pokok dan simpanan wajib, karena pengaruh modal sendiri terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) lebih besar dari modal luar. 2. Perlu adanya penelitian yang sejenis yang mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi Sisa Hasil Usaha selain modal sendiri seperti partisipasi anggota, volume usaha, efisiensi biaya dan lain-lain.
54
DAFTAR PUSTAKA
Algifari, 1997. Analisis Regresi. Yoyakarta: PT.BPFE Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Kuncoro, M. 2001. Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta: YKPN Ninik, Widiyanti. 1998. Koperasi dan Perekonomian Indonesia Riyanto, Bambang. 1997. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE. Sitio dan Tamba. 2002. Koperasi Teori dan Praktik. Jakarta: Erlangga. Sukamdiyo, Ign. 1996. Manajemen Koperasi. Semarang: Erlangga. Wasis. 1998. Pembelanjaan Perusahaan. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat Undang-Undang Koperasi No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian,1992. Jakarta
55
DATA SIMPANAN POKOK, SIMPANAN WAJIB DAN SISA HASIL USAHA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA KOTA SEMARANG TAHUN 2004SIMPANAN POKOK SIMPANAN WAJIB SISA HASIL USAHA TAHUN 2004 TAHUN 2004 TAHUN 2004 Rp. Rp. Rp. 5.200.000 27.275.000 9.174.825 2.800.000 496.594.030 673.316.274 31.470.000 99.273.000 7.396.168 18.800.000 119.990.000 42.803.650 1.125.000 53.196.500 5.038.983 3.000.000 51.475.725 11.739.976 1.320.000 82.153.950 51.902.345 1.700.000 133.721.500 11.581.683 1.760.000 81.126.200 28.891.437 1.140.000 99.943.500 52.586.672 600.000 29.622.500 6.399.184 4.200.000 213.837.035 36.372.556 1.830.000 534.419.000 119.489.487 231.000 10.638.350 67.502.250 4.635.000 464.391.223 27.593.827 36.771.138 36.771.1387 166.828.813 415.000 60.828.118 11.022.343 4.020.000 242.565.450 36.836.433 12.975.000 5.190.000 274.720.759 2.010.000 191.906.250 26.214.146 10.150.000 357.251.500 131.136.649 2.472.500 307.019.050 102.000.000 2.670.000 449.875.188 65.448.502 7.240.000 136.161.500 44.188.610 1.140.000 50.207.881 23.841.830 2.220.000 228.085.600 22.312.582 22.190.000 95.475.000 42.940.548 7.350.000 48.227.000 39.607.691 1.340.000 194.514.000 17.801.700 790.000 77.140.930 145.480.050 475.179.069 4.943.290.549 1.555.541.973
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
NAMA KOPERASI BHAITA BHAKTI UMS WIDYA LESTARI PRIMKO ADPEL WIJAYA KUSUMA BALAI HARTA P. BB.POM BPPI LP.KLAS I GEMI BANGUN SJHTERA TERATAI KOPERKAP BINA GATRA SEJAHTERA HANDAYANI SERBA USAHA AMAL BHAKTI TULUS KARYA TIRTA USAHA BINA CITRA HUSADA DWIJA USAHA MANUNGGALSJANTERA BHAKTI CITRA SEJAHTERA BLKI BAHTERA POLITEKNIK MANFAAT ANGKASA AMRIH MAKMUR JUMLAH
DATA SIMPANAN POKOK, SIMPANAN WAJIB DAN SISA HASIL USAHA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA KOTA SEMARANG TAHUN 2005SIMPANAN POKOK TAHUN 2005 Rp. 5.100.000 2.720.000 31.395.000 19.100.000 1.080.000 2.800.000 1.420.000 1.740.000 1.690.000 1.095.000 840.000 4.125.000 1.840.000 20.000 6.220.000 636.717.138 425.000 10.480.000 14.300.000 1.920.000 10.190.000 2.432.500 2.790.000 6.760.000 1.140.000 2.110.000 22.540.000 8.100.000 1.275.000 840.000 522.506.004 SIMPANAN WAJIB SISA HASIL USAHA TAHUN 2005 TAHUN 2005 Rp. Rp. 31.2693.000 10.867.225 4563.866.030 64.394.565 114.393.000 7.755.854 134.834.000 55.654.600 69.511.500 5.133.194 57.698.993 14.187.503 94.423.450 70.930.253 145.531.500 13.712.579 86.695.700 35.476.754 108.901.000 52.710.901 35.824.500 8.696.847 271.997.915 62.573.280 651.347.000 121.383.969 15.005.800 67.148.569 523.662.100 29.389.781 636.717.138 247.414.148 73.948.661 3.404.426 267.139.725 36.932.027 5.720.000 361.724.607 206.9371.250 26.222.908 515.840.500 104.716.829 351.790.200 105.000.000 558.267.205 87.341.361 143.772.800 44.413.716 55.736.061 29.532.159 249.865.100 24.076.830 162.225.000 77.978.215 67.236.500 41.269.121 223.718.000 18.202.500 93.155.930 15.690.958 6.236.190.924 1.843.935.679
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
NAMA KOPERASI BHAITA BHAKTI UMS WIDYA LESTARI PRIMKO ADPEL WIJAYA KUSUMA BALAI HARTA P. BB.POM BPPI LP.KLAS I GEMI BANGUN SJHTERA TERATAI KOPERKAP BINA GATRA SEJAHTERA HANDAYANI SERBA USAHA AMAL BHAKTI TULUS KARYA TIRTA USAHA BINACITRA HUSADA DWIJA USAHA MANUNGGAL SJAHTERA BHAKTI CITRA SEJAHTERA BLKI BAHTERA POLITEKNIK MANFAAT ANGKASA AMRIH MAKMUR JUMLAH