Download - lubuk novi

Transcript
Page 1: lubuk novi

PENGARUH MODAL SENDIRI TERHADAP PEROLEHAN SISA HASIL USAHA (SHU)

PADA KPRI DI KOTA SEMARANG.

SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Lubuk Novi Suryaningrum

NIM 3351402067

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2007

Page 2: lubuk novi

PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang

panitia ujian Skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Margunani MP M.Khafid S.Pd, M.Si NIP. 131570076 NIP. 132243641

Mengesahkan Ketua Jurusan Akuntansi

Drs. Sukirman M.Si NIP.131967646

Page 3: lubuk novi

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam Skripsi ini benar - benar hasil

karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau

seluruhnya, pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang,

2007

Lubuk Novi S

NIM.3351402067

Page 4: lubuk novi

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Pengaruh Modal Sendiri Terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha

Pada KPRI di Kota Semarang”.

Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari beberapa

pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, Msi, Selaku Rektor Universitas

Negeri Semarang.

2. Bapak Drs. Agus Wahyudin, Msi, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Semarang.

3. Bapak Drs. Sukirman, Msi, Selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

4. Ibu Dra. Margunani M.P Selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

5. Bapak Muhammad Khafid S.Pd, Msi, Selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

6. Bapak dan Ibu pengurus KPRI di Kota Semarang yang telah memberikan izin

dan bantuan kepada penulis.

7. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan skripsi

ini.

Page 5: lubuk novi

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan dari peneliti. Oleh

karena itu dengan penuh keterbukaan penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun demi penyusunan skripsi yang lebih baik.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca.

Semarang,

2007

Penulis

Lubuk Novi S NIM.3351402067

Page 6: lubuk novi

MOTO DAN PERSEMBAHAN

”Bersyukurlah pada Allah jika kita mendapatkan kesulitan,, berpikirlah

positif tentang kesulitan kita, yakinlah kita akan dapat mengatasinya “

(Dr.Norman V. Deale)

” Rintangan tidak dapat menghancurkan kita, setiap rintangan akan

menyerah pada ketetapan hati yang kukuh “

(Leonardo Da Vinci)

” Saat meraih keberhasilan tidak akan terasa begitu indah andai tidak ada

lembah-lembah gelap yang harus diterobos “

(Helen Keller)

”Hargailah bayangan dan impianmu, karena merekalah anak jiwamu,

kerangka dasar prestasimu yang baik “

(Napoleon Hill)

Kupersembahkan kepada :

Orang tuaku tercinta terima kasih atas doanya

Adik dan saudaraku yang selalu memotivasi

Teman-teman seperjuangan angkatan “02 Akt

Page 7: lubuk novi

SARI

Lubuk Novi Suryaningrum. 2007. Pengaruh Modal Sendiri Terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada KPRI di Kota Semarang. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Kata Kunci: Modal Sendiri, Sisa Hasil Usaha

Modal usaha koperasi diutamakan berasal dari anggota, modal anggota bersumber dari simpanan pokok dan simpanan wajib. Hal ini mencerminkan bahwa koperasi sebagai badan usaha yang ingin mendorong diri sendiri dengan kekuatan sendiri. Maka kegiatan usaha tersebut akan terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang menguntungkan yang pada akhirnya akan meningkatkan perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU).

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pengaruh modal sendiri terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha pada KPRI di Kota Semarang (2) Untuk mengtahui seberapa besar pengaruh modal sendiri terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI di Kota Semarang.

Populasi dalam penelitian ini adalah KPRI yang menjadi anggota PKPRI dan mengumpulkan laporan pertanggungjawaban tahun 2005 sebanyak 30 KPRI. Variabel penelitian ada dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah modal sendiri (X), sedangkan untuk variabel terikat adalah Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan data statistik yaitu analisis regresi linier sederhana.

Hasil penelitian dari regresi linier sederhana diperoleh persamaan regresi Y= 506,098 + 0,639. Hasil analisis varians untuk regersi diperoleh F hitung 29,779 dan signifikansinya 0,000, sedangkan F tabel pada df = 1 : 28 dan signifikansi 5% adalah 4,20. Karena F hitung = 29,779 > F tabel = 4,20, hal ini menunjukkan bahwa (1) Modal sendiri berpengaruh positif yang signifikan terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU). Hipotesis alternatif diterima. (2) Besarnya pengaruh modal sendiri (X) terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha (Y) dilakukan regersi linier sederhana dan didapatkan koefisien determinasi (r2x100%) = 51,5% sedangkan sisanya 48,5%. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa selain variabel modal sendiri ternyata perolehan Sisa Hasil Usaha dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini sebesar 48,5%.

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah ada pengaruh modal sendiri (X) terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha (Y) pada KPRI di Kota Semarang dan pengaruhnya sebesar 51,5%, yang berarti bahwa semakin naik jumlah modal sendiri maka perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) akan semakin meningkat sebaliknya jika jumlah modal sendiri semakin turun maka perolehan Sisa Hasil Usaha juga akan ikut menurun.

Berdasarkan hasil tersebut, maka diajukan beberapa saran yaitu : (1) Pihak pengelola dan pengurus KPRI di Kota Semarang harus lebih aktif mengajak para anggotanya untuk lebih berperan serta dalam meningkatkan usahanya yaitu dengan menaikkan sinpanan pokok dan simpanan wajib karena pengaruh modal

Page 8: lubuk novi

sendiri terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) lebih besar dari modal luar. (2) Perlu adanya penelitian yang sejenis yang mengungkap factor-faktor yang mempengruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) selain modal sendiri seperti volume usaha, efesiensi biaya dan lain-lain.

Page 9: lubuk novi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………. ii

PENGESAHAN KELULUSAN…………………………………………... iii

PERNYATAAN…………………………………………………………… iv

SARI……………………………………………………………………….. v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………………… vii

KATA PENGANTAR……………………………………………………... viii

DAFTAR ISI……………………………………………………………….. x

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….. xii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………....... 1

1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………….... 1

1.2 Perumusan Masalah……………………………………………… 7

1.3 Penegasan Istilah………………………………………………………… 7

1.4 Tujuan Penelitian…………………………………………………. 8

1.5 Kegunaan Penelitian……………………………………………… 9

1.5.1 Kegunaan Teoritis……………………………………………… 9

1.5.2 Kegunaan Praktis………………………………………………. 9

1.6.Sistematika Penulisan Skripsi……………………………………. 10

BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………... 11

2.1 Sisa Hasil Usaha (SHU)……………………………………………… 11

2.1.1 Pengertian Sisa Hasil Usaha (SHU)………………………… 11

2.1.2 Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU)………………………… 14

2.1.3 Prinsip-Prinsip Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU)……….. 18

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi SHU……………………. 20

2.2 Modal Sendiri……………………………………………………… 22

2.2.1 Definisi Modal Sendiri………………………………………. 22

2.2.2 Sumber Modal Sendiri………………………………………. 23

2.2.3 Hubungan Modal Sendiri dengan Perolehan Sisa Hasil Usaha

Page 10: lubuk novi

(SHU)……………………………………………………… 27

2.3 Kerangka Berpikir……………………………………………….. 33

2.4 Hipotesis……………………………………………………….... 34

BAB III METODE PENELITIAN………………………………………... 35

3.1 Populasi…………………………………………………………. 35

3.2 Variabel Penelitian…………………………………………….... 36

3.3 Teknik Pengumpulan Data……………………………………… 36

3.4 Metode Analisis Data…………………………………………... 36

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN……………………... 40

4.1 Hasil Penelitian…………………………………………………… 40

4.1.1 Objek Penelitian……………………………………………. 40

4.2 Pembahasan……………………………………………………… 48

BAB V SIMPULAN DAN SARAN……………………………………… 50

5.1 Simpulan………………………………………………………… 50

5.2 Saran…………………………………………………………… 50

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 51

LAMPIRAN

Page 11: lubuk novi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perincian Penelitian Populasi……………………………………………35

Tabel 2. Data Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib KPRI Kota Semarang…….41

Tabel 3. Data Sisa Hasil Usaha…………………………………………………...43

Tabel 4. Rekapitulasi Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib, Perolehan

Sisa Hasil Usaha (SHU) dan rata-ratanya……………………………….46

Tabel 5. Analisis Varians untuk regresi…………………………………………..47

Page 12: lubuk novi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib Tahun 2004………….52

Lampiran 2. Data Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib Tahun 2005………….53

Lampiran 3. Data Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib Tahun 2004/2005……54

Lampiran 4. Hasil Analisis Data…………………………………………………55

Lampiran 5. Data Laporan Keuangan Rapat Anggota Tahunan Tahun 2005 KPRI

Kota Semarang……………………………………………………..57

Page 13: lubuk novi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Koperasi merupakan salah satu kekuatan ekonomi yang tumbuh di

kalangan masyarakat sebagai pendorong tumbuhnya perekonomian nasional

sekaligus sebagai soko guru dalam perekonomian di Negara Indonesia. Menurut

UU No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian BAB I Pasal 1 Koperasi adalah “

Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi

dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sebagai gerakan

ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan”.

Koperasi tidak dikenal istilah ”keuntungan”, karena kegiatan usaha

koperasi tujuan utamanya bukan berorientasi mencari untung (non profit

oriented) melainkan berorientasi pada manfaat (benefid oriented). Pada dasarnya

koperasi dikelola dengan tujuan menyejahterakan anggotanya dan masyarakat

pada umumnya, bukan mengejar keuntungan semata. Sekalipun koperasi tidak

mengutamakan keuntungan, akan tetapi usaha-usaha yang dikelola oleh koperasi

harus tetap memperoleh penghasilan yang layak demi menjaga kelangsungan

hidup dan meningkatkan kemampuan usaha, bukan untuk memupuk kekayaan.

Sehingga pada akhir periode usahanya diharapkan dan ditargetkan menghasilkan

Sisa Hasil Usaha.

Keuntungan didalam koperasi biasa disebut dengan istilah “Sisa Hasil

Usaha”. Berdasarkan UU No.25 Tahun 1992 Pasal 45 Ayat 1” Sisa Hasil Usaha

merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam waktu satu tahun buku

Page 14: lubuk novi

2

dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak

dalam tahun buku yang bersangkutan”.

Sebagai badan usaha, pendapatan atau hasil usaha sangat menentukan

besar kecilnya SHU yang diperoleh koperasi. Dalam setiap tahunnya SHU yang

diperoleh koperasi disisihkan dan dibagi untuk keperluan: Cadangan koperasi,

Jasa anggota, Dana Pengurus, Dana Pegawai, Dana Pendidikan, Dana Sosial dan

Dana Pembangunan daerah Kerja. Adapun cara dan besarnya penyisihan SHU

ditetapkan dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) masing-masing koperasi.

Mengingat kegunaan dan fungsi dari penyisihan SHU yang begitu

banyak, maka perolehan SHU bagi koperasi pada setiap tahunnya menjadi

sangat penting. Melalui SHU koperasi dapat memupuk modal sendiri yaitu

dengan dana cadangan yang disisihkan setiap akhir periode tutup buku, sehingga

akan memperkuat struktur modalnya. Selain itu dana-dana yang disisihkan dari

SHU, apabila belum dicairkan atau digunakan maka akan diperlakukan sebagai

tambahan modal yaitu sebagai modal pinjaman tanpa dikenakan biaya modal.

Oleh sebab itu apabila koperasi dapat meningkatkan perolehan SHU dalam

setiap tahunnya dengan sendirinya akan memperkuat struktur finansialnya.

Besarnya SHU yang diperoleh koperasi disetiap tahunnya juga sebagai

pertanda bahwa koperasi telah dikelola secara profesional. Pengelolaan yang

profesional memerlukan sistem pertanggung jawaban yang baik serta informasi

yang relevan dan dapat diandalkan. Hal itu dapat dicapai apabila koperasi

sebagai badan usaha yang bergerak di bidang ekonomi melaksanakan akuntansi

dalam kegiatan usahanya seperti badan usaha lainnya.

Page 15: lubuk novi

3

Semakin besar SHU yang diperoleh koperasi akan meningkatkan

kesejahteraan para anggotanya dan masyarakat pada umumya. Dan untuk

meningkatkan perolehan SHU sangat tergantung dari besarnya modal yang

berhasil dihimpun oleh koperasi untuk menjalankan usahanya.

Modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal

sendiri dapat berasal dari: simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan

hibah. Sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari : anggota, koperasi lainnya

dan atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi

dan surat hutang lainnya, serta sumber lainnya yang sah (UU No. 25 tahun 1992

Pasal 41 ayat 1 & 2).

Permodalan koperasi tidak hanya mencakup modal yang disetor oleh

anggota, akan tetapi meliputi seluruh sumber pembelanjaan koperasi yang dapat

bersifat permanen atau sementara. Pihak- pihak yang mempunyai klaim terhadap

sumber pembelanjaan koperasi terdiri dari kreditur, anggota atau pemilik dan

badan usaha koperasi itu sendiri. Hal ini menunjukan bahwa koperasi

mempunyai eksistensi tersendiri yang terpisah dari anggota-anggotanya (Sitio

dan Tamba 2002:125).

Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) adalah koperasi yang

anggota-anggotanya terdiri dari para pegawai negeri republik Indonesia dalam

suatu daerah kerja (G.Kartasapoetra 1985:17). KPRI merupakan salah satu jenis

koperasi yang membutuhkan modal yang cukup untuk menggerakkan dan

meningkatkan seluruh bidang usahanya.

Page 16: lubuk novi

4

Sebagian besar KPRI dalam mengelola usahanya lebih mengutamakan

menggunakan modal sendiri daripada modal pinjaman. Hal ini dikarenakan

KPRI belum memperhatikan struktur modal yang sesuai, sedangkan struktur

modal yang efektif memungkinkan adanya kemudahan dalam pengumpulan

modal tambahan bila diperlukan.

Menurut Riyanto (2001:23) beranggapan bahwa pembelanjaan yang

sehat itu pertama-tama dibangun atas dasar modal sendiri, yaitu modal tahan

resiko. Maka aturan dalam struktur finansial menetapkan bahwa besarnya modal

asing dalam keadaan bagaimanapun juga tidak boleh melebihi besarnya modal

sendiri. Struktur finansial tersebut akan memperlihatkan dengan jelas modal

yang dimiliki oleh sebuah koperasi, yaitu perimbangan antara hutang jangka

panjang dengan modal sendiri.

Mengingat semakin pesat persaingan dalam pasar global, yang pada

akhirnya menuntut koperasi untuk ikut ambil bagian didalamya. Oleh karena itu

bukan tidak mungkin lambat laun kebutuhan para anggota koperasi dan

masyarakat pada umumnya semakin meningkat. Untuk mengantisipasi hal

tersebut koperasi perlu memperbesar volume usaha yang pastinya akan

membutuhkan tambahan modal cukup besar. Dan kebutuhan akan tambahan

modal tersebut dapat dipenuhi dengan pinjaman dari pihak luar.

Bagaimana efek dari penambahan modal sendiri atau modal pinjaman

terhadap SHU? Ditinjau dari kepentingan modal sendiri atau pemilik

perusahaan, penambahan modal pinjaman hanya dibenarkan jika penambahan

tersebut mempunyai efek finansial yang menguntungkan (Favorable finansial

Page 17: lubuk novi

5

leverage) terhadap perolehan SHU. Penambahan modal pinjaman dari luar

hanya akan memberikan efek yamg menguntungkan terhadap perolehan SHU

apabila “rate of return”dari tambahan modal (modal pinjaman) tersebut lebih

besar daripada biaya modalnya atau bunganya. Demikian pula sebaliknya ,

apabila tingkat bunga lebih besar dari “rate of return”nya akan mempunyai efek

yang merugikan.

Pengumpulan modal yang berhasil dilakukan koperasi , baik modal

sendiri maupun modal pinjaman secara bersama-sama akan digunakan untuk

menggerakan kegiatan usaha. Kedua sumber modal tersebut mendukung

keberhasilan usaha koperasi dengan posisinya masing-masing.

Return of Investment (ROI) adalah kemampuan dari seluruh modal yang

digunakan perusahaan baik modal sendiri maupun modal pinjaman dalam

menghasilkan laba. Untuk menentukan tinggi rendahnya ROI dalam koperasi

dapat diukur dari besarnya SHU yang diperoleh. Misalkan rata-rata ROI yang

diperoleh KPRI selama ini adalah ± 10%. Dari besarnya ROI tersebut dapat

dianalisa bahwa dengan menggunakan modal sendiri dan modal pinjaman yang

dimilikinya, KPRI mendapatkan keuntungan sebesar 10% dari total modalnya.

Besarnya keuntungan tersebut tidak relevan dengan tingkat suku bunga saat ini

mencapai 22%. Hal ini dikarenakan dengan keuntungan 10% KPRI harus

menanggung beban bunga modal dari modal pinjamannya sebesar 22%.

Apabila KPRI menggunakan modal pinjaman lebih besar dalam

menjalankan usahanya, maka akan sangat merugikan. Sebab beban bunga yang

lebih besar dari keuntungan yang diperoleh akan memperkecil SHU, sehingga

Page 18: lubuk novi

6

pada akhirnya akan berdampak buruk pada kesehatan keuangan koperasi. Maka

dari itu KPRI harus benar-benar memperhatikan struktur finansial dan struktur

modal yang tepat dalam menjalankan usahanya.

Berbagai penelitian tentang pengaruh modal sendiri dan modal pinjaman

terhadap SHU telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Penelitian Padillah

(2001) dan Mat Anis (2003) menemukan hasil bahwa secara simultan SHU

dipengaruhi oleh modal sendiri dan modal pinjaman. Sedangkan secara parsial

modal sendiri berpengaruh terhadap SHU. Hal ini dikarenakan struktur finansial

dalam KPRI yang diteliti menunjukan bahwa modal sendiri lebih besar atau

dominan daripada modal pinjaman.

Dari uraian hasil penelitian di atas dapat disimpulkan, terdapat kesamaan

hasil penelitian antara peneliti satu dengan peneliti lainnya. Hal ini dikarenakan

KPRI yang dijadikan sampel penelitian lebih dominan menggunakan modal

sendiri daripada modal pinjaman. Apakah hal tersebut juga sama terjadi di dalam

KPRI Kota Semarang ? Oleh karena itu penelitian tentang pengaruh modal

sendiri terhadap SHU di Kota Semarang perlu dilakukan.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka

peneliti mengambil judul penelitian tentang “PENGARUH MODAL SENDIRI

TERHADAP PEROLEHAN SISA HASIL USAHA (SHU) PADA

KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) DI KOTA

SEMARANG”.

1.2 Perumusan Masalah

Page 19: lubuk novi

7

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

1. Adakah pengaruh modal sendiri terhadap perolehan SHU pada KPRI di Kota

Semarang

2. Seberapa besar pengaruh modal sendiri terhadap perolehan SHU pada KPRI

di Kota Semarang

1.3 Penegasan Istilah

Untuk memberikan kejelasan tentang pengertian dalam memahami judul

skripsi, maka ada beberapa hal yang perlu ditegaskan sebagai berikut :

1. Sisa Hasil Usaha (SHU)

Sisa Hasil Usaha adalah pendapatan koperasi yang didapat selama satu

tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk

pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. (UU Koperasi Nomor 25, 1992

pasal 45).

SHU dalam penelitian ini adalah besarnya SHU yang diperoleh Koperasi

Pegawai Republik Indonesia di Kota Semarang pada akhir tahun 2004-2005.

2. Modal Sendiri

Menurut Riyanto (1999:21) Modal sendiri adalah modal yang berasal

dari perusahaan itu sendiri (cadangan laba) atau berasal dari pengambil bagian,

peserta atau pemilik (modal saham, modal peserta, dll).

Page 20: lubuk novi

8

Berdasarkan pasal 41 UU Koperasi Nomor 25 Tahun 1992 disebutkan

bahwa modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal

sendiri dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan, dan

hibah. Sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari anggota (simpanan

sukarela) koperasi lain, Bank dan lembaga keuangan lainnya.

Agar ruang lingkup penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis

membatasi yang dimaksud dengan modal sendiri dalam judul skripsi ini adalah

Simpanan Pokok, Simpanan wajib sebagai Variabel bebasnya dari data Laporan

Keuangan pada Rapat Anggota Tahunan tahun 2005.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui pengaruh modal sendiri terhadap SHU yang diperoleh

KPRI di Kota Semarang.

1.5 Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

Bagi para akademisi hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi ataupun manfaat dalam pengembangan perkoperasian terutama

menyangkut masalah SHU.

Page 21: lubuk novi

9

1.5.2 Kegunaan Praktis

1. Bagi koperasi sebagai bahan masukan dalam mengelola keuangan agar di

masa yang akan datang koperasi mempunyai perkembangan dan pengelolaan

keuangan yang lebih baik.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi koperasi dalam menyusun strategi untuk

mengembangkan usahanya.

1.6 Sistematika Skripsi

1. Bagian Pendahuluan

Bagian ini meliputi: Halaman judul, persetujuan pembimbing,

pengesahan kelulusan, motto dan persembahan, prakata, sari, daftar isi, daftar

tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.

2. Bagian isi skripsi, terdiri dari :

Bab I : Pendahuluan, meliputi :

Latar belakang masalah, identifikasi masalah, penegasan istilah,

tujuan

Penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II : Landasan teori dan Hipotesis, meliputi:

Sisa Hasil Usaha (SHU), Modal Sendiri,Kerangka berpikir dan

Hipotesis

Bab III : Metode Penelitian, meliputi:

Populasi penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan

data

Serta metode analisis data.

Page 22: lubuk novi

10

Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, meliputi :

Hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian

Bab V : Simpulan dan Saran

3. Bagian akhir, meliputi:

Daftar Pustaka dan lampiran-lampiran

Page 23: lubuk novi

11

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Sisa Hasil Usaha (SHU)

2.1.1 Pengertian Sisa Hasil Usaha

Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam

waktu satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban

lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan (UU No.25 Tahun

1992 Pasal 1 & 2).

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.27) menyebutkan

bahwa, Perhitungan Hasil Usaha (PHU) adalah Perhitungan Hasil usaha yang

menyajikan informasi mengenai pendapatan dan beban-beban usaha dan beban

perkoperasian selama periode tertentu. Perhitungan Hasil Usaha menyajikan

hasil akhir yang disebut sisa hasil usaha. Sisa hasil usaha yang diperoleh

mencakup hasil usaha dengan anggota dan laba atau rugi kotor dengan non

anggota. Istilah perhitungan hasil usaha digunakan mengingat manfaat dari

usaha koperasi tidak semata-mata diukur dari sisa hasil usaha atau laba tetapi

lebih ditentukan pada manfaat bagi anggota.

Usaha koperasi yang utama diarahkan pada bidang usaha yang berkaitan

langsung dengan kepentingan anggota baik untuk menunjang usaha maupun

kesejahteraan anggotanya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pengelolaan

usaha koperasi harus dilakukan dengan produktif, efektif, dan efisien. Dalam arti

koperasi harus mempunyai kemampuan mewujudkan pelayanan usaha yang

dapat meningkatkan nilai tambah dan manfaat yang sebesar-besarnya terhadap

Page 24: lubuk novi

12

anggota dan masyarakat pada umumnya dengan tetap mempertimbangkan untuk

memperoleh SHU yang wajar.

Menurut UU Koperasi No.25/1992 Bab. IX pasal 45 adalah

1). SHU koperasi adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun

buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lain termasuk pajak

dalam tahun buku yang bersangkutan.

2). SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding

jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan kperasi, serta

digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan koperasi,

sesuai dengan Rapat Anggota.

3). Besarnya pemupukan modal dana cadangan ditetapkan dalam Rapat

Anggota.

Sebagai suatu badan usaha, koperasi di dalam menjalankan kegiatan

usahanya tentu saja menghendaki untuk mendapatkan keuntungan atau sisa hasil

usaha yang cukup banyak maka Sisa Hasil Usaha tersebut dapat disisihkan

sebagian untuk cadangan koperasi yang selanjutnya bisa dipergunakan untuk

menambah modal koperasi. Apabila modal koperasi bertambah besar, maka

dengan sendirinya lingkup usaha koperasi.

Sisa Hasil Usaha mungkin tidak dapat dibagi habis, karena pembagian

SHU dalam koperasi terbatas sesuai dengan tingkat bunga bank pemerintah atau

mungkin juga terjadi, rapat anggota memutuskan Sisa Hasil Usaha tahun buku

yang bersangkutan tetap tinggal dalam rekening simpanan masing-masing

Page 25: lubuk novi

13

anggota. Sisa Hasil Usaha yang tidak dibagi ini digunakan untuk pemupukan

modal.

Perolehan Sisa Hasil Usaha akan terlihat pada data laporan keuangan

dalam laporan tahunan koperasi pada tutup buku akhir tahun. Sisa Hasil Usaha

memperlihatkan hasil yang telah dicapai oleh koperasi selama periode tertentu

dalam satu tahun buku.

Sebuah koperasi dikatakan baik atau berkembang bukan hanya dilihat

dari perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) saja, tetapi juga dilihat dari rencana kerja

pelaksanaan yang telah ditentukan dalam rapat anggota tahunan apakah rencana

kerja tersebut bisa dilaksanakan secara keseluruhan.

Faktor lain yang tidak kalah penting adalah pelayanan terhadap anggota.

Koperasi yang dapat melayani anggota dengan sebaik-baiknya dapat dikatakan

berhasil. Namun sebagai badan usaha, koperasi juga dituntut untuk dapat sejajar

dengan badan usaha lain termasuk dalam memperoleh SHU.Untuk itu pengurus

harus bekerja keras dan mempunyai manajemen yang baik sehingga dapat

menghasilkan pelayanan maupun Sisa Hasil Usaha yang wajar.

Motivasi usaha koperasi adalah memberikan pelayanan kepada anggota

dan berusaha pula untuk dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Pelayanan tersebut meliputi berbagai fungsi ekonomi atas berbagai jenis usaha

yang dibutuhkan oleh para anggotanya.

Salah satu sendi dasar koperasi yang mengatur keuntungan pada koperasi

yaitu SHU. Sisa Hasil Usaha bila dibagikan kepada anggota dilakukan tidak

Page 26: lubuk novi

14

berdasarkan modal tetapi berdasarkan perimbangan jasa usaha dan kegiatannya

dalam penghidupan koperasi itu.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dana-dana yang berasal

dari pembagian Sisa Hasil Usaha koperasi selama belum dimanfaatkan

digolongkan sebagai kewajiban lancar koperasi. Sedangkan cadangan koperasi

sebagai penyisihan dari Sisa Hasil Usaha tergolong kepada modal sendiri yang

tidak dapat dibagikan kepada anggota karena untuk tujuan pemupukan modal

dan menutup kerugian koperasi.

2.1.2 Pembagian Sisa Hasil Usaha

Pada dasarnya SHU yang diperoleh koperasi disetiap tahunnya dibagi

sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan pada Anggaran Dasar/Anggaran

Rumah Tangga koperasi yang bersangkutan. Acuan dasar untuk membagi SHU

adalah prinsip-prinsip dasar koperasi yang menyebutkan bahwa, pembagian

SHU dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-

masing anggota.

Menurut UU Koperasi No.25 Tahun 1992 pasal 34 menjelaskan bahwa

pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) yang berasal dari usaha yang

diselenggarakan untuk anggota koperasi itulah yang boleh dibagikan kepada

para anggota, sedang sisa hasil usaha yang berasal dari usaha koperasi yang

diselenggarakan untuk bukan anggota, misalnya dari hasil pelayanan terhadap

pihak ketiga tidak boleh dibagikan kepada anggota karena bagian ini bukan

diperoleh dari jasa anggota, sisa hasil usaha ini digunakan untuk pembiayaan-

pembiayan tertentu lainnya.

Page 27: lubuk novi

15

Pembagian Sisa Hasil Usaha koperasi supaya diatur sebagai berikut :

a. Sisa Hasil Usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota,

dibagikan untuk :

1) Cadangan koperasi

2) Para Anggota, sebanding dengan jasa yang diberikan masing-masing

3) Dana Pengurus

4) Dana Pegawai / karyawan

5) Dana pendidikan koperasi

6) Dana Sosial

7) Dana Pembangunan Daerah kerja

b. Sisa Hasil usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk bukan

anggota, dibagikan untuk :

1) Cadangan koperasi

2) Dana Pengurus

3) Dana Pegawai/karyawan

4) Dana Pendidikan Koperasi

5) Dana Sosial

6) Dana Pembangunan Daerah Kerja

Cara penggunaan sisa hasil usaha diatas, kecuali cadangan diatur dalam

Anggaran Dasar dengan mengutamakan kepentingan koperasi yang

bersangkutan. Cadangan ini dimaksudkan untuk memupuk modal koperasi

sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan, oleh karenanya

cadangan tidak boleh dibagikan kepada anggota walaupun diwaktu pembubaran.

Page 28: lubuk novi

16

Penggunaan Dana Sosial diatur oleh Rapat Anggota dan dapat diberikan

antara lain pada fakir miskin, yatim piatu atau usaha-usaha sosial lainnya.

Perihal zakat dapat diatur oleh koperasi yang bersangkutan dalam Anggaran

Dasar maupun ketentuan-ketentuan lain dari koperasi. Penggunaan Dana

Pembangunan Daerah dilakukan setelah mengadakan konsultasi dengan pihak

Pemerintah Daerah setempat.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.27) menyebutkan

bahwa, Pembagian Sisa Hasil Usaha harus dilakukan pada akhir periode

pembukuan. Jumlah yang dialokasikan selain untuk koperasi diakui sebagai

kewajiban. Dalam hal pembagian tidak dapat dilakukan karena jenis dan jumlah

pembagiannya belum diatur secara jelas dalam anggaran dasar atau anggaran

rumah tangga, tetapi harus menunggu rapat anggota, maka sisa hasil usaha

tersebut dicatat sebagai sisa hasil usaha belum dibagi dan harus dijelaskan dalam

catatan atas laporan keuangan.

Menurut Sitio dan Tamba (2002:89) secara umum SHU koperasi dibagi

untuk:

a. Cadangan koperasi

Cadangan koperasi merupakan bagian dari penyisihan SHU yang tidak dibagi

dan dapat digunakan untuk memupuk modal sendiri serta untuk menutup

kerugian koperasi bila diperlukan

b. Jasa Anggota

Anggota di dalam koperasi memiliki fungsi ganda yaitu sebagai pemilik (owner)

dan sekaligus sebagai pelanggan (customer). Dengan demikian, SHU yang

Page 29: lubuk novi

17

diberikan kepada anggotanya berdasar atas 2 (dua) kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh anggota sendiri, yaitu :

1. SHU atas jasa modal, adalah SHU yang diterima oleh anggota karena

jasa atas penanaman modalnya (simpanan) didalam koperasi.

2. SHU atas jasa usaha, adalah SHU yang diterima oleh anggota karena

jasa atas transaksi yang dilakukan sebagai pelanggan di dalam

koperasi.

c. Dana Pengurus

Dana pengurus adalah SHU yang disisihkan untuk pengurus atas balas

jasanya dalam mengelola organisasi dan usaha koperasi.

d. Dana Pegawai

Dana Pegawai adalah penyisihan SHU yang digunakan untuk membayar

gaji pegawai yang bekerja dalam koperasi.

e. Dana Pendidikan

Dana pendidikan adalah penyisihan SHU yang digunakan untuk

membiayai pendidikan pengurus, pengelola, dan pegawai koperasi sebagai

upaya meningkatkan kemampuan dan keahlian Sumber Daya Manusia

dalam mengelola koperasi.

f. Dana Sosial

Dana sosial adalah penyisihan SHU yang dipergunakan untuk membantu

anggota dan masyarakat sekitar yang tertimpa musibah.

Page 30: lubuk novi

18

g. Dana Pembangunan Daerah Kerja

Dana Pembangunan Daerah Kerja adalah penyisihan SHU yang

dipergunakan untuk mengembangkan daerah kerjanya.

2.1.3 Prinsip Prinsip Pembagian SHU

Agar tercermin azas keadilan, demokrasi, tranparasi, dan sesuai dengan

prinsip-prinsip koperasi, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip pembagian

SHU sebagai berikut :

a. SHU yang dibagi adalah yang bersumber dari anggota.

Pada hakikatnya SHU yang dibagi kepada anggota adalah yang

bersumber dari anggota sendiri, sedangkan SHU yang bukan berasal dari

anggota dijadikan sebagai cadangan koperasi. Oleh sebab itu. Langkah pertama

dalam pembagian SHU adalah memilahkan antara SHU yang bersumber dari

hasil transaksi anggota dan SHU yang bersumber dari nonanggota.

b. SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan

anggota sendiri.

SHU yang diterima setiap anggota pada dasarnya merupakan insentif dari

modal yang diinvestasikannya dan dari hasil transaksi yang dilakukannya

dengan koperasi. Oleh sebab itu, perlu ditentukan proporsi SHU untuk jasa

modal dan jasa transaksi usaha yang dibagi kepada anggota.

c. Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan.

Proses perhitungan SHU per anggota dan jumlah SHU yang dibagi

kepada anggota harus diumumkan secara transparan, sehingga setiap anggota

dapat dengan mudah menghitung secara kuantitatif berapa partisipasinya kepada

Page 31: lubuk novi

19

koperasinya. Prinsip ini pada dasarnya juga merupakan salah satu proses

pendidikan bagi anggota koperasi dalam membangun suatu kebersamaan,

kepemilikan terhadap suatu badan usaha, pendidikan dalam proses demokrasi.

d. SHU anggota dibayar secara tunai

SHU per anggota harus diberikan secara tunai, karena dengan demikian

koperasi membuktikan dirinya sebagai badan usaha yang sehat kepada anggota

dan masyarakat mitra bisnisnya.

2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi SHU (Tri Ruli Yanti,2005)

Faktor dari dalam yaitu :

a. Partisipasi Anggota

Para anggota koperasi harus berpartisipasi dalam kegiatan koperasi

karena tanpa adanya peran anggota maka koperasi tidak akan berjalan lancar

b. Jumlah Modal Sendiri

SHU anggota yang diperoleh sebagian dari modal sendiri yaitu dari

simpanan wajib,simpanan pokok,dana cadangan dan hibah

c. Kinerja Pengurus

Kinerja pengurus sangat diperlukan dalam semua kegiatan yang

dilakukan oleh koperasi, dengan adanya kinerja yang baik dan sesuai persyaratan

dalam Anggaran Dasar serta UU perkoperasian maka hasil yang dicapaipun

juga akan baik.

d. Jumlah unit usaha yang dimiliki

Setiap koperasi pasti memiliki unit usaha hal ini juga menentukan

seberapa besar volume usaha yang dijalankan dalam kegiatan usaha tersebut.

Page 32: lubuk novi

20

e. Kinerja Manajer

Kinerja manajer menentukan jalannya semua kegiatan yang dilakukan

oleh koperasi dan memiliki wewenang atas semua hal-hal yang bersifat intern.

f. Kinerja Karyawan

Merupakan kemampuan seorang karyawan dalam menjadi anggota

koperasi

Faktor dari luar yaitu :

a. Modal pinjaman dari luar

Modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja

di dalam perusahaan dan bagi perusahaan merupakan utang yang pada saatnya

harus dibayar kembali agar tidak menderita kerugian.

b. Para konsumen dari luar selain anggota koperasi

c. Pemerintah

Kekayaan koperasi yang merupakan pemberian bantuan kepada pihak

koperasi secara sukarela baik berwujud uang maupun barang biasanya berasal

dari pemerintah dan merupakan hibah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi SHU (Iramani dan Kristijadi , 1997) :

a. Jumlah anggota KoperasI

Semakin banyak anggota koperasi yang menyimpan dananya pada

koperasi, diharapkan akan meningkatkan volume kegiatan koperasi sehingga

akan meningkatkan SHU yang akan diperoleh koperasi.

Page 33: lubuk novi

21

b.Volume usaha

Peningkatan SHU dari suatu koperasi sangat tergantung pada kegiatan

yang dijalankannya, sehingga aspek volume usaha yang dijalankan oleh koperasi

akan sangat menentukan pendapatannya.

c. Jumlah simpanan

Simpanan para anggota koperasi merupakan salah satu komponen yang

turut serta menentukan kegiatan perkoperasian di koperasi tersebut.

d. Jumlah Hutang

Volume usaha yang harus ditingkatkan oleh koperasi akan terlaksana

apabila pada koperasi tersebut tersedia modal yang mencukupi, baik yang

berasal dari simpanan para anggota maupun modal yang digali dari luar

(hutang).

2.2 MODAL SENDIRI

2.2.1 Definisi Modal Sendiri

Menurut Riyanto (1995:227-240) ada 2 (dua) macam modal yaitu yang

berasal dari dalam atau modal sendiri dan modal yang berasal dari luar atau

modal asing. Yang dimaksud modal sendiri adalah modal yang berasal dari

perusahaan itu sendiri (cadangan laba) atau berasal dari pengambil bagian,

peserta atau pemilik (modal saham, modal peserta,dll). Dan yang dimaksud

dengan modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang

sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan

merupakan “utang’ yang pada saatnya harus dibayar kembali.

Page 34: lubuk novi

22

Modal sangat diperlukan dalam melakukan kegiatan usaha, sehingga

tercapai hasil yang diinginkan. Tanpa adanya modal, aktivitas usaha tidak dapat

dijalankan. Biasanya semakin luas jangkauan usaha dan semakin banyak bidang

yang ditangani, maka dibutuhkan modal yang besar pula.

Modal dalam arti sempit adalah sejumlah dana atau sejumlah nilai uang

yang dipergunakan dalam membelanjai semua keperluan usaha. Sedangkan

dalam arti luas modal adalah semua peralatan yang berupa uang atau barang

yang diperlukan untuk menjalankan usaha lebih lanjut (U.Purwanto 1986:28).

Menurut Hendroyogi (1997:180-181) modal adalah salah satu faktor

produksi yang merupakan sarana untuk melaksanakan usaha-usaha, namun

modal dapat juga diartikan sebagai hasil produksi yang digunakan untuk

produksi lebih lanjut dari Data Laporan Keuangan pada Rapat Anggota Tahunan

tahun 2004-2005.

Ditinjau dari wujudnya modal koperasi dapat berupa modal yang

berwujud dan modal yang tak berwujud. Modal yang berwujud adalah harta

berwujud yang dapat dinilai dengan uang yang digunakan untuk menjalankan

usaha seperti uang tunai, alat-alat produksi , mesin, gedung dan sebagainya.

Sedangkan modal tak berwujud adalah harta berwujud yang tidak dapat dinilai

dengan uang , missal hak-hak istimewa atau posisi yang menguntungkan

koperasi untuk memeperoleh pendapatan (Wasis, 1983 : 16).

Koperasi adalah salah satu bentuk badan usaha yang sesuai dengan

ketentuan UUD 1945. Bentuk badan usaha ini cocok sekali dipakai dalam

rangka memecahkan ketidak selarasan di dalam masyrakat karena sebagian kecil

Page 35: lubuk novi

23

masyarakat yang memegang kendali ekonomi sangat kuat, dan di pihak lain

bagian terbesar masyarakat berada dalam keadaan yang lemah.

Koperasi harus mampu mewujudkan kesejahteraan anggotanya supaya

pembangunan koperasi mengarah pada gerakan ekonomi masyarakat yang di

dukung demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta

menjadi sokoguru perekonomian nasional yang tangguh.

2.2.2 Sumber Modal Sendiri

Modal sendiri dalam koperasi bersumber dari :

a). Simpanan Pokok

Simpanan pokok adalah simpanan yang sudah ditentukan jumlahnya dan

sama besarnya bagi setiap anggota, serta diwajibkan kepada anggota untuk

menyerahkan kepada koperasi pada waktu masuk menjadi anggota.

b). Simpanan Wajib

Simpanan Wajib adalah simpanan yang sudah ditentukan jumlahnya dan

wajib disimpan oleh setiap anggota pada waktu tertentu. Simpanan wajib hanya

boleh diambil kembali dengan cara yang telah ditentukan dalam anggaran dasar,

supaya modal koperasi tidak goyah.

c). Dana Cadangan

Dana cadangan merupakan bagian dari penyisihan SHU yang tidak

dibagikan kepada anggotanya yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri

serta dapat untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.

d). Hibah

Page 36: lubuk novi

24

Hibah adalah modal yang diterima oleh koperasi secara cuma-cuma dari

pihak lain dan menjadi modal sendiri (Ign.Sukamdiyo 1997:77). Hibah

merupakan transfer (pemberian) dana dari pihak lain secara gratis yaitu tidak ada

kewajiban bagi koperasi untuk membayar kembali baik berupa pokok pemberian

maupun jasa yang dapat dikategorikan sebagai hibah pada koperasi adalah

hadiah , penghargaan dan pemberian / bantuan lainnya yang tidak disertai

dengan ikatan.

Bagi koperasi modal sendiri merupakan sumber permodalan yang utama,

hal ini berkaitan dengan beberapa alasan (Widyanti 1998: 136-137)

1. Alasan kepemilikan

Modal yang berasal dari anggota merupakan salah satu wujud

kepemilikan anggota terhadap koperasi berta usahanya. Anggota yang memodali

usahanya sendiri akan merasa lebih bertanggungjawab terhadap keberhasilan

usaha tersebut.

2. Alasan Ekonomi

Modal yang berasal dari anggota akan dapat dikembangkan secara lebih

efisien dan murah karena tidak diperkenankan persyaratan bunga.

3. Alasan Risiko

Modal sendiri atau anggota juga mengandung rIsiko yang lebih kecil

dibandingkan dengan modal dari luar, khususnya pada saat usaha tidak berjalan

dengan lancar.

Page 37: lubuk novi

25

Sumber Modal Koperasi adalah bagaimana mencari dan dari mana

perusahaan memperoleh dana yang dibutuhkan untuk membelanjai usahanya

guna mencapai tujuan perusahaan itu.

Adapun sumber modal menurut asalnya dapat dibedakan menjadi 2 (dua)

yaitu :

a. Dari Segi Asalnya

Ditinjau dari segi asalnya, sumber modal dapat dibedakan menjadi dua

yakni sumber modal intern dan sumber modal ekstern.

1). Sumber Intern

Sumber intern merupakan usaha yang dilakukan dengan efisien agar

pemenuhan kebutuhan dana guna membiayai operasi perusahaan dapat dipenuhi

dari dalam perusahaan itu sendiri (Ign. Sukamdiyo 1996:75).

Sumber modal intern dapat berwujud :

a. Laba yang tidak dibagi/ laba ditahan

Laba yang tidak dibagi diperoleh dari keuntungan suatu perusahaan yang

tidak dibagikan pada akhir tahun. Hal ini dimaksudkan untuk membentuk modal

cadangan agar perusahaan tersebut dapat menjalankan usahanya dengan baik.

Besar kecilnya laba ditahan menjadi sumber intern pemenuhan modal

kerja yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Besarnya laba yang diperoleh pada periode yang bersangkutan.

2. Kebijakan tentang deviden policy, apabila pembayaran deviden ditetapkan

dalam prosentase / jumlah yang relatif kecil dan sebaliknya apabila

Page 38: lubuk novi

26

pembayaran deviden ditetapkan dalam prosentase yang relative rendah maka

laba ditahan relatif besar.

3. Kebijakan penanaman kembali deviden yang diterima oleh pemegang saham.

Apabila ada kebijakan untuk penanaman kembali deviden yang diterima

perusahaan maka laba ditahan akan menjadi relative besar asal penanaman

kembali deviden tersebut dapat ditanamkan pada investasi yang Ratio Rate

Of Return lebih besar dari biaya modal.

4. Penjualan aktiva tetap yang dilakukan oleh perusahaan.

5. Keuntungan penjualan surat berharga / efek di atas harga normal.

b. Cadangan Penyusutan

Cadangan penyusutan diperoleh dari hasil penyusutan alat-alat produksi

tahan lama yang disusutkan tiap tahun berdasarkan peraturan yang berlaku pada

perusahaan atau koperasi. Maksud diadakannya cadangan penyusutan adalah

untuk menjaga modal yang telah ditetapkan dan menjamin kebutuhan modal

agar dapat meningkatkan kegiatan usahanya sewaktu akan mengganti mesin

tersebut karena telah habis umur teknisnya.

2). Sumber Ekstern

Sumber ekstern merupakan usaha pemenuhan kebutuhan dana yang

berasal dari luar perusahaan. Sumber-sumber ekstern ini dapat berupa modal-

modal pinjaman (modal asing) baik yang berupa uang, bahan, maupun lainnya.

Modal pinjaman ini dapat berupa hutang janka panjang maupun jangka pendek.

b. Dari Segi Terjadinya

Page 39: lubuk novi

27

Ditinjau dari segi terjadinya sumber modal, dapat diperoleh dari berbagai

sumber. Sumber-sumber tersebut antara lain :

1) Tabungan dari subjek ekonomi

Suatu pendapatan yang tidak dikonsumsikan, dengan demikian tabungan

tersebut dapat digunakan untuk keperluan konsumsi dimasa yang akan datang.

Tabungan yang dikonsumsi tidak menambah modal. Setiap perusahaan dapat

mempergunakan tabungannya menurut kehendak masing-masing, tetapi diapun

dapat bertindak untuk tidak mempergunkan pendapatan baik sebagian atau

seluruhnya.

2) Penciptaan/ kreasi atau kredit oleh bank

Dalam penciptaan atau kredit oleh bank, tidak hanya bank sentral saja

yang dapat menciptakan uang tetapi bank-bank umum. Juga dapat menciptakan

uang yang sering disebut dengan uang giral.

3) Intensifikasi penggunaan modal

Cara ini dilakukan oleh bank dengan meminjamkan kembali uang-uang

yang dipercaya masyarakat kepada bank. Perusahaan dapat mengintensifkan

penggunaan uang yang sementara tidak digunakan misalnya dengan

meminjamkan kepada perusahaan-perusahaan yang membutuhkan (M.Tohar,

1999:15-16).

Pemenuhan modal dengan tabungan sementara anggota jangka pendek

pada dasarnya yang termasuk ke dalam modal pasif jangka pendek terdiri dari :

1. Utang dagang atau barang

2. Simpanan sukarela atau titipan

Page 40: lubuk novi

28

3. Biaya-biaya yang belum dibayar

4. Rupa-rupa dana

5. Pinjaman dari bank

Sesuai dengan keterangan diatas maka disini hanya akan memberikan

sorotan pada modal pasif jangka pendek dalam bentuk tabungan sementara

anggota jangka pendek yaitu simpanan sukarela atau sering pula dengan istilah

titipan atau giro yang diartikan sebagai jumlah uang yang ditanamkan anggota

atau bukan anggota pada koperasi atas kehendak sendiri sebagai simpanan

sementaranya.

Ada beberapa pendapat dari peneliti terdahulu bahwa dengan simpanan

sukarela akan dicapai beberapa maksud yaitu :

1. Menambah modal usaha bagi koperasi, artinya bila modal tersebut

jangka pengambilannnya oleh penyimpan masih lama, dapat

dimanfaatkan untuk membelanjai usaha pelayanan bagi keperluan

anggota.

2. Mengamankan uang dari pengambilan dan pemakaian uang terlalu

mudah.

3. Secara tidak langsung dapat memberikan pertolongan kepada sesama

anggota yang memerlukan uang atau pinjaman.

Namun meskipun demikian karena simpanan sukarela ini pada hakikinya

merupakan utang, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal

pemenuhan modal tersebut :

Page 41: lubuk novi

29

1. Jangka waktu pengembalian modal harus ditaati, jangan sampai pada saat

kreditur mengambil tabungannya tidak tersedia dananya di koperasi.

2. Biaya modal / bunga harus dapat dipenuhi, hal ini untuk lebih

mendorong minat kreditur dalam menyetor tabungannya dan juga untuk

memperoleh solidaritas atau kepercayaan bahwa penyimpan dikoperasi

dapat memnguntungkan mereka.

3. Keperasi tidak menderita rugi, untuk itu para pengurus harus membuat

kebijaksanaan permodalnnya sebaik mungkin.

Untuk memenuhi harapan diatas maka pihak penabung maupun yang

menerima tabungan perlu mempertimbangkan keputusan mengenai pemupukan

tabungan tersebut dan memperkirakan apakah setiap transaksi dapat

dilaksanakan sesuai dengan perjanjian.

Pemenuhan kebutuhan modal dengan tabungan jangka panjang biasanya

berupa simpanan wajib yaitu sejumlah uang yang disetorkan anggota dalam

jumlah tertentu, dimana sifat dan kedudukannya sebagai berikut :

1. Merupakan simpanan yang boleh diambil setelah jangka waktu tertentu

maka simpanan ini masuk kedalam kelompok utang jangka panjang.

2. Merupakan simpanan yang tidak boleh diambil selama masih menjadi

anggota koperasi maka simpanan jenis ini masuk dalam kelompok modal

sendiri.

Utang jangka panjang memungkinkan koperasi menggunakannya dalam hal :

1. Sebagai modal untuk membelanjai koperasi

2. Sebagai penanaman dalam modal tetap

Page 42: lubuk novi

30

2.2.3 Hubungan Modal Sendiri Dengan Perolehan Sisa Hasil Usaha

Setiap kegiatan usaha yang bertujuan untuk mendapatkan hasil atau laba

memerlukan modal. Modal tersebut merupakan pembiayaan bagi kegiatan-

kegiatan yang dijalankan oleh badan usaha termasuk koperasi. Oleh karena itu

setiap badan usaha atau kperasi akan selalu berusaha untuk meningkatkan modal

usahanya, karena semakin besar volume usaha yang dapat dijalankan sehingga

akhirnya laba yang diperoleh semakin besar.

Suatu analisa terhadap sumber dan penggunaan modal sangat penting

karena modal erat hubungannnya dengan kegiatan koperasi sehari-hari. Adanya

modal yang cukup sangat penting bagi koperasi untuk melakukan kegiatan

usahanya secara efisien.

Bila terjadi perubahan modal yang merupakan ringkasan hasil-hasil

aktifitas anggota suatu koperasi dalam satu periode tertentu. Suatu modal

koperasi akan berubah apabila jumlah anggota dengan simpanan-simpanannya

mengalami penurunan atau kenaikan. Karena adanya perubahan modal juga akn

berpengaruh terhadap perolehan SHU.

Keberhasilan koperasi dalam melaksanakan perannya sebagai badan

usaha sangat tergantung pada kemampuan koperasi menghimpun dan

menanamkan modalnya dengan cara pemupukan berbagai sumber keuntungan

dan banyaknya jumlah anggota.

Modal usaha koperasi diutamakan berasal dari anggota. Modal anggota

bersumber dari simpanan pokok dan simpanan wajib, hal ini mencerminkan

Page 43: lubuk novi

31

bahwa koperasi sebagai badan usaha yang ingin mendorong diri sendiri dengan

kekuatan sendiri.

Semakin besar jumlah anggota, maka senakin besar pula modal yang

dimiliki koperasi. Artinya kemampuan usaha koperasi juga semakin beraneka

ragam dan pada gilirannya akan memperbesar perolehan SHU. Usaha koperasi

terutama diarahkan pada bidang usaha yang berkaitan langsung dengan

kepentingan anggota, baik untuk menunjang usaha maupun kesejahteraanya.

Pengelolan koperasi harus dilakukan secara produktif, efektif dan efisien

dalam arti koperasi harus mempunyai kemampuan mewujudkan pelayanan usaha

yang sebesar-besarnya pada anggota dengan tetap mempertimbangakan untuk

memperoleh Sisa Hasil Usaha yang wajar. Untuk mencapai usaha maka koperasi

dapat berusaha secara luwes sesuai dengan kebutuhan para anggotanya.

Apabila ada koperasi yang memiliki kelebihan dana, maka oleh koperasi

dapat dimanfaatkan untuk berusaha dengan mengoptimalkan skala ekonomi

dalam arti memperbesar volume usaha dan menekan biaya yang memberikan

manfaat sebesar-besarnya kepada anggota serta untuk memasyaratkan koperasi.

Usaha koperasi adalah usaha-usaha yang bisa menunjang atau

meningkatkan kepercayaan bagi anggotanya. Dengan usaha yang menunjang

kebutuhan anggota itulah, maka koperasi memilih usaha untuk dikelolanya. Oleh

karena itu semua kebutuhan modal membuka dan mengelola usaha koperasi

dipikul bersama-sama oleh seluruh anggota, dengan jalan menabung secara

teratur dan tertib.

Page 44: lubuk novi

32

Kemampuan koperasi untuk menghasilkan keuntungan tertentu (dalam

satu tahun buku) merupakan kesuksesan koperasi dan kemampuan koperasi

dalam menggunakan modal secara efisien. Modal koperasi pada dasarnya dapat

berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman. Sehubungan dengan adanya dua

sumber modal tersebut maka kemampuan suatu koperasi untuk menghasilkan

keuntungan yang disebut dengan Sisa Hasil Usaha.

Jumlah Sisa Hasil Usaha yang diperoleh secara teratur serta

kecenderungan meningkat merupakan faktor yang sangat penting yang perlu

mendapat perhatian dalam menilai keuntungan suatu koperasi. Stabilitas usaha

menunjukan kemampuan koperasi menggunakan modalnya secara efisien

sehingga memperoleh keuntungan yang besar.

Hubungan modal koperasi dengan perolehan Sisa Hasil Usaha juga

tergantung pada peran aktif anggotanya untuk tetap mempertahankan untuk

menjadi anggota. Artinya setiap anggota tidak akan meninggalkan koperasinya.

Oleh karena itu fungsi pendidikan bagi anggota harus terus menerus

dilaksanakan untuk mempertahankan mereka mempercayai koperasinya, bahwa

pengelolaan koperasi benar-benar sehat, baik sehat organisasi, sehat usaha

maupun sehat mentalnya.

Disamping itu peran serta alat kelengkapan organisasi koperasi seperti

rapat anggota, pengurus, pengawas dapat dijalankan dan dilaksanakan dengan

sebagaimana mestinya, agar para anggota sadar mengikuti aturan yang harus

dilaksanakan dan mereka akan menerima haknya sebanding dengan jasa masing-

masing secara adil.

Page 45: lubuk novi

33

Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi.

Rapat anggota dihadiri oleh anggota yang pelaksanaannya diatur dalam anggaran

dasar (UU Koperasi No.25, 1992 pasal 22). Pelaksaan rapat anggota paling

sedikit satu kali dalam setahun, sedangkan pelaksanaan rapat anggota paling

lambat 6 bulan setelah tutup buku. Dalam rapat anggota pengurus akan

mempertanggungjawabkan hasil kerjanya selama satu tahun.

Menurut Pasal 29 Undang-Undang Koperasi No.25 Tahun 1992

pengurus dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota,

persyaratan menjadi anggota pengurus ditetapkan dalam Anggaran Dasar.

Pengurus koperasi bertugas :

a) Mengelola kegiatan usaha koperasi

b) Mengajukan program kerja dan belanja kerja

c) Menyelenggarakan rapat

d) Membuat laporan pertanggungjawaban dalam rapat anggota

e) Membukukan keuangan dan inventaris barang dengan tertib

f) Memelihara daftar buku anggota dan pengurus

Bila pengurus merupakan orang orang yang memegang amanah, jujur

bekerja untuk kepentingan koperasi, maka koperasi tersebut dengan cepat dapat

mewujudkan tujuannnya yaitu mensejahterakan anggota pada khususnya dan

masyarakat pada umumnya pengurus bertanggung jawab terhadap seluruh

kegiatan koperasi Karena kelalaiannya, pengurus koperasi juga berkewajiban

membuat laporan dan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya di depan rapat

anggota tahunan.

Page 46: lubuk novi

34

Pengurus koperasi mempunyai wewenang :

1. Mewakili koperasi didalam dan diluar pengadilan

2. Memutuskan untuk menerima atau menolak anggota baru dan

memberhentikan anggota sesuai dengan anggaran dasar.

3. Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan koperasi

sesuai dengan tanggungjawabnya dan keputusan rapat anggota

4. Pelaksanaan tugas yang di rasa perlu.

Pengurus dipilih oleh rapat anggota dan berhenti memegang jabatannya

melalui rapat anggota, hal-hal yang telah diputuskan dalam rapat anggota,

pelaksanaannya diserahkan kepada pengurus. Hal-hal yang diputuskan dalam

rapat anggota, pelaksanaannya diserahkan kepada pengurus karena itu pengurus

merupakan pemegang kekuasaan rapat anggota.

Pengawas merupakan bagian dari perangkat organisasi koperasi yang

diangkat dan diberhentikan melalui rapat anggota. Pengawas bertugas

mengawasi seluruh kegiatan koperasi dan seluruh kebijaksanaan pengurus agar

tidak menyimpang dari keinginan anggota yang telah diputuskan dalam rapat

anggota.

Pengawas bertugas membuat laporan tertulis tentang hasil

pengawasannya, hasil pengawasan oleh pengawas harus dirahasiakan terhadap

pihak ketiga yaitu pihak yang bersangkutan.

Dalam pelaksanaan tugasnya pengawas mempunyai wewenang untuk :

1. Meneliti catatan dan pembukuan koperasi

2. Memperoleh segala keterangan yang diperlukan

Page 47: lubuk novi

35

Tanggung jawab pengurus dalam koperasi adalah bahwa pengawas

bertanggungjawab kepada rapat anggota tentang pelaksanaan tugasnya. Hasil

pengawasan yang telah dilakukan harus dirahasiakan dan tidak boleh

disebarluaskan kepada pihak ketiga. Hasil pengawasan dilaporkan secara tertulis

dan dipertanggngjawabkan di depan rapat anggota.

Hubungan ketiga alat perlengkapan organisasi ini harus dapat

mencerminkan pada sehat usaha, sekaligus memberi kepercayaan kepada para

anggotanya.

Sedangkan pengurus merupakan pemegang kuasa rapat anggota,

bertanggungjawab mengenai segala kegiatan pengelolaan koperasi dan usahanya

kepada rapat anggota.

Dengan adanya tiga sehat tersebut di atas para anggota tetap menjadi

anggota. Para anggota akan tetap secara sadar memenuhi kewajibannnya secara

aktif dalam membayar simpanan-simpanannya. Dengan demikian kemampuan

modal sendiri dalam koperasi juga dapat dikembangan untuk memperluas usaha

koperasinya. Sehingga semakin luas usaha koperasi berarti kesejahteraan

anggota

2.3 KERANGKA BERPIKIR

Modal sendiri merupakan satu masalah yang penting dalam menjalankan

suatu usaha demikian halnya bagi koperasi. Tersedianya modal yang cukup akan

sangat menentukan kelancaran kegiatan usaha koperasi dan sebaliknya

kurangnya modal bias menghambat kelancaran kegiatan usaha. Menjaga

kelancaran kegiatan usaha, maka diharapkan kegiatan usaha tersebut akan terus

Page 48: lubuk novi

36

mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang menguntungkan yang pada

akhirnya akan dapat meningkatkan SHU.

Berbagai penelitian tentang pengaruh modal sendiri terhadap SHU telah

dilakukan oleh peneliti terdahulu. Dalam penelitian Padillah (2001) dan Mat

Anis (2003) menemukan bahwa secara parsial modal sendiri berpengaruh

terhadap SHU. Hal ini dikarenakan struktur finansial dalam KPRI yang diteliti

menunjukan bahwa modal sendiri lebih dominan.

Sebagai badan usaha yang bergerak di bidang kegiatan ekonomi,

koperasi sangat memerlukan modal sebagai pembiayaan dari usahanya tersebut.

Besar kecilnya nilai modal yang ada pada koperasi menentukan pula besar

kecilnya lapangan usaha yang dijalankan koperasi tersebut. Sehingga dengan

demikian faktor modal dalam usaha koperasi merupakan salah satu alat yang

ikut menentukan maju mundurnya koperasi. Tanpa adanya modal ini, sesuatu

yang bersifat ekonomis tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.

Disamping simpanan pokok dan simpanan wajib yang merupakan modal

sendiri juga bisa didapat dari dana cadangan dan hibah. Dari modal sendiri

diharapkan rentabilitas atau keuntungan yang diperoleh koperasi akan

mendapatkan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang cukup untuk kesejahteraan para

anggota koperasi.

Secara sistematis kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut :

Modal Sendiri

Tinggi Rentabilitas naik/tinggi

SHU Tinggi

Page 49: lubuk novi

37

2.4 HIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada Pengaruh antara Modal

Sendiri terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha pada KPRI di Kota Semarang”.

Modal Sendiri Rendah

Rentabilitas turun/rendah

Modal Sendiri

SHU Rendah

SHU

Page 50: lubuk novi

38

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah 127 KPRI yang menjadi anggota

dari PKPRI di Kota Semarang dan mengumpulkan Laporan Pertanggung

Jawaban Pengurus Tahun 2005. Dalam penelitian ini teknik sampling yang

digunakan adalah quota sample atau sampling kuota, yaitu teknik sampling

yang didasarkan pada jumlah yang telah ditentukan dan tidak berdasarkan strata,

sampel dalam penelitian ini diambil sebagian dari seluruh KPRI yang ada di

Kota Semarang. Adapun jumlah KPRI yang diambil sebagai sampel dalam

penelitian ini adalah 24% dari 127 KPRI di Kota Semarang .

Pengambilan sampel sebanyak 24% dari jumlah populasi mengingat:

1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu tenaga dan dana.

2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini

menyangkut banyak sedikitnya data.

3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti.

Subyek yang dihubungi adalah subyek yang mudah ditemui, sehingga

pengumpulan datanya mudah, yang penting diperhatikan adalah terpenuhinya

jumlah (quotum) yang telah ditetapkan.

Page 51: lubuk novi

39

KPRI yang diambil sebagai sampel adalah sebagai berikut:

NO Nama Koperasi 1. KPRI “ BHAITA BHAKTI” SMK N 10 SMG 2. KPRI “ UMS “ KECAMATAN GUNUNG PATI 3. KPRI “ WIDYA LESTARI” BALAI KSDA JATENG 4. KPRI “ PRIMKO ADPEL” TANJUNG EMAS 5. KPRI “ WIJAYA KUSUMA” SMP N 3 SMG 6. KPRI “ KPPDK” BALAI HARTA PENINGGALAN 7. KPRI “ BB.POM” SEMARANG 8. KPRI “ PENGAYOMAN” LP. KLAS I PEGAWAI DEP.KEHAKIMAN 9. KPRI “ GEMI” DINAS P & K

10. KPRI “ BANGUN SEJAHTERA” SEMARANG 11. KPRI “ TERATAI” DINKESOS PROP.JATENG 12. KPRI “ KOPERKAPP” PT.KAP SMG 13. KPRI “ BINA GATRA” SMG 14. KPRI “ SEJAHTERA” RSUD. Dr. AMINO 15. KPRI “ LAPAS KLAS II A” SMG 16. KPRI “ SERBA USAHA “ SMA N 7 SMG 17. KPRI “ AMAL BHAKTI” KANTOR WILAYAH DEP.AGAMA 18. KPRI “ TULUS KARYA” KANTOR DEPARTEMEN AGAMA 19. KPRI “ TIRTA USAHA” BALAI PSDA 20. KPRI “ BINA CITRA HUSADA” RS.DR.KARIADI 21. KPRI “DWIJA USAHA” MIJEN SMG 22. KPRI “ MANUNGGAL SEJAHTERA” PERUM PEGADAIAN 23. KPRI “ BHAKTI CITRA” SMG 24. KPRI “ SEJAHTERA BLKI” SMG 25. KPRI “ BAHTERA” BLKI 26. KPRI “ POLITEKNIK” KOTA SEMARANG 27. KPRI “ MANFAAT” LPMP JATENG 28. KPRI “ ANGKASA” LPP RRI 29. KPRI “ BPPI” SMG 30. KPRI “ AMRIH MAKMUR” SMK N 10 SMG

3.2 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel

terikat (Y), yaitu

Page 52: lubuk novi

40

3.2.1 Variabel bebas (X)

Modal Sendiri sebagai variabel bebas (X) yang terdiri dari simpanan

pokok, simpanan wajib dari data laporan keuangan pada Rapat Anggota

Tahunan Tahun 2005.

3.2.2 Variabel terikat (Y)

Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) sebagai variabel terikat (Y) dari data

laporan keuangan pada Rapat Anggota Tahunan tahun 2005.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Keberhasilan dalam pengumpulan data merupakan syarat bagi

keberhasilan suatu penelitian. Sedangkan keberhasilan dalam pengumpulan data

tergantung pada metode yang digunakan. Berkaitan dengan hal tersebut maka

pengumpulan data guna mendapatkan data-data yang objektif dan lengkap harus

sesuai dengan permasalahan yang diambil.

Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah :

a. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah suatu cara dengan mengumpulkan data dan

mengutip data yang sudah ada yang bersumber dari kebenaran yang ada dan

nyata. Metode ini digunakan untuk memperoleh data laporan keuangan atau

neraca dari masing-masing KPRI dan daftar nama KPRI di Kota Semarang

Tahun 2005.

Page 53: lubuk novi

41

3.4 Analisis Statistik

Analisis data diperoleh menggunakan Sistem Komputer SPSS 12, sehingga

langkah-langkah dalam menguji hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Mencari persamaan regresi setelah mengetahui ada hubungan yaitu

dengan persamaan regresi linier sederhana Y = a + bX

2. Menguji hipotesis dengan uji simultan (Uji F) yaitu pengujian distribusi

F yang bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel terikat. Kriteria yang dipakai untuk menguji hipotesis

adalah jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak. Artinya ada pengaruh

yang signifikan antara variabel modal sendiri terhadap variabel SHU

yang dapat dilihat pada kolom Anova dari hasil output SPSS.

3. Untuk mengtahui seberapa besar sumbangan variabel X terhadap

variabel Y yaitu dengan melihat dari kolom R square dari hasil output

SPSS 12.

Page 54: lubuk novi

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Objek Penelitian

Data yang dipakai dalam penelitian ini berasal dari Laporan Keuangan

30 KPRI di Kota Semarang tahun 2004 sampai dengan tahun 2005. Keadaan

jumlah modal sendiri (simpanan pokok dan simpanan wajib) dan Sisa Hasil

Usaha (SHU) pada KPRI di Kota Semarang dapat dilihat dari laporan keuangan

yang berupa neraca dan Perhitungan Hasil Usaha (PHU) dari masing-masing

KPRI. Berdasarkan data yang terkumpul selanjutnya dilakukan pemilahan untuk

mengetahui jumlah modal sendiri, dan Sisa Hasil Usaha dari masing-masing

koperasi.

4.1.2 Variabel Modal Sendiri (X)

Modal sendiri dalam penelitian ini diperoleh dari simpanan pokok dan

simpanan wajib tahun 2005 dan tahun 2004 sebagai perbandingannya. Besarnya

simpanan yang disepakati oleh para anggota biasanya diputuskan melalui Rapat

Anggota sebagai mekanisme pengambilan keputusan tertinggi di koperasi.

Jumlah Modal sendiri yang diperoleh dari simpanan pokok dan simpanan

wajib yang dimiliki oleh 30 KPRI Kota Semarang dapat dilihat pada tabel 4.1

berikut :

Page 55: lubuk novi

43

Tabel 4.1

Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib KPRI Kota Semarang

No Nama KPRI Tahun Simpanan pokok

Simpanan Wajib

% Kenaikan

1 BHAITA BHAKTI

2004 2005

5.200.000 5.100.000

27.275.000 312.693.000

13,29%

2 UMS

2004 2005

2.800.000 2.720.000

496.594.030 563.866.030

13,45%

3 WIDYA LESTARI 2004 2005

31.470.000 31.395.000

99.273.000 114.393.000

11.5%

4 PRIMKO ADPEL 2004 2005

18.800.000 19.100.000

119.990.000 124.834.000

10,91%

5 WIJAYA KUSUMA 2004 2005

1.125.000 1.080.000

53.196.500 69.511.500

29,95%

6 BALAI HARTA P. 2004 2005

3.000.000 2.800.000

51.475.725 57.698.993

11,05%

7 BB.POM 2004 2005

1.320.000 1.420.000

82.153.950 94.423.450

14,9%

8 BPPI 2004 2005

1.700.000 1.740.000

133.721.500 145.531.500

8,75%

9 LP.KLAS I 2004 2005

1.760.000 1.690.000

81.126.200 86.695.700

6,63%

10 GEMI 2004 2005

1.140.000 1.095.000

99.943.500 108.901.000

8,81%

11 BANGUN SJHTERA 2004 2005

600.000 840.000

29.622.500 35.824.500

21,31%

12 TERATAI 2004 2005

4.200.000 200.000

213.837.035 271.997.915

26,64%

13 KOPERKAP 2004 2005

1.830.000 6.220.000

534.419.000 15.005.800

21.8%

14 BINA GATRA 2004 2005

231.000 2.850.000

10.638.350 523.662.100

39,8%

15 SEJAHTERA 2004 2005

4.635.000 425.000

464.391.223 39.540.300

12,97%

16 HANDAYANI 2004 2005

636.771.138 712.037.008

636.771.138 712.037.008

11.81%

17 SERBA USAHA 2004 2005

415.000 425.000

60.828.118 267.139.725

21,44%

18 AMAL BHAKTI 2004 2005

4.020.000 10.840.000

242.565.450 5.720.000

12,58%

19 TULUS KARYA 2004 2005

12.975.00014.300.000

5.190.000 5.720.000

10,21%

20 TIRTA USAHA 2004 2005

2.010.000 1.920.000

191.906.250 206.371.250

7,41%

21 BINA CITRA HUSADA 2004 2005

10.150.000 10.190.000

357.251.500 515.840.500

43,17%

Page 56: lubuk novi

44

No Nama KPRI Tahun Simpanan pokok

Simpanan Wajib

% Kenaikan

22 DWIJA USAHA 2004 2005

2.472.500 2.432.500

307.019.050 351.790.200

14,45%

23 MANUNGGAL SEJAHTERA

2004 2005

2.670.000 2.790.000

449.875.188 558.267.205

23,97%

24 BHAKTI CITRA 2004 2005

7.240.000 6.760.000

136.161.500 143.772.800

4,97%

25 SEJAHTERA BLKI 2004 2005

1.140.000 1.140.000

50.207.881 55.736.061

10,76%

26 BAHTERA 2004 2005

2.220.000 2.110.000

228.085.600 249.865.100

9,40%

27 POLITEKNIK 2004 2005

22.190.000 22.540.000

95.475.000 162.225.000

57,02%

28 MANFAAT 2004 2005

7.350.000 8.100.000

48.227.000 67.236.500

35,5%

29 ANGKASA 2004 2005

1.340.000 1.275.00

194.514.000 223.718.000

14,87%

30 AMRIH MAKMUR 2004 2005

790.000 840.000

77.140.930 93.155.930

20,61%

Sumber : Laporan keuangan masing-masing KPRI Kota Semarang

Dari tabel 4.1 tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata modal sendiri

(simpanan pokok dan simpanan wajib) pada 30 KPRI di Kota Semarang adalah

Rp. 498.842.536 yang diperoleh dari simpanan pokok pada Tahun 2004 dan

Tahun 2005, sedangkan untuk simpanan wajib diperoleh rata- rata sebesar Rp.

5.589.740.737 dari Tahun 2004 dan 2005. Dan dapat juga diketahui KPRI yang

mengalami kenaikan jumlah modal sendiri (simpanan pokok dan simpanan

wajib) tertinggi pada tahun 2004-2005 adalah KPRI Politeknik Semarang,

dengan prosentase 57,02 %. Sedangkan KPRI yang mengalami kenaikan jumlah

modal sendiri paling rendah pada tahun 2004-2005 adalah KPRI Bhakti Citra

Semarang, dengan prosentase sebesar 4,97%.

Page 57: lubuk novi

45

4.1.2 Variabel Sisa Hasil Usaha (Y)

Sisa Hasil Usaha (SHU) yang berhasil diperoleh KPRI di Kota

Semarang, dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2

Sisa Hasil Usaha (SHU)

No Nama KPRI Tahun SHU % Kenaikan

1 BHAITA BHAKTI 2004 2005

9.174.825 10.867.225

18,4%

2 UMS 2004 2005

673.316.274 64.394.565

-4,34%

3 WIDYA LESTARI 2004 2005

7.396.168 7.755.854

-4,86%

4 PRIMKO ADPEL 2004 2005

42.803.650 55.654.600

30%

5 WIJAYA KUSUMA 2004 2005

5.038.983 5.133.194

1,86%

6 BALAI HARTA P. 2004 2005

11.739.976 14.187.503

20,8%

7 BB.POM 2004 2005

51.902.345 70.930.253

36,6%

8 BPPI 2004 2005

11.581.683 13.712.579

18,4%

9 LP.KLAS I 2004 2005

28.891.437 35.476.754

22,7%

10 GEMI 2004 2005

52.586.672 52.710.901

23,6%

11 BANGUN SJHTERA 2004 2005

6.399.184 8.696.847

35,9%

12 TERATAI 2004 2005

36.372.556 62.573.280

72%

13 KOPERKAP 2004 2005

119.489.487 121.383.969

1,58%

14 BINA GATRA 2004 2005

67.502.250 67.148.569

-5,23%

15 SEJAHTERA 2004 2005

27.593.827 29.389.781

6,5%

16 HANDAYANI 2004 2005

166.828.813 247.414.148

48.3%

17 SERBA USAHA 2004 2005

11.022.343 3.464.426

-68,5%

18 AMAL BHAKTI 2004 2005

36.836.433 36.932.027

0,25%

Page 58: lubuk novi

46

No Nama KPRI Tahun SHU % Kenaikan

19 TULUS KARYA 2004 2005

274.720.759 361.724.607

31,6%

20 TIRTA USAHA 2004 2005

26.214.146 26.222.908

0,03%

21 BINA CITRA HUSADA 2004 2005

131.136.649 104.716.829

-20,14%

22 DWIJA USAHA 2004 2005

102.000.000 105.000.000

2,94%

23 MANUNGGAL 2004 2005

65.448.502 87.341.361

33,4%

24 BHAKTI CITRA 2004 2005

44.188.610 44.413.716

0,05%

25 SEJAHTERA BLKI 2004 2005

23.841.830 29.532.159

23,8%

26 BAHTERA 2004 2005

22.312.582 24.076.830

7,9%

27 POLITEKNIK 2004 2005

42.940.548 77.978.215

81,5%

28 MANFAAT 2004 2005

39.607.691 41.269.121

4,19%

29 ANGKASA 2004 2005

17.801.700 18.202.500

2,25%

30 AMRIH MAKMUR 2004 2005

14.548.050 15.690.958

7,85%

Sumber: Data yang diolah, 2007

Dari tabel 4.2 tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata Sisa Hasil Usaha

(SHU) pada 30 KPRI Kota Semarang pada Tahun 2004 dan tahun 2005 sebesar

Rp. 1.498.068.972 dengan perolehan SHU Tahun 2004 sebesar Rp.

1.555.541.973 dan SHU Tahun 2005 yaitu sebesar Rp. 1.843.935.679 Perolehan

Sisa Hasil Usaha (SHU) tertinggi pada tahun 2004-2005 adalah KPRI Politeknik

Semarang dengan prosentase kenaikan 81,5%. Sedangkan KPRI yang

mengalami penurunan jumlah Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah KPRI Serba

Usaha Semarang, dengan prosentase sebesar -68,5%.

Page 59: lubuk novi

47

4.1.3 Pengaruh Modal Sendiri Terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha

Usaha yang dilakukan oleh KPRI di Kota Semarang banyak bertumpu

pada usaha simpan pinjam, yang dalam pelayanan terhadap anggotanya telah

diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

Simpanan wajib dan simpanan pokok merupakan modal sendiri yang

dapat digunakan untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan usaha koperasi

pada KPRI di Kota Semarang.

Modal sendiri yang diperoleh dari simpanan anggota digunakan koperasi

untuk usaha simpan pinjam dengan didukung oleh kemampuan permodalan yang

cukup besar yang akhirnya akan diperoleh Sisa Hasil Usaha (SHU) yang cukup

besar pula.

Agar diperoleh gambaran yang jelas maka berikut ini dapat dipaparkan

perkembangan simpanan wajib, simpanan pokok dan perolehan Sisa Hasil Usaha

(SHU) dari data laporan keuangan Rapat Anggota Tahun 2004/2005

Tabel 4.3

Rekapitulasi Simpanan Pokok, Simpanan Wajib

Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) dan Rata-Ratanya

Tahun 2004 Tahun 2005 Rata-rata

Simpanan Pokok Rp.475.893.500 Rp.522.506.004 Rp.498.842.536

Simpanan Wajib Rp.4.943.290.549 Rp.6.236.190.924 Rp.5.589.740.737

Sisa Hasil Usaha Rp.1.555.541.973 Rp.1.843.935.679 Rp.1.699.738.826

Sumber : data yang diolah

4.1.4 Analisis Data Statisitik

Langkah-langkah dalam menganalisis statistik adalah sebagai berikut :

Page 60: lubuk novi

48

1. Dari perhitungan rhitung diperoleh harga sebesar 0,718 kemudian hasilnya

diinterpretasikan dengan tabel interpretasi nilai r (lihat tabel )

2. Analisis data yang digunakan dalam rangka menguji hipotesis tersebut adalah

analisis regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil analisis regresi linier

sederhana dengan menggunakan program komputasi SPSS 12 diperoleh

persamaan regresi sebagai berikut :

Persaamaan regresi Y = 506,098+0,639, berarti bahwa jika modal sendiri (X)

meningkat satu satuan, maka perolehan SHU (Y) akan meningkat sebesar

0,639

3. Setelah persamaan regresi diperoleh langkah selanjutnya adalah menguji

signifikasi atau keberartian dari persamaan regresi yang diperoleh tersebut

digunakan analisis varians untuk regresi. Berdasarkan hasil analisis varians

untuk pengujian signifikasi regresi diperoleh hasil nilai F dari tabel Anova

regresi sebagai berikut :

Tabel 4.4 Anova Regresi X terhadap Y

Jumlah

Kudrat

Derajat

Bebas

Rata-rata

Kuadrat

F

Signifikasi

F

Keterangan

Regresi 132939.4 1 132939,418

Residu 124997.8 28 4464,206

29,779

0.000

Signifikan

Total 257937.2 29 - - - -

Sumber: data yang diolah

Dari tabel tersebut terlihat, bahwa nilai F hitung sebasar 29,779 dan

signifikansinya 0,000 , sedangkan F tabel pada df = 1: 28 dan signifikansinya

adalah 4,20. Karena F hitung lebih besar dari F tabel dan signifikansi 0.000 <

Page 61: lubuk novi

49

0,05 maka dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara modal

sendiri (X) dan SHU (Y) pada KPRI Kota Semarang

Untuk menguji besarnya pengaruh Modal Sendiri (X) terhadap Sisa Hasil

Usaha (Y) dilakukan analisis regresi linier sederhana dan didapatkan koefisien

korelasi r sebesar 0,718 dan koefisien determinasi (r2 x 100%) =51,5 % yang

berarti bahwa modal sendiri yang berasal dari simpanan wajib dan simpanan

pokok dapat mempengaruhi perolehan Sisa Hasil Usaha sebesar 51,5%

sedangkan sisanya (100% - 51,5%= 48,5%). Dari hasil tersebut menunjukkan

bahwa selain variabel modal sendiri ternyata SHU dipengaruhi variabel lain

yang tidak diungkap dalam penelitian ini sebesar 48,5 %.

4.2 Pembahasan

Menurut teori Sukamdiyo (1997), bahwa dengan pengelolaan modal

(modal sendiri) yang baik diharapkan akan memberikan manfaat yang dapat

mendatangkan keuntungan (Sisa Hasil Usaha) bagi koperasi. Jika modal sendiri

naik maka Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh akan naik juga.

Dari pengujian simultan dengan program SPSS 12 diperoleh angka yang

menyatakan bahwa, modal sendiri berpengaruh secara signifikan terhadap Sisa

Hasil Usaha (SHU). Karena dengan adanya kenaikan modal sendiri tersebut

akan memperlancar usaha koperasi, yang nantinya dapat menyebabkan kenaikan

pada perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU). Hal ini dibuktikan oleh hasil

perhitungan dimana F hitung > F tabel yaitu 29,779 > 4,20 Sedangkan pengaruh

yang diberikan modal sendiri secara keseluruhan sebesar 51,5% (koefisien

determinasi) dan sebesar 48,5% dipengaruhi oleh faktor lain. Dari hasil

Page 62: lubuk novi

50

penelitian terungkap secara nyata bahwa ada pengaruh yang positif antara

variabel modal sendiri terhadap variabel perolehan Sisa Hasil Usaha pada KPRI

di Kota Semarang, dari gambaran ini memberikan dasar bahwa modal koperasi

dapat ditingkatkan dengan meningkatkan simpanan dari anggota secara lebih

efektif.

Dari hasil analisis regresi didapatkan, bahwa ada pengaruh positif yang

signifikan antara modal sendiri (X) terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha (Y)

KPRI di Kota Semarang, hal ini terlihat dari hasil analisis regresi linier

sederhana diperoleh persamaan Y = 506,098+0,639 yang berarti bahwa dalam

persamaan tersebut diketahui konstanta sebesar 506,098. Nilai ini berarti setiap

kenaikan modal sendiri satu satuan, maka perolehan Sisa Hasil Usaha akan

meningkat sebesar 0,306 satuan pada konstanta 506,098.

Besarnya pengaruh modal sendiri (X) terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha

(Y) dengan koefisien determinasi 0,515 berarti bahwa 51,5% variasi yang terjadi

terhadap banyak sedikitnya jumlah SHU disebabkan variasi modal sendiri dan

sisanya 48,5% tidak dapat diterangkan. Semakin naik jumlah modal sendiri,

maka perolehan SHU semakin meningkat dan sebaliknya jika modal sendiri (X)

menurun, maka Perolehan Sisa Hasil Usaha (Y) juga akan menurun. Dari hasil

ini menunjukkan bahwa bukan hanya modal sendiri saja yang dapat

mempengaruhi perolehan SHU, tetapi masih ada faktor lain yang ikut

mempengaruhi peningkatan perolehan SHU KPRI Kota di Semarang, yang tidak

diteliti dalam penelitian ini.

Page 63: lubuk novi

51

Berdasarkan hasil penelitian statistik, pengaruh yang diberikan modal

sendiri yang berasal dari simpanan anggota terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha

cukup berpengaruh. Hal ini disebabkan karena :

1). Modal sendiri merupakan wujud kepemilikan anggota terhadap koperasi dan

usahanya, oleh karena itu usaha koperasi dapat dikembangkan secara lebih

efisien dan murah karena tidak dikenakan persyaratan bunga dan persyaratan

lainnya.

2). Banyaknya jumlah anggota yang masuk dalam kegiatan koperasi, sehingga

dengan sendirinya akan menambah simpanan pokok dan simpanan wajib

dengan demikian modal sendiripun akan menjadi lebih besar.

3). Sebagian besar usaha koperasi dibiayai dari modal sendiri, hal ini disebabkan

karena modal sendiri tidak menanggung resiko dalam penggunaannya.

4). Besarnya pengaruh modal sendiri terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha

disebabkan oleh kesadaran dan kemampuan pengurus dalam mengelola

modal koperasi yang cukup baik dan besarnya jumlah modal yang dimiliki

koperasi serta penggunaan modal sendiri yang cukup baik.

Adapun faktor lain yang diduga mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU)

menurut penelitian terdahulu misalnya :

a. Pendapatan Lain

Pendapatan lain merupakan pendapatan koperasi diluar pendapatan

pokoknya. Termasuk pendapatan lain adalah pendapatan bunga bank,

pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) di PKPRI dan sisanya biaya Rapat

Page 64: lubuk novi

52

Anggota Tahunan (RAT). Pendapatan lain ini akan berakibat

peningkatan pada perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU).

b. Suku bunga pinjaman anggota

Suku bunga pinjaman anggota adalah tingkat suku bunga yang

dibebankan kepada para anggota yang meminjam uang atau barang

kepada koperasi. Tinggi rendahnya suku bunga pinjaman anggota akan

mempengaruhi besar kecilnya bunga yang diterima koperasi sehingga

akan berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU). Semakin besar

bunga yang dibebankan kepada peminjam. Maka akan semakin besar

pula pendapatan bunga koperasi sehingga Sisa Hasil Usaha (SHU) pada

akhirnyapun akan semakin besar. Suku bunga pinjaman anggota yang

ada pada KPRI di Kota Semarang besarnya berkisar 1,5% sampai dengan

2%

c. Beban bunga atau biaya usaha

Beban usaha atau biaya usha juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) pada koperasi, karena semakin

besar biaya usaha koperasi maka berakibat menurunnya perolehan Sisa

Hasil Usaha (SHU). Pada organisasi koperasi sering terjadi pengeluaran-

prngeluaran biaya semu atau dengan kata lain biaya tersebut sebenarnya

adalah SHU, namun secara individu modal sendiri mempunyai pengaruh

terhadap SHU yang berbeda-beda.

Page 65: lubuk novi

53

4.2.1 Modal Sendiri

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa modal sendiri (X)

berpengaruh secara signifikan terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) dan dengan

hubungan positif. Hal ini berarti semakin besar modal sendiri yang dimiliki

maka akan semakin besar pula Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh koperasi.

Kenaikan perolehan SHU disebabkan KPRI di Kota Semarang sudah dapat

mengelola sendiri secara efektif untuk pelaksanaan pengembangan usaha seperti

usaha pertokoan dan wartel, sehingga dapat menambah perolehan Sisa Hasil

Usaha (SHU) koperasi.

Pembuktian adanya pengaruh modal sendiri secara parsial terhadap Sisa

Hasil Usaha (SHU) pada KPRI di Kota Semarang ditunjukkan oleh nilai t hitung

sebesar 5,457 dengan nilai t tabel pada taraf signifikan 5% sebesar 2,048 dengan

demikian t hitung > t tabel , sehingga ini berarti ada pengaruh modal sendiri secar

parsial terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) dan dari data analisis koefisien

determinasi (r2) parsial, variabel modal sendiri memberikan kontribusi 51,5%

terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU).

Page 66: lubuk novi

54

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, selanjutnya dapat

disimpulkan hal -hal sebagai berikut.

1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sendiri dan perolehan

SHU pada KPRI di Kota Semarang.

2. Besarnya pengaruh (sumbangan efektif) yang diberikan oleh variabel

modal sendiri terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha pada Koperasi

Pegawai Republik Indonesia (KPRI) di Kota Semarang adalah sebesar

51,5%.

5.2 Saran

Selanjutnya dari kesimpulan yang diperoleh, maka saran-saran yang

diajukan adalah :

1. Hendaknya pihak pengelola dan pengurus KPRI di Kota Semarang

mengajak para anggotanya untuk lebih berperan serta dalam

meningkatkan usahanya yaitu dengan menaikkan simpanan pokok dan

simpanan wajib, karena pengaruh modal sendiri terhadap Sisa Hasil

Usaha (SHU) lebih besar dari modal luar.

2. Perlu adanya penelitian yang sejenis yang mengungkap faktor-faktor

yang mempengaruhi Sisa Hasil Usaha selain modal sendiri seperti

partisipasi anggota, volume usaha, efisiensi biaya dan lain-lain.

Page 67: lubuk novi

55

DAFTAR PUSTAKA

Algifari, 1997. Analisis Regresi. Yoyakarta: PT.BPFE

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta:

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Kuncoro, M. 2001. Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan

Ekonomi. Yogyakarta: YKPN

Ninik, Widiyanti. 1998. Koperasi dan Perekonomian Indonesia

Riyanto, Bambang. 1997. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:

BPFE.

Sitio dan Tamba. 2002. Koperasi Teori dan Praktik. Jakarta: Erlangga.

Sukamdiyo, Ign. 1996. Manajemen Koperasi. Semarang: Erlangga.

Wasis. 1998. Pembelanjaan Perusahaan. Salatiga: Universitas Kristen Satya

Wacana.

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.

Jakarta : Salemba Empat

Undang-Undang Koperasi No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian,1992.

Jakarta

Page 68: lubuk novi

DATA SIMPANAN POKOK, SIMPANAN WAJIB DAN SISA HASIL USAHA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA KOTA

SEMARANG TAHUN 2004

SIMPANAN POKOK SIMPANAN WAJIB SISA HASIL USAHA TAHUN 2004 TAHUN 2004 TAHUN 2004

No.

NAMA KOPERASI Rp. Rp. Rp.

1. BHAITA BHAKTI 5.200.000 27.275.000 9.174.825 2. UMS 2.800.000 496.594.030 673.316.274 3. WIDYA LESTARI 31.470.000 99.273.000 7.396.168 4. PRIMKO ADPEL 18.800.000 119.990.000 42.803.650 5. WIJAYA KUSUMA 1.125.000 53.196.500 5.038.983 6. BALAI HARTA P. 3.000.000 51.475.725 11.739.976 7. BB.POM 1.320.000 82.153.950 51.902.345 8. BPPI 1.700.000 133.721.500 11.581.683 9. LP.KLAS I 1.760.000 81.126.200 28.891.437 10. GEMI 1.140.000 99.943.500 52.586.672 11. BANGUN SJHTERA 600.000 29.622.500 6.399.184 12. TERATAI 4.200.000 213.837.035 36.372.556 13. KOPERKAP 1.830.000 534.419.000 119.489.487 14. BINA GATRA 231.000 10.638.350 67.502.250 15. SEJAHTERA 4.635.000 464.391.223 27.593.827 16. HANDAYANI 36.771.138 36.771.1387 166.828.813 17. SERBA USAHA 415.000 60.828.118 11.022.343 18. AMAL BHAKTI 4.020.000 242.565.450 36.836.433 19. TULUS KARYA 12.975.000 5.190.000 274.720.759 20. TIRTA USAHA 2.010.000 191.906.250 26.214.146 21. BINA CITRA HUSADA 10.150.000 357.251.500 131.136.649 22. DWIJA USAHA 2.472.500 307.019.050 102.000.000 23. MANUNGGALSJANTERA 2.670.000 449.875.188 65.448.502 24. BHAKTI CITRA 7.240.000 136.161.500 44.188.610 25. SEJAHTERA BLKI 1.140.000 50.207.881 23.841.830 26. BAHTERA 2.220.000 228.085.600 22.312.582 27. POLITEKNIK 22.190.000 95.475.000 42.940.548 28. MANFAAT 7.350.000 48.227.000 39.607.691 29. ANGKASA 1.340.000 194.514.000 17.801.700 30. AMRIH MAKMUR 790.000 77.140.930 145.480.050 JUMLAH 475.179.069 4.943.290.549 1.555.541.973

Page 69: lubuk novi

DATA SIMPANAN POKOK, SIMPANAN WAJIB DAN SISA HASIL USAHA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA KOTA SEMARANG TAHUN 2005

SIMPANAN POKOK SIMPANAN WAJIB SISA HASIL USAHA TAHUN 2005 TAHUN 2005 TAHUN 2005

No.

NAMA KOPERASI Rp. Rp. Rp.

1. BHAITA BHAKTI 5.100.000 31.2693.000 10.867.225 2. UMS 2.720.000 4563.866.030 64.394.565 3. WIDYA LESTARI 31.395.000 114.393.000 7.755.854 4. PRIMKO ADPEL 19.100.000 134.834.000 55.654.600 5. WIJAYA KUSUMA 1.080.000 69.511.500 5.133.194 6. BALAI HARTA P. 2.800.000 57.698.993 14.187.503 7. BB.POM 1.420.000 94.423.450 70.930.253 8. BPPI 1.740.000 145.531.500 13.712.579 9. LP.KLAS I 1.690.000 86.695.700 35.476.754 10. GEMI 1.095.000 108.901.000 52.710.901 11. BANGUN SJHTERA 840.000 35.824.500 8.696.847 12. TERATAI 4.125.000 271.997.915 62.573.280 13. KOPERKAP 1.840.000 651.347.000 121.383.969 14. BINA GATRA 20.000 15.005.800 67.148.569 15. SEJAHTERA 6.220.000 523.662.100 29.389.781 16. HANDAYANI 636.717.138 636.717.138 247.414.148 17. SERBA USAHA 425.000 73.948.661 3.404.426 18. AMAL BHAKTI 10.480.000 267.139.725 36.932.027 19. TULUS KARYA 14.300.000 5.720.000 361.724.607 20. TIRTA USAHA 1.920.000 206.9371.250 26.222.908 21. BINACITRA HUSADA 10.190.000 515.840.500 104.716.829 22. DWIJA USAHA 2.432.500 351.790.200 105.000.000 23. MANUNGGAL SJAHTERA 2.790.000 558.267.205 87.341.361 24. BHAKTI CITRA 6.760.000 143.772.800 44.413.716 25. SEJAHTERA BLKI 1.140.000 55.736.061 29.532.159 26. BAHTERA 2.110.000 249.865.100 24.076.830 27. POLITEKNIK 22.540.000 162.225.000 77.978.215 28. MANFAAT 8.100.000 67.236.500 41.269.121 29. ANGKASA 1.275.000 223.718.000 18.202.500 30. AMRIH MAKMUR 840.000 93.155.930 15.690.958 JUMLAH 522.506.004 6.236.190.924 1.843.935.679