PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

93
PENGUJIAN KOMPATIBILITAS ANTARA MIKROBA PELARUT FOSFAT ASAL TANAH PAKU HAJI TANGERANG DENGAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr) VARIETAS WILIS NOVI PRASTYOWATI PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M/1429 H

Transcript of PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Page 1: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

PENGUJIAN KOMPATIBILITAS

ANTARA MIKROBA PELARUT FOSFAT ASAL TANAH

PAKU HAJI TANGERANG DENGAN TANAMAN KEDELAI

(Glycine max (L.) Merr) VARIETAS WILIS

NOVI PRASTYOWATI

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008 M/1429 H

Page 2: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

PENGUJIAN KOMPATIBILITAS

ANTARA MIKROBA PELARUT FOSFAT ASAL TANAH

PAKU HAJI TANGERANG DENGAN TANAMAN KEDELAI

(Glycine max (L.) Merr) VARIETAS WILIS

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

NOVI PRASTYOWATI

104095003065

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008 M/1429 H

Page 3: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

PENGUJIAN KOMPATIBILITAS

ANTARA MIKROBA PELARUT FOSFAT ASAL TANAH

PAKU HAJI TANGERANG DENGAN TANAMAN KEDELAI

(Glycine max (L.) Merr) VARIETAS WILIS

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

NOVI PRASTYOWATI

104095003065

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Megga Ratnasari Pikoli, M.Si Dasumiati, M.Si NIP : 150 321 587 NIP : 150 293 237

Mengetahui:

Ketua Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

DR. Lily Surayya Eka Putri, M.Env. Stud NIP : 150 357 182

Page 4: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul “Pengujian Kompatibilitas Antara Mikroba Pelarut Fosfat Asal Tanah Paku Haji Tangerang Dengan Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Varietas Wilis” yang ditulis oleh Novi Prastyowati, NIM 104095003065 telah diuji dan dinyatakan LULUS dalam Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 5 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) Program Studi Biologi.

Menyetujui,

Penguji I Penguji II

Dra. Nani Radiastuti, M. Si DR. Lily Surayya E.P, M.Env. Stud NIP. 150 318 610 NIP. 150 375 182

Pembimbing I Pembimbing II

Megga Ratnasari Pikoli, M.Si Dasumiati, M.Si NIP. 150 321 587 NIP. 150 293 237

Mengetahui,

Dekan Ketua Prodi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis DR. Lily Surayya E.P, M.Env. Stud NIP. 150 317 956 NIP. 150 375 182

Page 5: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Ciputat, Desember 2008

Novi Prastyowati 104095003065

Page 6: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

ABSTRAK

Novi Prastyowati. Pengujian Kompatibilitas Antara Mikroba Pelarut Fosfat Asal Tanah Paku Haji Tangerang Dengan Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Varietas Wilis. Skripsi : Program Studi Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2008. Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui kompatibilitas isolat mikroba pelarut fosfat dengan tanaman kedelai varietas Wilis. Pada penelitian ini digunakan isolat bakteri pelarut fosfat (PH3-1B, PH4-3B, dan PH5-2B) dan isolat fungi pelarut fosfat (PH1-3F, PH1-4F dan PH5-5F) yang diisolasi dari sampel tanah Paku Haji. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari perlakuan inokulasi mikroba pelarut fosfat tersebut pada akar dan biji tanaman kedelai varietas Wilis. Pengamatan pertumbuhan dilakukan sejak perkecambahan sampai terbentuknya bunga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi PH4-3B pada benih berpeluang meningkatkan tinggi, jumlah daun dan berat kering tanaman kedelai, sedangkan inokulasi PH5-2B berpeluang meningkatkan lebar daun. Inokulasi fungi pelarut fosfat tidak efektif untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai. Isolat mikroba pelarut fosfat asal Paku Haji yang kompatibel terhadap tanaman kedelai varietas Wilis adalah PH4-3B, PH5-2B, PH1-3F dan PH5-5F. Aplikasi terbaik untuk menginokulasi mikroba pelarut fosfat pada tanaman kedelai adalah melalui benih. Kata kunci : Mikroba pelarut fosfat, Paku Haji, kompatibilitas dan kedelai varietas Wilis.

Page 7: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

ABSTRACT Novi Prastyowati. Assesment of Compatibility Between Phosphate Solubilizing Microbe From Paku Haji Tangerang With Wilis Variety of Soy (Glycine max (L.) Merr) Plant. Thesis. Biology Departement. Faculty of Science and Technology. State Islamic University Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2008. Compatibility assessment between phosphate solubilizing microbe with Wilis variety of soy plant had been conducted. In this research the isolates assessed were phosphate solubilizing bacteria (PH3-1B, PH4-3B and PH5-2B) and phosphate solubilizing fungi (PH1-3F, PH1-4F and PH5-5F) from Paku Haji Soil Tangerang. The experiment was arranged in randomized completed design (RAL) consisted of phosphate solubilizing microbe inoculation into root and seed Wilis variety of soy plant. Plant growth was observed in the time of germination until flowering. The Results showed that isolate PH4-3B inoculated into seed had chance to increase height, quantity and dry weight of soy, whereas inoculation PH5-2B had chance to increase leaf width. Inoculation of phosphate solubilizing fungi was not as effective as bacteria in increasing the growth of soy plant. Therefore Phosphate solubilizing microbes from Paku Haji soil whose compatibilities with Wilis variety of soy plant were PH4-3B and PH5-2B. The best application of solubilizing microbe to inoculation into soy plant was through the seed. Keyword : Phosphte solubilizing microbe, Paku Haji, compatibility and Wilis variety of soy.

Page 8: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan

skripsi yang berjudul “Pengujian Kompatibilitas Tanaman Kedelai (Glycine max

(L.) Merr) Varietas Wilis Dengan Isolat Mikroba Pelarut Fosfat Asal Tanah Paku

Haji Tangerang” . Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana sains pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Ibu Megga Ratnasari Pikoli, M.Si selaku pembimbing I dan Ibu Dasumiati,

M.Si selaku Pembimbing II yang telah begitu banyak memberikan nasihat

dan masukan materi selama melaksanakan penelitian hingga selesainya

skripsi ini.

2. DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. DR. Lily Surayya E.P, M. Env. Stud, selaku Ketua Program Studi Biologi

Fakultas Sains dan Teknologi.

4. Ibu Dra Nani Radiastuti, M.Si selaku penguji I dan Ibu Priyanti, M.Si

selaku penguji II yang telah memberikan saran dan kritik.

5. Laboran Laboratorium Biologi (Mba Dian, Mba Ida, Mba Puji dan Ka

Bahri) yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.

6. Pak Junaidi dan Bang Iping atas bantuan dan sarannya selama penelitian di

kebun agri.

7. Kedua orang tua, adik dan seluruh keluarga yang telah memberi kasih

sayang, semangat dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

8. Eko Prasetyo dan Keluarga atas bantuan, pengertian dan kesabarannya

selama menemani penulis. Walaupun jarak yang jauh tapi doa dan

Page 9: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

semangatmu selalu mengiringi sehingga penulis dapat menepati janji

untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan di Laboratorium Mikrobiologi (Sarah, Ayu,

Neni, Eva, Tya, Vana dan Din) yang telah berbagi suka dan duka selama

penelitian.

10. Jun, Sofiah, Alfian, Ofi dan Ridho atas bantuannya sehingga skripsi ini

dapat selesai.

11. Seluruh teman-teman biologi angkatan 2004, terima kasih atas pengalaman

hidup selama menjadi bagian dari keluarga besar ini.

12. Mutiara dan keluarga atas bantuan dan semangatnya yang selalu

menemani penulis selama penyusunan skripsi ini.

13. Teman-teman Pondok Tiara (Barkah, Imas, Yana, Tari, Ida, Ami dan

Apsah) atas semangatnya kepada penulis.

14. Seluruh pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri

dan juga bagi pembaca. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan permohonan

maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan yang masih ada. Oleh karena itu,

saran dan kritik yang membangun penulis harapkan untuk masa yang akan datang.

Ciputat, 5 Desember 2008

Penulis

Page 10: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... i

ABSTRAK ..................................................................................................... iii

ABSTRACT ................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang ......................................................................... 1

1. 2. Perumusan Masalah ................................................................. 4

1. 3. Hipotesis ................................................................................... 4

1. 4. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5

1. 5. Manfaat Penelitian ................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pupuk Hayati.............................................................................. 6

2.2. Mikroba Tanah .......................................................................... 7

2.2.1. Bakteri Tanah ................................................................. 8

2.2.2. Fungi Tanah .................................................................... 8

2.3. Kurva Pertumbuhan Bakteri ...................................................... 9

2.4. Mikroba Pelarut Fosfat .............................................................. 10

2.5. Fosfat dan Mekanisme Penyerapan Fosfat ................................ 11

2.6. Interaksi Mikroba Tanah Dengan Akar Tanaman ..................... 14

2.7. Tanaman Kedelai ...................................................................... 16

2.7.1. Sistematika dan Morfologi Kedelai ................................ 16

2.7.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai ................................... 17

2.7.3. Kedelai Varietas Wilis .................................................... 19

Page 11: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

2.7.4. Nilai Gizi dan Peran Kedelai ........................................... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat .................................................................... 21

3.2. Bahan dan Alat .......................................................................... 21

3.3. Cara Kerja ................................................................................. 22

3.3.1. Pembuatan Inokulum Bakteri Pelarut Fosfat (BPF) ........ 22

3.3.2. Inokulasi Benih dan Akar................................................. 26

3.3.3. Penanaman Kedelai ......................................................... 27

3.4. Analisis Data ............................................................................. 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Morfologi BPF dengan Pewarnaan Gram ................................. 31

4.2. Kurva Pertumbuhan BPF .......................................................... 33

4.4. Inokulum Isolat Fungi ............................................................... 36

4.3. Pertumbuhan Kedelai Dengan Inokulasi BPF Pada Benih ....... 37

4.4. Pertumbuhan Kedelai Dengan Inokulasi FPF Pada Benih ........ 43

4.5. Pertumbuhan Kedelai Dengan Inokulasi BPF Pada Akar ......... 49

4.6. Pertumbuhan Kedelai Dengan Inokulasi FPF Pada Akar ......... 53

4.7. Perbandingan Pertumbuhan Kedelai Inokulasi MPF Pada

Akar dan Benih .......................................................................... 54

4.8. Penentuan Mikroba Pelarut Fosfat Terbaik .............................. 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan .............................................................................. 56

5. 2. Saran ......................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 57

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 61

Page 12: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Waktu dan Kecepatan Pertumbuhan Isolat PH3-1B ................... 33

Tabel 2. Waktu dan Kecepatan Pertumbuhan Isolat PH4-3B ................... 34

Tabel 3. Waktu dan Kecepatan Pertumbuhan Isolat PH5-2B ................... 35

Page 13: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Isolat Bakteri PH3-1B ................................................................ 32

Gambar 2. Isolat Bakteri PH5-2B ................................................................ 32

Gambar 3. Isolat Bakteri PH4-3B ................................................................ 32

Gambar 4. Kurva Pertumbuhan Isolat Bakteri PH3-1B ............................... 33

Gambar 5. Kurva Pertumbuhan Isolat Bakteri PH5-2B ............................... 34

Gambar 6. Kurva Pertumbuhan Isolat Bakteri PH4-3B ............................... 35

Gambar 7. Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai Dengan

Inokulasi BPF Pada Benih ......................................................... 38

Gambar 8. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kedelai

Dengan Inokulasi BPF Pada Benih ............................................ 39

Gambar 9. Rata-rata Lebar Daun Tanaman Kedelai

Dengan Inokulasi BPF Pada Benih ............................................ 40

Gambar 10. Berat Kering Tanaman Kedelai Varietas Wilis dengan

Inokulasi Bakteri Pelarut Fosfat ................................................. 41

Gambar 11. Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai Dengan

Inokulasi FPF Pada Benih .......................................................... 44

Gambar 12. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kedelai

Dengan Inokulasi FPF Pada Benih ............................................ 45

Gambar 13. Rata-rata Lebar Daun Tanaman Kedelai Dengan

Inokulasi FPF Pada Benih .......................................................... 46

Gambar 14. Berat Kering Tanaman Kedelai Varietas Wilis dengan

Inokulasi Fungi Pelarut Fosfat ................................................... 48

Gambar 15. Tinggi Tanaman Kedelai Setelah Inokulasi BPF

Pada Akar ................................................................................... 50

Gambar 16. Jumlah Daun Tanaman Kedelai Setelah

Inokulasi BPF Pada Akar ........................................................... 51

Gambar 17. Lebar Daun Tanaman Kedelai Setelah Inokulasi BPF Pada Akar .......................................................................... 52

Gambar 18. Berat Kering Tanaman Kedelai Varietas Wilis dengan Inokulasi Bakteri Pelarut Fosfat ................................................ 53

Page 14: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Bagan Alir Penelitian ............................................... 61

Lampiran 2. Denah Sampel Penelitian ......................................... 62

Lampiran 3. Isolat Mikroba Pelarut Fosfat .................................. 63

Lampiran 4. Nilai Jumlah Sel dan Absorbansi Isolat

Mikroba Pelarut Fosfat ........................................... 64

Lampiran 5. Kurva Standar BPF ................................................. 65

Lampiran 6. Perkecambahan Tanaman Kedelai Dengan

Inokulasi Mikroba Pelarut Fosfat Pada Benih...... 66

Lampiran 7. Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Kedelai

Setelah Inokulasi Pada Akar ................................. 67

Lampiran 8. Pengamatan Parameter Fisik di Rumah Kaca ....... 68

Lampiran 9. Pertumbuhan Tanaman Kedelai ............................. 69

Lampiran 10. Analisis Data Dengan SPSS .................................. 70

Page 15: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman kedelai telah lama dibudidayakan di Indonesia. Beberapa

varietas lokal yang banyak ditanam oleh petani adalah varietas Wilis, Anjasmoro,

Burangrang dan Kaba (Ikawati, 2008). Keunggulan varietas Wilis adalah lebih

toleran terhadap lingkungan yang berdrainase kurang dan lebih tahan terhadap

penyakit, seperti karat dan layu. Varietas ini juga dapat hidup pada lahan kering

dan tanah masam (Sofia, 2007).

Kedelai merupakan salah satu sumber gizi protein utama. Hasil olahan

kedelai dapat menghasilkan berbagai macam produk yang disukai oleh

masyarakat, seperti tempe, tahu, tepung dan minyak. Kebutuhan kedelai

meningkat tiap tahun sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk.

Kebutuhan nasional akan kedelai diperkirakan sebanyak 2,25 juta ton per tahun

dan baru tercukupi sebanyak 650 ribu ton per tahun. Kondisi seperti ini,

pemerintah harus mengimpor kedelai dari Amerika Serikat dan negara-negara

Amerika Latin, jumlahnya sekitar 60% untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri

(Kasno, 2008). Namun produksi kedelai dunia yang terus menurun menyebabkan

harga kedelai di pasar internasional naik. Keadaan ini mengakibatkan harga

kedelai nasional mahal (Nasution, 2008). Oleh karena itu, peningkatan

produktivitas tanaman kedelai perlu dilakukan agar kebutuhan kedelai nasional

dapat terpenuhi.

Page 16: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Kendala utama dalam peningkatan produktivitas tanaman kedelai adalah

semakin sempitnya lahan subur akibat pengubahan lahan pertanian menjadi non

pertanian dan sebagian tanah di Jawa adalah tanah marginal. Kendala yang

dihadapi tanah marginal adalah kemasaman tanah yang dapat mengakibatkan

pengikatan fosfat (Sofia, 2007).

Unsur fosfor (P) adalah unsur esensial kedua setelah nitrogen (N) yang

berperan penting dalam fotosintesis dan perkembangan akar. Pada tanah masam

fosfat akan berikatan dengan alumunium membentuk Al-P, sedangkan pada tanah

alkali fosfat akan berikatan dengan kalsium membentuk Ca-P yang sukar larut.

Adanya pengikatan fosfat tersebut menyebabkan pemberian pupuk menjadi tidak

efisien (Hardjowigeno, 1992).

Sebagian besar petani di Indonesia menggunakan pupuk kimia. Keadaan

ini dapat membahayakan lingkungan karena pupuk kimia sulit diuraikan air.

Pupuk kimia juga mengandung radikal bebas yang berbahaya bagi manusia karena

mengendap di dalam buah yang dihasilkan (Saputra, 2003). Penggunaan pupuk

kimia secara berlebihan juga dapat menyebabkan penurunan kadar unsur organik

pada lahan. Akibatnya keberadaan berbagai mikroba tanah semakin terdesak,

sementara keberadaan mikroba sangat diperlukan karena berperan dalam melepas

unsur hara yang dibutuhkan tanaman (Suprapta, 2005).

Salah satu alternatif pengganti pupuk kimia adalah dengan penggunaan

pupuk hayati. Pupuk hayati adalah bahan yang mengandung mikoorganisme hidup

yang mengkolonisasi rhizosfir atau bagian dalam tanaman dan memacu

pertumbuhan dengan jalan meningkatkan pasokan ketersediaan hara primer atau

Page 17: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

menstimulus pertumbuhan tanaman target bila dipakai pada benih, permukaan

tanaman atau tanah (FNCA Biofertilizer Project Group, 2006 dalam

Simanungkalit dan Suriadikarta, 2006).

Beberapa mikroba, seperti bakteri dan fungi, memiliki kemampuan untuk

melarutkan fosfat sehingga dapat diserap oleh tanaman, contoh bakteri pelarut

fosfat adalah Bacillus megaterium dan Pseudomonas striata, dan contoh fungi

pelarut fosfat adalah Aspergillus awamori dan Penicillium digitatum (Motsara,

1995). Mikroba ini mengeluarkan asam organik sehingga fosfat yang terikat dapat

larut dan menjadi tersedia bagi tanaman (Ginting dkk., 2006).

Pengggunaan pupuk hayati (termasuk mikroba pelarut fosfat) mampu

meningkatkan ketersediaan hara dan hasil panen berbagai tanaman antara 20-

100% serta dapat menekan penggunaan pupuk buatan dan meningkatkan efisiensi

pemupukan (Simarmata, 1995 dalam Latupapua dan Widawati, 2001). Namun,

aspek keamanan agen hayati terhadap tanaman itu sendiri, manusia, hewan dan

lingkungan belum banyak diperhatikan (Supriadi, 2006), sehingga mikroba

pelarut fosfat dapat saja tidak kompatibel terhadap pertumbuhan tanaman.

Kompatibel menurut kamus biologi berarti kecocokan (Yatim, 2003). Oleh karena

itu, perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui efek pemberian mikroba pelarut

fosfat terhadap pertumbuhan tanaman kedelai yang diinokulasikan melalui akar

maupun benih.

Page 18: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

1.2. Perumusan Masalah

Kurang diperhatikannya aspek keamanan terhadap penggunaan agen

hayati menyebabkan penggunaan mikroba pelarut fosfat dapat saja tidak

kompatibel terhadap pertumbuhan tanaman. Permasalahan yang dikaji dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah pemberian isolat mikroba pelarut fosfat asal Paku Haji pada akar dan

benih memiliki kompatibilitas terhadap pertumbuhan tanaman kedelai varietas

Wilis?

2. Apakah isolat mikroba pelarut fosfat dapat diaplikasikan pada akar dan benih

tanaman kedelai varietas Wilis?

1.3. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Isolat mikroba pelarut fosfat asal Paku Haji memiliki kompatibilitas terhadap

pertumbuhan tanaman kedelai varietas Wilis.

2. Isolat mikroba pelarut fosfat dapat diaplikasikan pada akar dan benih tanaman

kedelai varietas Wilis.

Page 19: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

1.4. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui isolat mikroba pelarut fosfat asal Paku Haji yang kompatibel

terhadap tanaman kedelai varietas Wilis.

2. Untuk mengetahui cara aplikasi mikroba pelarut fosfat pada tanaman kedelai

varietas Wilis.

1.5. Manfaat

Hasil pengujian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi untuk

mengembangkan penggunaan isolat mikroba pelarut fosfat dalam meningkatkan

pertumbuhan dan produktivitas tanaman kedelai varietas Willis pada tanah

masam.

Page 20: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pupuk Hayati

Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik,

kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman.

Pemupukan adalah penambahan bahan tersebut ke dalam tanah agar tanah

menjadi subur. Usaha pertanian yang dilakukan oleh manusia menyebabkan

proses penghanyutan dan pencucian zat hara dari tanah semakin besar sehingga

tanah menjadi kurang subur (Hardjowigeno, 1992). Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam pemupukan adalah tanaman yang akan dipupuk, jenis tanah

yang akan dipupuk, jenis pupuk yang digunakan, dosis pupuk yang diberikan,

waktu pemupukan dan cara pemupukan (Lakitan, 1999).

Salah satu jenis pupuk yang aman bagi lingkungan adalah pupuk hayati.

Pupuk hayati adalah bahan yang mengandung mikoorganisme hidup yang

mengkolonisasi rhizosfer atau bagian dalam tanaman dan memacu pertumbuhan

dengan jalan meningkatkan pasokan ketersediaan hara primer atau menstimulus

pertumbuhan tanaman target bila dipakai pada benih, permukaan tanaman atau

tanah (FNCA Biofertilizer Project Group, 2006 dalam Simanungkalit dan

Suriadikarta, 2006). Menurut Motsara (1995), pupuk hayati adalah mikroba yang

dapat memfiksasi nitrogen dari atmosfer atau meningkatkan kelarutan nutrien

penting dalam tanah.

Page 21: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Mikroba yang digunakan biasanya mampu hidup bersama (simbiosis)

dengan tanaman inangnya. Kedua pihak mendapatkan keuntungan, tanaman inang

mendapatkan tambahan unsur hara yang dibutuhkan, sedangkan mikroba

mendapatkan bahan organik untuk pertumbuhannya. Mikroba yang digunakan

sebagai pupuk hayati dapat diberikan langsung ke dalam tanah, disertakan dalam

pupuk organik atau disalutkan pada benih yang akan ditanam (Isroi, 2007).

Kelebihan penggunaan pupuk hayati adalah untuk meningkatkan produksi

pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan

dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik

dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat

mencegah degradasi lahan. Pupuk hayati juga memiliki fungsi kimia yang

penting, yaitu sebagai penyedia unsur hara makro dan mikro, meningkatkan

kapasitas tukar kation, dan dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion

logam yang meracuni tanaman (Simanungkalit dan Suriadikarta, 2006).

2.2. Mikroba Tanah

Tanah sangat kaya akan keanekaragaman miroorganisme, seperti bakteri,

aktinomisetes, fungi, protozoa, alga dan virus. Tanah pertanian yang subur

mengandung lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah. Produktivitas dan daya

dukung tanah tergantung pada aktivitas mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba

tanah memiliki peranan yang menguntungkan bagi pertanian, yaitu berperan

dalam menghancurkan limbah organik, re-cycling unsur hara tanaman, fiksasi

Page 22: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

biologis nitrogen, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan, biokontrol patogen

dan membantu penyerapan unsur hara (Isroi, 2007).

2.2.1. Bakteri Tanah

Bakteri di dalam tanah bervariasi, tergantung pada kondisi yang

mendukung pertumbuhannya. Umumnya, populasi yang besar terdapat pada

horizon permukaan dengan kondisi suhu, kelembaban, aerasi dan ketersediaan

makanan yang baik. Jumlah bakteri di dalam tanah sangat banyak, mungkin dapat

mencapai 3-4 miliar per gram tanah. Beberapa bakteri tanah seperti dari genus

Alcaligenes, Acinetobacter, Arthrobacter, Azospirillum, Bacillus, Burkholdenia,

Enterobacter, Erwinia, Flavobacterium, Paenibacillus, Pseudomonas,

Rhizobium, dan Serratia dapat digunakan sebagai pupuk hayati atau agen kontrol

untuk meningkatkan pertanian (FNCA Biofertilizer, 2006). Bakteri

membutuhkan mineral dan bahan organik untuk pertumbuhannya. Sebagian besar

bakteri tanah bersifat heterotrof sehingga sumber energi dan karbon berasal dari

bahan organik tanah (Brady and Weil, 2002).

2.2.2. Fungi Tanah

Fungi terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu yeast, mold (kapang) dan

mushroom. Namun, hanya mold dan mushroom yang berperan dalam tanah.

Fungi berperan dalam transformasi unsur pokok di dalam tanah dan pembentukan

humus. Fungi tidak mengandung klorofil, sumber energi dan karbon bergantung

dari bahan organik tanah. Jumlah fungi dalam tanah bervariasi, sekitar 1.000.000

Page 23: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

individu per gram tanah, tergantung pada kondisi tanah. Faktor penting yang

berhubungan dengan aktivitas fungi adalah ketersediaan makanan. Penambahan

pupuk pada tanah dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan (Brady and

Weil, 2002).

Mold merupakan fungi yang mikroskopik atau semi mikroskopik. Dalam

tanah, peranan mold lebih besar dibandingkan mushroom. Mold berperan dalam

aerasi tanah dan mengurangi pergerakan udara. Mold dapat menurunkan pH

tanah sehingga banyak tedapat pada tanah masam, dimana tidak terlalu banyak

kompetisi dengan bakteri. Mold banyak terdapat pada semua horizon tanah, yang

memiliki bahan organik banyak dan aerasi cukup. Ada empat genera yang umum

ditemukan di dalam tanah, yaitu Penicillium sp., Mucor sp., Trichoderma sp., dan

Aspergillus sp. (Brady and Weil, 2002).

2.3. Kurva Pertumbuhan Bakteri

Fase dalam pertumbuhan bakteri ada empat, yaitu fase adaptasi (log

phase), fase eksponensial (exponential phase), fase statis (stationer phase), dan

kematian (death phase) (Purwoko, 2007). Fase adaptasi terjadi pada awal

pertumbuhan populasi. Pada fase ini tidak terjadi penambahan jumlah sel, tetapi

terjadi penambahan volume sel (Sugiri, 1992).

Pada fase eksponensial, peningkatan jumlah sel dalam biakan sesuai

dengan waktu. Hal ini sesuai dengan anggapan bahwa keadaannya stabil, dengan

nutrien sel yang diperlukan selalu tersedia dalam jumlah yang cukup, dan limbah

Page 24: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

sel yang dikeluarkan ke lingkungan sel tidak mengganggu pertumbuhan maupun

pembelahan sel (Sugiri, 1992).

Beberapa alasan bakteri tidak melakukan pembelahan pada fase stationer

adalah nutrien habis, akumulasi metabolit toksik, penurunan kadar oksigen dan

ketersediaan air. Setelah itu, kultur tersebut memasuki fase kematian yang berarti

jumlah sel yang mati lebih besar dibandingkan penambahan sel. Penyebab utama

kematian adalah autolisis sel dan penurunan energi seluler (Purwoko, 2007).

2.4. Mikroba Pelarut Fosfat

Mikroba pelarut fosfat dapat digunakan sebagai alternatif untuk

meningkatkan efisiensi pemupukan fosfat. Mikroba pelarut fosfat, yaitu mikroba

yang dapat melarutkan fosfat yang tidak tersedia menjadi tersedia sehingga dapat

diserap oleh tanaman. Mikroba ini juga diketahui memproduksi asam amino,

vitamin dan substansi pemacu pertumbuhan seperti Indole Acetic Acid (IAA) serta

giberelin yang dapat membantu pertumbuhan tanaman (Ponmurugan and Gopi,

2006).

Mikroba pelarut fosfat dapat diisolasi dari tanah yang kandungan fosfatnya

rendah terutama di sekitar perakaran tanaman, karena mikroba ini menggunakan

fosfat dalam jumlah sedikit untuk keperluan metabolismenya. Kemampuan bakteri

dan fungi pelarut fosfat berbeda-beda tergantung jenis strain (Ginting dkk., 2006).

Bakteri yang dapat melarutkan fosfat adalah Bacillus megaterium, B. subtilis,

Pseudomonas striata dan P. liquifaciens. Fungi yang dapat melarutkan fosfat

dalah Aspergillus awmori dan Penicillium digitatum (Motsara, 1995).

Page 25: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Pertumbuhan mikroba pelarut fosfat sangat dipengaruhi oleh kemasaman

tanah. Pada tanah masam, aktivitas mikroba didominasi oleh kelompok fungi

sebab pertumbuhan optimum fungi pada pH 5 - 5,5. Sebaliknya, pertumbuhan

kelompok bakteri optimum pada pH netral dan meningkat seiring dengan

meningkatnya pH tanah, yaitu berkisar antara 4 - 10,6 (Ginting dkk., 2006).

2.5. Fosfat dan Mekanisme Penyerapannya

Fosfat adalah unsur hara kedua yang dibutuhkan setelah nitrogen

(Schachtman et al., 1998 dalam Handbook Of Microbial Fertilizer, 2006). Fosfat

merupakan 0,2% dari berat kering tanaman. Fosfat berperan dalam pembelahan

sel, pembentukan lemak dan albumin, pementukan bunga, buah dan benih,

pematangan hasil panen dan menghilangkan efek kelebihan aplikasi nitrogen,

perkembangan akar terutama akar lateral dan serabut, meningkatkan hasil panen

dan meningkatkan resisten terhadap penyakit dan dalam metabolisme melalui

suplai energi yang diperlukan untuk proses metabolik (Brady and Weil, 2002).

Fosfat diserap tanaman dalam bentuk ion fosfat. Ada dua jenis fosfat di dalam

tanah, yaitu fosfat organik dan fosfat anorganik (Hardjowigeno, 1992).

Umumnya konsentrasi fosfat anorganik di dalam tanah lebih tinggi

dibandingkan fosfat organik. Fosfat anorganik berasal dari fosfat yang berikatan

dengan kalsium, besi dan alumunium serta mineral apatite, dimana mineral

tersebut berada pada batuan, seperti fluorapatite, chloroapatite dan hidroksiapatite

yang biasanya sukar larut. Konsentrasi ion di dalam tanah tergantung pada pH

tanah. Pada tanah masam, H2PO4 akan lebih dominan dibandingkan dengan

Page 26: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

HPO42-, sedangkan pada pH netral 6-7, kedua ion tersebut tersedia didalam tanah.

Pada pH basa, HPO42- lebih dominan dbandingkan dengan H2PO4 (Tan, 1994).

Keberadaan fosfat anorganik dipengaruhi oleh keberadaan besi, alumunium dan

kalsium, jumlah dan dekomposisi bahan organik serta aktivitas mikroba (Brady

and Weil, 2002).

Fosfat organik terdiri atas phytin dan asam nukleat. Phytin dapat diserap

langsung oleh tanaman, sedangkan asam nukleat harus dipecah dengan

menggunakan enzim dipermukaan akar. Pada tanah masam, phytin menjadi tidak

larut dan tidak tersedia untuk tanaman karena diikat oleh besi dan alumunium.

Keberadaan asam nukleat rendah pada tanah masam yang banyak mengadung

montmorilonit, karena dapat diikat oleh montmorilonit (Brady and Weil, 2002).

Jumlah fosfat dalam tanah sangat tinggi sekitar 0,1-1 ppm, tetapi sebagian

besar berada dalam bentuk yang tidak dapat digunakan oleh tanaman karena

terjadi pengikatan (fiksasi) oleh aluminium pada tanah masam atau oleh kalsium

pada tanah alkalis (Hardjowigeno, 1992). Adanya pengikatan-pengikatan fosfat

tersebut menyebabkan pupuk fosfat yang diberikan tidak efisien, sehingga perlu

diberikan dalam takaran yang tinggi. Pemberian pupuk fosfat ke dalam tanah,

hanya 15-20% yang dapat diserap oleh tanaman. Hal ini menyebabkan defisiensi

fosfat bagi pertumbuhan tanaman (Ginting dkk., 2006).

Pelarutan senyawa fosfat berlangsung secara kimia dan biologi. Pada

mekanisme pelarutan fosfat secara kimia, mikroba mengeksresikan sejumlah asam

organik dengan berat molekul rendah seperti oksalat, suksinat, tartat, laktat, sitrat,

asetat, propionat dan formiat. Meningkatnya asam-asam organik tersebut diikuti

Page 27: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

dengan penurunan pH. Perubahan pH berperan penting dalam peningkatan

kelarutan fosfat. Selanjutnya, asam-asam organik ini akan bereaksi dengan

pengikat fosfat seperti alumunium dan kalsium membentuk khelat organik yang

stabil sehingga mampu membebaskan fosfat yang terikat dan dapat diserap oleh

tanaman (Ginting dkk., 2006).

Urutan kemampuan asam organik dalam melarutkan fosfat adalah asam

sitrat > asam oksalat = asam tartrat = asam malat > asam laktat = asam format =

asam asetat (Isroi, 2007). Sedangkan dalam FNCA Biofertilizer Project (2005),

dijelaskan bahwa asam glikonik yang dihasilkan oleh Pseudomonas sp., Erwinia

herbicola, P. cepacia dan Burkholderia cepacia merupakan agen utama pelarutan

fosfat. Asam organik lainnya adalah asam 2 ketoglukonik yang dihasilkan oleh

Rhizobium leguminosarum, R. meliloti dan Bacillus firmus. Bakteri dari strain

Bacillus, Pseudomonas dan Rhizobium merupakan strain yang paling unggul

dalam melarutkan fosfat.

Asam organik yang membentuk kompleks yang lebih mantap dengan

kation logam akan lebih efektif dalam melepas Ca dan Al mineral tanah sehingga

akan melepas fosfat yang lebih besar. Sedangkan kemudahan fosfat terlepas

mengikuti urutan Ca3(PO4)2 > AlPO4. Kecepatan pelarutan fosfat dari mineral

fosfat oleh asam organik ditentukan oleh kecepatan difusi asam organik dari

larutan tanah, waktu kontak antara asam organik dan permukaan mineral, tingkat

dissosiasi asam organik, tipe dan letak gugus fungsi asam organik, afinitas kimia

agen pengkhelat terhadap logam dan kadar asam organik dalam larutan tanah

(Ginting dkk., 2006).

Page 28: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Pelarutan fosfat secara biologi terjadi karena mikroba tersebut

menghasilkan enzim fosfatase. Fosfatase adalah enzim yang akan dihasilkan

apabila ketersediaan fosfat rendah. Pada proses mineralisasi bahan organik,

senyawa fosfat organik diuraikan menjadi bentuk fosfat anorganik yang tersedia

bagi tanaman dengan bantuan enzim fosfatase. Enzim fosfatase dapat

memutuskan fosfat yang terikat oleh senyawa organik menjadi bentuk yang

tersedia (Ginting dkk., 2006).

Penggunaan mikroba pelarut fosfat dapat berupa kultur murni (terdiri dari

satu jenis mikroba) maupun kultur campuran (terdiri dari beberapa mikroba yang

bekerja sama). Sebagai contoh kultur campuran adalah penggunaan Rhizobium,

Bacillus megatherium dan fungi biokontrol Trichoderma spp. Kombinasi tersebut

dapat meningkatkan perkecambahan, pengambilan nutrisi, berat tanaman, jumlah

cabang, nodul, hasil polong dan biomassa total jika dibandingkan inokulasi

dengan menggunakan salah satu dari mikroba tersebut atau tanpa inokulasi

(FNCA Biofertilizer Project, 2005).

2.6. Interaksi Mikroba Tanah dengan Akar Tanaman

Interaksi mikroba dengan akar tanaman dapat bersifat menguntungkan

atau merugikan. Bersifat menguntungkan apabila antara tanaman dan mikroba

tanah saling bekerjasama seperti mikroba membantu tanaman untuk mendapatkan

unsur hara. Sedangkan merugikan, apabila mikroba hanya mengambil bahan

organik dari tanaman dan menyebabkan penyakit (Waksman, 1963).

Page 29: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Proses di dalam tanah dibantu oleh mikroba dan berpengaruh terhadap

pertumbuhan tanaman. Mikroba tanah mendekomposisi tanaman dan sisa hewan

sehingga dapat menambah bahan organik dan humus pada tanah. Mikroba tersebut

dapat membebaskan nitrogen, CO2 dan mineral yang penting untuk pertumbuhan

tanaman (Waksman, 1963).

Mikroba dapat berasosiasi dengan tanaman, seperti pada nodul tanaman

Leguminoceae yang bersimbiosis dengan bakteri. Beberapa percobaan

menunjukkan bahwa mikroba memiliki peranan penting dalam ketersediaan

fosfat untuk tanaman. Faktor yang mempengaruhinya adalah kehadiran mikroba

pelarut fosfat dalam tanah, komposisi kimia fosfat, pH dan temperatur tanah

(Waksman, 1963). Hubungan mikroba tanah dengan tanaman adalah:

� Mikroba menyebabkan pertumbuhan tanaman dengan mempengaruhi

ketersediaan berbagai elemen nutrisi yang essensial untuk pertumbuhan

tanaman;

� Mikroba menyebabkan pertumbuhan tanaman melalui produksi zat pengatur

pertumbuhan, seperti auksin dan fitohormon;

� Mikroba dapat bersimbiosis dengan tanaman;

� Beberapa mikroba dapat berkompetisi dengan tanaman untuk mendapatkan

nutrisi;

� Beberapa mikroba dapat menimbulkan pengaruh berbahaya untuk tanaman,

seperti menyebabkan parasit atau toksik (Waksman, 1963).

Page 30: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

2.7. Tanaman Kedelai

2.7.1. Sistematika dan Morfologi Tanaman Kedelai

Kedelai termasuk famili Leguminosae, subfamili Papilionoideae, genus

Glycine dan nama spesiesnya adalah Glycine max (L.) Merr (Liu, 1997). Kedelai

merupakan tanaman semak berumur satu tahun, memiliki tinggi 0,2-0,6 meter

(Steenis et al., 1992).

Benih kedelai berkeping dua yang terbungkus oleh kulit benih. Embrio

terletak diantara keping benih. Warna kulit benih bermacam-macam, yaitu kuning,

hitam, hijau dan coklat. Bentuk benih kedelai umumnya bulat lonjong, bundar

atau agak pipih. Besar benih bervariasi, tergantung varietas. Di Indonesia besar

benih bervariasi dari 6-30 gram (Suprapto, 2001).

Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan

akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Selain itu, kedelai juga

seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil.

Pada umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman tertentu, misalnya kadar air

tanah yang terlalu tinggi (Adisarwanto, 2005 dalam Sofia, 2007).

Batang kedelai biasanya berwarna hijau atau ungu. Pada saat tanaman

kedelai masih sangat muda (setelah fase perkecambahan), batang dibedakan

menjadi dua, yaitu bagian batang di bawah keping benih yang belum lepas disebut

hipokotil sedangkan di bagian atas keping benih disebut epikotil. Daun kedelai

merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak daun dan umumnya

berwarna hijau muda atau hijau kekuningan. Bentuk daun oval atau segitiga

(Andrianto dan Indarto, 2004).

Page 31: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Bunga kedelai disebut bunga kupu-kupu, mempunyai dua mahkota dan

dua kelopak bunga. Bunga kedelai berwarna putih atau ungu. Bunga tumbuh pada

ketiak daun, biasanya terdapat 3-15 kuntum bunga, tetapi hanya beberapa yang

dapat membentuk polong. Penyerbukan kedelai termasuk penyerbukan sendiri

karena pembuahan terjadi sebelum bunga mekar. Semua varietas kedelai

mempunya bulu yang berwarna coklat atau putih kehijauan pada batang, cabang,

daun dan polong (Andrianto dan Indarto, 2004).

2.7.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai

Tanaman kedelai umumnya dapat beradaptasi terhadap berbagai jenis

tanah dan menyukai tanah bertekstur ringan hingga sedang, dan berdrainase baik

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998 dalam Sofia, 2007). Kedelai tumbuh baik pada

tanah yang bertekstur gembur, lembab, tidak tergenang air dan memiliki pH 6-6,8.

kedelai dapat tumbuh di tanah yang agak masam akan tetapi dapat menimbulkan

keracunan Aluminium (Sofia, 2007).

Benih kedelai biasanya ditanam pada kedalaman antara 2-5 cm tergantung

pada jenis dan kelembaban tanah. Kelembaban tanah yang baik selama

perkecambahan harus mengandung kelembaban 50% sebelum perkecambahan.

Tetapi, kelembaban yang berlebihan tidak baik untuk perkecambahan karena

membatasi ketersediaan oksigen (Liu, 1997).

Sebagian besar tanaman terdiri dari dua fase pertumbuhan, yaitu fase

vegetatif dan generatif atau reproduktif. Pada tanaman kedelai, waktu sampai

muncul dan terlihatnya bunga pertama disebut fase vegetatif dan biasanya selama

Page 32: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

6-8 minggu. Lama fase vegetatif tergantung dari genotip, waktu tanam, lokasi

geografik dan kondisi lingkungan. Setelah fase vegetatif, tanaman kedelai

memasuki fase generatif ketika kuncup berkembang menjadi bunga sampai 2-35

bunga. Kemudian diikuti dengan perkecambahan polong, benih dan pematangan.

Fase generatif mulai terjadi pada minggu ke 7 sampai ke 12. Tanaman kedelai

menghasilkan 2-3 benih per polong. Polong biasanya lurus, panjangnya antara 2-7

cm dan warna polong yang matang adalah kuning, abu-abu atau hitam (Liu,

1997).

Kendala utama dalam usaha meningkatkan produksi kedelai adalah adanya

serangan pengganggu yaitu hama, penyakit dan gulma. Hama utama tanaman

kedelai adalah perusak bibit yang disebabkan oleh Agromyza phaseoli, perusak

daun yang disebabkan oleh Phaedononia inclusa, perusak polong yang

disebabkan oleh Etiella zhinchenella dan hama lain yang dapat menularkan

penyakit pada tanaman kedelai. Penyakit yang sering menyerang tanaman kedelai

adalah yang disebabkan oleh virus, seperti soybean mosaic virus, penyakit yang

disebabkan oleh fungi penyebab karat (Phatospora pachyrhizi) dan penyakit yang

disebabkan oleh bakteri Pseudomonas syringae penyebab hawar daun. Jenis

gulma penting pada tanaman kedelai adalah rumput-rumputan (Digitaria ciliaris),

teki (Cyprus kyllinges) dan bayam berdaun lebar (Amaranthus sp.) (LIPTAN,

2008).

Page 33: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

2.7.3. Kedelai Varietas Wilis

Kualitas kedelai lokal seperti varietas Bromo, Argomulyo, Burangrang,

Mahameru, Anjasmoro, Merubetiri, Baluran, Panderman, Gumitir, Argomulyo,

Wilis dan Lokon lebih baik dibandingkan dengan kedelai impor. Kedelai lokal

memiliki ukuran yang lebih besar, kadar protein yang lebih tinggi sekitar 37-42%

dan rasa yang enak karena lebih segar jika dibandingkan kedelai impor yang

sudah ditimbun beberapa tahun (Suryo, 1996).

Varietas Wilis memiliki ciri-ciri seperti warna daun hijau, warna bunga

ungu, warna benih kuning, warna kulit polong masak coklat kehitaman, tinggi

tanaman 40-50 cm, bentuk benih oval, berbunga pada umur 39 hari dan polong

masak pada umur 88 hari (Surat Keputusan Menteri Pertanian

no.318/Kpts/Tp.240/41985). Varietas Wilis memiliki keunggulan, yaitu lebih

toleran terhadap lingkungan yang berdrainase kurang baik dan terhadap penyakit

seperti penyakit karat dan layu. Varietas ini juga dapat tumbuh pada lahan kering

dan tanah asam (Sofia, 2007).

2.7.4. Nilai Gizi dan Peran Kedelai

Kedelai merupakan sumber protein nabati yang efisien. Untuk setiap 100

gram kedelai mengandung 330 kalori, 35% protein, 18% lemak, 35% CHO dan

8% air. Bahkan pada varietas unggul, kandungan protein kedelai dapat mencapai

40-43% (Suprapto, 2001). Kedelai juga mengandung kalsium, besi, potassium,

phosphorus dan kaya akan vitamin B kompleks (Sumarli, 2007).

Page 34: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Kedelai dalam kehidupan sehari-hari berperan dalam meningkatkan

metabolisme tubuh; menguatkan sistem imun tubuh; menstabilkan kadar gula

arah; melindungi jantung; menambah daya ingat; membentuk tulang yang kuat;

menurunkan resiko penyakit jantung, kanker payudara dan kanker prostat;

menurunkan tekanan darah dan kolesterol; mencegah menopouse pada wanita;

menghasilkan tenaga dan meningkatkan kesehatan (Sumarli, 2007).

Page 35: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Juli 2008 di

Laboratorium Mikrobiologi Pusat Laboratorium Terpadu Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta untuk pembuatan inokulum bakteri dan fungi dan

penanaman dilakukan di rumah kaca Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan dan Alat Pembuatan Inokulum Bakteri dan Fungi

Bahan-bahan yang digunakan adalah isolat bakteri PH3-1B (Paku Haji

pada titik sampel ke 3, bakteri pertama), PH5-2B, PH4-3B dan isolat fungi PH1-

4F, PH1-3F, PH5-5F yang diisolasi dari sampel tanah Paku Haji, media NB

(Nutrient Broth), media NA (Nutrient Agar), umbi kentang, dextrose, Bacto agar,

kain kassa, akuades steril, spirtus dan alkohol 70%.

Alat-alat yang digunakan adalah gelas kimia, timbangan Schout Pro Ohaus

2000 gram, penangas air, stirrer, spatula, labu Erlenmeyer, stopwatch, gelas ukur,

shaker, hemasitometer, mikroskop cahaya, counter, spektrofotometer, sentrifuge,

vortex, dan autoklaf.

Page 36: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Bahan dan Alat Inokulasi dan Penanaman Kedelai

Bahan-bahan yang digunakan adalah inokulum bakteri PH3-1B, PH5-2B,

PH4-3B dan inokulum fungi PH1-4F, PH1-3F, PH5-5F, larutan sagu 2%, spirtus,

alkohol 70%, akuades steril, benih kedelai varietas Wilis, tanaman kedelai

berumur 2 minggu, pasir dan tanah Paku Haji steril, pupuk N, pupuk P dan pupuk

K dengan perbandingan 1:2:1. Alat-alat yang digunakan untuk penanaman kedelai

adalah pot plastik dengan diameter 17 cm, bunsen, spatula, pinset, benang dan

meteran. Alat-alat yang digunakan untuk pengukuran parameter fisik adalah lux

meter, soil tester dan termometer.

3.3. Cara Kerja

3.3.1. Pembuatan Inokulum Isolat Bakteri dan Fungi

Pembuatan Media NB dan NA

Sebanyak 4 gram media NB ditimbang dan dimasukkan ke dalam

Erlenmeyer, kemudian dilarutkan dalam 500 ml akuades steril. Media tersebut

dipanaskan dengan menggunakan penangas air sampai homogen. Setelah itu,

media disterilisasi dengan mengunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15

menit. Hal yang sama dilakukan untuk pembuatan NA dengan penambahan agar

sebanyak 7,5 gram.

Pembuatan Media PDB dan PDA

Kentang dikupas bersih, dipotong kecil-kecil dan ditimbang sebanyak 150

gram. Setelah itu, kentang dimasukkan ke dalam gelas kimia dan ditambahkan

Page 37: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

300 ml akuades steril kemudian dipanaskan dengan menggunakan penangas air.

Selanjutnya, dilakukan penyaringan dengan menggunakan kain kassa steril 4 lapis

dan ditambahkan akuades steril sampai volumenya mencapai 500 ml, kemudian

ditambahkan dextrose sebanyak 7,5 gram. Media tersebut dipanaskan kembali

sampai homogen kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu

121oC selama 15 menit. Hal yang sama dilakukan untuk pembuatan PDA dengan

penambahan agar sebanyak 7,5 gram.

Peremajaan Stok Bakteri dan Fungi Pelarut Fosfat

Isolat bakteri dari kultur stok PH3-1B diambil sebanyak 1 ose kemudian

diinokulasikan ke dalam media NA miring. Hal yang sama dilakukan pada isolat

bakteri PH5-2B dan PH4-3B kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 24-48

jam. Isolat fungi dari kultur stok PH1-4F diambil sebanyak 1 ose kemudian

diinokulasikan ke dalam media PDA miring. Hal yang sama dilakukan pada isolat

fungi PH1-3F dan PH5-5F kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 7 hari.

Pengamatan Morfologi dan Pengukuran Panjang Sel Bakteri

Isolat bakteri yang digunakan, yaitu PH3-1B, PH4-3B dan PH5-2B,

dijadikan preparat kering dan dilakukan pewarnaan Gram. Dengan menggunakan

pewarnaan Gram tersebut dapat dilihat kemurnian isolat bakteri.

Pewarnaan Gram dilakukan dengan cara berikut ini, satu tetes NaCl

fisiologis diteteskan di atas kaca objek, ditambahkan satu ose kultur PH3-1B,

dicampur sampai homogen, dikeringkan dan difiksasi di atas bunsen. Preparat

Page 38: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

kering ditambahkan larutan kristal violet dan didiamkan selama satu menit,

kemudian dibilas dengan menggunakan air mengalir dan dikeringkan. Setelah itu,

preparat ditambahkan larutan iodin, didiamkan selama satu menit, kemudian

dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan. Preparat diteteskan alkohol 95%

selama beberapa detik kemudian dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan.

Preparat kemudian ditambahkan safranin, didiamkan selama 45 detik, lalu dibilas

dengan air mengalir dan dikeringkan. Preparat tersebut diamati dengan mikroskop

perbesaran 1000x kemudian difoto.

Berrdasarkan hasil foto, diambil 5 sel secara acak dari masing-masing

isolat kemudian diukur dengan menggunakan penggaris. Setelah itu, rata-rata

pengukuran panjang tersebut dikonversi berdasarkan ukuran bakteri yang tertulis

pada gambar.

Pembuatan Kurva Standar Isolat Bakteri

Kultur stok isolat bakteri PH3-1B yang telah diremajakan dibuat menjadi

suspensi bakteri yang diencerkan beberapa kali. Setiap suspensi dengan

pengenceran yang berbeda diukur absorbansinya dengan menggunakan

spektrofotometer (λ 600 nm). Setelah itu, suspensi dengan absorbansi yang

berbeda tersebut diukur jumlah selnya melalui metode Total Plate Count (TPC)

pada media NA. Nilai-nilai absorbansi dan TPC yang diperoleh dibuat menjadi

kurva standar dengan menggunakan Software Excel sehingga dapat diketahui

jumlah sel pada suatu nilai absorbansi. Hal yang sama dilakukan untuk isolat

bakteri PH4-3B dan PH5-2B.

Page 39: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Pembuatan Kurva Tumbuh Bakteri

Kultur isolat bakteri yang telah diremajakan diinokulasi seujung ose ke

dalam 100 ml NB dalam labu Erlenmeyer 250 ml. Kultur tersebut kemudian

dikocok dengan menggunakan shaker 125 rpm sampai tercapai puncak

pertumbuhan. Pada setiap interval 2 jam, sampel kultur diambil untuk diukur

absorbansi, yang kemudian dikonversi menjadi jumlah sel/ml. Hasil pengukuran

tersebut dibuat menjadi kurva tumbuh sehingga dapat diketahui kapan terjadinya

kecepatan pertumbuhan tertinggi.

Pembuatan Inokulum Bakteri

Kultur isolat bakteri yang telah diremajakan diinokulasi seujung ose ke

dalam 100 ml NB dalam labu Erlenmeyer 250 ml. Kultur tersebut kemudian

dikocok dengan menggunakan shaker 125 rpm sampai tercapai fase aktif

pertumbuhan. Setelah itu, kultur disentrifuge selama 10 menit 3000 rpm.

Supernatan hasil sentrifuge dibuang kemudian pelet diencerkan dengan

penambahan NaCl fisiologis sampai absorbansi tertentu (λ 700 nm) untuk

mencapai jumlah sel 10 9 cfu/ml.

Pembuatan Inokulum Isolat Fungi

Spora yang terbentuk dari hasil peremajaan yang berumur 7 hari

ditambahkan 20 ml akuades steril, kemudian spora diluruhkan dengan

menggunakan ose sehingga diperoleh suspensi spora. Kemudian dihitung jumlah

sporanya dengan menggunakan kamar hitung Neubaeur pada mikroskop cahaya

Page 40: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

perbesaran 400 X. Suspensi spora yang diinginkan adalah dengan konsentrasi

5x109 spora/ml PDB.

Rumus jumlah spora/ml :

Rata-rata jumlah spora :

Dimana : 0,1 mm : Kedalaman kamar hitung

0,0025 mm2 : Luas kamar hitung

R1 : Spora ruang 1

R2 : Spora ruang 2

R3 : Spora ruang 3

3.3.2. Inokulasi Benih dan Akar

Inokulasi Benih

Benih yang digunakan dalam penelitian ini memiliki karakter yang sama

yaitu berukuran besar, tidak cacat dan berwarna seragam. Benih kedelai yang akan

ditanam dilukai dengan menggunakan jarum steril dan dimasukkan ke dalam

alkohol 70% selama 1 menit kemudian direndam di dalam larutan sagu 2% selama

2 menit. Setelah itu, benih direndam ke dalam suspensi isolat bakteri pelarut

fosfat dengan kepadatan 5x109 cfu/ml selama 5 menit. Perlakuan yang diuji terdiri

atas 6 macam, yaitu perendaman benih dalam suspensi bakteri PH3-1B, PH4-3B

dan PH5-2B) dan fungi PH1-3F, PH1-4F dan PH5-5F. Kontrol yang digunakan

Rata-rata jumlah spora X faktor pengenceran 0,1 X 0,0025 mm2

R1 + R2 + R3 3

Page 41: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

adalah akuades steril (kontrol 1) dan larutan sagu 2% (kontrol 2). Benih kedelai

tersebut siap untuk ditanam. Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3

kali (Fitriatin dan Simarmata, 2005).

Inokulasi Akar

Akar tanaman kedelai yang telah memiliki 2-3 daun utama diambil

kemudian dibersihkan dari media tanam (campuran pasir dan tanah Paku Haji)

dengan menggunakan air mengalir dan dilakukan perendaman dengan

menggunakan alkohol 70% selama 1 menit. Setelah itu, akar tersebut dilukai

dengan menggunakan jarum steril kemudian dimasukkan ke dalam larutan sagu

2% selama 30 detik dan direndam dalam suspensi isolat mikroba (bakteri dan

fungi pelarut fosfat) dengan kepadatan 5x109 cfu/ml selama 60 detik. Kontrol

yang digunakan adalah akuades steril (kontrol 1) dan larutan sagu 2% (kontrol 2).

Akar tanaman kedelai tersebut siap untuk ditanam kembali. Setiap perlakuan

dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali (Montealegre et al, 2003).

3.3.3. Penanaman Kedelai

Persiapan Media Tanam

Pasir diayak dengan menggunakan ayakan berdiameter 3 mm. Hal yang

sama dilakukan untuk tanah. Setelah itu, pasir dan tanah dimasukkan ke dalam

plastik tahan panas dengan perbandingan 3:1 sebanyak 1 kg, kemudian

disterilisasi menggunakan autoklaf. Campuran pasir dan tanah tersebut

Page 42: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

dimasukkan ke dalam pot plastik yang berdiameter 17 cm kemudian diberikan

campuran pupuk NPK dengan perbandingan 1:2:1 sebanyak 1 gram.

Penanaman, Pemupukan dan Pemeliharaan

Tiga benih kedelai ditanam dalam media tanam dengan kedalaman 2 cm

pada pot plastik dan ditempatkan di dalam rumah kaca. Pemeliharaan tanaman

kedelai dilakukan dengan penyiraman setiap hari. Pembersihan gulma di sekitar

tanaman dilakukan dengan cara pencabutan sedangkan pemeliharaan dari hama

dan penyakit tanaman dilakukan dengan penyemprotan fungisida Dithane M-45

dengan dosis 1,5 gram per liter.

Pengamatan Parameter Tanaman dan Lingkungan

Parameter yang diamati adalah:

A. Perkecambahan, dilakukan dengan mengamati waktu benih berkecambah

dan muncul ke permukaan media tanam. Hanya satu tanaman dari setiap

pot yang terus diamati sampai akhir pengamatan.

B. Tinggi tanaman, dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman dari

permukaan tanah sampai ujung tanaman tertinggi dengan menggunakan

benang. Selanjutnya, benang tersebut diukur dengan menggunakan

meteran.

C. Jumlah daun, dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang tumbuh.

D. Lebar daun, dilakukan dengan menggunakan benang pada permukaan

daun. Selanjutnya, benang tersebut diukur dengan menggunakan meteran.

Page 43: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

E. Berat kering tanaman, dilakukan dengan mencabut akar kemudian

dibersihkan dari media tanam dengan menggunakan air mengalir

kemudian tanaman kedelai ditimbang (berat basah). Setelah itu, tanaman

kedelai tersebut dikeringkan dengan menggunakan oven kemudian

ditimbang kembali (berat kering). Selanjutnya dihitung selisih berat kering

dan berat basah.

Pengamatan parameter tinggi tanaman, jumlah dan lebar daun dilakukan

setiap 2 hari sedangkan untuk berat kering tanaman dilakukan di akhir

pengamatan.

Pengamatan parameter lingkungan yang dilakukan adalah pengukuran

suhu rumah kaca dengan menggunakan termometer, kelembaban dan pH media

tanam dengan menggunakan soil tester, dan intensitas cahaya dengan

menggunakan lux meter.

3.3. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini yang merupakan pengamatan

ketiga parameter (tinggi tanaman, jumlah dan lebar daun) diolah secara statistik

dengan metode analisis variansi satu arah (one way Anova) dengan rancang acak

lengkap pada taraf uji 0,05%.

Hipotesis 0 : parameter pada kontrol dan perlakuan tidak berbeda nyata

Hipotesis 1 : parameter pada kontrol dan perlakuan berbeda nyata

Jika signifikansi < 0,05% maka H0 ditolak sedangkan jika signifikansi >

0,05 maka H0 diterima. Apabila H0 ditolak maka dilanjutkan uji Duncan. Baik

Page 44: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

pada inokulasi akar maupun benih, faktor yang diuji adalah pengaruh pemberian

isolat mikroba pelarut fosfat terhadap pertumbuhan tanaman kedelai varietas

Wilis. Perbandingan pertumbuhan tanaman kedelai yang diinokulasi mikroba

pelarut fosfat pada akar dilakukan secara deskriptif.

Page 45: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Morfologi Isolat Bakteri Pelarut Fosfat dengan Pewarnaan Gram

Pengamatan morfologi isolat bakteri pelarut fosfat yang telah diberi

pewarnaan Gram bertujuan untuk memastikan tidak terjadinya kontaminasi pada

kultur yang digunakan. Hasil pewarnaan Gram menunjukkan bahwa semua isolat

bakteri pelarut fosfat yang diamati (PH3-1B, PH4-3B dan PH5-2B) merupakan

bakteri Gram positif (Gambar 1, 2 dan 3). Secara mikroskopis, semua isolat

bakteri pelarut fosfat yang diuji menunjukkan berbentuk batang dan pada setiap

preparat sel-selnya tampak seragam. Menurut Pelczar dan Chan (1986), salah satu

bakteri yang menunjukkan ciri berbentuk batang dan Gram positif adalah Bacillus

sp. Beberapa jenis Bacillus sp. memiliki kemampuan melarutkan fosfat seperti

Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis (Motsara et al, 1995). Meskipun semua

berbentuk batang, ketiga isolat bakteri memiliki panjang yang berbeda. Rata-rata

ukuran panjang PH3-1B (1,68 µm) terlihat lebih besar dibandingkan kedua isolat

lainnya, yaitu PH5-2B (1,08 µm) dan PH4-3B (0,36 µm).

Dengan karakter bakteri yang menunjukkan Gram positif, maka bakteri

tersebut tahan terhadap pengaruh faktor lingkungan yang ada di tanah masam.

Menurut Pelczar dan Chan (1986), bakteri Gram positif lebih resisten terhadap

gangguan fisik dan perlakuan mekanis. Dinding sel bakteri Gram positif memiliki

peptidoglikan yang lebih tebal (Pelczar dan Chan, 1986), sehingga dapat bertahan

hidup pada tanah di daerah Paku Haji yang bersifat masam

Page 46: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Gambar 1. Isolat Bakteri PH3-1B Perbesaran 1000 x

Gambar 2. Isolat Bakteri PH5-2B Perbesaran 1000 x

Gambar 3. Isolat Bakteri PH4-3B Perbesaran 1000 x

Page 47: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

4.2. Kurva Pertumbuhan Isolat Bakteri Pelarut Fosfat

Pertumbuhan bakteri dapat diamati melalui peningkatan jumlah sel terhadap

waktu. Menurut Pelczar dan Chan (1986), kurva pertumbuhan terdiri dari fase

adaptasi, logaritmik, stationer dan kematian mikroorganisme. Pada kurva

pertumbuhan ketiga isolat bakteri pelarut fosfat yang diamati, semua fase dapat

diamati dengan jelas (Gambar 4, 5 dan 6).

0

10

20

30

0 10 20 30 40 50

Waktu (Jam)

log

jum

lah

sel/m

l

Gambar 4. Kurva Pertumbuhan Isolat Bakteri PH3-1B

Tabel 1. Waktu dan Kecepatan Pertumbuhan Isolat PH3-1B

Waktu (jam) µ (perjam) 4-5 1,614

5-5,5 3,857 5,5-6,5 9,558 6,5-9,5 1,663

Pada Gambar 4, PH3-1B mulai menunjukkan peningkatan jumlah sel sejak

jam ke-5. Fase logaritmik tercepat terjadi pada jam ke-5,5-6,5 (Tabel 1) dengan

nilai µ=9,558 perjam. Penurunan jumlah sel yang signifikan mulai terjadi setelah

Page 48: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

36 jam. Pertumbuhan isolat bakteri ini terlihat lebih cepat dibandingkan isolat

lain yang digunakan, sehingga lebih cepat mencapai fase logaritmik.

0

10

20

30

0 10 20 30 40 50

Waktu (Jam)

Lo

g ju

mla

h s

el/m

l

Gambar 5. Kurva Pertumbuhan Isolat Bakteri PH5-2B

Tabel 2. Waktu dan Kecepatan Pertumbuhan Isolat PH5-2B

Berdasarkan Gambar 5, PH5-2B mulai mengalami peningkatan jumlah sel

sejak jam ke-7,5 dan mencapai puncak fase logaritmik pada jam ke-8,5 jam

dengan nilai µ= 4,206 perjam (Tabel 2). Penurunan jumlah sel yang signifikan

mulai terjadi setelah 19,5 jam. Hal ini dapat saja disebabkan oleh nutrisi yang

semakin berkurang atau terakumulasinya limbah metabolisme (Sugiri, 1992).

Waktu (jam) µ (perjam) 6,5-7,5 1,836 7,5-8,5 4,206 8,5-9,5 1,372

Page 49: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

0

10

20

30

0 10 20 30 40

Waktu (Jam)

Lo

g j

um

lah

sel

/ml

Gambar 6. Kurva Pertumbuhan Isolat Bakteri PH4-3B

Tabel 3. Waktu dan Kecepatan Pertumbuhan Isolat PH4-3B

Waktu (jam) µ (perjam) 6-6,5 1,696

6,5-8,15 1,166 8,15-18,25 0,835 18,25-21,25 2,388 21,25-23,25 4,43 23,25-24,55 6,04 24,55-25,55 11,703 25,55-26,25 0,498

Berdasarkan Gambar 6, PH4-3B menunjukkan pertumbuhan yang lambat.

Isolat bakteri ini menunjukkan peningkatan pertumbuhan sejak jam ke-10 dan

mencapai fase logaritmik tercepat pada jam ke-24,55-25,55 dengan nilai µ=

11,703 perjam (Tabel 3). Penurunan jumlah sel terjadi setelah jam ke-28.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ketiga isolat bakteri pelarut fosfat

yang digunakan membutuhkan waktu yang berbeda-beda untuk mencapai fase

logaritmik. Untuk kepentingan pengujian digunakan isolat bakteri pada fase

logaritmik. Hal ini disebabkan pada fase ini pertumbuhan bakteri berlangsung

Page 50: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

paling cepat. Pada fase logaritmik kebutuhan nutrien cukup dan limbah sel yang

dikeluarkan ke lingkungan tidak mengganggu pembelahan sel, sehingga

pertumbuhan jumlah selnya paling cepat (Sugiri, 1992). Karena kondisi setiap

isolat bakteri dibuat sama, maka perbedaan waktu untuk mencapai fase logaritmik

dipengaruhi oleh sifat masing-masing isolat yang digunakan. Perbedaan waktu

untuk mencapai jumlah sel tertentu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

sumber energi, sumber karbon, pH, suhu, lingkungan, O2 dan masa inkubasi atau

sifat mikroorganisme tersebut (Pelczar dan Chan,1986).

4.3. Inokulum Isolat Fungi Pelarut Fosfat

Inokulum fungi dapat diberikan ke tanaman dalam bentuk spora atau miselia

(Isroi, 2007). Dalam penelitian ini, inokulum fungi yang digunakan untuk

diinokulasikan ke tanaman kedelai varietas Wilis adalah dalam bentuk spora

sebanyak 5x109 spora/ml. Berdasarkan pengamatan dibawah mikroskop dengan

perbesaran 400 x, spora fungi yang digunakan berbentuk bulat dan berwarna

hijau.

Keuntungan penggunaan inokulum spora adalah tahan terhadap pengaruh

fisik dan kimia karena ketebalan dindingnya (Widiastuti, 2005). Berdasarkan

penelitian terdahulu oleh Sekardini (2005), pemberian inokulan 5% spora

Aspergillus niger dan pupuk kimia super fosfat 0,5 konsentrasi, optimum untuk

meningkatkan jumlah fosfat pada tanaman albasia.

Page 51: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

4.4. Pertumbuhan Tanaman Kedelai Dengan Inokulasi Bakteri Pelarut Fosfat pada Benih

Perkecambahan

Pertumbuhan tanaman kedelai varietas Wilis yang telah diinokulasi bakteri

pelarut fosfat pada benih diamati mulai dari munculnya kecambah ke permukaan

media tanam sampai muncul bunga atau tanaman berumur 5 minggu. Beberapa

benih kedelai varietas Wilis dengan inokulasi bakteri pelarut fosfat mulai

berkecambah pada hari ke-3. Namun sebagian besar yang lain mulai berkecambah

pada hari ke-5.

Bakteri yang diinokulasikan berpengaruh terhadap perkecambahan benih, di

mana benih yang diinokulasi dengan bakteri PH3-1B tidak ada yang berkecambah

karena terjadi pembusukan benih, sedangkan benih yang diinokulasi PH4-3B dan

PH5-2B semuanya berkecambah dan tumbuh dengan baik. Demikian juga dengan

kontrol 1 dan 2 yang tidak diinokulasi bakteri dapat berkecambah dan tumbuh.

Tidak berkecambahnya benih yang diinokulasi bakteri PH3-1B disebabkan bakteri

tersebut menghambat perkecambahan atau bahkan dapat dikatakan patogen pada

tanaman kedelai. Seperti yang diungkapkan oleh Supriadi (2006), selain dapat

meningkatkan pertumbuhan tanaman, bakteri pelarut fosfat ada yang berpotensi

menyebabkan patogen pada tanaman seperti Bacillus polymyxa.

Tinggi Tanaman

Berdasarkan hasil uji Anova (Lampiran 7.1b), tinggi tanaman pada minggu

ke-5 memiliki nilai probabilitas (signifikansi) 0,95. Nilai ini menunjukkan rata-

rata tinggi tanaman kedelai varietas Wilis pada kontrol dan perlakuan (inokulasi

Page 52: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

bakteri PH4-3B dan PH5-2B) tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata. Hal ini

memperlihatkan bahwa tidak ada potensi penghambatan pertumbuhan tanaman

kedelai varietas Wilis oleh isolat bakteri PH4-3B dan PH5-2B.

05

1015

202530

3540

4550

0 1 2 3 4 5 6

Umur (Minggu)

Tin

gg

i Tan

aman

(C

m)

Kontrol 1

Kontrol 2

PH3-1B

PH4-3B

PH5-2B

Gambar 7. Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai (cm) Varietas Wilis dengan

Inokulasi Bakteri Pelarut Fosfat Pada Benih

Pengaruh inokulasi bakteri pelarut fosfat terhadap rata-rata tinggi tanaman

kedelai varietas Wilis tidak menunjukkan perbedaan (Gambar 7). Pada minggu

pertama tinggi tanaman berkisar antara 7,2 cm-11,1 cm, minggu ke-2 antara 15,7

cm-19,27 cm, sedangkan pada minggu ke-3 antara 26 cm-31 cm. Pada minggu ke-

4 tinggi tanaman antara 30 cm-35,23 cm dan minggu ke-5 antara 40,37 cm-43,67

cm. Pada akhir pengamatan, tinggi tanaman dengan inokulasi PH4-3B terlihat

lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol 1 dan 2.

Jumlah dan Lebar Daun

Jumlah daun tanaman kedelai varietas Wilis yang dihitung dalam

penelitian ini adalah daun yang masih tumbuh. Rata-rata jumlah daun pada setiap

Page 53: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

perlakuan meningkat pada minggu ke-2 dan ke-3 (Gambar 8). Hal ini disebabkan

tanaman kedelai varietas Wilis pada minggu ke-2 dan ke-3 masih dalam fase

vegetatif, sehingga jumlah daun akan selalu bertambah. Lama fase vegetatif

dipengaruhi oleh genotip, waktu tanam, lokasi geografik dan kondisi lingkungan

(Liu, 1997). Rata-rata jumlah daun pada minggu pertama berkisar antara 1,33-2

helai, minggu kedua antara 2,67-3 helai, minggu ketiga 4,33-4,67 helai, minggu

keempat 3,33-5 helai dan pada minggu kelima 3,67-4,67 helai. Pada awal minggu

ke-5 mulai terbentuk bunga, sehingga jumlah daun pada umumnya berkurang

karena berguguran. Hal ini disebabkan oleh perubahan fase vegetatif menjadi

generatif (Hanafiah, 2005).

0

1

2

3

4

5

6

0 1 2 3 4 5 6Umur (Minggu)

Jum

lah

Dau

n (H

elai

)

Kontrol 1Kontrol 2PH3-1BPH4-3BPH5-2B

Gambar 8. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kedelai (Helai) Varietas Wilis

dengan Inokulasi Bakteri Pelarut Fosfat Pada Benih

Pengamatan rata-rata jumlah daun pada semua perlakuan tidak

menunjukkan perbedaan. Berdasarkan hasil uji Anova (Lampiran 7.2b), parameter

rata-rata jumlah daun pada akhir pengamatan (minggu ke-5) memiliki nilai

signifikansi 0,133. Nilai ini menunjukkan rata-rata jumlah daun tanaman kedelai

Page 54: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

varietas Wilis pada kontrol dan perlakuan (inokulasi bakteri PH4-3B dan PH5-2B)

tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata. Hal ini berarti isolat bakteri PH4-3B

dan PH5-2B yang diinokulasikan pada benih tidak menghambat pertumbuhan

jumlah daun tanaman kedelai varietas Wilis.

0

1

2

3

4

0 1 2 3 4 5 6Umur (Minggu)

Leb

ar D

aun

(Cm

)

Kontrol 1Kontrol 2PH3-1BPH4-3BPH5-2B

Gambar 9. Rata-rata Lebar Daun Tanaman Kedelai (cm) Varietas Wilis

dengan Inokulasi Bakteri Pelarut Fosfat Pada Benih Sama halnya dengan jumlah daun, berdasarkan hasil uji Anova (Lampiran

7.3b), rata-rata lebar daun pada minggu ke-5 memiliki nilai signifikansi 0,674. Hal

ini memperlihatkan bahwa rata-rata lebar daun tanaman kedelai varietas Wilis

pada kontrol dan perlakuan (inokulasi bakteri PH4-3B dan PH5-2B) tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini berarti inokulasi bakteri PH4-3B dan

PH5-2B pada benih tidak menghambat lebar daun tanaman kedelai varietas Wilis.

Rata-rata lebar daun pada minggu pertama berkisar antara 1,1-1,8 cm, minggu

kedua 1,1-1,8 cm, minggu ketiga 3,13-3,47 cm, minggu keempat 3,23-3,6 cm, dan

pada akhir pengamatan antara 3,43-3,77 cm.

Page 55: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Berat Kering

Berat kering yang dihasilkan oleh tanaman kedelai pada akhir pengamatan

bervariasi pada setiap perlakuan. Berdasarkan hasil uji Anova (Lampiran 7.4b),

berat kering tanaman menunjukkan perbedaan yang nyata dengan nilai

signifikansi 0,034. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 7.4c) menunjukkan berat

kering tanaman kedelai varietas Wilis dengan inokulasi PH4-3B tidak berbeda

dengan kontrol 2 tetapi berbeda sangat nyata dengan kontrol 1. Berat kering

tanaman yang diinokulasi PH5-2B sedikit berbeda dengan kontrol 1 dan kontrol 2.

Berat kering tertinggi adalah perlakuan PH4-3B, yaitu 2,85 gram dan terendah

adalah kontrol 1, yaitu 0,98 gram (Gambar 10).

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

Kontrol 1 Kontrol 2 PH4-3B PH5-2B

Perlakuan

Ber

at K

erin

g (

Gra

m)

Gambar 10. Berat Kering Tanaman Kedelai Varietas Wilis dengan

Inokulasi Bakteri Pelarut Fosfat

Tanaman yang diinokulasi bakteri PH4-3B dapat meningkatkan berat

kering tanaman kedelai varietas Wilis. Hal ini didukung dengan tingginya nilai

Page 56: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

parameter tinggi dan jumlah daun tanaman. Setelah pencabutan, tanaman yang

diinokulasi dengan bakteri PH4-3B memiliki perakaran yang lebih bagus

dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini disebabkan fungsi fosfat yang

berperan untuk perkembangan akar (Brady and Weil, 2002). Pelarutan fosfat yang

tinggi menyebabkan proses metabolisme dan fotosintesis berjalan dengan baik dan

hasil dari proses tersebut dapat digunakan untuk pertumbuhannya (Mujib dkk.,

2000).

Sesuai dengan hasil uji Anova pada setiap karakter yang diamati (tinggi,

jumlah dan lebar daun), tanaman kedelai varietas Wilis yang diinokulasi PH4-3B

dan PH5-2B tidak berbeda nyata jika dibandingkan tanaman kontrol. Tetapi secara

deskripsi, perlakuan inokulasi PH4-3B hampir pada semua parameter memiliki

nilai tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya, sedangkan perlakuan inokulasi

PH5-2B memiliki nilai tertinggi pada parameter lebar daun.

Bakteri PH4-3B dan PH5-2B dapat dikatakan kompatibel atau berhasil

melakukan pelarutan fosfat bagi tanaman kedelai varietas Wilis karena dapat

meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai. Bakteri PH3-1B tidak kompatibel

dengan tanaman kedelai varietas Wilis sehingga menyebabkan tidak terjadinya

perkecambahan pada benih yang diinokulasi bakteri tersebut. Kebutuhan fosfat

yang cukup pada tanaman berperan dalam pembelahan sel, pembentukan bunga,

buah dan benih, perkembangan akar dan peningkatan hasil panen (Brady and

Weil, 2002). Pada penelitian terdahulu oleh Yousry et al (1977), pemberian

Bacillus megatherium dapat meningkatkan berat kering kapri sebesar 10,9%.

Pemberian Bacillus sp. pada tanaman pinus dapat meningkatkan serapan fosfat 1,5

Page 57: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

kali pada tanah yang tidak dipupuk fosfat dan 8 kali lipat pada tanah yang dipupuk

dengan trikalsium fosfat (Robert dan Barthelin, 1986 dalam Goenadi 2006).

4.5. Pertumbuhan Tanaman Kedelai dengan Inokulasi Fungi Pelarut fosfat Pada Benih

Perkecambahan Beberapa benih kedelai dengan inokulasi fungi pelarut fosfat mulai

berkecambah pada hari ke-3. Namun sebagian besar yang lain mulai berkecambah

pada hari ke-5. Hal ini menyerupai yang terjadi pada bakteri (Halaman 33), yang

berarti tidak terdapat perbedaan pengaruh inokulasi bakteri pelarut fosfat atau

fungi pelarut fosfat terhadap kecepatan pertumbuhan.

Tinggi Tanaman

Pengaruh inokulasi fungi pelarut fosfat pada benih terhadap rata-rata tinggi

tanaman berbeda dengan inokulasi bakteri pelarut fosfat. Hal ini dapat dilihat pada

Gambar 11. Rata-rata tinggi tanaman kedelai varietas Wilis dengan inokulasi

fungi pelarut fosfat lebih rendah dibandingkan kontrol 1 dan kontrol 2.

Berdasarkan hasil uji Anova (Lampiran 7.5b), rata-rata tinggi tanaman

pada minggu ke-5 memiliki nilai signifikansi 0,004. Nilai ini memperlihatkan

bahwa rata-rata tinggi tanaman kedelai pada kontrol dan perlakuan (inokulasi

fungi PH1-3F, PH1-4F dan PH5-5F) memiliki perbedaan yang nyata.

Page 58: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

0

10

20

30

40

50

1 2 3 4 5Umur (Minggu)

Tin

gg

i Tan

aman

(Cm

)Kontrol 2PH1-4FKontrol 1PH1-3FPH5-5F

Gambar 11. Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai (cm) Varietas Wilis dengan

Inokulasi Fungi Pelarut Fosfat Pada Benih

Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 7.5c) menunjukkan bahwa rata-rata

tinggi tanaman dengan inokulasi PH1-3F dan PH5-5F tidak berbeda dengan

kontrol 2 tetapi sedikit berbeda dengan kontrol 1. Perlakuan inokulasi PH1-4F

memiliki tinggi tanaman yang sedikit berbeda dengan kontrol 2 tetapi berbeda

sangat nyata dengan kontrol 1. Nilai tinggi tanaman oleh semua perlakuan

tersebut selalu lebih kecil dibandingkan kontrol 1 dan kontrol 2. Hal ini

menunjukkan bahwa inokulasi fungi pelarut fosfat menghambat pertumbuhan

tinggi tanaman atau tidak kompatibel terhadap kedelai varietas Wilis.

Jumlah dan Lebar Daun

Rata-rata jumlah daun pada tanaman dengan inokulasi fungi pelarut fosfat

mulai meningkat pada minggu ke-2 dan ke-3 (Gambar 12). Pada akhir

pengamatan (minggu ke-5), jumlah daun mulai mengalami penurunan pada setiap

perlakuan. Hal ini dapat saja disebabkan perubahan fase vegetatif menjadi fase

Page 59: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

generatif. Menurut Hanafiah (2005), pada saat pertumbuhan dan perkembangan

organ generatif, maka pertumbuhan dan perkembangan organ vegetatif akan

berkurang. Rata-rata jumlah daun pada minggu pertama minggu pertama berkisar

0-1,33 helai, minggu kedua 2-3 helai, minggu ketiga 4-4,67 helai, minggu

keempat 2,67-5 helai, dan pada minggu kelima antara 2-5,67 helai.

0

1

2

3

4

5

6

1 2 3 4 5Umur (Minggu)

Jum

lah D

aun (H

elai

)

PH5-5FKontrol 1Kontrol 2PH1-3FPH1-4F

Gambar 12. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kedelai (Helai) Varietas Wilis

dengan Inokulasi Fungi Pelarut Fosfat Pada Benih

Pengamatan rata-rata jumlah daun menunjukkan hasil yang bervariasi pada

setiap perlakuan. Berdasarkan hasil uji Anova (Lampiran 7.6b), rata-rata jumlah

daun pada minggu ke-5 memiliki nilai signifikansi 0,002. Nilai ini menunjukkan

bahwa jumlah daun tanaman kedelai varietas Wilis pada kontrol dan perlakuan

(inokulasi fungi PH1-3F, PH1-4F dan PH5-5F) memiliki perbedaan yang nyata.

Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 7.6c) menunjukkan bahwa rata-rata

jumlah daun pada tanaman dengan inokulasi PH1-3F tidak berbeda dengan

kontrol 1 tetapi berbeda sangat nyata dengan kontrol 2. Perlakuan PH5-5F

memiliki jumlah daun yang sedikit berbeda dengan kontrol 1 dan berbeda sangat

nyata dengan kontrol 2. Inokulasi PH1-4F memperlihatkan jumlah daun yang

berbeda sangat nyata dibandingkan kontrol 1 dan kontrol 2. Jumlah daun paling

Page 60: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

banyak adalah kontrol 2, yaitu 5,67 helai sedangkan yang paling rendah PH1-4F,

yaitu 2 helai. Hal ini menunjukkan bahwa inokulasi fungi PH1-4F dapat

menghambat pertumbuhan jumlah daun tanaman kedelai varietas Wilis.

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

0 1 2 3 4 5 6Umur (Minggu)

Leb

ar D

aun (C

m)

Kontrol 1Kontrol 2PH1-3FPH1-4FPH5-5F

Gambar 13. Rata-rata Lebar Daun Tanaman Kedelai (cm) Varietas Wilis

dengan Inokulasi Fungi Pelarut Fosfat Pada Benih

Sama halnya dengan jumlah daun, berdasarkan hasil uji Anova (Lampiran

7.7b), rata-rata lebar daun pada minggu ke-5 memiliki nilai signifikansi 0,012.

Nilai ini menunjukkan bahwa lebar daun tanaman kedelai pada kontrol dan

perlakuan (inokulasi fungi PH1-3F, PH1-4F dan PH5-5F) memperlihatkan

perbedaan yang nyata. Rata-rata lebar daun pada minggu pertama berkisar antara

0-1,33 cm, minggu kedua 2-3,33 cm, minggu ketiga 2,43-3,47 cm, minggu

keempat 3-3,5 cm, dan pada akhir pengamatan berkisar antara 3-3,73 cm.

Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 7.7c) memperlihatkan bahwa lebar

daun pada tanaman dengan inokulasi PH1-3F tidak berbeda dengan kontrol 2

tetapi berbeda sangat nyata dengan kontrol 1. Perlakuan PH5-5F memiliki lebar

daun sedikit berbeda dengan kontrol 1 dan kontrol 2. Inokulasi PH1-4F

Page 61: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

memperlihatkan lebar daun yang sedikit berbeda dengan kontrol 2 tetapi berbeda

sangat nyata dengat kontrol 1. Lebar daun yang paling tinggi adalah kontrol 1,

yaitu 3,73 cm, sedangkan nilai yang paling rendah adalah PH1-4F, yaitu 3 cm. Hal

ini menunjukkan bahwa inokulasi fungi pelarut fosfat menghambat pertumbuhan

lebar daun tanaman kedelai varietas Wilis.

Tanaman yang telah memasuki fase generatif mulai membentuk bunga.

Perlakuan fungi PH5-3F, kontrol 1 dan 2 berbunga lebih awal, yaitu setelah 31

hari, sedangkan perlakuan lain sebagian besar berbunga pada hari ke-33. Bunga

kedelai berwarna ungu dan berbentuk kupu-kupu. Hal ini sesuai dengan surat

Keputusan Menteri Pertanian No.318/Kpts/Tp.240/4 tahun 1985 tentang

Karakteristik Kedelai Varietas Wilis. Setelah berbunga, tanaman kedelai mulai

membentuk polong pada hari ke-39 kemudian dilakukan pemanenan.

Inokulasi fungi pelarut fosfat yang diuji tidak menunjukkan hasil yang

efektif pada setiap parameter. Hal ini dapat saja disebabkan umur pengamatan

yang singkat (5 minggu) sehingga fungi yang diaplikasikan ke tanaman kedelai

varietas Wilis belum memberi respon untuk mendukung pertumbuhan tanaman.

Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Santoso dan Haryantini (2000), pemberian

inokulum spora pada tanaman cabai dapat meningkatkan tinggi tanaman, luas

daun dan berat kering tajuk. Namun membutuhkan waktu lebih lama untuk

mendapatkan respon inokulasi. Hal ini disebabkan spora memerlukan waktu untuk

perkecambahan dan pada beberapa spesies memiliki sifat dorman.

Berat Kering

Page 62: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Berdasarkan hasil uji Anova (Lampiran 7.8b), berat kering tanaman

dengan inokulasi fungi pelarut fosfat pada benih memiliki nilai signifikansi 0,016

sehingga menunjukkan perbedaan yang nyata. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran

7.8c) menunjukkan bahwa berat kering tanaman dengan inokulasi PH1-3F tidak

berbeda dengan kontrol 2 tetapi sedikit berbeda dengan kontrol 1. Perlakuan PH1-

4F dan PH5-5F memiliki berat kering yang sedikit berbeda kontrol 1 tetapi

berbeda sangat nyata dengan kontrol 2. Berat kering tanaman tertinggi adalah

kontrol 2, yaitu 2,27 gram.

0

0.5

1

1.5

2

2.5

Kontrol 1 Kontrol 2 PH1-3F PH1-4F PH5-5F

Perlakuan

Ber

at K

erin

g (G

ram

)

Gambar 14. Berat Kering Tanaman Kedelai Varietas Wilis Dengan Inokulasi

Fungi Pelarut Fosfat

Inokulasi fungi pelarut fosfat memperlihatkan nilai yang rendah

dibandingkan kontrol pada setiap parameter. Dengan berkurangnya tinggi

tanaman, daun yang terbentuk menjadi lebih sedikit, sehingga pembentukan

karbohidrat hasil asimilasi tanaman juga menurun, yang akan menyebabkan

penurunan berat kering tanaman. Menurut Gardner (1991) dalam Krishnawati

Page 63: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

(2003). Berat kering tanaman merupakan penimbunan hasil asimilasi CO2

sepanjang masa pertumbuhan.

4.6. Pertumbuhan Tanaman Kedelai Setelah Inokulasi Bakteri Pelarut Fosfat Pada Akar

Tanaman kedelai varietas Wilis yang digunakan untuk inokulasi mikroba

pelarut fosfat pada akar adalah tanaman yang telah memiliki 2 daun utama,

sehingga daerah perakarannya sudah cukup kuat untuk dilukai. Tinggi tanaman

kedelai varietas Wilis yang diinokulasi bakteri pelarut fosfat berkisar antara 20-30

cm. Tanaman kedelai yang telah diinokulasi bakteri PH4-3B dan PH5-2B mampu

bertahan hidup sampai akhir pengamatan walaupun hanya satu tanaman pada

setiap perlakuan. Oleh karena itu tidak dilakukan pengujian secara statistik

melainkan secara deskriptif.

Tanaman kedelai yang diinokulasi bakteri PH3-1B mengalami kematian

beberapa jam setelah inokulasi. Bakteri PH3-1B dapat saja merupakan patogen

pada tanaman. Hal ini terlihat dari semua perlakuan yang diuji, baik inokulasi

pada akar maupun benih tidak menunjukkan adanya pertumbuhan.

Tinggi Tanaman

Pengaruh inokulasi bakteri pelarut fosfat pada akar memperlihatkan

perbedaan dibandingkan inokulasi pada benih. Pertumbuhan tinggi tanaman

kedelai varietas Wilis yang diinokulasi pada akar cenderung lambat. Hal ini dapat

saja disebabkan tanaman membutuhkan waktu untuk beradaptasi kembali dengan

lingkungan setelah pencabutan akar pada saat akan diinokulasi.

Page 64: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

0

10

20

30

40

50

60

0 2 4 6Umur (Minggu)

Tin

gg

i Tan

aman

(Cm

)Kontrol 1Kontrol 2PH3-1BPH4-3BPH5-2B

Gambar 15. Tinggi Tanaman Kedelai (cm) Varietas Wilis dengan Inokulasi

Bakteri Pelarut Fosfat Pada Akar

Tinggi tanaman kedelai varietas Wilis setelah akar diinokulasi oleh bakteri

pelarut fosfat pada minggu pertama sampai akhir pengamatan tidak menunjukkan

adanya perbedaan (Gambar 15). Pada minggu pertama semua perlakuan tingginya

sekitar 23 cm kecuali PH5-2B, yaitu 28,8 cm. Pada minggu kedua, perlakuan

PH5-2B dan PH4-3B terlihat lebih tinggi dibandingkan kontrol 1 dan kontrol 2.

Tetapi pada minggu ke-3 sampai akhir pengamatan, kontrol 1 memiliki tinggi

tanaman tertinggi, yaitu 54,9 cm kemudian PH5-2B, PH4-3B dan kontrol 2.

Jumlah dan Lebar Daun

Inokulasi bakteri pelarut fosfat pada akar menyebabkan daun layu

beberapa saat setelah inokulasi. Perlakuan tersebut juga menyebabkan jumlah

daun berkurang karena berguguran. Hal ini dapat saja disebabkan tanaman

mengalami cekaman lingkungan berupa pencabutan sehingga tanaman

membutuhkan lebih banyak waktu untuk beradaptasi dengan media tanam.

Page 65: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Cekaman lingkungan pada tanaman dapat disebabkan oleh faktor biotik dan

abiotik (Maharijaya, 2008).

0

1

2

3

4

5

6

0 2 4 6Umur (Minggu)

Jum

lah D

aun (H

elai

)

Kontrol 1Kontrol 2PH3-1BPH4-3BPH5-2B

Gambar 16. Jumlah Daun Tanaman Kedelai (Helai) Varietas Wilis dengan

Inokulasi Bakteri Pelarut Fosfat Pada Akar

Pengamatan minggu pertama jumlah daun pada tanaman kedelai varietas

Wilis setelah inokulasi bakteri pelarut fosfat pada perlakuan lebih banyak

dibandingkan kontrol (Gambar 16). Pada minggu ke-2, jumlah daun setiap

perlakuan mengalami kenaikan kecuali kontrol 2. Pada akhir pengamatan (minggu

ke-5), jumlah daun pada setiap perlakuan mengalami karena peralihan fase

vegetatif menjadi generatif (Hanafiah, 2005). Rata-rata jumlah daun pada minggu

pertama berkisar antara 1-3 helai, minggu kedua 1-5 helai, minggu ketiga sampai

akhir pengamatan berkisar antara 2-5 helai.

Page 66: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

00.5

11.5

22.5

33.5

4

0 2 4 6Umur (Minggu)

Leb

ar D

aun (C

m)

Kontrol 1Kontrol 2PH3-1BPH4-3BPH5-2B

Gambar 17. Lebar Daun Tanaman Kedelai (cm) dengan Varietas Wilis

Inokulasi Bakteri Pelarut Fosfat Pada Akar

Lebar daun tanaman kedelai varietas Wilis setelah inokulasi bakteri pelarut

fosfat sampai minggu ke-2 belum mengalami kenaikan (Gambar 17). Lebar daun

mulai mengalami kenaikan setelah minggu ke-2 sampai minggu ke-4. Pada akhir

pengamatan, lebar daun tanaman yang diinokulasi PH5-2B dan kontrol 1 memiliki

nilai tertinggi, yaitu 3,5 cm. Rata-rata lebar daun pada minggu pertama berkisar

antara 1,83-3,3 cm, minggu kedua 1,85-3,3 cm, minggu ketiga 2,25-3,4 cm,

minggu keempat 2,7-3,5 cm, dan pada minggu kelima 2,7-3,5 cm.

Berat Kering

Berat kering tanaman setelah inokulasi bakteri pelarut fosfat PH5-2B

menunjukkan nilai tertinggi, yaitu 1,991 gram (Gambar 18). Hal ini didukung oleh

tinggi, jumlah dan lebar daun yang dimiliki tanaman tersebut. Nilai terendah

adalah perlakuan bakteri PH4-3B, yaitu hanya 0,743 gram.

Page 67: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

0

0.5

1

1.5

2

2.5

Kontrol 1 Kontrol 2 PH4-3B PH5-2B

Perlakuan

Ber

at K

erin

g (

Gra

m)

Gambar 18. Berat Kering Tanaman Kedelai Varietas Wilis Dengan Inokulasi

Bakteri Pelarut Fosfat

4.4. Pertumbuhan Tanaman Kedelai Setelah Inokulasi Fungi Pelarut Fosfat Pada Akar

Tanaman kedelai varietas Wilis setelah inokulasi fungi pelarut fosfat PH1-

3F, PH1-4F dan PH5-5F mengalami kematian. Hal ini dapat saja disebabkan

karena pengaruh cekaman biologis pada tanaman yang ditunjukkan dengan layu

yang tidak dapat kembali segar walaupun telah disiram. Interaksi antara tanaman

budidaya dengan fungi dapat menimbulkan interaksi yang negatif berupa

patogenisitas. Interaksi negatif tersebut menyebabkan tanaman mengalami

tekanan atau cekaman dan berakibat menurunya laju pertumbuhan bahkan dapat

mematikan tanaman (Maharijaya, 2008). Cekaman biologis adalah segala

perubahan kondisi lingkungan yang mungkin akan menurunkan atau merugikan

pertumbuhan atau perkembangan tumbuhan (fungsi normalnya) (Salisbury, 1992).

Page 68: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

4.7. Perbandingan Pertumbuhan Tanaman Kedelai dengan Inokulasi Mikroba Pelarut Fosfat Pada Benih dan Akar

Khusus isolat PH3-1B memiliki keuntungan dalam pembuatan inokulum

karena dalam waktu yang singkat dapat dihasilkan jumlah sel yang banyak. Tetapi

kemampuan tersebut berbanding terbalik dengan efektivitasnya dalam memacu

pertumbuhan tanaman kedelai varietas Wilis. Isolat PH3-1B dapat menyebabkan

patogen pada tanaman. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya tanaman yang

berkecambah setelah diinokulasikan bakteri tersebut pada benih. Bahkan tanaman

kedelai varietas Wilis yang diinokulasikan bakteri PH3-1B pada akar tidak dapat

tumbuh atau mati.

Mikroba yang digunakan sebagai pupuk hayati dapat diberikan langsung

ke dalam tanah, disertakan dalam pupuk organik atau disalutkan pada benih yang

akan ditanam (Isroi, 2007). Alternatif lain adalah dengan mengintroduksikan

mikroba terseleksi ke rhizosfer. Dengan cara ini populasi mikroba yang

diinginkan akan meningkat dan aktivitasnya dalam proses penyediaan hara ke

larutan tanah berlangsung lebih intensif (Goenadi, 2006).

Pertumbuhan tanaman kedelai dengan inokulasi isolat mikroba pelarut

fosfat pada benih kedelai varietas Wilis lebih baik jika dibandingkan inokulasi

pada akar. Hal ini terlihat dari setiap parameter yang diamati. Perlakuan inokulasi

pada akar memiliki kemampuan hidup yang rendah. Hal ini disebabkan cekaman

lingkungan akibat pencabutan akar, sehingga tanaman sulit beradaptasi kembali

seperti keadaan awal.

Page 69: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

4.8. Penentuan Isolat Mikroba Pelarut Fosfat Terbaik

Isolat PH3-1B menguntungkan dalam pembuatan inokulum karena

membutuhkan waktu tercepat untuk mencapai fase logaritmik. Isolat PH4-3B

membutuhkan waktu paling lama untuk mencapai fase logaritmik dibandingkan

kedua isolat lainnya. Isolat PH4-3B mengalami fase logaritmik pada jam ke

24,55-25,55.

Inokulasi PH3-1B pada benih tanaman kedelai varietas Wilis menghambat

pertumbuhan. Inokulasi PH4-3B secara deskripsi mampu meningkatkan tinggi,

jumlah daun dan berat kering tanaman kedelai varietas Wilis. Hal ini dibuktikan

dengan lebih tingginya nilai perlakuan inokulasi PH4-3B pada parameter tersebut

dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan inokulasi PH5-2B pada tanaman kedelai

varietas Wilis berpeluang meningkatkan lebar daun.

Berdasarkan pengamatan dari seluruh parameter, isolat PH4-3B

merupakan isolat terbaik. PH4-3B membutuhkan waktu yang paling lama untuk

mencapai fase logaritmik dibandingkan isolat lainnya yang diuji. Namun setelah

diaplikasikan ke tanaman, isolat tersebut berpeluang meningkatkan tinggi, jumlah

daun dan berat kering kedelai varietas Wilis.

Page 70: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Isolat mikroba pelarut fosfat asal Paku Haji yang kompatibel terhadap

tanaman kedelai varietas Wilis adalah PH4-3B dan PH5-2B. Sedangkan

isolat mikroba pelarut fosfat asal Paku Haji yang tidak kompatibel

terhadap tanaman kedelai varietas Wilis adalah PH3-1B, PH1-3F, PH1-4F

dan PH5-5F.

2. Cara aplikasi mikroba pelarut fosfat pada tanaman kedelai varietas Wilis

adalah melalui benih.

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana

viabilitas isolat mikroba pelarut fosfat yang digunakan untuk diaplikasikan pada

tanaman kedelai varietas Wilis di tanah masam. Sebaiknya cara aplikasi yang

dilakukan untuk menginokulasi mikroba pelarut fosfat pada tanaman kedelai

varietas Wilis adalah melalui benih.

Page 71: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

DAFTAR PUSTAKA

Adyana. 1997. Budidaya Kedelai. Http://www.bi.go.id. 8 Maret 2008 pukul 12.15 WIB.

Andrianto, T.T. dan N. Indarto. 2004. Kedelai, Kacang Hijau dan Kacang

Panjang. Absolut, Yogyakarta. Brady, C.N. and Weil, R.R. 2005. The Nature and Properties of Soil. Practice

Hall, New Jersey. Dwidjoseputro, D. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta. Fitriatin, B. dan T. Simarmata. 2005. Efek Metode Perlakuan Benih Dengan

Kinetin dan Suspensi Bakteri Pelarut Fosfat Penghasil Fitohormon Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Gogo. Agrikultura Vol. 16 No. 2

FNCA Biofertilizer Project. 2005. Biofertilizer Manual. Japan Atomic

Industrial Forum JAIF), Japan. Gentili, P and A. Jumpponen. 2006. Potential and Possible Uses of Bacterial and

Fungal Biofertilizer In: Rai, M. K. Handbook of Microbial Biofertilizers. Ginting, R.C.B., R. Saraswati dan E. Husen. 2006. Mikroba Pelarut Fosfat dalam

R.D.M. Simanungkalit., D.A. Suriadikarta., R. Saraswati., D. Setyorini, dan W. Hartatik. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor.

Goenadi, D.H. 2006. Pupuk dan Teknologi Pemupukan Berbasis Hayati Dari

Cawan Petri ke Lahan Petani. Yayasan John Hi-Tech Idetama, Jakarta. Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo, Jakarta. Hardjowigeno. 1992. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta. Hutami, S., I. Mariska., M. Kosmiatin., S. Rahayu dan W.H. Adil. 2001.

Regenerasi Massa Sel Embrionik Tanaman Kedelai Setelah Diseleksi dengan Al dan pH Rendah. http://biogen.litbang.deptan.go.id. 28 Januari 2008 pukul 17.20 WIB.

Ikawati, Y. 2008. Keunggulan Varietas Kedelai Lokal. Http:// www.ristek.go.id.

28 Januari 2008 pukul 17.10 WIB. Isroi, 2007. Bioteknologi Mikroba Untuk Pertanian Organik. Http://www.mbojo.

Wordpress.com. 20 November 2007 pukul 14.20 WIB.

Page 72: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Kasno, S. 2008. Lahan Tanaman Kedelai Indonesia Menyusut 40%. Http://

www.antara.co.id. 28 Januari 2008 pukul 17.25 WIB. Krumphanzl, V. 1988. Soil Microbial Associations Control of Structures and

Functions. Academia Press, Chekoslovakia.

Krishnawati, D. 2003. Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Kentang. KAPPA (2003) Vol. 4, No.1, 9-12

Lakitan, 1999. Dasar-Dasar Hortikultura. Rajawali Press, Jakarta. Latupapua, H.J.D dan S. Widawati. Pupuk Organik dan Hayati Sebagai Agen

Pertumbuhan Anakan Kaliandra (Calliandra sp.) Pada Tanah Masam. Jurnal Biologi Indonesia 3(1): 50-61.

Lembaga Informasi Pertanian, 2008. Pengendalian Jasad Pengganggu Pada

Tanaman Kedelai. Http:// www.pustaka-deptan.go.id. 28 Januari 2008 pukul 17.30 WIB.

Liu, K. 1997. Soybeans Chemistry, Technology and Utilization. Chapman and

Hall, New York. Maharijaya, A. 2008. Hidup di Negara Yang Bercekaman Tinggi.

http://awangmaharijaya.wordpress.com. 4 November 2008 pukul 19.30 WIB

Mujib, M., D. Setyati dan S. Arimurti. 2000. Efektivitas Bakteri Pelarut Fosfat

dan Pupuk P Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada Tanah Masam.

Montealegre, J.R., et al. 2003. Selection Of Bioantagonistic Bacteria To Be Used

In Biological Control Of Rhizoctonia solani In Tomato. Electronic Journal Of Biotechnology ISSN: 0717-3458 Vol 6 No 2.

Motsara, M.R., P. Bhattacharyya and B. Srivastava. 1995. Biofertilizer

Technology, Marketing and Usage a Sourcebook-cum-Glossary. Fertilizer Development and Consultation Organization.

Nasution, 2008. Kenaikan Harga Kedelai Pukulan Telak Bagi Pengusaha Kecil.

Http://www.waspada.co.id. 28 januari 2008 pukul 17.52 WIB. Paul, E.A. and F.E. Clark. 1989. Soil Microbiology and Biochemistry. Academic

Press, California.

Page 73: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Pelczar, M.J. dan E.C.S. Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jilid 1. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Ponmurugan, P. and C. Gopi. 2006. In Vitro Production of Growth Regulators

and Phospatase Activity by Phosphate Solubilizing Bacteria. African Journal of Biotechnology 5 (4): 348.

Purwoko, T. 2007. Fisiologi Mikroba. Bumi Aksra, Jakarta.

Santoso, M. dan B.A. Haryantini. 2000. Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah (Capsicum annum) Pada Andisol Yang Diberi Mikoriza, Pupuk Fosfor dan Zat Pengatur Tumbuh. http://images.soemarno.multiply.com. 19 November 2008 pukul 17.30 WIB.

Saputra, Y.E. 2003. Pupuk Kompos, Keniscayaan Bagi Tanaman. Http:// www.chem-is-try.org. 28 Januari 2008 pukul 17.40 WIB.

Sekardini, A. 2005. Pengaruh Inokulasi Mikoriza Vesikuler Arbuskular (MVA)

dan Aspergillus niger van Tieghem Terhadap Fosfor Tersedia, Serapan Fosfor dan Derajat Infeksi Pada Akar Albasia (Paraserianthes falcataria (L.) di Tanah Ultisol Jatinagor. Skripsi. Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH)-ITB, Bandung

Shamsuddin, Z. 2005. Smart Partnership: Plant-rhizobacteria Associations.

Serdang, Malaysia. Simanungkalit, R.D.M dan D.A. Suriadikarta. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk

Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor. Sofia, D. 2007. Respon Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merril) Pada Tanah

Masam. Karya Tulis. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Steenish, C.G.G.J., D.D. Hoed., S. Bloembergen dan P.J. Eyma. 1992. Flora.

Pradnya Paramita, Jakarta. Sugiri, N. 1992. Biologi Sel. Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Pusat

Antar Universitas Ilmu Hayati IPB, Bogor. Sumarli. 2007. Manfaat Kacang Kedelai. Http://susukedelai.com. 1

Desember 2007 pukul 15.45 WIB. Suprapta, D.N. 2005. Perlu Gerakan Nasional Penggunaan Pupuk Organik.

Http:// www.kompas.com. 28 januari 2008 pukul 17.47 WIB. Suprapto. 2001. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.

Page 74: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Supriadi. 2006. Analisis Risiko Agens Hayati Untuk Pengendalian Patogen Pada

Tanaman. Jurnal Litbang Pertanian 25 (3): 75-80.

Suryo, B. 1996. Paket Teknologi Tanaman Kedelai Varietas Lokon dan Wilis. Http://www.209.85.175.104/search?q=cache:e83xs32t_80J:124.81.86.181/agritek/ppua0119.pdf+penyakit+tanaman+kedelai&hl=id&ct=clnk&cd=10&gl=id&client=firefox-a. 28 Januari 2008 pukul 17.52 WIB.

Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor:318/Kpts/Tp.240/4/1985. Deskripsi Padi dan Palawija. Departemen Pertanian.

Tan, K.H. 1994. Environmental Soil Science. Marcel Dekker Inc., New York. Waksman, S.A. 1963. Soil Microbiology. John Willey and sons Inc., New York. Widiastuti, H., Dkk. 2005. Penggunaan Spora Cendawan Mikoriza Arbuskula

Sebagai Inokulum Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Serapan Hara Bibit Kelapa Sawit. Menara Perkebunan 73 (1) 26-34.

Wijayani, A. dan D. Indradewa. 2004. Deteksi Kahat Hara N, P, K, Mg dan Ca pada Tanaman Bunga Matahari dengan Sistem Hidroponik. Jurnal Agrosains 6 (1): 1-4.

Yatim, W. 2003. Kamus Biologi. Yayasan Obor, Jakarta. Yousrey. M, et al. Effect Of Manganese Application On The Activity Of

Dissolving Bacteria In A Calcareous Soil Cultivated With Pea Plants. Plants and Soil 47, 335-339.

Page 75: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Lampiran 1. Bagan Alir Penelitian

Penanaman benih kedelai sampai

tumbuh 2-3 daun utama

Pembuatan kultur inokulum

Pengambilan akar kedelai dan dilukai

Perendaman dalam suspensi mikroba

dan kontrol

Penanaman kembali akar kedelai dalam

pasir steril

Pembuatan kultur inokulum

Perlukaan pada benih

Perendaman dalam suspensi mikroba dan

kontrol

Penanaman benih kedelai

dalam pasir steril

Pengukuran parameter : � Tinggi tanaman � Lebar daun � Jumlah daun � Berat kering

tanaman

Inokulasi pada akar

Inokulasi pada benih

Persiapan : � Sterilisasi alat dan bahan � Pembuatan media � Peremajaan stok bakteri dan

fungi pelarut fosfat � Pembuatan kurva standar dan

kurva tumbuh

Page 76: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Lampiran 2. Denah Sampel Penelitian

PH1-3F (2)

PH4-3B (3)

PH3-1B (1)

Kontrol 1 (1)

PH1-4F (2)

Kontrol 2 (3)

PH5-2B (3)

PH1-3F (3)

PH5-2B (2)

PH1-4F (1)

Kontrol 1 (2)

PH3-1B (2)

PH3-1B (3)

PH5-5F3 (2)

PH4-3B (2)

PH5-2B (1)

Kontrol 1 (3)

PH5-5F (1)

Kontrol 2 (2)

PH1-4F (3)

PH4-3B (1)

Kontrol 2 (1)

PH5-5F (3)

PH1-3F (1)

Keterangan: (1) : Ulangan pertama (2) : Ulangan kedua (3) : Ulangan ketiga

Page 77: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Lampiran 3. Isolat Mikroba Pelarut Fosfat

Bakteri PH4-3B Bakteri PH3-1B

Bakteri PH5-2B Fungi PH5-5F

Fungi PH1-4F Fungi PH1-3F

Page 78: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Lampiran 9. Pertumbuhan Tanaman Kedelai

Fase Perkecambahan Tanaman Umur 1 Minggu

Tanaman Umur 3 Minggu Bunga Kedelai

Page 79: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Lampiran 4. Nilai Jumlah Sel dan Absorbansi Isolat Mikroba Pelarut Fosfat

Bakteri PH3-1B

Jam ke- Absorbansi Jumlah Sel 0 0,003 1,98x1010 cfu/ml 4 0,028 1,55x1014 cfu/ml 6,5 0,653 7,35x1020 cfu/ml 19,5 1,377 7x1023 cfu/ml

Bakteri PH4-3B

Jam ke- Absorbansi Jumlah Sel 0 0,002 2,65x1011 cfu/ml 6,5 0,04 1,88x1012 cfu/ml 10,5 0,456 1,36x1016 cfu/ml 26 1,062 3,4x1021 cfu/ml

Bakteri PH5-2B

Jam ke- Absorbansi Jumlah Sel 0 0,002 2,06x1013 cfu/ml 7,5 0,053 2,04x1015 cfu/ml 9,5 0,392 5,41x1019 cfu/ml 13,5 0,457 3,66x1022 cfu/ml

Page 80: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Lampiran 5. Kurva Standar BPF

y = 0.1177x - 0.3921

R2 = 0.8796

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

0

0.5

0.75 2 3 4 5

5.5

6.5

9.5

12.5

13.5

19.5 24 30 36 42

Waktu (jam)

Abso

rban

si (nm

)

ABSORBANSI

Kurva Standar Bakteri PH3-1B

R2 = 0.8932

y = 0.0634x - 0.2003

-0.4

-0.2

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

0 5 10 15 20 25

Waktu (Jam)

Abso

rban

si (nm

)

ABSORBANSI

Kurva Standar Bakteri PH5-2B

Chart Title

y = 0.0413x - 0.1349

R2 = 0.8986

-0.4

-0.2

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

0 5 10 15 20 25 30 35

Waktu (Jam)

Abso

rban

si (nm

)

Absorbansi

Kurva Standar Bakteri PH4-3B

Page 81: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Lampiran 6. Perkecambahan Tanaman Kedelai Dengan Inokulasi Mikroba

Pelarut Fosfat Pada Benih

Perkecambahan Perlakuan Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5 Keterangan

Kontrol 1.1 X Kontrol 1.2 X Kontrol 1.3 X Kontrol 2.1 X Kontrol 2.2 X Kontrol 2.3 X PH3-1B.1 Tidak

berkecambah PH3-1B.2 Tidak

berkecambah PH3-1B.3 Tidak

berkecambah PH4-3B.1 X PH4-3B.2 X PH4-3B.3 X PH5-2B.1 X PH5-2B.2 X PH5-2B.3 X PH1-3F.1 X PH1-3F.2 X PH1-3F.3 X PH1-4F.1 X PH1-4F.2 X PH1-4F.3 X PH5-5F.1 X PH5-5F.2 X

Keterangan: Kontrol 1.1 : Kontrol 1 ulangan 1 X : Mulai berkecambah

Page 82: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Lampiran 7. Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Kedelai Setelah Inokulasi

Pada Akar

Perlakuan Jumlah Hidup Jumlah Mati Kontrol 1 1 2 Kontrol 2 1 2 PH3-1B - 3 PH4-3B 1 2 PH5-2B 1 2 PH1-3F - 3 PH1-4F - 3 PH5-5F - 3

Page 83: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Lampiran 8. Pengamatan Parameter Fisik di Rumah Kaca Pengamatan Parameter Fisik Dengan Inokulasi Mikroba Pelarut Fosfat Pada Benih

Pagi Siang Sore Perlakuan per pot IC

(K

Lux)

pH Kelembaban IC

(K

Lux)

pH Kelembaban IC (K

Lux)

pH Kelembaban

Kontrol 1 1,8 5,4 7 19,7 5,4 6 3,3 5,4 6 Kontrol 2 2 5,2 7 19,3 5,2 6 3,3 5,2 5 PH3-1B - - - - - - - - - PH4-3B 1,7 4,2 7 19,1 4,2 6 3,2 4,2 5 PH5-2B 1,9 4,3 6 18,9 4,3 5 3,2 4,3 4 PH1-3F 1,7 3 7 19 3 4 3,2 3 4 PH1-4F 1,8 3,3 7 19,8 3,3 6 3,3 3,3 6 PH5-5F 2 3,3 6 20,3 3,3 5 3,3 3,3 4

Keterangan: (-) : mati IC : intensitas cahaya Pengamatan Parameter Fisik Dengan Inokulasi Mikroba Pelarut Fosfat Pada Akar

Pagi Siang Sore Perlakuan per pot IC

(K

Lux)

pH Kelembaban IC

(K

Lux)

pH Kelembaban IC (K

Lux)

pH Kelembaban

Kontrol 1 1,7 4,2 6 17 4,2 5 2,7 4,2 5 Kontrol 2 1,9 4,3 7 16,3 4,3 5 2,6 4,3 5 PH3-1B - - - - - - - - - PH4-3B 2 4 8 18 4 6 2,9 4 5 PH5-2B 2,1 4,2 8 16,2 4,2 6 3 4,2 6

Keterangan: (-) : mati IC : intensitas cahaya

Page 84: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Lampiran 10. Analisa Data Dengan SPSS

7.1a. Hasil Deskriptif Tinggi Tanaman Kedelai Dengan Inokulasi Bakteri

Pelarut Fosfat Pada Benih Rata-rata pada taraf kepercayaan 95%

N

Rata-rata

Standar deviasi

Standar eror

Batas bawah

Batas atas

Minimum

Maximum

kontrol 1 3 42,000 8,78920 5,07445 20,166 63,833 35,50 52,00 kontrol 2 3 40,833 4,25715 2,45787 30,258 51,408 37,80 45,70 PH4-3B 3 43,667 6,73226 3,88687 26,942 60,390 36,30 49,50 PH5-2B 3 40,367 1,04083 0,60093 37,781 42,952 39,20 41,20 Total 12 41,717 5,24852 1,51512 38,381 45,051 35,50 52,00

7.1b. Hasil Uji Anova Tinggi Tanaman Kedelai Dengan Inokulasi Bakteri

Pelarut Fosfat Pada Benih

Jumlah kuadrat

Derajat bebas

Kuadrat tengah F Signifikansi

Jumlah daun 19,457 3 6,486 0,183 0,905 Galat 283,560 8 35,445 Total 303,017 11

H0 : tinggi tanaman dengan inokulasi bakteri pelarut fosfat tidak menunjukkan

perbedaan yang nyata jika dibandingkan tanaman kontrol.

H1 : tinggi tanaman dengan inokulasi bakteri pelarut fosfat menunjukkan

perbedaan yang nyata jika dibandingkan tanaman kontrol.

Pada tabel tampak nilai probabilitas (signifikansi) pada parameter tinggi

tanaman dengan inokulasi bakteri pelarut fosfat pada benih yaitu 0,905 > 0,05,

maka H0 diterima atau tinggi tanaman pada ketiga perlakuan (inokulasi bakteri

PH3-1B, PH4-3B dan PH5-2B) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata jika

dibandingkan tanaman kontrol.

Page 85: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

7.2a. Hasil Deskriptif Jumlah Daun Tanaman Kedelai Dengan Inokulasi

Bakteri Pelarut Fosfat Pada Benih Rata-rata pada taraf kepercayaan 95%

N

Rata-rata

Standar deviasi

Standar eror

Batas bawah

Batas atas

Minimum

Maximum

Kontrol 1 3 3,6667 1,1547 0,6666 0,798 6,535 3,00 5,00 Kontrol 2 3 5,6667 0,5773 0,3333 4,232 7,100 5,00 6,00 PH4-3B 3 4,6667 1,1547 0,6666 1,798 7,535 4,00 6,00 PH5-2B 3 4,3333 0,5773 0,3333 2,899 5,767 4,00 5,00 Total 12 4,5833 1,0836 0,3128 3,894 5,271 3,00 6,00

7.2b. Hasil Uji Anova Jumlah Daun Tanaman Kedelai Dengan Inokulasi

Bakteri Pelarut Fosfat Pada Benih

Jumlah kuadrat

Derajat bebas

Kuadrat tengah F Signifikansi

Jumlah daun 6,250 3 2,083 2,500 0,133 Galat 6,667 8 0,833 Total 12,917 11

H0 : jumlah daun pada tanaman dengan inokulasi bakteri pelarut fosfat tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata jika dibandingkan tanaman kontrol.

H1 : jumlah daun pada tanaman dengan inokulasi bakteri pelarut fosfat

menunjukkan perbedaan yang nyata jika dibandingkan tanaman kontrol.

Pada tabel tampak nilai probabilitas (signifikansi) pada parameter jumlah

daun pada tanaman dengan inokulasi bakteri pelarut fosfat pada benih yaitu 0,133

> 0,05, maka H0 diterima atau tinggi tanaman pada ketiga perlakuan (inokulasi

bakteri PH3-1B, PH4-3B dan PH5-2B) tidak menunjukkan perbedaan yang

nyata jika dibandingkan tanaman kontrol.

7.3a. Hasil Deskriptif Lebar Daun Tanaman Kedelai Dengan Inokulasi Bakteri Pelarut Fosfat Pada Benih

Rata-rata pada taraf kepercayaan 95%

N

Rata-rata

Standar deviasi

Standar eror

Batas bawah

Batas atas

Minimum

Maximum

Kontrol 1 3 3,433 0,4932 0,2848 2,207 4,6587 3,10 4,00

Page 86: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Kontrol 2 3 3,466 0,4618 0,2666 2,319 4,6140 3,20 4,00 PH4-3B 3 3,466 0,3055 0,1763 2,707 4,2256 3,20 3,80 PH5-2B 3 3,766 0,0577 0,0333 3,623 3,9101 3,70 3,80 Total 12 3,533 0,3472 0,1002 3,312 3,7540 3,10 4,00

7.3b. Hasil Uji Anova Lebar Daun Tanaman Kedelai Dengan Inokulasi Bakteri Pelarut Fosfat Pada Benih

Jumlah kuadrat

Derajat bebas

Kuadrat tengah F Signifikansi

Lebar daun 0,220 3 0,073 0,530 0,674 Galat 1,107 8 0,138 Total 1,327 11

H0 : lebar daun pada tanaman dengan inokulasi bakteri pelarut fosfat tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata jika dibandingkan tanaman kontrol.

H1 : lebar daun pada tanaman dengan inokulasi bakteri pelarut fosfat

menunjukkan perbedaan yang nyata jika dibandingkan tanaman kontrol.

Pada tabel tampak nilai probabilitas (signifikansi) pada parameter lebar

daun pada tanaman dengan inokulasi bakteri pelarut fosfat pada benih yaitu 0,674

> 0,05, maka H0 diterima atau tinggi tanaman pada ketiga perlakuan (inokulasi

bakteri PH3-1B, PH4-3B dan PH5-2B) tidak menunjukkan perbedaan yang

nyata jika dibandingkan tanaman kontrol.

7.4a. Hasil Deskriptif Berat Kering Tanaman Kedelai Dengan Inokulasi

Bakteri Pelarut Fosfat Pada Benih Rata-rata pada

taraf kepercayaan 95%

N

Rata-rata

Standar deviasi

Standar eror

Batas bawah

Batas atas

Minimum

Maximum

kontrol 1 3 0,9763 0,5649 0,3261 0,427 2,379 0,32 1,32 kontrol 2 3 2,2746 0,4273 0,2467 1,213 3,336 1,99 2,77 PH4-3B 3 2,8540 0,9946 0,5742 0,383 5,324 1,71 3,46 PH5-2B 3 2,0072 0,2343 0,1352 1,425 2,589 1,82 2,27 Total 12 2,0280 0,8862 0,2558 1,464 2,591 0,32 3,46

7.4b. Hasil Uji Anova Berat Kering Tanaman Kedelai Dengan Inokulasi

Bakteri Pelarut Fosfat Pada Benih

Page 87: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Jumlah kuadrat

Derajat bebas

Kuadrat tengah F Signifikansi

Lebar daun 5,549 3 1,850 4,786 0,034 Galat 3,092 8 0,386 Total 8,640 11

H0 : berat kering pada tanaman dengan inokulasi bakteri pelarut fosfat tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata jika dibandingkan tanaman kontrol.

H1 : berat kering pada tanaman dengan inokulasi bakteri pelarut fosfat

menunjukkan perbedaan yang nyata jika dibandingkan tanaman kontrol.

Pada tabel tampak nilai probabilitas (signifikansi) pada parameter berat

kering pada tanaman dengan inokulasi bakteri pelarut fosfat pada benih yaitu

0,034 < 0,05, maka H0 ditolak atau tinggi tanaman pada ketiga perlakuan

(inokulasi bakteri PH3-1B, PH4-3B dan PH5-2B) menunjukkan perbedaan

yang nyata jika dibandingkan tanaman kontrol (uji selanjutnya).

7.4c. Hasil Uji Duncan Berat Kering Tanaman Kedelai Dengan Inokulasi Bakteri Pelarut Fosfat Pada Benih

α 0,05

Perlakuan N 1 2 kontrol 1 3 0,9763b PH5-2B 3 2,0072ab 2,0072ab kontrol 2 3 2,2746a PH4-3B 3 2,8540a Sig. 0,077 0,148

Keterangan : huruf kecil yang sama (a, b, dan c) menunjukkan tidak berbeda nyata (α=5%)

7.5a. Hasil Deskriptif Tinggi Tanaman Kedelai Dengan Inokulasi Fungi

Pelarut Fosfat Pada Benih Rata-rata pada

taraf kepercayaan 95%

N

Rata-rata

Standar deviasi

Standar eror

Batas bawah

Batas atas

Minimum

Maximum

kontrol 1 3 42,000 8,7892 5,07445 20,166 63,833 35,50 52,00 kontrol 2 3 40,833 4,2575 2,45787 30,250 51,408 37,80 45,70 PH1-3F 3 39,866 2,9704 1,71497 32,487 47,245 37,50 43,20 PH1-4F 3 24,100 0,0000 0,00000 24,100 24,100 24,10 24,10

Page 88: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

PH5-5F 3 32,166 3,0022 1,73333 24,708 39,624 28,70 33,90 Total 15 35,793 8,0959 2,09037 31,309 40,276 24,10 52,00

7.5b. Hasil Uji Anova Tinggi Tanaman Kedelai Dengan Inokulasi Fungi

Pelarut Fosfat Pada Benih

Jumlah kuadrat

Derajat bebas

Kuadrat tengah F Signifikansi

Tinggi Tanaman 691,209 4 172,802 7,632 0,004 Galat 226,420 10 22,642 Total 917,629 14

H0 : tinggi tanaman dengan inokulasi fungi pelarut fosfat tidak menunjukkan

perbedaan yang nyata jika dibandingkan tanaman kontrol.

H1 : tinggi tanaman dengan inokulasi fungi pelarut fosfat menunjukkan

perbedaan yang nyata jika dibandingkan tanaman kontrol.

Pada tabel tampak nilai probabilitas (signifikansi) pada parameter tinggi

tanaman dengan inokulasi fungi pelarut fosfat pada benih yaitu 0,004 < 0,05,

maka H0 ditolak atau tinggi tanaman pada ketiga perlakuan (inokulasi fungi PH1-

3F, PH1-4F dan PH5-5F) menunjukkan perbedaan yang nyata jika

dibandingkan tanaman kontrol (uji selanjutnya).

7.5c. Hasil Uji Duncan Tinggi Tanaman Kedelai Dengan Inokulasi Fungi Pelarut Fosfat Pada Benih

α.0,05 Perlakuan

N 1 2 3

PH1-4F 3 24,1000bc PH5-5F 3 32,1667bc 32,1667ab PH1-3F 3 39,8667ab 39,8667ab kontrol 2 3 40,8333ab 40,8333ab kontrol 1 3 42,0000a Sig. 0,065 0,059 0,612

Keterangan : huruf kecil yang sama (a, b, dan c) menunjukkan tidak berbeda nyata (α=5%)

Page 89: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

7.6a. Hasil Deskriptif Jumlah Daun Tanaman Kedelai Dengan Inokulasi

Fungi Pelarut Fosfat Pada Benih Rata-rata pada

taraf kepercayaan 95%

N

Rata-rata

Standar deviasi

Standar eror

Batas bawah

Batas atas

Minimum

Maximum

kontrol 1 3 3,6667 1,1547 0,6666 0,798 6,535 3,00 5,00 kontrol 2 3 5,6667 0,5773 0,3333 4,232 7,100 5,00 6,00 PH1-3F 3 4,0000 1,0000 0,5773 1,515 6,484 3,00 5,00 PH1-4F 3 2,0000 0,0000 0,0000 2,000 2,000 2,00 2,00 PH5-5F 3 2,6667 0,5773 0,3333 1,232 4,100 2,00 3,00 Total 15 3,6000 1,4540 0,3754 2,794 4,405 2,00 6,00

7.6b. Hasil Uji Anova Jumlah Daun Tanaman Kedelai Dengan Inokulasi

Fungi Pelarut Fosfat Pada Benih

Jumlah kuadrat

Derajat bebas

Kuadrat tengah F Signifikansi

Jumlah Daun 23,600 4 5,900 9,833 0,002 Galat 6,000 10 0,600 Total 29,600 14

H0 : jumlah daun pada tanaman dengan inokulasi fungi pelarut fosfat tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata jika dibandingkan tanaman kontrol.

H1 : jumlah daun pada tanaman dengan inokulasi fungi pelarut fosfat

menunjukkan perbedaan yang nyata jika dibandingkan tanaman kontrol.

Pada tabel tampak nilai probabilitas (signifikansi) pada parameter jumlah

daun pada tanaman dengan inokulasi fungi pelarut fosfat pada benih yaitu 0,002 <

0,05, maka H0 ditolak atau tinggi tanaman pada ketiga perlakuan (inokulasi fungi

PH1-3F, PH1-4F dan PH5-5F) menunjukkan perbedaan yang nyata jika

dibandingkan tanaman kontrol (uji selanjutnya).

Page 90: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

7.6c. Hasil Uji Duncan Jumlah Daun Tanaman Kedelai Dengan Inokulasi Fungi Pelarut Fosfat Pada Benih

α 0,05 perlakuan

N 1 2 3

PH1-4F 3 2,0000c PH5-5F 3 2,6667bc 2,6667bc kontrol 1 3 3,6667b PH1-3F 3 4,0000b kontrol 2 3 5,6667a Sig. 0,317 0,071 1,000

Keterangan : huruf kecil yang sama (a, b dan c)menunjukkan tidak berbeda nyata (α=5%)

7.7a. Hasil Deskriptif Lebar Daun Tanaman Kedelai Dengan Inokulasi

Fungi Pelarut Fosfat Pada Benih Rata-rata pada

taraf kepercayaan 95%

N

Rata-rata

Standar deviasi

Standar eror

Batas bawah

Batas atas

Minimum

Maximum

kontrol 1 3 3,733 0,4618 0,2666 2,586 4,880 3,20 4,00 kontrol 2 3 3,166 0,0577 0,0333 3,023 3,310 3,10 3,20 PH1-3F 3 3,200 0,1000 0,0577 2,951 3,448 3,10 3,30 PH1-4F 3 3,000 0,0000 0,0000 3,000 3,000 3,00 3,00 PH5-5F 3 3,500 0,0000 0,0000 3,500 3,500 3,50 3,50 Total 15 3,320 0,325 0,0840 3,139 3,500 3,00 4,00

7.7b. Hasil Uji Anova Lebar Daun Tanaman Kedelai Dengan Inokulasi Fungi

Pelarut Fosfat Pada Benih

Jumlah kuadrat

Derajat bebas

Kuadrat tengah F Signifikansi

Lebar daun 1,031 4 0,258 5,684 0,012 Galat 0,453 10 0,045 Total 1,484 14

H0 : lebar daun pada tanaman dengan inokulasi fungi pelarut fosfat tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata jika dibandingkan tanaman kontrol.

Page 91: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

H1 : lebar daun pada tanaman dengan inokulasi fungi pelarut fosfat menunjukkan

perbedaan yang nyata jika dibandingkan tanaman kontrol.

Pada tabel tampak nilai probabilitas (signifikansi) pada parameter lebar

daun pada tanaman dengan inokulasi fungi pelarut fosfat pada benih yaitu 0,012 <

0,05, maka H0 ditolak atau tinggi tanaman pada ketiga perlakuan (inokulasi fungi

PH1-3F, PH1-4F dan PH5-5F) menunjukkan perbedaan yang nyata jika

dibandingkan tanaman kontrol (uji selanjutnya).

7.7c. Hasil Uji Duncan Lebar Daun Tanaman Kedelai Dengan Inokulasi

Fungi Pelarut Fosfat Pada Benih α 0,05 perlakuan

N 1 2 3

PH1-4F 3 3,0000c kontrol 2 3 3,1667bc 3,1667bc PH1-3F 3 3,2000bc 3,2000bc PH5-5F 3 3,5000ab 3,5000ab kontrol 1 3 3,7333a Sig. 0,298 0,097 0,209

Keterangan : huruf kecil yang sama (a, b, dan c) menunjukkan tidak berbeda nyata (α=5%)

7.8a. Hasil Deskriptif Berat Kering Tanaman Kedelai Dengan Inokulasi

Fungi Pelarut Fosfat Pada Benih Rata-rata pada

taraf kepercayaan 95%

N

Rata-rata

Standar deviasi

Standar eror

Batas bawah

Batas atas

Minimum

Maximum

kontrol 1 3 1,2331 0,12159 0,07020 0,9311 1,5351 1,09 1,32 kontrol 2 3 2,2746 0,42730 0,24670 1,2131 3,3360 1,99 2,77 PH1-3F 3 2,1025 1,19726 0,69124 0,8717 5,0767 1,26 3,47 PH1-4F 3 0,1961 0,33971 0,19613 0,6478 1,0400 0,00 0,59 PH5-5F 3 0,7970 0,69125 0,39909 0,9202 2,5142 0,00 1,23 Total 15 1,3207 0,98746 0,25496 0,7738 1,8675 0,00 3,47

7.8b. Hasil Uji Anova Berat Kering Tanaman Kedelai Dengan Inokulasi

Fungi Pelarut Fosfat Pada Benih

Jumlah kuadrat

Derajat bebas

Kuadrat tengah F Signifikansi

Lebar daun 9,203 4 2,301 5,172 0,016 Galat 4,448 10 0,445

Page 92: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI

Total 13,651 14 H0 : berat kering pada tanaman dengan inokulasi fungi pelarut fosfat tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata jika dibandingkan tanaman kontrol.

H1 : berat kering pada tanaman dengan inokulasi fungi pelarut fosfat

menunjukkan perbedaan yang nyata jika dibandingkan tanaman kontrol.

Pada tabel tampak nilai probabilitas (signifikansi) pada parameter berat

kering pada tanaman dengan inokulasi fungi pelarut fosfat pada benih yaitu 0,016

< 0,05, maka H0 ditolak atau tinggi tanaman pada ketiga perlakuan (inokulasi

fungi PH1-3F, PH1-4F dan PH5-5F) menunjukkan perbedaan yang nyata jika

dibandingkan tanaman kontrol (uji selanjutnya).

7.8c. Hasil Uji Duncan Berat Kering Tanaman Kedelai Dengan Inokulasi Fungi Pelarut Fosfat Pada Benih

α 0,05

perlakuan N 1 2 PH1-4F 3 0,1961b PH5-5F 3 0,7970b kontrol 1 3 1,2331ab 1,2331ab PH1-3F 3 2,1025a kontrol 2 3 2,2746a Sig. 0,099 0,097

Keterangan : huruf kecil yang sama (a, b, dan c )menunjukkan tidak berbeda nyata (α=5%)

Page 93: PENGUJIAN KOMPATIBILITAS NOVI PRASTYOWATI