PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · 2017-12-18 · KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR DI SMA...
Embed Size (px)
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · 2017-12-18 · KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR DI SMA...
i
PENGARUH GENDER DALAM HAL MINAT, SIKAP DAN
PEMAHAMAN FISIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN
KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR
DI SMA FRATER MAKASSAR TAHUN AJARAN 2012/2013
SKRIPSI Diajukan untuk MemenuhiSalah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Paulus Raja
NIM : 081424024
PROGRAMSTUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dalam Kelemahanku, Kuasa-Mu Menjadi Sempurna
( 2 Kor 12 : 9)
Karya Tulis ini kupersembahkan untuk :
Yang terkasih Bapak, Mama, Kakak-kakak, serta sanak family semuanya,
dan Kongregasiku tercinta Hamba-Hamba Kristus
Ad Omne Opus Bonum Paratus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh gender dalam hal minat, sikap dan pemahaman fisika di SMA Frater Makassar. Deskripsi tersebut untuk mengetahui: 1) minat siswa perempuan dan laki-laki terhadap fisika. 2) sikap siswa perempuan dan laki-laki terhadap fisika. 3) tingkat pemahaman siswa perempuan dan siswa laki-laki dalam fisika. 4) perbedaan laki-laki dan perempuan.
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif karena merupakan penelitian lapangan yang memerlukan analisis statistik yakni dengan menggunakan angka-angka untuk membuktikan kebenaran. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Frater Makassar yang terdiri dari dua kelas, 75 orang (perempuan dan laki-laki). Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner untuk mengukur minat dan sikap sedangkan untuk mengukur pemahaman fisika digunakan nilai ulangan fisika dari materi yang telah diajarkan. Untuk mengetahui perbedaan perempuan dan laki-laki dari segi minat, sikap dan pemahaman fisika maka digunakan uji t independen non parametrik. Statistik ini digunakan setelah melakukan uji normalitas yang menunjukkan bahwa data terdistribusi tidak normal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) dalam hal minat,perempuan (N=46) tergolong kurang berminat,sedangkanlaki-laki (N=29) menunjukkan minat yang lebih baik. Akan tetapi dengan uji t untuk membandingkan keduanya terlihat bahwa antara perempuan dan laki-laki tidak memiliki perbedaan dalam hal minat. 2) dalam hal sikap, nampak bahwa sikap perempuanmaupun laki-lakimenunjukkansikap positip (suka) terhadap fisika.Ini berarti bahwa sikap perempuan dan laki-laki tidak terbukti berbeda. 3) dalam hal pemahaman fisika, menunjukkan pula bahwa baik perempuan maupun laki-laki tidak terbukti berbeda secara sinifikan.
Melalui penelitian ini akhirnya peneliti sampai pada sebuah kesimpulan bahwa, gender (perempuan dan laki-laki) tidak mempengaruhi minat, sikap dan pemahaman fisika di kelas XI IPA SMA Frater Makassar tahun ajaran 2012/2013, terbukti dengan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada aspek-aspek yang telah diukur dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRACT
This thesis aims to describe the influence of gender in terms of interests,
attitudes, and understanding of physics in SMA Frater Makassar.Spesifically to
know: 1) the interest of female and male students in physics;2) the attitudes for
female and male in physics; 3) the level of understanding of female and male
students in physics; and 4) the differences between male and female.
This research is a descriptive quantitative research because it is a field
research that requires statistical analysis by using the numbers to prove the
truth.The subject of this research is XI grade science students of SMA Frater
Makassar consisting of two classes, 75 people (female and male). The data
collected using questionnaire to measure interest and attitude, to measure the
understanding of physics used the value of physics test from the material that has
been taught by researcher.To determine the differences of female and male,
neither in terms of interest, attitude nor understanding of physics so the researcher
use non parametric t independent test.These statistics are used after the normality
test which indicates that the data are not normally distributed.
The result of the research showed that: 1) in terms of interest, female
(N=46) relatively less interest, whereas males(N=29) show the better of interest.
However, by the t test to compare both results shows that female and male do not
have differences in terms of interest; 2) in terms of attitude, female and male
shows a positive attitude (like) to physics; 3) In terms of understanding the
physics,also indicates that both female and male differs are not significan proven.
Through this research, the researcher finally comes to the conclusion that
gender (female and male) does not influence the interest, attitudesand
understanding of physics for XI grade science students of SMA Frater Makassar
in academic year 2012/2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan dan Putera-Nya, Yesus Hamba Yahwe bersama
Bunda Maria ibu dari segala ibu yang senantiasa memberi berkat, perlindungan,
semangat, dan kekuatan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
sesuai dengan rencana.
Skripsi ini selain sebagai sebuah syarat untuk memperoleh gelar sarjana
tetapi juga sebagai salah satu sumbangan pemikiran untuk membantu memberi
gambaran kepada pihak Sekolah SMA Frater Makassar dalam mengembangkan
fungsinya sebagai lembaga yang membantu siswa tidak saja dalam bidang
akademik melainkan juga dalam memberdayakan fungsinya sebagai tempat
pendidikan, pembinaan dan pemberi keterampilan bagi siswa asuhannya dalam
ranah kesetaraan gender.
Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
dengan segala upaya membantu penulis. Untuk itu patutlah penulis mengucapkan
limpah terima kasih kepada mereka semua, teristimewa kepada:
1. Prof. Dr. Paul Suparno, SJ.M.S.T, selaku pembimbing utama, yang dengan
hati tulus memberikan seluruh perhatiannya dalam proses penyelesaian
skripsiini.
2. Kongregasiku tercinta, Kongregasi Frater Hamba Hamba Kristus tempat
naunganku yang aman dalam menyusuri lorong-lorong kehidupan
panggilanku.
3. Pemimpin Umum beserta Dewan Pimpinan Umum Kongregasi dan semua
konfrater yang dengan berbagai cara memberi dukungan dan doa kepada
penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
4. Kedua orang tua, kakak, family, para sahabat yang jauh di tanah Lembata
tercinta yang penuh kasih mendukung saya dalam doa dan wejangan-
wejangan bermakna penuh harapan.
5. Fr.Stanislaus La Usu Podi, HHK, S.Pd, selaku kepsek SMA Frater
Makassar yang sudi menerima penulis untuk melakukan penelitian.
6. Ibu Hana. S.Pd., selaku guru fisika kelas XI yang senantiasa meluangkan
waktu dan perhatiannya beserta senyum dan canda yang khas penuh
pesona
7. Teman-teman angkatan 2008 yang telah memproklamirkan penulis sebagai
Raden Mas dalam angkatan kita, yang telah banyak membantu dan
mendukung dengan caranya masing-masing
8. Konfraterku di Pondok Indah Seturan (PIS 39) yang telah menjadi
teman berbagi dalam setiap waktu dan kesempatan baik di meja makan
maupun di Pojok Penantian.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini sungguh membawa
manfaat bagi rekan-rekan guru sebagai pencerdas anak bangsa di SMA Frater
Makassar maupun di sekolah-sekolah lainnya.
Yogyakarta, Oktober 2012
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................... vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................ viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 10
C. Pembatasan Masalah .............................................................................. 11
D. Tujuan Penelitian ................................................................................... 12
E. Manfaat Penelitian ................................................................................. 12
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................... 13
A. Gender ................................................................................................... 13
1. Pemahaman tentang Gender ............................................................ 13
2. Pengaruh Sosial terhadap Gender .................................................... 14
3. Pengaruh Kognisi terhadap Gender ................................................. 19
4. Pengaruh Stereotip terhadap Gender ............................................... 21
5. Persamaan dan Perbedaan Gender ................................................... 23
6. Ironisme dan Usaha Keadilan Gender ............................................. 26
B. Minat .................................................................................................... 28
C. Sikap .................................................................................................... 32
D. Pemahaman Fisika ................................................................................ 35
E. Penelitian yang Relevan ......................................................................... 39
F. Peranan Teori dengan Penelitian ............................................................ 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 45
A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 45
B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 45
C. Populasi dan Sampel .............................................................................. 46
D. Treatmen ............................................................................................... 47
E. Instrumen............................................................................................... 47
F. Metode Analisis Data ............................................................................. 54
BAB IVDATA DAN ANALISIS .................................................................... 58
A. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... 58
B. Data Minat Perempuan dan Laki-laki ..................................................... 60
1. Minat Perempuan .......................................................................... 60
2. Minat Laki-laki .............................................................................. 64
C. Data Sikap Perempuan dan Laki-laki ..................................................... 69
1. Sikap Perempuan ........................................................................... 69
2. Sikap Laki-laki .............................................................................. 74
D. Data Pemahaman Fisika Perempuan dan Laki-laki ................................. 79
1. Pemahaman Fisika Perempuan....................................................... 79
2. Pemahaman Fisika Laki-laki .......................................................... 80
E. Perbedaan Perempuan dan Laki-laki ...................................................... 81
1. Dalam Hal Minat ........................................................................... 81
2. Dalam Hal Sikap ........................................................................... 82
3. Dalam Hal Pemahaman Fisika ....................................................... 84
F. Uji Prasyarat Analisis ............................................................................ 85
G. Uji T Independen Non Parametric .......................................................... 89
1. Minat Perempuan dan Laki-laki .................................................... 89
2. Sikap Perempuan dan Laki-laki .................................................... 91
3. Pemahaman Fisika Perempuan dan Laki-laki ................................ 92
H. Pembahasan ........................................................................................... 94
1. Minat Perempuan dan Laki-laki ..................................................... 94
2. Sikap Perempuan dan Laki-laki ..................................................... 94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
3. Pemahaman Fisika Perempuan dan Laki-laki ................................. 94
4. Perbedaan Perempuan dan Laki-laki .............................................. 95
5. Kaitan dengan Penelitian Terdahulu............................................... 96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 98
A. Kesimpulan............................................................................................ 98
B. Saran ..................................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 101
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1Daftar Nama Siswa/i kelas XI IPA SMA Frater Makassar .................... 103
Lampiran 2Silabus ................................................................................................. 105
Lampiran 3RPP...................................................................................................... 106
Lampiran 4Materi ajar ........................................................................................... 114
Lampiran 5Latihan Soal-soal ................................................................................. 131
Lampiran 6Panduan Jawaban Latihan Soal-soal ..................................................... 133
Lampiran 7Pekerjaan Rumah 1 .............................................................................. 146
Lampiran 8Panduan Jawaban Pekerjaan Rumah 1 .................................................. 147
Lampiran 9Pekerjaan Rumah 2 ............................................................................. 151
Lampiran 10Panduan Jawaban Pekerjaan Rumah 2 ................................................ 152
Lampiran 11Lembar Soal Ulangan ......................................................................... 156
Lampiran 12Panduan Jawaban Ulangan ................................................................. 157
Lampiran 13Angket Penelitian ............................................................................... 163
Lampiran 14Nilai Minat dan Nilai Ulangan Fisika ................................................. 165
Lampiran 15Nilai Sikap dan Nilai Ulangan Fisika.................................................. 168
Lampiran 16Surat Izin Penelitian
Lampiran 17Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Jumlah Siswa/i Kelas XI IPA........................................................................ 46
Tabel 3.2. Kisi-kisi Ulangan Fisika ............................................................................... 48
Tabel 3.3. Kisi-kisi Angket Penelitian ............................................................................ 51
Tabel 3.4. Skor Setiap Butir Kuesioner ......................................................................... 56
Tabel 3.5.Kategori Minat/Sikap/Pemahaman Fisika Perempuan dan Laki-laki ................ 56
Tabel 4.1. Data Minat Perempuan ................................................................................... 60
Tabel 4.2.Kategori Minat Perempuan pada Faktor Sosial Masyarakat ............................. 62
Tabel 4.3.Kategori Minat Perempuan pada Faktor Internal .............................................. 63
Tabel 4.4.Kategori Minat Perempuan pada Faktor Eksternal ........................................... 64
Tabel 4.5.Data Minat Laki-laki ....................................................................................... 65
Tabel 4.6.Kategori Minat Laki-laki pada Faktor Sosial Masyarakat ................................. 67
Tabel 4.7.Kategori Minat Laki-laki pada Faktor Internal ................................................. 68
Tabel 4.8.Kategori Minat Laki-laki pada Faktor Eksternal .............................................. 69
Tabel 4.9.Data Sikap Perempuan..................................................................................... 70
Tabel 4.10.Kategori Sikap Perempuan pada Faktor Sosial Masyarakat ............................ 72
Tabel 4.11.Kategori Sikap Perempuan pada Faktor Pengalaman Pribadi ......................... 73
Tabel 4.12.Kategori Sikap Perempuan pada Faktor Emosional Belajar ............................ 74
Tabel 4.13.Data Sikap Laki-laki ...................................................................................... 75
Tabel 4.14. Kategori Sikap Laki-laki pada Faktor Sosial Masyarakat .............................. 76
Tabel 4.15. Kategori Sikap Laki-laki pada Faktor Pengalaman Pribadi ............................ 77
Tabel 4.16. Kategori Sikap Laki-laki pada Faktor Emosional Belajar .............................. 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Tabel 4.17.Data Pemahaman Fisika Perempuan .............................................................. 79
Tabel 4.18. Data Pemahaman Fisika Laki-laki ................................................................ 80
Tabel 4.19.Data Minat Perempuan dan Laki-laki ............................................................. 81
Tabel 4.20.Perbedaan Perempuan dan Laki-laki dalam Hal Minat
BerdasarkanRentang Skor ............................................................................. 82
Tabel 4.21.Data Sikap Perempuan dan Laki-laki ............................................................. 83
Tabel 4.22.Perbedaan Perempuan dan Laki-laki dalam Hal Sikap Berdasarkan
Rentang Skor ................................................................................................ 83
Tabel 4.23.Data Pemahaman Fisika Perempuan dan Laki-laki ......................................... 84
Tabel 4.24.Perbedaan Perempuan dan Laki-laki dalam Pemahaman Fisika
Berdasarkan Rentang Skor ............................................................................ 85
Tabel 4.25.Uji Normalitas ............................................................................................... 86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1.Diagram Distribusi Minat Perempuan .......................................................... 86
Gambar 4.2. Diagram Distribusi Minat Laki-laki ........................................................... 87
Gambar 4.3.Diagram Distribusi Sikap Perempuan........................................................... 87
Gambar 4.4.Diagram Distribusi Sikap Laki-laki .............................................................. 87
Gambar 4.5.Diagram Distribusi Pemahaman Fisika Perempuan ...................................... 88
Gambar 4.6.Diagram Distribusi Pemahaman Fisika Laki-laki ......................................... 88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya, semua mahluk diciptakan berpasangan.Pada manusia
misalnya, ada laki-laki dan perempuan. Keduanya diciptakan dalam derajat,
harkat, dan martabat yang sama. Kalaupun memiliki bentuk dan fungsi yang
berbeda, itu semua agar keduanya saling melengkapi.Namun dalam perjalanan
kehidupan manusia, banyak terjadi perubahan peran dan status atas keduanya,
terutama dalam masyarakat. Proses tersebut lama kelamaan menjadi kebiasaan
dan membudaya sehingga berdampak pada terciptanya perlakuan diskriminatif
terhadap salah satu jenis kelamin.
Kebiasaan masyarakat yang memiliki ekspektasi yang berlebihan
terhadap laki-laki mengakibatkan laki-laki terbebani dengan anggapan dan
tuntutan tersebut di mana laki-laki harus menjadi sosok kuat, tidak cengeng, dan
perkasa.Dengan demikian maka sungguh tidak mudah menjadi laki-laki. Ketika
seorang anak laki-laki diejek, dipukul, dan dilecehkan oleh kawannya yang lebih
besar, ia biasanya tidak ingin menunjukkan bahwa ia sebenarnya sedih dan malu.
Sebaliknya, ia ingin tampak percaya diri, gagah, dan tidak memperlihatkan
kekhawatiran dan ketidakberdayaannya. Ini menjadi beban yang sangat berat bagi
anak laki-laki yang senantiasa bersembunyi di balik topeng
maskulinitasnya.Kenyataan juga menunjukkan, menjadi perempuan pun tidaklah
mudah. Stereotip perempuan yang pasif, emosional, dan tidak mandiri telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
menjadi citra bakuyang sulit diubah. Jika seorang perempuan mengekspresikan
keinginan atau kebutuhannya maka ia akan dianggap egois, tidak rasional dan
agresif. Hal ini menjadi beban tersendiri pula bagi perempuan.
Keadaan di atas menunjukkan adanya ketimpangan atau bias gender yang
dapat merugikan baik bagi laki-laki maupun perempuan. Membicarakan gender
tidak berarti membicarakan hal yang menyangkut perempuan saja. Gender
dimaksudkan sebagai pembagian sifat, peran, kedudukan, dan tugas laki-laki
maupun perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan norma, adat
kebiasaan, dan kepercayaan masyarakat.
Bias gender sesungguhnya telah menerobos masuk dalam seluruh ranah
kehidupan. Dalam bidang pendidikan misalnya, bias-bias gender telah
berlangsung dan disosialisasikan melalui proses serta sistem pembelajaran di
sekolah maupun pendidikan dalam lingkungan keluarga. Jika ibu atau pembantu
rumah tangga (perempuan) yang selalu mengerjakan tugas-tugas domestik seperti
memasak, mencuci, dan menyapu, maka akan tertanam di benak anak-anak bahwa
pekerjaan domestik memang menjadi pekerjaan perempuan. Pendidikan di
sekolah dengan komponen pembelajaran seperti media, metode, serta buku ajar
yang menjadi pegangan para siswa ternyata sarat dengan bias gender. Dalam buku
ajar misalnya, banyak ditemukan gambar maupun rumusan kalimat yang tidak
mencerminkan kesetaraan gender. Sebut saja gambar seorang pilot selalu laki-laki
karena pekerjaan sebagai pilot memerlukan kecakapan dan kekuatan yang "hanya"
dimiliki oleh laki-laki. Sementara gambar guru yang sedang mengajar di kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
selalu perempuan karena guru selalu diidentikkan dengan tugas mengasuh atau
mendidik.Ironisnya siswa pun melihat bahwa meski guru-gurunya lebih banyak
berjenis kelamin perempuan, tetapi kepala sekolahnya umumnya laki-laki.Dalam
rumusan kalimat pun demikian. Kalimat seperti "Ini ibu Budi", "Ayah membaca
Koran dan ibu memasak di dapur" dan bukan sebaliknya "Ayah memasak di dapur
dan ibu membaca koran", masih sering ditemukan dalam banyak buku ajar atau
bahkan contoh rumusan kalimat yang disampaikan guru di dalam kelas. Rumusan
kalimat tersebut mencerminkan sifat feminim dan kerja domestik bagi perempuan
serta sifat maskulin dan kerja publik bagi laki-laki.
Demikian pula dalam perlakuan guru terhadap siswa, yang berlangsung
di dalam atau di luar kelas. Misalnya ketika seorang guru melihat murid laki-
lakinya menangis, ia akan mengatakan "Masak laki-laki menangis. Laki-laki
nggak boleh cengeng". Sebaliknya ketika melihat murid perempuannya naik ke
atas meja misalnya, ia akan mengatakan "anak perempuan kok tidak tahu sopan
santun". Hal ini memberikan pemahaman kepada siswa bahwa hanya perempuan
yang boleh menangis dan hanya laki-laki yang boleh kasar dan kurang sopan
santunnya.Dalam upacara bendera di sekolah selalu bisa dipastikan bahwa
pembawa bendera adalah siswa perempuan.Siswa perempuan itu dikawal oleh dua
siswa laki-laki.Hal demikian tidak hanya terjadi di tingkat sekolah, tetapi bahkan
di tingkat nasional.Paskibraka yang setiap tanggal 17 Agustus bertugas di istana
negara, selalu menempatkan dua perempuan sebagai pembawa bendera pusaka
dan duplikatnya.Jarang terjadi laki-laki yang membawa bendera pusaka itu. Hal
ini menanamkan pengertian kepada siswa dan masyarakat pada umumnya bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
tugas pelayanan seperti membawa bendera, lebih luas lagi, membawa baki atau
pemukul gong dalam upacara resmi sudah selayaknya menjadi tugas perempuan.
Kasus lain yang sering kita saksikan namun tanpa kita sadari adalah bagaimana di
layar kaca televisi kita yang menampilkan pemandangan bias-bias gender saat
iklan atau pariwara. Misalnya saja produk sabun (rinso dan sejenisnya), urusan
masak memasak, produk susu, dan lainnya dominan diperankan oleh perempuan.
Sedangkan iklan yang menunjukkan kekuatan, keberanian, dewa penyelamat,
dan sejenisnya dominan diperankan oleh laki-laki sebagai bintangnya.
Semuanya ini mengajarkan kepada kita khususnya siswa di bangku
sekolah tentang apa yang layak dan tidak layak dilakukan oleh laki-laki dan apa
yang layak dan tidak layak dilakukan oleh perempuan. Bias gender yang
berlangsung di rumah maupun di sekolah tidak hanya berdampak negatif bagi
siswa atau anak perempuan tetapi juga bagi anak laki-laki.Anak perempuan
diarahkan untuk selalu tampil cantik, lembut, dan melayani.Sementara laki-laki
diarahkan untuk tampil gagah, kuat, dan berani. Ini akan sangat berpengaruh pada
peran sosial mereka di masa datang. Singkatnya, ada aturan-aturan tertentu yang
dituntut oleh masyarakat terhadap perempuan dan laki-laki. Jika perempuan tidak
dapat memenuhinya ia akan disebut tidak tahu adat dan kasar. Demikian pula jika
laki-laki tidak dapat memenuhinya ia akan disebut banci, penakut atau bukan laki-
laki sejati.
William Pollacek dalam Real Boys (dalamSuciati, 2009) menunjukkan
penemuannya, bayi laki-laki secara emosional lebih ekspresif dibandingkan bayi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
perempuan. Namun ketika sampai pada usia sekolah dasar, ekspresi emosionalnya
hilang. Laki-laki pada usia lima atau enam tahun belajar mengontrol perasaan-
perasaannya dan mulai malu mengungkapkannya. Penyebabnya adalah pertama,
ada proses menjadi kuat bagi laki-laki yang selalu diajari untuk tidak menangis,
tidak lemah, dan tidak takut. Kedua, proses pemisahan dari ibunya, yakni proses
untuk tidak menyerupai ibunya yang dianggap masyarakat sebagai perempuan
lemah dan harus dilindungi. Meski berat bagi anak laki-laki untuk berpisah dari
sang ibu, namun ia harus melakukannya jika tidak ingin dijuluki sebagai "anak
mami".
Tidak mengherankan jika banyak guru mengatakan bahwa siswa laki-laki
lebih banyak masuk dalam daftar penerima hukuman, gagal studi, dan
malas.Penyebabnya menurut Sommers (2004), karena anak laki-laki lebih banyak
mempunyai persoalan hiperaktif yang mengakibatkan kemunduran konsentrasi di
kelas.Sementara itu, menjelang dewasa, pada anak perempuan selalu ada tuntutan-
tuntutan di luar dirinya yang memaksa mereka tidak memiliki pilihan untuk
bertahan. Satu-satunya cara yang dianggap aman adalah dengan membunuh
kepribadian mereka untuk kemudian mengikuti keinginan masyarakat dengan
menjadi suatu objek yang diinginkan oleh laki-laki. Objek yang diinginkan ini
selalu berkaitan dengan tubuhnya. Jadilah mereka kemudian anak-anak
perempuan yang mengikuti stereotip yang diinginkan seperti tubuh langsing,
wajah putih nan cantik, kulit halus dan lain-lain. Tidak heran jika semakin banyak
anak perempuan mengusahakan penampilan sempurna bak peragawati dengan
cara-cara yang justru merusak tubuhnya.Padahal, di sekolah, siswa perempuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
umumnya memiliki prestasi akademik yang lebih baik jika dibandingkan dengan
laki-laki.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses
belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik (Slameto, 2003:1).
Siswa, baik dia laki-laki maupun perempuan, seharusnya mengalami
proses yang sama dalam pembelajaran terutama pendidikan di sekolah. Ketika
kesenjangan gender telah merayap masuk pada proses pembelajaran maka yang
terjadi adalah gangguan secara psikologis pada diri siswa. Gangguan psikologis
ini akan sangat mempengaruhi proses belajar siswa di sekolah atau di kelas.
Slameto (2003:54), menunjukkan faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi
proses belajar sekurang-kurangnya ada tujuh yaitu; inteligensi, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan dan kelelahan. Faktor kelelahan terbagi atas dua bagian
yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani misalnya tidak
bersemangat mengikuti proses belajar entah karena capek kerja, olah raga.
Sedangkan kelelahan rohani berupa kebosanan dan kelesuan, sehingga minat dan
dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
Faktor lain yang mempengaruhi proses belajar adalah faktor keluarga,
faktor sekolah dan faktor masyarakat (Slameto, 2003:60). Faktor keluarga yang
merupakan sekolah utama dan pertama bagi seorang anak akan menerima
pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota
keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Orang tua yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
kurang memperhatikan pendidikan tersebut tadi dapat menyebabkan anak tidak
berprestasi dalam belajarnya. Faktor perhatian dan pendampingan dari keluarga
menjadi sangat penting bagi keberhasilan belajar siswa di sekolah. Faktor sekolah
yang mempengaruhi prestasi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, metode
belajar dan tugas rumah (Slameto, 2003:64). Faktor masyarakat merupakan faktor
ekstern yang juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Pengaruh itu
terjadi karena keberadaan siswa sebagai warga masyarakat.
Tujuan pendidikan nasional mengandung fungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (UU
Sisdiknas pasal 3). Ini berarti tidak ada pemisahan gender atau laki-laki dan
perempuan dalam dunia pendidikan karena semua memiliki hak yang sama. Maka
kesetaraan gender dalam pendidikan membuktikan bahwa pendidikan terbuka
untuk siapa saja baik perempuan maupun laki-laki.
Walau demikian, dari sejumlah penelitian menunjukkan bahwa isu
gender dalam dunia pendidikan masih terasa kental dan belum ada perubahan
yang signifikan. Cita-cita kesetaraan gender masih terlihat utopis (Agustin, 2007:
137). Berdasarkan hasil statistik terdapat ketimpangan partisipasi anak perempuan
dibandingkan dengan anak laki-laki.Angka partisipasi menunjukkan angka yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
makin mengecil dari pendidikan dasar ke pendidikan tinggi.Dampak dari
ketimpangan partisipasi dalam pendidikan terlihat langsung pada partisipasi
perempuan dalam ketenagakerjaan.Perempuan masih terkonsentrasi pada
pekerjaan dengan upah rendah (Joyonegoro dalam Agustin, 2007).
Meskipun prinsip kesetaraan laki-laki dan perempuan dijamin oleh
undang-undang, namun jenis pendidikan yang diberikan kepada anak-anak masih
dipenuhi oleh keinginan dan kemauan masyarakat yang berpandangan bahwa
dunia perempuan adalah dunia domestik dan dunia laki-laki adalah dunia publik.
Oleh karena itu, mayoritas anak perempuan belajar pada bidang-bidang sosial
ekonomi, kejuruan, kesejahteraan keluarga, dan kurang pada bidang sains dan
teknologi (Agustin, 2007:138).
Menurut Sudradjat (dalam Agustin, 2007:138), kesenjangan gender
dalam pendidikan dapat terungkap dalam berbagai dimensi. Salah satu dimensi
adalah under-achievement. Data penelitian dari berbagai negara menunjukkan
bahwa pada pendidikan tingkat dasar, prestasi murid perempuan pada dasarnya
setara, bahkan terkadang lebih baik dari anak laki-laki. Namun setelah lepas
sekolah dasar prestasi tersebut cenderung menurun tajam, terutama untuk subyek
yang berkaitan dengan sains dan teknologi. Banyak murid perempuan yang
sebenarnya berbakat urung memilih bidang studi sains dan teknologi pada tingkat
pendidikan selanjutnya. Citra maskulin sains dan teknologi menyebabkan remaja
putri yang sedang giat membentuk identitas feminimnya bersifat menghindar
terhadap subyek tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
SMA Frater Makassar merupakan salah satu sekolah swasta menengah
atas yang berada di kota Makassar yang turut serta mengambil bagian dalam
usaha mencerdaskan kehidupan bangsa melalui aktivitas pendidikan dan
pembelajaran. SMA Frater memiliki siswa yang berasal dari ragam suku seperti
Toraja, Flores dan Lembata, Timor, Batak, Bugis Makassar, dan beberapa dari
Jawa dan Manado. Keberagaman suku ini tentu menjadi kekayaan tersendiri tetapi
juga menjadi tantangan ketika terjadi gesekan-gesekan kepentingan atas nama
suku. Siswa siswi ini melebur jadi satu di bawah bendera SMA Frater yang
terletak di tengah-tengah orang Makassar beserta latar belakang budayanya.
Latar belakang kebudayaan setempat tentu mempengaruhi dinamika
kehidupan orang perorang maupun secara kelembagaan. Orang Sulawesi Selatan
pada umumnya dan orang Makassar pada khususnya memiliki ekspektasi yang
tinggi terhadap kaum pria sebagai pemimpin, pencari nafkah, dan penerus garis
keturunan ( patrilinear) dibandingkan dengan kaum perempuan.Seorang laki-laki
dapat meningkatkan statusnya untuk mendapatkan kedudukan atau kekayaan
lewat usahanya sendiri. Berbeda dengan perempuan yang dapat menaikkan
derajatnya dengan perkawinan (dengan lelaki yang status sosialnya lebih tinggi).
Orientasi pada prestasi ini dicerminkan dalam karakterisasi kepribadian pria yang
dikehendaki yaitu bercita-cita tinggi, mempunyai daya saing, agresif, bangga,
berani, dan sadar akan status. Orang semacam itu dipandang mampu untuk
berhasil dalam masyarakat dan untuk meningkatkan prestise dan kedudukannya
sendiri serta kelompok keluarganya. Sementara anak gadis diharapkan bersikap
halus, pemalu dan penurut. Anak perempuan dianggap tidak layak untuk berada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
sendiri dengan seorang laki-laki yang bukan keluarga dekatnya. Sebuah filosofi
orang Makassar yang paling terkenal adalah Siri na Pesse yang menuntut laki-laki
sebagai pilar dan orang yang paling bertanggung jawab dalam menjaga
kehormatan kelurga dan masyarakat, sehingga laki-laki dalam keluarga menjadi
nomor satu termasuk dalam hal pendidikan. Hal ini dapat berdampak pada
pembelajaran dan perlakuan terhadap laki-laki dan perempuan yang juga akan
mempengaruhi minat, sikap dan gairah belajar mereka di sekolah.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas peneliti
merasa terpanggil untuk mengadakan penelitian dengan judul : PENGARUH
GENDER DALAM HAL MINAT, SIKAP DAN PEMAHAMAN FISIKA
SISWA DI SMA FRATER MAKASSAR TAHUN 2011/2012
B. Identifikasi Masalah
1. Apakah siswa laki-laki dan perempuan berbeda dalam cara mempelajari
fisika di SMA?
2. Apakah siswa laki-laki dan perempuan berbeda dalam memahami
pelajaran fisika yang diajarkan guru?
3. Apakah minat dan sikap siswa laki-laki dan perempuan terhadap
pelajaran fisika berbeda?
4. Apakah pemahaman, pengetahuan, dan kompetensi siswa laki-laki dan
perempuan tentang fisika berbeda?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
C. Pembatasan Masalah
1. Gender
Dari uraian di atas yang berkaitan dengan bias-bias gender yang
menimpa laki-laki maupun perempuan yang hampir menyentuh seluruh
ranah kehidupan, sehingga dapat dibayangkan betapa dan kompleks
masalah ini. Karena luas dan kompleksnya masalah yang berhubungan
dengan pengaruh gender yang dihadapi oleh manusia (laki-laki dan
perempuan) maka peneliti mencoba memfokuskan perhatian pada
pengaruh gender dalam hal minat, sikap dan tingkat pemahaman yang
dialami siswa di sekolah yang secara signifikan mempengaruhi prestasi
belajar fisika mereka.
2. Pemahaman Fisika
Pemahaman fisika yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah kemampuan siswa untuk mengkonstruksi apa yang ia terima (lihat,
dengar, rasakan, alami) dalam pembelajaran fisika. Ukuran yang akan
dipakai dalam mengukur pemahaman adalah dengan nilai tes atau angka
nilai yang diberikan dalam hal ini nilai ulangan dari materi yang telah
dipelajari. Pemahaman fisika tersebut peneliti batasi pada pokok bahasan
kinematika dengan analisis vektor dan lebih spesifik lagi pada sub-pokok
bahasan posisi, kecepatan, percepatan gerak pada bidang, dan gerak
parabola.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui minat siswa perempuan dan laki-laki terhadap
fisika
2. Untuk mengetahui sikap siswa perempuan dan laki-laki terhadap
fisika
3. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa perempuan dan siswa
laki-laki dalam fisika
4. Untuk mengetahui perbedaan perempuan dan laki-laki dalam hal
minat, sikap dan pemahaman fisika
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai masukan bagi sekolah untuk melihat betapa pentingnya
kesetaraan jender dalam dunia pendidikan
2. Membantu sekolah dalam memberdayakan fungsinya sebagai tempat
pendidikan, pembinaan dan pemberi keterampilan bagi siswa asuhannya
dalam ranah kesetaraan gender.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Gender
1. Pemahaman tentang Gender
Perbedaan alami yang dikenal dengan perbedaan jenis kelamin
sebenarnya hanyalah perbedaan biologis yang dibawa lahir antara perempuan
dan laki-laki. Ciri-ciri biologis antar laki-laki dan perempuan merupakan
miliknya, dan melekat erat dengan dirinya sehingga tidak dapat dipertukarkan
satu dengan yang lain. Di luar semua itu, yang merujuk pada dimensi
psikologis dan sosio-budaya dari laki-laki dan perempuan dikenal dengan
istilah gender (Santrock, 2007:218).Perbedaan yang tidak alami atau perbedaan
sosial mengacu pada perbedaan peranan dan fungsi yang dikhususkan untuk
perempuan dan laki-laki. Perbedaan tersebut diperoleh melalui proses
sosialisasi atau pendidikan di semua institusi (keluarga, pendidikan, agama,
adat dan sebagainya).
Genderpenting untuk dipahami dan dianalisis untuk melihat apakah
perbedaan yang bukan alami ini telah menimbulkan diskriminasi dalam arti
perbedaan yang membawa kerugian dan penderitaan terhadap perempuan.
Apakah gender telah memposisikan perempuan secara nyata menjadi tidak
setara dan menjadi subordinat oleh pihak laki-laki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2. Pengaruh Sosial Terhadap Gender
Alice Eagly (dalam Santrock, 2007:221), mengajukan teori peran sosial
(social role theory) yang menyatakan bahwa perbedaan gender terutama
diakibatkan oleh perbedaan yang ekstrem antara perempuan dan laki-laki.Di
sebagian besar budaya di dunia, perempuan dianggap memiliki kekuasaan dan
status yang lebih rendah dibanding laki-laki.Dibandingkan dengan laki-laki,
perempuan lebih banyak melakukan tugas-tugas rumah tangga, kurang banyak
menggunakan waktunya untuk melakukan pekerjaan yang digaji, memperoleh
penghasilan yang lebih rendah, dan kurang terpilih menjadi wakil dalam
jajaran tertinggi dari suatu organisasi.
Menurut Eagly, ketika perempuan beradaptasi dengan peran-peran yang
memiliki kekuasaan dan status yang lebih rendah di masyarakat mereka
menunjukkan profil yang lebih kooperatif dan kurang dominan dibandingkan
laki-laki. Dengan demikian, hierarki sosial dan pembagian tenaga kerja
merupakan penyebab penting dari perbedaan gender dalam hal kekuasaan,
asertivitas, dan pengasuhan (Eagly & Diekman, dalam Suntrock, 2007:221).
Teori kognisi sosial (social cognitive theory of gender) secara khusus
menekankan pengaruh sosial terhadap gender. Teori ini menekankan bahwa
perkembangan gender anak-anak dan remaja dipengaruhi oleh pengamatan dan
imitasi mereka terhadap perilaku gender orang lain, maupun hadiah dan
hukuman yang alami apabila mereka menampilkan perlaku yang sesuai atau
tidak sesuai dengan gendernya (Bugental & Grusec, 2006 ; Bussey & Bandura,
1999, dalam Santrock, 2007:221). Ketika mengamati orang-orang lain di mana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
saja mereka berada (rumah, sekolah, lingkungan rumah, media), remaja
dihadapkan pada pelbagai model yang memperlihatkan perilaku maskulin dan
feminim.
a) Pengaruh Orang Tua
Sejak masa kanak-kanak ada orangtua yang memberlakukan
pendidikan yang berbeda berdasarkan konsep gender; sebagai contoh kepada
anak perempuan diberi permainan boneka sedang anak laki-laki memperoleh
mobil-mobilan dan senjata sebagai permainannya.Selama masa transisi dari
kanak-kanak hingga masa remaja orang tua membiarkan anak laki-laki lebih
mandiri dibandingkan dengan anak perempuan (Santrock, 221).Orang tua
memiliki sikap kerentanan yang tinggi terhadap anak perempuan dalam hal
seksualitas sehingga monitoring terhadap anak perempuan lebih banyak
porsinya.Akibatnya adalah ruang gerak dan kebebasan anak perempuan
menjadi lebih terbatas dibanding anak laki-laki.
Dalam hal prestasi, orang tua memiliki ekspektasi yang berbeda
terhadap remaja laki-laki dan perempuan, khususnya dalam bidang-bidang
akademik seperti matematika dan sains. Banyak dari mereka beranggapan
bahwa matematika dan sains lebih penting bagi masa depan laki-laki daripada
perempuan. Keyakinan ini mempengaruhi nilai-nilai yang dikembangkan
remaja mengenai prestasi mereka (Eccles, 1987, dalam Santrock, 211).
Pada keluarga yang kondisi ekonominya terbatas banyak dijumpai
pendidikan lebih diutamakan bagi anak laki-laki meskipun anak
perempuannya jauh lebih pandai.Keadaan ini menyebabkan lebih sedikitnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
jumlah perempuan yang berpendidikan (Millar, 1992).Dalam budaya Jawa,
istri itu sebagai "konco wingking" artinya teman belakang, sebagai teman
dalam mengelola rumah tangga khususnya urusan anak, memasak, mencuci
dan lain-lain.Citra, peran, dan status sebagai perempuan, telah diciptakan oleh
budaya. Citra bagi seorang perempuan seperti yang diidealkan oleh budaya,
antara lain lemah lembut, penurut, tidak membantah, tidak boleh "melebihi"
laki-laki.
b) Pengaruh Saudara Kandung
McHale dkk (Santrock, 2007: 222), dalam sebuah studi
mengungkapkan bahwa dalam jangka waktu dua tahun di masa remaja awal,
seorang remaja menjadi lebih menyerupai saudara kandung yang lebih tua
dalam hal peran gender dan aktivitas di waktu luang.Sekedar contoh, apabila
seorang adik memiliki kakak yang maskulin dan terlibat dalam aktivitas
waktu luang yang bersifat maskulin, setelah dua tahun, adik menjadi lebih
maskulin dan berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas waktu luang yang
besifat maskulin juga.
c) Pengaruh Teman Sebaya
Di masa kanak-kanak, anak-anak memperlihatkan diri mereka secara
jelas terhadap teman-teman yang berjenis kelamin sama (Santrock, 223). Di
masa itu anak laki-laki saling mengajarkan perilaku-perilaku maskulin
terhadap satu sama lain dan kemudian memperkuatnya. Demikian juga anak
perempuan saling mengajarkan perilaku-perilaku feminim terhadap satu sama
lain dan kemudian memperkuatnya pula.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Ketika masa remaja, mereka meluangkan waktu bersama teman-teman
sebaya.Di masa itu, persetujuan dan penolakan dari teman-teman sangat
mempengaruhi terhadap sikap dan perilaku gender.
d) Pengaruh Sekolah dan Guru
DeZolt & Hull, pada tahun 2001 (Santrock, 222), menunjukkan
beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan berkaitan dengan kekuatiran
sekolah dan guru memiliki bias gender terhadap laki-laki dan perempuan:
1) Kepatuhan, ikut aturan, sikap manis, tertib, biasanya lebih banyak
dimiliki oleh anak perempuan dibanding laki-laki.
2) Laki-laki lebih banyak memiliki masalah dalam belajar dibanding
perempuan.
3) Laki-laki lebih banyak memperoleh kritik dibanding perempuan.
4) Para pegawai sekolah cenderung mengabaikan kenyataan bahwa
banyak laki-laki memiliki masalah akademis, khususnya dalam bidang
seni bahasa.
5) Para pegawai sekolah cenderung memiliki sikap stereotip bahwa
perilaku laki-laki itu bermasalah.
Sementara menurut Myra & David Sadker (Santrock, 223) terdapat
fakta-fakta yang memperlihatkan adanya bias kelas terhadap murid
perempuan dan laki-laki.
1) Dalam ruang kelas, murid perempuan cenderung lebih patuh
sedangkan murid laki-laki cenderung lebih sulit dikendalikan.
Para murid laki-laki lebih sering meminta perhatian sedangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
perempuan tenang menunggu giliran. Para guru cenderung lebih
banyak marah dan menegur murid laki-laki. Hal ini mengundang
kekhawatiran para pendidik bahwa kecenderungan perempuan
yang patuh dan tenang dapat menurunkan aktivitas mereka.
2) Di banyak ruang kelas para guru meluangkan waktu lebih banyak
untuk memperhatikan dan berinteraksi dengan murid laki-laki
sedangkan murid perempuan lebih banyak dibiarkan bekerja dan
bermain dengan tenang sendirian.
3) Murid laki-laki lebih banyak memperoleh instruksi dan bantuan
apabila mengalami kesulitan menjawab pertanyaan yang dajukan,
dan memberikan petunjuk jawaban yang benar dan mencoba lebih
jauh apabila mereka memberikan jawaban yang salah.
4) Dibanding murid perempuan, murid laki-laki cenderung
memperoleh rangking rendah dan tinggal kelas. Namun murid
perempuan kurang yakin bahwa mereka akan berhasil dalam
menyelesaikan tugas-tugas di sekolah.
5) Di sekolah menengah harga diri murid perempuan cenderung
lebih rendah dibanding harga diri murid laki-laki.
6) Murid laki-laki akan lebih banyak menyebutkan pilihan karier di
banding murid perempuan ketika ditanya cita-cita (khusunya saat
sekolah dasar).
Dari uraian di atas, terdapat bukti yang menunjukkan terjadinya bias
gender terhadap laki-laki dan perempuan di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
e) Pengaruh Media Massa
Media massa telah berperan terhadap perkembangan remaja gender.
Televisi misalnya, menayangkan tentang remaja yang diwarnai oleh stereotip
mengenai jenis kelamin, khususnya pada remaja perempuan. Campbell, 1988
(Santrock, 224), menemukan bahwa remaja perempuan digambarkan sebagai
sosok yang sangat mementingkan pacaran, belanja, dan penampilan. Mereka
jarang memperlihatkan sebagai sosok yang tertarik dalam kegiatan sekolah
atau perencanaan karier.
Ganahl, Prinsen, & Netzley, 2003 (Santrock, 224), melakukan studi
mengenai tayangan iklan pada jam-jam utama, perempuan kurang
ditampilkan sebagai tokoh utama kecuali dalam iklan-iklan kesehatan dan
kecantikan. Dalam studi tersebut perempuan cenderung lebih banyak
berperan sebagai pendukung laki-laki dan para peneliti berkesimpulan bahwa
streotip gender turut mewarnai iklan jaman sekarang.
Media juga berpengaruh terhadap citra tubuh remaja.Semakin sering
remaja laki-laki maupun perempuan memperhatikan hiburan televisi, maka
semakin negatif citra tubuh mereka.
3. Pengaruh Kognisi terhadap Gender
Dua teori kognitif yang menekankan bahwa individu secara aktif
menyusun dunia gendernya (Santrock, 225), yakni :
1) Teori perkembangan kognisi mengenai gender (cognitive development
theory of gender) menyatakan bahwa tipe gender terjadi setelah anak-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
anak memikirkan dirinya sendiri sebagai laki-laki dan perempuan. Pada
saat mereka secara konsisten memandang dirinya sebagai laki-laki dan
perempuan, anak-anak memilih aktivitas, benda-benda, dan sikap yang
konsisten dengan label ini.
2) Teori skema gender (gender schema theory) menyatakan jenis gender
muncul ketika individu secara bertahap mengembangkan skema gender
yang sesuai dan tidak sesuai dengan budayanya. Skema adalah struktur
kognitif, sebuah jaringan kerja asosiasi yang memimbing persepsi
individu. Skema gender mengorganisasikan dunia menurut perempuan
dan laki-laki. Individu secara internal dimotivasi untuk menangkap
dunianya dan bertindak sesuai perkembangan skemanya.
Karakteristik pemikiran operasional formal yang abstrak, idealis, dan
logis, berarti bahwa remaja memiliki kapasitas kognitif untuk menganalisis dan
memutuskan seperti bagaimanakah identitas gender yang mereka inginkan.
Seiring dengan meningkatnya keterampilan kognitif mereka, remaja menjadi
lebih sadar mengenai hakikat dari pilihan pekerjaan dan gaya hidup mereka
yang berbasis gender.
Menjadi jelas bahwa faktor-faktor kognitif berkontribusi terhadap cara
remaja berpikir dan bertindak sebagai laki-laki maupun perempuan. Melalui
proses-proses biologis, sosial, dan kognitif, anak-anak mengembangkan
perilaku gendernya (Santrock, 226).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
4. Pengaruh Stereotip (konsepsi) Gender
Genderadalah semua atribut sosial mengenai laki-laki dan perempuan,
misalnya laki-laki digambarkan mempunyai sifat maskulin seperti keras, kuat,
rasional, gagah.Sementara perempuan digambarkan memiliki sifat feminin
seperti halus, lemah, perasa, sopan, penakut.Perbedaan tersebut dipelajari dari
keluarga, teman, tokoh masyarakat, lembaga keagamaan dan kebudayaan,
sekolah, tempat kerja, periklanan dan media.
Genderberbeda dengan seks.Seks adalah jenis kelamin laki-laki dan
perempuan dilihat secara biologis. Sedangkan gender adalah perbedaan laki-
laki dan perempuan secara sosial, masalah atau isu yang berkaitan dengan
peran, perilaku, tugas, hak dan fungsi yang dibebankan kepada perempuan dan
laki-laki. Biasanya isu gender muncul sebagai akibat suatu kondisi yang
menunjukkan kesenjangan gender (Retno Suharti, 1995). Kita tahu ada saja
perempuan yang tidak lemah lembut, yang agresif, pencari nafkah, dan de
factosebagai kepala keluarga.
Kita juga sering menemui laki-laki yang lemah lembut, de facto bukan
pencari nafkah, dan sebagainya. Akan tetapi gambaran gender itu tetap menjadi
pedoman hidupnya dalam melihat dirinya maupun dalam melihat lawan
jenisnya. Sebab itu bagi sebagian besar perempuan, yang masih kental
dipengaruhi oleh gambaran ideal gender, akan sulit sekali keluar dari gambaran
ideal itu, meskipun barangkali perempuan itu sudah berpendidikan tinggi,
dengan jabatan struktural/fungsional, pernah tinggal/hidup di kebudayaan lain,
dan sebagainya, karena memang sudah menjadi kebudayaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Keadaan di atas yang menjadi hambatan bagi perempuan untuk "tampil"
dan berpartisipasi di domain yang secara budaya bukan domainnya.Ada rasa
risi. Pekerjaan di kantor dalam hubungan citra budaya, bukanlah tempat
perempuan. Kalaupun mereka bekerja, karena berbagai alasan memang harus
bekerja, jarang mau "menonjolkan diri", karena takut dijuluki berambisi atau
agresif.Sebab itu banyak dari perempuan-perempuan yang berpotensi, dengan
latar belakang pendidikan yang tinggi, tidak mengembangkan
kemampuannya.Padahal perempuan yang jumlahnya lebih dari separuh itu
seharusnya merupakan sumber daya manusia yang potensial dan berkualitas.
Perbedaan-perbedaan biologis dan psikologis ini menimbulkan pendapat
atau suatu kesimpulan di masyarakat yang pada umumnya merugikan pihak
perempuan. Kesimpulan itu antara lain : (1) Laki-laki lebih unggul dan lebih
pandai dibanding anak perempuan. (2) Laki-laki lebih rasional dari anak
perempuan. (3) Perempuan lebih diharapkan menjadi istri dan ibu (Retno
Suhapti,1995).
Menurut Shainess Squire (1989) perbedaan ini timbul karena teori gender
diciptakan oleh laki-laki, dan dikembangkan berdasarkan norma dan sudut
pandang laki-laki yang terkadang salah menginterpretasikan perempuan
sehingga menimbulkan diskriminasi atau kerugian di pihak perempuan.
Menurut Maccoby (1979) perbedaan perilaku bagi perempuan dan laki-laki
sebenarnya timbul bukan karena faktor bawaan sejak lahir tetapi lebih
disebabkan karena sosial budaya masyarakat yang membedakan perlakuan
terhadap perempuan dan laki-laki sejak awal masa perkembangan (masa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
kanak-kanak). Di samping faktor biologis, bentuk tatanan masyarakat yang
pada umumnya patriarchal juga membuat laki-laki lebih dominan dalam sistem
keluarga dan masyarakat; hal ini sangat merugikan kedudukan perempuan
(Mohanty, 1988).
5. Persamaan dan Perbedaan Gender
Teori genderadalah teori yang membedakan peran antara perempuan dan
laki-laki yang mengakibatkan perbedaan perlakuan antara perempuan dan laki-
laki dalam masyarakat (Squire, 1989). Perbedaan ini tampaknya berawal dari
adanya perbedaan faktor biologis antara perempuan dan laki-laki.Perempuan
memang berbeda secara jasmaniah dari laki-laki, perempuan mengalami haid,
dapat mengandung, melahirkan serta menyusui yang melahirkan mitos dalam
masyarakat bahwa perempuan berhubungan dengan kodrat sebagai ibu.
Banyak teori psikologi yang mendukung teori genderdan mereka
mengembangkan pendapat bahwa perempuan dan laki-laki memang secara
kodrat berbeda serta mempunyai ciri-ciri kepribadian yang berbeda. Menurut
Lever (Gilligan, 1989) perbedaan ciri-ciri kepribadian perempuan dan laki-laki
terlihat sejak masa kanak-kanak: (1) Anak laki-laki lebih banyak memperoleh
kesempatan bermain di luar rumah dan mereka bermain lebih lama dari anak
perempuan. (2) Permainan anak laki-laki lebih bersifat kompetitif dan
konstruktif. Ini disebabkan anak laki-laki lebih tekun dan lebih efektif dari
anak perempuan. (3) Permainan anak perempuan lebih banyak bersifat
kooperatif dan lebih banyak berada di dalam ruangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Dengan pendekatan gender, masalah-masalah yang dihadapi perempuan
tidak dilihat terpisah. Dengan pendekatan ini, harus dipastikan bahwa
perempuan seperti juga dengan laki-laki, mempunyai akses yang sama terhadap
sumber-sumber dan kesempatan. Ada paling sedikit empat faktor yang
dikemukakan oleh Retno Suhapti (1995) yaitu : (1) konsep dalam
kebijaksanaan dan program harus mencerminkan pengalaman laki-laki dan
juga perempuan, (2) Perempuan harus dipastikan ikut mempunyai akses dan
mempunyai kontrol terhadap program, (3) dalam formulasi kebijaksanaan
perencanaan maupun implementasinya perempuan harus ikut berpartisipasi, (4)
dalam evaluasi dan monitoring harus ada sistem yang memperlihatkan dampak
program terhadap perempuan.
Pada dasarnya laki-laki dan perempuan adalah sesama manusia, karena
itu mereka setara tetapi sekaligus berbeda.Gender dipahami sebagai konstruksi
sosial yang dibuat oleh masyarakat berdasarkan sifat-sifat yang
dikategorisasikan ke dalam feminim-maskulin berdasarkan perilaku antar jenis
kelamin.Oleh karena laki-lakilah yang membentuk masyarakat dengan segala
pranata sosial serta norma-norma yang melekat, maka tidaklah mengherankan
jika dalam ranah kehidupan sosial kemasyarakatan perempuan kurang
mendapat pengakuan dan kedudukan setara.
Laki-laki dan perempuan adalah setara tetapi berbeda.Hal ini dapat
dilihat pada karakteristik masing-masing. Menurut Beynon (Argyo Demartoto.
2010) terdapat tujuh perbedaan karakteristik antara laki-laki dan perempuan
yakni :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
1) Lelaki memahami suatu situasi secara keseluruhan dan berfikir secara
global sedangkan wanita memusatkan pemikiran mereka serta
bergantung kepada perincian dan nuansa.
2) Lelaki adalah pembina dan pencipta. Mereka mengambil risiko dan
melakukan eksperimen. Wanita pula memilih pengetahuan paling
bernilai dan menurunkannya kepada generasi seterusnya.
3) Lelaki lebih berdikari dalam pemikiran tindakan manakala wanita lebih
mengikut idea yang ditawarkan orang lain.
4) Wanita kurang menghargai atau memuji diri mereka berbanding lelaki.
Wanita sering mengkritik diri mereka dan lelaki pula sering berpuas hati
dengan pencapaian diri.
5) Perkara yang memberikan kepuasan juga berbeda. Bagi lelaki, ia adalah
karier dan kejayaan sedangkan wanita lebih menitikberatkan keluarga
dan anak-anak.
6) Lelaki lebih memikirkan mengenai keperluan mencapai impian mereka.
Wanita pula lebih menitikberatkan perhubungan berbanding perkara ini.
7) Lelaki jatuh sakit pada frekuensi yang sama seperti wanita walaupun
wanita lebih prihatin terhadap kesehatan diri.
Sehubungan dengan itu Wade& Tavris (Nurrachman & Bachtiar, 2011)
menyatakan bahwa kurang terdapat bukti yang menyatakan bagaimana dalam
kehidupan sehari-hari salah satu pihak lebih sering mengungkapkan emosinya
(marah, cemas, malu). Perbedaan utama dalam hal pengungkapan emosi antar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
jenis kelamin terletak pada bagaimana dan kapan emosi tersebut diekspresikan
dan bagaimana ekspresi tersebut ditangkap oleh orang lain.
6. Ironisme dan Usaha Keadilan Gender
Kristi Poerwandari (Makalah Kuliah Umum, Februari 2011) mengatakan
dengan tegas terkait perbedaan laki-laki dan perempuan. Kebutuhan utama
manusia sesungguhnya adalah memenuhi harkat manusiawi dari setiap orang,
itu berarti mengakui, menghormati, dan justru mengunggulkan
perbedaan.Keadilan sosial khususnya keadilan seksual hanya dapat diwujudkan
jika ada perubahan kaidah bahasa dengan konsepsi dan nilai-nilai yang
benar.Karenanya, setiap individu, perempuan dan laki-laki, dapat dan harus
menciptakan kembali riwayatnya, secara individu maupun kelompok.Untuk itu
diperlukan penghormatan pada tubuh dan persepsi berbeda dari perempuan dan
laki-laki.
Berbeda dari perhatian dan kesetiaan pada pengalaman, kepercayaan
semena-mena merusak identitas dan tanggungjawab.Akhirnya kepercayaan
menjadi pengganti bagian sejarah yang hilang, dianggap sebagai kebenaran.
Menetralkan gender gramatikal sama dengan menghancurkan perbedaan
subjektivitas jenis kelamin, yang berarti juga menghancurkan peradaban.
Di Indonesia, lingkungan pemerintah maupun swasta, perempuan yang
telah berhasil menduduki jabatan tinggi masih sedikit dibandingkan dengan
kaum laki-laki padahal secara kuantitatif perempuan merupakan mayoritas.
Ironisnya, sebagian besar dari mahluk perempuan ini "tidak terlihat", lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
banyak yang buta huruf, lebih banyak yang menjadi buruh.Kesempatan yang
diberikan di bidang pendidikan dan peluang untuk menduduki jabatan
eksekutif pada umumnya baru dinikmati oleh segelintir perempuan saja
(Yulfira Raharjo, 1995).
Pembebasan berbasis gender tidak mungkin terjadi tanpa perubahan
kaidah bahasa. Kita perlu mengubah bahasa, tidak cukup hanya menunggu
secara pasif evolusi bahasa.Upaya dalam wacana dan bahasa menurutnya dapat
digunakan secara sengaja untuk meningkatkan kedewasaan budaya dan
keadilan sosial.Pembebasan subjek memerlukan bahasa yang tidak tunduk pada
kaidah yang mengendala atau menghapus perbedaan seksual.
Tujuan pendidikan nasional mengandung fungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab (UU Sisdiknas pasal 3). Ini berarti tidak ada pemisahan
gender atau laki-laki dan perempuan dalam dunia pendidikan karena semua
memiliki hak yang sama. Maka kesetaraan gender dalam pendidikan
membuktikan bahwa pendidikan terbuka untuk siapa saja baik perempuan
maupun laki-laki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
B. Minat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (hal.583), minat berarti
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat merupakan sifat yang
relatif menetap pada diri seseorang yang berpengaruh besar terhadap kegiatan
seseorang sebab ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya.
Pengertian minat secara istilah telah banyak dikemukakan oleh banyak
ahli. Di antaranya Hilgard yang dikutip oleh Slameto menyatakan, interest is
prestiting tendency to pay attention to end enjoy some activity and content
( Slameto, 57).
Menurut Tidjan (1976:71), minat merupakan gejala psikologis yang
menunjukan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek sebab ada perasaan
senang. Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa minat itu sebagai
pemusatan perhatian atau reaksi terhadap suatu obyek seperti benda tertentu atau
situasi tertentu yang didahului oleh perasaan senang terhadap obyek tersebut.
Sedangkan menurut Dyimyati Mahmud (1982), minat adalah sebagai sebab yaitu
kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh perhatian pada situasi
atau aktivitas tertentu dan bukan pada yang lain, atau minat sebagai akibat yaitu
pengalaman efektif yang distimulir oleh hadirnya seseorang atau sesuatu obyek,
atau karena berpartisipasi dalam suatu aktifitas.
Melalui beberapa definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
minat adalah kecenderungan seseorang terhadap suatu obyek atau suatu kegiatan
yang digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan
keaktifan untuk berbuat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Sehubungan dengan minat belajar, banyak ahli mengemukakan pendapat
atau teorinya tentang belajar itu sendiri. Menurut Winkel (1989:36), belajar
merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-
pemahaman, keterampilan dan sikap.
Nana Sudjana (1987:28) mengemukakan bahwa belajar adalah proses
yang aktif dan mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu.
Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui
berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami
sesuatu.
Melalui pengertian minat dan belajar seperti yang telah dikemukan di
atas dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah suatu keinginan atau kemauan
yang disertai perhatian dan keaktifan yang disengaja, yang akhirnya melahirkan
rasa senang dalam perubahan tingkah laku baik berupa pengetahuan, sikap, dan
pengetahuan.
Siswa yang berminat terhadap pelajaran tertentu akan tampak terdorong
terus untuk giat belajar, berbeda dengan siswa yang bersikapnya hanya menerima
pelajaran. Bentuk penerimaan ini membuat mereka hanya tergerak dan mau
belajar tetapi sulit untuk menekuni karena kurang ada faktor pendorongnya. Oleh
karena itu untuk memperoleh hasil belajar, yang baik dalam belajar, seorang siswa
harus memiliki minat terhadap pelajaran tersebut sehingga akan mendorongnya
untuk terus belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Minat belajar tiap siswa berbeda satu dengan lainnya. Ketidaksamaan itu
dipengaruhi oleh macam-macam faktor sehingga ia dapat belajar dengan baik atau
bahkan gagal sama sekali. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat
belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua (Nashar, 64), yaitu :
1. Faktor intern
a) Kondisi fisik/ jasmani siswa dalam mengikuti pelajaran.
Faktor kesehatan badan, seperti kondisi prima dan tidak dalam
keadaan sakit atau lelah, sangat membantu dalam pemusatan
perhatian terhadap proses pembelajaran yang sedang belangsung.
b) Pengalaman belajar pada jenjang pendidikan sebelumnya
Setiap siswa memiliki pengalaman yang berbeda-beda pada jenjang
pendidikan sebelumnya. Hal demikian menjadi modal awal bagi
siswa dalam melakoni proses belajar selanjutnya. Pengalaman
tersebut juga menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman
baru yang akan membantu dalam minat belajarnya.
2. Faktor ekstern
a) Metode dan gaya mengajar guru
Metode dan gaya mengajar dari guru memberi pengaruh
terhadap minat siswa dalam belajar. Maslow (1989:112),
mengungkapkan : Guru sebagai inspirator, yang memberikan
semangat kepada setiap siswa, tanpa memandang taraf kemampuan
intelektual atau tingkat motivasi belajarnya. Selanjutnya, sumber
yang sama (hal.119) mengatakan, selama proses pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
berlangsung, guru dan siswa berinteraksi sebagai pribadi; baik guru
maupun siswa, mengkomunikasikan sikap dan perasaan-perasaan.
Komunikasi semacam ini menjadikan interaksi antara guru dan
murid suatu kontak yang manusiawi.
Cara seorang guru dalam menyampaikan pelajaran terkait
dengan tipe atau karakter keperibadiannya. Menurut Kurt Lewin
(Maslow, 117), gaya-gaya kepemimpinan guru antara lain :
Gaya otoriter ; guru berlagak dominan, gurulah yang mengatur
segala-galanya, dan siswa tidak diberikan inisiatif
Gaya demokratis ; guru bertindak sebagai anggota kelompok dan
bersama dengan murid menentukan bagaimanakah sebaiknya
proses belajar diatur
Gaya laissez-faire ; guru membiarkan siswa mengatur belajarnya
sendiri, menurut seleranya sendiri, guru tidak memberi
pengarahan kecuali bila diminta.
Dengan demikian, guru dituntut untuk dapat menggunakan
berbagai metode pengajaran yang variatif sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
b) Tersedianya alat penunjang dan fasilitas pelajaran
Fasilitas dan alat dalam belajar memiliki peran yang penting
dalam memotivasi minat siswa dalam suatu pelajaran. Secara khusu
belajar fisika akan lebih efektif dan menarik apabila menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
alat dan fasilitas peraga dibanding tanpa menggunakan alat peraga
atau hanya dengan teori saja.
C. Sikap
Sikap merupakan kemampuan internal yang berperan dalam mengambil
tindakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak. Orang
yang memiliki sikap jelas, mampu untuk memilih secara tegas di antara beberapa
kemungkinan (Winkel. 77). Menurut Winkel (1989:78), Sikap mengandung tiga
komponen :
1) Komponen kognitif, merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang
dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini)
terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.
2) Komponen afektif, merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.
Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai
komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap
pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang
komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang
terhadap sesuatu.
3) Komponen konatif, merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu
sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Ini berisi tendensi atau
kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara
tertentu. Hal ini berkaitan dengan objek yang dihadapinya. Adalah logis untuk
mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
tendensi perilaku. Selain itu terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi sikap.
Beberapa faktor yang dikemukakan Azwar (2005:30-38) adalah :
a) Pengalaman Pribadi.
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi
yang melibatkan faktor emosional.
b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis
atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini
antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
c) Pengaruh Kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita
terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman
individu-individu masyarakat asuhannya.
d) Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar mauoun radio atau media komunikasi
lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyekstif
cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh
terhadap sikap konsumennya.
e) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama
sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau
pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
f) Faktor Emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
Sikap belajar adalah kecenderungan perilaku seseorang tatkala
mempelajari hal-hal yang bersifat akademik (Djaali, 2008). Sikap belajar adalah
perasaan senang atau tidak senang, perasaan setuju atau tidak setuju, perasaan
suka atau tidak suka terhadap guru, tujuan, materi dan tugas-tugas serta lainnya.
Sikap belajar dapat diartikan sebagai kecenderungan perilaku ketika ia
mempelajari hal-hal yang bersifat akademik.
Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang
ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah
penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata
pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, misalnya fisika, harus lebih
positif setelah peserta didik mengikuti pembelajaran fisika dibanding sebelum
mengikuti pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator
keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu
pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi
lebih positif.
D. Pemahaman Fisika
Fisika adalah sebuah ilmu yang lebih banyak memerlukan pemahaman
dari pada hafalan.Dalam belajar fisika yang terpenting adalah siswa yang aktif
belajar fisika sehingga usaha guru harus diarahkan untuk membantu dan
mendorong agar siswa mau mempelajari fisika sendiri (Suparno, 2007:2).Kunci
kesuksesan siswa dalam belajar fisika adalah pada kemampuan memahami tiga
hasil pokok fisika yaitu konsep (pengertian), hukum atau azas-azas, dan teori-
teori.Hal penting yang diperhatikan untuk meningkatkan pemahaman siswa
adalah komunikasi antara guru dan siswa di mana dengan komunikasi ini
diharapkan mereka saling membantu.Kenyataan yang terjadi adalah pengajaran
klasikal dengan jumlah murid yang terlampau besar dan padat menimbulkan guru
atau tenaga pengajar tidak dapat memberikan bantuan idividual, bahkan tidak
mengherankan jika seorang guru kurang mengenal siswanya seorang demi
seorang.Relasi yang jauh ini dapat menjadi kendala dalam pembelajaran
fisika.Siswa memiliki kebebasan berpikir namun terkadang malu bahkan kurang
berani dalam mengungkapkan kesulitan maupun ide atau gagasan dalam kelas.
Kemampuan aktual yang diukur secara langsung dari kegiatan belajar ini
disebut sebagai prestasi belajar. Senada dengan pandangan ini, Suryabrata
(1983:35) mendefinisikan prestasi belajar sebagai kemampuan seseorang untuk
mencapai pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman belajar. Slameto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
(2003:60 ) mengatakan, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dibagi 2
(dua), yakni, faktor yang ada di dalam individu siswa (internal) dan faktor yang
datang dari luar individu (eksternal). Sugiono (1984:3), mengatakan bahwa ada
tiga faktor utama yang menentukan prestasi belajar atau keberhasilan siswa
belajar di sekolah, yakni: tingkat kemampuan akademik, fasilitas sekolah dan
guru, latar belakang sosial ekonomi keluarga.
Disamping itu diakui juga bahwa faktor lingkungan mempunyai andil
yang cukup besar pula terhadap pencapaian prestasi akademik siswa di sekolah.
Demikian juga bila disimak hasil penelitian Colleman dan Jencks (dalam Fen,
1985:31) menyebutkan bahwa salah satu faktor penentu prestasi belajar yang
penting untuk siswa adalah lingkungan siswa.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan
hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar
harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri.Untuk itu para ahli
mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang
mereka anut.Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik
persamaan.
Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan
pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha
belajar sebagaimana dinyatakan dalam raport. Selanjutnya Winkel (1996:162)
mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kemampuan belajarnya sesuai
dengan bobot yang dicapainya.
Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu
dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh
siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Sedangkan menurut S.
Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: Kesempurnaan yang dicapai
seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna
apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya
dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi
target dalam ketiga kriteria tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi
belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima,
menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar
mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu
dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau
raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi
belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi.Hasil dari evaluasi dapat
memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar fisika juga tidak terlepas dari tuntutan di atas tetapi
dengan beberapa tekanan. Hasil belajar siswa dari proses belajar fisika secara
umum idealnya meliputi tiga aspek yakni pengetahuan ( kognitif), sikap (afektif),
dan ketrampilan (psikomotorik). Disadari bahwa sekolah selama ini hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
menekankan aspek kognitif semata dan mengesampingkan dua aspek yang
lainnya sehingga tidak membentuk pengetahuan yang holistik bagi siswa.
Seperti sudah disinggung di atas bahwa membekali siswa dengan
pengetahuan saja tidak cukup, mereka hendaknya dibekali dengan pelbagai
kemampuan dan keterampilan. UNESCO dalam konfrensinya tahun 1998
mencanangkan empat pilar pendidikan yaitu:
Pertama, learning to know yang bersangkut paut dengan kemampuan
akal budi peserta didik. Akal budi manusia hendaknya dikondisikan dan
dirangsang untuk semakin mampu berpikir, menganalisa, menginterpertasi secara
kritis dan inovatif.
Kedua, learning to do, dalam proses belajar peserta didik tidak hanya
mengenal dan memahami ilmu yang dipelajarinya seperti yang banyak terjadi
dewasa ini, namun harus diupayakan supaya lebih ditingkatkan ke domain yang
lebih tinggi yaitu kemampuan untuk menganalisis, mengkaitkannya dengan hal-
hal lain untuk mengambil kesimpulan dan akhirnya mengaplikasikannya dalam
hidupnya sehari-hari
Ketiga, learning to be, yang menekankan pada penggalian potensi peserta
didik. Maka pilar ini tidak hanya menekankan pada keterampilan hidup (life
skils), namun juga pengembangan potensi kepribadian anak untuk
mengembangkan eksistensinya. Untuk itu tidak hanya dibutuhkan daya nalar,
tetapi terlebih kehendak, cita rasa, emosi dan perasaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Keempat, learning to live together, menekankan bahwa manusia itu
adalah mahluk sosial. Dia hanya dapat berkembang dan interaksi dan komunikasi
dengan sesama. Pada kenyataannya anak-anak membutuhkan sapaan dari manusia
lainnya untuk dapat bertumbuh dan berkembang. Semua sikap dan tindakan itu
tentu saja menyangkut kemampuan dan kompentensi, bukan sekedar pengetahuan
saja. Siswa-siswi hendaknya mampu berpikir (kognitif), mampu menentukan
sikap (afeksi), dan mampu bertindak (psikomotorik). Dengan demikian ia menjadi
manusia yang bermartabat. Prestasi belajar fisika siswa hendak mencakup tiga hal
tersebut. Ketiga hal itu merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya karena kalau prestasi belajar fisika hanya
menekankan aspek kognitif saja maka prestasi belajar siswa itu belumlah cukup
jika kita mengacu pada empat pilar pendidikan yang dicanangkan oleh UNESCO
dalam konferensinya tahun 1998 .
E. Penelitian yang Relevan
Patrisia H.Miller, dkk (2006), melakukan penelitian tentang Perbedaan
Pandangan Gender tentang Sains di SMU menemukan beberapa fakta yakni pria
di SMU lebih menyukai mata pelajaran sains daripada wanita. Pria lebih sering
memilih mata pelajaran sains sebagai mata pelajaran favorit dan lebih sering
mengambil jurusan sains di Perguruan Tinggi, terutama tekhnik dan
komputer.Sedangkan para pelajar wanita SMU lebih berorientasi pada masyarakat
dalam hal ketertarikan.Mereka lebih memilih mata pelajaran sastra daripada fisika
atau matematika.Selanjutnya para wanita lebih tertarik pada biologi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
persentase yang cukup tinggi yakni 17,5% (7 dari 40) memilih biologi sebagai
mata pelajaran favorit mereka, dan 75% (n = 30) menaruh biologi di lima teratas
mata pelajaran yang mereka sukai. Menarik bahwa banyak wanita merencanakan
pendidikan sains mereka bukan karena mereka tertarik dengan sains, akan tetapi
karena merupakan syarat untuk memasuki jenjang karier yang mereka inginkan
seperti kedokteran, farmasi, dll. Ketertarikan mereka dengan ilmu kesehatan
sejalan dengan ketertarikan mereka dengan biologi dan dalam meningkatkan
kondisi kesehatan manusia.Kecenderungan pelajar wanita menganggap sains tidak
menarik dan kehidupan ilmuwan tidak menggiurkan.Mereka lebih menyukai
Sastra Inggris dan Spanyol daripada kimia dan matematika.
Scantlebury, K & Baker, D. (2007), mengemukakan bahwasebuah studi
paling awal tentang perbedaan gender telah dilakukan oleh Field dan Copley
tahun 1969 yang terfokus pada perbedaan gaya dan pencapaian kognitif antara
pria dan wanita di Australia dan United Kingdom. Mereka menyimpulkan bahwa,
basic and important psycological differences between the sexes in the processing
of information, and that the slower development of formal operations by these
girls, was responsibility for boys higher science achievement scores (terdapat
perbedaan penting dan mendasar tentang psikis antara kedua jenis kelamin dalam
pengolahan informasi, bahwa perkembangan berpikir perempuan lebih lambat,
sedangkan laki-laki memiliki tanggung jawab dan prestasi yang lebih tinggi dalam
sains.