PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FORMATIF FISIKA …... · materi Kinematika dengan Analisis Vektor,...
Embed Size (px)
Transcript of PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FORMATIF FISIKA …... · materi Kinematika dengan Analisis Vektor,...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FORMATIF FISIKA
KELAS XI SEMESTER GASAL PROGRAM AKSELERASI
Skripsi
Oleh:
Winda Fitrifitanofa
K2308060
PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
NOVEMBER 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FORMATIF FISIKA
KELAS XI SEMESTER GASAL PROGRAM AKSELERASI
Oleh:
Winda Fitrifitanofa
K2308060
Skripsi
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Fisika Jurusan P. MIPA
Universitas Sebelas Maret
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
NOVEMBER 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Pada hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I,
Drs. Sutadi Waskito, M.Pd
NIP. 19500522 197603 1 001
Pembimbing II,
Dra. Rini Budiharti, M.Pd
NIP. 19580728 198403 2 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Pada hari : Jumat
Tanggal : 2 November 2012
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua
Sekretaris
Anggota I
Anggota II
:
:
:
:
Dyah Fitriana Masithoh, M.Sc
Drs. Pujayanto, M.Si
Drs. Sutadi Waskito, M.Pd
Dra. Rini Budiharti, M.Pd
( )
( )
( )
( )
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Winda Fitrifitanofa. PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FORMATIF
FISIKA KELAS XI SEMESTER GASAL PROGRAM AKSELERASI.
Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta. November. 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menyusun tes formatif pilihan ganda
untuk kelas XI semester gasal Program Akselerasi yang sesuai dengan Standar
Kompetensi, dan Kompetensi Dasar yang ada (2 ) Menyusun kisi-kisi instrumen
tes formatif pilihan ganda untuk kelas XI semester gasal Program Akselerasi
materi Kinematika dengan Analisis Vektor, Gravitasi dan Gerak Harmonik pada
Benda Elastik. (3) Menyusun item tes formatif pilihan ganda untuk kelas XI
semester gasal Program Akselerasi untuk materi Kinematika dengan Analisis
Vektor, Gravitasi dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik. (4) Memvalidasi hasil
penyusunan instrumen tes formatif pilihan ganda kelas XI semester gasal Program
Akselerasi untuk materi Kinematika dengan Analisis Vektor, Gravitasi dan Gerak
Harmonik pada Benda Elastik secara kualitatif dan kuantitatif.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Developmental
Research), dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research
and Development). Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif
kualitatif dan kuantitatif. Deskriptif kualitatif pada penelitian merupakan hasil
telaah soal oleh ahli, yaitu oleh Drs. Sutadi Waskito selaku ahli materi, Dra. Rini
Budiharti, M.Pd sebagai ahli evaluasi, dan Brata,M.Pd serta Drs. Subandrio
selaku guru mata pelajaran Fisika Program Akselerasi. Data kuantitatif didapatkan
melalui uji coba tes kepada siswa sebanyak 2 kali, yaitu uji kelompok kecil dan uji
kelompok besar. Uji kelompok kecil dilakukan dengan subyek coba 24 orang
siswa Program Akselerasi SMA N 1 Karanganyar dan uji kelompok besar
dilakukan dengan subyek coba 56 orang siswa Program Akselerasi SMA N 3
Surakarta. Hasil tes kemudian diolah dengan menggunakan program Microsoft
Excel.
Tes formatif Fisika kelas XI semester gasal Program Akselerasi yang
dikembangkan ini mencakup 3 materi untuk tengah semester gasal yaitu
Kinematika dengan Analisis Vektor, Gravitasi, dan Gerak Harmonik pada Benda
Elastik. Penyusunanan instrumen diawali dengan pembuatan kisi-kisi sesuai
dengan silabus dari Depdiknas untuk kelas XI. Penyusunan kisi-kisi juga
diperlukan untuk memudahkan diberikannya rekam jejak kompetensi siswa
(Authentic Assesment). Tes formatif Fisika kelas XI semester gasal Program
Akselerasi yang disusun setelah dilakukan validasi didapatkan instrumen tes yang
sudah sesuai dengan karakteristik tes Fisika yang baik. Instrumen tes yang
dikembangkan memenuhi validitas isi yang baik, reliabilitas soal yang tergolong
tinggi, untuk soal materi Kinematika dengan Analisis Vektor (Paket 1) memiliki
reliabilitas 0,810701 yang tergolong sangat tinggi, untuk soal materi Gravitasi
(Paket 2) memiliki reliabilitas 0,6844 yang tergolong tinggi, dan untuk soal
materi Gerak Harmonik dengan Benda Elastik memiliki reliabilitas 0,824764 yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
tergolong sangat tinggi. Daya beda yang diukur menggunakan indeks diskriminasi
menunjukkan hasil semuanya diterima, yaitu berkisar D > 0,3. Taraf kesukaran
semua soal sedang yaitu 0,3 P 0,7, dan pengecoh yang masuk kriteria baik.
Dari hasil penelitian didapatkan instrumen tes formatif yang disusun
berdasarkan Kompetensi Dasar Menganalisis gerak lurus, gerak melingkar dan
gerak parabola dengan menggunakan vektor untuk materi Kinematika dengan
analisis vektor, Kompetensi Dasar Menganalisis keteraturan gerak planet dalam
tatasurya berdasarkan hukum-hukum Newton untuk materi Gravitasi, dan
Kompetensi Dasar Menganalisis pengaruh gaya pada sifat elastisitas bahan
untuk materi Gerak Harmonik pada Benda Elastik dan semua kompetensi dasar
tersebut merupakan penjabaran dari Standar Kompetensi Menganalisis gejala
alam dan keteraturannya dalam cakupan benda titik. Dari pengembangan tes
Fisika kelas XI semester gasal Program Akselerasi dihasilkan 3 perangkat soal
yang seluruhnya berjumlah 64 soal yang berkualitas baik, karena telah memenuhi
standar telaah kualitatif, dan telaah kuantitatif mengenai reliabilitas, tingkat
kesukaran, daya pembeda dan efektifitas distraktor. Selain itu instrumen tes
formatif yang disusun mendukung penilaian otentik yang digunakan pada
Program Akselerasi.
Kata Kunci: pengembangan, tes formatif, Fisika kelas XI, Program Akselerasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Winda Fitrifitanofa, THE DEVELOPMENT OF PHYSIC FORMATIVE
TEST INSTRUMENT FOR THE ODD SEMESTER XI GRADE OF
ACCELERATION PROGRAM. Thesis, Surakarta: Teacher Training and
Education Faculty. November. 2012.
This researchs aims to (1) develop a multiple choice formative test for
the Odd Semester XI Grade of Acceleration Program corresponding to the
existing Standard Competency and Basic Competency, (2) to develop the outline
of multiple choice formative test for the Odd Semester XI Grade in Kinematics
material with Vector Analysis, Gravitation And Harmonic Movement in Elastic
Object, (3) to develop the multiple choice item of for formative test of the Odd
Semester XI Grade of Acceleration Program in Kinematics material with Vector
Analysis, Gravitation And Harmonic Movement in Elastic Object, and (4)
validating the result of formative test instrument development for the Odd
Semester XI Grade of Acceleration Program in Kinematics material with Vector
Analysis, Gravitation And Harmonic Movement in Elastic Object either
qualitatively and quantitatively.
This study was a developmental research using Research and Development
method. Techniques of analyzing data used were a descriptive qualitative
technique by the expert and a quantitative technique using Microsoft Excel
program. The test development was done by studying the item by the expert, and
then revising its validation. The test instrument consisted of 64 items that had
been tried out for its validity. In the small group tryout, 40 items had good
quality, and 24 items should be revised. The revision of the items with poor
quality (24 items) was done continuously until the expert considered that these
had been good for being tried out along with the 40 valid items to the larger
group.
The physics formative test of odd semester XI grade of Acceleration
Program that had been developed consisted of 3 material for mid-semester
including Kinematics with Vector Analysis, Gravitation And Harmonic
Movement in Elastic Object. The instrument development was initiated by
making an outline corresponding to the syllabus of National Education Service for
the XI grade. The development of outline was also needed to facilitate the
administration of student competencys track record (authentic assessment). The
physics formative test of odd semester XI grader of Acceleration Program that had
been validated indicated the test instrument corresponding to the characteristics of
good physic test. The test instrument developed had good content validity, high
item reliability, for Kinematics with Vector Analysis material (Package 1) had
reliability of 0.810710 belonging to very high category, for Gravitation material
item (Package 2) had reliability of 0.6844 belonging to high category, and for
Harmonic Movement with Elastic Object material had reliability of 0.824764
belonging to very high category. The variance was measured using discrimination
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
index indicating that all results were supported, D > 0,3. The difficulty level of
item fell into moderate category 0,3 P 0,7, and confounding coefficient
functions well. From the development of physics test of the Odd Semester XI
Grade of Acceleration Program, 64 items were obtained with good quality.
Keywords: development, formative test, Physics for XI grade, Acceleration
Program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu
telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain. (Q.S.Al-Insyirah : 6-7)
Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.. (QS. Al Baqarah : 286)
Be The First, Be Different, Be The Best
Do Your Best to get The Best
Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan sholat sebagai
penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang yang sabar. (Q.S. Al
Baqarah 153)
Siapa yang bersungguh sungguh, dia akan berhasil.(Man Jadda Wa
Jadda)
Bukan karena mudah maka aku yakin bisa, tapi karena aku yakin bisa
semuanya menjadi mudah. Bukan karena dunia tersenyum maka aku bahagia,
tapi karena aku bahagia maka dunia tersenyum.
Orang sukses adalah orang yang meskipun GALAU, tapi tetap melangkah.
(Mario Teguh)
Wong temen iku bakale tinemu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada:
Allah SWT. yang selalu melimpahkan
rahmatnya.
Bapakku Drs.H.Mukhson,M.Pd dan Ibuku
Hj. Murdani, S.Pd.
Adik-adikku Faisal Muhammad Hasan,
Hafeid Rozaq Rais, dan Azzam Ibrahim
My advisors R. Wahyu Suryanto dan Arkan
Hoeda Dediana
Sahabat-sahabatku All B-One Crew, KPKC,
HRD 2010, PHT 2010
Teman-teman seperjuangan Fisika 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan Skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D. Selaku Ketua Jurusan P. MIPA FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs. Supurwoko, M.Si. Selaku Ketua Program Fisika Jurusan P. MIPA
FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Ibu Rini Budiharti, M.Pd. Selaku Koordinator Skripsi Program Fisika Jurusan
P. MIPA FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta..
5. Bapak Drs. Sutadi Waskito, M.Pd Selaku Pembimbing I atas bimbingannya
dalam menyelesaikan Skripsi ini.
6. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd. Selaku Pembimbing II atas bimbingannya
dalam menyelesaikan Skripsi ini.
7. Keluarga dan sahabat yang selalu menyemangati dan mendoakanku
8. Bapak Brata, M.Pd Selaku guru Fisika kelas XI Program Akselerasi SMA
Negeri 1 Karanganyar, dan Bapak Drs. Subandrio Selaku guru Fisika kelas XI
Program Akselerasi SMA Negeri 3 Surakarta atas bantuannya dalam
penelitian.
9. Adik-adik kelas XI Program Akselerasi SMA Negeri 1 Karanganyar dan SMA
Negeri 3 Surakarta atas bantuannya dalam penelitian.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih banyak
kekurangan. Namun demikian besar harapan penulis semoga Skripsi ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan. Amin.
Surakarta, November 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
hal.
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... I
HALAMAN PENGAJUAN............................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iv
ABSTRAK............. v
HALAMAN MOTTO............ ix
HALAMAN PERSEMBAHAN............ x
KATA PENGANTAR... xi
DAFTAR ISI.. xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 5 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................................. 5 5
D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5 5
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6 6
F. Spesifikasi Produk Yang dikembangkan ................................................... 6 6
G. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7 7
H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan.. 7
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................................... 9 9
A .Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 9 9
1. Sekolah Program Akselerasi........... 9
a. Sekolah Menengah Atas Program Akselerasi .............................. 9 9
b. Landasan Pelaksanaan Program Akselerasi ................................. 21 21
c. Prinsip Penyelenggaraan Sekolah Program Akselerasi ................ 32 32
2. Karekteristik Mata Pelajaran Fisika.....
3. Pengukuran, Assesmen, dan Evaluasi.....................................
35
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
a. Pengukuran.. 37
b. Assesmen..... 38
c. Evaluasi ........................................................................................ 38 41
4. Pengembangan Tes Hasil Belajar .............................................................. 40 44
B. Kajian Penelitian yang Relevan .............................................................. 50 54
C. Kerangka Berfikir .................................................................................... 53 57
D. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 55 59
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................. 56 60
A. Model Pengembangan ............................................................................ 56 60
B. Prosedur Pengembangan ........................................................................ 57 61
C. Uji Coba Produk .................................................................................... 65 66
1. Desain Uji Coba ............................................................................... 65 66
2. Subjek Coba, Waktu dan Tempat Penelitian..................................... 66 67
3. Jenis Data .......................................................................................... 67 71
4. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................... 67 71
5. Teknik Analisa Data ......................................................................... 68 71
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data. ................................................................................ 77
B. Hasil Penelitian........................................................................ 78
1. Studi Pendahuluan.................................................................... 78
2. Merencanakan Penelitian. ........................................................... 80
3. Pengembangan Desain.. 80
4. Melakukan Uji Kualitatif.. 82
5. Melakukan Revisi Soal Hasil Telaah Kualitatif 83
6. Melakukan Uji Coba Kelompok Kecil. 84
7. Melakukan Revisi Hasil uji Kelompok Kecil...
8. Melakukan Uji Coba Kelompok Besar.....
91
91
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 100
A. Kesimpulan ................................................................................. 100
B. Keterbatasan Penelitian 101
C. Saran Pemanfaatan dan pengembangan produk Lebih lanjut...... 101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR PUSTAKA 103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
hal.
Tabel 2.1 Layanan Pendidikan Bagi Peserta Didik Cerdas Istimewa 30
Tabel 2.2 Hasil Analisis Penelitian 56
Tabel 4.1 Nama Sekolah dan Jumlah Peserta Tes 78
Tabel 4.2 Hasil Keputusan Telaah Kualitatif Desain Soal 83
Tabel 4.3 Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen Tes Uji Kelompok Kecil 85
Tabel 4.4 Hasil Analisis tingkat Kesukaran Instrumen Tes Uji Kelompok
Kecil
86
Tabel 4.5 Hasil Analisis Daya Beda Instrumen Tes Uji Kelompok Kecil 88
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Analisis Efektifitas Distraktor Uji Kelompok
Kecil
89
Tabel 4.7 Rincian Hasil Analisis Kuantitatif Uji Kelompok Kecil 90
Tabel 4.8 Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen Tes Uji Kelompok Besar 92
Tabel 4.9 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Uji Kelompok
Besar
93
Tabel 4.10 Hasil Analisis Daya Beda Instrumen Tes Uji Kelompok Besar 94
Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Analisis Efektifitas Distraktor Uji Kelompok
Besar
96
Tabel 4.12 Keputusan Hasil Uji Kelompok Besar 97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
hal.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir 58
Gambar 3.1 Alur Pengembangan Tes 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
hal.
Lampiran 1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Fisika SMA 103
Lampiran 2 Silabus SMA kelas XI Semester Gasal 104
Lampiran 3 Dokumen Hasil Observasi SMA Program Akselerasi 113
Lampiran 4 Kisi-kisi Instrumen Tes 125
Lampiran 5 Desain awal Instrumen Tes 158
Lampiran 6 Deskripsi Telaah Kualitatif 188
Lampiran 7 Lembar Penelaahan Ahli 200
Lampiran 8 Instrumen Tes untuk Uji Kelompok Kecil 227
Lampiran 9 Analisis Kuantitatif Uji Kelompok Kecil 276
Lampiran 10 Revisi Soal Hasil Uji Kelompok Kecil 322
Lampiran 11 Lembar Penelaahan Ahli sebelum Uji Kelompok Besar 340
Lampiran 12 Instrumen Tes untuk Uji Kelompok Besar 345
Lampiran 13 Analisis Kuantitatif Uji Kelompok besar 409
Lampiran 14 Dokumentasi Pelaksanaan Tes 434
Lampiran 15 Surat-surat Penelitian 436
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fenomena pertumbuhan kehidupan masyarakat maju, semakin lama
semakin menunjukkan bahwa kunci perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi
ternyata bergantung pada sumber daya manusia yang berkualitas. Menghadapi
persaingan global akan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
merupakan kebutuhan mendesak bagi suatu negara agar dapat sejajar dengan
warga dunia lainnya. Indonesia harus menyiapkan sumber daya manusia yang
proaktif, kreatif, inovatif, mandiri dan memiliki keunggulan komparatif dan
kompetitif untuk menghadapi persaingan global.
Salah satu upaya untuk mengantisipasi kondisi persaingan tersebut adalah
melalui pengembangan pendidikan yang berdimensi keunggulan. Pendidikan yang
berdimensi keunggulan dalam hal ini adalah pendidikan bagi anak-anak Cerdas
Istimewa Bakat Istimewa (CIBI). Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah ada
perhatian untuk memberikan layanan pendidikan bagi CIBI hal ini terbukti mulai
tahun 2000 yakni pada saat Mendiknas dipimpin oleh Yahya Muhaimin Indonesia
meluncurkan Program Percepatan Belajar (PPB) atau lebih dikenal program
akselerasi pada SD, SMP, dan SMA (Rusman, 2008 : 929).
Program akselerasi dilatarbelakangi oleh realitas hasil-hasil penelitian
yang dilakukan oleh Balitbang Depdiknas(1986). Dari penelitian tersebut
diperoleh temuan bahwa pada 20 SMA unggulan di Indonesia terdapat 21,75 %
siswa dengan kecerdasan umum prestasinya di bawah rerata, sedangkan para
siswa yang tergolong berkemampuan dan berkecerdasan luar biasa sebesar 9,7 %.
Pada hasil temuan sebelumnya telah diungkapkan, bahwa masih terdapat siswa
yang dikategorikan berbakat istimewa mengalami underachiever masih tinggi,
yaitu menurut Depdikbud (1997) pada SD dan SMP sebesar 2-5 % dan SMA
sebesar 8 %. Kemudian riset riset independen juga menyebutkan demikian,
seperti menurut Yaumil Achir (1990) pada SMA di DKI Jakarta ditemukan 39 %
siswa mengalami underachiever, Yusuf dan Widyastono (1997) menemukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
masih terdapat 13,5 % sampai 20% siswa SMP mengalami underachievement
(Rusman, 2008 : 928-929).
Negara-negara maju dan berkembang seperti Amerika, Singapura, Cina,
dan Korea sudah mulai melihat potensi anak-anak CIBI. Negara tersebut mulai
menarik perhatian anak CIBI dengan memberikan beasiswa di perguruan tinggi
yang bagus dan bahkan menjamin pekerjaan hingga usia 55 tahun, negara-negara
tersebut yakin bahwa anak CIBI mempunyai tingkat kreativitas yang tinggi dan
mempunyai komitmen serta kerja keras yang tinggi, ini merupakan keunggulan
yang dibutuhkan oleh banyak negara di tengah semakin tingginya persaingan
perekonomian. Demikian pentingnya pendidikan yang berdimensi keunggulan
dalam menjawab tantangan masa depan, maka sangat beralasan apabila
pengembangan CIBI di Indonesia perlu mendapatkan perhatian dari berbagai
pihak, baik pemerintah, sekolah dan orang tua siswa, agar CIBI tidak mengalami
underachiever.. Seperti yang kita ketahui underachievement mengakibatkan tidak
maksimalnya kemampuan yang CIBI miliki. Harapannya dimasa yang akan
datang CIBI dapat mewakili bangsa Indonesia pada era globalisasi sekaligus dapat
memenangkan persaingan global yang semakin tinggi.
Seperti halnya pada program sekolah reguler, pada sekolah akselerasi pun
pembelajaran juga dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu persiapan
(preparation), implementasi (implementation), dan evaluasi (evaluation). Pada
tahap persiapan (preparation) adalah tahapan dimana seorang guru
mempersiapkan Bahan Ajar, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Silabus dan
Media Pembelajaran. Tahap Implementasi adalah tahapan penggunaan segala
sesuatu yang sudah dipersiapkan guru pada tahap persiapan. Sedangkan tahap
evaluasi adalah tahapan dimana seorang guru melakukan penilaian terhadap hasil
belajar peserta didik.
Menurut Nana Sudjana dalam suatu proses pembelajaran ada 3
komponen penting di dalamnya, yaitu tujuan instruksional, pengalaman belajar
(proses belajar mengajar), dan hasil belajar (2006 : 2). Ketiga komponen tersebut
bagaikan mata rantai yang tak terpisahkan satu sama lain. Suatu kegiatan belajar
mengajar dikatakan berhasil dapat dilihat dari kesesuaian antara tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
instruksional dan hasil belajar siswa, dan tentu saja harus melalui suatu
pengalaman belajar (proses belajar mengajar).
Hasil belajar siswa dapat diketahui melalui suatu kegiatan penilaian.
Kegiatan penilaian yakni suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana
tujuan tujuan instruksional telah dapat dicapai dan dikuasai oleh siswa dalam
bentuk hasil belajar yang diperilhatkannya setelah peserta didik menempuh
pengalaman belajar (proses belajar mengajar) (Suharsimi,2009:34). Untuk
melakukan suatu kegiatan penilaian dan melihat apakah hasilnya sudah sesuai
tujuan instruksional atau belum, maka diperlukan suatu instrumen tes. Instrumen
tes diperlukan agar didapatkan suatu hasil penilaian yang memiliki akurasi tinggi
dalam mengukur kemampuan siswa, oleh karena itu diperlukan suatu instrumen
tes yang baku.
Instrumen tes baku adalah suatu instrumen tes yang telah melalui beberapa
percobaan dan telah diuji akurasinya baik secara kualitatif maupun kuantitatif
(Suharsimi, 2009 : 35). Pada umumnya penilaian hasil belajar di sekolah
menggunakan tes buatan guru pada setiap bidang studinya. Sekolah jarang
menggunakan tes baku karena meskipun tes baku lebih baik daripada tes buatan
guru, namun jumlahnya di dunia pendidikan masih sangat jarang. Hal ini
menyebabkan kurang akuratnya penilaian guru terhadap kemampuan siswa dalam
memahami suatu materi. Serupa dengan hal tersebut pada program akselerasi,
rata-rata guru juga memberikan soal evaluasi dengan menggunakan suatu
instrumen tes yang belum teruji atau belum memenuhi standar baku suatu tes
karena belum melalui serangkaian uji tes.
Selama ini kebanyakan guru baru mengira-ira tentang tingkat kesulitan
soal yang diberikan,kebanyakan belum memprtimbangkan patokan tingkat
kesulitan kognitif tes (C1-C6 Taksonomi Bloom). Pada program akselerasi yang
pada pembelajarannya menuntut high level thinking menuntut pula guru
memberikan soal dengan tingkat kesulitan C4(analisis), C5(sintesis) dan C6
(evalusi) agar sesuai dengan tingkat kemampuan siswa tersebut (tidak mengalami
underarchiever) sekaligus juga dapat mengukur kemampuan siswa terhadap suatu
materi dengan akurat (Depdiknas, 2009:55). Bisa jadi suatu tes yang dinilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
gurunya akan sulit dikerjakan siswa, ternyata dianggap mudah oleh siswa yang
diberikan tes tersebut. Tes yang mudah dan ditujukan kepada sekelompok subjek
yang kemampuannya tinggi, tidak akan menghasilkan akurasi karena tidak sesuai
dengan levelnya. Begitu juga sebaliknya, tes yang sulit tidak akan cocok untuk
sekelompok subjek yang kemampuannya rendah. Jadi, tes yang baik adalah tes
yang mampu mengukur tingkat kemampuan subjek sasaran
Pada program akselerasi penilaian yang digunakan dalam pendidikan
khusus bagi CIBI adalah penilaian otentik (Autentic Assement), yaitu proses
pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa
(Depdiknas, 2009:56). Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui
oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran
dengan benar. Salah satu cara untuk melakukan penilaian otentik ini adalah
dengan melakukan tes formatif. Apabila tes sudah dipersiapkan dan dilaksanakan
dengan secermat mungkin, maka informasi yang dihasilkan dapat menunjukkan
sejauh mana tujuan-tujuan instruktusional yang telah ditetapkan itu tercapai.
Informasi yang dihasilkan dari suatu hasil tes dapat dijadikan balikan
untuk meningkatkan dan menyempurnakan proses pembelajaran. Oleh karena itu,
perlu adanya suatu pengembangan instrumen tes formatif untuk program
akselerasi agar didapatkan suatu tes baku yang cocok untuk mengukur
kemampuan siswa program akselerasi dengan karakter khas siswa CIBI dan siap
pakai sehingga guru bisa menggunakan instrumen tes tersebut untuk
mengevaluasi kemampuan siswa apabila guru belum membuat/memiliki
instrumen tes yang baku, atau tes baku tersebut bisa juga dijadikan patokan
(acuan) guru dalam membuat instrumen tes.
Berdasarkan dari pemikiran di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FORMATIF
FISIKA KELAS XI SEMESTER GASAL PROGRAM AKSELERASI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, ada beberapa permasalahan yang
muncul. Permasalahan tersebut antara lain:
1. Dibutuhkannya profesionalisme seorang guru dalam penyelenggaraan
pendidikan dan evaluasi hasil belajar siswa. Evaluasi sangatlah penting karena
merupakan bagian integral dari proses pembelajaran
2. Perlunya instrument tes yang baku dan siap pakai, untuk mengevaluasi hasil
belajar siswa di sekolah Program Akselerasi.
3. Instrumen tes yang sesuai dengan autentic assessment dibutuhkan guna
mendukung evaluasi pembelajaran di Program Akselerasi.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan identifikasi masalah yang
muncul, maka dalam penelitian ini dibatasi permasalahnya agar tujuan dalam
penelitian ini dapat tercapai secara optimal. Adapun pembatasan masalah tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Penyusunan tes formatif Program Akselerasi sesuai dengan Standar
Kompetensi, dan Kompetensi Dasar yang ada.
2. Penyusunan instrumen tes kelas XI tengah semester gasal pada materi
Kinematika dengan Analisis Vektor, Gravitasi, dan Gerak Harmonik pada
Benda Elastik.
3. Bentuk penulisan item tes adalah pilihan ganda.
4. Analisis hasil penulisan item tes secara kualitatif dan kuantitatif.
D. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana merancang tes formatif bentuk pilihan ganda untuk kelas XI tengah
semester gasal sekolah program akselerasi untuk mendukung autentic
assesment?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Apakah instrumen tes formatif yang dirancang sesuai dengan kriteria kualitatif
suatu instrumen tes yang baku?
3. Apakah instrumen tes formatif yang dirancang sesuai dengan kriteria
kuantitatif suatu instrumen tes yang baku ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menyusun tes formatif pilihan ganda untuk kelas XI semester gasal Program
Akselerasi yang sesuai dengan Standar Kompetensi, dan Kompetensi Dasar
yang ada
2. Menyusun kisi-kisi instrumen tes formatif pilihan ganda untuk kelas XI
semester gasal materi Kinematika dengan Analisis Vektor, Gravitasi dan Gerak
Harmonik pada Benda Elastik
3. Menyusun item soal pilihan ganda untuk tes formatif kelas XI semester gasal
Program Akselerasi untuk materi Kinematika dengan Analisis Vektor,
Gravitasi dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik
4. Memvalidasi hasil penyusunan instrumen tes formatif kelas XI semester gasal
Program Akselerasi untuk materi Kinematika dengan Analisis Vektor,
Gravitasi dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik secara kualitatif dan
kuantitatif.
F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Dalam penelitian ini akan dikembangkan seperangkat instumen tes untuk
SMA Kelas XI semester gasal Program Akselerasi, dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. pengembangan instrumen tes tengah semester gasal berdasarkan pada Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar. (sesuai Lampiran 1)
2. pengembangan tes berdasarkan indikator yang mengacu pada Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
3. tes formatif yang dapat mengukur kemampuan kognitif siswa
4. bentuk tes berupa tes pilihan ganda yang terdiri dari stem, key, dan distarktor
5. tiap soal terdapat 5 options jawaban
6. Kompetensi Dasar yang ada dijabarkan dalam materi Kinematika dengan
Analisis Vektor, Gravitasi dan Gerak Harmonik pada Benda Elastik
G. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi Peneliti :
Untuk memecahkan masalah yang diteliti.
2. Bagi Guru:
a. Menyajikan sebuah pilihan untuk mengatasi kesulitan dalam penyusunan
instrumen tes terutama tes pilihan ganda kelas XI tengah semester gasal
Program Akselerasi.
b. Memberikan masukan tentang alternatif model pengembangan tes
pembelajaran yang layak dan mampu mengukur ketercapaian indikator
dari suatu pembelajaran Program Akselerasi.
c. Membangkitkan kinerja guru dalam meningkatkan kualitas kegiatan
evaluasi pembelajaran Program Akselerasi.
3. Bagi Siswa
a. Mempersempit lingkup belajar siswa karena tes yang diujikan mengacu
pada indikator sesuai tahapan proses pembelajaran.
b. Mengetahui hasil prestasi belajarnya secara bertahap.
4. Bagi sekolah
Memberi masukan yang dapat digunakan untuk alternatif perbaikan kualitas
pelaksanaan evaluasi pembelajaran pada masa yang akan datang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
H. Asumsi Dan Keterbatasan Pengembangan
Adapun asumsi dan keterbatasan dalam pengembangan perangkat
pembelajaran ini adalah :
1. Pengembangan instrumen terbatas pada bidang studi fisika untuk SMA kelas
XI tengah semester gasal Program Akselerasi.
2. Pengembangan instrumen tes terbatas pada tes pilhan ganda.
3. Pengembangan tes dilakukan pada sekolah yang memiliki kelas Program
Akselerasi.
4. Proses validasi dilakukan melalui tahapan yaitu :
a. Uji Ahli
b. Uji coba terbatas dengan jumlah subjek 24 siswa.
c. Uji coba skala besar dengan jumlah subjek 56 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Sekolah Program Akselerasi
a. Sekolah Menengah Atas Program Akselerasi
1). Pengertian
Sekolah Menengah Atas (SMA) Program Akselerasi adalah
sekolah yang memberikan layanan pendidikan untuk peserta didik cerdas
istimewa. SMA Program Akselerasi memberikan pelayanan pendidikan
kepada peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/ atau bakat
istimewa untuk dapat menyelesaikan program reguler dalam jangka
waktu yang lebih singkat dibanding siswa lain yang tidak mengambil
program tersebut. Peserta didik kelompok ini dapat menyelesaikan
pendidikan dalam hal ini SMA dalam jangka waktu 2 tahun.
Menurut Semiawan, C.(1997) menyatakan:
Dalam program ini, peserta didik tidak semata mata memperoleh
percepatan waktu penyelesaian studi di sekolah, tetapi sekaligus
memperoleh eskalasi atau pengayaan materi dengan penyediaan
kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat perluasan/
pendalaman. Pemberian layanan akselerasi tanpa memberikan
eskalasi atau pengayaan materi pada dasarnya sangat merugikan
peserta didik. (Depdiknas ,2009:34)
Menurut Feldusen, Proctor, dan Black(1998) secara umum berikut
ini adalah pedoman sekolah yang melaksanakan program akselerasi,
yaitu sebagai berikut :
a) Perlu dilakukan evaluasi secara komprehensif yang meliputi aspek
aspek: kecerdasan, akademis, penyesuaian sosial dan emosional.
Evaluasi hendaknya melibatkan psikolog, guru, orang tua dan peserta
didik yang bersangkutan untuk menilai potensi yang dimiliki peserta
didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
b) Peserta didik yang direkrut harus memiliki prestasi akademis di atas
rata rata anak anak pada tingkatan kelas seusianya.
c) Perlu dilakukan tes untuk memastikan penguasaan seluruh
kemampuan dasar yang diperlukan untuk mempelajari materi pada
tingkatan kelas yang diambil.
d) Peserta didik tidak mengalami masalah sosial dan emosional yang
serius serta memiliki ketekunan dan motivasi belajar yang tinggi
e) Peserta didik tidak merasakan ada tekanan atau takut gagal dalam
mengikuti program percepatan belajar. Peserta didik bersangkutan
harus memiliki keinginan yang kuat untuk mengikuti program
tersebut.
f) Peserta didik memiliki kesehatan yang baik.
g) Guru pada kelas akselerasi harus memiliki sikap positif dan
membantu proses penyesuaian peserta didik dalam menghadapi
program pembelajaran yang dipercepat.
h) Perlu dilakukan proses identifikasi yang cermat dan objektif serta
pengambilan keputusan yang objektif untuk menentukan peserta
program percepatan belajar. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi
kesalahan dalam menempatkan peserta didik sehingga apabila terjadi
kesalahan tidak berakibat tekanan psikis jika peserta didik tersebut
seharusnya bukan peserta didik berbakat intelektual.
i) Percepatan belajar sebaiknya dilakukan pada awal tahun pelajaran,
namun tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan pada tengah
ataupun menjelang akhir tahun pelajaran.
j) Setiap kasus percepatan belajar harus diberi kesempatan untuk
melakukan tahap percobaan minimal 6 minggu. Peserta didik
hendaknya menyadari bahwa jika tahap percobaan tidak berhasil
dilewati dapat membuatnya kembali ke kelas reguler. Penting untuk
diciptakan situasi yang membuat anak tidak merasa gagal. (Depdiknas
,2009:34-36)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Depdiknas (2009:37) menjelaskan bahwa Sekolah Program
Akselerasi apapun jenjangnya diselenggarakan dalam upaya
mengoptimalkan pengembangan potensi kecerdasan istimewa peserta
didik sehingga menghasilkan keluaran (output) yang unggul (high
achievement). Untuk mencapai keunggulan tersebut, maka masukan
(input/intake) seperti : peserta didik, guru, layanan pendidikan, sarana
penunjang, manajemen serta proses pendidikan diarahkan untuk
mencapai tujuan tersebut.
Beberapa ciri ciri yang harus terbentuk dalam penyelenggaraan
sekolah dengan peserta didik cerdas istimewa dan atau bakat istimewa
yang dirangkum sebagai berikut :
a) Masukan (input/intake) berupa peserta didik, diseleksi dengan
kriteria tertentu. Peralatan seleksi yang digunakan, antara lain : tes
intelligensi menggunakan Wechesler Adult Intelligence Scale
dengan skor 130, tes kreativitas, dan skala Task Commitment. Untuk
program akselerasi pada tahap ini diberikan juga tes proyektif
sebagai tes penunjang untuk mengetahui aspek emosi dan sosial
calon peserta didik anak berbakat.
b) Sarana dan prasarana yang menunjang untuk memenuhi kebutuhan
belajar peserta didik seperti ketersediaan laboratorium MIPA yang
memadai, komputer yang tersambung dalam jaringan secara internal
maupun eksternal (internet), serta perangkat pendukung dalam upaya
pengembangan kecerdasan/ bakat non akademik melalui kegiatan
ekstra kurikuler.
c) Lingkungan belajar (secara fisik maupun sosial psikologis) yang
kondusif untuk berkembangnya potensi kecerdasan dan/ atau bakat
istimewa menjadi keistimewaan yang nyata.
d) Pendidikan untuk anak cerdas istimewa membutuhkan diferensiasi
kurikulum yaitu memberikan tugas dan kegiatan belajar yang
berbeda dari rata rata anak sesuai dengan kebutuhan belajarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Diferensiasi kurikulum hendaknya dilakukan pada segenap elemen
yang terdiri dari materi, proses, produk, dan lingkungan belajar.
e) Dalam pembelajaran yang diperuntukkan bagi peserta didik cerdas
istimewa tidak cukup hanya dengan menu sumber isi maupun
standar kompetensi yang saat ini ada. Kegiatan pembelajaran dapat
difungsikan sebagai sarana penguatan menuju level berfikir tinggi
melalui rekayasa model pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang
menantang dan menghasilkan level berpikir tinggi untuk kelas
akselerasi dikembangkan oleh Dave (2000).
f) Rentang waktu belajar di sekolah lebih lama dengan program
sekolah reguler. Hal ini disebabkan peserta didik mendapatkan
materi pengayaan maupun kegiatankegiatan lain seperti praktek di
laboratorium. Dengan demikian sekolah dapat diselenggarakan
dengan sistem fullday atau boarding. Untuk itu, sekolah dapat
dilengkapi dengan asrama dalam mengoptimalkan pembinaan serta
menampung peserta didik yang berasal dari berbagai lokasi
geografis.
g) Pendidikan khusus bagi Peserta Didik Cerdas Istimewa Bakat
Istimewa (PDCI / BI) merupakan bagian (inklusif) dari sistem
pendidikan nasional dan tidak bersifat eksklusif. Konsekuensinya
program ini tunduk kepada peraturan perundang -undangan yang
ada, meskipun memiliki keleluasaan sesuai dengan misi dan
tujuannya serta status pengelolaannya.
h) Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan khusus bagi PDCI / BI
diproyeksikan sebagai pusat keunggulan bagi sekolahsekolah
disekitarnya. Artinya sekolah ini tidak hanya memberi manfaat
kepada peserta didik yang mengikuti pendidikan khusus bagi
PDCI/BI, tetapi juga mereka yang tidak termasuk program serta
sekolah lainnya. Dengan demikian sekolah yang menyelenggarakan
pendidikan khusus bagi PDCI / BI memiliki resonansi sosial kepada
lingkungan sekitarnya. Depdiknas (2009:37)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2). Kurikulum
Menurut Depdiknas (2009 : 44) Kurikulum Program Akselerasi
dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah serta melibatkan
tenaga ahli dan lingkungan perguruan tinggi, berpedoman pada standar
kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan
kurikulum yang dibuat BSNP. Kurikulum dikembangkan berdasarkan
prinsipprinsip berikut :
a) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya.
b) Beragam dan Terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman
karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis
pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat
istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender.
Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum,
muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun
dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat
antarsubstansi.
c) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan , teknologi,
dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan
oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta
didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
d) Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan
dengan kebutuhan kehidupan, termasuk didalamnya kehidupan
kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.
e) Menyeluruh dan berkesinambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi,
bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan
disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang
pendidikan.
f) Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan
dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang
hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur unsur
pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan
memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
g) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan
nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional
dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan
hal ini sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam Kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Depdiknas, 2009 : 44)
Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan
menggunakan prinsip prinsip yang dirangkum sebagai berikut :
a) Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan
dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang
berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus
mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta
memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara
bebas, dinamis dan menyenangkan.
b) Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar,
yaitu :
(1) Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa
(2) Belajar untuk memahami dan menghayati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
(3) Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif
(4) Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain
(5) Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui
proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.
c). Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat
pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan /atau percepatan
sesuai potensinya, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik
dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi
peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan,
kesosialan, dan kemoralan.
d). Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan
pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan
hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madya mangun
karsa, ing ngarsa sung tulada ( dibelakang memberikan daya dan
kekuatan, ditengah membangun semangat dan prakarsa , di depan
memberikann contoh dan teladan )
e). Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang
memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber
belajar, dengan prinsip semua yang terjadi, tergelar dan
berkembang di masyarakat dan lingkungan alam semesta dijadikan
sumber belajar, contoh dan teladan.
f). Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam,
sosial, dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan
pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
g). Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata
pelajaran , muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan
dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok
dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.
(Depdiknas, 2009 :38)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Depdiknas (2009:42) menyatakan bahwa kurikulum
pendidikan khusus bagi PDCI/BI adalah kurikulum tingkat satuan
pendidikan, yang berdeferensiasi dan termodifikasi serta
dikembangkan melalui sistem pembelajaran yang dapat memacu dan
mewadahi integrasi antara pengembangan spiritual, logika, nilai-nilai,
etika, dan estetika, serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir
holistik, kreatif, sistemik dan sistematis, linear, dan konvergen, untuk
memenuhi tuntutan masa kini dan masa mendatang.
Kurikulum pendidikan PDCI / BI termasuk di dalamnya
untuk Program Akselerasi dikembangkan secara berdiferensiasi,
mencakup 4 (empat) dimensi yang berintegrasi dan dirangkum sebagai
berikut :
a) Dimensi umum
Merupakan bagian inti kurikulum yang memberikan
pengetahuan, keterampilan dasar, pemahaman nilai, dan sikap yang
memungkinkan peserta didik berfungsi sesuai dengan tuntutan
masyarakat atau tuntutan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Kurikulum inti merupakan kurikulum dasar yang diberikan pula
kepada peserta didik lain dalam jenjang pendidikan tersebut.
b) Dimensi Diferensiasi
Merupakan bagian kurikulum yang erat dengan ciri khas
perkembangan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan
istimewa, yang merupakan program khusus dan pilihan terhadap
bidang studi tertentu serta diberi kesempatan untuk
mengembangkan bakat tertentu lainnya. Diferensiasi kurikulum
bagi peserta didik cerdas istimewa dapat dilakukan melalui tiga
jalur : (a) Enrichment (pengayaan).(b) Extension (pendalaman). (c).
Accelleration (percepatan).
Peserta didik memilih bidang studi / bidang pengembangan bakat
yang diminati untuk dikuasai secara luas dan mendalam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c) Dimensi Media Pembelajaran
Implementasi kurikulum berdiferensiasi bagi peserta didik
yang memiliki potensi kecerdasan istimewa menuntut adanya
penggunaan media pembelajaran seperti belajar melalui radio,
televisi, internet, CD-ROM, Pusat Belajar dan Riset Guru (Teacher
Research and Resource Centre), wawancara pakar, dan sebagainya.
d) Dimensi suasana belajar
Pengalaman belajar yang dijabarkan dari lingkungan
keluarga dan sekolah harus mampu menciptakan iklim akademis
yang menyenangkan dan menantang, sistem pemberian apresiasi
hubungan antar peserta didik, antrara guru dan peserta didik, antara
guru dan orang tua peserta didik, dan antara orang tua dan peserta
didik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka serta
hangat dengan prinsip tut wuri handayani.
e) Dimensi co-kurikuler
Sekolah memberi kesempatan kepada siswa untuk
menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman di luar sekolah,
misalnya kujungan ke museum sejarah dan budaya, panti asuhan,
pusat kajian ilmu pengetahuan, cagar alam dan lain lain.
(Depdiknas,2009:43)
Menurut Depdiknas (2009 : 49-50) diferensiasi kurikulum
hendaknya dikembangkan dengan berfokus pada :
a) Kecepatan belajar yang dipercepat dengan pengulangan (repetisi) minimal
b) Penguasaan kurikulum nasional dalam waktu lebih singkat c) Materi lebih abstrak, lebih kompleks, lebih mendalam d) Penggunaan keterampilan belajar dan menerapkan strategi
pemecahan masalah
e) Berorientasi pada peserta didik f) Belajar berkelanjutan serta menerapkan strategi pemecahan masalah
g) Berorientasi pada peserta didik h) Belajar berkelanjutan serta menerapkan keterampilan penelitian i) Bekerjasama secara mandiri j) Adanya interaksi dengan pakar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Diferensiasi kurikulum hendaknya dilakukan pada segenap
elemen yang terdiri dari materi, proses, produk, dan lingkungan belajar.
Menurut Depdiknas (2009 : 51) uraiannya adalah sebagai berikut :
a) Diferensiasi materi dilakukan dengan melakukan penyesuaian kebutuhan belajar peserta didik dengan mempertimbangkan, yaitu :
(1) Tingkat abstraksi materi. (2) Tingkat kompleksitas materi. (3)
Tingkat variasi materi. (4) Melibatkan pengorganisasian nilai belajar.
(5) Memasukkan unsur studi tentang manusia, yakni tidak sekedar
mempelajari teori, tapi juga tokoh yang menemukan atau
mengembangkan suatu teori. (6) Studi tentang metode misalnya
metode belajar dan metode penelitian
b) Diferensiasi proses dilakukan dengan melakukan penyesuaian kebutuhan belajar peserta didik dengan mempertimbangkan beberapa
hal, yaitu : (1) Penggunaan ranah kognitif tingkat tinggi. (2) Tugas
yang bersifat divergen. (3) Memungkinkan penemuan-penemuan. (4)
Menuntut bukti penalaran. (5) Memberikan kebebasan untuk
memilih pada peserta didik. (6) Melibatkan interaksi kelompok. (7)
Menerapkan berbagai variasi kecepatan belajar sesuai kebutuhan
peserta didik.
c) Diferensiasi produk dilakukan dengan melakukan penyesuaian kebutuhan belajar peserta didik dengan mempertimbangkan beberapa
hal, yaitu : (1) Produk yang terkait dengan pemecahan masalah nyata
dalam kehidupan. (2) Produk disajikan untuk narasumber yang
nyata, misalnya topik tentang hutan dapat mengundang narasumber
dari dinas kehutanan. (3) Transformasi produk dari satu bentuk ke
bentuk lain, misalnya produk verbal berupa tulisan diubah menjadi
berupa drama atau gambar. (4) Perlu dipertimbangkan produk
dengan berbagai variasi, format produk dapat ditentukan sendiri oleh
peserta didik. (5) Dilakukan evaluasi produk yang tepat.
d) Diferensiasi lingkungan perlu dilakukan, karena lingkungan memberikan pengaruh terhadap optimalisasi pengembangan potensi
peserta didik cerdas istimewa. Diferensiasi lingkungan belajar
mencakup beberapa hal, yaitu : (1) Belajar dalam lingkungan yang
aktual yakni belajar di lapangan sesuai topik yang dipelajari. (2)
Adanya batasan waktu yang fleksibel. (3) Lingkungan belajar
hendaknya memungkinkan penelitian yang mendalam. (4) Jika
dimungkinkan peserta didik dapat bekerja bersama dengan mentor.
3). Pembelajaran Program Akselerasi
Pendidikan khusus bagi PDCI/BI untuk satuan SMA / MA
menggunakan sistem kredit semester. Sistem kredit semester adalah
sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti
setiap semester pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata
pelajaran pada sistem kredit semester dinyatakan dalam satuan kredit
semester (sks). Beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran
tatap muka, satu jam penugasan, dan satu jam kegiatan mandiri tidak
terstruktur. ( Depdiknas, 2009 :53-54)
Kegiatan pembelajaran menurut Dave (2009) dapat
difungsikan sebagai sarana penguatan menuju level berpikir tinggi
melalui rekayasa model pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang
menantang dan menghasilkan level berpikir tinggi selalu melibatkan
pemikiran dan pemecahan masalah. Model pembelajaran yang
dikembangkan oleh Dave khusus untuk akselerasi ini dinamakan SAVI
(somatic, auditory,visual and, Intelektual) approach to learning.
Depdiknas(2009:54)
Model SAVI approach to learning menurut Dave(2009)
memiliki ciri khas yang yang dimunculkan pada model SAVI adalah
pembelajaran yang selalu mengandung kegiatan yang selalu bergerak
dinamis (mobile) dan selalu memberi peluang bagi peserta didik untuk
mencoba mengerjakannya, demikian pula peserta didik diberi
pengalaman pembelajaran melalui kombinasi pemberian pembelajaran
yang dikomunikasikan secara verbal dan pembelajaran yang
diperdengarkan, observasi serta pemecahan masalah.
Depdiknas(2009:53)
Penetapan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik cerdas
istemewa membawa konsekuensi kepada guru untuk memodifikasi
kegiatan pembelajaran bagi peserta didik reguler ke corak kegiatan
pembelajaran yang menuntut corak berpikir tingkat tinggi. Pola
pembelajaran yang banyak digunakan adalah pola pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning) dan mengutamakan
produk/ proyek yang lebih banyak digunakan. Menurut Depdiknas
(2009 :55) sebagai konsekuensi dari pemilihan tipe problem solving
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
yang demikian selanjutnya mengharuskan guru untuk menetapkan
bobot materi juga harus bertipe setidaknya C4 (analisis) dan jika
dimungkinkan sampai C6 (evaluasi) yang mendorong peserta didik
berfikir tingkat tinggi dan kritis.
4). Penilaian Program Akselerasi
Menurut Depdiknas (2009:56) penilaian yang digunakan
dalam pendidikan khusus bagi PDCI/BI adalah penilaian otentik
(Authentic Assesment), yaitu proses pengumpulan data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa, hal ini diperlukan
agar guru bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses
pembelajaran dengan benar. Penilaian otentik menekankan pada proses
pembelajaran, data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan
nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses
pembelajaran, bukan pada saat siswa mengerjakan suatu tes. Alat
penilaian yang digunakan :
1. Hasil karya (product), berupa karya seni,, laporan, gambar,
bagan, tulisan, dan benda.
2. Penugasan (Project), yaitu bagaimana siswa bekerja dalam
kelompok atau individual untuk menyelesaikan sebuah proyek.
3. Unjuk kerja (performance), yaitu penampilan diri dalam kelompok
maupun individual, dalam bentuk kedisiplinan, kerjasama,
kepemimpinan, inisiatif, dan penampilan di depan umum.
4. Tes tertulis (paper and pencil test), yaitu penilaian yang didasarkan
pada hasil ulangan harian, smester, atau akhir program.
5. Kumpulan hasil kerja siswa (portofolio), yaitu kumpulan karya
siswa berupa laporan, gambar, peta, benda benda, karya tulis,
isian, tabel tabel, dan sebagainya.
5). Peserta Didik Program Akselerasi
Menurut Depdiknas (2009:76) jumlah peserta didik program
akselerasi untuk setiap kelas sebanyak banyaknya 20 orang. Peserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
didik SD /MI dapat berusia di luar batas yang berlaku bagi peserta didik
biasa dan / atau dapat dilakukan atas dasar rekomendasi tertulis dari
psikolog profesional. Peserta didik pada SMP / MTS adalah lulusan
SD/MI atau bentuk lainnya yang sederajat. Peserta didik pada SMA /
MA adalah lulusan SMP / MTS atau bentuk lain yang sederajat. Untuk
bisa mengikuti program akselerasi peserta didik harus mengikuti seleksi
secara ketat, dengan menerapkan tahapan sebagai berikut :
1. Seleksi Administrasi, meliputi :
a. Hasil Ujian Nasional dari sekolah sebelumnya dengan nilai rata-
rata 8,0.
b.Tes kemampuan akademik, dengan nilai rata rata minimal 8,0.
2. Psikologis
Setelah peserta didik diiidentifikasi sebagai nominasi melalui proses
seleksi administratif, selanjutnya dilakukan tes penilaian dari guru,
orang tua, atau konselor yang lebih memahami dengan pasti tingkat
keberbakatannya. Pada tahap ini, calon yang lolos pada tahap
penjaringan diberikan tes yang dilakukan secara kelompok maupun
secara individual, yaitu tes intelegensi, tes kreativitas, dan skala Task
Commitment. Selain itu diberikan juga tes proyektif sebagai tes
penunjang untuk mengetahui aspek emosi dan sosial calon siswa
aksel. Dengan demikian ada tiga jenis tes yang dilakukan dalam
aspek psikologis calon peserta didik yaitu :
a. Kemampuan Intelektual (IQ)
b. Kreativitas
c. Keterikatan dengan tugas (task commitment)
b. Landasan Pelaksanaan Program Akselerasi
1) Landasan Hukum Program Akselerasi
Penyelenggaraan pendidikan khusus bagi peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa (selanjutnya
disingkat menjadi pendidikan khusus bagi peserta didik CI/BI ) di
Indonesia menggunakan landasab hukum sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
a) Undang undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional :
(1) Pasal 3, Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
(2) Pasal 5 ayat 4 warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.
(3) Pasal 32 ayat 1, pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi
peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan
atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
(4) UU No. 23/ 2002tentang Perlindungan Anak pasal 52, anak yang
memiliki keunggulan diberikan kesempatan dan aksesbilitas untuk
memperoleh pendidikan khusus.
(5) PP No 72/91, tentang Pendidikan Luar Biasa
(6) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan Tugas, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian
Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan
(7) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang
Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementrian Negara Republik
Indonesia;
(8) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187 / M Tahun 2004
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 171/ M Tahun 2005;
(9) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2005
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Manajemen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional
(10) Keputusan Mendiknas No. 053/ 2001 tentang Pedoman
Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan
Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah.
(11) Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
(12) Peraturan Mendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi
(13) Peraturan Mendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan.
(14) Peraturan Mendiknas No. 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menegah
dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasioanal Nomor 23 Tahun
2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
(15) Permendiknas No. 34 / 2006 tentang Pembinaan Prestasi Peserta
Didik yang memiliki Potensi Kecerdasan dan/ atau bakat
Istimewa.
(16) Rancangan Peraturan Pemerintah ( RPP) tentang Pengelolaan
Pendidikan. (Depdiknas,2009 :4-6)
2) Landasan Teoritis
Menurut Feldhusen (1994) yang dikutip oleh Depdiknas (2009:8)
penggunaan istilah potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa berkait erat
dengan latar belakang teoritis yang digunakan. Potensi kecerdasan
berhubungan dengan kemampuan intelektual, sedangkan bakat tidak hanya
terbatas pada kemampuan intelektual. Anak berbakat adalah anak yang
diidentifikasi oleh orang dengan kualifikasi profesional yaitu anak yang
telah mampu menunjukkan prestasinya dan atau berupa potensi
kemampuan pada beberapa bidang seperti :
a) kemampuan intelegensi umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b) kemampuan akademik khusus ( specific academic aptitude)
c) berpikir produktif atau kreatif
d) kemampuan kepemimpinan
e) kemampuan di bidang seni
f) kemampuan psikomotorik
Prinsip mengidentifikasi peserta didik cerdas istimewa dilakukan dengan
menggunakan pendekatan multidimensional, artinya kriteria yang
digunakan lebih dari satu, yaitu bukan sekedar batasan peserta didik
memiliki dimensi kemampuan umum pada taraf kecerdasan skor IQ 130
ke atas dengan menggunakan skala Wechesler.
Menurut Depdiknas (2009:18) Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan
dari Renzulli (1978,2005) banyak digunakan dalam menyusun pendidikan
untuk anak cerdas istimewa, dan merupakan teori yang mendasari
pengembangan pendidikan anak cerdas istimewa dan berbakat istimewa
(Gifted and Talented children). Berdasarkan Konsepsi Tiga Cincin
Keberbakatan tersebut ditentukan giftedness saling keterkaitan antara tiga
komponen yang penting yaitu :
a) Kemampuan umum ( kapasitas intelektual ) dan atau kemampuan
khusus diatas rata rata.
b) Kreativitas yang tinggi
c) Komitmen terhadap tugas yang tinggi
Penggunaan model Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan dari Renzulli
lebih berorientasi pada psikotes dan prestasi, masih belum menyentuh
seluruh populasi anak cerdas istimewa dan berbakat istimewa (gifted and
talented).
Menurut Adinugroho-Horstman (2007) yang dikutip oleh
Depdiknas (2009 :19) ada beberapa kelompok anak berbakat yang
kemungkinan besar terlewatkan dengan model identifikasi semacam itu,
seperti : anak anak yang cerdas istimewa namun memiliki kesenjangan
tinggi antara kemampuan dan kinerja atau prestasinya (underarchiever),
anak anak cerdas istimewa yang memiliki kesenjangan tinggi diantara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
domain kemampuannya berdasarkan tes tes kecerdasan yang baku,
prestasi maupun bakat dengan ketimpangan kemampuan kognisi dan
kemampuan adaptif serta prestasi di lapangan.
Menurut Monks dan Ypenburg (1995) yang dikutip dalam
Depdiknas (2009:19) untuk mengatasi masalah belum mendapat
tempatnya beberapa kategori anak berbakat dalam Konsepsi Tiga Cincin
Keberbakatan muncullah konsep The Triadich dari Renzulli-monks yang
merupakan pengembangan dari Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan dan
disebut sebagai model multifaktor yang melengkapi Konsepsi Tiga
Cincin Keberbakatan. Konsep The Triadich menyebutkan bahwa potensi
kecerdasan istimewa (giftedness) yang dikemukakan Renzulli itu tidak
akan terwujud jika tidak mendapatkan dukungan yang baik dari sekolah,
keluarga, dan lingkungan di mana si anak tinggal.
Model multifaktor merupakan model pendidikan anak cerdas
istimewa tidak dapat dilepaskan dari peran orang tua dan lingkungan
dalam menanggapi gejala gejala kecerdasan istimewa (giftedness),
toleran terhadap berbagai karakteristik yang ditampilkannya baik yang
positif maupun berbagai gangguan tumbuh kembangnya yang menjadi
penyulit baginya, serta dalam mengupayakan layanan pendidikannya,
model pendekatan ini menuntut keterlibatan berbagai pihak yakni sistem
pendidikan, keluarga, dan lingkungan untuk dapat memberikan dukungan
yang baik dan mengupayakan agar anak didik dapat mencapai prestasi
istimewanya, sehingga diharapkan tidak akan terjadi adanya kondisi
berprestasi rendah (underarchiever) pada seorang anak cerdas istimewa.
Dengan model pendekatan teori ini juga, maka anak anak yang
mempunyai ciri ciri berkecerdasan istimewa sekalipun (underarchiever)
masih dapat terdeteksi sebagai anak berkecerdasan istimewa yang
memerlukan dukungan dari sekolah, keluarga dan lingkungan agar ia
dapat mencapai prestasi yang istimewa sesuai potensinya.
Model pendekatan multifaktor lebih fleksibel dalam melakukan
deteksi dan diagnosis anak cerdas istimewa, terutama dalam menghadapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
anak-anak dengan kondisi tumbuh kembang yang mengalami
disinkronitas yang besar dan penting, berkesulitan dan bergangguan
belajar (learning difficulties dan learning disabilities), serta yang
mengalami komorbiditas dengan gangguan lainnya (gangguan emosi dan
perilaku yang patologis). Fleksibilitas dalam melakukan deteksi yang
dimaksud adalah dimungkinkannya penggunaan daftar dan alat alat
ukur asesmen yang lebih beragam. Model multifaktor ini kemudian
dikembangkan oleh Heller (2004) dalam Depdiknas (2009 :20). Model
yang dikembangkan Heller merupakan modifikasi dari Triadic
Interdependence Model Monks (Model pendekatan Multifaktor) serta
Multiple Intelligences dari Howard Gardner. Konsep keberbakatan Heller
(2004) ini dapat ditinjau berdasarkan empat dimensi multifaktor yang
saling terkait satu sama lain, yaitu (1) faktor talenta (talent) yang relatif
mandiri. (2) faktor kinerja (performance). (3)faktor kepribadian. (4)
faktor lingkungan.
Faktor kepribadian dan faktor lingkungan menjadi perantara utnuk
terjadinya transisi dari talenta menjadi kinerja. Faktor bakat (talent)
sebagai potensi yang ada dalam individu dapat meramalkan aktualisasi
kinerja (performance) dalam area yang spesifik. Bakat ini mencakup
tujuh area yang masing masing berdiri sendiri, yaitu (1) kemampuan
intelektual, (2) kemampuan kreatif, (3) kompetensi sosial, (4) kecerdasan
praktis, (5) kemampuan artistik, (6) musikalitas, (7) keterampilan
psikomotor. Faktor kinerja (performance) meliputi delapan area kinerja,
yaitu (1) Matematika, (2) Ilmu Pengetahuan Alam, (3) Teknologi
Komputer, (4) Seni (musik,lukis), (5) Bahasa, (6) Olah Raga, (7) Relasi
Sosial
Bakat (talent) dapat berkembang menjadi kinerja dengan
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :
(1) karakteristik kepribadian yang mencakup : cara mengatasi stres,
motivasi berprestasi, strategi belajar dan strategi kerja, harapan
harapan akan pengendalian, harapan akan keberhasilan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kegagalan, dan kehausan akan pengetahuan dan kehausan akan
pengetahuan
(2) kondisi kondisi lingkungan yang mencakup : iklim keluarga,
jumlah saudara dan kedudukan dalam keluarga, tingkat pendidikan
orang tua, stimulasi lingkungan rumah, tuntutan dan kinerja yang ada
di rumah, lingkungan belajar, kualitas pembelajaran, iklim kelas, dan
peristiwa peristiwa kritis.
Dalam proses terwujudnya bakat menjadi kinerja, bakat juga dapat
mempengaruhi faktor kepribadian dan kondisi lingkungan, misalnya
bakat yang ada pada anak dapat mempengaruhi perlakuan orang tua dan
guru pada anak tersebut.
Pada dasarnya, ciri-ciri yang dimiliki peserta didik cerdas dan atau
berbakat istimewa serupa dengan peserta didik pada umumnya, yaitu ada
sisi positif dan sisi negatif. Sebagaimana anak pada umumnya, anak yang
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa mempunyai kebutuhan
pokok akan pengertian, penghargaan, dan perwujudan diri. Apabila
kebutuhan kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, mereka akan menderita
kecemasan dan keragu raguan. Jika minat, tujuan, dan cara laku mereka
yang berbeda dengan peserta didik pada umumnya, tidak memperoleh
pengakuan, maka mereka walaupun memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa akan mengalami kesulitan.
Ciri ciri tertentu dari peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa dapat atau mungkin mengakibatkan
timbulnya masalah masalah tertentu seperti yang disebutkan oleh
Martinson (1974) yang dikutip oleh Depdiknas(2009:22), yakni sebagai
berikut :
a) kemampuan berpikir kritis dapat mengarah ke arah sikap meragukan (skeptis), baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap orang lain
b) kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal hal yang baru, bisa menyebabkan mereka tidak menyukai atau lekas
bosan terhadap tugas tugas rutin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
c) perilaku yang ulet dan terarah pada tujuan, dapat menjurus keinginan untuk memaksakan atau mempertahankan
pendapatnya
d) kepekaan yang tinggi, dapat membuat mereka menjadi mudah tersinggung atau peka terhadap kritik
e) semangat, kesiagaan mental, dan inisiatifnya yang tinggi, dapat membuat kurang sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada
kegiatan atau jika kurang tampak kemajuan dalam kegiatan
yang sedang berlangsung
f) dengan kemampuan dan minatnya yang beraneka ragam, mereka membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat
menjajaki dan mengembangkan minatnya
g) keinginan mereka untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, serta kebutuhannya dan kebebasan, dapat menimbulkan konflik
karena tidak mudah menyesuaikan diri atau tunduk terhadap
tekanan dari orang tua, sekolah atau teman temannya. Ia juga
bisa merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya
h) sikap acuh tak acuh dan malas, dapat timbul karena pengajaran yang diberikan di sekolah kurang mengundang tantangan bagi
mereka.
Selain hal hal yang diungkapkan oleh Martinson (1974) diatas,
berdasarkan penelitian Henry (1993) yang dikutip dalam Depdiknas (2009
: 23), mereka juga suka mengganggu teman teman sekelasnya, karena
kecerdasannya dengan sekali penjelasan dari guru peserta didik cerdas dan
berbakat istimewa sudah mampu memahami materi yang disampaikan
sehingga ia memiliki banyak waktu luang, yang apabila tidak diantisipasi
gurunya akan melakukan hal hal usil. Akibat lebih lanjut, mereka dapat
menjadi anak yang berprestasi rendah (underachiever) atau bahkan malah
mungkin menjadi anak yang bermasalah (mengalami kesulitan belajar).
Menurut Henry(1996) dalam Depdiknas (2009:23) terhadap
peserta didik SD di provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Ampung, dan
Kalimantan Barat, yang menunjukkan bahwa 22 % dari peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa beresiko tinggal kelas
(nilai rata-rata rapornya kurang dari 6,00). Demikian pula peserta didik
SLTP di empat provinsi yang sama menunjukkan bahwa 20 % dari peserta
didik SLTP yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa juga beresiko
tinggal kelas. Sementara itu, hasil penelitian Yaumil Achir (1990) yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
dikutip oleh Rusman (2008 :929) di Jakarta terhadap peserta didik SMA
yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa menunjukkan
bahwa sekitar 38,7 % dari sampel tergolong underachiever.
Underachiever tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga terjadi
di negara lain. Beberapa penelitian di negara maju, seperti Amerika
Serikat menunjukkan bahwa sekitar 15-50 % dari peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa tergolong underachiever
sedangkan di Inggris sekitar 25 % ( Utami Munandar, 1999 :20).
Sementara itu hasil penelitian Balitbang Diknas (1998) dalam Depdiknas
(2009 :25) menyimpulkan ada dua faktor yang menyebabkan peserta didik
cerdas istimewa mengalami gejala prestasi kurang ( underachiever), yaitu:
a) lingkungan belajar yang kurang menantang mereka untuk mewujudkan
potensinya secara optimal
b) model pembelajaran yang kurang kondusif.
3) Landasan Filosofis
Menurut Depdikbud (1994) yang dikutip oleh Depdiknas (2009 :
26) penyelenggaraan pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki
potensi kecerdasan istimewa, salah satu bentuk atau model layanannya
adalah program percepatan (akselerasi) belajar dan didasari filosofi yang
berkenaan dengan :
a) Hakekat manusia
b) Hakekat pembangunan nasional
c) Tujuan pendidikan
d) Usaha untuk mencapai tujuan pendidikan.
4) Landasan historis
Menurut Depdiknas (2009:27) upaya pemerintah memberikan
pelayanan pendidikan khusus bagi PDCI/BI telah dilakukan sejak tahun
1974 dalam beberapa bentuk layanan dengan model :
a) PPSP dengan pendekatan maju berkelanjutan dan belajar tuntas
b) Kelas kelas khusus dan unggulan
c) Sekolah sekolah unggulan di sejumlah propinsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
d) Sekolah sekolah swasta dengan kurikulum plusnya
e) Pondok pesantren modern dengan pola asrama
f) Pemberian beasiswa kepada peserta didik yang cerdas
Secara historis kebijakan pemerintah yang terkait dengan layanan
pendidikan bagi peserta didik cerdas istimewa dapat dilihat pada Tabel
2.1 berikut ini :
Tabel 2.1 Layanan Pendidikan Bagi Peserta Didik Cerdas Istimewa
Tahun Bentuk Kebijakan / Program
1974 Pemberian beasiswa bagi peserta didik Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) yang berbakat dan berprestasi tinggi tetapi lemah
kemampuan ekonomi keluarganya.
1982 Balitbang Dikbud membentuk Kelompok Kerja
Pengembangan Pendidikan Anak Berbakat (KKPPAB).
Kelompok ini terdiri dari individu individu yang
mewakili unsur unsur struktural serta unsur unsur
keahlian seperti Balitbang Dikbud, Ditjen Dikdasmen,
Ditjen Dikti, Perguruan Tinggi, serta unsur keahlian di
bidang sains, matematika, teknologi (elektronika,
otomotif, dan pertanian ), bahasa, dan humaniora, serta
psikologi.
1984 Balitbang Dikbud menyelenggarakan perintisan pelayanan
pendidikan anak berbakat dari tingkat SD, SMP, SMA di
satu daerah perkotaan (Jakarta) dan satu daerah pedesaan
(Kabupaten Cianjur). Program pelayanan yang diberikan
berupa pengayaan (enrichment) dalam bidang sains
(Fisika, Kimia, Biologi, dan Ilmu Pengetahuan Bumi dan
Antariksa, matematika, teknologi (elektronika, otomotif,
dan pertanian), bahasa (Inggris dan Indonesia),
humaniora, serta keterampilan membaca, menulis dan
meneliti. Pelayanan Pendidikan dilakukan di kelas khusus
di luar program kelas reguler pada waktu waktu tertentu.
Perintisan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat ini
pada tahun 1986 dihentikan seiring dengan pergantian
pimpinan dan kebijakan di jajaran Depdikbud.
1989 Di dalam UU no.2 tahun 1989 tentang Undang Undang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 8 ayat 2 dikemukakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
bahwa warga negara yang memiliki kemampuan dan
kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian
khusus.
Pasal 24, setiap peserta didik pada satuan pendidikan
mempunyai hak hak sebagai berikut : (1) mendapat
perlakuan yang sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya, (2) menyelesaikan program pendidikan
lebih awal dari waktu yang telah ditentukan.
1993 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan
kebijakan tentang Sistem Penyelenggaraan Sekolah
Unggul ( Schools of Excellence) dan membukanya di
seluruh provinsi sebagai langkah awal kembali untuk
menyediakan program pelayanan khusus bagi peserta
didik dengan cara mengembangkan aneka bakat dan
kreativitas siswa.
1994 Depdikbud mengeluarkan dokumen tentang
Pengembangan Sekolah Plus yang menjadi naskah induk
tentang Sistem Penyelenggaraan Sekolah Menengah
Umum Unggul .
1998/1999 Dua sekolah swasta di DKI Jakarta dan satu sekolah
swasta di Jawa Barat melakukan ujicoba pelayanan
pendidikan bagi anak berpotensi kecerdasan dan bakat
istimewa dalam bentuk program percepatan belajar
(akselerasi), yang mendapat arahan dari Ditjen Pendidikan
Dasar dan Menengah.
2000 Program percepatan belajar dicanangkan oleh Menteri
Pendidikan Nasional pada Rakernas Depdiknas menjadi
Program Pendidikan Nasional.
Dirjen Dikdasmen menyampaikan Surat Keputusan (SK)
Mendiknas tentang Penentapan Sekolah Penyelenggara
Program Percepatan Belajar kepada 11 sekolah terdiri dari
1 SD, 5 SMP, dan 5 SMA di DKI Jakarta dan Jawa Barat.
2001/2002 Diputuskan penetapan kebijakan diseminasi program
percepatann belajar pada beberapa sekolah di beberapa
provinsi di Indonesia.
2003 UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 5 ayat (4) menyebutkan warga negara
yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
berhak memperoleh pendidikan khusus.
Pasal 32 ayat (1) Pendidikan khusus merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat
kesulitan dalam mengikutii proses pembelajaran karena
kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan /atau
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
2006 Diterbitkan Permendiknas no 34/2006 tentang Pembinaan
Prestasi Peserta Didik yang memiliki Potensi Kecerdasan
dan/atau Bakat Istimewa.
Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, Pasal 115
sampai dengan pasal 118 tentang pendidikan khusus bagi
peserta didik yang memiliki potensi dan/atau bakat
istimewa.
(Sumber : Depdiknas, 2009 : 31-32)
c. Prinsip prinsip Penyelenggaraan Sekolah Program Akselerasi
1). Otonomi
Prinsip otonomi memberikan implikasi bahwa penyelenggaran
Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI, memiliki keleluasaan untuk mengelola
program dan keuangan secara mandiri. Prinsip otonomi ini dapat
dipahami dengan memahami karakteristik desentralisasi pendidikan.
Prinsip prinsip desentralisasi pendidikan dalam mengefektifkan
kebijakan otonomi sekolah, antara lain :
Bersifat multidimensional dan bersifat luwes terhadap perubahan dan
perkembangan
Mencakup multi pemangku kepentingan (stakeholder) dan mendorong
partisipasi mereka.
Manajemen program harus dilakukan secara demokratis , transparan,
sesuai dengan kondisi sekolah serta tersedianya sumber daya manusia
yang berkualitas
Tidak bersifat lokal, sempir, primordial dan sentimen kelompok
tertentu, tetapi senantiasa mengacu pada tujuan pendidikan nasional
Pengembangan lembaga dan program secara bottom-up melalui
pemanfaatan sumber daya secara optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Dengan demikian, prinsip otonomi melalui desentralisasi
pendidikan adalah pemberian keleluasaan (independency) dan kemandirian
kepada sekolah penyelenggara Pendidikan Khusus bagi PDCI / BI untuk
melakukan perbaikan secara terus menerus (continouse improvement).
2). Partisipasi
Partisipasi artinya keterlibatan mental dan emosional orang orang
dalam suatu kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan
kontribusi pada tujuan kelompok dengan berbagai tanggung jawab
pencapaian tujuan itu. Penyelenggaran Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI
memerlukan partisipasi anggota masyarakat. Melalui partisipasi ini,
masyarakat diharapkan dengan sukarela memberikan perhatian,
pengorbanan, dan kerjasama untuk meningkatkan kualitas penyelenggaran
program akselerasi.
Penyelenggaraan Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI dapat
melibatkan instansi atau lembaga terkait yang memiliki program
pembinaan dan pengembangan keilmuwan. Melalui kerjasama ini,
penyelenggaraan Pendidikan Khusus bagi P