Penyebab Bells Palsy

16
Bell’s palsy adalah kelumpuhan wajah sebelah yang timbul mendadak akibat lesi saraf fasialis, dan mengakibatkan distorsi wajah yang khas. Dengan kata lain bell’s palsy merupakan suatu kelainan pada saraf wajah yang menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan tiba-tiba pada otot di satu sisi wajah. Adalah Sir Charles Bell seorang ilmuan dari Skotlandia yang pertama kali menemukan penyakit ini pada abad ke-19. Pengamatan klinik, pemeriksaan neurologik, laboratorium dan patologi anatomi menunjukkan bahwa bell's palsy bukan penyakit tersendiri tetapi berhubungan erat dengan banyak faktor dan sering merupakan gejala penyakit lain. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada usia dewasa, jarang pada anak di bawah umur 2 tahun. Biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang erat hubungannya dengan cuaca dingin. Banyak orang mengira bahwa bell’s palsy merupakan stroke, tetapi pada hakikatnya bell’s palsy berbeda dengan serangan stroke. Yang menjadi pembeda paling mendasar adalah pada bell’s palsy tidak disertai dengan kelemahan pada anggota gerak. Hal ini disebabkan oleh letak kerusakan saraf yang berbeda. Pada serangan stroke saraf yang rusak adalah pada saraf otak yang mengatur pergerakan salah satu sisi tubuh, termasuk wajah. Sedangkan pada kasus bell’s palsy, kerusakan yang terjadi langsung pada saraf yang mengurus persarafan wajah yaitu saraf fasialis. Penyebab Penyebab dari penyakit ini belum diketahui secara pasti tetapi dapat diduga bahwa penyebab dari penyakit ini adalah karena saraf yang mengendalikan otot wajah membengkak, terinfeksi, atau mampat karena aliran darah berkurang. Umumnya dapat dikelompokkan sebagai berikut : I) Kongenital (bawaan) 1. Anomali kongenital (sindroma Moebius) 2. Trauma lahir (fraktur tengkorak, perdarahan intrakranial .dll.) II) Dapatan 1. Trauma 2. Penyakit tulang tengkorak (osteomielitis) 3. Proses intrakranial (tumor, radang, perdarahan dll.) 4. Proses di leher yang menekan daerah prosesus stilomastoideus) 5. Infeksi tempat lain (otitis media, herpes zoster dll.) 6. Sindroma paralisis saraf fasialis familial Faktor-faktor yang diduga berperan menyebabkan bell's palsy antara lain : sesudah bepergian jauh dengan kendaraan, tidur di tempat terbuka, tidur di lantai, hipertensi, stres, hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, penyakit vaskuler, gangguan imunologik dan faktor

Transcript of Penyebab Bells Palsy

Bells palsy adalah kelumpuhan wajah sebelah yang timbul mendadak akibat lesi saraf fasialis, dan mengakibatkan distorsi wajah yang khas. Dengan kata lain bells palsy merupakan suatu kelainan pada saraf wajah yang menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan tiba-tiba pada otot di satu sisi wajah. Adalah Sir Charles Bell seorang ilmuan dari Skotlandia yang pertama kali menemukan penyakit ini pada abad ke-19. Pengamatan klinik, pemeriksaan neurologik, laboratorium dan patologi anatomi menunjukkan bahwa bell's palsy bukan penyakit tersendiri tetapi berhubungan erat dengan banyak faktor dan sering merupakan gejala penyakit lain. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada usia dewasa, jarang pada anak di bawah umur 2 tahun. Biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang erat hubungannya dengan cuaca dingin.

Banyak orang mengira bahwa bells palsy merupakan stroke, tetapi pada hakikatnya bells palsy berbeda dengan serangan stroke. Yang menjadi pembeda paling mendasar adalah pada bells palsy tidak disertai dengan kelemahan pada anggota gerak. Hal ini disebabkan oleh letak kerusakan saraf yang berbeda. Pada serangan stroke saraf yang rusak adalah pada saraf otak yang mengatur pergerakan salah satu sisi tubuh, termasuk wajah. Sedangkan pada kasus bells palsy, kerusakan yang terjadi langsung pada saraf yang mengurus persarafan wajah yaitu saraf fasialis.

Penyebab Penyebab dari penyakit ini belum diketahui secara pasti tetapi dapat diduga bahwa penyebab dari penyakit ini adalah karena saraf yang mengendalikan otot wajah membengkak, terinfeksi, atau mampat karena aliran darah berkurang. Umumnya dapat dikelompokkan sebagai berikut :I) Kongenital (bawaan)1. Anomali kongenital (sindroma Moebius) 2. Trauma lahir (fraktur tengkorak, perdarahan intrakranial .dll.) II) Dapatan1. Trauma 2. Penyakit tulang tengkorak (osteomielitis) 3. Proses intrakranial (tumor, radang, perdarahan dll.) 4. Proses di leher yang menekan daerah prosesus stilomastoideus) 5. Infeksi tempat lain (otitis media, herpes zoster dll.) 6. Sindroma paralisis saraf fasialis familial Faktor-faktor yang diduga berperan menyebabkan bell's palsy antara lain : sesudah bepergian jauh dengan kendaraan, tidur di tempat terbuka, tidur di lantai, hipertensi, stres, hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, penyakit vaskuler, gangguan imunologik dan faktor genetik.

Patofisiologi terjadinya bell's palsyHingga kini mekanisme terjadinya bell's palsy belum ada pesesuaian pendapat. Teori yang dianut saat ini yaitu teori vaskuler/pembuluh darah. Pada bell's palsy terjadi akibat berkurangnya asupan darah ke saraf fasialis yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah yang terletak antara saraf fasialis dan dinding kanalis fasialis. Sebab pelebaran pembuluh darah ini bermacam-macam, antara lain : infeksi virus, proses imunologik dll. Terjepitnya saraf fasialis di daerah foramen stilomastoideus, pada bells palsy bersifat akut oleh karena foramen stilomastoideus merupakan Neuron Lesion bangunan tulang keras. Kurangnya asupan darah yang terjadi menyebabkan gangguan mikrosirkulasi di dalam saraf fasialis sehingga saraf kekurangan oksigen yang mengakibatkan gangguan fungsi saraf fasialis .Perubahan patologik yang ditemukan pada saraf fasialis sbb : 1)Tidak ditemukan perubahan patologik kecuali udem 2)Terdapat demielinisasi atau degenerasi mielin. 3)Terdapat degenerasi akson 4)Seluruh jaringan saraf dan jaringan penunjang rusak Perubahan patologik ini bergantung kepada beratnya kompresi atau strangulasi terhadap saraf fasialis

Gejala dan Tanda Klinik Karena saraf pada bagian wajah memiliki banyak fungsi dan kompleks, kerusakan atau gangguan fungsi pada saraf tersebut dapat mengakibatkan banyak masalah. Penyakit ini seringkali menimbulkan gejala-gejala klinis yang beragam akan tetapi gejala-gejala yang sering terjadi yaitu wajah yang tidak simetris, kelopak mata tidak bisa menutup dengan sempurna, gangguan pada pengecapan, serta sensasi mati rasa pada salah satu bagian wajah. Pada kasus yang lain juga terkadang disertai dengan adanya hiperakusis (sensasi pendengaran yang berlebihan), telinga berdenging, nyeri kepala dan perasaan melayang. Hal tersebut terjadi mendadak dan mencapai puncaknya dalam dua hari. Keluhan yang terjadi diawali dengan nyeri pada bagian telinga yang seringkali dianggap sebagai infeksi.Selain itu masih ada gejala-gejala lain yang ditimbulkan oleh penyakit ini yaitu, pada awalnya, penderita merasakan ada kelainan di mulut pada saat bangun tidur, menggosok gigi atau berkumur, minum atau berbicara. Mulut tampak mencong terlebih saat meringis, kelopak mata tidak dapat dipejamkan (lagoftalmos), waktu penderita menutup kelopak matanya maka bola mata akan tampak berputar ke atas. Penderita tidak dapat bersiul atau meniup, apabila berkumur maka air akan keluar ke sisi melalui sisi mulut yang lumpuh.

DiagnosisDiagnosis ditegakkan menurut gejalanya. Bells palsy selalu mengenai satu sisi wajah, kelemahannya tiba-tiba dan dapat melibatkan baik bagian atas atau bagian bawah wajah.Beberapa pemeriksaan penunjang yang penting untuk menentukan letak lesi dan derajat kerusakan saraf fasialis sbb: 1.Uji kepekaan saraf (nerve excitability test) Pemeriksaan ini membandingkan kontraksi otot-otot wajah kiri & kanan setelah diberi rangsang listrik. Perbedaan rangsang lebih 3,5 mA menunjukkan keadaan patologik dan jika lebih 20 mA menunjukkan kerusakan saraf fasialis irreversibel. 2.Uji konduksi saraf (nerve conduction test) Pemeriksaan untuk menentukan derajat denervasi dengan cara mengukur kecepatan hantaran listrik pada saraf fasialis kiri dan kanan. 3.Elektromiografi Pemeriksaan yang menggambarkan masih berfungsi atau tidaknya otot-otot wajah. 4.Uji fungsi pengecap 2/3 bagian depan lidah, Gilroy dan Meyer (1979) menganjurkan pemeriksaan fungsi pengecap dengan cara sederhana yaitu rasa manis (gula), rasa asin dan rasa pahit (pil kina). Elektrogustometri membandingkan reaksi antara sisi yang sehat dan yang sakit dengan stimulasi listrik pada 2/3 bagian depan lidah terhadap rasa kecap pahit atau metalik. Gangguan rasa kecap pada bell's palsy menunjukkan letak lesi saraf fasialis setinggi khorda timpani atau proksimalnya. 5.Uji Schirmer Pemeriksaan ini menggunakan kertas filter khusus yang diletakkan di belakang kelopak mata bagian bawah kiri dan kanan. Penilaian berdasarkan atas rembesan air mata pada kertas filter, berkurang atau mengeringnya air mata menunjukkan lesi saraf fasialis setinggi ganglion genikulatumPenyakit lain yang juga dapat menyebabkan kelumpuhan saraf wajah adalah: - Tumor otak yang menekan saraf - Kerusakan saraf wajah karena infeksi virus (misalnya sindroma Ramsay Hunt) - Infeksi telinga tengah, sinus mastoideus - Penyakit Lyme - Patah tulang di dasar tengkorak. Untuk membedakan bell's palsy dengan penyakit tersebut, bisa dilihat dari riwayat penyakit, hasil pemeriksaan rontgen, CT scan atau MRI. Pada penyakit Lyme perlu dilakukan pemeriksaan darah.

TerapiTerapi pertama yang harus dilakukan adalah penjelasan kepada penderita bahwa penyakit yang mereka derita bukanlah tanda stroke, hal ini menjadi penting karena penderita dapat mengalami stress yang berat ketika terjadi salah pengertian.1.Istirahat terutama pada keadaan akut 2.Medikamentosa Selain itu, dari tinjauan terbaru menyimpulkan bahwa pemberian kortikosteroid dalam tujuh hari pertama efektif untuk menangani Bells palsy. Pemberian sebaiknya selekas-lekasnya terutama pada kasus bell's palsy yang secara elektrik menunjukkan denervasi. Tujuannya untuk mengurangi udem dan mempercepat reinervasi. Dosis yang dianjurkan 3 mg/kg BB/hari sampai ada perbaikan, kemudian dosis diturunkan bertahap selama 2 minggu. 3.Fisioterapi Sering dikerjakan bersama-sama pemberian prednison, dapat dianjurkan pada stadium akut. Tujuan fisioterapi untuk mempertahankan tonus otot yang lumpuh. 3.a. Penanganan mataBagian mata juga harus mendapatkan perhatian khusus dan harus dijaga agar tetap lembab, hal tersebut dapat dilakukan dengan pemberian pelumas mata setiap jam sepanjang hari dan salep mata harus digunakan setiap malam 3.b. Latihan wajahKomponen lain yang tidak kalah pentingnya dalam optimalisasi terapi adalah latihan wajah. Latihan ini dilakukan minimal 2-3 kali sehari, akan tetapi kualitas latihan lebih utama daripada kuantitasnya. Sehingga latihan wajan ini harus dilakukan sebaik mungkin. Pada fase akut dapat dimulai dengan kompres hangat dan pemijatan pada wajah, hal ini berguna mengingkatkan aliran darah pada otot-otot wajah. Kemudian latihan dilanjutkan dengan gerakan-gerakan wajah tertentu yang dapat merangsang otak untuk tetap memberi sinyal untuk menggerakkan otot-otot wajah. Sebaiknya latihan ini dilakukan di depan cermin. Gerakan yang dapat dilakukan berupa:-Tersenyum -Mencucurkan mulut, kemudian bersiul-Mengatupkan bibir-Mengerutkan hidung-Mengerutkan dahi-Gunakan telunjuk dan ibu jari untuk menarik sudut mulut secara manual-Mengangkat alis secara manual dengan keempat jariSetelah melakukan terapi tersebut sebagian penderita akan sembuh total dan sebagian akan meninggalkan gejala sisa yang dapat berupa:1. KontrakturHal ini dapat terlihat dari tertariknya otot, sehingga plika nasolabialis lebih jelas terlihat dibanding pada sisi yang sehat. Bagi pemeriksa yang belum berpengalaman mungkin bagian yang sehat ini yang disangkanya lumpuh, sedangkan bagian yang lumpuh disangkanya sehat.2. Sinkinesia (associated movement)Dalam hal ini otot-otot tidak dapat digerakkan satu per satu atau tersendiri, selalu timbul gerakan bersama. Bila pasien disuruh memejamkan mata, maka otot orbikularis orispun akan akan ikut berkontraksi dan sudut mulut terngkat. Bila ia disuruh menggembungkan pipi, kelopak mata ikut merapat. 3. Spasme spontanDalam hal ini otot-otot wajah bergerak secara spontan, tidak terkendali. Hal ini disebut juga tic facialis. akan tetapi tidak semua tic facialis merupakan gejala sisa dari Bells palsyTindakan operatif umumnya tidak dianjurkan pada anak-anak karena dapat menimbulkan komplikasi lokal maupun intracranial. Tindakan operatif dilakukan apabila : 1.Tidak terdapat penyembuhan spontan 2.Tidak terdapat perbaikan dengan pengobatan prednisone pada pemeriksaan elektrik terdapat denervasi total. Beberapa tindakan operatif yang dapat dikerjakan pada bell's palsy antara lain dekompresi n. fasialis yaitu membuka kanalis fasialis pars piramidalis mulai dari foramen stilomastoideum nerve graft operasi plastik untuk kosmetik (muscle sling, tarsoraphi).

PROGNOSISSangat bergantung kepada derajat kerusakan saraf fasialis. Pada anak prognosis umumnya baik oleh karena jarang terjadi denervasi total. Penyembuhan spontan terlihat beberapa hari setelah onset penyakit dan pada anak 90% akan mengalami penyembuhan tanpa gejala sisa. Jika dengan prednison dan fisioterapi selama 3 minggu belum mengalami penyembuhan, besar kemungkinan akan terjadi gejala sisa berupa kontraktur otot-otot wajah, sinkinesis, tik-fasialis dan sindrom air mata buaya.

RINGKASANBells Palsy ialah kelumpuhan akut saraf fasialis perifer yang tidak diketahui sebabnya dengan lokasi lesi pada kanalis fasialis. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada usia dewasa dan jarang pada anak. Diagnosis dapat ditegakkan secara klinik setelah penyebab yang jelas untuk lesi saraf fasialis perifer disingkirkan. Terapi yang dianjurkan saat ini ialah pemberian prednison, fisioterapi dan kalau perlu operasi.

http://praktekku.blogspot.com/2009/02/bells-palsy.html

BERADA di ruang ber-AC (air conditioner, pendingin ruangan) memang nyaman. Rasa panas dan keringat pun langsung lenyap. Tapi, berada di ruang ber-AC terlalu lama kurang menguntungkan bagi kesehatan tubuh. Sebab, ada risiko Bell's palsy.

Gejala yang muncul adalah mendadak satu sisi wajah perot saat bangun tidur, satu mata tidak bisa berkedip, dan ludah terus menetes. "Meski hampir sama, Bell's palsy tetap berbeda dengan stroke," kata dr Sutis Nasia SpS.

Bell's palsy hanya menyerang satu sisi wajah, tanpa diikuti kelemahan anggota gerak tubuh lainnya. Sebab, ada serangan saraf tepi urutan ke-7 (saraf fasial) di antara total 12 pasang saraf cranial. Dalam kondisi tersebut, terjadi ketidakmampuan mengontrol otot-otot muka pada sisi yang sakit. Pada stroke, penderitanya mengalami kelumpuhan separo badan. Hal tersebut disebabkan pembuluh darah pecah atau tersumbat.

"Saraf ketujuh ini berfungsi sebagai hear, tear, taste, face," papar spesialis saraf dari Siloam Hospitals Surabaya itu. Jadi, lanjut dia, penderita Bell's palsy menderita gangguan pendengaran, sekresi kelenjar air mata, pengecapan dua pertiga lidah depan, dan yang sering adalah kelemahan satu sisi otot muka.

Penyebabnya, kata Sutis, belum diketahui pasti. "Namun, yang biasanya disalahkan adalah lingkungan dingin, sering terkena angin malam, terpapar kipas angin dan AC, serta naik motor tanpa memakai helm," tuturnya. Kondisi dingin diperkirakan membuat pembuluh darah ke saraf fasialis tersebut menyempit alias vasospasme. Penyempitan itu mengakibatkan iskemia (berkurangnya suplai oksigen). Akhirnya, terjadi kelumpuhan. Hipotesis ini dikenal dengan teori iskemik. "Selain udara dingin, ketegangan emosional, terpapar karbondioksida, trauma wajah juga dianggap penyebab iskemik," tuturnya.

Teori kedua mengenai Bell's palsy adalah infeksi virus. Diduga, virus herpes simpleks tipe1, herpes zoster, virus Epstein Barr, Cytomegalovirus, serta influenza A dan B berperan dalam merusak jaringan ikat myelin saraf fasialis.

"Teori ketiga adalah imunologi," ujarnya. Kelainan saraf ke-7 ini, lanjut Sutis, banyak terjadi pada orang yang daya tahannya menurun. Misalnya, penderita HIV, penderita lupus, dan ibu hamil.

Faktanya, kata dia, penderita Bell's palsy sembuh sendiri. Sekitar 85 persen menunjukkan perbaikan dalam tiga minggu. Hanya 15 persen perbaikan terjadi setelah bulan ke-3-6. "Namun, bila lebih dari tiga minggu belum ada perbaikan, biasanya terjadi kecacatan wajah," terangnya. Kecacatan bisa berupa crocodile tear phenomenon, kontraktur, dan kedutan wajah (tic's facialis). Crocodile tear phenomenon atau fenomena air mata buaya adalah pengeluaran air mata sewaktu penderita mengunyah makanan. Ini terjadi karena regenerasi serabut saraf yang salah arah.

Pemberian kortikosteroid secara dini mengurangi pembengkakan saraf fasialis. Pemijatan, neurostimulator, dan akupunktur juga dipercaya membantu penyembuhan. (ai/c8/nda)

sumber: jawaposhttp://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=112101&page=1

Bangun pagi menemukan bahwa salah satu sisi wajahnya mencong? Stroke? Belum tentu!Pasien sering merasa takut kalau mereka terkena stroke, namun ada suatu penyakit yang menyebabkan wajah mencong, yaitu Bell's Palsy. Bell's Palsy tidak berhubungan sama sekali dengan stroke.Bell's Palsy adalah suatu gangguan neurologi yang disebabkan oleh kerusakan saraf kranial ke 7, atau disebut juga sebagai saraf fasialis, yang menyebabkan kelemahan atau paralisis pada satu sisi wajah, artinya kerusakan di saraf kranialis, bukan di otak seperti kelainan pada stroke.

Paralisis pada bells palsy menyebabkan distorsi wajah serta mengganggu fungsi normal, seperti menutup mata, minum, makan serta estetika estetika muka.

Apa gejala Bell's Palsy ? Kelemahan atau paralisis otot, Kerutan dahi menghilang, Tampak seperti orang letih, Tidak mampu atau sulit mengedipkan mata, Hidung terasa kaku terus - menerus, Sulit berbicara, Sulit makan dan minum, Sensitive terhadap suara ( hiperakusis ), Salivasi yang berlebih atau berkurang, Pembengkakan wajah , Berkurang atau hilangnya rasa kecap, Nyeri didalam atau disekitar telinga, Air liur sering keluar, Sulit atau tidak mampu menutup mata, Air mata berkurang, Alis mata jatuh, Kelopak mata bawah jatuh, Sensitif terhadap cahaya.

Jika stroke penyebabnya adalah gangguan peredaran darah di otak dan dapat mengakibatkan kematian, Bells Palsy disebabkan gangguan dari saraf cranial ke 7 dan tidak mengancam jiwa.

Pengobatan utama dari Bell palsy atau tipe kelumpuhan wajah yang lain adalah dengan menghilangkan sumber dari kerusakan saraf secepat mungkin. Kompresi ringan dalam jangka waktu yang singkat dapat menyebabkan kerusakan yang ringan. Obat-obatan dapat menolong menghilangkan kompresi (prednisone ataupun antiviral karena kemungkinan salah satu penyebab adalah virus), ini harus dilakukan sesegera mungkin. "The window of opportunity" untuk memulai pengobatan adalah 7 hari dari onset Bell palsy. Istirahat sangat penting. Badan yang cedera akan dapat sembuh dengan efisien jika disertai istirahat yang cukup untuk mengumpulkan tenaga dan daya tahan tubuh.

http://www.medicalera.com/index.php?option=com_myblog&show=mulut-menyong-jangan-panik-belum-tentu-stroke.html&blogger=Yoga&Itemid=352

dr. Maula N Gaharu

Suatu pagi, saat bangun tidur, Yani merasa wajahnya menjadi mencong sebelah dan salah satu matanya juga sulit untuk ditutup rapat. Sekilas dalam pikiran ini hanya karena belum sepenuhnya terbangun. Ketika ia mencoba minum segelas air putih, kebiasaanya yang selalu dilakukannya saat bangun tidur,...namun air justru keluar dari mulutnya....

Bagi siapa pun, kejadian seperti ini akan menimbulkan rasa takut, bahkan bisa jadi panik. Hal pertama yang terlintas dalam pikiran kebanyakan orang, ini adalah serangan stroke. Namun kejadian seperti ini bisa juga disebabkan kelainan yang disebut sebagai Bells Palsy.

Apa itu Bell's Palsy?

Mungkin nama penyakit ini tidak sering diketahui oleh kebanyakan orang. Sir Charles Bell, demikian nama seorang ahli bedah Skotlandia yang pertama kali menemukan penyakit ini pada abad 19. Penyakit ini menimbulkan derajat keluhan klinis yang beragam. Kendati demikian wajah yang tidak simetris, kelopak mata yang tidak dapat menutup sempurna, gangguan pengecapan serta sensasi mati rasa (baal/kebas) pada salah satu sisi wajah merupakan keluhan yang sering terjadi. Pada beberapa kasus disertai adanya hiperakusis (sensasi pendengaran yang berlebihan), telinga berdenging, nyeri kepala dan perasaan melayang. Keluhan tersebut terjadi mendadak dan mencapai puncaknya dalam 2 hari. Keluhan yang terjadi diawali oleh nyeri pada telinga yang seringkali dianggap sebagai infeksi.

Berbeda dengan serangan stroke, pada Bells palsy tidak disertai dengan kelemahan anggota gerak. Hal ini disebabkan oleh letak kerusakan saraf yang berbeda. Pada stroke disebabkan oleh rusaknya bagian otak yang mengatur pergerakan salah satu sisi tubuh, termasuk wajah. Sedangkan pada Bells Palsy, kerusakan terjadi langsung pada saraf yang mengurus persarafan wajah. Saraf fasialis, demikian nama serabut saraf yang mengurus bagian wajah dan merupakan bagian dari 12 pasang saraf otak. Saraf ini berasal dari bagian batang otak yang disebut pons. Dalam perjalanannya menuju kelenjar parotis, saraf fasialis ini harus melalui suatu lubang sempit dalam tulang tengkorak yang disebut kanalis Falopia. Setelah mencapai kelenjar parotis, saraf fasialis ini akan bercabang menjadi ribuan serabut saraf yang lebih kecil yang mempersarafi daerah wajah, leher, kelenjar liur, kelenjar air mata, 60% bagian depan lidah dan sebagian telinga.

Bells palsy dapat terjadi pada pria atau wanita segala usia dan disebabkan oleh kerusakan saraf fasialis yang disebabkan oleh radang, penekanan atau pembengkakan. Penyebab kerusakan ini tidak diketahui dengan pasti, kendati demikian para ahli meyakini infeksi virus Herpes Simpleks- sebagai penyebabnya. Sehingga terjadi proses radang dan pembengkakan saraf. Pada kasus yang ringan, kerusakan yang terjadi hanya pada selubung saraf saja sehingga proses penyembuhannya lebih cepat, sedangkan pada kasus yang lebih berat dapat terjadi jeratan pada kanalis falopia yang dapat menyebabkan kerusakan permanen serabut saraf.

Cara pengobatannya bagaimana?

Sekitar 80-85% kasus, dapat sembuh spontan dalam 3 bulan. Akan tetapi beberapa penelitian mengatakan obat antivirus dan antiinflamasi efektif mempercepat proses penyembuhan apalagi jika pemberiannya sedini mungkin. Sedangkan nyeri dapat diatasi dengan analgetik seperti parasetamol dan ibuprofen, untuk pertumbuhan serabut saraf yang rusak dapat digunakan terapi vitamin dengan menggunakan vitamin B6 dan B12. Evaluasi terhadap derajat kerusakan saraf dapat dilakukan setelah melewati fase akut dengan menggunakan pemeriksaan elektromiografi (EMG) pada minggu kedua dengan memeriksa refleks kedip (blink reflex). Dengan demikian pemeriksaan ini dapat digunakan untuk memprediksi prognosis penyakit.

Botolinum toxin type A atau yang lebih dikenal dengan botox merupakan alternatif terapi yang dapat digunakan dan berfungsi untuk relaksasi otot-otot wajah. Alternatif terapi lainnya berupa akupuntur, stimulasi galvanik dan biofeedback.

Selain terapi utama, hal penting yang menjadi perhatian dalam tatalaksana penyakit ini adalah mata. Kelopak mata yang tidak dapat menutup sempurna akan dapat menimbulkan masalah baru, iritasi serta infeksi mata akan rentan terjadi jika tidak dilakukan perhatian khusus pada masalah ini. Hal yang dapat dilakukan berupa pemberian air mata buatan, mengedipkan mata secara manual, penggunaan pemberat kelopak mata hingga tindakan operatif.

Latihan wajah

Komponen lain yang tidak kalah pentingnya dalam optimalisasi terapi adalah latihan wajah. Latihan ini dilakukan minimal 2-3 kali sehari, akan tetapi kualitas latihan lebih utama daripada kuantitasnya. Sehingga latihan wajah ini harus dilakukan sebaik mungkin. Pada fase akut dapat dimulai dengan kompres hangat dan pemijatan pada wajah, hal ini berguna mengingkatkan aliran darah pada otot-otot wajah. Kemudian latihan dilanjutkan dengan gerakan-gerakan wajah tertentu yang dapat merangsang otak untuk tetap memberi sinyal untuk menggerakan otot-otot wajah. Sebaiknya latihan ini dilakukan di depan cermin. Gerakan yang dapat dilakukan berupa:

* Tersenyum* Mencucurkan mulut, kemudian bersiul* Mengatupkan bibir* Mengerutkan hidung* Mengerutkan dahi* Gunakan telunjuk dan ibu jari untuk menarik sudut mulut secara manual* Mengangkat alis secara manual dengan keempat jariMenutup mata

Bagaimana dengan prognosis dari Bells palsy?

Secara umum penyakit ini dapat disembuhkan, kendati tergantung dari derajat kerusakan sarafnya. Pada minggu kedua perbaikan sudah mulai dirasakan dan dalam 3-6 bulan wajah dapat kembali normal. So, its not gonna be the end of everything, is it?http://www.indonesiaindonesia.com/f/13804-bells-palsy-dianggap-serangan-stroke/

Beberapa hari yang lalu, di pagi hari dikejutkan dengan kejadian dimana Papa tidak bisa menutup mata, dan mulut ketarik. Hhhmmm sempet dibuat ketakutkan diriku saat itu. Hanya berharap itu bukan stroke. Beberap jam kemudian, setelah itu saya buka buka web dan mencari informasi mengenai mulut ketarik atau stroke dan sejenis itu. Dan menemukan beberapa artikel cukup banyak. Dan menemukan informasi yang cukup untuk mengetahui gejala penyakit tersebut. Dan menemukan penyakit yang bernama Bells Palsy dan tidak ada hubungannya dengan stroke.Bells palsy adalah penyakit yang menyerang saraf wajah sehingga melumpuhkan saraf otot pada wajah di salah satu sisi. Ditandai dengan susahnya menggerakkan otot wajah dibagian yang terserang, seperti mata tidak bisa menutup, tidak bisa meniup dan sebagainya.Penyebab Bells Palsy Bells Palsy disebabkan terjadinya peradangan pada sel-sel saraf fasialis, peradangan ini mengakibatkan sel-sel saraf mengalami pembengkakan, akibatnya fungsinya terganggu. Peradangan (inflamasi) ini sendiri dapat diakibatkan oleh infeksi virus seperti herpes zoster, dan kondisi dingin karena terpapar angin yang berlebihan. Mekanisme dari penyebab yang terakhir ini belum diketahui. Fungsi saraf fasialis sendiri mengendalikan otot-otot wajah, sehingga kita dapat mengekspresikan kegembiraan kita dengan senyum dan tertawa, dan mengekspresikan kesedihan dengan ekspresi cemberut. Selain ekspresi wajah, saraf fasialis juga mengendalikan menutupnya kelopak mata kita, otot-otot pengunyah saat makan, dan pengeluaran air liur ketika mencium aroma lezatnya makanan.Bagaimana menentukan sisi yang lumpuh? Kita mungkin mengetahui bila mulut mencong berarti ada kelumpuhan saraf di wajah, namun tidak semua tahu, mana sisi wajah yang lumpuh, dan mana yang masih normal. Sebenarnya membedakannya tidaklah sulit, prinsipnya bila otot masih normal, ia akan dapat berkontraksi (memendek), artinya otot tersebut cenderung menarik. Jadi, sudut bibir yang tertarik ke atas saat penderita diperintahkan senyum, maka bagian itulah yang masih sehat, sedangkan bagian sudut bibir yang turun berarti sisi yang lumpuh. Pada gambar diatas diperlihatkan penderita yang mengalami lumpuh nervus VII perifer sebelah kiri.Bagaimana gejala Bells palsy? Terganggunya saraf fasialis pada Bells palsy akan mengakibatkan gejala berikut:1. ekspresi muka datar (emosi yang diperlihatkan mimik wajah tidak jelas),2. mata pada sisi yang lumpuh tidak dapat menutup, sehingga mata akan berair, 3. kesulitan mengunyah makanan karena lumpuhnya otot-otot pengunyah di daerah wajah,4. berkurangnya sensasi terhadap makanan,5. mulut kering karena berkurangnya air liur.6. Sering terjadi penetesan air liur (drooling / ngeces/ ngacai) lewat sudut bibir saraf bagian saraf yang rusak walaupun pada penderita dengan kelumpuhan saraf fasialis air liur berkurang, hal ini diakibatkan oleh karena sisi mulut dimana saraf yang terganggu tidak dapat menutup sempurna.

Perbedaan mulut mencong pada stroke dan bells palsy:Stroke Biasanya disertai dengan kelumpuhan atau kelemahan anggota Gerak Dapat disertai dengan penurunan kesadaran (pingsan),dan sakit kepala Dapat disertai gangguan bicara ( kata-kata dalam satu kalimat letaknya tidak beraturan)Bells palsy Tidak disertai dengan kelumpuhan anggota badan lain Tidak disertai dengan penurunan kesadaranBiasanya penderita terkena Bells palsy setelah bepergian jauh dengan kendaraan dan terkena terpaan angin yang lama. Bagian wajah yang mengalami kelumpuhan biasanya sebelah dimana angin menerpa, sebagai contoh, seorang supir truk yang menyetir di sebelah kanan, dengan kaca jendela terbuka akan mengalami kelumpuhan pada wajah sebelah kanan.Selain gejala, gejala yang telah disebutkan diatas, ada pemeriksaan sederhana untuk membedakan antara mulut mencong karena stroke dan bells palsy yaitu:Apabila penderita dapat mengerutkan dahi pada sisi yang lumpuh, maka penderita tersebut terkena serangan stroke, sedangkan bila penderita tidak dapat mengerutkan dahi pada sisi yang lumpuh, maka keadaan tersebut merupakan Bells Palsy.Berbahayakah Bells palsy? Tidak seperti serangan stroke, umumnya Bells palsy tidak berbahaya, kelumpuhan wajah biasanya hanya sementara, penderita dapat pulih dalam 2 minggu, atau lebih cepat bila diterapi dengan terapi yang tepat.Pengobatan Bells Palsy Bila anda terkena gejala-gejala mirip dengan yang diungkapkan diatas, sebaiknya segera konsultasi ke dokter. Bila Dokter menduga penderita mengalami Bells palsy, biasanya dokter akan memberi obat-obatan sebagai berikut:1. Karena dugaan Bells palsy disebabkan oleh infeksi virus herpes zoster, maka dokter akan memberikan obat-obatan anti viral seperti acyclovir.2. Obat-obatan anti inflamasi golongan kortikosteroid seperti prednisone akan diberikan untuk mengurangi pembengkakan saraf fasialis yang disebabkan peradangan.Biasanya, selain obat-obatan, penderita dianjurkan untuk melakukan fisioterapi pada dokter ahli Rehabilitasi Medik untuk mempercepat kepulihan.Akupuntur, juga mulai dipercaya dapat mengembalikan fungsi dari saraf fasialis.Bagaimana mencegah Bells palsy? Seperti disarankan oleh Dokter Syaraf agar Bells Palsy tidak mengenai anda, cara-cara yang bisa ditempuh adalah :1. Jika berkendaraan motor, gunakan helm penutup wajah full untuk mencegah angin mengenai wajah.2. Jika tidur menggunakan kipas angin, jangan biarkan kipas angin menerpa wajah langsung. Arahkan kipas angin itu ke arah lain. Jika kipas angin terpasang di langit-langit, jangan tidur tepat di bawahnya. Dan selalu gunakan kecepatan rendah saat pengoperasian kipas.3. Kalau sering lembur hingga malam, jangan mandi air dingin di malam hari. Selain tidak bagus untuk jantung, juga tidak baik untuk kulit dan syaraf.4. Bagi penggemar naik gunung, gunakan penutup wajah / masker dan pelindung mata. Suhu rendah, angin kencang, dan tekanan atmosfir yang rendah berpotensi tinggi menyebabkan Anda menderita Bells Palsy.5. Setelah berolah raga berat, JANGAN LANGSUNG mandi atau mencuci wajah dengan air dingin.6. Saat menjalankan pengobatan, jangan membiarkan wajah terkena angin langsung. Tutupi wajah dengan kain atau penutup. Takut dibilang orang aneh? Pertimbangkan dengan biaya yang Anda keluarkan untuk pengobatan.Source :http://afiat-sehatwalafiat.blogspot.comwikipedia