Makalah Blok 22 Bells Palsy

21
Bells Palsy Rendy Aprianus Santoso (102008020) Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat korespondensi: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta 11510 Pendahuluan Bell’s palsy merupakan paresis nervus fasialis perifer yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik) dan bersifat akut. Banyak yang mencampuradukkan antara Bell’s palsy dengan paresis nervus fasialis perifer lainnya yang penyebabnya diketahui. 1 Biasanya penderita mengetahui kelumpuhan fasialis dari teman atau keluarga atau pada saat bercermin atau sikat gigi/berkumur. Pada saat penderita menyadari bahwa ia mengalami kelumpuhan pada wajahnya, maka ia mulai merasa takut, malu, rendah diri, mengganggu kosmetik dan kadangkala jiwanya tertekan terutama pada wanita dan pada penderita yang mempunyai profesi yang mengharuskan ia untuk tampil di muka umum. Seringkali timbul pertanyaan didalam hatinya, apakah wajahnya bisa kembali secara normal atau tidak. 1,2,5 Infeksi virus seperti herpes, mumps dan HIV, serta infeksi bakteri seperti penyakit Lyme atau tuberculosis dapat menyebabkan inflamasi dan pembengkakan saraf fasialis sehingga mengakibatkan Bells palsy. Stress, kehamilan, fraktur tengkorak, tumor atau Page | 1

Transcript of Makalah Blok 22 Bells Palsy

Bells Palsy Rendy Aprianus Santoso (102008020) Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaAlamat korespondensi: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta 11510

PendahuluanBells palsy merupakan paresis nervus fasialis perifer yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik) dan bersifat akut. Banyak yang mencampuradukkan antara Bells palsy dengan paresis nervus fasialis perifer lainnya yang penyebabnya diketahui.1Biasanya penderita mengetahui kelumpuhan fasialis dari teman atau keluarga atau pada saat bercermin atau sikat gigi/berkumur. Pada saat penderita menyadari bahwa ia mengalami kelumpuhan pada wajahnya, maka ia mulai merasa takut, malu, rendah diri, mengganggu kosmetik dan kadangkala jiwanya tertekan terutama pada wanita dan pada penderita yang mempunyai profesi yang mengharuskan ia untuk tampil di muka umum. Seringkali timbul pertanyaan didalam hatinya, apakah wajahnya bisa kembali secara normal atau tidak.1,2,5Infeksi virus seperti herpes, mumps dan HIV, serta infeksi bakteri seperti penyakit Lyme atau tuberculosis dapat menyebabkan inflamasi dan pembengkakan saraf fasialis sehingga mengakibatkan Bells palsy. Stress, kehamilan, fraktur tengkorak, tumor atau kondisi neurologis yang disebabkan oleh penyakit kronis seperti diabetes mellitus dan sindrom Guillain-Barre dapat menyebabkan Bells palsy.

Pembahasana. Anamnesis1. Mencantumkan tanggal pengambilan anamnesisMencantumkan waktu pengambilan sangat penting dan pertama kali dilakukan pada saat mencatat hasil anamnesis yang dilakukan pada pasien, terutama dalam keadaan darurat atau pada rumah sakit.2. Mengidentifikasi data pribadi pasienKomponen ini mencakup nama, usia, jenis kelamin, status pernikahan, dan pekerjaan. Sumber informasi dapat diperoleh dari pasien sendiri, anggota keluarga atau teman, atasan, konsultan, atau data rekam medis sebelumnya.3. Keluhan UtamaKeluhan utama merupakan salah satu dari beberapa keluhan lainnya yang paling dominan sehingga mengakibatkan pasien melakukan kujungan klinik. Usahakan untuk mendokumentasikan kata-kata asli yang dipaparkan oleh pasien, misalnya rasa gatal.4. Riwayat Penyakit DahuluPenyakit pada masa kecil seperti cacar, rubella, mumps, polio, dll perlu ditanyakan dalam anamnesis. Termasuk penyakit kronis yang dialami sejak masa kecil. Selain itu, informasi mengenai riwayat penyakit pada masa dewasa perlu didapatkan 5. Riwayat Penyakit Pada KeluargaDalam memperoleh informasi ini, tanyakan mengenai usia, penyebab kematian, atau penyakit yang dialami oleh keluarga terdekat pasien seperti orang tua, kakek-nenek, saudara, anak, atau cucu.1

b. Pemeriksaan FisikGerakan volunter yang diperiksa, dianjurkan minimal :1. Mengerutkan dahi2. Memejamkan mata3. Mengembangkan cuping hidung4. Tersenyum5. Bersiul6. Mengencangkan kedua bibir. 1,2

c. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan radiologi bukan indikasi pada Bells palsy. Pemeriksaan CT-Scan dilakukan jika dicurigai adanya fraktur atau metastasis neoplasma ke tulang, stroke, sklerosis multipel dan AIDS pada CNS. Pemeriksaan MRI pada pasien Bells palsy akan menunjukkan adanya penyangatan (Enhancement) pada nervus fasialis, atau pada telinga, ganglion genikulatum.3

d. Working Diagnosis Bell's palsy adalah kelumpuhan dari syaraf muka yang tidak diketahui sebabnya. Syaraf muka adalah syaraf yang mengontrol otot-otot pada sisi muka. Ia mengizinkan kita untuk menunjukan ekspresi, senyum, menangis, dan kedipan. Luka pada syaraf muka menyebabkan kerusakan fisik yang menghancurkan secara sosial dan psikologi; perawatan mungkin memerlukan rehabilitasi yang ekstensif atau prosedur-prosedur yang berkali-kali.

Syaraf muka adalah syaraf yang ketujuh dari duabelas syaraf-syarafcranial. Setiap orang mempunyai dua syaraf muka, satu untuk setiap sisi muka. Syaraf muka berjalan dengan syaraf pendengaran ( syaraf cranial kedelapan ) ketika ia berjalan didalam dan sekitar struktur-struktur dari telinga bagian tengah. Ia keluar meninggalkan bagian depan dari telinga padastylomastoid foramen( sebuah lubang pada dasar tengkorak ), dimana ia kemudian berjalan melalui kelenjar parotid. Pada kelenjar parotid ia membagi kedalam banyak cabang-cabang yang menyediakan fungsi motor untuk beragam otot-otot dan kelenjar-kelenjar dari kepala dan leher. Berikut contoh gambar penyangga Bell's palsy.3

e. Diagnosis BandingStroke atau Cerebral Vaculer Accident (CVA) adalah gangguan peredaran darah otak (GPDO) dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa defisist neurologis dan bukan sebagai akibat tumor, trauma ataupun infeksi susunan saraf pusat.Penyakit serebrovaskuler/stroke menunjukan adanya beberapa kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah otak. Patologis ini menyebabkan perdarahan dari sebuah robekan yang terjadi pada dinding pembuluh atau kerusakan sirkulasi serebral oleh oklusi parsial atau seluruh lumen pembuluh darah dengan pengaruh yang bersifat sementara atau permanen.3

Klasifikasi Strokea. Stroke HemoragikMerupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subaraknoid. Di sebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bias juga terjadi saat istirahat. Kesadaran klien umumnya menurun. Perdarahan otak di bagi dua yaitu :1)Perdarahan intraserebral, pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk kedalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang di sebabkan karena hipertensi sering di jumpai di daerah putamen,talamus,pons dan serebelum.2)Perdarahan subaraknoid. Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atsu AVM . aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar parenkim otak. Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang subarknoid menyebabkan TIK meningkat mendadak , meregangnya struktur peka nyeri dan vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiprase , gangguan hemi sensorik, afasia dan lain-lain). Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang subaraknoid mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehingga tibul nyeri kepala hebat.sering pula di jumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatan TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penuurunan kesadaran. Perdarahan subaraknoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia, dan lain-lain)3

Penatalaksanaan Stroke HemoragikTerapi Pendarahan Intraserebral Terapi Medik : jalan napas dan oksigenasi dengan target pCO2 30-35 mmHg Control tekanan darah. Penatalaksanaan tekanan darah tinggi sama seperti pada stroke iskemik dengan syarat : Tekanan darah diturunkan bila tekanan sistolik > 180 mmHg atau tekanan diastolic > 105 mmHg. Pada fase akut tekanan darah tinggi, tekanan darah tidak boleh diturunkan lebih dari 20%. Penatalaksanaan peningkatan tekanan intakranial. Tindakan pengobatan pertama adalah osmoterapi, tapi tidak boleh digunakan sebagai profilaksis. Manitol 20% 1g/kg dalam 20 menit, dilanjutkan dengan 0,25-0,5 g/kg 4 jam dalam 20 menit. Untuk mempertahankan gradient osmotic, furosemid (10mg dalam 2-8 jam) dapat diberikan secara terus menerus bersama dengan osmoterapi. Hiperventilasi dengan sasaran pCO2 35 mmHg. Pengaturan cairan.3Terapi Pembedahan Pasien dengan pendarahan serebral > 3 cm yang secara neurologis memburuk atau yang mengalami kompresi batang otak dan hidrosefalus akibat obstruksi ventricular. Pendarahan intraserebral dengan lesi structural seperti aneurisma, malformasi arteriovena, atau angioma kavernosa dapat diangkat jika keadaan pasien stabil. Pasien usia muda dengan pendarahan lobus yang sedang atau besar yang secara klinis memburuk.

Gejala klinis pada stroke hemoragik berupa :a. Defisit neurologis mendadak, didahului gejala prodromal yang terjadi pada saat istirahat atau bangun pagi.b. Kadang tidak terjadi penurunan kesadaran c. Terjadi terutama pada usia >50 tahund. Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya

b. Stroke NonHemoragikDapat berupa iskemik atau emboli dan trombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemik yang menimbulkan hipoksia dan slanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.1.Menurut perjalanan penyakitnyaa.TIA (transient ischemic attoks)Gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit sampai jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.b. RIND (reversible iskemik neurologik defisit)Terjadi lebih lama dari pada TIA , gejala hilang < 24 jam tetapi tidak lebih dari 1 minggu.c. Progesif stroke inevaluationPerkembangan stroke perlahan-lahan sampai akut munculnya gejala makin lama semakin buruk proses pregresif berupa jam sampai beberapa hari d. Stroke komplet (stroke lengkap)Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau permanen. Sesuai dengan istilahnya stroke komplet dapat di awali oleh serangan TIA berulang. 3

Penatalaksanaan Stroke IskemikUmum Nutrisi Hidrasi intravena : koreksi dengan NaCl 0,9% jika hipovolemik. Hiperglikemi : koreksi dengan insulin skala luncur. Bila stabil, beri insulin regular subkutan. Neurorehabilitasi dini : stimulasi dini secepatnya dan fisioterapi gerak anggota badan aktif maupun pasif. Perawatan kandung kemih : kateter menetap hanya pada keadaan khusus (kesadaran menurun, demensia, dan afasia global).Khusus Terapi spesifik stroke iskemik akut : Trombolisis rt-PA intravena/intraaterial pada 3 jam setelah awitan stroke dengan dosis 0,9 mg/kg (maksimal 90 mg). sebanyak 10% dosis awal diberi sebagai bentuk bolus, sisanya dilanjutkan melalui infuse dalam waktu 1 jam. Antiplatelet: asam salisilat 160-325 mg/hari 48 jam setelah awitan stroke atau Clooidogrel 75 mg/hari. Obat neuroprotektif.Hipertensi pada stroke iskemik akut, tekanan darah diturunkan apabila tekanan sistolik >220 mmHg/tekanan diastolic > 120 mmHg dengan penurunan maksimal 20% dari tekanan arterial rata-rata (MAP) awal perhari. Panduan penurunan tekanan darah tinggi : Bila tekanan darah sistolik > 230 mmHg atau tekanan diastolic >140 mmHg berikan nikardipin (5-15 Mg/ jam infuse kontinu), diltiazem (5-40 mg/kg/menit infuse kontinu) atau nimodipin (60mg/4 jam PO). Bila tekanan sistolik 180-230 mmHg atau tekanan diastolic 105-140 mmHg, atau tekanan darah arterial rata-rata 130 mmHg pada dua kali pengukuran tekanan darah dengan selang 20 menit atau pada keadaan hipertensi gawat darurat (infark miokard, edema paru kardiogenik, retinopati, nefropati, atau ensefalopati hipertensif) dapat diberikan : Labetalol 10-20 mg IV selama 1-2 menit. Ulangi atau gandakan setiap 10 menit sampai maksimum 300 mg atau berikan dosis awal berupa bolus yang diikuti oleh labetalol drip 2-8 mg/menit. Nikardipin Diltiazem Nimodipin.Thrombosis vena dalam : Heparin 5000 unit/12 jam selama 5-10 hari. Low Molecular Weight Heparin (enoksaparin/nadroparin) 2 x 0,3-0,4 IU SC abdomen. Pneumatic boots, stoking elastic, fisioterapi dan mobilisasi.3

Gejala klinis pada stroke akut berupa : Gejala klinis pada stroke akut berupaa. Kelumpuhan wajah atau anggota badan ( biasanya hemiparesis ) yang timbul mendadakb. Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguan hemisensorik )c. Perubahan mendadak pada status mental ( konfusi, delirium , latergi, stupor, atau koma )d. Afasia ( tidak lancar atau tidak dapat bicara )e. Disatria ( bicara pelo atau cadel )f. Ataksia ( tungkai atau anggota badan tidak tepat pada sasaran )g. Vertigo ( mual dan muntah atau nyeri kepala )3

f. EtiologiPenyebab tersering adalah virus herpes simpleks-tipe 1. Penyebab lain antara lain :1. Infeksi virus lain.2. Neoplasma : setelah pengangkatan tumor otak (neuroma akustik) atau tumor lain.3. Trauma : fraktur basal tengkorak, luka di telinga tengah, dan menyelam.4. Neurologis: sindrom Guillain-barre5. Metabolic : kehamilan, diabetes mellitus, hipertiroidisme, dan hipertensi.6. Toksik : alcohol, talidomid, tetanus dan karbonmonoksida.3

g. Manisfestasi KlinikGejala pada sisi wajah Ipsilateral Kelemahan otot wajah ipsilateral. Kerutan dahi menghilang ipsilateral Tampak seperti orang letih. Tidak mampu atau sulit mengedipkan mata. Hidung terasa kaku. Sulit berbicara Sulit makan dan minum Sensitive terhadap suara. Salvias yang berlebihan atau berkurang. Pembengkakan wajah. Berkurang atau hilangnya rasa kecap. Nyeri di dalam atau di sekitar telinga. Air liur sering keluar.3

Gejala pada mata ipsilateral Sulit atau tidak mampu menutup mata ipsilateral. Air mata berkurang. Alis mata jatuh. Kelopak mata bawah jatuh. Sensitive terhadap cahaya.

Residual Mata terlihat lebih kecil. Kedipan mata jarang atau tidak sempurna. Senyum yang asimetri Spasme hemifasial pascaparalitik. Otot hipertonik. Sinkinesia. Berkeringat saat makan dan beraktifitas. Otot menjadi lebih flaksid jika lelah. Otot menjadi kaku saat letih atau kedinginan.Secara kilinis, saraf lain kadang-kadang ikut teriritasi, misalnya rasa nyeri atau baal pada wajah yang bisa disebabkan oleh iritasi N.V.3

h. Patofisiologi Bells palsy terjadi proses inflamasi akut pada nervus fasialis di daerah tulang temporal, di sekitar foramen stilomastoideus. Bells palsy hampir selalu terjadi secara unilateral. Namun demikian dalam jarak waktu satu minggu atau lebih dapat terjadi paralysis bilateral. Penyakit ini dapat berulang atau kambuh. Patofisiologinya belum jelas, tetapi salah satu teori menyebutkan terjadinya proses inflamasi pada nervus fasialis yang menyebabkan peningkatan diameter nervus fasialis sehingga terjadi kompresi dari saraf tersebut pada saat melalui tulang temporal. Perjalanan nervus fasialis keluar dari tulang temporal melalui kanalis fasialis yang mempunyai bentuk seperti corong yang menyempit pada pintu keluar sebagai foramen mental. Dengan bentukan kanalis yang unik tersebut, adanya inflamasi, demyelinisasi atau iskemik dapat menyebabkan gangguan dari konduksi. Impuls motorik yang dihantarkan oleh nervus fasialis bisa mendapat gangguan di lintasan supranuklear dan infranuklear. Lesi supranuklear bisa terletak di daerah wajah korteks motorik primer atau di jaras kortikobulbar ataupun di lintasan asosiasi yang berhubungan dengan daerah somatotropik wajah di korteks motorik primer. Karena adanya suatu proses yang dikenal awam sebagai masuk angin atau dalam bahasa inggris cold. Paparan udara dingin seperti angin kencang, AC, atau mengemudi dengan kaca jendela yang terbuka diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya Bells palsy. 4

Karena itu nervus fasialis bisa sembab, ia terjepit di dalam foramen stilomastoideus dan menimbulkan kelumpuhan fasialis LMN. Pada lesi LMN bisa terletak di pons, di sudut serebelo-pontin, di os petrosum atau kavum timpani, di foramen stilomastoideus dan pada cabang-cabang tepi nervus fasialis. Lesi di pons yang terletak di daerah sekitar inti nervus abdusens dan fasikulus longitudinalis medialis. Karena itu paralisis fasialis LMN tersebut akan disertai kelumpuhan muskulus rektus lateralis atau gerakan melirik ke arah lesi. Selain itu, paralisis nervus fasialis LMN akan timbul bergandengan dengan tuli perseptif ipsilateral dan ageusia (tidak bisa mengecap dengan 2/3 bagian depan lidah). Berdasarkan beberapa penelitian bahwa penyebab utama Bells palsy adalah reaktivasi virus herpes (HSV tipe 1 dan virus herpes zoster) yang menyerang saraf kranialis. Terutama virus herpes zoster karena virus ini menyebar ke saraf melalui sel satelit. Pada radang herpes zoster di ganglion genikulatum, nervus fasialis bisa ikut terlibat sehingga menimbulkan kelumpuhan fasialis LMN. Kelumpuhan pada Bells palsy akan terjadi bagian atas dan bawah dari otot wajah seluruhnya lumpuh. Dahi tidak dapat dikerutkan, fisura palpebra tidak dapat ditutup dan pada usaha untuk memejam mata terlihatlah bola mata yang berbalik ke atas. Sudut mulut tidak bisa diangkat. Bibir tidak bisa dicucukan dan platisma tidak bisa digerakkan. Karena lagophtalmos, maka air mata tidak bisa disalurkan secara wajar sehingga tertimbun disitu.4

i. Penatalaksanaan Terapi UmumUntuk menghilangkan penekanan dapat diberikan prednisone dan antiviral sesegera mungkin. Window of opportunity untuk memulai pengobatan adalah 7 hari sejak awitan. Prednisone dapat diberikan jika muncul tanda-tanda radang. Istirahat merupakan bagian dari terapi yang sangat penting. Pemakaian kacamata dengan lensa berwarna atau kaca mata hitam kadang diperluka untuk menjaga mata tetap lembab saat bekerja. Pemijatan wajah boleh dilakukan. Untuk rasa nyeri atau tidak nyaman, kompres hangat akan membantu. Obat yang dapat menghilangkan nyeri ini diantaranya gabapentin.3Dosis PrednisonDosis dewasa1 mg/kg atau 60 mg PO qd selama 7 hari diikuti tapering off dengan total pemakaian 10 hari.

Dosis anak1mg/kg PO qd selama 6 hari diikuti tapering off dengan total pemakaian 10 hari.

KontraindikasiHipersensitivisas, diabetes berat yang tidak terkontrol, infeksi jamur, ulkus peptikum, TBC, osteoporosis.

Dosis AntiviralNama obatAsiklovir, obat antiviral yang menghambat krja HSV-1, HSV-2 dan VZV.

Dosis dewasa400 mg PO 5 kali/hari selama 10 hari

Dosis anak2 tahun : 20 mg/kg PO selama 10 hari

KontraindikasiHipersensitif, penderita gagal ginjal.

Pemberian Antiviral pada pasien Bells palsyFamsiklovir dan asiklovir sering diresepakn sebagai obat antiviral. Saat ini dapat digunakan antiviral baru seperti valasiklovir yang bekerja cepat.Vitamin BVitamin B penting dalam fungsi system saraf.Perawatan mata Pemberian air mata buatan, lubrikan dan pelindung mata.3,5

j. Prognosis Kebanyakan pasien yang sembuh dari Bells Palsy mengalami neuropraksia atau hantaman konduksi saraf local. Pasein yang mengalami aksonotmesis memiliki kesembuhan yang baik tetapi biasanya tidak sempurna. Faktor resiko yang diperkirakan berhubungan dengan prognosis buruk adalah :1. Usia lebih dari 60 tahun.2. Paralisis lengkap.3. Penurunan rasa kecap atau air liur mengalir ke sisi yang lumpuh (biasanya 10-25% dibandingkan dengan sisi normal).Factor lain yang diperkirakan berhubungan dengan prognosis buruk termasuk nyeri di bagian telinga posterior dan penurunan sekresi air mata. Pasien biasnya memiliki yang prognosis baik, hampir 80-90% pasien sembuh tanpa kelainan. Pasien yang berusia 60 tahun atau lebih memliki kemungkinan 40% untuk sembuh dan 60% mengalami sekuele. Bells palsy dapat rekuren pada 10-15% pasien. Hampir 30% pasien dengan kelemahan wajah ipsilateral rekuren menderita tumor pada N.VII atau kelenjar parotis.3

k. Komplikasi.1. Crocodile tear phenomenon. Yaitu keluarnya air mata pada saat penderita makan makanan. Ini timbul beberapa bulan setelah terjadi paresis dan terjadinya akibat dari regenerasi yang salah dari serabut otonom yang seharusnya ke kelenjar saliva tetapi menuju ke kelenjar lakrimalis. Lokasi lesi di sekitar ganglion genikulatum.2. Synkinesis Dalam hal ini otot-otot tidak dapat digerakkan satu per satu atau tersendiri. selalu timbul gerakan bersama. Misal bila pasien disuruh memejamkan mata, maka akan timbul gerakan (involunter) elevasi sudut mulut,kontraksi platisma, atau berkerutnya dahi. Penyebabnya adalah innervasi yang salah, serabut saraf yang mengalami regenerasi bersambung dengan serabut-serabut otot yang salah.3. Hemifacial spasmTimbul kedutan pada wajah (otot wajah bergerak secara spontan dan tidak terkendali) dan juga spasme otot wajah, biasanya ringan. Pada stadium awal hanya mengenai satu sisi wajah saja, tetapi kemudian dapat mengenai pada sisi lainnya. Kelelahan dan kelainan psikis dapat memperberat spasme ini. Komplikasi ini terjadi bila penyembuhan tidak sempurna, yang timbul dalam beberapa bulan atau 1-2 tahun kemudian.14. KontrakturHal ini dapat terlihat dari tertariknya otot, sehingga lipatan nasolabialis lebih jelas terlihat pada sisi yang lumpuh dibanding pada sisi yang sehat. Terjadi bila kembalinya fungsi sangat lambat. Kontraktur tidak tampak pada waktu otot wajah istirahat, tetapi menjadi jelas saat otot wajah bergerak.5,6

l. Pencegahan Agar Bell's Palsy tidak mengenai kita, cara-cara yang bisa ditempuh adalah :1. Jika berkendaraan motor, gunakan helm penutup wajah full untuk mencegah angin mengenai wajah.2. Jika tidur menggunakan kipas angin, jangan biarkan kipas angin menerpa wajah langsung.Arahkan kipas angin itu ke arah lain. Jika kipas angin terpasang di langit-langit, jangan tidurtepat di bawahnya. Dan selalu gunakan kecepatan rendah saat pengoperasian kipas.3. Kalau sering lembur hingga malam, jangan mandi air dingin di malam hari. Selain tidak bagusuntuk jantung, juga tidak baik untuk kulit dan syaraf.4. Bagi penggemar naik gunung, gunakan penutup wajah / masker dan pelindung mata. Suhurendah, angin kencang, dan tekanan atmosfir yang rendah berpotensi tinggi menyebabkan Andamenderita Bell's Palsy.. Setelah berolah raga berat, jangan langsung mandi atau mencuci wajah dengan air dingin. Saat menjalankan pengobatan, jangan membiarkan wajah terkena angin langsung. Tutupiwajah dengan kain atau penutup.5,6

KesimpulanBells palsy adalah kelumpuhan akut dari nervus fasialis VII yang dapat menyebabkan gangguan pada indera pengecapan , yaitu pada dua per tiga anterior lidah.Penyakit ini lebih sering ditemukan pada usia dewasa dan jarang pada anak. Diagnosis dapat ditegakkan secara klinik setelah kausa yang jelas untuk lesi n. fasialis perifer disingkirkan. Terapi yang dianjurkan saat ini ialah pemberian prednison, fisioterapi dan kalau perlu operasi

Daftar pustaka1. Supartondo, Setiyohadi B. Anamnesis. Dalam: Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke -5. Jakarta Pusat: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2009. h. 25-28.2. Djamil Y, A Basjiruddin. Paralisis Bell. Dalam: Harsono, ed. Kapita selekta neurologi; Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.2009. hal 297-3003. Dewanto George, Riyanto Budi. Panduan Praktis Diagnosis Dan Tatalaksana Penyakit Saraf: Jakarta. Buku kedokteran EGC.2007. hal 25-30, 137-1414. Irga, 2009, Bells Palsy, http://www.irwanashari.com/260/bells-palsy.html, (diakses tanggal 29 Desember 2012)5. Weiner HL, Levitt LP. Ataksia. Wita JS, editor. Buku Saku Neurologi. Ed 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001. Hal. 1746. Sabirin J. Bells Palsy. Dalam : Hadinoto dkk. Gangguan Gerak. Cetakan I. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 1990 : 171-812

Page | 13