Bells Palsy dan fisioterapi

31
BAB I PENDAHULUAN Wajah merupakan kawasan motorik nervus Facialis yang sangat penting dan memberikan kekhasan tersendiri bagi yang melihatnya. Suatu kelainan yang terjadi di sepanjang perjalanan nervus Facialis menyebabkan gangguan terhadap otot yang dipersarafi, baik yang bersifat parese ataupun paralisis tergantung tingkat dan beratnya lesi. Pada umumnya masyarakat awam menganggap bahwa mulut mencong atau merot akibat adanya kutukan dan juga yang menganggap terkena angin jahat, pada hal sebenarnya secara ilmiah terjadi kerusakan pada N. Facialis yang disebut Bells Palsy. Bell’s adalah orang yang pertama menemukan adanya kelumpuhan pada otot wajah. Kelumpuhan pada otot wajah disebut Bell’s Palsy (Facial Paralysis). Facial Paralysis 1

description

berisi tentang penagana ft pada bels palcy

Transcript of Bells Palsy dan fisioterapi

Page 1: Bells Palsy dan fisioterapi

BAB I

PENDAHULUAN

Wajah merupakan kawasan motorik nervus Facialis yang sangat penting dan

memberikan kekhasan tersendiri bagi yang melihatnya. Suatu kelainan yang terjadi di

sepanjang perjalanan nervus Facialis menyebabkan gangguan terhadap otot yang

dipersarafi, baik yang bersifat parese ataupun paralisis tergantung tingkat dan beratnya lesi.

Pada umumnya masyarakat awam menganggap bahwa mulut mencong atau merot

akibat adanya kutukan dan juga yang menganggap terkena angin jahat, pada hal sebenarnya

secara ilmiah terjadi kerusakan pada N. Facialis yang disebut Bells Palsy.

Bell’s adalah orang yang pertama menemukan adanya kelumpuhan pada otot wajah.

Kelumpuhan pada otot wajah disebut Bell’s Palsy (Facial Paralysis). Facial Paralysis terjadi

karena adanya lesi perifer unilateral dari saraf kranial ketujuh (N. Facialis) perifer

menyebabkan gangguan terhadap otot yang dipersarafi.

Semakin panasnya bumi maka penggunaan AC terus bertambah. Selain itu,

pertumbuhan kendaraan terus berlangsung. Dari data Gaikindo, volume kendaraan baru di

DKI Jakarta setiap harinya mencapai 800-1.200 unit. Itu berarti jika masyarakat kurang

menjaga kesehatan dan keamanan, orang yang berpotensi mengalami bell’s palsy semakin

banyak.

1

Page 2: Bells Palsy dan fisioterapi

Makin banyaknya penderita yang dijumpai mengalami facial paralysis, maka dalam laporan

praktek klinik ini, penyusun menyajikan judul “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Gangguan

Fungsional Wajah Dektra Akibat Bell’s Palsy”. Dengan harapan dapat menjadi referensi

bagi pembaca dalam hal penanganan kasus yang sama selain sebagai salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan praktek klinik di RSUD Labuang Baji Makassar.

2

Page 3: Bells Palsy dan fisioterapi

BAB II

ANATOMI FISIOLOGI

Tulang Tengkorak (Cranium)

Tulang tengkorak mempunyai beberapa bagian-bagian yang biasanya ditinjau dari beberapa

aspek yaitu aspek anterior, posterior, superior dan inferior serta lateral. Terkait dengan

perjalanan N. Facialis maka cranium di tinjau dari arah lateral dan melibatkan

- Os temporalis

- Canalis facialis

- Foramen stylomastoideus

- Ramus mandibularis aspek lateral

Nervus Facialis

Nervus facialis merupakan saraf motorik yang menginervasi otot-otot wajah. N. Facialis

adalah salah satu dari 12 pasang saraf cranial. Otot-otot yang dipersarafi adalah:

1. M. Frontalis

Fungsinya, mengangkat alis mata dan mengerutkan dahi (ekspresi heran)

2. M. Orbicularis Oculi

3

Page 4: Bells Palsy dan fisioterapi

Fungsinya, menutup mata (ekspresi memejamkan mata)

3. M. Orbicularis Oris

Fungsinya, mengucupkan mulut kedepan (ekspresi bersiul)

4. M. Proserus

Fungsinya, mengangkat hidung (eksprsei benci)

5. M. Nasalis

Fungsinya, melebarkan daun hidung (ekpresi mencium bau)

6. M. Currogator Supercili

Fungsinya, menarik alis mata ketengah dan menurun sehingga membentuk lipatan atau

kerutan diantara kedua alis mata (ekspresi marah)

7. M. Zygomatikum

Fungsinya, menarik sudut mulut dengan memperlihatkan gigi (ekspresi senyum)

8. M. Rizorius

Fungsinya, menarik sudut mulut kelateral (ekspresi meringis)

4

Page 5: Bells Palsy dan fisioterapi

9. M. Buccinator

Fungsinya, menekan pipi kedalam dan bersiul

10. M. Deperesor Labii Inferior

Fungsinya, menonjolkan bibir kebawah keluar (ekspresi mencibir)

11. M. Mentalis

Fungsinya, meruncingkan dagu

12. M. Deperesor Anguli Oris

Fungsinya, menarik sudut mult kebawah secara kuat.

Neurofisiologi

N. Facialis adalah saraf motorik yang menginervasi otot-otot wajah.

Saraf ini berpangkal dari otak dan keluar dari sudut Facialis dan

keluar tengkorak melewati forament Stylomastoideum lalu

menembus glandula parotis dan belakang ramus mandibularis dan bercabang ke semua

bagian muka dan kepala. Dalam perjalanannya ke tepi ia bergabung dengan N.

Intermedius di susun oleh serabut sekremotorik untuk glandula salivatoris dan

serabutnya menghantarkan impuls pengecap 2/3 anterior lidah.

5

Page 6: Bells Palsy dan fisioterapi

Nervus Facialis mempunyai 5 komponen fungsional yaitu tiga afferent dan 2 efferent.

Dua afferent pertama datang dari sekitar kuping berupa sensasi sakit dan temperatur.

Afferent ketiga datang dari 2/3 depan lidah membawa sensori taktil. Efferent pertama

datang dari Nucleus nervus facialis di dalam Pons menuju Canalis facialis dan keluar

dari Forament Stylomastoideus serta bercabang-cabang menginervasi otot – otot

wajah .Efferent kedua datang dari nucleus salivatoris superior di dalam pons.

6

Page 7: Bells Palsy dan fisioterapi

BAB III

PATOLOGI

A. Bell’s palsy

Bell’s palsy adalah paralisis wajah unilateral yang timbul mendadak akibat lesi

nervus fasialis, dan mengakibatkan distorsi wajah yang khas. Dengan kata lain

Bell’s palsy merupakan suatu kelainan pada saraf wajah yang menyebabkan

kelemahan atau kelumpuhan tiba-tiba pada otot di satu isi wajah (Djamil, 297,

2003). Kebanyakan orang belum mengetahui nama dari panyakit ini. Adalah Sir

Charles Bell seorang ilmuan dari Skotlandia yang pertama kali menemukan penyakit ini pada abad

ke-19

B. Perbedaan Bell’s palsy dengan Stroke

Banyak orang mengira bahwa Bell’s palsy merupakan stroke, tetapi pada hakikatnya Bell’s

palsy berbeda dengan serangan stroke. Yang menjadi pembeda paling mendasar adalah pada Bell’s

palsy tidak disertai dengan kelemahan pada anggota gerak. Hal ini disebabkan oleh letak kerusakan

saraf yang berbeda. Pada serangan stroke saraf yang rusak adalah pada saraf otak yang mengatur

pergerakan salah satu sisi tubuh, termasuk wajah. Sedangkan pada kasus Bell’s palsy, kerusakan yang

terjadi langsung pada saraf yang mengurus persarafan wajah yaitu saraf facialis.

C. Patologi Terapan.

7

Page 8: Bells Palsy dan fisioterapi

Penyebab dari penyakit ini belum diketahui secara pasti tetapi dapat diduga bahwa penyebab

dari penyakit ini adalah karena saraf yang mengendalikan otot wajah membengkak, terinfeksi, atau

mampat karena aliran darah berkurang.

Bell’s palsy selalu mengenai satu sisi wajah, kelemahannya tiba-tiba dan dapat melibatkan

baik bagian atas atau bagian bawah wajah. Penyakit lain yang juga dapat menyebabkan kelumpuhan

saraf wajah adalah:

-Tumor otak yang menekan saraf.

- Kerusakan saraf wajah karena infeksi virus (misalnya sindroma Ramsay Hunt)

- Infeksi telinga tengah atau sinus mastoideus

- Penyakit Lyme

- Patah tulang di dasar tengkorak.

Untuk membedakan Bell's palsy dengan penyakit tersebut, bisa dilihat dari riwayat penyakit,

hasil pemeriksaan rontgen, CT scan atau MRI. Pada penyakit Lyme perlu dilakukan pemeriksaan

darah.

D. Patologi Klinis.

Terkait dengan proses kejadian yang ada pada pasien yakni terjatuh pada musim hujan maka

penyusun mengaitkan faktor penyebab dengan cuaca dingin.

Bell’s palsy sangat erat kaitannya dengan cuaca dingin. Ujar dokter ahli syaraf RS Gatot

Subroto, Dr Hardhi Pranata SpS MARS yakni angin yang masuk ke dalam tengkorak atau foramen

stylomastoideum. Angin dingin ini membuat syaraf di sekitar wajah sembab lalu membesar.

Pembengkakan syaraf nomor tujuh atau nervous fascialis ini mengakibatkan pasokan darah ke syaraf

tersebut terhenti.

8

Page 9: Bells Palsy dan fisioterapi

Hal itu menyebabkan kematian sel sehingga fungsi menghantar impuls atau rangsangnya

terganggu. Akibatnya, perintah otak untuk menggerakkan otot-otot wajah tidak dapat diteruskan.

”Syaraf nomor tujuh ini terjepit hingga akhirnya kelumpuhan terjadi.”Bell’s palsy diambil dari nama

Sir Charles Bell, dokter dari abad 19 yang pertama menggambarkan kondisi ini dan menghubungkan

dengan kelainan pada syaraf wajah. Meski namanya unik, penyakit ini akan mengganggu secara

estetika ataupun fungsi pada wajah. Artinya muka yang terlihat cantik dan bagus di depan kaca itu

tidak terjadi dengan sendirinya. Karena, bila salah satu saja syarafnya minta istirahat, maka proporsi

wajah menjadi tidak seimbang. Jika tidak ditangani maka akan terjadi kecacatan dengan muka mupeng

atau penyok.

D. Gejala dan Tanda Klinik

Karena saraf pada bagian wajah memiliki banyak fungsi dan

kompleks, kerusakan atau gangguan fungsi pada saraf tersebut dapat mengakibatkan banyak masalah.

Penyakit ini seringkali menimbulkan gejala-gejala klinis yang beragam akan tetapi gejala-gejala yang

sering terjadi yaitu wajah yang tidak simetris, kelopak mata tidak bisa menutup dengan sempurna,

gangguan pada pengecapan, serta sensasi mati rasa pada salah satu bagian wajah. Pada kasus yang lain

juga terkadang disertai dengan adanya hiperakusis (sensasi pendengaran yang berlebihan), telinga

berdenging, nyeri kepala dan perasaan melayang. Hal tersebut terjadi mendadak dan mencapai

puncaknya dalam dua hari. Keluhan yang terjadi diawali dengan nyeri pada bagian telinga yang

seringkali dianggap sebagai infeksi.

Selain itu masih ada gejala-gejala lain yang ditimbulkan oleh penyakit ini yaitu, pada

awalnya, penderita merasakan ada kelainan di mulut pada saat bangun tidur, menggosok gigi atau

berkumur, minum atau berbicara. Mulut tampak mencong terlebih saat meringis, kelopak mata tidak

9

Page 10: Bells Palsy dan fisioterapi

dapat dipejamkan (lagoftalmos), waktu penderita menutup kelopak matanya maka bola mata akan

tampak berputar ke atas. Penderita tidak dapat bersiul atau meniup, apabila berkumur maka air akan

keluar sisi melalui sisi mulut yang lumpuh ( Djamil, 297, 2003 )

E. Terapi

Terapi pertama yang harus dilakukan adalah penjelasan kepada penderita bahwa penyakit

yang mereka derita bukanlah tanda stroke, hal ini menjadi penting karena spenderita dapat mengalami

stress yang berat ketika terjadi salah pengertian ( Djamil,299, 2003 ).

1. Penanganan mata

Bagian mata juga harus mendapatkan perhatian khusus dan harus dijaga agar tetap lembab,

hal tersebut dapat dilakukan dengan pemberian pelumas mata setiap jam sepanjang hari dan salep

mata harus digunakan setiap malam

2. Latihan wajah

Komponen lain yang tidak kalah pentingnya dalam optimalisasi terapi adalah latihan wajah.

Latihan ini dilakukan minimal 2-3 kali sehari, akan tetapi kualitas latihan lebih utama daripada

kuantitasnya. Sehingga latihan wajah ini dilakukan sebaik mungkin. Pada fase akut dapat dimulai

dengan kompres hangat dan pemijatan pada wajah, hal ini berguna meningkatkan aliran darah pada

otot-otot wajah.

Kemudian latihan dilanjutkan dengan gerakan-gerakan wajah tertentu yang dapat

merangsang otak untuk tetap memberi sinyal untuk menggerakan otot-otot wajah. Sebaiknya

latihan ini dilakukan di depan cermin.Gerakannya seperti:

Tersenyum

Mencucurkan mulut, kemudian bersiul

Mengatupkan bibir

10

Page 11: Bells Palsy dan fisioterapi

Mengerutkan hidung

Mengerutkan dahi

Gunakan telunjuk dan ibu jari untuk menarik sudut mulut secara manual

Mengangkat alis secara manual dengan keempat jari

Setelah melakukan terapi tersebut sebagian penderita akan sembuh total dan sebagian akan

meninggalkan gejala sisa yang dapat berupa:

a. Kontraktur

Hal ini dapat terlihat dari tertariknya otot, sehingga plika nasolabialis lebih jelas terlihat

dibanding pada sisi yang sehat. Bagi pemeriksa yang belum berpengalaman mungkin bagian

yang sehat ini yang disangkanya lumpuh, sedangkan bagian yang lumpuh disangkanya sehat.

b. Sinkinesia (associated movement)

Dalam hal ini otot-otot tidak dapat digerakkan satu per satu atau tersendiri, selalu timbul

gerakan bersama. Bila pasien disuruh memejamkan mata, maka otot orbikularis orispun akan

akan ikut berkontraksi dan sudut mulut terngkat. Bila ia disuruh menggembungkan pipi, kelopak

mata ikut merapat

c. Spasme spontan.

Dalam hal ini otot-otot wajah bergerak secara spontan, tidak terkendali. Hal ini disebut juga tic

facialis. akan tetapi tidak semua tic facialis merupakan gejala sisa dari Bell’s palsy

(Lumbantobing,59, 2003).

11

Page 12: Bells Palsy dan fisioterapi

BAB IV

STATUS KLINIK

A. Data-Data Medis Rumah Sakit

1. Diagnosa Medis : Bell’s Palsy

2. Catatan Klinik :

- Tekanan Darah : 160/100 mmHg

- Denyut Nadi : 80x/menit

- Pernafasan : 18x/menit

3. Terapi Umum : Medika Mentosa

B. Pemeriksaan Fisioterapi

1. Anamnesis

a. Anamnesis Umum:

Nama : H. Andi Altin

Umur : 68 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Pensiunan

Alamat : Todopuli

b. Anamnesis Khusus:

Keluhan Utama : Kelemahan otot-otot wajah

Lokasi Keluhan : ssisi dekstra wajah

Kapan : 2 minggu yang lalu

12

Page 13: Bells Palsy dan fisioterapi

Sifat Keluhan : terlokalisir

RPP : 2minggu yang lalu pada saat istirahat tiba-tiba sisi

wajah kanan terasa keram-keram dan terasa tebal, mulut merot kekiri dan mata sulit tertutup.

2. Inspeksi

Statis

- Mulut merot ke kiri

- Wajah sisi dekstra tertarik ke kiri

- Mata kanan berair

Dinamis

Pasien diminta untuk berekspresi sesuai dengan motorik wajah seperti meniup, kembungkan pipi

ataupun menutup mata.

3. Pemeriksaan Fungsi

a. Aktif

- Pasien diminta tersenyum

Hasil : tidak maksimal

Interpretasi : kelemahan M. Zigomatikum

- Pasien diminta mengembangkan pipi

Hasil : tidak maksimal

Interpretasi : kelemahan M. Buccinator

- Pasien diminta mengangkat alis

Hasil : tidak bisa

Interpretasi : kelemahan M. frontalis

- Pasien diminta menutup mata

Hasil : mata kanan tidak menutup sempurna

Interpretasi :kelemahan M. Orbicularis Oculi

- Pasien diminta mengerutkan alis

13

Page 14: Bells Palsy dan fisioterapi

Hasil : tidak bisa dilakukan

Interpretasi : kelemahan M. Procerus

- Pasien diminta menciutkan bibir

Hasil : tidak bisa

Interpretasi : kelemahan M. Orbicularis Oris

b. Pasif

- Mengerutkan dahi

Hasil : tidak mampu sempurna

- Menutup mata

Hasil : mampu

- Menggembungkan pipi, fisioterapi membantu merapatkan kedua bibirnya

Hasil : tidak maksimal

c. TIMT

Tidak dilakukan karena pasien belum mampu melakukan gerakan pada sisi wajah kanan.

d. Pemeriksaan Spesifik

- MMT Test

Tujuan : Untuk mengetahui nilai otot wajah

- Nilai 0 apabila tidak ada kontraksi intramuskular

- Nilai 1 apabila hanya terjadi kontraksi intramuskular

- Nilai 3 apabila terjadi kontraksi dan ekspresi yang dilakukan dengan kepayahan dan

tak sempurna

- Nilai 5 apabila pasien mampu berekspresi tanpa susah payah dan sempurna.

Hasil

1. Menutup mata (orbicularis Oculi) : 3ˉ

2. Tersenyum (M. zygomatikum) : 3ˉ

3. Mencucutkan mulut kedepan (M. Orbucularis Oris) : 1

14

Page 15: Bells Palsy dan fisioterapi

4. Mengangkat hidung (M. Procerus) : 1

5. Melebarkan daun hidung (M. Nasalis) : 1

6. Menarik sudut mulut ke lateral (M. Rizorius) : 1

7. Mangangkat alis (M. Frontalis) : 1

Interpretasi : Terjadi kelemahan pada otot wajah sisi Dekstra serta gangguan

ekspresi.

- Tes Sensorik

Tujuan : Untuk mengetahui apakah terdapat gangguan sensorik pada wajah baik

berupa rasa Tajam – Tumpul maupun Panas – Dingin.

Hasil : Pasien mampu merasakan dan membedakan rasa Tajam – Tumpul

maupun Panas - Dingin.

- Tes Motorik

Pasien diminta mengucapkan huruf L, M, N

Hasil : tidak bisa

Pasien diminta bersiul

Hasil : tidak bisa

C. Diagnosa Fisioterapi

Gangguan fungsional wajah dektra akibat bell’s palsy

D. Problematik Fisioterapi

1. Kelemahan otot

2. Gangguan ekspresi wajah (ADL)

15

Page 16: Bells Palsy dan fisioterapi

E. Tujuan Fisioterapi

1. Jangka Panjang

Mengembalikan kapsitas fisik dan kemampuan fungsional pasien

2. Jangka Pendek

a. Meningkatkan kekuatan otot

b. Memperbaiki ekspresi wajah

F. Intervensi

1. IRR

Teknik Pelaksanaan : Pasien supine lying dan disinari pada sisi wajah yang sakit.

Tujuan : Sebagai Pre Eliminary Exercise

Melancarkan sirkulasi darah

F : 3x/ minggu

I : 45 cm

T : Luminus

T : 5 Menit untuk setiap sisi wajah.

2. Friction

Teknik Pelaksanaan : Pasien dalam posisi supine lying lalu terapis memfriction

titik – titik wajah untuk menstimulasi persarafan otot wajah.

Tujuan : Untuk menstimulasi tipe saraf IIIa.

F : 3x/ minggu

I : 8x putaran

16

Page 17: Bells Palsy dan fisioterapi

T : Sirkuler pada titik point wajah.

T : 30 detik.

3. Massage

Teknik Pelaksanaan : Pasien dalam posisi Supine Lying lalu terapis melakukan

massage pada kedua sisi wajah pasien.

Tujuan : Pada sisi sehat untuk merileksasikan otot sedangkan pada

sisi yang sakit untuk memicu tonus otot.

F : 3x/ minggu

I : 3x8 hitungan

T : Tappotement.

T : 3 Menit.

4. PNF wajah

Teknik Pelaksanaan : Pasien diminta berekspresi sesuai motorik yang ada pada

wajah.

Tujuan : Untuk meningkatkan kekuatan otot wajah.

F : 3x/minggu

I : 5 X Repetisi.

17

Page 18: Bells Palsy dan fisioterapi

T : (Over Flow Muscle Function ).

T : 5 Menit.

5. Stretching

Teknik Pelaksanaan : Sisi wajah yang sehat di tarik ke arah sisi wajah yang

mengalami kelemahan dan tertarik.

Tujuan : Untuk mencegah terjadinya Kontraktur pada otot wajah

Sinistra ( yang sehat ).

F : 3x/minggu

I : 5 X Repetisi

T : Pasif Stretching.

T : 2 Menit.

G. Evaluasi

Sesaat

Belum terjadi perubahan

Berkala

Nilai otot sudah mengalami peningkatan

H. Prognosis

1 Quo ad vitam : baik

2 Quo ad sanam : baik

3 Quo ad cosmeticam : kurang baik

18

Page 19: Bells Palsy dan fisioterapi

4 Quo ad fungsional : baik

I. Home Program

1. Kompres air hanagt pada belakang telinga dan sisi wajah dekstra

2. Pasien diinstruksikan untuk mengulang latihan yang diajarkan berupa mengoreksi ekspresi wajah

di depan cermin.

Follow Up.

Tanggal Problematik Modalitas Evaluasi

13 / 06 /

2008

Kelemahan otot wajah.

Gangguan Ekspresi

MWD,,Friction,massage

.

Strengthening,PNF

Mirror Exc

Nilai otot.

(M.Orbicularis Oculi) : 3

(M. Zygomaticum) : 3

(M.Orbicularis Oris) : 1

(M. Procerus) :1

(M. Nasalis) :1

M. Rizorius : 1

(M. Frontalis ) : 1

Gangguan Ekspresi tetap

16 / 06/

2008

Kelemahan otot wajah.

Gangguan Ekspresi

MWD,Friction ,massage

.

Strengthening,PNF

Nilai otot.

(M.Orbicularis Oculi) : 3+

(M. Zygomaticum) : 3+

19

Page 20: Bells Palsy dan fisioterapi

Mirror Exc (M.Orbicularis Oris) :1

(M. Procerus) :1

(M. Nasalis) :1

M. Rizorius : 1

(M. Frontalis ) : 1

Gangguan Ekspresi tetap

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan status klinik dengan judul “ Penatalaksanaan Fisioterapi pada Gangguan Fungsional

Wajah Dekstra Akibat Bell’s Palsy ”. di susun oleh, Nurjahidah , NIM: PO 713241051032.

20

Page 21: Bells Palsy dan fisioterapi

Telah disetujui untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan praktek

klinik di RSUD Labuang Baji Makassar yang di mulai tanggal 11 Juni - 5 Juli 2008.

Makassar, Juli 2008

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

S yaribulan , AMF H. Muh. Rusli, RPT, S. PdNIP: 140 254 240 NIP: 140 056 597

Laporan Klinik

RSUD Labuang Baji Makassar

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN

21

Page 22: Bells Palsy dan fisioterapi

FUNGSIONAL WAJAH DEKSTRA AKIBAT BELL’S PALSY

Oleh

NURJAHIDAH

PO 713241051032

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

JURUSAN FISIOTERAPI

2008

22