Pemicu 3 Ain
-
Upload
caryn-miranda -
Category
Documents
-
view
70 -
download
0
description
Transcript of Pemicu 3 Ain
PEMICU 3Perutku Gendut
Caryn Miranda SaptariKelompok 4
LO 1FATTY LIVER
Fatty Liver
Definisi
• Hati yang terkena infiltrasi lemak, biasanya dari penyalahgunaan obat, pembedahan bypass jejunoileal, atau kadang diabetes mellitus, lemak dalam droplet besar dan hepar yang membesar tetapi konsistensinya normal (Dorland)
• Kandungan lemak di hati (sebagian besar terdiri atas trigliserida) melebihi 5% dari seluruh berat hati. (IPD)
• Dikatakan sebagai perlemakan hati jika :– Kandungan lemak di hati (sebagian besar trigliserida) > 5%
dari seluruh berat hati– Pada hasil biosi jaringan hati ditemukan min 5-10% sel
lemak dari keseluruhan hepatosit
Epidemiologi
• Dinegara-negara berkembang, prevalensi keseluruhan dari NAFLD didalam populasi diperkirakan adalah 20%, dan dari NASH 3%
• Prevalensi diperkirakan jauh lebih tinggi pada orang-orang dengan obesitas dan diabetes
• > 55% dari pasien dengan NASH menderita DM2 dan 95% adalah obesitas
• Jadi, prevalensi dari simple fatty liver pada orang-orang obesitas dapat diperkirakan hampir 90% dan yang dari NASH pada orang-orang obesitas 20%
• NASH adalah suatu penyakit khas dari wanita-wanita setengah umur dengan kelebihan berat badan dengan pendistribusian lemak sebagian besar di abdomen
Epidemiologi
• Sebuah studi di Indonesia mendapatkan prevalensi perlemakan hati non-alkoholik sebesar 30,6%.
• Steatohepatitis non-alkoholik dapat terjadi apda semua usia, termasuk anak2.
• Namun paling banyak terjadi paling banyak pd dekade keempat dan kelima kehidupan.
• Predileksi : wanita > laki2.
•Makroskopik– Hepatomegali– Permukaan hati
halus / rata– Tepi tumpul– Lunak– Kuning pucat
•Mikroskopik– Banyak sel lemak– Degenerasi sel hati
sentrolobuler ke perifer
Etiologi Steatosis biasanya disebabkan oleh alkohol atau sindrom metabolik (diabetes, hipertensi, obesitas, dan dislipidemia) tapi dapat juga oleh sebab lain:• Metabolik:
– Abetalipoproteinemia– glycogen storage diseases– Weber-Christian disease– Wolman disease– acute fatty liver of pregnancy– lipodystrophy
• Nutritional Malnutrition– total parenteral nutrition– severe weight loss– refeeding syndrome– jejuno-ileal bypass– gastric bypass– jejunal diverticulosis with
bacterial overgrowth
• Drugs and toxins – Amiodarone– Methotrexate– Diltiazem– highly active antiretroviral
therapy– Glucocorticoids– Tamoxifen– environmental hepatotoxins
(phosphorus, toxic mushroom) • Other
– Inflammatory bowel disease, – HIV– Hepatitis C genotype 3.
DiagnosisFattyLiver
Non Alcoholic Fatty Liver
Epidemiologi
• Banyak ditemukan pada dekade ke-4 dan 5 • Lebih sering pada wanita• Insidens me↑ pd obesitas dimana 60%
mengalami simple fatty liver, 20-25% NASH,dan 2-3% sirosis.
• Pada penderita DM tipe 2 insiden mencapai 70% dan pada pasien dislipidemia insiden sekitar 60%
• Prevalensi di Indonesia sekitar 30,6% pada sebuah studi populasi
Etiologi dan Faktor Resiko
• Diabetes melitus tipe 2• Obesitas• Hipertrigliserida • Malnutrisi protein• Hipertensi• Cell toxin• Anoxia • Sindrom metabolik • Intoleransi glukosa
Patofisiologi
TWO HIT THEORY HIT 1 akibat penumpukan lemak di hepatosit HIT 2 asam lemak di hepatosit >>
peningkatan oksidasi dan esterifikasi lemak. Proses ini terfokus di mitokondria Peningkatan stress oksidatif
Peningkatan konsentrasi endotoxin di hatiPeningkatan aktivitas sitokrom P 450 2E1Peningkatan cadangan besi Penurunan aktivitas antioksidan
Non-alcoholic fatty liver
Diabetes Melitus
Resistensi Insulin
As.lemak plasma ↑↑
Obesitas
As.lemak plasma ↑↑
Transpor as/lemak ke hati ↑↑
P’↑an kerja mitokondria
HIT 1
Mitokondria rusak
Stress oxidative
Aktivasi sel stelata & sitokin
HIT 2
Nekrosis sel hati berulang
Steato hepatitis
Nekrosis >> regenerasi hepatosit
Fibroblast
Membatasi ruang tumbuh hepatosit & menghalangi pembuluh darah
Cirrhosis
HCC
The “TWO HIT” theory
Patogenesis Non-alkoholik
Peningkatan massa lemak(obesitas sentral)
Penglepasanas. Lemak >>
Penumpukan di hepatosit
Kerusakan mitokondria Oksidatif &esterifikasi lemak ↑
Mitokondria
• Inflamasi progresif• Pembengkakan hepatosit• Kematian sel• Pembentukan badan Mallory• Fibrosis
Aktifasi sel stelata& sitokin pro-inflamasi
Perlawanan antioksidantdk mampu
Stres oksidatif ↑
GGG & kerusakan sel hati
First Hit
Second Hit
Peninggian kadar glukosa darah puasa
Peningkatan produksi glukosa endogen (otot, lemak dan hepar)
Diregulasi o/ hormon insulin
Kemampuan inhibisi menurun
Bila resistensi insulin meningkat
X
Hiperglikemia(Diabetes Melitus)
Peningkatan stres oksidatif
Stres Oksidatif >> Perlawanan Anti-oksidan
Mengaktifasi sel stelata dan sitokin proinflamasi
Berlanjut : inflamasi progresif
Pembengkakan hepatosit, kematian sel
muncul jar fibrosisF/ hepar terganggu(metabolisme lipid)
Fatty Liver
Hubungan diabetes dengan fatty liver
Spektrum Perjalanan Penyakit
• NAFLD (non-alcoholic fatty liver disease) adalah penyakit hati yang mempunyai spectrum sangat luas
mulai dari perlemakan hati yang bersifat ringan (simple steatosis) tanpa adanya bukti kelainan biokimia atau histologi akibat dari peradangan hati ataupun fibrosis
sampai perlemakan hati yang disertai adanya nekroinflamasi dengan atau tanpa fibrosis (non-alkoholik steatohepatitis (NASH)) yang dapat berkembang menjadi fibrosis hati yang berat bahkan sirosis.
PERBEDAAN NAFLD AND AFLD
Diagnosis
Steatosis present?
Alcohol abuse? History
Physical findings
Other laboratory findings
Fatty liver
Yes No Type 2 diabetes, increased body mass index, hyperlipidemia
Obesity, often asymptomatic
Total bilirubin normal, albumin normal, AST/ALT usually < 1:1
Alcohol Yes Yes Alcohol use > 20 to 30 g per day (1.5 to2 standard drinks)
Hepatomegaly, right upperquadrant tenderness
gamma-glutamyltransferase usually two times normal, transaminase levels usually < 300 U per L, AST/ALT ≥ 1:1
Steatosis
Disebabkan oleh :1.Peningkatan transportasi/suplai asam lemak
(dari perifer ke hati).2.Penurunan transportasi lemak (dari hati ke
perifer) dalam bentuk VLDL.3.Penurunan oksidasi asam lemak.4.Peningkatan oksidasi asam lemak (produksi
lemak oleh sel hati meningkat).
Grade/stage
Steatosis Steatohepatitis Fibrosis
1 < 33% hepatosit terisi lemak
Steatosis : makrovesikuler, 66% lobulus terlibatDegenerasi balon: kadang terlihat, di zona 3 hepatositInflamasi lobular: akut, tersebar, ringan (kadang kronik)Inflamasi portal: - / ringan
Fibrosis perivenuler zona 3, perisinusoidal, periselular; ekstensif / fokal
2 33-66% hepatosit terisi lemak
Steatosis : campuran mikro dan makrovesikulerDegenerasi balon: jelas terlihat, di zona 3 hepatositInflamasi lobular: ada sel PMN; inflamasi kronik ringan mungkin adaInflamasi portal: ringan – sedang
Seperti di atas dengan fibrosis periportal fokal / ekstensif
Grade/stage
Steatosis Steatohepatitis Fibrosis
3 > 66% hepatosit terisi lemak
Steatosis : campuran; >66% lobulus (panasinar)Degenerasi balon: nyata, di zona 3 hepatositInflamasi lobular: akut dan kronik tersebar, sel PMN di zona 3 yang mengalami degenerasi balon & fibrosis perisinusoidal,Inflamasi portal: ringan – sedang
Fibrosis jembatan, fokal / ekstensif
4 Sirosis
Grading perlemakan hati non-Alkoholik
Grade I steatosis in non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD). The fat vacuoles are of variable sizes, some very large (top). Note the preferential location of steatosis in zone 2 with the central vein (C) on the left and portal tract (P) on the right. A few steatotic cells are seen in zone 1
Grading perlemakan hati non-Alkoholik
Grade II steatosis affecting predominantly zone 2.The steatotic cells are of variable sizes. Some normal hepatocytes are seen in zone 3 around the central vein (C) and in zone 1 around the portal tract (P).
Grading perlemakan hati non-Alkoholik
Grade III steatosis with prominent zone 2 involvement but fair numbers of steatotic cells are seen in the paraportal area
Staging untuk fibrosis
• Stage 1 : fibrosis perivenular zona 3, perisinusoidal, periselular, ekstensif atau fokal
• Stage 2 : fibrosis periportal yang ekstensif atau fokal
• Stage 3 : fibrosis jembatan, fokal atau ekstensif
• Stage 4 : sirosis
Manifestasi klinis
• Tidak menunjukan gejala maupun tanda penyakit hati
• Rasa lemah• Malaise• Keluhan tidak enak,seperti mengganjal di
perut ka atas• hepatomegali
diagnosis
• BiopsiGOLD STANDARD• Dilakukan karena mampu :
– menyingkirkan penyakit hati lain,– membedakan steatosis dari steatohepatitis,– memperkirakan prognosis,– menilai progresi fibrosis dari waktu ke waktu
• LABORATORIUM– Alkali fosfatase,GGT,feritin darah,saturasi
transferin me↑– Hipoalbuminemiawaktu PT memanjang– Hiperbilirubinemiapada pasien sirosis
• EVALUASI PENCITRAAN– USG(pe↑ difuse ekogenitashiperekoik)– MRI(membedakan nodul keganasan dengan
inflitrasi fokal lemak di hati)– CT-Scan(paremkim hatidensitas rendah)
HISTOLOGI
– Tidak dapat dibedakan dengan kerusakan hati akibat alkohol
– Gamb.biopsi hati:steatosis,infiltrasi sel radang,hepatocyte balloning,nekrosis,nukleus glikogen,Mallory`s hyaline,fibrosis
– Karakteristik histologis perlemakan hati:ditemukan perlemakan hati dengan atau tanpa inflamasi
Gambaran histopatologi
Belum ada kesepakatan.
Klasifikasi patologi yg banyak digunakan (Matteoni dan Brunt) untuk NAFLD, yaitu :o Tipe 1 steatosis sajao Tipe 2 steatosis dan inflamasi lobuluso Tipe 3 steatosis, inflamasi lobuler dan
degenerasi balooning hepatosito Tipe 4 steatosis, degenerasi balooning dan
Malollory bosies dan atau fibrosis
Penatalaksanaan• Mengontrol faktor risiko
– Mengurangi berat badan dengan diet dan latihan jasmani :• Aktivitas fisik berupa latihan bersifat aerobik 30
menit/hari• Mengurangi asupan lemak total menjadi < 30% dari
total asupan energi• Mengurangi asupan lemak jenuh• Mengganti dengan karbohidrat kompleks yang
mengandung 15 gr serat serta kaya buah dan sayuran– Mengurangi berat badan dengan tindakan bedah : operasi
bariatrik
• Terapi farmakologi– Antidiabetik dan insulin sanitizer
• Metformin meningkatkan kerja insulin pada sel hati dan menurunkan produksi glukosa hati melalui:
– penghambatan TNF α shg tjd perbaikan insulin– Downregulation konsentrasi UCP-2 messenger RNA di hati– Penurunan pengikatan DNA oleh SREBP-1
• Tiazolidindion adalah obat antidiabetik yang bekerja sbg ligan untuk PPARg dan memperbaiki sensitifitas insulin pada jar. Adiposa, serta menghambat ekspresi leptin dan TNF α.
– Obat anti hiperlipidemia• Gemfibrozil menunjukan perbaikan ALT dan konsentrasi lipid
setelah pemberian 1 bulan. – Antioksidan (vit.E (a-tokoferol), vit.C, Betain, N-
asetilsistein)• Berpotensi untuk mencegah progresi steatosis menjadi
steatohepatitis dan fibrosis. – Hepatoprotektor
• Ursodeoxycholic acid adalah asam empedu dengan efek imunomodulator, pengaturan lipid, dan efek sitoproteksi.
Terapi gizi
• Protein : 0,8-1,5 g/kgBB/hari• Karbohidrat : 55-65 % dari total kalori• Lemak : 25-30 % dari total kalori• Vitamin dan mineral : suplementasi sesuai
kebutuhan dan gejala defisiensi.• Perhatikan faktor penyebab/penyakit yg
mendasarinya.
Diet for fatty liver
Penatalaksanaan Fatty Liver Non-Alcoholic
DIFERENSIAL DIAGNOSIS (NAFLD)
• Alcoholic Fatty Liver• Hepatitis D• Alcoholic Hepatitis• Hepatitis E• Alcoholism• Hepatitis, Viral• Alpha1-Antitrypsin Deficiency• Hyperthyroidism• Autoimmune Hepatitis• Hypothyroidism• Celiac Sprue• Isoniazid Hepatotoxicity
• Cirrhosis• Malabsorption• Drug-Induced Hepatotoxicity• Primary Biliary Cirrhosis• Hemochromatosis• Primary Sclerosing Cholangitis• Hepatitis A• Protein-Losing Enteropathy• Hepatitis B• Vitamin A Toxicity• Hepatitis C• Wilson Disease
Komplikasi
Komplikasi
• fibrosis• cirrhosis• gagal hati• hepatoma
Prognosis
• Steatosis dapat reversibel dengan penurunan berat badan
• Dari pasien dengan steatohepatitis, 10% akan maju ke fibrosis dan sirosis.
• pasien perlemakan hati non alkoholik yang menjalani biopsi ulang telah menunjukkan bahwa 30% kemajuan, 30% tetap stabil, dan 30% peningkatan selama periode 3 tahun tanpa farmakologi
Perlemakan hati alkoholik
Epidemiologi• Konsumsi alkohol tinggi di sebagian besar negara-
negara Barat. Di AS,> 10% orang bergantung pada alkohol.
• Laki-laki : perempuan rasionya adalah sekitar 2:1. Gangguan yang terjadi pada pecandu alkohol, sering kali secara berurutan, termasuk :– Perlemakan hati (> 90%) – Alcoholic hepatitis (10 to 35%)– Sirosis (10 sampai 20%)
• Hepatocellular carcinoma mungkin juga berkembang, terutama berkaitan dengan akumulasi besi.
FAKTOR RESIKO• Kuantitas dan durasi penggunaan alkohol (biasanya> 8 thn)
– > 40 g / hari resiko meningkat– > 80 g/ hari selama > 10 tahun sirosis– > 230 g/ hari selama 20 tahun sirosis (50%)– Hanya beberapa pecandu alkohol kronis menderita penyakit hati
• Jenis kelamin– perempuan lebih rentan memiliki < alkohol dehidrogenase dalam mukosa
lambung
• Genetik dan sifat metabolik– penyakit hati alkoholik sering terjadi dalam keluarga faktor genetik
• Status Gizi– KEP, diet tinggi lemak tak jenuh dan obesitas meningkatkan kerentanan
• Faktor-faktor lain• Faktor risiko lain termasuk akumulasi besi dalam hati dan hepatitis C
Penyerapan dan Metabolisme Alkohol
• Alkohol (etanol) mudah diserap di gaster, tetapi kebanyakan diserap dari usus kecil.
• Alkohol tidak dapat disimpan.• Sejumlah kecil terdegradasi dalam transit melalui
mukosa lambung, tetapi kebanyakan terkatabolisme dalam hati, terutama oleh alkohol dehidrogenase (ADH), tetapi juga oleh sitokrom P-450 2E1 (CYP2E1) dan sistem oksidasi enzim microsomal (Meos).
Metabolisme Alkohol Melalui Jalur ADH
ADH mengoksidasi alkohol => asetaldehida Asetaldehida dehidrogenase (ALDH), kemudian
mengoksidasi asetaldehida => asetat Reaksi oksidatif ini menghasilkan hidrogen, yang
mengubah NAD => NADH, yang meningkatkan potensial oksidasi-reduksi (NADH / NAD) dalam hati.
Peningkatan potensial oksidasi-reduksi ini menghambat oksidasi asam lemak dan glukoneogenesis, mengakibatkan akumulasi lemak dalam hati.
Akumulasi Lemak di Hepatosit
• Terjadi karena :– Ekspor lemak dari hati ↓ karena oksidasi asam
lemak dan produksi lipoprotein ↓– Masukan lemak ke hati ↑ karena penurunan
ekspor lemak dari hati yg mengakibatkan lipolysis perifer dan meningkatkan sintesis trigliserida hiperlipidemia.
Endotoksin dalam Usus• Alkohol merubah permeabilitas usus, meningkatkan
penyerapan endotoksin yg dilepaskan oleh bakteri dalam usus
• Sebagai respon terhadap endotoksin (hati rusak tidak bisa lagi detoksifikasi), hati makrofag (sel Kupffer) melepaskan radikal bebas, meningkatkan kerusakan oksidatif
Ethanol absorbed by the small intestine.Gastric Alcohol Dehidrogenase (ADH) alcohol metabolism.3major enzimes for metabolism of alcohol in liver :1. Cytosolic ADH2. Microsomal oxidizing system3. Peroxisomal catalaseEthanol oxidation by ADH acetyldehide
Intake of ethanol increases intracellular accumulation of triglycerides by increasingfatty acid uptake and by reducing fstty acid oxidation and lipoprotein secretion
oxidative process damage to hepatocytes membranes.
Acetaldehide mediated hepatocytesdamage, certain reactive oxygen species can result in kupffer cel activation production of excess collagen and extracellular matrix.
Connective tissue appears in both periportal and pericentral zone
Connective tissue appears in both periportal and pericentral zone and eventually connects portal triads with central veins forming regeneraive nodules.
Hepatocyte loss occurs, and with incrased collagen production, deposition together with continuing hepatocytes destruction
Peningkatan Stres Oksidatif
ETIOLOGI :• Hipermetabolisme hati karena konsumsi alkohol• Penurunan antioksidan protektif (contoh:
glutathione, vit A dan E), disebabkan oleh malnutrisi yg berkaitan alkohol
• Pengikatan produk oksidasi alkohol,(seperti asetaldehida) ke protein sel hati, membentuk neoantigens dan mengakibatkan peradangan
Alcoholic cirrhosis showing the characteristic diffuse nodularity of the surface induced by the underlying fibrous scarring. The average nodule size is 3 mm in this close-up view. The greenish tint is caused by bile stasis.
ALCOHOLIC LIVER DISEASE
FATTY LIVER ALCOHOLIC HEPATITIS ALCOHOLIC CIRRHOSIS
• STEATOSIS• HATI MENGUNING• TERGANTUNG :
jumlah alkohol yang dikonsumsi, isi diet lemak, body stores of fat
• GEJALA : (-)• PA : perivenular
fibrosis
• TANDA : inflamasi & nekrosis hepatosit
• GEJALA : tenderness hepar, nyeri, anoreksia, nausea, demam, ikterus, asites, & gagal hati, asimptomatik
• PA : PMN leukosit & nekrosis hepatosit pd zona 3, Mallory bodies (hepatosit & mitokondria)
• Mikronodular atau Laenec cirrhosis regenerasi makronodular tekan v. Hepatika, batasi aliran darah yg keluar dari liver hipertensi portal, extrahepatic portosystemic shunts, kolestasis
Pemeriksaan laboratorium
Pencegahan
• Berhenti minum alkohol dan makan makanan tinggi protein dan kalori dapat menghilangkan dengan cepat lemak di hati dan steatosis berat dapat pulih dalam waktu 4-6 minggu.
Prognosis
• Pada umumnya baik. • AFL dapat berakibat serius dengan penyulit
yang mematikan, seperti kematian mendadak akibat emboli lemak di paru, otak, dan ginjal.
• AFL saja selalu dapat pulih kembali dan tidak merupakan kerusakan yang progresif.
LO 2. Sirosis Hepatis
Sirosis HatiDefinisi
keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar (kelaianan bentuk hepar) dan pembentukan nodulus regeneratif.
Hal ini terjadi karena nekrosis hepatoselular, dimana terjadi :
• Jaringan penunjang retikulin kolaps disertai deposit jaringan ikat.
• Distorsi jaringan vaskular.• Regenerasi nodularis parenkim hati.
epidemiologi
• Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika dibandingkan dengan kaum wanita sekitar 1,6 : 1
• golongan umur 30 – 59 tahun dengan puncaknya sekitar 40 – 44tahun.
EPIDEMIOLOGI
• Di AS, insidensnya kira-kira 360 per 100.000 penduduk.• Di RS Dr. Sadjito Jogja berkisar 4,1% dari seluruh pasien di
bagian penyakit dalam yang mengalami sirosis hepatis• Penderita sirosis hepatis lebih banyak dijumpai pada laki-laki
dibandingkan dengan wanita sekitar 1,6 : 1 dengan rata-rata umur terbanyak yg mengalami adalah usia 30 – 59 tahun.
EtiologiSebab-sebab sirosis dan/ atau penyakit hati kronikPENYAKIT INFEKSI•Bruselosis•Echinococcus•Schistosomiasis•Toxoplasmosis•Hepatitis virus
PENYAKIT KETURUNAN & METABOLIK•Defisiensi α1-antitripsin•Sindrom fanconi•Galaktosemia•Penyakit Gaucher•Penyakit simpanan glikogen•Hemokromatosis•Intoleransi fluktosa herediter•Tirosinemia herediter•Penyakit Wilson
Sebab-sebab sirosis dan/ atau penyakit hati kronik
OBAT & TOKSIN•Alkohol•Amiodaron•Arsenik•Obstruksi bilier•Penyakit perlemakan hati non-alkoholik•Sirosis bilier primer•Kolangitis sklerosis primer
PENYEBAB LAIN atau TIDAK TERBUKTI•Penyakit usus inflamasi kronik•Fibrosis kistik•Pintas jejunoileal•Sarkoidosis
ETIOLOGI
Sumber: Medscape
• Klasifikasi– Secara klinis
• Sirosis hati dekompensata• Sirosis hati kompensata
– Secara konvensional• Makronodular >3mm• Mikronodular <3mm• Campuran
– Berdasarkan etiologi dan morfologi• Virus• Alkoholik• Post nekrosis• Biliaris
Klasifikasi
Secara Fungsional Sirosis terbagi atas :1. Sirosis hati kompensata
Sering disebut dengan Laten Sirosis hati. Pada stadium kompensata ini belum terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya stadium ini ditemukan pada saat pemeriksaan screening.
2. Sirosis hati dekompensataDikenal dengan Active Sirosis hati, dan
stadium ini biasanya gejala-gejala sudahjelas, misalnya ascites, edema dan ikterus.
– Gejala awal sirosis (dekompensata)
• Mudah lelah dan lemas
• Selera makan berkurang
• Perasaan perut kembung
• Mual• BB ↓• Pada laki-laki dapat
timbul impotensi, testis mengecil, buah dada membesar,hilangnya dorongan seksualitas.
• Gejala lanjut sirosis (kompensata) – Gejala-gejala lebih menonjol
terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta :
• hilangnya rambut badan,• gangguan tidur • Demam yang tidak terlalu
tinggi• Gangguan pembekuan darah• Perdarahan gusi• Epistaksis• Gangguan siklus haid• Ikterus dengan air kemih
berwarna sperti the pekat• Muntah drah/melena
Klasifikasi berdasarkan MORFOLOGI
Secara makroskopik sirosis dibagi atas :• Mikronodular
– Ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur.– Besar nodul sampai 3 mm
• Makronodular– Ditandai dengan terbentuknya septa dengan
ketebalan bervariasi– Besar nodul lebih dari 3 mm
• Campuran– Sirosis mikronodular yang berubah menjadi
makronodular.
Macronodular, micronodular
Patogenesis
• Mekanis• Immunologis• Kombinasi keduanya
• Namun yang utama adalah terjadinya peningkatan aktivitas fibroblast dan pembentukan jaringan ikat
PATOLOGI• Morfologi:
Awal: kekuningan, berlemak, membesar (2 kg) fibrosis septa tipis dan sedikit, meluas dari vena sentralis—
sinusoid—area portalRegenerasi parenkim terisolasi micronodules
Lanjut: kecoklatan, mengecil, tidak berlemak (< 1kg) nodul membengkak membesar hobnail appearance fibrous septa mengelilingi nodule fibrotic liver lemak
menghilang mengecil jaringan parenkim ditutupi oleh jaringan fibrosa micronodular
& macronodular ischemia nekrosis fibrosis
Temuan klinis• Spider angioma lesi vaskuler dikelilingi vena-vena kecil• Eritema palmaris warna merah pada thenar maupun hypothenar telapak
tangan• Perubahan kuku-kuku Muchrche• Kontraktur Dupuytren fibrosis fascia palmaris• Gynecomastia peningkatan androstenedion feminisme• Atrofi testis hipogonadisme impotensi & infertil• Perubahan ukuran hati• Splenomegali akibat kongesti pulpa merah lien (hipertensi porta)• Ascites• Fetor hepatikum• Ikterus akibat hiperbilirubinemia• Asterixis-bilateral gerakan mengepak-ngepakan tangan (dorsofleksi)• Diabetes melitus (15-30%)
Sirosis HatiGejala :1. Gejala gastrointestinal yang tidak khas : anoreksia,mual,muntah dan
diare.2. Demam,berat badan turun, lekas lelah.3. Asites,hidrotoraks dan edema.4. Ikterus kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau
kecoklatan.5. Hepatomegali,lebih lanjut mengecil karena fibrosis. Bila terjadi
demam,ikterus dan asites dimana demam bukan oleh sebab lain maka dikatakan sirosis dalam keadaan aktif.
6. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral di dinding abdomen dan toraks,kaput medusa,wasir dan varices esofagus.
7. Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari hiperestrogenisme yaitu :1. Impotensi, atrofi testis, ginekomastia,hilangnya rambut aksila
dan pubis.2. Amenore, hiperpigmentasi areola mammae.3. Spider nervi dan eritema.4. Hiperpigmentasi
Ginekomastia Erythema palmaris
PITTING EDEMA :Edema jaringan yang memperlihatkan adanya cekungan akibat tekanan yang bertahan lama
CLINNICAL EFFECTS
Diagnosis• Pada stadium kompensasi sempurna kadang-kadang sangat sulit menegakkan diagnosis
SH. Pada proses lanjutan dari kompensasi sempurna mungkin bisa ditegakkan diagnosis dengan bantuan pemeriksaan klinis yang cermat, laboratorium biokimia / serologi marker dan pemeriksaan penunjang lainnya. Pada kasus tertentu diperlukan pemeriksaan biopsi hati / peritoneoskopi. Sulit membedakan hepatitis kronik aktif yang berat dengan SH dini.
• Pada stadium dekompensasi kadang tidak sulit menegakkan diagnosis SH dengan adanya :– Splenomegali – Ascites – Edema pretibial – Laboratorium biokimia khususnya albumin– Tanda kegagalan hati berupa : eritema palmaris, spider naevi, vena kolateral
• Suharyono Soebandiri memformulasikan bahwa 5 dari 7 tanda dibawah ini sudah dapat menegakkan diagnosis SH dekompensasi, tanda-tandanya antara lain : – Ascites – Splenomegali – Perdarahan varises (hematemesis)– Penurunan albumin – Spider naevi – Eritema palmaris – Vena kolateral
TEMUAN LABORATORIUM• SGOT-SGPT (AST-ALT) meningkat• Alkali fosfatase meningkat < 2-3x batas normal• GGT tinggi pada sirosis alkoholik menginduksi GGT &
menyebabkan bocornya GGT dari hepatosit• Bilirubin : N maupun ↑↑• Albumin : konsentrasinya menurun• Globulin : konsentrasinya meningkat• PT (Prothrombin Time) : memanjang• Natrium serum menurun t.u sirosis + ascites
ketidakmampuan ekskresi air bebas• Kelainan hematologi anemia• Pemeriksaan radiologis (Barium meal) Daapat melihat
varises untuk komfirmasi adanya hipertensi porta
• Laboratorium – Terjadi anemia (normokrom normositer, hipokrom mikrositer,
atau hipokrom makrositer)– Pemeriksaan CHE (kolinesterase), bila terjadi kerusakan hepar
kadarnya akan menurun– Pemeriksaan kadar elektrolit– Peningkatan kadar gula darah pada SH lanjut karena kurangnya
kemampuan hati untuk mensintesa glikogen– Pemeriksaan serologi penanda virus untuk mengetahui
penyebabnya– Pemeriksaan Alfa Feto Protein (AFP) untuk menentukan apakah
terjadi proses keganasan
• Radiologi: USG – untuk melihat sudut hati, permukaan hati, ukuran, homogenitas,
dan adanya massa.– Pada sirosis lanjut, hati mengecil dan nodular, permukaan
irregular, dan adanya peningkatan ekogenitas parenkim hati– USG juga bisa untuk melihat asites, splenomgeali, trombosis
vena porta, dan pelebaran vena prota, serta skrining adanya karsinoma hati pada pasien sirosis
Patologi • Makroskopik :
– hati awalnya membesar hati menjadi lebih kecil. – Permukaannya ireguler, konsistensinya keras, dan
warnanya kuning (jika berhubungan dengan steatosis). – Berdasarkan ukuran nodul, ada 3 tipe makroskopik
hati yaitu:• Mikronodular (sirosis Laennec atau sirosis portal), nodul
berukuran kurang dari 3 mm• Makronodular (sirosis pasca nekrotik) nodul berukuran lebih
dari 3 mm, dan • sirosis campuran, bermacam-macam nodul dengan ukuran
yang berbeda-beda.
• Mikroskopik :– pembentukkan nodul-nodul yang dikelilingi oleh
septa fibrosa. Dalam nodul ini, pembentukkan hepatosit cenderung terganggu.
– Traktus portal, vena sentral dan pola radial hepatosit tidak ada. Septa fibrosa ini penting dan dapat menggambarkan infiltrat radang, seperti limfosit dan makrofag.
Klasifikasi Child Pasien Sirosis Hati dalam Terminologi Cadangan Fungsi Hati
Derajat Kerusakan I II III
Bil. Serum mg/dl) <2 2-3 >3
Alb. Serum (gr/dl) >3.5 2.8-3.5 <2.8
Asites Nihil Sedikit Sedang-banyak
Ensefalopati Nihil Sedikit Sedang-banyak
Prothrombine time (detik)
1-3 4-6 >6
Total skor Child-Pugh Class5-6 A MINIMAL7-9 B SEDANG10-15 C BERAT
Penatalaksanaan• Tidak ada koma hepatik protein 1 g/kgBB dan
kalori sebanyak 2000-3000 kkal/hari• Kompensata kurangi progresi kerusakan hati,
asetaminofen, kolkisin, dan obat herbal• Hepatitis autoimun steroid dan imunosupresif• Hemokromatosis flebotomi besi• Penyakit hati nonalkoholik turunkan BB• Hepatitis B interferon alfa, lamivudin• Hepatitis C interferon alfa, ribavirin• Fibrosis hati antifibrotik (interferon, kolkisin,
metroteksat, vitamin A dan obat-obat herbal)
Pengobatan Sirosis Kompensata
• Asites : tirah baring, diet rendah garam sebanyak 5,2 garam atau 90 mmol/hari, obat-obatan diuretik (spironolakton,furosemid)
• Ensefalopati hepatik : laktulosa, neomisin• Varises esofagus : penyekat beta (propranolol), preparat
somatostatin atau oktreotid diteruskan dengan skleroterapi atau ligasi endoskopi (perdarahan akut)
• Peritonitis bakterial spontan : antibiotik (sefotaksim intravena, amoksisilin, aminoglikosida)
• Sindroma hepatorenal : mengatasi perubahan sirkulasi darah di hati, mengatur keseimbangan air dan garam
PENATALAKSANAAN• Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa :
– 1. Simptomatis– 2. Supportif, yaitu :
• a. Istirahat yang cukup• b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang;• c. Pengobatan berdasarkan etiologi
– 3. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah terjadi komplikasi seperti:• 1. Asites• 2. Spontaneous bacterial peritonitis• 3. Hepatorenal syndrome• 4. Ensefalopathy hepatic
Penatalaksanaan non farmako
Diet rendah protein (DH III : protein 1 g/kgBB, maksimal 55 kg)– Bila ada ascites Diet rendah garam II (600 – 800 mgNa/hari)
atau III (1000 – 1200 mgNa/hari).– Bila proses tidak aktif, diperlukan diet tinggi kalori (2000 - 3000
kal) dan tinggi protein (80 - 125 g/hari).– Bila ada tanda-tanda ensefalopati / koma hepatikum protein
dalam makanan dihentikan (DH I).
PENATALAKSANAAN
Terapi mengatasi komplikasi◦Hipertensi portal
Terlipresin Somatostatin, ocreotide
Menurunkan tek.portal mengurangi aliran darah splenikus
◦Perdarahan varises Non- selektif betablocker (propanolol, nadolol)
Menurunkan cardiac output & vasokonstriksi splenikus
◦Asites Spironolakton +furosemid
◦Hepatorenal syndrome Terlipresin +albumin
Komplikasi
• Peritonitis bakterial spontan• Sindrom hepatorenal• Hipertensi porta• Ensefalopati hepatik• Sindrom hepatopulmonal
Komplikasi
KOMPLIKASI
Viral Patogenesis
• Infeksi viral B/C peradangan hati nekrosis meliputi daerah yang luas terjadi kolaps lobulus hati dan jaringan parut muncul septa fibrosa difus dan nodul hati.
• Nodul sel hati terbentuk dari regenerasi sel-sel hati yang masih baik. Jadi fibrosis pasca nekrotik adalah dasar timbulnya sirosis hepatis. Walaupun etiologinya berbeda, namun gambaran histologi sirosis hepatis sama.
• Disebut sirosis portal, alkoholik, dan sirosis gizi.• Perubahan pertama pada hati yang ditimbulkan alkohol
adalah akumulasi lemak secara gradual di dalam sel-sel hati (infiltrasi).
• Infiltrasi lemak juga ditemukan pada kwashiorkor (def. protein yang berat), hipertiroidisme, dan diabetes.
• Akumulasi lemak mencerminkan adanya– sejumlah gangguan metabolik, termasuk pembentukan
trigliserida secara berlebihan– Pemakaiannya yang berkurang dalam pembentukan
lipoprotein– Penurunan oksidasi asam lemak
Sirosis Laennec
• Pada kasus sirosis laennec yang kronis, lembaran-lembaran jaringan ikat yang tebal terbentuk pada pinggir-pinggir lobulus, membagi parenkim menjadi nodula-nodula halus.
• Nodula ini membesar akibat aktivitas regenerasi sebagai usaha hati untuk mengganti sel-sel yang rusak.
• Hati dibungkus oleh kapsula fibrosa yang tebal (sirosis nodular hati) lanjutnya hati akan menciut, keras, dan hampir tidak memiliki parenkim normal pada stadium akhir, dengan akibat hipertensi portal dan gagal hati.
PatfisAlkohol akumulasi lemak di hati infiltrasi lemak d hatipembentukan TG meningkatoutput TG berkurang pembentukan jaringan parut yg difus kehilangan sel2 hati nodul regeneratif destruksi hepatosist yg kontinu sintesis kolagen fibrosis sirosis
• Sirosis postnekrotik agaknya terjadi menyusul nekrosis berbecak pada jar. Hati, menimbulakan nodula-nodula degeneratif besar dan kecil yang dikelilingi dan dipisahkan oleh jaringan parut, berselang- seling dengan jar. Parenkim normal.
Sirosis PostnekrotikPatfisHepatosit dikelilingi dan
dipisahkan oleh jaringan parut kehilangan banyak sel hati
Ciri khasnya:Sirosis ini merupakan faktor
predisposisi timbulnya neoplasma hati primer
Etiologi:Obstruksi biliaris pascahepatik<Cholestasis> penumpukan empedu di dalam hati kerusakan sel hati hati
membesar.keras,granula halus dan kehijauan• Sirosis biliaris primer
perempuan 30-65pada penyakit gangguan autoimun mis ARec:pembendungan empedu intrahepatic yg menahun
• Sirosis biliaris sekunderec:pembendungan empedu extrahepatic
striktur duktus koleduktusbatu duktus koleduktuskarsinoma dkatresisa congenital ekstrahepatic sal empedu
Makroskopis• Hati membesar• Kehijauan• MikronodulusMikroskopis• Fibrosis jar ikat• Saluran empedu melebar isi empedu• PMN
Sirosis Hati
Sirosis Hati Pasca Nekrosis
Terpapar faktor tertentu terus-menerus (hepatitis virus,bahan hepatotoksik)
Sel stelata membentuk kolagen
Terbentuk jaringan ikat
Fibrosis dalam sel stelata berjalan terus
Jaringan hati normal diganti jadi jaringan ikat
Sirosis hati
Type & Disease Name Causal Mechanism Pathophysiology
Alcoholic cirrhosis, Laennec cirrhosis, portal cirrhosis, fatty cirrhosis.
Toxic effects of chronic, excessive alcohol intake; acetylaldehyde formed by alcohol metabolism damages hepatocytes.
Fatty liver, inflammation (alcohol hepatitis), & derangement of the lobular architecture by necrosis & fibrosis (cirrhosis) with obstruction of biliary & vascular channels.
Biliary cirrhosis (intrahepatic or extrahepatic obstruction of bile flow)
Primary biliary cirrhosis Unknown; possible an autoimmune mechanism
Inflammation & scarring of lobular bile ducts
Secondary biliary cirrhosis
Obstruction by neoplasma, strictures, or gallstones
Inflammation & scarring of bile ducts proximal to the obstruction
Postnecrotic cirrhosis Viral hepatitis caused by hepatitis A, B, or C virus; drugs or other toxins; autoimmune destruction
Replacement of necrotic tissue with cirrhotic tissue, particularly fibrous, nodular scar tissue
Metabolic cirrhosis Metabolic defects & storage disease, such as α1-antitrypsin deficiency, glycogen storage disease, hemochromatosis, Wilson disease, galactosemia
Inflammation & scarring with specific morphologic changes related to cause
Cirrhosis of the Liver (Based on Morphology)
PORTAL HYPERTENSION
PORTAL HYPERTENSION
• Peningkatan gradien tekanan vena hepatika > 5 mmHg
• Patofisiologi proses hemodinamik: Peningkatan resistensi intrahepatik terhadap aliran
darah akibat sirosis dan regenerasi nodul Peningkatan aliran darah splanchnicus yang
merupakan efek sekunder dari vasodilatasi pembuluh darah splanchnicus
Cirrhosis
Peningkatan tekanan aliran portal
Potal hypertension
Splanchnic vasodilatation
Peningkatan tekanan kapiler splanchnic
Lymph formation
Ascites
Arterial underfillingArterial dan cardiopulmonary receptor
Aktivasi vasokonstriktor dan antinatriuretic faktor
Retensi air dan sodium
Peningkatan volume plasma
Kerusakan ekskresi air
Dilutional hyponatremia
Vasokonstriksi renal
Hepatorenal syndrome
PATOFISIOLOGI HIPERTENSI PORTAL
MANIFESTASI KLINIS
• Hematemesis akibat varises gaster dan esofagus• Melena kombinasi ruptur esofagus dan gastritis• Trombositopenia• Leukopenia• Asites• Edema perifer• Caput medusae
akibat splenomegali
DIAGNOSIS
• Evaluasi gejala-tanda klinik: Trombositopenia Splenomegali Ascites Encephalopathy Varises esofagus (dengan atau tanpa bleeding)
• Endoscopy untuk evaluasi variceal bleeding• CT-scan• MRI
Evaluasi adanya nodul dan mengetahui adanya perubahanhipertensi porta dengan adanya aliran darah kolateralintraabdominal
KOMPLIKASI
• Varises lower esophagus, gaster, rectum• Splenomegali akibat peningkatan tekanan
vena splenica yang merupakan percabangan dari vena porta
• Ascites akumulasi cairan di cavum peritonii• Hepatic encephalopathy gangguan SSP
perubahan tingkat kesadaran
Penatalaksanaan
• Farmakologi: Beta blocker mencegah variceal bleeding
• Non-farmakologi Emergency Surgical portacaval shunt Transplantasi hati
Komplikasi
• Asites• Pembentukan anastomosis saluran sistemik
submukosa esofagus varises esofagus pecah hematemesis– Obstruksi intrahepatik (sinusoid)– Hemoroid
• Splenomegali• Enselopati metabolik hepatik sekunder
– Akibat masuknya darah porta sirkulasi sistemik mendahului detoksifikasi dalam jaringan hati.
ASCITES
Definisi
• Akumulasi cairan intraperitoneum yang mengandung sejumlah kecil protein (1-2 g/dl)
• Dapat tekumpul sampai beberapa liter distensi abdomen
Garam ginjalDan
Retensi air
AldosteronDan ADH
PembentukanLimfe hati
Tirisan LimfeDari simpai hati
KerusakanHati Difus
Hipoalbuminemia
Tekanan osmotikKoloid Plasma
Hipertensi Porta
Tekanan hidrostatikPada kapiler aorta
ASITES
ASCITES
• Akumulasi cairan di cavum peritonii• Sirosis penyebab umum asites• Penyebab lain gagal jantung, konstriktif
perikarditis, abdominal malignancies, nephrotic syndrome, malnutrisi
Cirrhosis
Portalhypertension
↑ Lymphproduction
Hepatocytefailure
↑ Capillaryfiltration pressure
Peripheralarterial
vasidilation
↓ Albuminsynthesis
Alteredmetabolism
↓ Capillaryoncotic pressure
↓ Effectiveplasma volume
↑ Renin,aldosterone &
antidiuretichormone
↑ Renal absorptionof sodium & water
Bacterialperitonitis
↑ Capillarypermeability Ascites(Loss of plasma)
Pathogenesis
Derajat AscitesDerajat Ascites Keterangan
Tingkat 1 bila terdeteksi dengan pemeriksaan fisik yang sangat teliti
Tingkat 2 mudah diketahui dengan pemeriksaan fisik biasa tetapi dalam jumlah cairan yang minimal
Tingkat 3 dapat dilihat tanpa pemeriksaan fisik khusus akan tetapi permukaan abdomen tidak tegang
Tingkat 4 asites permagna
MANIFESTASI KLINIS
• Edema perifer• Dyspnea• Distensi abdomen• Malnutrisi muscle wasting• Excessive fatigue and weakness• Peritonitis demam, chills, decreased bowel
sounds
DIAGNOSIS• Pemeriksaan fisik
Panggul menonjol/ bengkak Fluid wave (+) Shifting dullness (+)
• Pencitraan abdomen Ultrasound atau CT-scan evaluasi jumlah cairan Hepatic hydrothorax cairan mengalir ke cavitas thoracica
• Paracentesis Untuk menilai sifat cairan I: pasien pertama kali datang dengan ascites Total protein dan albumin content, hitung sel darah, kultur Amilase serum Ascites akibat sirosis konsentrasi protein pada cairan ascites < 1 g/dL Albumin serum : albumin cairan ascites > 1,1 g/dL: hipertensi portal; < 1,1
g/dL: infeksius atau malignacy ascites
Penatalaksanaan
• Farmakologis Spironolactone 100-200 mg/dL Furosemide 40-80 mg/dL
• Non – farmakologis Pembatasan konsumsi garam Konsumsi makanan segar Hindari makanan kaleng atau berpengawet
Diuretic
HEPATIC ENCEPHALOPATHY
Hepatic Encephalopathy
• Sindrom neurologis kompleks dengan karakteristik gangguan fungsi kognitif, tremor, dan perubahan EEG.
Collateral vessel
Blood shunt
Systemic vein
Liver : harmful substances are removed by Kuppfer cell
Neurotoxin in bloodesp. AMMONIA
Brain
Alter cerebral energy metabolismInterfere with neurotransmitterEdema brain herniation & death
Accumulation ofshort-chain FA,
serotonin, tryptophan
Neural derangement
Excessive GABA
Neurotransmitterinhibited
Hepatic EncephalopathyPathogenesis
Manifestasi Klinis
• Perubahan personalitas.• Hilang ingatan.• Irritable.• Lethargy.• Gangguan tidur.
• Confusion.• Flapping tremor of the
hands.• Stupor.• Convulsion.• Coma.
4 STAGES OF HEPATIC ENCEPHALOPATHY
STAGE SYMPTOMPS
I Mild confusion, agitation, irritability, sleep disturbance, decreased attention
II Lethargy, disorientation, inappropriate behavior, drowsiness
III Somnolent but arousable, incomprehensible speech, confused, aggressive behavior when awake
IV Coma
Evaluasi• EEG.• Kadar amonia darah.• Tidak ada tes diagnostik
spesifik.
Tatalaksana• Mengurangi kadar amonia
darah tidak konsumsi protein & eliminasi bakteri usus.
• Neomycin strilisasi usus.• Lactulose cegah absobsi
amonia di usus.• Sodium benzoate & L-
ornithine-Laspartate detoksifikasi amonia.
HEPATOCELLULAR CARCINOMA
HEPATORENAL SYNDROME
Hepatorenal Sindrome• Sindroma ini dicegah dengan menghindari
pemberian Diuretik yang berlebihan, pengenalan secara dini setiap penyakit seperti gangguan elekterolit, perdarahan dan infeksi. Penanganan secara konservatif dapat dilakukan berupa : Ritriksi cairan,garam, potassium dan protein. Serta menghentikan obat-obatan yang nefrotoxic.Pilihan terbaik adalah transplantasi hati yang diikuti dengan perbaikan dan fungsi ginjal.