laporan Pemicu 3 biomol
-
Upload
lodi-hesaka -
Category
Documents
-
view
145 -
download
23
Transcript of laporan Pemicu 3 biomol
BAB I
PENDAHULUAN
Pemicu 3
Bapak Hasbul berusia 55 tahun dating berobat ke poliklinik umum dengan
keluhan sulit buang air besar dan sering. Jika buang air besar mengeluarkan
bercak darah. Dokter umum yang memeriksanya memutuskan untuk merujuk
bapak hasbul kepala seorang ahli penyakit dalam dan setelah dilakukan
pemeriksaan ditegakkan diagnosis bahwa ia mengidap kanker kolorektal.
Diketahui dari anamnesis bahwa bapak ini adalah seorang karyawan yang cukup
sibuk dalam hal pekerjaannya dan diketahui kedua orang tuanya meninggal
akibat serangan jantung.
1. Klarifikasi dan definisi
a. Anamnesis salah satu cara pengumpulan data dengan cara
memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan keadaan pasien
b. Kanker kolorektal kanker yang tumbuh pada usus besar dan rectal
akibat kegagalan MSH 236, MLH 2 dan pres 2 dalam reparasi
c. Diagnosis penentuan sifat suatu penyakit
2. Kata kunci
a. Kanker kolorektal
b. Serangan jantung
3. Rumusan masalah
Apa yang menyebabkan kanker kolorektal pada bapak Hasbul?
4. Hipotesis
Hasbul, laki-laki 55 tahun mengalami kanker kolorektal yang disebabkan
karena adanya dampak negative dari gen rearrangement akibat kegagalan
faktor reparasi dan faktor eksternal lainnya.
5. Analisis masalah
6. Pertanyaan diskusi
1.Struktur gen, exon, dan intron
2.Bagaimana mekanisme reparasi gen?
3.Apa definisi gen rearrangement?
4.Bagaimana mekanisme gen rearrangement?
5.Bagaimana kaitan regulasi ekspresi gen dengan gen rearrangement?
6.Apa saja dampak (-) dan dampak (+) gen rearrangement?
7.Apa itu mutasi gen?
8.Apasaja jenis mutasi?
9.Apa saja bahan- bahan mutasi gen?
Replikasi DNA
Reparasi
Dampak (+)Dampak (-)
patologi
Gene rearrangement
alami
mekanisme
Pewarisan sifat
Berhasil (normal)
Gagal (mutasi)
Kanker & keganasan
10.Apa saja contoh kelainan genetic akibat mutasi gen?
11.Apa saja dampak (+) dan dampak (-) dari mutasi gen?
12.Bagaimana cara mendeteksi adanya mutasi gen?
13.proses terjadi kanker?
14.definisi kanker?
15.Apa saja hal mendasar dari keganasan?
16.proses sel menjadi ganas?
17.Apa yang terjadi pada tubuh kita jika terdapat keganasan?
18.faktor2 terjadinya penyakit?
19. apa saja Faktor penghambat keganasan?
20.Apakah biologimakromulekul dan biologi mikromulekuler terganggu jika ada
keganasan?
21.Apa saja gen- gen supresor tumor?
22.apa sajaStratifikasi keganasan terutama pada kanker kolorektal?
23.proses Terapi Kanker?
24.Apa saja teori dasar replikasi DNA?
25.Bagaimana pewarisan informasi genetic?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Struktur gen, exon,dan intron
a. Gen merupakan suatu segmen DNA yang mengandung informasi untuk
membuat molekul protein
b. Exon merupakan bagian dari gen yang memiliki urutan/ deretan koding
untuk diekpresikan
c. Intron merupakan bagian dari gen yang tidak diekpresikan
2. DNA REPAIR
1. Mismatch repair (Perbaikan yang tidak berpasangan/ketidakcocokan)
Mismatch repair memperbaiki kesalahan yang dibuat ketika DNA
disalin. Contohnya, C dapat terselip berhadapan dengan A, atau
polymerase dapat “tergelincir” atau “tersendat” dan menyisipkan dua
sampai lima basa tambahan yang tidak berpasangan. Protein-protein
yang spesifik memindai DNA yang baru dibentuk menggunakan metilasi
adenine di dalam sekuens GATC sebagai titik referensi. Untai cetakan
mengalami metilasi, dan untai yang baru dibentuk tidak demikian.
Perbedaan ini tidak memungkinkan enzim perbaikan mengidentifikasi
untai yang mengandung kesalahan nukleotida dan memerlukan
pergantian. Jika ditemukan ketidakcocokan atau lengkung kecil, suatu
GATC endonuklease memotong untai yang mengandung mutasi di
tempat yang berkorespondensi dengan GATC. Suatu eksonuklease
kemudianmencerna untai ini dari GATC dan melalui mutasi sehingga
DNA yang cacat tersebut dapat dibuang. Hal ini dapat berlangsung dari
kedua ujung jika cacat tersebut diapit oleh dua tempat GATC. Cacat ini
kemudian di isi oleh enzim sel normal sesuai aturan pembentukan
pasangan basa. Untuk memperbaiki basa yang tidak berpasangan harus
diketahui pasangan basa mana yang salah. Pada E. coli, ini dapat
diketahui oleh methylase yang disebut dengan "Dam methylase", dimana
dapat memetilasi adenines yang terdapat pada urutan (5')GATC . Segera
sesudah replikasi DNA, template strand dimetilasi, tetapi strand yang baru
disintesa belum dimetilasi. Jadi antara template strand dan new strand
akan berbeda. Pada E. coli, diperlukan tiga protein (Mut S, Mut C, dan
Mut H) untuk mengenali mutasi dan memotong untai. Enzim lain di dalam
sel, termasuk ligase, plimerase, dan SSB mengeluarkan dan mengganti
untai. Dimulai dengan berikatannya protein MutS pada mismatched base
pairs. Kemudian MutL mengaktifkan MutH untuk bergabung bersama
pada urutan GATC. MutH akan membelah strand yang tidak dimetilasi
pada tempat GATC . Selanjutnya, segment dari tempat pembelahan akan
dibuang oleh enzim exonuclease (dengan bantuan enzim helicase II dan
SSB proteins). Bila pembelahannya pada bagian 3' dari kerusakan, akan
dipotongoleh enzim exonuclease I dan bila pada bagian 5' oleh enzim
exonuclease VII atau RecJ untuk mendegradasi single tranded DNA.
Kekosongannya akan diisi dengan bantuan enzim DNA polymerase III
dan DNA ligase. Jarak antara tempat GATC dengan kerusakan bisa
mencapai sepanjang 1,000 base pairs .
2. Base excision repair (Perbaikan dengan memotong Basa)
Depurinasi DNA, yang terjadi secara spontan karena labilitas
termal ikatan N-gglikosida purin, terjadi dengan kecepatan 5.000-
10.000/sel/hari pada suhu 370 C. enzim-enzim spesifik mengenali bagian
yang mengalami depurinasi dan menggantikannya dengan purin yang
secara langsung, tanpa interupsi pada tulang punggung phospodiester.
Basa sitosin, adenine, dan guanine di DNA secara spontan membentuk,
masing-masing, urasil, hipoxantin, xantin. Karena tidak ada satupun dari
ketiga basa tersebut yang terdapat di DNA pada keadaan normal, tidaklah
mengherankan jika N-glikosilase spesifik dapat mengenali basa-basa
abnormal ini yang mengeluarkan sendiri basa dari DNA. Pengeluaran ini
menandai letak kecacatan dan memungkinkan endonuklase apurinik atau
apirimidinik memotong gula tanpa basa. Basa yang sesuai kemudian
memotong gula tanpa basa ini. Basa yang sesuai kemudian dipasang
oleh DNA polymerase, dan ligase memperbalikkan DNA ke keadaannya
semula. Rangkaian kejadian ini disebut base excision repair (perbaikan
dengan memotong basa). Dengan rangkaian langka serupa yang mula-
mula melibatkan defek, basa teralkilasi dan analog basa dapat
dikeluarkan dari DNA dan DNA dipulihkan kebentuknya semula.
Mekanisme ini cocok untuk menggantikan basa tunggal, tetapi tidak
efektif untuk mengganti region DNA yang rusak. Basa-basa DNA dapat
dirusak melalui deamination atau alkylation. Tempat kerusakan basa
tersebut disebut dengan "abasic site" atau "AP site". Pada E.coli, enzim
DNA glycosylase dapat mengenal AP site dan membuang basanya.
Kemudian AP endonuclease membuang AP site dan nucleotida
sekitarnya. Kekosongan akan diisi dengan bantuan DNA polymerase I
dan DNA ligase.
3. Nucleotide excision repair (perbaikan dengan memotong nukleotida)
Mekanisme ini digunakan untuk menggantikan suatu regio DNA
dengan panjang30 bp yang mengalami kerusakan. Penyebab umum
kerusakan DNA semacam ini adalah sinar ultraviolet (UV), yang memicu
pembentukan dimmer antarpirimidin siklobutan, dan merokok, yang
menyebabkan pembentukan adduct (addition product) benzo [a]piren-
guanin. Radiasi pengion, obat kemoterapi kanker, dan berbagai bahan
kimia yang terdapat dilingkungan yang dan dapat menyebabkan
modifikasi basa, putusnya untai, ikatan silang antara basa di untai yang
berhadapan atau DNA dan protein, dan berbagai defek lain. Cacat-cacat
ini diperbaiki oleh suatu proses yang disebut perbaikan yang disebut
eksisi nukleotida. Proses rumit, yang melibatkan lebih banyak produk gen
dibandingkan dengan dua tipe perbaikan sebelumnya, pada dasar
mencakup hidrolisis dua ikatan phospodiester di untai yang mengandung
kecacatan. Suatu nuclease eksisi khusus (eksinuklease), yang terdiri dari
paling sedikit tigan subunit pada E. coli dan 16 polipeptida pada manusia,
melaksanakan tugas ini. Di sek eukariot, enzim-enzim memotong antara
ikatan phospodiester ketiga dan kelima 3’ dari lesi, dan dari sisi 5’
potongan terletak di suatu tempat antara ikatan keduapuluh satu dan
keduapuluh lima. Karena itu, terjadi eksisi suatu fragmen DNA dengan
panjang 27-29 nukleotida. Untai yang dikeluarkan kemudian diganti, juga
pembentukan pasangan basa yang tepat, melalui kerja polymerase lain
yang belum diketahui (d /e pada manusia), dan ujung-ujung untai
disatukan dengan untai yang sudah ada oleh DNA ligase. Pada E. coli,
protein UvrA, UvrB, dan UvrC berperan dalam membuang nukleotida
( dimer akibat UV light). Kemudian kekosongan akan diisi dengan
bantuan enzim DNA polymerase I dan DNA ligase. Pada yeast, proteins
Uvr's dikenal dengan nama RADxx ("RAD" kependekan dari "radiation"),
seperti RAD3, RAD10, dan lain-lain.
4. Double strand break repair (perbaikan kerusakan untai ganda)
Perbaikan kerusakan untai ganda merupakan bagian dari proses
fisiologis tata ulang gen imunoglobulin. Perbaikan ini merupakan
mekanisme penting untuk memperbaiki DNA yang rusak, seperti yang
terjadi akibat radiasi pengion atau pembentukan radikal bebas oksidatif.
Sebagian obat kemoterapi merusak sel dengan merusak untai ganda atau
perbaikannya. Mula-mula terdapat dua protein yang berperan dalam
penyatuan kembali non homolog suatu kerusakan untai ganda. Ku, suatu
heterodimer subunit 70 kDa dan 86 kDa, berikatan dengan ujung-ujung
bebas DNA aktivitas helikase dependen-ATP laten. Heterodimer Ku yang
berikatan dengan DNA merekrut suatu protein kinase unit, protein kinase
dependen DNA (DNA PK). DNA-PK memiliki satu ikatan bagi ujung-ujung
bebas DNA dan satu tempat ikatan untuk dsDNA tepat di bagian dalam
ujung-ujung unit. Karena itu, enzim-enzim ini memungkinkan aproksimasi
kedua ujung yang terpisah. Ujung bebas kompleks DNA-Ku-DNA-PK
membangkitkan aktivitas kinnase pada ujung-ujung yang terpisah. DNA-
PK secara timbale balik memphosporilasi KU dan molekul DNA-PK lain di
untai yang berlawanan, ditrans. DNA-PK kemudian kemudian terlepas dari
DNA dan KU, menyebabkan aktivasi Ku helikase. Hal ini menyebabkan
penguraian kedua ujung DNA. DNA yang telah di urai dan sudah
diaproksimasi kemudian membentuk pasangan basa; kelebihan ekor
nukleotida dibuang oleh eksonuklease; dan celah yang ada di isi dan
ditutup oleh DNA ligase.
3. Gene rearrangement
3.1 Definisi
DNA Rearrangement adalah pengubahan komposisi gen agar
menghasilkan varian yang lebih besar untuk bermacam-macam
keperluan. Satu gen dapat mengekspresikan puluhan hingga ribuan
protein berbeda. (Soeharso,2011)
3.2. Mekanisme gen rearrangement
Mengubah komposisi gen agar menghasilkan varian yang lebih
besar untuk bermacam-macam keperluan. Contohnya bakteri menghasilkan
protein baru yang tidak/sukar dikenali system imun menghindar dari
intervensi imunitas host. Manusia me-rearrangament Ig dan TCR
menghasilkan diversitas yang dapat/mampu mengenal bermacam-macam
antigen di lingkungan hidupnya.
Gen yang mengkode subunit TCR dan Ig
Pada prokariot gene rearrangement dapat terjadi dengan cara :
1. Transposisi gen / DNA
Gen yang tidak aktif (silent gene) diaktifkan dengan memindahkannya ke
situs ekspresi.
Gen yang mengalami transposisi (dipindahkan) disebut transposon.
Gen Lokus
TCR a
b
g
d
14 q 4
7 q 32 – 35
7 p 15
14 q 4
Ig Lk
Ll
H
2
22
14 q 9
Contohnya Neisseria gonorhoeae menghindar respon sIgA dengan
mengubah antigen permukaan. N. gonorhoeae melekat ke epitel mukosa uretra
atau servix dengan pili (dikonstruksi protein pilin). Bakteri mengubah komposisi
protein pilin untuk menghindar respon IgA memori sehingga tidak dikenali sIgA.
Varian pilin dihasilkan oleh gene rearrangement dari gen (coding sequence) pilin
dengan mekanisme transposisi.
2. Inversi
Gen rearrangement dengan cara inversi yaitu segmen DNA dipotong &
disambung
kembali dengan orientasi berbeda (terbalik) dari sebelumnya.
Gene rearrangement pada eukariota terjadi sebagai berikut:
1. Pathological gene rearrangement
bcr/abl gene rearrangement karena translokasi khromosom 9 dan 22;
t(9;22)(q34;q11). Gen bcr pada khromosom 22 berekombinasi dengan gen abl
pada khromosom 9 menghasilkan rekombinan bcr/abl sehingga terjadi chronic
myeloblastic leukemia. Tranlokasi merupakan dari dua atau kebih gen.
2. Natural gene rearrangement
Reseptor antigen manusia / vertebrata :
a. Reseptor sel T (TCR) – limfosit T mengenali kompleks Ag – HLA (reaksi
seluler).
Struktur molekul : a & b , g & d
b. Imunoglobulin (Ig) – limfosit B mengenali Ag bebas (reaksi humoral).
Struktur molekul : H & Lk, Ll.(Soeharso,2011)
3.3 Dampak positif gen rearrangement
- sebagai alat untuk memantau kelainan dan patologi limfoproliferasi.
- Untuk mendeteksi galur dan distribusi sel T dan sel B
- Untuk mendiagnosa dan memantau kelainan yang disebabkan oleh
neoplasia limfositik dan penyakit-penyakit infeksi. (Arber. 2000).
4. Mutasi gen
4.1 Definisi
Mutasi adalah perubahan materi genetik (gen atau kromosom)
suatu sel yang diwariskan kepada keturunannya. Mutasi dapat
disebabkan oleh kesalahan replikasi materi genetika selama pembelahan
sel oleh radiasi, bahan kimia (mutagen), atau virus, atau dapat terjadi
selama proses meiosis. (Campbell,2002).
4.2 Jenis-jenis Mutasi & Penyebabnya
1. Berdasarkan penyebab terjadinya mutasi
Mutasi Spontan (Spontaneus Mutation)
Mutasi yang terjadi akibat adanya suatu pengaruh yang tidak jelas, baik
dari lingkungan luar maupun dari internal organisme itu sendiri, terjadi
dengan frekuensi yang kecil.
Mutasi akibat Induksi (Induced Mutation)
Mutasi yang terjadi karena paparan fisik atau kimia yang disebut
mutagen.
2. Berdasarkan sel yang mengalami mutasi
Mutasi Somatik
Mutasi yang terjadi pada sel-sel somatik. Mutasi ini terbatas pada DNA
sel tertentu dan pada stadium (waktu) tertentu, tidak ditransmisikan ke
generasi berikutnya.
Mutasi Gametik/Germinal
Mutasi yang terjadi pada sel gamet. Mutasi ini terdistribusi pada semua
sel tubuh dan dapat ditransmisikan ke generasi berikutnya.
3. Berdasarkan bagian yang mengalami mutasi
Mutasi DNA
Mutasi DNA dapat terjadi pada proses sintesis DNA (replikasi). Pada saat
tersebut, faktor mutagenik memengaruhi pasangan basa nukleotida
sehingga tidak berpasangan dengan basa nukleotida yang seharusnya
(mismatch).
- Transisi : Pergantian basa purin dengan basa purin lainnya atau
pergantian basa pirimidin dengan basa pirimidin lainnya.
- Transversi : Pergantian basa purin menjadi pirimidin atau basa
pirimidin menjadi purin.
- Insersi/Addisi : Penambahan satu atau lebih pasangan nukleotida
pada suatu gen.
- Delesi : Pengurangan satu atau lebih pasangan nukleotida pada
suatu gen.
- Substitusi : Pergantian sepasang nukleotida oleh pasangan
lain/alternatifnya
Mutasi Gen
Perubahan yang terjadi pada nukleotida DNA yang membawa pesan
pada suatu gen tertentu. Mutasi gen pada dasarnya merupakan mutasi
titik (point mutation), yakni perubahan kimiawi pada satu atau beberapa
pasangan basa dalam satu gen tunggal. Peristiwa yang terjadi adalah
perubahan urutan-urutan DNA.
- Mutasi salah arti (Missense Mutation)
Perubahan suatu kode genetik (umumnya pada posisi 1 dan 2 pada
kodon) sehingga menyebabkan asam amino protein yang
diekspresikan ikut berubah. Mutasi ini dapat disebabkan oleh
peristiwa transisi dan transversi.
- Mutasi diam (Silent Mutation)
Perubahan suatu pasangan basa dalam gen (posisi 3 pada kodon)
yang menimbulkan perubahan satu kode genetik tetapi tidak
mengakibatkan perubahan atau pergantian asam amino yang dikode.
Mutasi ini biasanya disebabkan karena terjadi mutasi transisi dan
tranversi.
- Mutasi tanpa arti (Nonsense Mutation)
Perubahan kodon asam amino tertentu menjadi kodon stop (UAA,
AUG, UGA). Mutasi ini dapat terjadi baik oleh transversi, transisi,
delesi, maupun insersi.
- Mutasi perubahan rangka baca (Frameshift Mutation)
Terjadi karena delesi atau insersi satu atau lebih pasang basa dalam
satu gen sehingga ribosom membaca kodon tidak lengkap.
Mutasi Kromosom
Mutasi yang disebabkan karena perubahan struktur kromosom atau
perubahan jumlah kromosom. Mutasi ini sering terjadi karena kesalahan
pada meiosis maupun mitosis.
- Mutasi kromosom akibat perubahan jumlah kromosom (ploid)
Mutasi kromosom yang melibatkan kehilangan atau penambahan
perangkat kromosom (genom) disebut euploid, yakni terjadi
perubahan pada jumlah n. Pada umumnya, manusia memiliki 2 set
kromoson pada sel somatisnya. Organisme yang kehilangan 1 set
kromosomnya disebut monoploid, sedangkan organisme yang
memiliki lebih dari 2 genom disebut poliploid.
Mutasi kromosom yang hanya terjadi pada salah satu kromosom dari
genom disebut aneuploid/aneusomik. Penyebab mutasi ini adalah
peristiwa Anafase Lag (tidak melekatnya benang-benang spindel ke
sentromer) dan nondisjunction (gagal berpisah). Mutasi karena
kekurangan satu kromosom (2n-1) disebut monosomik. Mutasi
karena kekurangan dua kromosom (2n-2) disebut nullisomik. Mutasi
karena kelebihan satu kromosom (2n+1) disebut Trisomik. Mutasi
karene kelebihan dua kromosom (2n+2) disebut tetrasomik.
- Mutasi kromosom akibat perubahan struktur kromosom (aberasi)
Dapat terjadi akibat adanya delesi/defisiensi (kekurangan segmen
kromosom), duplikasi (kelebihan segmen kromosom), dan translokasi
(pertukaran segmen kromosom ke kromosom non homolog).
(Saefudin. 2007)
4.3 Bahan-bahan yang menyebabkan mutasi (mutagen)
Dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Mutagen bahan kimia, contohnya Kolkisin dan zat Digitonin. Kolkisin adalah zat yang dapat mengahalangi terbentuknya benang-benang spindle pada proses anaphase dan dapat menghambat pembelahan sel pada anaphase.
b. Mutagen bahan fisika, contohnya sinar ultraviolet, sinar radioaktif, dan sinar gamma.
c. Mutagen bahan biologi, contohnya virus dan bakteri yang dapat menyebabkan mutasi.
4.4 Dampak-dampak Mutasi bagi kehidupan
Perubahan yang ditimbulkan oleh kejadian mutasi , baik mutasi gen
maupun mutasi kromosom dilaporkan dari berbagai penelitian menunjukkan
bahwa kejadian mutasi telah banyak menimbulkan kerugian bagi kehidupan.
Namun demikian, mutasi juga telah mampu memberikan manfaat / keuntungan
yang tak ternilai bagi kehidupan .
Berikut ini, adalah beberapa kerugian dan keuntungan dari kejadian mutasi.
1. Dampak negatif
Mutasi menyebabkan timbulnya beragam jenis penyakit berbahaya
seperti sindrom, kanker.
2. Dampak positif
Walaupun mutasi bersifat merugikan tetapi dalam beberapa hal juga
berguna bagi manusia, misalnya
a. Dapat meningkatkan hasil panen produksi pangan (gandum, tomat,
kacang tanah, kelapa poliloidi).
b. Dapat meningkatkan hasil antibiotika
c. Dapat memeriksa proses biologi
d. Proses penting untuk evolusi dan variasi genetika
e. Dapat menambah keanekaragaman. ( Suwarno, 2007 ).
4.5 Mendeteksi mutasi gen
Teknik isolasi DNA sebelum dilakukan diagnosis seperti RFLP, PCR,
Elektroforesis, dan Kromatografi yaitu: (Faatih,2009)
1. Lisis membran sel
2. Lisis membran inti
3. Pemisahan RNA/DNA
4. Purifikasi
5. Sentrifugasi
Mendeteksi mutasi gen (Indah, 2009):
1. DNA diisolasi dari darah individu.
2. Semua ekson gen diamplifikasi dengan metode Polymerase Chain
Reaction (PCR).
3. Selanjutnya ada tidaknya mutasi pada ekson-ekson gen dilihat dengan
menggunakan metode Single Strand Conformational Polymorphism
(SSCP).
Dalam penelitian dapat digunakan metode SSCP untuk melokalisir DNA
mutan. Enam mikroliter produk PCR berlabel 32P radioaktif dicampur dengan
2 μl SSCP loading dye dan 4 μl formamide 95% (Biorad) yang mengandung
denaturant urea (Biorad). Sampel didenaturasi pada 95°C selama 4 menit
dan kemudian diletakkan di atas es serta dielektroforesis pada gel 0.5X
Mutation Detection Enhancement (MDE) (BMA, Rockland, ME, USA) pada
tegangan 50-51 Volt dan suhu kamar selama 5-7 jam. Gel MDE diambil
dengan menempelkan kertas saring Whatman, kemudian ditutup dengan
plastik saran wrap dan dikeringkan dengan vakum-panas (Rapid Dry, Atto,
Japan) selama 1 jam. Setelah kering, gel diletakkan dalam kaset film dan
diatasnya diletakkan film sinar-X (Kodak). Kaset disimpan pada pendingin
suhu -80°C selama 24 jam - 3 hari dan film dicetak dengan Fuji Medical
Processor 1200 Japan (Syaifudin, dkk., 2006).
5. Kanker
5.1 definisi
Kanker sering dikenal sebagai tumor, tetapi tidak semua tumor disebut
kanker. Tumor adalah sebutan untuk segala benjolan atau gumpalan yang
timbul pada tubuh, baik yang kelihatan di permukaan tubuh maupun yang
tersembunyi. Sementara itu, kanker adalah suatu penyakit akibat
pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal yang kemudian
berubah menjadi sel-sel kanker (Mangan, 2003).
Tumor dibagi menjadi dua, yakni tumor jinak dan tumor ganas. Tumor
jinak tumbuh lambat, bersimpai (mengandung kista) dan berselaput
pembungkus, sehingga relatif tidak berbahaya dan mudah dioperasi atau
diangkat. Tumor ganas adalah kanker yang tumbuh dengan cepat, tidak
bersimpai dan tumbuhnya menyusup ke bagian lain melalui pembuluh darah
dan pembuluh getah bening (Mangan, 2003).
Secara garis besar, kanker dibagi menjadi empat jenis sebagai berikut
(Mangan, 2003):
1. Karsinoma, yakni kanker yang tumbuh dan berkembang di sel epitel.
2. Sarkoma, yakni kanker yang tumbuh dan berkembang di jaringan penunjang,
seperti jaringan penunjang payudara.
3. Leukimia, yakni kanker yang menyerang jaringan yang menghasilkan darah.
4. Limfoma, yakni kanker yang menyerang jaringan limfa.
Kanker dapat menyerang semua bagian tubuh. Karena itu, dikenal jenis-
jenis kanker berdasarkan organ tubuh yang terkena, seperti kanker payudara,
kanker kulit dan kanker hati. Pada awalnya, kanker hanya tumbuh di satu
bagian tubuh. Namuhn dalam pertumbuhannya, sel-sel kanker dapat
menyebar lebih luas ke bagian-bagian tubuh yang lain dan disebut sebagai
anak sebar atau metastasis. Biasanya kanker tidak dapat disembuhkan jika
telah terjadi metastasis (Mangan, 2003).
5.2 Proses terjadinya kanker
Pada umumnya, proses terjadinya kanker dapat dibagi kedalam tiga
tahapan, yaitu sebagai berikut (Kowalak dkk, 2012):
1. Tahap permulaan (inisiasi)
Tahap ini merupakan tahap kerusakan atau mutasi pada DNA, yang
terjadi ketika sel terpajan substansi atau kejadian yang memulai
munculnya kanker (seperti zat kimia, virus dan radiasi) pada saat
replikasi (transkripsi) DNA. Seharusnya terdapat protein tertentu
yang dapat mengenali kerusakan dan menghalangi sel untuk
membelah agar terjadi perbaikan. Namun, apabila terdapat
gangguan pada protein tersebut, sel akan mengalami mutasi
permanen dan dapat menurun ke generasinya.
2. Tahap peggalakan (promosi)
Keterpajanan sel dengan faktor-faktor (promotor) yang meningkatkan
pertumbuhan. Hal ini dapat terjadi segera atau beberapa tahun
setelah tahap inisiasi. Promoter memengaruhi sel-sel yang telah
bermutasi dengan cara mengubah:
a. Fungsi gen yang mengontrol pertumbuhan dan duplikasi sel.
b. Respons sel terhadap stimulator atau inhibitor pertumbuhan.
c. Komunikasi antar sel.
3. Tahap progresivitas
Tahap ini menunjukkan keadaan dimana tumor sudah menginvasi,
bermetastasis dan menjadi resisten terhadap obat (irreversible).
1.3 Proses sel menjadi ganas
Sel memiliki sifat autoimunitas yang akan menuju keganasan. Saat sel
menuju keganasan mengalami peningkatan differensiasi dan proliferasi
serta mekanisme apoptosis yang menurun. Pada dasarnya kelompok gen
terdiri dari, yaitu:
a. Onkogen
b. Gen supresor tumor
c. Gen DNA repair
d. Gen regulator
Adaptasi sel yang berlebihan juga dapat menyebabkan keganasan yang
mengubah proto-onkogen menjadi onkogen. Sel akan semakin ganas jika sel
kanker tersebut sudah bermetastase dan membentuk neovaskularisasi
sehingga nutrisi untuk sel-sel normal terserap(Syaifudin,2007)
5.3 Faktor-faktor terjadinya suatu penyakit
Faktor-faktor terjadinya suatu penyakit di kalsifikasikan sebagai berikut: (Wahyudin, 2008)
1. Faktor Etiologi ( agen penyakit )
a. Zat nutrisi : akses (kolesterol) / defisiensi (protein)
b. Agen kimia : zat toksik (CO) / alergen (obat)
c. Agen fisik ( radiasi )
d. Agen infeksius
e. Parasit ( skistosomiasis )
f. Protozoa (amuba)
g. Bakteri ( tuberkulosis )
h. Jamur ( kandidiasis )
i. Riketsia ( tifus )
j. Virus ( polio melitis )
2. Faktor intrinsik ( faktor pejamu ) mempengaruhi pajanan, kerentanan, respon terhadap agen :
a. Genetika
b. Usia
c. Ras
d. Jenis kelamin
e. Status fisiologis
f. Status imunologis
g. Penyakit yang sudah di derita sebelumnya
h. Perilaku manusi
3. Faktor ekstrinsik ( faktor lingkungan ) mempengaruhi keberadaan agen, pajanan, atau kerentanan terhadap agen :a. Lingkungan fisik ( iklim )
b. Lingkungan biologis :
Populasi manusia ( kepadatan penduduk )
Flora ( sumber makanan )
Fauna (vektor athropoda)
c. Lingkungan sosial-ekonomi :
Pekerjaan ( pajanan terhadap zat kimia )
Urbanisasi dan perkembangan ekonomi ( kehidupan
perkotaan )
Bencana dan musibah ( banjir, dll )
5.4 Faktor yang memicu terjadinya keganasan
1. Zat-zat karsinogenik
a) Karsinogenik kimia
Aromatik amine dikenal sebagai penyebab kanker traktus
urinarius. Benzene dianggap berhubungan dengan terjadinya
leukemia akut. Jelaga batubara, anthracene, creosote
dihubungkan dengan kanker kulit, larynx dan bronkhus. Asbestos
sering menyebabkan mesothelioma pada pekerja tambang dan
pekerja kapal.
b) Karsinogenik fisik
Karsinogenik fisik yang utama adalah radiasi ion. Pada pekerja
yang melakukan pengecatan radium pada lempeng arloji
dijumpai adanya perkembangan ke arah kanker tulang. Kanker
tiroid banyak dihubungkan dengan adanya irradiasi leher pada
masa anak-anak. Selain itu, bagi korban yang berhasil hidup
akibat meledaknya bom atom memberi gejala ke arah leukemia.
Sinar ultraviolet dianggap sebagai penyebab meningginya
insidensi kanker kulit pada pelaut atau petani, yang biasanya
berhubungan dengan sinar matahari secara berlebihan. Pekerja
di bagian radiologi yang sering terkena X-ray mempunyai
kecenderungan untuk mendapat kanker kulit. Contoh lain dari
karsinogen fisik adalah iritasi mekanik, misalnya iritasi kronis
yang dihubungkan dengan perkembangan kanker seperti
degenerasi ganas dari scar luka bakar yang lama yang disebut
Marjolin`s ulcer.
c) Drug- Induced Cancer.
Penggunaan alkilator seperti melphalan dan cyclophosphamide
diketahui menyebabkan leukemia dan kanker kandung kemih.
2. Virus Onkogenik
Dikenal dua jenis virus yang dapat menyebabkan keganasan yaitu:
RNA virus dan DNA virus.
a. RNA virus menyebabkan leukemia, sarkoma dan urinari papiloma
serta kanker payudara.
b. DNA virus dianggap sebagai penyebab kanker: Eipstein Barr
virus, papilloma virus, Hepatitis B virus. Eipstein Barr virus (EBV)
dianggap sebagai penyebab dari kanker nasofaring. Hepatitis B
virus berhubungan dengan hepatocelluler carcinoma primer.
3. Faktor Herediter
Misalnya, perkembangan kanker pada manusia ditunjukkan ketika
tipe kanker yang sama terdapat pada kembar identik, juga ketika
kanker colon berkembang pada anggota keluarga dengan riwayat
poliposis pada keluarga tersebut. Kanker payudara ditemukan tiga
kali lebih banyak pada seorang anak perempuan dari seorang ibu
yang menderita kanker payudara, dan ternyata pada anak
perempuan tersebut akan timbul kanker payudara pada usia yang
lebih muda daripada ibunya. Beberapa kanker diturunkan secara
autosomal dominant seperti neuroblastoma rectum, multiple
polyposis colon, kanker tiroid dan adayang diturunkan secara
autosomal recessive seperti xeroderma pigmentosa. Namun sulit
ditentukan apakah kanker terjadi karena faktor herediter sendiri atau
karena kombinasi faktor-faktor lain seperti lingkungan, kebiasaan
hidup dan makanan.
4. Lingkungan dan Karsinogen Industri
Misalnya polusi udara, kontaminasi air, konsumsi alkohol, konsumsi
tembakau yang bersifat karsinogen potensial.
5. Pola hidup dengan keganasan
Salah satu factor pendukung tercetusnya kanker adalah karena sifat
genentik yang dibawa namun kanker tidak serta merta disebabkan
oleh gen, banyak factor-faktor pemicu lain seperti factor pola hidup
yang bisa dihubungkan dengan kanker.
a. Merokok
b. Konsumsi minuman beralkohol
c. Rendah konsumsi makan serat serta buah dan sayur, ini
merupakan factor pemicu terjadinya kanker kolorektal karena
kurang nya serat dapat mengakibatkan frekuensi BAB yang
tidak teratur.
d. Obesitas
e. Kurang olahraga
f. Radiasi sinar UV
g. Tidak/kurang menyusui, factor yang sering di temukan pada
sebagian ibu yang bekerja.
6. Penyebab lain adalah faktor degeneratif
5.5 Faktor penghambat keganasan
Beberapa gen penekan/penghambat keganasan yaitu
a. P53 dengan menghentikan replikasi sel yang mengalami keganasan.
Gen P53 merupakan gen penekan tumor (supresor tumor)
diperlukan untuk mempertahankan pembelahan sel tetap terkontrol.
Dinamakan gen P53 karena berat molekul produk ptoteinnya mencapai
53.000 dalton atau 53kDa. Protein yang dikodekan oleh gen itu
merupakan faktor transkripsi spesifik yang mendorong sintesis protein
yang menghambat siklus sel. Gen P53 dijuluki “Malaikat Penjaga
Genom”.
Protein P53 sering mengaktivasi gen P21 yang produknya
menghantikan siklus sel dengan cara berikatan dengan kinase
bergantung siklin sehingga memberi waktu bagi sel untuk memperbaiki
DNA. Jika kerusakan DNA tidak dapat diperbaiki, P53 mengaktivasi gen-
gen ‘bunuh diri’ yang menyebabkan apoptosis. Jadi, ada 3 cara gen P53
mencegah sel mewariskan mutasi akibat keruskan DNA. Jika mutasi
benar-benar terakumulasi dan sel sintas melalui banyak pembelahan
yang mungkin terjadi gen supresor tumor P53 cacat atau hilang maka
kanker dapat terjadi (Campbell, 2008).
Rekonstitusi jalur apoptosis oleh p53 dapat terjadi dengan
mentransfer gen p53 wild type rekombinan pada sel kanker yang
mengekspresi p53 null atau mutan. Protein p53 dalam bentuk aktif atau
stabil mengkode pengaktif transkripsi yang targetnya dapat meliputi gen-
gen yang mengatur kestabilan genomik, respon selular pada luka DNA
dan progresi siklus sel. Contoh gen-gen tersebut adalah WAF1,
GADD45 dan MDM2. Di samping stabilisasi, aktivitas trans-aktivasi p53
juga diatur oleh fosforilasi residu amino-ujung. Untuk menjalankan
fungsinya, p53 mengikat DNA dalam bentuk yang spesifik sehingga
memungkinkan p53 mengaktifkan transkripsi gen sasaran. Bagian
tengah protein tersebut (residu asam amino 102-292) adalah deret
spesifik daerah DNA-binding, dimana mutasi p53 spontan berada pada
daerah ini dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
interaksi p53 dengan DNA (Syaifudin, 2007).
b. pRb dengan cara mencegah sel di fase G1 siklus sel.
c. WT1 sebagai repressor insulin like growth factor.
d. TGF-β,
e. P21 dan p16.
Mekanisme penghambatannya dengan langkah berikut:
a. Transduksi sinyal
b. Reseptor di permukaan sel
c. Nuklear transcription regulator
d. Antagonis aktivitas onkogen
e. Block proliferasi
f. Induce apoptosis
g. DNA repair. (Dharmayanti,2007).
5.6 Stratifikasi keganasan terutama pada kanker kolorektal
Stadium Deskripsi histopatologi
Dukes TNM Derajat
A T 1N0 M0 I Lesi superficial yamg tidak
mencapai lapisan muskularis
( kanker terbatas pada
mukosa/ submukosa)
B1 T 2N0 M0 I Kanker mencapai muskularis
namun belum menyebar
B2 T 3N0 M0 II Kanker cenderung masuk/
melewati lapisan serosa
C T XN1 M0 III Tumor melibatkan kelenjar
getah bening regional
D T XNXM1 IV Tumor bermetastasis
5.7 Terapi Kanker
Terapi untuk penderita kanker dilakukan bertujuan untuk
membinasakan pertumbuhan sel-sel kanker, sehingga dapat memperbesar
persentase harapan hidup dan kualitas hidup penderitanya. Saat ini terdapat
empat jenis terapi yang digunakan untuk mengatasi penyakit kanker.
Biasanya masing-masing terapi ini dapat digunakan dengan sendiri-sendiri
atau secara bersamaan (kombinasi) tergantung tingkat (stadium)
penyakitnya.
Berikut ini jenis terapi untuk penderita kanker, meliputi:
1. Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi kanker dengan menggunakan bahan
kimia yang bekerja dengan menghambat sel – sel kanker. Kemoterapi
juga dapat mempengaruhi seluruh sel –sel normal.
2. Radiasi
Terapi dengan radiasi diberikan secara eksternal. Radiasi
berpengaruh hanya pada tumor dan daerah sekitarnya sehingga efek
sampingnya biasanya terjadi pada daerah yang teradiasi.
3. Operasi
Operasi dilakukan dengan cara mengangkat tumor atau sel
kanker. Untuk penyembuhan luka biasanya diberikan diet tinggi energi
dan protein, karena efek samping dari operasi ini adalah kehilangan
nafsu makan. ( Ashpar, 2011).
BAB III
KESIMPULAN
Hasbul, laki-laki 55 tahun mengalami kanker kolorektal yang disebabkan oleh
mutasi genetic dan faktor resiko yang memungkinkan seperti faktor
degenerative, trauma, kongenital, dan pola hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Arber. 2000. Molecular diagnostic approach to non-Hodgkin’s lymphoma. Aichi
Medical University School of Medicine. Japan
Ashpar. 2011. Molecular Targeted Therapy. Universitas Indonesia. Jakarta.
Campbell, Neil. A. dkk. 2008. “Biologi Edisi 8 Jilid 1”. Jakarta: Erlangga.
Dharmayanti,indi.2007. Kajian Biologi Molekuler: Gen Suppressor Tumor (P53)
Sebagai Target Gen Dalam Pengobatan Kanker. WARTAZOA Vol. 13 No. 3
Faatih,mukhlissul.2009. Isolasi Dan Digesti Dna Kromosom Isolation And
Digestion Of Chromosomal DNA. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol.
10, No. 1 : 61 – 67
Friedberg, E.C. 1985. DNA Repair. New York: W.H. Freeman and Company.
Indah, Fitriani. 2009. Deteksi mutasi gen mATP pada penderita oculocutaneous
albinism (OCA) di DIY dan Wonosobo (Jawa Tengah) . Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Kowalak dkk. 2012. Buku ajar patofisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Mangan, Yellia. 2003. Cara bijak menaklukkan kanker. Jakarta: Agromedia.
Pasaribu, Emir Taris. 2006.”Epidemologi dan Etiologi Kanker, Majalah
kedokteran Nusantara Vol. 39 No.3. Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatra Utara.
Saefudin. 2007. Genetika. Jurnal FMIPA Biologi, Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung.
Soeharso,Purnomo.2011.DNA (Gene) Rearrangement.Departemen Biologi
Medik FKUI
Suwarno. 2007. Panduan Pembelajaran Biologi. Jakarta. Pusat Perbukuan
Depdiknas.
Syaifudin,mukh.2007. GEN PENEKAN TUMOR p53, KANKER DAN RADIASI
PENGION. Buletin Alara, Volume 8 Nomor 3 hal 119 – 128
Syaifudin, Mukh. 2007. “Gen Penekan Tumor P53, Kanker dan Radiasi Pengion;
Buletin Alara, Volume 8 Nomor 3 BATAN, Jakarta.
Syaifudin, dkk. 2006. Identifikasi Mycobacterium tuberculosis dan analisis mutasi
gen rpoB dan katG penyebab resistensi ganda dengan teknik molekuler.
Biomedika, Pusat teknologi keselamatan dan metrologi radiasi-BATAN.
Wahyudin rajab, M.epid, 2008. Buku Ajar Epidemiologi Kebidanan. Jakarta