Isi Pemicu 3

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alkohol adalah senyawa yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia seperti sebagai bahan pelarut, ditambahkan ke dalam obat gosok, ke dalam minuman dengan konsentrasi tertentu sebagai bahan antiseptik. Pembuatan alkohol melalui fermentasi dengan menambahkan ragi ke dalam larutan gula sebagai enzim akan menguraikan karbohidrat menjadi alkohol dan karbondioksida. Negara maju seperti Amerika, produksi etanol mendekati 110 juta galon pertahun, terutama digunakan sebagai pelarut dan reagensia. Dari jumlah tersebut hanya 5 % yang dihasilkan dari proses fermentasi, selebihnya melalui reaksi sintesis. Etanol merupakan salah satu senyawa alkohol terpenting diantara senyawa alkohol lainnya, seperti alkohol sekunder dan alkohol tersier. Alkil halida adalah salah satu reagensia pembuat alkohol salah satunya melalui reaksi substitusi. Alkil halida merupakan senyawa yang tidak terdapat di alam merupakan senyawa rekayasa yang dibutuhkan dalam kehidupan dunia modern, diantaranya sebagai aerosol, bahan pendingin, sebagai pelarut dan di bidang pertanian yang digunakan sebagai bahan insektisida.

Transcript of Isi Pemicu 3

Page 1: Isi Pemicu 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alkohol adalah senyawa yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia seperti

sebagai bahan pelarut, ditambahkan ke dalam obat gosok, ke dalam minuman dengan

konsentrasi tertentu sebagai bahan antiseptik.

Pembuatan alkohol melalui fermentasi dengan menambahkan ragi ke dalam

larutan gula sebagai enzim akan menguraikan karbohidrat menjadi alkohol dan

karbondioksida.

Negara maju seperti Amerika, produksi etanol mendekati 110 juta galon

pertahun, terutama digunakan sebagai pelarut dan reagensia. Dari jumlah tersebut

hanya 5 % yang dihasilkan dari proses fermentasi, selebihnya melalui reaksi sintesis.

Etanol merupakan salah satu senyawa alkohol terpenting diantara senyawa alkohol

lainnya, seperti alkohol sekunder dan alkohol tersier.

Alkil halida adalah salah satu reagensia pembuat alkohol salah satunya melalui

reaksi substitusi. Alkil halida merupakan senyawa yang tidak terdapat di alam

merupakan senyawa rekayasa yang dibutuhkan dalam kehidupan dunia modern,

diantaranya sebagai aerosol, bahan pendingin, sebagai pelarut dan di bidang

pertanian yang digunakan sebagai bahan insektisida.

Pada abad 20, pengunaan aerosol telah menimbulkan masalah lingkungan di

atmosfer yaitu isu penipisan lapisan ozon. Untuk beberapa reaksi tertentu, alkil

halida merupakan reagensia untuk produk alkena atau alkohol dengan mekanisme

reaksi orde ke 1 ataukah ke 2.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dibahas didalam pemicu ini adalah sebagai berikut :

1. Sifat fisis alkohol dan alkil halida

2. Reaksi substitusi alkohol dan alkil halida

3. Reaksi eliminasi alkohol dan alkil halida

4. Manfaat dan penggunaan alkohol dan alkil halida

Page 2: Isi Pemicu 3

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat dari pemicu yang dilaksanakan ini adalah untuk mengetahui

sifat senyawa alkohol dan alkil halida, reaksinya dan pembuatannya serta manfaat

dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Page 3: Isi Pemicu 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alkohol

Alkohol adalah kelompok senyawa yang mengandung satu atau lebih gugus

fungsi hidroksil (-OH) pada suatu senyawa alkana. Alkohol dapat dikenali dengan

rumus umumnya R-OH. Alkohol merupakan salah satu zat yang penting dalam kimia

organik karena dapat diubah dari dan ke banyak tipe senyawa lainnya. Reaksi dengan

alkohol akan menghasilkan 2 macam senyawa. Reaksi bisa menghasilkan senyawa

yang mengandung ikatan R-O atau dapat juga menghasilkan senyawa mengandung

ikatan O-H.

Salah satu senyawa alkohol, etanol (etil alkohol, atau alkohol sehari-hari), adalah

salah satu senyawa yang dapat ditemukan pada minuman beralkohol. Rumus

kimianya CH3CH2OH.

Ada 6 reaksi yang dapat dipakai untuk membuat/mensintesis alkohol dari gugus

karbonil yaitu :

1. Reaksi adisi Grignard

Reagen grignard dibuat dengan cara mencampurkan logam magnesium dengan alkil

halida (atau haloalkana). Atom magnesium akan menempati posisi diantara gugus

alkil dan atom halogen (X) dengan rumus umum:

R-X + Mg → R-Mg-X

Pada contoh di bawah ini, digunakan bromin sebagai reagen grignard karena bromin

merupakan atom halogen yang biasa dipakai dalam pembuatan reagen grignard.

Mekanisme dari reagen Grignard yang bereaksi dengan sebuah karbonil

Page 4: Isi Pemicu 3

2. Sintesis dari formaldehida

Sintesis alkohol dari formaldehida dan reagen Grignard

Gambar diatas menunjukkan sintesis alkohol yang dihasilkan dari formaldehida dan

reagen Grignard. Alkohol yang dihasilkan berjenis alkohol primer.

3. Sintesis dari aldehida

Sintesis alkohol dari aldehida dan reagen Grignard

Gambar diatas menunjukkan sintesis alkohol yang dihasilkan dari aldehida dan

reagen Grignard. Alkohol yang dihasilkan berjenis alkohol sekunder.

4. Sintesis dari keton

Sintesis alkohol dari aldehida dan reagen Grignard

Gambar diatas menunjukkan sintesis alkohol yang dihasilkan dari keton dan reagen

Grignard. Alkohol yang dihasilkan berjenis alkohol tersier.

5. Sintesis dari ester

Sintesis alkohol dari ester dengan reduksi

Page 5: Isi Pemicu 3

Gambar diatas menunjukkan sintesis alkohol dari ester dengan reaksi reduksi. Ester

dapat terhidrolisa menjadi alkohol dan asam karboksilat.

6. Sintesis dari asam karboksilat

Sintesis alkohol dari asam karboksilat dengan reaksi reduksi

Gambar diatas menunjukkan sintesis alkohol dari asam karboksilat dengan reaksi

reduksi.

2.2 Alkil Halida

Alkil halida adalah turunan hidrokarbon di mana satu atau lebih hidrogennya

diganti dengan halogen. Tiap-tiap hidrogen dalam hidrokarbon potensil digantikan

dengan halogen, bahkan ada senyawa hidrokarbon yang semua hidrogennya dapat

diganti. Senyawa terfluorinasi sempurna yang dikenal sebagai fluorokarbon, cukup

menarik karena kestabilannya pada suhu tinggi. Alkil halida juga terjadi di alam,

meskpiun lebih banyak terjadi dalam organisme air laut daripada organisme air

tawar. Halometana sederhana seperti CHCl3, CCl4, CBr4, CH3I, dan CH3Cl adalah

unsur pokok alga Hawai Aspagopsi taxiformis. Bahkan ada senyawa alkil halida

yang diisolasi dari organisme laut yang memperlihatkan aktivitas biologis yang

menarik. Sebagai contoh adalah plocamen B, suatu turunan triklorosikloheksana

yang diisolasi dari alga merah Plocamium violaceum, berpotensi seperti DDT dalam

aktivitas insentisidalnya melawan larva nyamuk.

Page 6: Isi Pemicu 3

Kimiawan sering menggunakan RX sebagai notasi umum untuk organik halida,

R menyimbolkan suatu gugus alkil dan X untuk suatu halogen. Konfigurasi elektron

dalam keadaan dasar halogen adalah sebagai berikut:

F : 1s22s22p5

Cl : 1s22s22p63s23p5

Br : 1s22s22p63s23p63d104s24p5

I : 1s22s22p63s23p63d104s24p64d105s25p5

Perlu dicatat bahwa halogen adalah atom-atom berelektrogenatif tinggi dan hanya

kekurangan satu elektron untuk mencapai konfigurasi gas mulia. Oleh itu halogen

dapat membentuk ikatan kovalen tunggal atau ionik yang stabil. Ikatan antara gugus

metil dengan fluor, klor, brom, dan ioda terbentuk oleh tumpang tindih orbital sp3

dari karbon dengan orbital sp3 dari fluor, klor, brom, dan iod. Kekuatan ikatan CX

menurun dari metil fluorida ke metil iodida. Hal ini mencerminkan prinsip umum

bahwa tumpang tindih orbital-orbital lebih efisien antara orbital-orbital yang

mempunyai bilangan kuantum utama yang sama, dan efisiensinya menurun dengan

meningkatnya perbedaan bilangan kuantum utama. Perlu pula dicatat bahwa halogen

adalah lebih elektronegatif daripada karbon, sehingga ikatan C-X bersifat polar di

mana karbon mengemban muatan posisif partial (δ+) dan halogen muatan negatif

partial (δ-).

Dengan demikian kerapatan elektron pada halogen lebih tinggi daripada karbon.

Sifat fisik beberapa alkil halida disajikan dalam Tabel 6.1 berikut. Kebanyakan alkil

halida adalah cair; bromida, iodida, dan polihalida umumnya mempunyai kerapatan

>1. Alkil halida tidak larut dalam air, tetapi dapat saling melarutkan dengan

hidrokarbon cair.

Page 7: Isi Pemicu 3

2.3 Reaksi Substitusi dan Eliminasi Alkohol

2.3.1 Reaksi Substitusi Alkohol

Tidak seperti suatu alkil halida, suatu alkohol tidak dapat mengalami substitusi

nukeofilik dalam larutan netral maupun basa. Apabila suatu alkohol mengalami suatu

substitusi, gugusan yang meniggalkan alkohol ialah hidroksida (-OH), suatu ion yang

merupakan basa kuat, sehingga merupakan gugusan yang sukar dilepas.

a. Reaksi dengan hidrogen halida

Semua alkohol dapat bereaksi segera dengan HI atau HBr menghasilkan alkil halida.

1o,2o,atau 3o ROH + HI(HBr-)                  RI(RBr) + H2O

Alkohol tersier, asiklik alkohol dan benzelik alkohol segera bereaksi dengan HCl,

alkohol primer dan sekunder kurang reaktif dan memerluan katalisator, seperti seng

klorida (ZnCl2).

3o : (CH3)3C-OH + HCl     25oC            (CH3)3C-Cl + H2O

2o : (CH3)3CH-OH + HC  ZnCl2 25oC      (CH3)3CH-Cl + H2O

1o : CH2CH2-OH + HCl  ZnCl2 panas       CH3CH2-Cl + H2O

Mekanisme dari reaksi alkohol dengan hidrogen halida tergantung kepada struktur

dari alkohol. Alilik, benzilik, sekunder, dan alkohol tersier bereaksi melalui jalan

Page 8: Isi Pemicu 3

SN1- melalui jalan dari suatu karbonasi. Jika alkohol mula – mula optik aktif, terjadi

resemisasi, seperti yang terjadi selama solvolisa dari alkil halida tersier.

Karena karbonasi primer tidak terbentuk dibawah kondisi laboratorium yang biasa,

alkohol primer tidak bereaksi melalui jalan SN1. Sebaliknya, reaksinya melalui jalan

SN2 – pergantian sebelah belakang.

b. Reaksi dengan zat penghalagenasi lainnya

Dengan alkohol primer dan sekunder, hasil yang lebih tinggi dari alkil halida didapat

apabila zat penghalagenasi seperti Tionil Klorida (SOCl2) atau Fosfor Tribromida

(PBr3) dipakai sebagai pengganti hidrogen halida.

2.3.2 Reaksi Eliminasi Alkohol

Bila dipanaskan dengan asam kuat, suatu alkohol dengan B hidrogen dapat

mengalami dehidrasi (kehilangan air) menghasilkan suatu alkena. Reaksi ini adalah

kebalikan dari hidrasi alkena. Asam sulfat (H2SO4) dan asam phosphat (H3PO4) biasa

dipakai sebagai asam untuk reaksi dehidrasi.

Reaksi dehidrasi adalah reaksi eliminasi sama dengan reaksi eliminasi dari alkil

halida dalam basa kuat. Alkohol sekunder dan tersier mengalami dehidrasi melalui

jalan E1, melalui jalan dari karbokasi. (Alkohol primer kemungkinan mengalami

reaksi melalui jalan E2). Alkohol tersier lebih mudah didehidrasi sebab mereka

membentuk karbokasi yang mempunyai energi lebih rendah.

Seperti reaksi eliminasi dari alkil halida, reakis dehidrasi dari alkohol dengan

lebih dari satu macam B hidrogen menyebabkan terbentuknya lebih banyak alkena

yang stabil, biasanya trans alkena yang lebih banyak.

2.4 Reaksi Substitusi dan Eliminasi Alkil Halida

Alkil halida paling banyak ditemui sebagai zat antara dalam sintesis. Mereka

dengan mudah diubah ke dalam berbagai jenis senyawa lain, dan dapat diperoleh

melalui banyak cara. Reaksi alkil halida yang banyak itu dapat dikelompokkan dalam

dua kelompok, yaitu reaksi substitusi dan reaksi eliminasi. Dalam reaksi substitusi,

halogen (X) diganti dengan beberapa gugus lain (Z).

Page 9: Isi Pemicu 3

Reaksi eliminasi melibatkan pelepasan HX, dan hasilnya adalah suatu alkena.

Banyak sekali modifikasi terhadap reaksi ini, tergantung pada pereaksi yang

digunakan.

2.4.1 Substitusi nukleofilik

Suatu nukleofil (Z:) menyerang alkil halida pada atom karbon hibrida-sp3 yang

mengikat halogen (X), menyebabkan terusirnya halogen oleh nukleofil. Halogen

yang terusir disebut gugus pergi. Nukleofil harus mengandung pasangan elektron

bebas yang digunakan untuk membentuk ikatan baru dengan karbon. Hal ini

memungkinkan gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron yang

tadinya sebagai elektron ikatan. Ada dua persamaan umum yang dapat dituliskan :

Contoh masing-masing reaksi adalah :

Page 10: Isi Pemicu 3

Pada dasarnya terdapat dua mekanisme reaksi substitusi nukleofilik. Mereka

dilambangkan dengan SN2 adan SN1. Bagian SN menunjukkan substitusi

nukleofilik, sedangkan arti 1 dan 2 akan dijelaskan kemudian.

a. Mekanisme SN2

Mekanisme SN2 adalah proses satu tahap yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Nukleofil menyerang dari belakang ikatan C-X. Pada keadaan transisi, nukleofil dan

gugus pergi berasosiasi dengan karbon di mana substitusi akan terjadi. Pada saat

gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron, nukleofil memberikan

pasangan elektronnya untuk dijadikan pasangan elektron dengan karbon. Notasi 2

menyatakan bahwa reaksi adalah bimolekuler, yaitu nukleofil dan substrat terlibat

dalam langkah penentu kecepatan reaksi dalam mekanisme reaksi.

Adapun ciri reaksi SN2 adalah:

1. Karena nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi,

maka kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi kedua spesies tersebut.

2. Reaksi terjadi dengan pembalikan (inversi) konfigurasi. Misalnya jika kita

mereaksikan (R)-2-bromobutana dengan natrium hidroksida, akan diperoleh (S)-

2-butanol. Ion hidroksida menyerang dari belakang ikatan C-Br. Pada saat

substitusi terjadi, ketiga gugus yang terikat pada karbon sp3 kiral itu seolah-olah

terdorong oleh suatu bidang datar sehingga membalik. Karena dalam molekul ini

Page 11: Isi Pemicu 3

OH mempunyai perioritas yang sama dengan Br, tentu hasilnya adalah (S)-2-

butanol. Jadi reaksi SN2 memberikan hasil inversi.

3. Jika substrat R-L bereaksi melalui mekanisme SN2, reaksi terjadi lebih cepat

apabila R merupakan gugus metil atau primer, dan lambat jika R adalah gugus

tersier. Gugus R sekunder mempunyai kecepatan pertengahan. Alasan untuk

urutan ini adalah adanya efek rintangan sterik. Rintangan sterik gugus R

meningkat dari metil < primer < sekunder < tersier. Jadi kecenderungan reaksi

SN2 terjadi pada alkil halida adalah: metil > primer > sekunder >> tersier.

b. Mekanisme SN1

Mekanisme SN1 dalah proses dua tahap. Pada tahap pertama, ikatan antara karbon

dengan gugus pergi putus.

Gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron, dan terbentuklah ion

karbonium. Pada tahap kedua (tahap cepat), ion karbonium bergabung dengan

nukleofil membentuk produk.

Pada mekanisme SN1, substitusi terjadi dalam dua tahap. Notasi 1 digunakan sebab

pada tahap lambat hanya satu dari dua pereaksi yang terlibat, yaitu substrat. Tahap

ini sama sekali tidak melibatkan nukleofil.

Berikut ini adalah ciri-ciri suatu reaksi yang berjalan melalui mekanisme SN1:

1. Kecapatan reaksinya tidak tergantung pada konsentrasi nukleofil. Tahap penentu

kecepatan reaksi adalah tahap pertama di mana nukleofil tidak terlibat.

Page 12: Isi Pemicu 3

2. Jika karbon pembawa gugus pergi adalah bersifat kiral, reaksi menyebabkan

hilangnya aktivitas optik karena terjadi rasemik. Pada ion karbonium, hanya ada

tiga gugus yang terikat pada karbon positif. Karena itu, karbon positif mempunyai

hibridisasi sp2 dan berbentuk planar. Jadi nukleofil mempunyai dua arah

penyerangan, yaitu dari depan dan dari belakang. Dan kesempatan ini masing-

masing mempunyai peluang 50 %. Jadi hasilnya adalah rasemit. Misalnya, reaksi

(S)-3-bromo-3-metilheksana dengan air menghasilkan alkohol rasemik.

Spesies antaranya (intermediate species) adalah ion karbonium dengan geometrik

planar sehingga air mempunyai peluang menyerang dari dua sisi (depan dan

belakang) dengan peluang yang sama menghasilkan adalah campuran rasemik.

Reaksi substrat R-X yang melalui mekanisme SN1 akan berlangsung cepat jika R

merupakan struktur tersier, dan lambat jika R adalah struktur primer. Hal ini

sesuai dengan urutan kestabilan ion karbonium, 3° > 2°>> 1°.

Tabel 6.2 berikut memuat ringkasan mengenai mekanisme substitusi dan

mebandingkannya dengan keadaan-keadaan lain, seperti keadan pelarut dan struktur

nukleofil.

Perlu diperhatikan bahwa halida primer selalu bereaksi melalui mekanisme SN2,

sedangkan halida tersier melalui mekanisme SN1. Pada halida sekunder, terdapat dua

kemungkinan.

Page 13: Isi Pemicu 3

Pada tahap pertama dalam mekanisme SN1 adalah tahap pembentukan ion, sehingga

mekanisme ini dapat berlangsung lebih baik dalam pelarut polar. Jadi halida

sekunder yang dapat bereaksi melalui kedua mekanisme tersebut, kita dapat

mengubah mekanismenya dengan menyesuaikan kepolaran pelarutnya. Misalnya,

mekanisme reaksi halida sekunder dengan air (membentuk alkohol) dapat diubah

dari SN2 menjadi SN1 dengan mengubah pelarutnya dari 95% aseton-5% air (relatif

tidak-polar) menjadi 50% aseton-50% air (lebih polar, dan pelarut peng-ion yang

lebih baik).

Kekuatan nukleofil juga dapat mengubah mekanisme reaksi yang dilalui oleh reaksi

oleh reaksi SN. Jika nukleofilnya kuat maka mekanisme SN2 yang terjadi. Berikut ini

ada beberapa petunjuk yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu nukleofil

adalah kuat atau lemah.

1. Ion nukleofil bersifat nukleofil. Anion adalah pemberi elektron yang lebih baik

daripada molekul netralnya. Jadi

Page 14: Isi Pemicu 3

2. Unsur yang berada pada periode bawah dalam tabel periodik cenderung

merupakan nukleofil yang lebih kuat daripada unsur yang berada dalam periode di

atasnya yang segolongan. Jadi

3. Pada periode yang sama, unsur yang lebih elektronegatif cenderung merupakan

nukleofil lebih lemah (karena ia lebih kuat memegang elektron). Jadi

Karena C dan N berada dalam periode yang sama, tidak mengherankan jika pada

ion -:CN: , yang bereaksi adalah karbon, karena sifat nukleofilnya lebih kuat.

2.4.2 Reaksi Eliminasi: Mekanisme E2 dan E1

Jika alkil halida mempunyai atom hidrogennya pada atom karbon yang bersebelahan

dengan karbon pembawa halogen akan bereaksi dengan nukleofil, maka terdapat dua

kemungkinan reaksi yang bersaing, yaitu substitusi dan eliminasi.

Pada reaksi substitusi, nukleofil menggantikan halogen (lihat pers. 5.5). Pada reaksi

eliminasi (pers. 5.6), halogen X dan hidrogen dari atom karbon yang bersebelahan

dieliminasi dan ikatan baru terbentuk di antara karbonkarbon yang pada mulanya

membawa X dan H. Proses eliminasi adalah cara umum yang digunakan dalam

pembuatan senyawa-senyawa yang mengandung ikatan rangkap.

Page 15: Isi Pemicu 3

Seringkali reaksi substitusi dan eliminasi terjadi secara bersamaan pada pasangan

pereaksi nukleofil dan substrat yang sama. Reaksi mana yang dominan, bergantung

pada kekuatan nukleofil, struktur substrat, dan kondisi reaksi. Seperti halnya dengan

reaksi substitusi, reaksi elimanasi juga mempunyai dua mekanisme, yaitu mekanisme

E2 dan E1.

a. Mekanisme E2

Reaksi E2 adalah proses satu tahap. Nukleofil bertindak sebagai basa dan mengambil

proton (hidrogen) dari atom karbon yang bersebelahan dengan karbon pembawa

gugus pergi. Pada waktu yang bersamaan, gugus pergi terlepas dan ikatan rangkap

dua terbentuk.

Konfigurasi yang terbaik untuk reaksi E2 adalah konfigurasi dimana hidrogen yang

akan tereliminasi dalam posisi anti dengan gugus pergi. Alasannya ialah bahwa pada

posisi tersebut orbital ikatan CH dan CX tersusun sempurna yang memudahkan

pertumpangtindihan orbital dalam pembentukan ikatan baru.

b. Mekanisme E1

Mekanisme E1 mempunyai tahap awal yang sama dengan mekanisme SN1. Taha

lambat atau penentuan ialah tahap ionisasi dari substrat yang menghasilkan ion

karbonium (bandingkan dengan pers. 5.3).

Page 16: Isi Pemicu 3

Kemudian, ada dua kemungkinan reaksi untuk ion karbonium. Ion bisa bergabung

dengan nukleofil (proses SN1) atau atom karbon bersebelahan dengan ion karbonium

melepaskan protonnya, sebagaimana ditunjukkan dengan panah lengkung, dan

memebentuk alkena (proses E1).

2.5 Manfaat dan Aplikasi Alkohol

Alkohol merupakan senyawa yang banyak memiliki peranan dalam kehidupan

manusia sehari – hari. Berikut adalah kegunaan alkohol dalam industri :

Sebagai minuman keras

Alkohol yang terdapat dalam minuman keras adalah etanol dan metanol. Etanol

biasanya dijual sebagai spirit (minuman keras) bermetil yang diproduksi dalam

skala industri yang sebenarnya merupakan sebuah etanol yang telah

ditambahkan sedikit metanol dan kemungkinan beberapa zat warna. Metanol

beracun, sehingga spirit bermetil dalam skala industri tidak cocok untuk

diminum.

Sebagai bahan bakar

Etanol dan metanol dapat dibakar untuk menghasilkan karbon dioksida dan air

serta bisa digunakan sebagai bahan bakar baik sendiri maupun dicampur dengan

petrol (bensin). "Gasohol" adalah sebuah petrol / campuran etanol yang

mengandung sekitar 10 – 20% etanol. Karena etanol bisa dihasilkan melalui

fermentasi, maka alkohol bisa menjadi sebuah cara yang bermanfaat bagi

negara-negara yang tidak memiliki industri minyak untuk mengurangi import

petrol mereka.

Sebagai pelarut

Page 17: Isi Pemicu 3

Etanol banyak digunakan sebagai sebuah pelarut. Etanol relatif aman, dan bisa

digunakan untuk melarutkan berbagai senyawa organik yang tidak dapat larut

dalam air. Sebagai contoh, etanol digunakan pada berbagai parfum dan

kosmetik.

Sebagai sebuah stok industri

Kebanyakan metanol digunakan untuk membuat senyawa-senyawa lain – seperti

metanal (formaldehida), asam etanoat, dan metil ester dari berbagai asam.

Kebanyakan dari senyawa-senyawa selanjutnya diubah menjadi produk.

- pengawet untuk hewan koleksi (yang ukurannya kecil).

- antifreeze pada radiator.

- Metanol dapat disuntikan kedalam mesin Turbocharger dan Supercharger. Ini

akan mendinginkan masuknya udara kedalam pipa masuk, menyediakan

masuknya udara yang lebih padat.

2.6 Manfaat dan Aplikasi Alkil Halida

Senyawa Halogen yang berikatan dengan Alkana akan membentuk Alkil halida

seperti CFC, HCFC, HFC, dll yang berfungsi sebagai pendingin, bahan baku aerosol,

pelarut dan pembersih kering pada berbagai jenis pengeringan minyak.

Kloroform (CHCl3) : pelarut untuk lemak, obat bius (dibubuhi etanol, disimpan

dalam botol coklat, diisi sampai penuh).

Tetraklorometana = karbontetraklorida (CCl4) : pelarut untuk lemak, alat

pemadam kebakaran (Pyrene, TD rendah 77oC, uapnya berat.

Freon (Freon 12 = CCl2F2, Freon 22 = CHCl2F) : pendingin lemari es, alat “air

conditioner”, sebagai propellant (penyebar) kosmetik, insektisida, dsb

Page 18: Isi Pemicu 3

BAB IV

KESIMPULAN

1. Alkohol adalah kelompok senyawa yang mengandung satu atau lebih gugus fungsi

hidroksil (-OH) pada suatu senyawa alkana.

2. Alkil halida adalah turunan hidrokarbon di mana satu atau lebih hidrogennya

diganti dengan halogen.

3. Alkohol dapat disintesis dari senyawa karbonil dengan reaksi adisi grignard,

sintesis dari ester, formaldehida, aldehida, keton dan asam karboksilat.

4. Alkil halida dapat digunakan sebagai pendingin, bahan baku aerosol, pelarut dan

pembersih kering pada berbagai jenis pengeringan minyak.

5. Alkohol dapat digunakan sebagai pelarut, sebagai stok industri dan sebagai bahan

bakar.

Page 19: Isi Pemicu 3

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, R. J. dan J. S. Fessenden. 1990. Kimia Organik. Jilid 1. Jakarta:

Erlangga.

Allinger N. L., et al, 1976, Organic Chemistry, 2nd Edition, Worth Publishers, Inc.,

New York.

Hart, H., Organic Chemistry – a short Course, 5th Edition, Diterjemahkan oleh

Achmadi S., 1983, Kimia Organik – Suatu Kursus Singkat, Edisi Keenam,

Erlangga, Jakarta.

McMurry, M., 1988, Organic Chemistry, 2nd Edition, Brooks/Cole Publishing

Company, California.