Isi Pemicu 3
-
Upload
widya-bestari -
Category
Documents
-
view
129 -
download
10
Transcript of Isi Pemicu 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alkohol adalah senyawa yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia seperti
sebagai bahan pelarut, ditambahkan ke dalam obat gosok, ke dalam minuman dengan
konsentrasi tertentu sebagai bahan antiseptik.
Pembuatan alkohol melalui fermentasi dengan menambahkan ragi ke dalam
larutan gula sebagai enzim akan menguraikan karbohidrat menjadi alkohol dan
karbondioksida.
Negara maju seperti Amerika, produksi etanol mendekati 110 juta galon
pertahun, terutama digunakan sebagai pelarut dan reagensia. Dari jumlah tersebut
hanya 5 % yang dihasilkan dari proses fermentasi, selebihnya melalui reaksi sintesis.
Etanol merupakan salah satu senyawa alkohol terpenting diantara senyawa alkohol
lainnya, seperti alkohol sekunder dan alkohol tersier.
Alkil halida adalah salah satu reagensia pembuat alkohol salah satunya melalui
reaksi substitusi. Alkil halida merupakan senyawa yang tidak terdapat di alam
merupakan senyawa rekayasa yang dibutuhkan dalam kehidupan dunia modern,
diantaranya sebagai aerosol, bahan pendingin, sebagai pelarut dan di bidang
pertanian yang digunakan sebagai bahan insektisida.
Pada abad 20, pengunaan aerosol telah menimbulkan masalah lingkungan di
atmosfer yaitu isu penipisan lapisan ozon. Untuk beberapa reaksi tertentu, alkil
halida merupakan reagensia untuk produk alkena atau alkohol dengan mekanisme
reaksi orde ke 1 ataukah ke 2.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas didalam pemicu ini adalah sebagai berikut :
1. Sifat fisis alkohol dan alkil halida
2. Reaksi substitusi alkohol dan alkil halida
3. Reaksi eliminasi alkohol dan alkil halida
4. Manfaat dan penggunaan alkohol dan alkil halida
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dari pemicu yang dilaksanakan ini adalah untuk mengetahui
sifat senyawa alkohol dan alkil halida, reaksinya dan pembuatannya serta manfaat
dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alkohol
Alkohol adalah kelompok senyawa yang mengandung satu atau lebih gugus
fungsi hidroksil (-OH) pada suatu senyawa alkana. Alkohol dapat dikenali dengan
rumus umumnya R-OH. Alkohol merupakan salah satu zat yang penting dalam kimia
organik karena dapat diubah dari dan ke banyak tipe senyawa lainnya. Reaksi dengan
alkohol akan menghasilkan 2 macam senyawa. Reaksi bisa menghasilkan senyawa
yang mengandung ikatan R-O atau dapat juga menghasilkan senyawa mengandung
ikatan O-H.
Salah satu senyawa alkohol, etanol (etil alkohol, atau alkohol sehari-hari), adalah
salah satu senyawa yang dapat ditemukan pada minuman beralkohol. Rumus
kimianya CH3CH2OH.
Ada 6 reaksi yang dapat dipakai untuk membuat/mensintesis alkohol dari gugus
karbonil yaitu :
1. Reaksi adisi Grignard
Reagen grignard dibuat dengan cara mencampurkan logam magnesium dengan alkil
halida (atau haloalkana). Atom magnesium akan menempati posisi diantara gugus
alkil dan atom halogen (X) dengan rumus umum:
R-X + Mg → R-Mg-X
Pada contoh di bawah ini, digunakan bromin sebagai reagen grignard karena bromin
merupakan atom halogen yang biasa dipakai dalam pembuatan reagen grignard.
Mekanisme dari reagen Grignard yang bereaksi dengan sebuah karbonil
2. Sintesis dari formaldehida
Sintesis alkohol dari formaldehida dan reagen Grignard
Gambar diatas menunjukkan sintesis alkohol yang dihasilkan dari formaldehida dan
reagen Grignard. Alkohol yang dihasilkan berjenis alkohol primer.
3. Sintesis dari aldehida
Sintesis alkohol dari aldehida dan reagen Grignard
Gambar diatas menunjukkan sintesis alkohol yang dihasilkan dari aldehida dan
reagen Grignard. Alkohol yang dihasilkan berjenis alkohol sekunder.
4. Sintesis dari keton
Sintesis alkohol dari aldehida dan reagen Grignard
Gambar diatas menunjukkan sintesis alkohol yang dihasilkan dari keton dan reagen
Grignard. Alkohol yang dihasilkan berjenis alkohol tersier.
5. Sintesis dari ester
Sintesis alkohol dari ester dengan reduksi
Gambar diatas menunjukkan sintesis alkohol dari ester dengan reaksi reduksi. Ester
dapat terhidrolisa menjadi alkohol dan asam karboksilat.
6. Sintesis dari asam karboksilat
Sintesis alkohol dari asam karboksilat dengan reaksi reduksi
Gambar diatas menunjukkan sintesis alkohol dari asam karboksilat dengan reaksi
reduksi.
2.2 Alkil Halida
Alkil halida adalah turunan hidrokarbon di mana satu atau lebih hidrogennya
diganti dengan halogen. Tiap-tiap hidrogen dalam hidrokarbon potensil digantikan
dengan halogen, bahkan ada senyawa hidrokarbon yang semua hidrogennya dapat
diganti. Senyawa terfluorinasi sempurna yang dikenal sebagai fluorokarbon, cukup
menarik karena kestabilannya pada suhu tinggi. Alkil halida juga terjadi di alam,
meskpiun lebih banyak terjadi dalam organisme air laut daripada organisme air
tawar. Halometana sederhana seperti CHCl3, CCl4, CBr4, CH3I, dan CH3Cl adalah
unsur pokok alga Hawai Aspagopsi taxiformis. Bahkan ada senyawa alkil halida
yang diisolasi dari organisme laut yang memperlihatkan aktivitas biologis yang
menarik. Sebagai contoh adalah plocamen B, suatu turunan triklorosikloheksana
yang diisolasi dari alga merah Plocamium violaceum, berpotensi seperti DDT dalam
aktivitas insentisidalnya melawan larva nyamuk.
Kimiawan sering menggunakan RX sebagai notasi umum untuk organik halida,
R menyimbolkan suatu gugus alkil dan X untuk suatu halogen. Konfigurasi elektron
dalam keadaan dasar halogen adalah sebagai berikut:
F : 1s22s22p5
Cl : 1s22s22p63s23p5
Br : 1s22s22p63s23p63d104s24p5
I : 1s22s22p63s23p63d104s24p64d105s25p5
Perlu dicatat bahwa halogen adalah atom-atom berelektrogenatif tinggi dan hanya
kekurangan satu elektron untuk mencapai konfigurasi gas mulia. Oleh itu halogen
dapat membentuk ikatan kovalen tunggal atau ionik yang stabil. Ikatan antara gugus
metil dengan fluor, klor, brom, dan ioda terbentuk oleh tumpang tindih orbital sp3
dari karbon dengan orbital sp3 dari fluor, klor, brom, dan iod. Kekuatan ikatan CX
menurun dari metil fluorida ke metil iodida. Hal ini mencerminkan prinsip umum
bahwa tumpang tindih orbital-orbital lebih efisien antara orbital-orbital yang
mempunyai bilangan kuantum utama yang sama, dan efisiensinya menurun dengan
meningkatnya perbedaan bilangan kuantum utama. Perlu pula dicatat bahwa halogen
adalah lebih elektronegatif daripada karbon, sehingga ikatan C-X bersifat polar di
mana karbon mengemban muatan posisif partial (δ+) dan halogen muatan negatif
partial (δ-).
Dengan demikian kerapatan elektron pada halogen lebih tinggi daripada karbon.
Sifat fisik beberapa alkil halida disajikan dalam Tabel 6.1 berikut. Kebanyakan alkil
halida adalah cair; bromida, iodida, dan polihalida umumnya mempunyai kerapatan
>1. Alkil halida tidak larut dalam air, tetapi dapat saling melarutkan dengan
hidrokarbon cair.
2.3 Reaksi Substitusi dan Eliminasi Alkohol
2.3.1 Reaksi Substitusi Alkohol
Tidak seperti suatu alkil halida, suatu alkohol tidak dapat mengalami substitusi
nukeofilik dalam larutan netral maupun basa. Apabila suatu alkohol mengalami suatu
substitusi, gugusan yang meniggalkan alkohol ialah hidroksida (-OH), suatu ion yang
merupakan basa kuat, sehingga merupakan gugusan yang sukar dilepas.
a. Reaksi dengan hidrogen halida
Semua alkohol dapat bereaksi segera dengan HI atau HBr menghasilkan alkil halida.
1o,2o,atau 3o ROH + HI(HBr-) RI(RBr) + H2O
Alkohol tersier, asiklik alkohol dan benzelik alkohol segera bereaksi dengan HCl,
alkohol primer dan sekunder kurang reaktif dan memerluan katalisator, seperti seng
klorida (ZnCl2).
3o : (CH3)3C-OH + HCl 25oC (CH3)3C-Cl + H2O
2o : (CH3)3CH-OH + HC ZnCl2 25oC (CH3)3CH-Cl + H2O
1o : CH2CH2-OH + HCl ZnCl2 panas CH3CH2-Cl + H2O
Mekanisme dari reaksi alkohol dengan hidrogen halida tergantung kepada struktur
dari alkohol. Alilik, benzilik, sekunder, dan alkohol tersier bereaksi melalui jalan
SN1- melalui jalan dari suatu karbonasi. Jika alkohol mula – mula optik aktif, terjadi
resemisasi, seperti yang terjadi selama solvolisa dari alkil halida tersier.
Karena karbonasi primer tidak terbentuk dibawah kondisi laboratorium yang biasa,
alkohol primer tidak bereaksi melalui jalan SN1. Sebaliknya, reaksinya melalui jalan
SN2 – pergantian sebelah belakang.
b. Reaksi dengan zat penghalagenasi lainnya
Dengan alkohol primer dan sekunder, hasil yang lebih tinggi dari alkil halida didapat
apabila zat penghalagenasi seperti Tionil Klorida (SOCl2) atau Fosfor Tribromida
(PBr3) dipakai sebagai pengganti hidrogen halida.
2.3.2 Reaksi Eliminasi Alkohol
Bila dipanaskan dengan asam kuat, suatu alkohol dengan B hidrogen dapat
mengalami dehidrasi (kehilangan air) menghasilkan suatu alkena. Reaksi ini adalah
kebalikan dari hidrasi alkena. Asam sulfat (H2SO4) dan asam phosphat (H3PO4) biasa
dipakai sebagai asam untuk reaksi dehidrasi.
Reaksi dehidrasi adalah reaksi eliminasi sama dengan reaksi eliminasi dari alkil
halida dalam basa kuat. Alkohol sekunder dan tersier mengalami dehidrasi melalui
jalan E1, melalui jalan dari karbokasi. (Alkohol primer kemungkinan mengalami
reaksi melalui jalan E2). Alkohol tersier lebih mudah didehidrasi sebab mereka
membentuk karbokasi yang mempunyai energi lebih rendah.
Seperti reaksi eliminasi dari alkil halida, reakis dehidrasi dari alkohol dengan
lebih dari satu macam B hidrogen menyebabkan terbentuknya lebih banyak alkena
yang stabil, biasanya trans alkena yang lebih banyak.
2.4 Reaksi Substitusi dan Eliminasi Alkil Halida
Alkil halida paling banyak ditemui sebagai zat antara dalam sintesis. Mereka
dengan mudah diubah ke dalam berbagai jenis senyawa lain, dan dapat diperoleh
melalui banyak cara. Reaksi alkil halida yang banyak itu dapat dikelompokkan dalam
dua kelompok, yaitu reaksi substitusi dan reaksi eliminasi. Dalam reaksi substitusi,
halogen (X) diganti dengan beberapa gugus lain (Z).
Reaksi eliminasi melibatkan pelepasan HX, dan hasilnya adalah suatu alkena.
Banyak sekali modifikasi terhadap reaksi ini, tergantung pada pereaksi yang
digunakan.
2.4.1 Substitusi nukleofilik
Suatu nukleofil (Z:) menyerang alkil halida pada atom karbon hibrida-sp3 yang
mengikat halogen (X), menyebabkan terusirnya halogen oleh nukleofil. Halogen
yang terusir disebut gugus pergi. Nukleofil harus mengandung pasangan elektron
bebas yang digunakan untuk membentuk ikatan baru dengan karbon. Hal ini
memungkinkan gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron yang
tadinya sebagai elektron ikatan. Ada dua persamaan umum yang dapat dituliskan :
Contoh masing-masing reaksi adalah :
Pada dasarnya terdapat dua mekanisme reaksi substitusi nukleofilik. Mereka
dilambangkan dengan SN2 adan SN1. Bagian SN menunjukkan substitusi
nukleofilik, sedangkan arti 1 dan 2 akan dijelaskan kemudian.
a. Mekanisme SN2
Mekanisme SN2 adalah proses satu tahap yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Nukleofil menyerang dari belakang ikatan C-X. Pada keadaan transisi, nukleofil dan
gugus pergi berasosiasi dengan karbon di mana substitusi akan terjadi. Pada saat
gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron, nukleofil memberikan
pasangan elektronnya untuk dijadikan pasangan elektron dengan karbon. Notasi 2
menyatakan bahwa reaksi adalah bimolekuler, yaitu nukleofil dan substrat terlibat
dalam langkah penentu kecepatan reaksi dalam mekanisme reaksi.
Adapun ciri reaksi SN2 adalah:
1. Karena nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi,
maka kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi kedua spesies tersebut.
2. Reaksi terjadi dengan pembalikan (inversi) konfigurasi. Misalnya jika kita
mereaksikan (R)-2-bromobutana dengan natrium hidroksida, akan diperoleh (S)-
2-butanol. Ion hidroksida menyerang dari belakang ikatan C-Br. Pada saat
substitusi terjadi, ketiga gugus yang terikat pada karbon sp3 kiral itu seolah-olah
terdorong oleh suatu bidang datar sehingga membalik. Karena dalam molekul ini
OH mempunyai perioritas yang sama dengan Br, tentu hasilnya adalah (S)-2-
butanol. Jadi reaksi SN2 memberikan hasil inversi.
3. Jika substrat R-L bereaksi melalui mekanisme SN2, reaksi terjadi lebih cepat
apabila R merupakan gugus metil atau primer, dan lambat jika R adalah gugus
tersier. Gugus R sekunder mempunyai kecepatan pertengahan. Alasan untuk
urutan ini adalah adanya efek rintangan sterik. Rintangan sterik gugus R
meningkat dari metil < primer < sekunder < tersier. Jadi kecenderungan reaksi
SN2 terjadi pada alkil halida adalah: metil > primer > sekunder >> tersier.
b. Mekanisme SN1
Mekanisme SN1 dalah proses dua tahap. Pada tahap pertama, ikatan antara karbon
dengan gugus pergi putus.
Gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron, dan terbentuklah ion
karbonium. Pada tahap kedua (tahap cepat), ion karbonium bergabung dengan
nukleofil membentuk produk.
Pada mekanisme SN1, substitusi terjadi dalam dua tahap. Notasi 1 digunakan sebab
pada tahap lambat hanya satu dari dua pereaksi yang terlibat, yaitu substrat. Tahap
ini sama sekali tidak melibatkan nukleofil.
Berikut ini adalah ciri-ciri suatu reaksi yang berjalan melalui mekanisme SN1:
1. Kecapatan reaksinya tidak tergantung pada konsentrasi nukleofil. Tahap penentu
kecepatan reaksi adalah tahap pertama di mana nukleofil tidak terlibat.
2. Jika karbon pembawa gugus pergi adalah bersifat kiral, reaksi menyebabkan
hilangnya aktivitas optik karena terjadi rasemik. Pada ion karbonium, hanya ada
tiga gugus yang terikat pada karbon positif. Karena itu, karbon positif mempunyai
hibridisasi sp2 dan berbentuk planar. Jadi nukleofil mempunyai dua arah
penyerangan, yaitu dari depan dan dari belakang. Dan kesempatan ini masing-
masing mempunyai peluang 50 %. Jadi hasilnya adalah rasemit. Misalnya, reaksi
(S)-3-bromo-3-metilheksana dengan air menghasilkan alkohol rasemik.
Spesies antaranya (intermediate species) adalah ion karbonium dengan geometrik
planar sehingga air mempunyai peluang menyerang dari dua sisi (depan dan
belakang) dengan peluang yang sama menghasilkan adalah campuran rasemik.
Reaksi substrat R-X yang melalui mekanisme SN1 akan berlangsung cepat jika R
merupakan struktur tersier, dan lambat jika R adalah struktur primer. Hal ini
sesuai dengan urutan kestabilan ion karbonium, 3° > 2°>> 1°.
Tabel 6.2 berikut memuat ringkasan mengenai mekanisme substitusi dan
mebandingkannya dengan keadaan-keadaan lain, seperti keadan pelarut dan struktur
nukleofil.
Perlu diperhatikan bahwa halida primer selalu bereaksi melalui mekanisme SN2,
sedangkan halida tersier melalui mekanisme SN1. Pada halida sekunder, terdapat dua
kemungkinan.
Pada tahap pertama dalam mekanisme SN1 adalah tahap pembentukan ion, sehingga
mekanisme ini dapat berlangsung lebih baik dalam pelarut polar. Jadi halida
sekunder yang dapat bereaksi melalui kedua mekanisme tersebut, kita dapat
mengubah mekanismenya dengan menyesuaikan kepolaran pelarutnya. Misalnya,
mekanisme reaksi halida sekunder dengan air (membentuk alkohol) dapat diubah
dari SN2 menjadi SN1 dengan mengubah pelarutnya dari 95% aseton-5% air (relatif
tidak-polar) menjadi 50% aseton-50% air (lebih polar, dan pelarut peng-ion yang
lebih baik).
Kekuatan nukleofil juga dapat mengubah mekanisme reaksi yang dilalui oleh reaksi
oleh reaksi SN. Jika nukleofilnya kuat maka mekanisme SN2 yang terjadi. Berikut ini
ada beberapa petunjuk yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu nukleofil
adalah kuat atau lemah.
1. Ion nukleofil bersifat nukleofil. Anion adalah pemberi elektron yang lebih baik
daripada molekul netralnya. Jadi
2. Unsur yang berada pada periode bawah dalam tabel periodik cenderung
merupakan nukleofil yang lebih kuat daripada unsur yang berada dalam periode di
atasnya yang segolongan. Jadi
3. Pada periode yang sama, unsur yang lebih elektronegatif cenderung merupakan
nukleofil lebih lemah (karena ia lebih kuat memegang elektron). Jadi
Karena C dan N berada dalam periode yang sama, tidak mengherankan jika pada
ion -:CN: , yang bereaksi adalah karbon, karena sifat nukleofilnya lebih kuat.
2.4.2 Reaksi Eliminasi: Mekanisme E2 dan E1
Jika alkil halida mempunyai atom hidrogennya pada atom karbon yang bersebelahan
dengan karbon pembawa halogen akan bereaksi dengan nukleofil, maka terdapat dua
kemungkinan reaksi yang bersaing, yaitu substitusi dan eliminasi.
Pada reaksi substitusi, nukleofil menggantikan halogen (lihat pers. 5.5). Pada reaksi
eliminasi (pers. 5.6), halogen X dan hidrogen dari atom karbon yang bersebelahan
dieliminasi dan ikatan baru terbentuk di antara karbonkarbon yang pada mulanya
membawa X dan H. Proses eliminasi adalah cara umum yang digunakan dalam
pembuatan senyawa-senyawa yang mengandung ikatan rangkap.
Seringkali reaksi substitusi dan eliminasi terjadi secara bersamaan pada pasangan
pereaksi nukleofil dan substrat yang sama. Reaksi mana yang dominan, bergantung
pada kekuatan nukleofil, struktur substrat, dan kondisi reaksi. Seperti halnya dengan
reaksi substitusi, reaksi elimanasi juga mempunyai dua mekanisme, yaitu mekanisme
E2 dan E1.
a. Mekanisme E2
Reaksi E2 adalah proses satu tahap. Nukleofil bertindak sebagai basa dan mengambil
proton (hidrogen) dari atom karbon yang bersebelahan dengan karbon pembawa
gugus pergi. Pada waktu yang bersamaan, gugus pergi terlepas dan ikatan rangkap
dua terbentuk.
Konfigurasi yang terbaik untuk reaksi E2 adalah konfigurasi dimana hidrogen yang
akan tereliminasi dalam posisi anti dengan gugus pergi. Alasannya ialah bahwa pada
posisi tersebut orbital ikatan CH dan CX tersusun sempurna yang memudahkan
pertumpangtindihan orbital dalam pembentukan ikatan baru.
b. Mekanisme E1
Mekanisme E1 mempunyai tahap awal yang sama dengan mekanisme SN1. Taha
lambat atau penentuan ialah tahap ionisasi dari substrat yang menghasilkan ion
karbonium (bandingkan dengan pers. 5.3).
Kemudian, ada dua kemungkinan reaksi untuk ion karbonium. Ion bisa bergabung
dengan nukleofil (proses SN1) atau atom karbon bersebelahan dengan ion karbonium
melepaskan protonnya, sebagaimana ditunjukkan dengan panah lengkung, dan
memebentuk alkena (proses E1).
2.5 Manfaat dan Aplikasi Alkohol
Alkohol merupakan senyawa yang banyak memiliki peranan dalam kehidupan
manusia sehari – hari. Berikut adalah kegunaan alkohol dalam industri :
Sebagai minuman keras
Alkohol yang terdapat dalam minuman keras adalah etanol dan metanol. Etanol
biasanya dijual sebagai spirit (minuman keras) bermetil yang diproduksi dalam
skala industri yang sebenarnya merupakan sebuah etanol yang telah
ditambahkan sedikit metanol dan kemungkinan beberapa zat warna. Metanol
beracun, sehingga spirit bermetil dalam skala industri tidak cocok untuk
diminum.
Sebagai bahan bakar
Etanol dan metanol dapat dibakar untuk menghasilkan karbon dioksida dan air
serta bisa digunakan sebagai bahan bakar baik sendiri maupun dicampur dengan
petrol (bensin). "Gasohol" adalah sebuah petrol / campuran etanol yang
mengandung sekitar 10 – 20% etanol. Karena etanol bisa dihasilkan melalui
fermentasi, maka alkohol bisa menjadi sebuah cara yang bermanfaat bagi
negara-negara yang tidak memiliki industri minyak untuk mengurangi import
petrol mereka.
Sebagai pelarut
Etanol banyak digunakan sebagai sebuah pelarut. Etanol relatif aman, dan bisa
digunakan untuk melarutkan berbagai senyawa organik yang tidak dapat larut
dalam air. Sebagai contoh, etanol digunakan pada berbagai parfum dan
kosmetik.
Sebagai sebuah stok industri
Kebanyakan metanol digunakan untuk membuat senyawa-senyawa lain – seperti
metanal (formaldehida), asam etanoat, dan metil ester dari berbagai asam.
Kebanyakan dari senyawa-senyawa selanjutnya diubah menjadi produk.
- pengawet untuk hewan koleksi (yang ukurannya kecil).
- antifreeze pada radiator.
- Metanol dapat disuntikan kedalam mesin Turbocharger dan Supercharger. Ini
akan mendinginkan masuknya udara kedalam pipa masuk, menyediakan
masuknya udara yang lebih padat.
2.6 Manfaat dan Aplikasi Alkil Halida
Senyawa Halogen yang berikatan dengan Alkana akan membentuk Alkil halida
seperti CFC, HCFC, HFC, dll yang berfungsi sebagai pendingin, bahan baku aerosol,
pelarut dan pembersih kering pada berbagai jenis pengeringan minyak.
Kloroform (CHCl3) : pelarut untuk lemak, obat bius (dibubuhi etanol, disimpan
dalam botol coklat, diisi sampai penuh).
Tetraklorometana = karbontetraklorida (CCl4) : pelarut untuk lemak, alat
pemadam kebakaran (Pyrene, TD rendah 77oC, uapnya berat.
Freon (Freon 12 = CCl2F2, Freon 22 = CHCl2F) : pendingin lemari es, alat “air
conditioner”, sebagai propellant (penyebar) kosmetik, insektisida, dsb
BAB IV
KESIMPULAN
1. Alkohol adalah kelompok senyawa yang mengandung satu atau lebih gugus fungsi
hidroksil (-OH) pada suatu senyawa alkana.
2. Alkil halida adalah turunan hidrokarbon di mana satu atau lebih hidrogennya
diganti dengan halogen.
3. Alkohol dapat disintesis dari senyawa karbonil dengan reaksi adisi grignard,
sintesis dari ester, formaldehida, aldehida, keton dan asam karboksilat.
4. Alkil halida dapat digunakan sebagai pendingin, bahan baku aerosol, pelarut dan
pembersih kering pada berbagai jenis pengeringan minyak.
5. Alkohol dapat digunakan sebagai pelarut, sebagai stok industri dan sebagai bahan
bakar.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R. J. dan J. S. Fessenden. 1990. Kimia Organik. Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Allinger N. L., et al, 1976, Organic Chemistry, 2nd Edition, Worth Publishers, Inc.,
New York.
Hart, H., Organic Chemistry – a short Course, 5th Edition, Diterjemahkan oleh
Achmadi S., 1983, Kimia Organik – Suatu Kursus Singkat, Edisi Keenam,
Erlangga, Jakarta.
McMurry, M., 1988, Organic Chemistry, 2nd Edition, Brooks/Cole Publishing
Company, California.