Pembahasan Pre Eklampsia

28
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia Preeklampsia berat (PEB) merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia. PEB diklasifikasikan kedalam penyakit hypertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-berat, edema, dan proteinuria yang masif. Penyebab dari kelainan ini masih kurang dimengerti, namun suatu keadaan patologis yang dapat diterima adalah adanya iskemia uteroplacentol. Diagnosis dini dan penanganan adekuat dapat mencegah perkembangan buruk PER kearah PEB atau bahkan eklampsia penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan anak. Semua kasus PEB harus dirujuk ke rumah sakit yang dilengkapi dengan fasilitas penanganan intensif maternal dan neonatal, untuk mendapatkan terapi definitif dan pengawasan terhadap timbulnya komplikasi-komplikasi. 1

description

pre eklampsia

Transcript of Pembahasan Pre Eklampsia

Page 1: Pembahasan Pre Eklampsia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Di Indonesia Preeklampsia berat (PEB) merupakan salah satu penyebab utama

kematian maternal dan perinatal di Indonesia. PEB diklasifikasikan kedalam penyakit

hypertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi

sedang-berat, edema, dan proteinuria yang masif. Penyebab dari kelainan ini masih

kurang dimengerti, namun suatu keadaan patologis yang dapat diterima adalah adanya

iskemia uteroplacentol.

Diagnosis dini dan penanganan adekuat dapat mencegah perkembangan buruk PER

kearah PEB atau bahkan eklampsia penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk

menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan anak. Semua kasus PEB harus dirujuk ke

rumah sakit yang dilengkapi dengan fasilitas penanganan intensif maternal dan neonatal,

untuk mendapatkan terapi definitif dan pengawasan terhadap timbulnya komplikasi-

komplikasi.

Pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda preeklampsia sangat

penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat, di samping pengendalian terhadap

faktor-faktor predisposisi yang lain

Preeklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan

oleh kehamilan. Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuri dan edema akibat

kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini

dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi. Preeklampsia hampir secara eksklusif

merupakan penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan

1

Page 2: Pembahasan Pre Eklampsia

umur ekstrem yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari

35 tahun. Pada multipara, penyakit ini biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan berikut :

1). Kehamilan multifetal dan hidrops fetalis.

2).   Penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus.

3) Penyakit ginjal.

1.2  Tujuan Penulisan

A. Tujuan Umum

Menganalisa hubungan antara beberapa faktor risiko terhadap terjadinya pre-eklampsia

pada saat kehamilan

B.   Tujuan Khusus

a.  Mengukur besar risiko faktor umur ibu hamil terhadap terjadinya preeklampsia berat

b.  Mengukur besar risiko paritas terhadap terjadinya preeklampsia berat.

c.   Mengukur besar risiko jarak kehamilan terhadap terjadinya preeklampsia berat

d.  Mengukur besar risiko kehamilan ganda terhadap terjadinya preeklampsia berat.

1.3  Manfaat

a. Manfaat Praktis

1.   Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan

program, serta sebagai salah satu persyaratan dalam untuk memenuhi penugasan

kami.

2.  Manfaat Ilmiah

Sebagai bahan masukan atau informasi bagi perawat, maupun tenaga kesehatan

lainnya dalam menangani kasus khususnya yang berkaitan dengan preeclampsia.

2

Page 3: Pembahasan Pre Eklampsia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Teori

2.1   Pengertian

Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa

dialami oleh setiap wanita hamil. Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul

pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi,

proteinuri, dan edema.

Pengertian preelamsia menurut beberapa referensi :

a. Preeklampsia adalah perkembangan hipertensi, protein pada urin dan

pembengkakan, dibarengi dengan perubahan pada refleks (Curtis, 1999).

b. Preeklampsia adalah suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan

ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria (Bobak, dkk., 2005).

c.   Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai

dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008).

c. Pre eklampsi adalah timbulanya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat

kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer dkk,

2000).  

d. Pre eklampsi merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi

setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah

normal.

2.2  Etiologi

Etiologi penyakit preeklamsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.

Banyak teori – teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan

penyebabnya. Oleh karena itu disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan

jawaban yang memuaskan. 

Preeklampsia ialah suatu kondisi yang hanya terjadi pada kehamilan manusia. Tanda

dan gejala timbul hanya selama hamil dan menghilang dengan cepat setelah janin dan

3

Page 4: Pembahasan Pre Eklampsia

plasenta lahir. Tidak ada profil tertentu yang mengidentifikasi wanita yang akan

menderita preeklampsia.

Preeklampsia umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia

remaja dan kehamilan pada wanita diatas 40 tahun. Faktor resiko yang lain adalah :

-   Riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis

-   Riwayat tekanan darah tinggi yang khronis sebelum kehamilan.

- Kegemukan.     

- Riwayat mengalami preeklampsia sebelumnya.

-   Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan.

-   Mengandung lean alirbih dari satu orang bayi.

-   Gizi buruk

-   Gangguan aliran darah ke rahim..

Kira-kira 85% preeklampsia terjadi pada kehamilan pertama. Preeklampsia terjadi pada

14% sampai 20% kehamilan dengan janin lebih dari satu dan 30% pasien mengalami

anomali rahim yang berat. Pada ibu yang mengalami hipertensi kronis atau penyakit

ginjal, insiden dapat mencapai 25%. Preeklampsia ialah suatu penyakit yang tidak

terpisahkan dari preeklampsia ringan sampai berat, sindrom HELLP, atau eklampsia

(Bobak, dkk., 2005).

2.3  Patofisiologi

Patofisiologi pre eklampsia setidaknya berkaitan dengan fisiologis kehamilan.

Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma

darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vaskuler sistemik, peningkatan curah

jantung dan penurunan tekanan osmotik koloid pada pre eklampsia. Volume

plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi hemokonsetrasi dan peningkatan

hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi ke unit janin utero plasenta.

Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan

sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun. Ada beberapa

indikasi dilakukan tindakan operasi Sectio Caesaria diantaranya karena pre

eklamsia, sebelum dilakukan tindakan Sectio Caesaria perlu adanya persiapan,

persiapan diantaranya yaitu premedikasi, pemasangan kateter dan anestasi yang

4

Page 5: Pembahasan Pre Eklampsia

kemudian baru dilakukan operasi. Dilakukannya operasi Caesar akan berpengaruh

pada dua kondisi yaitu yang pertama, kondisi yang dikarenakan pengaruh anestesi,

luka akibat operasi dan masa nifas, anestesi akan berpengaruh pada peristaltic

usus, otot pernafasan dan kons pengaturan muntah. Sedangkan pada luka akibat

operasi akan menyebabkan perdarahan, nyeri serta proteksi tubuh kurang. Pada

masa nifas akan berpengaruh pada kontraksi uterus, lochea dan laktasi. Kontraksi

uterus yang berlebihan akan mengakibatkan nyeri hebat. Sedangkan pada lochea

yang berlebihan akan menimbulkan pendarahan. Pada masa laktasi progesterone

dan estrogen akan meransang kelenjar susu untuk mengeluarkan ASI.

Kondisi kedua adalah kondisi fisiologis yang terdiri dari 3 fase yaitu taking in,

taking hold dan letting go. Pada fase taking in terjadi saat satu sampai dengan dua

hari pos partum, sedangkan ibu sangat tergantung pada orang lain. Fase yang

kedua terjadi pada 3 hari post partum, ibu mulai bisa makan dan minum sendiri,

merawat diri dan bayinya. Untuk fase ketiga, ibu dan keluarganya harus segera

menyesuaikan diri terhadap interaksi antar anggota keluarga (Bobak, 2004;

Prawirohardjo, 2000).

2.4 Klasifikasi

Preeklamsi di bagi menjadi 2 golongan yaitu :

1. Preeklampsi Ringan :

Bentuk dari pengkajian Pada ibu hamil meliputi pemeriksaan bersihan urine terhadap

proteinuria (adanya protein dalam urin, yang menunjukkan bahwa ginjal tidak bekerja

dengan benar); pengukuran berat badan dengan skala yang sama dengan kisaran waktu

yang sama pada hari yang bersangkutan, observasi terhadap edema, menanyakan tentang

sakit kepala,pening, atau gangguan lambung. Pemeriksaan darah juga dianjurkan sebagai

indikasi. Dengan meliputi hasil:

a.   Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi berbaring

terlentang, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih, kenaikan sistolik 30

mmHg/lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan

5

Page 6: Pembahasan Pre Eklampsia

jarak periksa 1 jam, dan sebaiknya 6 jam.

b.    Edema umum (kaki, jari tangan dan muka atau BB meningkat)

c.     Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, sedangkan kuwalitatif 1+ & 2+ pada

urine kateter atau midstream.

2. Preeklampsi Berat

Bila preeklampsia menjadi lebih berat diperlukan perawatan di rumah sakit. Tujuan dari

perawatan adalah mencegah kejang, menurunkan tekanan darah, menetapkan fungsi

ginjal yang adekuat, dan melanjutkan kehamilan sampai janin cukup matur. Pengkajian

pasien preeklampsi berat di Rumah sakit meliputi:

a. Tekanan darah, nadi, pernapasan minimal setiap 2 jam sampai 4 jam.

b. Suhu setiap 4 jam, atau kurang bila terjadi peningkatan suhu tubuh

c. Kecepatan denyut jantung janin setiap 2 sampai 4 jam atau diawasi terus-menerus.

d. Haluaran urin dilakukan pada setisp berkemih atau setiap jam dengan memasang

kateter (haluaran harus lebih besar dari 700 ml dalam 24 jam atau 30 ml per jam).

e. Protin urin ditentukan setiap jam bila dipasang kateter (hasil +3 menandakan

kehilangan 5 gm protein dalam 24 jam).

f. Edema dievaluasi pada wajah, ekstremitas, dan sakrum setiap 4 jam; kedalaman

ditentukan dengan melakukan penekanan pada area diatas tulang.

g. Berat badan ditentukan setiap hari pada waktu yang sama kecuali tirah baring ketat.

2.5 Manifestasi Klinis

1.  Penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa

kali.

2.    Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.

3.    Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)

a.  TD > 140/90 mmHg atau

b.   Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg

c.     Diastolik>15 mmHg

d.     Tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di curigai sebagai

preeklamsi

4.    Proteinuria

6

Page 7: Pembahasan Pre Eklampsia

a.    Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan

kuwalitatif +1 / +2.

b. Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter atau urine

porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam.

2.6 Komplikasi Preeklampsia

Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi antara lain:

Pada Ibu

•   Eklampsia

•   Solusio plasenta

•    Pendarahan subkapsula hepar

•    Kelainan pembekuan darah ( DIC )

•    Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet count )

•    Ablasio retina

•    Gagal jantung hingga syok dan kematian.

Pada Janin

•    Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus

•     Prematur

•     Asfiksia neonatorum

•     Kematian dalam uterus

•     Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal

2.7 Penatalaksanaan

1.    Prinsip Penatalaksanaan Pre-Eklampsia

7

Page 8: Pembahasan Pre Eklampsia

a.   Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah

b.    Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia

c.     Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin

terhambat, hipoksia sampai kematian janin)

d.     Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin

setelah matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu akan lebih

berat jika persalinan ditunda lebih lama.

2.      Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan

a.    Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin

b.     Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu

dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100

mmhg).

c.     Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan

minimal 8 jam pada malam hari)

d.      Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur

e.       Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.

f.       Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi :

metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10

mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari

(max.30 mg/hari).

g.      Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu

h.      Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu

i.        Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu

rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut,

atau pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat

antihipertensi.

j.        Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia

berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan

k.      Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan

pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau

indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan

8

Page 9: Pembahasan Pre Eklampsia

matur.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

1.   Data Biografi

Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau > 35 tahun, Jenis

kelamin,

a.   Riwayat Kesehatan

1)      Keluhan Utama : biasanya klien dengan preeklamsia mengeluh demam, sakit

kepala,

2)      Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri

epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur

3)      Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,

hipertensi kronik, DM

4)      Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion

serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya

5)      Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun

selingan

6)      Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,

oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya

b.   Riwayat Kehamilan

Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan

dengan eklamsia sebelumnya.

c.   Riwayat KB

Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu pernah ikut

KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping. Alasan

pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi) serta lamanya menggunakan

kontrasepsi

d.   Pola aktivitas sehari-hari

1)      Aktivitas

9

Page 10: Pembahasan Pre Eklampsia

Gejala :biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan berat badan

atau penurunan BB, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-.

Tanda : pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka2)    Sirkulasi

Gejala :biasanya terjadi penurunan oksegen.

3)    Abdomen

Gejala : Inspeksi :biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm,

apakah adanya sikatrik bekas operasi atau tidak ( - ) Palpasi :

(1) Leopold I : biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus

teraba massa besar, lunak, noduler

(2) Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil

janin di sebelah kanan.

(3)   Leopold III : biasanya teraba masa keras, terfiksir

(4)   Leopold IV : biasanya pada bagian terbawah janin telah masuk pintu atas

panggul

Auskultasi : biasanya terdengar BJA 142 x/1’ regular

4)   EliminasiGejala :biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria

5)   Makanan / cairan

Gejala :biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan , muntah-

muntah

Tanda :biasanya nyeri epigastrium,

6)   Integritas ego

Gejala : perasaan takut.

Tanda : cemas.

7)   Neurosensori

Gejala :biasanya terjadi hipertensi

Tanda :biasanya terjadi kejang atau koma

8)   Nyeri / kenyamanan

Gejala :biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan

penglihatan.

Tanda :biasanya klien gelisah,

10

Page 11: Pembahasan Pre Eklampsia

9)   Pernafasan

Gejala :biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki, Whezing, sonor

Tanda :biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising atau tidak.

10)  Keamanan

Gejala :apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan.

11)  Seksualitas

Gejala : Status Obstetrikus

e.       Pemeriksaan Fisik

1)      Keadaan Umum : baik, cukup, lemah

2)      Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)

3)      Pemeriksaan Fisik (Persistem)

a)     Sistem pernafasan

Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang, kurang dari

14x/menit, klien biasanya mengalami sesak sehabis melakukan aktifitas,

krekes mungkin ada, adanya edema paru hiper refleksia klonus pada kaki.

b)    Sistem cardiovaskuler

(1)   Inspeksi : apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis.

(2)   Palpasi : Tekanan darah : biasanya pada preeklamsia terjadi

TD, melebihi tingkat dasar setetah 20 minggu kehamilan,

Nadi : biasanyanadi meningkat atau menurun

Leher : apakah ada bendungan atau tidak pada Pemeriksaan Vena

Jugularis, jika ada bendungan menandakan bahwa jantung ibu

mengalami gangguan. Edema periorbital yang tidak hilang dalam kurun

waktu 24 jam Suhu dingin

(3) Auskultasi :untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui

adanya fotal distress, bunyi jantung janin yang tidak teratur gerakan

janin melemah.

c)      System reproduksi

(1)   Dada

Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada

11

Page 12: Pembahasan Pre Eklampsia

payudara.

(2)   Genetalia

Inspeksi adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur darah,

adakah pembesaran kelenjar bartholini / tidak.

(3)   Abdomen

Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin, lokasi edema,

periksa bagian uterus biasanya terdapat kontraksi uterus

d)     Sistem integument perkemihan

(1)   Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada ekstermitas akibat

gangguan filtrasi glomelurus yang meretensi garam dan natrium,

(Fungsi ginjal menurun).

(2)   Oliguria

(3)   Proteinuria

e)   Sistem persarafan

Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki

f)    Sistem Pencernaan

Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II kiri

atas), anoreksia, mual dan muntah.

f.   Pengelompokan Data

1)   Data Subyektif

a)    Biasanya ibu mengeluh Panas

b)    Biasanya ibu mengeluh sakit kepala

c)    Biasanya ibu mengeluh nyeri kepala

d)    Biasanya ibu mengeluh nyeri perut akibat fotal distress pada janin

e)     Biasanya ibu mengeluh tegang pada perutnya

f)     Biasanya mengeluh nyeri

g)     Skala nyeri (2-4)

h)      Klien biasanya mengatakan kurang nafsu makan

i)      Klien biasanya sering mual muntah

j)       Klien biasanya sering bertanya

k)     Klien biasanya sering mengungkapkan kecemasan

12

Page 13: Pembahasan Pre Eklampsia

2)   Data Obyektif

a)    Biasanya teraba panas

b)    Biasanya tampak wajah ibu meringis kesakitan

c)    Biasanya ibu tampak kejang

d)    Biasanya ibu tampak lemah

e)     Biasanya penglihatan ibu kabur

f)      Biasanya klien tampak cemas

g)     Biasanya klien tampak gelisah

Pathway

13

Hamil

Pre-Eklamsia

(hipertensi, edema, proteinuria)

Pembedahan Sectio Caesaria

Post Sectio Caesaria

Luka Operasi

Jaringan Terputus

Jaringan Terbuka

Proteksi Tubuh Menurun

Pintu Masuknya Kuman

Resiko Infeksi

Nyeri

Imobilisasi

Intoleran Aktifitas

Sistem Reproduksi

Uterus

Kontraksi

Lemah

Perdarahan

Kurangnya volume cairan

Page 14: Pembahasan Pre Eklampsia

2. Diagnosa Keperawatan

1. Intoleransi aktivitas b/d adanya insisi pembedahan nyeri

2. Resiko infeksi b/d peningkatan kerentanan tubuh terhadap bakteri sekunder

pembedahan

3. Kurangnya volume cairan b/d kehilangan darah dalam pembedahan

4. Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan

3. Intervensi Keperawatan

1. Intoleransi aktivitas b/d adanya insisi pembedahan nyeri

Tujuan : Klien dapat meningkatkan dan melakukan aktivitas sesuai kemampuan

tanpa disertai nyeri

Kriteria Hasil : Klien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi

aktivitas

Intervensi :

a. Kaji respon pasien terhadap aktivitas

Rasional : Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada klien dalam keluhan

kelmahan, keletihan yang berkenan dengan aktifitas.

b. Catat tipe anestesi yang diberikan pada saat intra partus pada waktu klien sadar

Rasional : Pengaruh anestesi yang berlebihan

c. Anjurkan klien untuk istirahat

Rasional : Dengan istirahat dapat mempercepat pemulihan tenaga untuk

beraktifitas, klien dapat merasakan rileks

d. Bantu dalam pemeriksaan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan

Rasional : Dapat memberikan rasa aman, dan tenang pada klien karena kebutuhan

aktifitas sehari-hari dapat terpenuhi dengan bantuan keluarga dan

perawat

e. Tingkatkan aktivitas secara bertahap

Rasional : Aktifitas sedikit demi sedikit dapat dilakukan klien

sesuai yang

diinginkan, meningkatkan proses penyembuhan dan kemampuan

koping emosional.

14

Page 15: Pembahasan Pre Eklampsia

2. Dx 2 : Resiko infeksi b/d peningkatan kerentanan tubuh terhadap bakteri sekunder

pembedahan

Tujuan : Tidak terjadi infeksi

Kriteria Hasil : a. Tidak ada tanda-tanda infeksi

b. TTV normal terutama suhu (36-37 c)

Intervensi :

a. Monitor TTV

Rasional : Suhu yang meningkat dapat menunjukkan terjadi infeksi

b. Kaji luka pada abdomen dan balutan

Rasional : Mengidentifikasi apakah ada tanda-tanda infeksi adanya pus

c. Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan pasien, teknik rawat luka

dengan antisep dan antiseptic

Rasional : Mencegah kontaminasi silang/ penyebaran organisme infeksius

d. Catat/ pantau kadar Hb dan Ht

Rasional : Resiko infeksi post partum dan penyembuhan buruk meningkat

bila kadar Hb rendah dan kehilangan darah berlebihan

e. Kolaborasi pemberian antibiotic

Rasional : Antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi

3. Dx 3 : Kurangnya volume cairan b/d kehilangan darah dalam pembedahan

Tujuan : Tidak terjadi kurangnya volume cairan

Kriteria Hasil : Membran mukosa lembab, kulit tidak kering, Hb 12 gr%

Intervensi :

a. Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran

Rasional : Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi

pengeluaran cairan/pengganti dan menunjang intervensi

b. Berikan bantuan berkemih sesuai kebutuhan, missal privasi,posisi duduk

Rasional : Meningkatkan relaksasi otot perineal dan memudahkan upaya

Pengosongan

c. Catat munculnya mual dan muntah

Rasional : Masa post operasi, semakin lama durasi anestesi semakin besar

15

Page 16: Pembahasan Pre Eklampsia

resiko untuk muncul. Mual yang lebih dari 3hari post operasi

mungkin dihubungkan untuk mengontrol rasa sakit.

d. Periksa pembalut, banyaknya perdarahan

Rasional : Pendarahan yang berlebihan dapat mengacu pada hemoragi

e. Kolaborasi pemberian cairan infus yang telah hilang

Rasional : Untuk menggantikan cairan yang hilang

4. Dx 4: Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan

Tujuan : Nyeri berkurang/hilang

Kriteria Hasil : a. Klien merasa nyeri berkurang/hilang

b. Klien tampak rileks, ekspresi wajah tenan

Intervensi :

a. Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri

Rasional : Membedakan karakteristik khusus dari nyeri, membedakan

nyeri pasca operasi dan terjadinya kompikasi

b. Monitor tekanan darah dan nadi

Rasional : Nyeri dapat menyebabkan gelisah serta TD dan nadi meningkat

c. Anjurkan penggunaan tehknik nafas dalam, relaksasi dan distraksi

Rasional : Merilekskan otot dan mengalihkan perhatian dan sensori nyaman

d. Kolaborasi pemberian analgesic sesuai indikasi

Rasional : Meningkatkan kenyamanan

16

Page 17: Pembahasan Pre Eklampsia

BAB 3

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan

proteinuria yang timbul karena kehamilan.

Pre-eklampsia adalah merupakan hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan. Pre-

eklampsia adalahpenyakit yang disebabkan oleh tekanan darah  toksemia  tinggiyang

terkait dengan kondisi diawal kehamilan.

Pre-eklampsia adalah penyakit multisistem, yang bisa melibatkan otak, hati,

ginjal, dan plasenta.Komplikasi-komplikasi maternal mencakup eklampsia, stroke,

gagal hati dan gagal ginjal, dan koagulopati.

3.2  Saran

Lebih meningkatkan lagi penyuluhan tentang pre-eklamsia oleh tim medis dan

para medis kepada masyarakat banyak, khusus nya yang ada di daerah terpencil agar

masyarakat lebih cepat mengetahui tanda-tanda dan gejala dari pre eklamsi terutama

pada ibu-ibu,agar dapat di atasi dengan cepat.

 

17