Pre Eklampsia Dan Eklampsia

44
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Selain perdarahan dan infeksi maka pre-eklampsia dan eklampsia merupakan penyebab kematian ibu dan prenatal yang tinggi terutama di Negara berkembang.Kematian dengan eklampsia meningkat dengan tajam dibandingkan pada tingkat pre-eklampsia berat.Oleh karena itu, menegakan diagnosis dini pre-eklampsi dan mencegah agar tidak berlanjut menjadi eklampsia merupakan tujuan pengobatan. Perkataan”eklampsia” berasal dari bahasa Yunani “Halilintar” karena gejala eklampsia dating dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam kebidanan.Dikemukakan beberapa teori yang dapat menerangkan kejadian pre- eklampsia dan eklampsia sehingga dapat menetapkan upaya promotif, dan preventif. B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi pre eklampsia dan eklampsia? 2. Bagaimana proses terjadinya pre eklampsia,pengobatan serta penanganannya? 3. Bagaimana proses terjadinya eklampsia,pengobatan serta penanganannya? 4. Bagaimana cara mencegah pre eklampsia dan eklampsia? 1

description

ASUHAN KEPERAWATAN PRE EKSLAMPSIA DAN EKSLAMPSIA

Transcript of Pre Eklampsia Dan Eklampsia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Selain perdarahan dan infeksi maka pre-eklampsia dan eklampsia merupakan

penyebab kematian ibu dan prenatal yang tinggi terutama di Negara

berkembang.Kematian dengan eklampsia meningkat dengan tajam dibandingkan pada

tingkat pre-eklampsia berat.Oleh karena itu, menegakan diagnosis dini pre-eklampsi dan

mencegah agar tidak berlanjut menjadi eklampsia merupakan tujuan pengobatan.

Perkataan”eklampsia” berasal dari bahasa Yunani “Halilintar” karena gejala

eklampsia dating dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam

kebidanan.Dikemukakan beberapa teori yang dapat menerangkan kejadian pre-

eklampsia dan eklampsia sehingga dapat menetapkan upaya promotif, dan preventif.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi pre eklampsia dan eklampsia?

2. Bagaimana proses terjadinya pre eklampsia,pengobatan serta penanganannya?

3. Bagaimana proses terjadinya eklampsia,pengobatan serta penanganannya?

4. Bagaimana cara mencegah pre eklampsia dan eklampsia?

C. Tujuan

1. Mengetahui definisi pre eklampsia dan eklampsia

2. Mengetahui proses terjadinya pre eklampsia,pengobatan serta penanganannya

3. Mengetahui proses terjadinya eklampsia,pengobatan serta penanganannya

4. Mengetahui cara mencegah pre eklampsia dan eklampsia

1

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pre-eklampsia dan Eklampsia

Preeklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang langsung

disebabkan oleh kehamilan walaupun belum jelas bagaimana hal itu terjadi.

Preeklampsia ialah penyakit yang ditandai dengan hipertensi, edema dan proteinuria

yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ketiga

kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada Molahidatidosa.

Selain perdarahan dan infeksi maka pre-eklampsia dan eklampsia merupakan

penyebab kematian ibu dan prenatal yang tinggi terutama di Negara

berkembang.Kematian dengan eklampsia meningkat dengan tajam dibandingkan pada

tingkat pre-eklampsia berat.Oleh karena itu, menegakan diagnosis dini pre-eklampsi dan

mencegah agar tidak berlanjut menjadi eklampsia merupakan tujuan pengobatan.

Perkataan”eklampsia” berasal dari bahasa Yunani “Halilintar” karena gejala

eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam

kebidanan.Dikemukakan beberapa teori yang dapat menerangkan kejadian pre-

eklampsia dan eklampsia sehingga dapat menetapkan upaya promotif, dan preventif.

Teori iskemia implantasi plasenta dianggap dapat menerangkan berbagai gejala

pre-eklampsia dan eklampsia

1. Kenaikan tekanan darah

2. Pengeluaran protein dalam urin

3. Edema kaki, tangan sampai muka

4. Terjadinya gejala subjektif :

a. Sakit kepala

b. Pengelihatan kabur

c. Nyeri pada epigastrium

d. Sesak napas

e. Berkurangnya urin

5. Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma

2

6. Terjadi kejang

Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkatan angiotensin,

rennin, dan aldosteron, sebagai kompensasi sehingga peredaran darah dan

metabolisme.Dapat berlangsung pada pre-eklamsia dan eklampsia, terjadi penurunan

angiotensin, rennin, dan aldosteron, tetapi dijumpai edema, hipertensi, dan proteniura.

Bagaimana teori iskemia implantasi plasenta dapat meningkatkan gejala klinik

tersebut? Berdasarkan teori iskemia implementasi plasenta, bahan trofoblas akan

diserap ke dalam sirkulasi, yang dapat meningkatkan sensivitas terhadap angiotensin

II, rennin, dan aldosteron, sepasme pembuluh darah arteriol dan tertahannya garam

dan air.

B. Etiologi Pre-eklampsia dan Eklampsia

Apa yang menjadi penyebab pre-eklampsia dan eklampsia sekarang belum

diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab musabab

penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang memberi jawaban yang memuaskan. Teori

yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut :

1. Pre-eklampsia dan eklampsia lebih banyak terjadi pada primigravida, hamil ganda,

gejala penyakit berkurang bila terjadi kematian bayi

2. Kejadiannya makin meningkat dengan makin tuanya umur hamil

3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam

uterus

4. Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya

5. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.

Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah

iskemia plasenta. Akan tetapi dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang

bertalian dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan banyak

faktor yang menyebabkan preeklampsia. Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering

kali sukar ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.

3

C. Tanda dan Gejala

Preeklampsia dan eklampsia memiliki tiga kejala khusus (TRIAS), yaitu :

1. Hipertensi

Hipertensi biasanya timbul lebih dulu dari pada tanda lain. Untuk menegakan

diagnosis preeklampsia, kenaikan tekanan sistolik harus 30 mmHg atau lebih diatas

tekanan yang ditemukan atau mencapai 140 mmHg atau lebih. Kenaikan tekanan

diastol sebenarnya lebih dapat dipercaya. Apabila tekanna diastolik naik dengan 15

mmHg atau lebih atau menjadi 90 mmHg atau lebih, maka diagnosis hipertensi

dapat dibuat. Penentuan tekanan darah dilakukan minimal dua kali dengan jarak

waktu enam jam pada keadaan istirahat.

2. Edema

Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh,

dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki,

jari tangan dan muka. Edema pretibial yang ringan sering ditemukan pada

kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosis

preeklampsia. Kenaikan berat badan setengah kilogram setiap minggu dalam

kehamilan masih dianggap normal. Tetapi bila kenaikan satu kilogram seminggu

beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya

preeklampsia

3. Proteinuria

Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3 g/liter

dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukan 1 atau 2+ atau 1

g/liter atau lebih dalam air kencing yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream

yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria timbul

lebih lambat dari pada hipertensi dan kenaikan berat badan karena itu harus

dianggap sebagai tanda yang cukup serius.

Pada pre-eklampsia ringan gejala subjektif belum dijumpai, tetapi pada pre-

eklampsia berat diikuti keluhan subjektif:

a. Sakit kepala terutama daerah frontalis

b. Rasa nyeri di daerah epigastrium

4

c. Gangguan mata, penglihatan menjadi kabur

d. Terdapat mual sampai muntah

e. Gangguan pernapasan sampai sianosis

f. Terjadi gangguan kesadaran

D. Klasifikasi

1. Klasifikasi pre-eklampsia

Kejadian pre-eklampsia digolongkan kedalam pre-eklampsia ringan dan pre-

eklampsia berat dengan gejala dan tanda sebagai berikut:

a. Pre-eklampsia ringan

1) Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mm Hg dengan interval

pemeriksaan 6 jam

2) Tekanan darah sistolik 90 atau kenaikan 15 mm Hg dengan interval

pemeriksaan 6 jam

3) Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu

4) Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2 pada

urin kateter atau urin aliran pertengahan.

b. Pre-eklampsia berat

Bila salah satu diantara gejala atau tanda diketemukan pada ibu hamil

sudah dapat digolongkan pre-eklampsia berat:

1) Tekanan darah 160/110 mm Hg

2) Oligouria, urin kurang dari 400 cc/24 jam

3) Proteinuria lebih dari 3 gr/liter

4) Keluhan subjektif:

a) Nyeri epigastrium

b) Gangguan penglihatan

c) Nyeri kepala

d) Edema paru dan sianosis

e) Gangguan kesadaran

5

5) Pemeriksaan

a) Kadar enzim hati meningkat disertai ikterus

b) Perdarahan retina

c) Trombosit kurang dari 100.000 /mm

2. Klasifikasi eklampsia

1) Eklampsia gravidarum.

a. Kejadian 50% sampai 60%

b. Serangan terjadi dalam keadaan hamil

2) Eklampsia parturientum.

a. Kejadian sekitar 30% sampai 35%

b. Saat sedang inpartu

c. Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat inpartu

3) Eklampsia puerperium.

a. Kejadian jarang, 10%

b. Terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir

E. Komplikasi

1) Komplikasi ibu.

a. Menimbulkan sianosis

b. Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru

c. Tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan

jantung mendadak

d. Lidah dapat tergigit

e. Jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktur dan luka-luka

f. Gangguan fungsi ginjal: oligo sampai anuria

g. Perdarahan atau ablasio retina

h. Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikterus

6

2) Komplikasi janin dalam Rahim.

a. Asfiksia mendadak, karena spasme pembuluh darah menimbulkan kematian

b. Solusio plasenta

c. Persalinan prematuritas

Terjadinya spasme pembuluh darah arteriol menuju organ penting menuju tubuh

dapat menimbulkan:

a. Gangguan metabolism jaringan

1) Terjadi metabolism anaerobic lemak dan protein

2) Pembakaran yang tidak sempurna menyebabkan pembentukan badan keton dan

asidosis

b. Gangguan predaran darah dapat menimbulkan

1) Nekrosis (kematian jaringan)

2) Perdarahan

3) Edema jaringan

c. Mengecilnya aliran darah menuju retroplasenter sirkulasi menimbulkan gangguan

pertukaran nutrisi, CO2 dan O2 yang menyebabkan asfiksia sampai kematian janin

dalam rahim.

Perubahan patogis berbagai organ penting dijabarkan sebagai berikut:

1. Perubahan hati

a. Perdarahan yang tidak teratur

b. Terjadi nekrosis, thrombosis pada lobus hati

c. Rasa nyeri di epigastrium karena perdarahan subkapsuler

2. Retina

a. Spasme arteriol, edema sekitar diskus optikus

b. Ablisio retina (lepasnya retina)

c. Menyebabkan penglihatan kabur

7

3. Otak

a. Spasme pembuluh darah arteriol otak menyebabkan anemia jaringan otak,

perdarahan nekrosis

b. Menimbulkan nyeri kepala yang berat

4. Paru-paru

a. Berbagai tingkat edema

b. Bronkopneumonia sampai abses

c. Menimbulkan sesak napas sampai sianosis

5. Jantung

a. Perubahan degenerasi lemak dan edema

b. Perubahan sub-endokardial

c. Menimbulkan dekompensasio kordis sampai terhentinya fungsi jantung

6. Aliran darah keplasenta

a. Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan asfeksia berat sampai kematian

janin.

b. Spasme yang berlangsung lama, mengganggu pertumbuhan janin

7. Perubahan ginjal

a. Spesime arteriol menyebabkan aliran darah ke ginjal menurun sehingga

filterasi glomelurus berkurang

b. Penyerapan air dan garam tubulus tetap, terjadi retensi air dan garam

c. Edema pada tungkai dan tangan, paru dan organ lain.

8. Perubahan pembuluh darah

a. Premeabilitasnya terhadap protein makin tinggi sehingga terjadi vasasi protein

ke jaringan

b. Protein ekstravaskuler menarik air dan garam menimbulkan edema

8

c. Hemokonsentrasi darah yang menyebabkan gangguan fungsi metabolism tubuh

dan thrombosis

F. Pencegahan Kejadian Pre-Eklampsia dan Eklampsia

Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang

berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan dan diagnosis

dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian.

Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil yang

teratur dengan memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah, dan

pemeriksaan urin untuk menentukan proteinuria.Untuk mencegah kejadian pre-

eklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang dan berkaitan dengan:

1. Diet-makan

Makan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukupvitamin, dan rendah lemak.Kurangi

garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi pada empat

sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu

butir telur setiap hari.

2. Cukup istirahat

Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya dan

disesuaikan dengan kemampuan.Lebih banyak duduk atau berbaring ke arah

punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.

3. Pengawasan antenatal ( hamil )

a. Uji kemungkinan pre-eklampsia:

1) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya

2) Pemeriksaan tinggi fundus uteri

3) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema

4) Pemeriksaan protein dalam urin

5) Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran

darah umum, dan pemeriksaan retina mata

b. Penilaian kondisi janin dalam rahim

1) Pemantauan fundus uteri

9

2) Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung, pemantauan

air ketuban

3) Usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi

Dalam keadaan yang meragukan, maka merujuk penderita merupakan sikap yang

terpilih dan tepuji.

G. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaanpre eklampsia

a. Medis

Penanganan pre-eklampsia bertujuan untuk menghindari kejadian menjadi

eklampsia dan pertolongan kebidan dengan melahirkan janin dalam keadaan

optimal dan bentuk pertolongan dengan trauma minimal.Pada pre-eklampsia

ringan penanganan simtomatis dan berobat jalan dengan memberikan:

1) Sedative ringan

a) Phenobarbital 3 x 30 mgr

b) Valium 3 x 10 mgr

2) Obat penunjang

a) Vitamin B. kompleks

b) Vitamin C atau vitamin E

c) Zat besi

3) Menghindari kejang

a) Magnesium sulfat

Inisial dosis 8 gr IM, dosis ikutan 4 gr/6 jam

b) Observasi: pernapasan tidak kurang 16 menit, reflex patella positif, urin

tidak kurang dari 600 cc/24 jam

c) Valium

Inisial dosis 20 mgr IV, dosis ikutan 20mgr/drip 20 tetes/menit

Dosis maksimal 120 mgr/24 jam

4) Kombinasi pengobatan:

a) Pethidine 50 mgr IM

b) Klorpromazin 50 mgr IM

10

c) Diazepam (valium) 20 mgr IM

5) Bila terjadi oliguria diberikan glukosa 40% IV untuk menarik cairan dari

jaringan, sehingga dapat merangsang diuresis.

b. Keperawatan

1) Memberikan pendidikan kesehatan bahwa garam dalam makanan harus

dikurangi

2) Lebih banyak istirahat baring ke arah punggung janin

3) Segera datang memeriksakan diri, bila terdapat gejala sakit kepala, mata

kabur, edema mendadak atau berat badan naik, pernapasan semakin sesak,

nyri pada epgastrium, kesadaran makin berkurang, pengeluaran urin makin

berkurang.

4) Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat

Petunjuk untuk segera memasukkan penderita ke rumah sakit atau merujuk

penderita perlu memperhatikan hal berikut:

a) Bila tekanan darah 140/90mm Hg atau lebih

b) Protein urin 1 plus atau lebih

c) Kenaikan berat badan 11/2 kg atau lebih dalam seminggu

d) Edema bertambah dengan mendadak

e) Terdapat gejala dan keluhan subjektif

2. Penatalaksanaan eklampsia

a. Medis

Pengobatan eklampsia dapat mengalami kesulitan dengan hasil yang tidak

memuaskan.Tujuan pengobatan eklampsia adalah untuk:

1) Menghindari kejang dan koma yang menyebabkan angka kematian ibu dan

janin tinggi.

2) Mengakhiri kehamilan dengan atraumatis.

Banyak pengobatan yang diperkenalkan untuk dapat menghindari kejang

berkelanjutan dan meningkatkan vitalitas janin dalam kandungan, diantaranya :

1) System Stroganof.

a) Suntikan 100 mg luminal IM

11

b) ½ jam kemudian suntikan 10 cc magnesium sulfat 40% IM

c) Selanjutanya tiap 3 jam berganti-ganti diberi luminal 50 mg dan 10 cc

magnesium sulfat 40% IM

2) Sodium pentothal.

Pemberian sodium pentothal dapat menghilangkan kejang. Insial dosis

pentothal antara 200 sampai 300 mg IV perlahan-lahan.

3) Magnesium sulfat.

Magnesium sulfat mempunyai efek:

a) Menurunkan tekanan darah

b) Mengurangi sensitivitas saraf pada sinapsis

c) Meningkatkan diuresis

d) Mematahkan sirkulasi iskemia plasenta, sehingga menurunkan gejala

klinis eklampsia

Dosis pemberian larutan MgSO4 40%.

- Intramuskular.

a) 8 gr daerah gluteal kanan kiri

b) 4 gr interval 6 jam

- Intravena

a) 10 cc magnesium sulfat 40% intravena perlahan-lahan

b) Diikuti dintrmuskular 8 gr

4) Diazepam atau valium

Diazepam atau valium dipergunakan sebagai pengobatan eklamsia ,

karena mudah di dapat dan mudah . dosis maksimal diazepam adalah 120

mgr/24 jam.Metode pemberian valin :

a) Pasang infuse glukosa 5 % 10 sampai 20 mgr dengan tetesan 20/menit.

b) Observasi yang dilakukan avena dengan memperhatikan tekanan darah

- Kesadaran penderita

- Keadaan janin dalam rahim

- Kejang-kejang

- Dieresis

- Tekanan darah, nadi, pernafasan

12

5) Litik Koktil

Litik koktil terdiri dari petidin 100 mgr, klorpromazin 100 mgr, dan

prometazin 50 mgr yang dilarutkandalam 5oo cc glukosa 5 % diberikan int

avena dengan memperhatikan tekanan darah dengan memperhatikan

tekanan darah , nadi dan kejang. Observasi pengobatan dilakukan setiap 5

menit, karena tekanan darah dapat turun mendadak.

b. Keperawatan

Obsevasi dalam pengobatan eklampsia sangat penting karena sewaktu-waktu

dapat terjadi komplikasi yang memberatkan penderita dan janin dalam

kandungan.Observasi tanda vital dilakukan setiap 30 menit sekali.

1) Pernafasan dan ronhi basal

2) Suhu

3) Serangan jantung

4) Dalam kedaan koma :

a) Tidur terlentang, kepala miring ke samping

b) Siapkan pengisap lendir

c) Berikan O2 untuk ibu dan janin

5) Dalam keadaan serangan kejang, ditunggu agar tidak jatuh, sediakan ton

spatel untuk menghindari gigitan lidah

6) Ukuran jumlah cairan yang masuk dan keluar melalui infuse dan dower

kateter (jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam 2000 cc)

13

KONSEP DASARASUHAN KEPERAWATAN

PRE EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA

I. PENGKAJIAN

1. Identitas pasien

Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insiden lebih tiga kali lipat.

Pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun dapat terjadi hipertensi laten.

2. Keluhan utama

Pasien dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan berupa seperti

sakit kepala terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-kunang, pandangan

mata kabur, proteinuria (protein dalam urin), peka terhadap cahaya, nyeri ulu hati.

3. Riwayat  penyakit sekarang

Pada pasien jantung hipertensi dalam kehamilan, biasanya akan diawali

dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala (tidak hilang dengan analgesik biasa),

diplopia, nyeri abdomen atas (epigastrium), oliguria (<400 ml/ 24 jam)serta nokturia

dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan  apakah klien menderita diabetes, penyakit

ginjal, rheumatoid arthritis, lupus atau skleroderma, perlu ditanyakan juga mulai

kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau

menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.

4. Riwayat penyakit dahulu

Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti kronis

hipertensi (tekanan darah tinggi sebelum hamil), Obesitas, ansietas, angina, dispnea,

ortopnea, hematuria, nokturia dan sebagainya.Ibu beresiko dua kali lebih besar bila

hamil dari pasangan yang sebelumnya menjadi bapak dari satu kehamilan yang

menderita penyakit ini. Pasangan suami baru mengembalikan resiko ibu sama seperti

primigravida. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor

predisposisi.

14

5. Riwayat penyakit keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit

yang disinyalir sebagai penyebab jantung  hipertensi dalam kehamilannya. Ada

hubungan genetik yang telah diteliti.Riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan

meningkatkan resiko empat sampai delapan kali.

6. Riwayat psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara

mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan

terhadap dirinya.

7. Riwayat maternal

Kehamilan ganda memiliki resiko lebih dari dua kali lipat.

8. Pengkajian sistem tubuh

B1 (Breathing)

Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan atau tanpa

sputum, riwayat merokok, penggunaan obat bantu pernafasan, bunyi nafas tambahan,

sianosis.

B2 (Blood)

Gangguan fungsi kardiovaskular pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya

afterload jantung akibat hipertensi.Selain itu terdapat perubahan hemodinamik,

perubahan volume darah berupa hemokonsentrasi.Pembekuan darah terganggu waktu

trombin menjadi memanjang. Yang paling khas adalah trombositopenia dan

gangguan faktor pembekuan lain seperti menurunnya kadar antitrombin III. Sirkulasi

meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung coroner, episodepalpitasi,

kenaikan tekanan darah, takhicardi, kadang bunyi jantung terdengar S2 pada dasar ,

S3 dan S4, kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,

takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis,

suhu dingin.

15

B3 (Brain)

Lesi ini sering karena pecahnya pembuluh darah otak akibat hipertensi.Kelainan

radiologis otak dapat diperlihatkan dengan CT-Scan atau MRI.Otak dapat mengalami

edema vasogenik dan hipoperfusi.Pemeriksaan EEG juga memperlihatkan adanya

kelainan EEG terutama setelah kejang yang dapat bertahan dalam jangka waktu

seminggu.Integritas ego meliputi cemas, depresi, euphoria, mudah marah, otot muka

tegang, gelisah, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.Neurosensori meliputi

keluhan kepala pusing, berdenyut, sakit kepala sub oksipital, kelemahan pada salah

satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis,

kenaikan terkanan pada pembuluh darah cerebral.

B4 (Bladder)

Riwayat penyakit ginjal dan diabetes mellitus, riwayat penggunaan obat diuretic

juga perlu dikaji.Seperti pada glomerulopati lainnya terdapat peningkatan

permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi.Sebagian

besar penelitian biopsy ginjal menunjukkan pembengkakan endotel kapiler

glomerulus yang disebut endoteliosis kapiler glomerulus. Nekrosis hemoragik

periporta dibagian perifer lobulus hepar kemungkinan besar merupakan penyebab

meningkatnya kadar enzim hati dalam serum.

B5 (Bowel)

Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang mengandung

tinggi garam, protein,  tinggi lemak, dan kolesterol, mual, muntah, perubahan berat

badan,  adanya edema.

B6 (Bone)

Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai,sakit kepala

sub oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada, nyeri ulu hati. Keamanan meliputi

gangguan cara berjalan, parestesia, hipotensi postural

16

9. Pola aktivitas sehari-hari

a. Aktivitas

Gejala :biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan berat badan

atau penurunan BB, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-.

Tanda : pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka

b. Sirkulasi

Gejala :biasanya terjadi penurunan oksigen.

c. Abdomen

Gejala :

Inspeksi :biasanya perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, apakah adanya

sikatrik bekas operasi atau tidak ( - ) Palpasi :

1) Leopold I : biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus

teraba massa besar, lunak, noduler

2) Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil

janin di sebelah kanan.

3) Leopold III : biasanya teraba masa keras, terfiksir

4) Leopold IV : biasanya pada bagian terbawah janin telah masuk pintu atas

panggul

Auskultasi :

biasanya terdengar BJA 142 x/1’ regular

d. Eliminasi

Gejala :biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria

e. Makanan / cairan

Gejala :biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan , muntah-

muntah

Tanda :biasanya nyeri epigastrium,

f. Integritas ego

Gejala : perasaan takut.

Tanda : cemas.

g. Neurosensori

Gejala :biasanya terjadi hipertensi

17

Tanda :biasanya terjadi kejang atau koma

h. Nyeri / kenyamanan

Gejala :biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan

penglihatan.

Tanda :biasanya klien gelisah,

i. Pernafasan

Gejala :biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki, Whezing, sonor

Tanda :biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising atau tidak.

j. Keamanan

Gejala :apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan.

k. Seksualitas

Gejala : Status Obstetrikus

18

10. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : baik, cukup, lemah

b. Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)

c. Pemeriksaan Fisik (Persistem)

1) Sistem pernafasan

Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang, kurang dari

14x/menit, klien biasanya mengalami sesak sehabis melakukan aktifitas,

krekes mungkin ada, adanya edema paru hiper refleksia klonus pada kaki.

2) Sistem cardiovaskuler

Inspeksi : apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis.

Palpasi :

Tekanan darah : biasanya pada preeklamsia terjadi peningkatan TD,

melebihi tingkat dasar setetah 20 minggu

kehamilan,

Nadi : biasanyanadi meningkat atau menurun

Leher :apakah ada bendungan atau tidak pada

Pemeriksaan Vena Jugularis, jika ada bendungan

menandakan bahwa jantung ibu mengalami

gangguan. Edema periorbital yang tidak hilang

dalam kurun waktu 24 jam Suhu dingin

Auskultasi :untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui

adanya fotal distress, bunyi jantung janin yang tidak

teratur gerakan janin melemah.

3) System reproduksi

a. Dada

Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada

payudara.

b. Genetalia

Inspeksi adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur

darah, adakah pembesaran kelenjar bartholini / tidak.

19

c. Abdomen

Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin, lokasi

edema, periksa bagian uterus biasanya terdapat kontraksi uterus

d. Sistem integument perkemihan

Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada ekstermitas

akibat gangguan filtrasi glomelurus yang meretensi garam dan

natrium, (Fungsi ginjal menurun).

Oliguria

Proteinuria

e. Sistem persarafan

Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki

f. Sistem Pencernaan

Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II

kiri atas), anoreksia, mual dan muntah.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi

organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan darah)

2. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan

afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular

3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi.

4. Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan: peningkatan tekanan vaskuler

serebral.

5. Resikogangguanhubunganibudanjanin

III. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Diagnosa keperawatan I :

Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi

organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu

20

Kriteria Hasil :

a. Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )

b. Tanda-tanda vital :

Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg

Suhu : 36-37 C

Nadi : 60-80 x/mnt

RR : 16-20 x/mnt

Intervensi :

1) Monitor  tekanan darah  tiap 4 jam

R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan

indikasi dari PIH

2) Catat tingkat kesadaran pasien

R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak

3) Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam,

penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )

R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal,

jantung dan paru yang mendahului status kejang

4) Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi

uterus

R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan

terjadinya persalinan

5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM

R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah

terjadinya kejang

2. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan

afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular

21

Berhubungan dengan : Peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia

myokardia, hypertropi/rigiditas (kekakuan) ventrikuler, 

Tujuan :

a. Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima.

b. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang dan pasien.

Intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

1.      Pantau tekanan darah.

2.      Catat keberadaan, kualitas

denyutan sentral dan perifer.

3.     Auskultasi tonus jantung dan

bunyi nafas.

4.     Amati warna kulit, kelembaban

suhu, dan masa pengisian kapiler.

1. Perbandingan dari tekanan

memberikan gambaran yang lebih

lengkap tentang

keterlibatan/bidang masalah

vaskuler

2. Denyutan karotis, jugularis,

radialis, dan femoralis mungkin

diamati atau tekanan palpasi.

Denyutan pada tungkai mungkin

menurun: efek dari vasokontraksi.

3. Bunyi jantung IV umum terdengar

pada hipertensi berat dan

kerusakan fungsi adanya krakels

mengi dapat mengindikasi

kongesti paru sekunder terhadap

atau gagal jantung kronik.

4. Mungkin berkaitan dengan

vasokontraksi atau mencerminkan

dekompensasi atau penurunan

22

INTERVENSI RASIONAL

5.      Catat edema umum/tertentu.

6.     Beri lingkungan tenang, nyaman,

kurangi aktifitas/keributan

lingkungan dan batasi jumlah

pengunjung dan lamannya

tinggal.

7.      Pertahankan pembatasan aktifitas

(jadwal istirahat tanpa gangguan,

istirahat di tempat tidur/kursi),

bantu pasien melakukan aktifitas

perawatan diri sesuai kebutuhan.

8.      Lakukan tindakan yang nyaman

(pijatan punggung dan leher,

meninggikan kepala tempat

tidur).

9.      Anjurkan tehnik relaksasi,

distraksi, dan panduan imajinasi.

10.  Pantau respon terhadap obat

untuk mengontrol tekanan darah.

curah jantung.

5. Mengindikasi gagal jantung,

kerusakan ginjal atau vaskuler.

6.     Membantu untuk menurunkan

rangsangan simpatis, menurunkan

relaksasi.

7.     Menurunkan stress dan

ketegangan yang mempengaruhi

tekanan darah dan perjalanan

penyakit hipertensi.

8.     Mengurangi ketidaknyamanan dan

dapat menurunkan rangsang

simpatis.

9.     Menurunkan rangsangan stress

membuat efek tenang, sehingga

akan menurunkan tekanan darah.

10. Respon terhadap terapi obat

tergantung pada individu dan efek

sinergis obat.

23

INTERVENSI RASIONAL

11. Kolaborasi dalam pemberian

obat-obat sesuai indikasi seperti:

Diuretik tiazoid: diuril, esidrix,

bendroflumentiazoid

12.  Kolaborasi dalam memerikan

pembatasan cairan dan diet

natrium sesuai indikasi.

13.  Siapkan untuk pembedahan bila

ada indikasi.

11. Dapat memperkuat agen

antihipertensi lain dengan

membatasi retensi cairan.

12.  dapat menangani retensi cairan

dengan respon hipertensi yang

dapat melibatkan beban kerja

jantung.

13.  Bila hipertensi berhubungan

dengan adanya fcokromositoma

maka pengangkatan tumor dapat

memperbaiki kondisi.

3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi.

4. Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan: peningkatan tekanan vaskuler

serebral.

Tujuan :

a. Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/tidak terkontrol

b. Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan

Intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

1. Mempertahankan tirah baring

selama fase akut.

2.     Berikan kompres dingin pada

dahi, pijat punggung, dan leher,

1.     Meminimalkan stimulasi atau

menurunkan relaksasi.

3. Menurunkan tekanan vaskuler

serebral dan yang memperlambat/

24

INTERVENSI RASIONAL

tenang, redupkan lampu kamar,

tehnik relaksasi.

2. Hilangnya/minimalkan aktifitas

vasokonstriksi yang dapat

menurunkan dan sakit kepala,

misalnya: batuk panjang,

mengejan saat BAB, dan lain-lain.

4.     Bantu pasien dalam ambulasi

sesuai kebutuhan.

5.      Berikan cairan, makanan lunak,

perawatan mulut yang teratur bila

terjadi perdarahan hidung atau

kompres di hidung telah

dilakukan untuk menghentikan

perdarahan.

6.      Kolaborasi dalam pemberian

analgesic dan antiancietas.

memblok respon simpatis efektif

dalam menghilangkan sakit

kepala dan komplikasi.

3.      Menyebabkan sakit kepala pada

adanya tekanan vaskuler serebral

karena aktifitas yang

meningkatkan vaskonotraksi.

4. Pusing dan pengelihatan kabur

sering berhubungan dengan sakit

kepala.

5. Menaikkan kenyamanan kompres

hidung dapat mengganggu

menelan atau membutuhkan nafas

dengan mulut, menimbulkan

stagnasi sekresi oral dan

mengeringkan mukosa.

6.      Dapat mengurangi tegangan dan

ketidaknyamanan yang diperbuat

oleh stress.

25

5. Resikogangguanhubunganibudanjanin

Resiko gangguan

hubungan ibu dan

janin

Definisi: beresiko

terhadap

diskontinuitas

hubungan simbolik

ibu-janin sebagai

akibat dari kondisi

terkait kehamilan

Faktorresiko:

Penyulit

kehamilan (mis.,

ketuban pecah

dini,

plasentaprevia

atau solusio

plasenta, asuhan

prenatal lambat,

kehamilan

kembar)

Gangguan

transport oksigen

(mis., anemia,

penyakit jantung,

asma, hipertensi,

kejang,

persalinan

premature,

hemoragi)

NOC

Parent Infant

Attachment

Parenting, impaired

Role Performance

Ineffective

Kriteria Hasil:

Memperaktikkan

perilaku sehat selama

kehamilan

Menyebutkan

karakteristik janin

Mempersiapkan janin

sebelum kelahiran

Menggendong,

menyentuh, menepuk,

mengusap-usap,

mencium dan

tersenyum pada bayi

Berbicara dengan bayi

Memberi respon

terhadap isyarat bayi

Menghibur dan

menenangkan bayi

Menjaga bayi tetap

kering, bersih dan

hangat

Bayi melihat orang

tuanya

Bayi merespon isyarat

NOC

Parent Education-Infant

- Kaji kebutuhan pembelajaran

orang tua

- Kaji untuk faktor yang dapat

menyebabkan munculnya

masalah perlekatan (misalnya

nyeri, penyalahgunaanzat,

bayi premature)

- Amati adanya indicator

perlekatan orang tua bayi

- Identifikasi kesiapan orang

tua untuk belajar mengenai

perawatan bayi

- Kajikemampuan orang tua

untuk belajar mengenali

kebutuhan fisiologi bayi

(misalnya isyarat bayi lapar)

- Jelaskan peralatan yang

digunakan untuk memantau

bayi di ruang perawatan

- Demonstrasikan cara

menyentuh bayi saat berada

di mesin inkubator

- Dorong orang tua untuk

masase atau memijat bayi

- Dorong orang tua untuk

menyentuh dan berbicara

dengan bayi baru lahir

Environmental Management

26

Gangguan

metabolism

glukosa (mis.,

diabetes,

penggunaan

steroid)

Penganiayaan

fisik

Penyalah gunaan

zat (mis.,

tembakau,

alcohol, obat)

Efek samping

terkait terapi

(mis., medikasi,

pembedahan)

orang tua Parenting Promotion Role

Enhancement

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan dengan masalah yang terjadi.

Dalam pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang dilakukan yaitu :

a. Tindakan mandiri

b. Tindakan observasi

c.       Tindakan health education

d.      Tindakan kolaborasi

V. EVALUASI

Tahapan evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana tujuan dapat

dicapai, sehingga dalam mengevaluasi efektivitas tindakan keperawatan. Perawat perlu

mengetahui kriteria keberhasilan dimana kriteria ini harus dapat diukur dan diamati agar

kemajuan perkembangan keperawatan kesehatan klien dapat diketahui.

27

BAB III

28

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan penyebab kematian ibu dan prenatal yang

tinggi terutama di Negara berkembang. Kematian dengan eklampsia meningkat dengan

tajam dibandingkan pada tingkat pre-eklampsia berat.Oleh karena itu, menegakan

diagnosis dini pre-eklampsi dan mencegah agar tidak berlanjut menjadi eklampsia

merupakan tujuan pengobatan.

Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang berkelanjutan

dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan dan diagnosis dini dapat

mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian.

Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil yang teratur

dengan memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah, dan pemeriksaan

urin untuk menentukan proteinuria.

B. SARAN

Untuk mencegah kejadian pre-eklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang

dan berkaitan dengan:

1. Diet-makan

Makan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukupvitamin, dan rendah lemak.Kurangi

garam apabila berat badan bertambah atau edema.

2. Cukup istirahat

Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya dan

disesuaikan dengan kemampuan.Lebih banyak duduk atau berbaring ke arah

punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.

3. Pengawasan antenatal ( hamil )

4. Penilaian kondisi janin dalam rahim

DAFTAR PUSTAKA

29

Lauren A Dutton. 2011. Rujukan Cepat Kebidanan. Jakarta : EGC

Manuaba, Ida Bagus Gede. 1968. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana. Jakarta : EGC

Chapman. 2006 Asuhan Kebidanan : Persalinan dan Kelahiran. Jakarta :EGC

Doengoes.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

NANDA. 2007. Diagnosa Keperawatan NANDA NIC NOC. Edisi Revisi. Jakarta: EGC

30