pbl 19
-
Upload
vindi-nazhifa -
Category
Documents
-
view
218 -
download
1
description
Transcript of pbl 19
Syndroma Coronary Acute -
Miokard Infark dengan ST
Elevasi (STEMI)
Vindi Nazhifa 102009250
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
PENDAHULUAN
Jantung merupakan organ yang terpenting dalam sistem sirkulasi. Pekerjaan jantung
adalah memompa darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh
pada setiap saat, baik beristirahat maupun saat bekerja atau menghadapi beban. Tetapi bila
kerja jantung di hambat oleh karena adanya sumbatan pada arteri koroner, tentu akan
mengganggu pekerjaan atau aktivitas. Salah satu sumbatan yaitu infark mikord karena
trombus arteri koroner.
Miokard Akut terjadi karena kematian otot jantung akibat penyumbatan mendadak
dari arteri koronaria oleh gumpalan darah. Penyakit ini merupakan keluhan yang sering
dijumpai. Dengan meningkatnya angka kejadian penyakit ini maka perlu lebih diperhatikan
dan menjadi salah satu latar belakang penulisan makalah ini.Pada makalah ini akan dibahas
mengenai salah satu penyakit kardiovaskuler yaitu Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST.
Melalui makalah ini, diharapkan agar kita dapat memahami lebih dalam tentang salah satu
penyakit Kardiovaskuler dan cara mencegahnya agar kita terhindar daripenyakit ini. 1
ANALISIS MASALAH
I. Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada perlu dilakukan anamnesis secara cermat
apakah nyeri dadanya berasal dari jantung atau dari luar jantung. Jika dicurigai nyeri dadanya
berasal dari jantung, perlu dibedakan apakah nyerinya berasal dari koroner atau bukan perlu
dianamnesis pula apakah ada riwayat infark miokard sebelumnya serta faktor-faktor resiko
1
antara lain hipertensi, DM, displidemia, merokok, stress, serta riwayat sakit jantung koroner
pada keluarga.
Pada hampir setengah kasus, terdapat faktor pencetus sebelum terjadi STEMI, seperti
aktivitas fisik yang berat, stress emosi, penyakit medis, atau bedah. Walaupun STEMI bisa
terjadi sepanjang hari atau malam, variasi sirkadian dilaporkan pada pagi hari dalam beberapa
jam setelah bangun tidur.
Nyeri dada
Diagnosis yang terlambat atau yang salah, dalam jangka panjang dapat menyebabkan
konsekuensi yang berat.1,2
Nyeri dada tipikal (angina) merupakan gejala kardinal pasien IMA. Seorang dokter
harus mampu mengenal nyeri dada angina dan mampu membedakan dengan nyeri dada
lainnya, karena gejala ini merupakan petanda awal dalam pengelolaan pasien IMA.1,2
Sifat nyeri dada angina sebagai berikut :
1. Lokasi : substernal, retrosternal, dan prekordial.
2. Sifat nyeri: rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat,
seperti ditusuk, rasa diperas, dan dipelintir.
3. Penjalaran: biasanya ke lengan kiri, dapat juga ke leher, rahang bawah, gigi,
punggung/interskapula, perut, dan dapat juga ke lengan kanan.
4. Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat, atau oabat nitrat.
5. Faktor pencetus: latihan fisik, stres emosi, udara dingin, dan sesudah makan.
6. Gejala yang menyertai : mual, muntah, sulit bernapas, keringat dingin, cemas,
lemas.2
Sesak napas
Sesak napas akibat penyakit jantung paling umum disebabkan oleh edema paru. Rasa
sesak lebih jelas saat berbaring (orthopnea) atau bisa timbul tiba-tiba pada malam hari atau
timbul dengan aktivitas ringan.
Sesak napas bisa disertai dengan batuk dan mengi, dan jika sangat berat, disertai
sputum merah muda berbusa.2
Edema
2
Pembengkakan, biasanya akibat akumulasi cairan. Edema perifer biasanya
dipengaruhi hal lain, umumnya mengenai tungkai dan area sakral. Jika sangat berat, bisa
terjadi edema yang lebih meluas.2
Palpitasi
Mungkin terdapat sensasi denyut jantung cepat atau berdebar. Tentukan provokasi,
onset, durasi, kecepatan, dan irama denyut jantung, serta frekuensi episode palpitasi. Apakah
episode tersebut disertai nyeri dada, sinkop, dan sesak napas? 2
Sinkop
Kehilangan kesadaran mendadak dan singkat. Sinkop dapat terjadi akibat takiaritmia,
bradikardia, atau kadang-kadang, diinduksi oleh aktivitas pada stenosis aorta (juga ditemukan
pada keadaan neurologis seperti epilepsi). Apa yang dapat diingat oleh pasien? Apa yang
sedang dilakukan? Adakah palpitasi, nyeri dada, atau gejala lain? Adakah saksi mata? Apa
yang digambarkan saksi mata? (apakah pasien tampak pucat, kemerahan saat mulai pulih,
gerakan abnormal?). Apakah pasien menggigit lidah, mengalami inkontenensia urin?
Seberapa cepat pasien pulih? 2
Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan faktor-faktor resiko penyakit jantung iskemik (ischaemic heart disease,
IHD), misalnya merokok, hipertensi, diabetes, hiperlipidemia, IDH sebelumnya, penyakit
serebrovaskular, atau penyakit vaskular perifer (peripheral vascular disease, PVD). 2
Tanyakan riwayat demam reumatik. Tanyakan pengobatan gigi yang baru dilakukan
(endokarditis infektif). Adakah murmur jantung yang telah diketahui? Adakah
penyalahgunaan obat intravena? 2
Riwayat keluarga dan Sosial
Adakah riwayat IHD, hiperlipidemia, kematian mendadak, kardiomiopati, atau
penyakit jantung kongenital dalam keluarga? 2
Apakah pasien merokok atau pernah merokok? Bagaimana konsumsi alkohol pasien?
Apa pekerjaan pasien? Bagaimana kemampuan olahraga pasien? Adakah keterbatasan gaya
hidup akibat penyakit? 2
Obat-obatan
Tanyakan obat-obatan untuk penyakit jantung dan obat yang memiliki efek samping
ke jantung.2
3
II. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Fisik
Sebagian besar pasien cemas dan tidak bisa istirahat (gelisah). Seringkali ekstremitas
pucat disertai keringat dingin. Kombinasi nyeri dada substernal >30menit dan banyak
berkeringat dicurigai kuat adanya STEMI. Sekitar seperempat pasien infark anterior
mempunyai manifestasi hiperaktivitas saraf simpatis (takikardia dan/ atau hipotensi) dan
hampir setengah pasien infark inferior menunjukkan hiperaktivitas parasimpatis (bradikardia
dan/ atau hipotensi).
Tanda fisis lain pada disfungsi ventricular adalah S4 dan S3 gallop, penurunan
intensitas bunyi jantung pertama dan split paradoksikal bunyi jantung kedua. Dapat
ditemukan murmur midsistolik atau late sistolik apical yang bersifat sementara karena
disfungsi apparatus katup mitral dan pericardial friction rub. Peningkatan suhu sampai 38’C
dapat dijumpai dalam minggu pertama pasca STEMI.1,2
b. Pemeriksaan Penunjang
i. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan EKG 12 sadapan harus dilakukan pada semua pasien dengan nyeri dada
atau keluhan yang dicurigai STEMI. Pemeriksaan ini harus dilakukan segera dalam 10menit
sejak kedatangan di IGD. Pemeriksaan ini merupakan landasan dalam menentukan keputusan
terapi karena bukti kuat menunjukkan gambar elevasi segmen ST dapat mengindentifikasi
pasien yang bermanfaat untuk dilakukan terapi reperfusi. Jika pemeriksaan EKG awal tidak
diagnostic untuk STEMI tetapi pasien tetap smiptomatik dan terdapat kecurigaan kuat
STEMI, EKG serial dengan interval 5-10menit atau pemantauan EKG 12 sadapan secara
kontinyu harus dilakukan untuk mendeteksi potensi perkembangan elevasi segmen ST. Pada
pasien dengan STEMI oinferior, EKG sisi kanan harus diambil untuk mendeteksi
kemungkinan infark pada ventrikel kanan.1,3
Sebagian besar pasien dengan presentasi awal elevasi segmen ST mengalami evolusi
menjadi gelombang Q pada EKG yang akhirnya dididagnosis infark miokard gelombang Q.
Sebagian kecil menetap menjadi infark miokard gelombang non Q. Jika thrombus tidak total,
obstruksi bersifat sementara atau ditemukan banyak kolateral, biasanya tidak ditemukan
elevasi segmen ST. Pasien tersebut biasanya mengalami angina pectoris tak stabil atau non
STEMI. Pada sebagian pasien tanpa elevasi ST berkembang tanpa menunjukkan gelombang
Q disebut infark non Q. Sebelumnya istilah infark miokard transmural digunakan jika EKG
4
menunjukkan gelombang Q atau hilangnya gelombang R dan infark miokard non transmural
jika EKG hanya menunjukkan perubahan sementara segmen ST dan gelombang T, namun
ternyata tidak selalu ada korelasi gambaran patologis EKG dengan lokasi infark
(mural/transmural) sehingga terminology IMA gelombang Q dan non Q menggantikan IMA
mural/nontransmural.
Gambaran khas yaitu timbulnya gelombang Q yang besar, elevasi segmen ST dan
inversi gelombang T. Walaupun mekanisme pasti dari perubahan EKG ini belum diketahui,
diduga perubahan gelombang Q disebabkan oleh jaringan yang mati, kelainan segmen ST
disebabkan oleh injuri otot dan kelainan gelombang T karena iskemia.1,2,3
ii. Pemeriksaan Laboratorium (Enzim)
Petanda (Biomarker) Kerusakkan Jantung
Pemeriksaan yang dianjurkan adalah creatinine kinase (CK)MB dan cardiac specific
troponin (cTn)T atau cTn I dan dilakukan secara serial. cTn harus digunakan sebagai petanda
optimal untuk pasien STEMI yang disertai kerusakan otot skeletal, karena pada keadaan ini
juga akan diikuto peningkatan CKMB, pada pasoen dengan elevasi ST dan gejala IMA, terapi
reperfusi diberikan segera meungkin dan tidak tergantung pada pemeriksaan biomarker.2
Peningkatn nilai enzim di atas 2 kali nilai batas atas normal menunjukkan ada
nekrosis jantung (infark miokard). 2
1) CKMB : meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak
dalam 10-24 jam dan kembali normal dalam 2-4 hari.
2) cTn : ada dua jenis, yaitu cTn T dan cTn I. Enzim ini meningkat setelah 2 jam bila
ada infark miokard dan mencapai puncak dalam 10- 24 jam dan cTn T masih
dapat dideteksi setelah 5-14 hari, sedangkan cTn I setelah 5-10 hari.
Pemeriksaan enzim lainnya:
5
a. Mioglobin : dapat dideteksi satu jam setelah infark dan mencapai puncak dalam
4-8 jam.
b. Ceratinin Kinase (CK) : meningkat setelah 3-8 jam bila ada infark miokard dan
mencapai puncak dalam 10-36 jam dan kembali normal dalam 3-4 hari.
c. Lactic dehydrogenase (LDH) : meningkat setelah 24-48 jam bila ada infark
miokard, mencapai puncak 3-6 hari dan kembali normal dalam 8-14 hari.
Juga terjadi leukositosis polimorfonuklear yang terjadi dalam beberapa jam
setelah nyeri dan menetap dalam 3 -7 hari, leukosit dapat mencapai 12000 –
15000/ul.1,2.4
III. Diagnosis
a. Working Diagnosis
Berdasarkan anamanesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang telah disebutkan
dalam data skenario. Ibu tersebut dapat didiagnosis menderita sindroma koroner akut.
Sindroma koroner akut adalah suatu keadaan klinis tingkat miokard iskemik akut tergantung
derajat oklusi yang terjadi, dapat berupa angina pectoris tidak stabil, infark miokad akut
elevasi ST dan infark miokard akut tanpa elevasi ST. Namun dalam scenario kasus diatas, ibu
tersebut dapat digolongkan dalam infark miokard dengan elevasi ST. 1
Penyakit jantung iskemik tersebut adalah sekelompok sindrom yang berkaitan erat
yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dan aliran
darah. Penyebab tersering penyakit jantung iskemik adalah menyempitnya lumen arteria
koronaria oleh aterosklerosis. Bila terjadi penyempitan aterosklerotik lumen sebesar 75%
atau lebih pada satu atau lebih arteria koronaria besar, setiap peningkatan aliran darah
koroner yang mungkin terjadi akibat vasodilatasi koroner kompensatorik akan kurang
memadai untuk memenuhi peningkatan kebutuhan jantung.5
Infark miokard dengan elevasi gelombang ST biasanya diketahui dengan beberapa
tanda dan gejala yang diketahui dari beberapa pemeriksaan, pertama pada anamnesis
biasanya diketahui adanya keluhan nyeri dada, yang hampir setengah kasus terjadi akibat
aktivitas fisik berat, stress emosi, penyakit medis atau bedah. Dirasakan pada saat pagi hari
dalam beberapa jam setelah bangun tidur. Nyeri dada merupakan petanda awal dalam
kelainan utama ini.1
b. Differential Diagnosis
1) Miokard Infark tanpa ST Elevasi
6
Angina pektoris tidak stabil (unstable angina pectoris = UAP) dan NSTEMI
merupakan suatu kesinambungan dengan kemiripan patofisiologi dan gambaran klinis
sehingga pada prinsipnya penatalaksanaannya tidak berbeda. Diagnosa NSTEMI ditegakkan
jika pasien dengan manifestasi klinis UAP menunjukkan bukti adanya nekrosis berupa
peningkatan enzim – enzim jantung.1,5,6
Gejala klinis
Gejala klinis yang mungkin muncul pada kasus infark miokard akut adalah nyeri dada
substernal atau kadangkala di epigastrium dengan ciri seperti diperas, perasaan seperti diikat,
perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan, menjadi presentasi gejala
yang sering ditemukan pada NSTEMI. Analisis berdasarkan gambaran klinis menunjukkan
bahwa mereka yang memiliki gejala dengan onset baru angina berat atau terakselerasi
memiliki prognosis lebih baik dibandingkan dengan yang memiliki nyeri pada waktu
istirahat. Walaupun gejala khas rasa tidak enak didada iskemia pada NSTEMI telah diketahui
dengan baik, gejala tidak khas seperti dispneu, mual, diaphoresis, sinkop atau nyeri di lengan,
epigastrium, bahu atas, atau leher juga terjadi dalam kelompok yang lebih besar pada pasien-
pasien berusia lebih dari 65 tahun.1,6
Penatalaksanaan.
Pada pasien harus diistirahatkan, terapi yang harus dipertimbangkan pada setiap
pasien NSTEMI adalah : 1,7
Terapi antiiskemia (nitrat sublingua atau penyekat beta)
Terapi antiplatelet (aspirin, klopidogrel atau antagonis GP IIb/IIIa)
Terapi antikoagulan (Unfaractionated Heparin atau low Molecular Weight Heparin)
Perawatan sebelum meninggalkan Rumah sakit dan sesudah perawatan RS.
2) UAP
Dapat disebut dengan angina preinfark, angina dekubitus,angina kresendo.
Gambaran klinis : 6
Sifat, tempat dan penyebaran nyeri dada dapat mirip dengan angina pektoris stabil.
Nyeri dapat disetai keluhan sesak napas,mual,sampai muntah.
1. Durasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil.
2. Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada tingkat aktifitas ringan.
3. Dapat hilang dengan nitrat
7
4. Dapat disebabkan oleh ruptur plak aterosklerosis, spasmus, trombus atau trombosit yang
beragregasi.
Penatalaksanaan
A. Tindakan Umum
Pasien perlu perawatan di rumah sakit,sebaiknya diunti intensid koroner,pasien perlu
di istirahatkan (bed rest),diberi penenang dan oksigen.Pemerikan morfin atau petidin perlu
pada pasien yang masih merasakn sakit dada walaupun sudah mendapat nirtrogliserin.
B. Terapi medika mentosa7
Obat anti iskemia :
1. Nitrat
- Menyebabkan vasodilatasi pembuluh vena dan arteriol perifer,dengan efek
mengurangi preload dan afterload sehingga dapat mengurangi wall sress dan
kebutuhan oksigen(oksigen demand).
2. Penyekat Beta
- Menurunkan kebutukan oksigen miokardium melalui efek penurunan denyut
jantung dan daya kontraksi miokardium.
3. Antagonis kalsium
- Dibagi dalam 2 golongan besar.Golongan dihiropiridin seperti nifedipin dan
golongan nonhidropiridin seperti diltiazem dan verapamil. Kedua golongan dapat
menyebababkan vasodilatasi koroner dan menurunkan tekanan darah.
4. Obat anti agregasi trombosit
- Obat antipletelet merupakan salah satu dasar dalam pengobatakn angina tidak
stabil maupun infark tanpa elevasi ST segmen.Tiga golongan obat antipletelet
seperti aspirin ,tienopiridin, dan inhibitor GP IIb/IIIa telah terbukti bermanfaat.
5. Inhibitor Glikoprotein IIb/IIIa
- Ikatan fibrinogen dengan reseptor GP IIb/IIa pada platelet ialah ikatan terakhir
pada prose’s agregasi platelet.Karena inhibitor GP IIb/IIIa menduduki resptor tadi
maka ikatan platelet dengan fibrinogen dpaat dihalangi dan agregasi platelet tidak
terjadi.
8
Obat anti thrombin: 7
1. Unfractionated heparin
Heparin adalah suatu glikosaminoglikan yang terdiri dari perbagai rantai polosakarida
yang berbeda panjangnya dengan aktivitas koagulan yang berbeda-beda.Heparin juga
dapat mengikat protein plasma yang lain.
2. Low molecular weight heparin (LMWH)
Dibandingan dengan heparin,LMWH mempunya iktaran protein plasma yang
kurang ,bioavalabilitas lebih besar dan tidak mudah di netralisirkan oleh factor 4,lebih
besar pelepasan Tissue factor pathway inhibitor (TFPI) dan kejadian trombositopenia
lebih sedikit.
3) Prinzmetal angina
Dinding-dinding dari arteri-arteri dikelilingi oleh serat-serat otot. Kontraksi yang cepat dari
serat-serat otot ini menyebabkan penyempitan yang tiba-tiba (spasm) dari arteri-arteri.
Spasme dari arteri-arteri koroner mengurangi darah ke otot jantung dan menyebabkan angina.
Angina sebagai akibat dari spasme (kekejangan) arteri koroner disebut "variant"
angina atau Prinzmetal angina. Prinzmetal angina secara khas terjadi waktu istirahat,
biasanya di jam-jam pagi dini. Spasme dapat terjadi pada arteri-arteri koroner normal serta
pada yang disempitkan oleh arteriosclerosis.
Spasme arteri koroner dapat juga disebabkan oleh penggunaan atau penyalahgunaan cocaine.
Spasme dari dinding arteri yang disebbkan oleh cocaine dapat begitu signifikan sehingga ia
sebenarnya dapat menyebabkan serangan jantung.
Gejala Prinzmetal's angina
Nyeri dada yang disebabkan oleh Prinzmetal's angina memiliki ciri-ciri:
Nyeri di dada
Terasa sakit yang sesak seperti ditekan, yang biasanya menjalar ke leher , rahang ,
hingga lengan
Terkadang timbul saat istirahat
Timbul diwaktu yang sama , biasanya antara jam 12:00 malam dan 8:00 AM
Berlangsung selama 5 – 30 menit
9
Mereda setelah menggunakan nitroglycerin
Dapat menyebabkan kehilangan kesadaran dan pingsan .
Kepentingan Untuk Menegakan Diagnosis Dari Angina
Angina biasanya adalah tanda peringatan dari kehadiran penyakit arteri koroner yang
signifikan. Pasien-pasien dengan angina berisiko mengembangkan serangan jantung
(myocardial infarction). Serangan jantung adalah kematian dari otot jantung yang
dipercepat oleh halangan/rintangan yang sepenuhnya dari arteri koroner yang berpenyakit
oleh bekuan darah.
Selama angina, kekurangan oksigen (ischemia) pada otot jantung adalah sementara dan dapat
dibalikan. Kekurangan oksigen pada otot jantung menghilang dan nyeri dada menghilang
ketika pasien istirahat. Berlawanan dengannya, kerusakan otot pada serangan jantung adalah
permanen. Otot yang mati berubah kedalam jaringan parut ketika sembuh. Jantung yang
berluka parut tidak dapat memompa darah se-efisien jantung normal, dan dapat menjurus
pada gagal jantung.
Sampai dengan 25% dari pasien-pasien dengan penyakit arteri koroner yang signifikan sama
sekali tidak mempunyai gejala-gejala, meskipun mereka secara jelas kekurangan suplai darah
dan oksigen yang cukup pada otot jantung. Pasien-pasien ini mempunyai angina yang "tidur
(silent)". Mereka mempunyai risiko serangan jantung yang sama seperti mereka yang dengan
gejala-gejala angina.
Mendiagnosa Angina
Electrocardiogram (EKG) adalah perekaman aktivitas elektrik dari otot jantung, dan dapat
mendeteksi otot jantung yang memerlukan oksigen. EKG bermanfaat dalam menunjukan
perubahan-perubahan yang disebabkan oleh peng-oksigenan yang tidak cukup dari otot
jantung atau serangan jantung.
Tes Latihan Stres
Pada pasien-pasien dengan EKG istirahat yang normal, latuhan treadmill atau pengujian naik
sepeda dapat menjadi alat-alat screening yang bermanfaat untuk penyakit arteri koroner.
Selama tes latihan stres (juga dirujuk sebagai stress test,exercise
electrocardiogram, graded exercise treadmill test, atau stress ECG), perekaman-
10
perekaman EKG dari jantung dilakukan secara terus menerus ketika pasien berjalan diatas
treadmill atau mengayun pada sepeda yang tak bergerak pada tingkat-tingakt kesulitan yang
meninggi. Kejadian dari nyeri dada selama latihan dapat dikorelasikan dengan perubahan-
perubahan pada EKG, yang menunjukan kekurangan oksigen pada otot jantung. Ketika
pasien istirahat, angina dan perubahan-perubahan pada EKG yang mengindikasikan
kekurangan oksigen pada jantung kedua-duanya dapat menghilang. Ketepatan dari tes-tes
latihan stres dalam mendiagnosa penyakit arteri koroner yang signifikan adalah 60% sampai
70%. Jika tes latihan stres tidak menunjukan tanda-tanda dari penyakit arteri koroner, agen
nuklir (thallium) dapat diberikan secara intravena selama tes latihan stres. Tambahan dari
thallium mengizinkan pencitraan nuklir dari aliran darah ke wilayah-wilayah jantung yang
berbeda, menggunakan kamera eksternal. Aliran darah yang berkurang pada area dari jantung
selama latihan, dengan aliran darah yang normal ke area waktu istirahat, menandakan
penyempitan arteri yang signifikan pada wilayah jantung itu.
Stress echocardiography
Stress echocardiography menggabungkan echocardiography (pencitraan ultrasound dari otot
jantung) dengan pengujian latihan stres. Seperti tes latihan thallium, stress echocardiography
adalah lebih akurat daripada tes latihan stres dalam mendeteksi penyakit arteri koroner.
Ketika arteri koroner menyempit secara signifikan, otot jantung yang disuplai oleh arteri ini
tidak berkontraksi sebaik bagian otot jantung lainnya selama latihan. Kelainan-kelainan pada
kontraksi otot dapat dideteksi dengan echocardiography. Stress echocardiography dan tes-tes
latihan thallium kedua-duanya adalah kira-kira 80% sampai 85% akurat dalam mendeteksi
penyakit-penyakit arteri koroner yang signifikan.
Ketika pasien tidak dapat menjalani tes latihan stres karena kesulitan-kesulitan neurological
atau orthopedic, obat-obat dapat disuntikan secara intravena untuk menstimulasi stres pada
jantung yang normalnya dibawakan oleh latihan. Pencitraan (imaging) jantung dapat
dilakukan dengan kamera atau echocardiography nuklir.
Kateterisasi Jantung
Kateterisasi jantung dengan angiography (coronary arteriography) adalah teknik yang
mengizinkan gambar-gambar X-rays untuk diambil dari arteri-arteri koroner. Ia adalah tes
yang paling akurat untuk mendeteksi penyempitan arteri koroner. Tabung-tabung plastik
kecil yang berrongga (kateter-kateter) dimasukan dibawah bimbingan x-ray ke muara-muara
11
dari arteri-arteri koroner. Zat kontras iodine disuntikan kedalam arteri-arteri ketika video x-
ray direkam. Coronary arteriography memberikan pada dokter gambar dari lokasi dan
keparahan penyakit arteri koroner. Informasi ini dapat menjadi penting dalam membantu
dokter-dokter memilih opsi-opsi (pilihan-pilihan) perawatan.
CT coronary angiogram
CT coronary angiography adalah prosedur yang menggunakan zat intravena yang
mengandung iodine, dan CT scanning untuk mencitrakan arteri-arteri koroner. Sementara
penggunaan dari kateter-kateter tidak diperlukan (jadi istilah tes "noninvasive" diterapkan
pada prosedur ini), masih tetap ada beberapa risiko-risiko yang terlibat, termasuk yang
berikut:
Pasien-pasien alergi pada iodine
Pasien-pasien dengan fungsi ginjal yang abnormal
Paparan radiasi yang adalah serupa pada, jika tidak lebih besar daripada, yang
diterima dengan coronary angiogram konvensional.
Meskipun demikian, ini umumnya adalah tes yang sangat aman untuk kebanyakan orang-
orang. Ia adalah alat utama dalam mendiagnosa penyakit arteri koroner pada pasien-pasien:
berisiko tinggi mengembangkan penyakit arteri koroner (perokok-perokok sigaret,
mereka yang dengan risiko genetik, tingkat-tingkat kolesterol yang tinggi, hipertensi,
atau diabetes),
siapa saja yang mempunyai hasil-hasil yang tidak jelas dengan tes-tes latihan stres
atau pengujian-pengujian lain, atau
siapa saja yang mempunyai gejala-gejala yang dicurigai sebagai penyakit koroner
Opsi-opsi (pilihan-pilihan) perawatan termasuk:
intirahat,
obat-obat (nitroglycerin, beta blockers, calcium channel blockers),
percutaneous transluminal coronary angioplasty (PTCA), atau
coronary artery bypass graft surgery (CABG).
12
Obat-Obat
Nitroglycerin
Istirahat, tablet-tablet nitroglycerin (ditempatkan dibawah lidah), dan spray-spray
nitroglycerin semuanya menghilangkan angina dengan mengurangi permintaan otot jantung
untuk oksigen. Nitroglycerin juga menghilangkan spasme dari arteri-arteri koroner dan dapat
mendistribusikan lagi aliran darah arteri koroner ke area-area yang paling memerlukan itu.
Nitroglycerin yang bekerja singkat dapat diulangi pada interval-interval lima menit. Jika 3
dosis-dosis dari nitroglycerin gagal untuk menghilangkan angina, perhatian medis lebih jauh
direkomendasikan. Nitroglycerin yang bekerja singkat juga dapat digunakan sebelum
pengerahan tenaga untuk mencegah angina.
Preparasi-preparasi nitroglycerin yang bekerja lama, seperti tablet-tablet Isordil, Nitro-Dur
transdermal systems (berbentuk tempelan), dan obat salep Nitrol adalah bermanfaat dalam
mencegah dan mengurangi frekwensi dan intensitas dari episode-episode pada pasien-pasien
dengan angina kronis. Penggunaan preparasi-preparasi nitroglycerin mungkin menyebabkan
sakit-sakit kepala dan kepeningan yang disebabkan oleh penurunan tekanan darah yang
berlebihan.
Beta Blockers
Beta blockers menghilangkan angina dengan menghalangi efek dari adrenaline pada jantung.
Menghalangi adrenaline mengurangi denyut jantung, menurunkan tekanan darah, dan
mengurangi kekuatan memompa dari otot jantung, semua darinya mengurangi permintaan
otot jantung untuk oksigen. Beta blockers termasuk:
acebutolol (Sectral)
atenolol (Tenormin)
bisoprolol (Zebeta)
metoprolol (Lopressor, Lopressor LA, Toprol XL)
nadolol (Corgard)
propranolol (Inderal)
timolol (Blocadren)
Efek-efek sampingan termasuk:
perburukan asma,
13
penurunan denyut jantung dan tekanan darah yang berlebihan,
depresi,
kelelahan,
impoten,
tingkat-tingkat kolesterol yang naik, dan
sesak napas yang disebabkan oleh fungsi otot jantung yang berkurang (gagal jantung
kongestif).
Calcium Channel Blockers
Calcium channel blockers membebaskan angina dengan menurunkan tekanan darah, dan
mengurangi kekuatan memompa dari otot jantung, dengan demikian mengurangi permintaan
oksigen otot. Calcium channel blockers juga menghilangkan spasme (kejang) arteri koroner.
Calcium channel blockers termasuk:
amlodipine (Norvasc)
bepridil (Vascor)
diltiazem (Cardizem)
felodipine (Plendil)
isradipine (Dynacirc)
nicardipine, (Cardene)
nifedipine (Adalat, Procardia)
nimodipine (Nimotop)
nisoldipine (Sular)
verapamil (Calan)
Efek-efek sampingan termasuk:
pembengkakan dari kaki-kaki,
penurunan denyut jantung dan tekanan darah yang berlebihan, dan
fungsi otot jantung yang terdepresi.
Angioplasty dan Coronary Artery Bypass Surgery
Ketika pasien-pasien terus menerus mempunyai angina meskipun dengan kombinasi-
kombinasi obat-obat nitroglycerin yang ditolerir secara maksimum, beta blockers dan
14
calcium channel blockers, kateterisasi jantung dengan coronary arteriography diindikasikan.
Tergantung pada lokasi dan keparahan dari penyakit pada arteri-arteri koroner, pasien-pasien
dapat dirujuk untuk balloon angioplasty(percutaneous transluminal coronary
angioplasty atau PTCA) atau coronary artery bypass graft surgery (CABG) untuk
meningkatkan aliran darah arteri koroner.
IV. Penatalaksanaan
Tujuan utama tatalaksana IMA adalah diagnosis cepat, menghilangkan nyeri dada,
penilaian dan implementasi strategi reperfusi yang mungkin dilakukan, pemberian
antitrombotik dan terapi antiplatelet, pemberian obat penunjang dan tata laksana komplikasi
komplikasi IMA.
A. Tatalaksana awal
Tatalaksana pra Rumah Sakit
Pengobatan dapat dimulai segera setelah diagnosis kerja ditegakkan (sakit dada khas
dan EKG) oleh karena kematian akibat infark miokard akut terjadi pada jam-jam pertama.
Penderita dapat diberikan obat penghilang rasa sakit dan penenang. Biasanya bila sakit hebat
diberikan morfin 2,5-5 mg atau petidin 25-50 mg secara intra vena perlahan-lahan. Hati-hati
penggunaan morfin pada infark miokard karena dapat menyebabkan hipotensi dan
bradikardia, serta pada penderita asama bronkiale dan usia tua. Sebagai penenang diberikan
Diazepam 5-10 mg.1,5,7
Penderita kemudian dapat ditransfer ke RS yang memiliki fasilitas rawat koroner
intensif. Infus dekstrose 5 % atau NaCl 0,9% beserta oksigen nasal harus terpasang dan
penderita didampingi oleh tenaga terlatih. Pengobatan seperti disebutkan diatas, bila ada
tenaga terlatih beserta fasilitas konsultasi (EKG transtelefonik /tele-EKG) trombolisis sudah
dapat diberikan sebelum penderita di bawa ke RS. Pemantauan dan pengobatan terhadap
aritmia maligna sudah harus dilakukan sejak masa pra RS.
Tatalaksana di Ruang Emergensi1,7
Penderita di masukkan ke ruang rawat koroner intensif (ICCU) atau ruang rawat
dengan fasilitas pemantauan aritmia (monitor). Segera dibuat rekaman EKG lengkap dan
pemasangan infus dekstrose 5% atau NaCl 0,9 % bila belum dilakukan. Oksigen diberikan 2-
15
4 liter per menit. Darah diambil untuk pemeriksaan darah rutin, gula darah, BUN, creatinin,
CK, CKMB, SGPT, LDH, elektrolit, terutama K serum. Pemeriksaan pembekuan diperlukan
bila akan digunakan trombolisis atau anti koagulan. Ini meliputi trombosit, waktu pendarahan
dan waktu pembekuan, PT, dan APTT. Foto rontgen toraks dibuat sebagai bantuan diagnostik
untuk melihat pemyakit atau kelainan lain.
Angina diatasi dengan nitrat sublingual atau transdermal, sedangkan nitrat IV
diberikan bila sakit iskemik berkepanjangan atau berulang. Bila masih ada rasa sakit dapat
diberikan morfin sulfat IV 2,5 mg dan dapat di ulangi setiap 5-30 menit atau petidine HCl 25-
50 mg IV, dapat diulangi setiap 5-30 menit sampai rasa sakit hilang. Rasa takut dan gelisah
yang dapat menaikkan denyut nadi, diatasi dengan diazepam 5 mg per oral atau IV.
Pemantauan irama jantung dilakukan sampai kondisi stabil. Rekaman EKG diulangi setiap
hari selama 72 jam pertama infark akut. Selama 8 jam penderita dipuaskan dan selanjutnya
diberi makanan cair atau lunak dalam 24 jam pertama lalu dilanjutkan dengan makanan
lunak. Laksanasia untuk mencegah konstipasi.
B.Tatalaksana Umum
a. Medika Mentosa1,7
1. Nitrogliserin
Nitrogliserin sublingual dapat diberikan dengan aman dengan dosis 0.4 mg dan dapat
diberikan sampai 3 dosis dengan interval 5 menit. Selain menguragi nyeri dada, NTG
juga dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan preload dan
meningkatkan suplai oksigen dengan cara dilatasi pembuluh koroner yang terkena
infark, atau pembuluh kolateral. Jika nyeri dada terus berlangsung, dapat diberikan
NTG intravena. NTG intravena juga dapat diberikan untuk mengendalikan hipertensi
atau edema paru.
KI : tekanan darah sistolik <90 mmHg, infark ventrikel kanan, pengguna
phosphodiesterase-5 inhibitor siledenafil dalam 24 jam karena dapat memicu
hipotensi nitrat.
2. Morfin
Morfin sangat efektif mengurangi nyeri. Dosis 2-4 mg dan dapat diulang dengan
interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg.
ES: konstriksi vena dan arteriolar melalui penurunan simpatis, sehingga terjadi
pooling vena yang akan mengurangi curah jantung dan tekanan arteri. Efek ini dapat
diatasi dengan elevasi tungkai dan pada kondisi tertentu perlu penambhan cairan IV
dengan NaCl 0.9%. efek vagotonik enyebabkan brakikardia atau blok jantung derajat
16
tinggi, tertama pasien dengan infark posterior. Efek ini diatasi dengan pemberian
atropine 0.5 mg IV.
3. Aspirin
Inhibisi cepat siklooksigenase trombosit yang dilanjutkan dengan reduksi kadar Tx
A2 dicapai dengan absorpsi aspirin bukkal dengan dosis 160-325 mg di ruang
emergensi. Selanjutnya dapat diberikan secara oral dengan dosis 75-162 mg.
4. β bloker.
Diberikan jika morfin dan nitrat tidak berhasil. Regime yang biasa diberikan adalah
metoprolol 5 mg setiap 2-5 menit sampai total 3 dosis, dengan syarat frekuensi
jantung >60/menit, TD > 110 mm Hg, interval PR < 0.24 detik dan ronki tidak lebih
dari 10 cm dari diafragma. 15 menit setelah dosis IV terakhir dapat dilanjutkan
dengan metaprolol oral dengan dosis 50 mg tiap 6 jam selama 48 jam, dan dilanjutkan
100 mg tiap 12 jam.
b. Non Medika Mentosa
1. Oksigen : suplemen oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen
arteri < 90%. Pada semua pasien STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen
selama 6 jam pertama.
2. Aktivitas : pasien harus istirahat dalam 12 jam pertama.
3. Diet : pasien harus puasa atau hanya minum cair dengan mulut dalam 4-12 jam
pertama. Diet mencakup lemak <30% kalori total dan kandungan kolesterol <300
mg/hari. Menu harus diperkaya dengan makanan yang kaya serat larut, kalium,
magnesium dan rendah natrium.
4. Angioplasti
Tindakan ini dapat dilakukan dengan membuka arteri koroner yang tersumbat oleh
bekuan darah. Selama angioplasty kateter dengan balon pada ujungnya dimasukan
melalui pembuluh darah menuju arteri koroner yang tersumbat. Kemudian balon
dikembangkan untuk mendorong plaq melawan dinding arteri. Melebarnya bagian
dalam arteri akan mengembalikan aliran darah.
Pada angioplasti, dapat diletakan tabung kecil (stent) dalam arteri yang tersumbat
sehingga menjaganya tetap terbuka. Beberapa stent biasanya dilapisi obat-obatan
yang mencegah terjadinya bendungan ulang pada arteri.
5. CABG (Coronary Artery Bypass Grafting)
17
Merupakan tindakan pembedahan dimana arteri atau vena diambil dari bagian tubuh
lain kemudian disambungkan untuk membentuk jalan pintas melewati arteri koroner
yang tersumbat. Sehingga menyediakan jalan baru untuk aliran darah yang menuju
sel-sel otot jantung.
V. Prognosis
Prognosis lebih buruk pada wanita, bertambahnya usia, meningkatkan disfungsi
ventrikel, disritmia ventrikel dan infark berulang. Indikator lain dari prognosis yang lebih
buruk adalah keterlambatan dalam reperfusi atau reperfusi berhasil, remodelling LV, infark
anterior, jumlah lead menunjukkan elevasi ST, blok cabang berkas dan tekanan darah sistolik
kurang dari 100 mm dengan takikardia lebih besar dari 100 per menit. 4
Prognosis yang lebih baik berhubungan dengan reperfusi awal, infark dinding inferior,
pengobatan jangka pendek dan jangka panjang dengan beta-blocker, aspirin, statin dan ACE
inhibitor. Lanjut Usia pasien dengan MI akut pada peningkatan risiko komplikasi dan harus
ditangani secara agresif. 4
PEMBAHASAN
I. Etiologi
Penyakit Jantung Koroner terjadi akibat penyumbatan sebagian atau total, satu atau
lebih pembuluh darah koroner. Akibat adanya penyumbatan ini, terjadi gangguan pasokan
suplai energi kimiawi ke otot jantung (miokard), sehingga terjadilah gangguan keseimbangan
antara pasokan dan kebutuhan.3,8
Miokard infark terjadi jika suplai oksigen yang tidak sesuai dengan kebutuhan tidak
tertangani dengan baik sehingga menyebabkab kematian sel-sel jantung tersebut. Beberapa
hal yang menimbulkan gangguan oksigenasi tersebut diantaranya:
1. Berkurangnya suplai oksigen ke miokard.
Menurunnya suplai oksigen disebabkan oleh tiga faktor, antara lain:
a. Faktor pembuluh darah
Hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan darah mencapai sel-
sel jantung. Beberapa hal yang bisa mengganggu kepatenan pembuluh darah diantaranya:
atherosclerosis, spasme, dan arteritis.
Spasme pembuluh darah bisa juga terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat
penyakit jantung sebelumnya, dan biasanya dihubungkan dengan beberapa hal antara lain: (a)
18
mengkonsumsi obat-obatan tertentu; (b) stress emosional atau nyeri; (c) terpapar suhu dingin
yang ekstrim, (d) merokok.
b. Faktor Sirkulasi
Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran peredaran darah dari jantung keseluruh tubuh
sampai kembali lagi ke jantung. Sehingga hal ini tidak akan lepas dari factor pemompaan dan
volume darah yang dipompakan. Kondisi yang menyebabkan gangguan pada sirkulasi
diantaranya kondisi hipotensi. Stenosis maupun isufisiensi yang terjadi pada katup-katup
jantung (aorta, mitralis, maupun trikuspidalis) menyebabkan menurunnya cardac out put
(COP). Penurunan COP yang diikuti oleh penurunan sirkulasi menyebabkan bebarapa bagian
tubuh tidak tersuplai darah dengan adekuat, termasuk dalam hal ini otot jantung.
c. Faktor darah
Darah merupakan pengangkut oksigen menuju seluruh bagian tubuh. Jika daya angkut
darah berkurang, maka sebagus apapun jalan (pembuluh darah) dan pemompaan jantung
maka hal tersebut tidak cukup membantu. Hal-hal yang menyebabkan terganggunya daya
angkut darah antara lain: anemia, hipoksemia, dan polisitemia.
2. Meningkatnya kebutuhan oksigen tubuh
Pada orang normal meningkatnya kebutuhan oksigen mampu dikompensasi
diantaranya dengan meningkatkan denyut jantung untuk meningkatkan COP. Akan tetapi jika
orang tersebut telah mengidap penyakit jantung, mekanisme kompensasi justru pada akhirnya
makin memperberat kondisinya karena kebutuhan oksigen semakin meningkat, sedangkan
suplai oksigen tidak bertambah.
Oleh karena itu segala aktivitas yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen
akan memicu terjadinya infark. Misalnya: aktivtas berlebih, emosi, makan terlalu banyak dan
lain-lain. Hipertropi miokard bisa memicu terjadinya infark karea semakin banyak sel yang
harus disuplai oksigen, sedangkan asupan oksien menurun akibat dari pemompaan yang
tidak efektive.8
FAKTOR RISIKO
Infark Miokard Akut lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita.
Penyakit jantung koroner merupakan salah satu faktor resiko yang sering terjadi pada infark
miokard, selain itu faktor resiko yang menyebabkan infark miokard seperti hipertensi,
19
dislipidemia, diabetes. Sejumlah faktor resiko lain yang berkaitan dengan gaya hidup pada
penyakit jantung koroner juga dapat menjadi faktor resiko dari infark miokard seperti stres,
obesitas, merokok, dan kurangnya aktivitas fisik.1,4,8
Infark Miokard Akut dengan elevasi gelombang ST ( STEMI ) pada pemeriksaan
Ekokardiografi umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah
oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Stenosis arteri koroner
berat yang berkembang secara lambat biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya
banyak kolateral sepanjang waktu, STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara
cepat pada lokasi injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan
akumulasi lipid.
Faktor – faktor yang dapat dimodifikasi:
1) Hipertensi
Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat untuk jantung,
sehingga menyebabkan hipertropi ventrikel kiri atau pembesaran ventrikel kiri (faktor
miokard). Keadaan ini tergantung dari berat dan lamanya hipertensi. Serta tekanan
darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding
pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya aterosklerosis
koroner (faktor koroner). Hal ini menyebabkan angina pektoris, insufisiensi koroner
dan miokard infark lebih sering didapatkan pada penderita hipertensi dibandingkan
orang normal.
2) Hiperkolesterolmia
Kolesterol, lemak dan substansi lainnya dapat menyebabkan penebalan
dinding pembuluh darah arteri, sehingga lumen dari pembuluh derah tersebut
menyempit dan proses ini disebut aterosklerosis. Penyempitan pembuluh darah ini
akan menyebabkan aliran darah menjadi lambat bahkan dapat tersumbat sehingga
aliran derah pada pembuluh derah koroner yang fungsinya memberi 02 ke jantung
menjadi berkurang. Kurangnya 02 akan menyebabkan otot jantung menjadi lemah,
sakit dada, serangan jantung bahkan kematian.
3) Merokok
Efek rokok adalah menyebabkan beban miokard bertambah karena rangsangan
oleh katekolamin dan menurunnya konsumsi O2 akibat inhalasi CO. Katekolamin juga
dapat menambah reaksi trombosis dan juga menyebabkan kerusakan dinding arteri,
sedangkan glikoprotein tembakau dapat menimbulkan reaksi hipersensitif dinding
arteri. Di samping itu rokok dapat menurunkan kadar HDL kolesterol tetapi
20
mekanismenya belum jelas. Makin banyak jumlah rokok yang diisap, kadar HDL
kolesterol makin menurun.
4) Kegemukan
Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol total dan LDL kolesterol.
5) Diabetes Melitus
Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah diketahui sebagai predisposisi
penyakit pembuluh darah. Mekanismenya belum jelas, akan tetapi terjadi peningkatan
tipe IV hiperlipidemi dan hipertrigliserid, pembentukan platelet yang abnormal dan
DM yang disertai obesitas dan hipertensi
6) Stress
Faktor – faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain:
1) Usia
Meningkatnya usia akan menyebabkan meningkat pula penderita PJK
pembuluh darah mengalami perubahan progresif dan berlangsung lama dari lahir
sampai mati. Tiap arteri menghambat bentuk ketuanya sendiri. Arteri yang berubah
paling dini mulai pada usia 20 tahun adalah pembuluhcoroner. Arteri lain mulai
bermodifikasi hanya setelah usia 40 tahun. Terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun
dan meningkat dengan bertambahnya umur. Juga diadapatkan hubungan antara umur
dan kadar kolesterol yaitu kadar kolesterol total akan meningkat dengan
bertambahnya umur.
2) Jenis Kelamin
Merupakan kenyataan bahwa wanita lebih sedikit mengalami serangan jantung
dibandingkan pria. Rata-rata kematian akibat serangan jantung pada wanita terjadi 10
tahun lebih lama dari pria. Secara umum faktor resiko lebih sedikit menyebabkan
kelainan jantung PJK. Namun ketahanan wanita berubah setelah menopause. Hal ini
diduga faktor hormonal seperti estrogen melindungi wanita.
3) Riwayat Keluarga dengan penyakit arterosklerosis
4) Ras
II. Epidemiologi
Infark miokard merupakan salah satu diagnosa yang paling umum pada pasien yang
dirawat di rumah sakit di negara-negara barat. Di Amerika Serikat, kurang lebih 1,5 juta
infark miokard terjadi setiap tahunnya. Mortalitas karena infark akut kurang lebih 30 persen,
21
dengan lebih separuh dari kematian terjadi sebelum pasien / penderita masuk rumah sakit.
Meskipun harapan hidup sesudah perawatan di rumah sakit telah meningkat selama dua
dekade terakhir, tambahan 5 – 10 persen pasien yang selamat meninggal pada tahun pertama
sesudah infark miokard dan jumlah infark miokard setiap tahun di Amerika Serikat sebagian
besar tetap tidak berubah sejak awal tahun 1970-an. Resiko mortalitas berlebihan dan infark
miokard non fatal rekuren menetap pada pasien yang sembuh. 4
III. Patofisiologi
Infark mikard akut dengan elevasi ST (STEMI) umumnya terjadi jika aliran darah
koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang
sudah ada sebelumnya. Stenosis arteri koroner berat yang berkembang secara lambat
biasanya tidak metnicu STEMI karena berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu.
STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi ipjuri vaskular, di
mana injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi
lipid.1
Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur,
ruptur atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik memicu trombogenesis, sehingga
terjadi trombus mural pada lokasi ruptur yang mengakibatkan oklusi arteri koroner.1
Pada STEMI gambaran patologis klasik terdiri dari fibrin rich red trombus, yang
dipercaya menjadi dasar sehingga STEMI memberikan respons terhadap trombolitik.1
Selanjutnya pada lokasi ruptur plak, berbagai agonis (kolagen, ADP, epinefrin, serotonin)
memicu aktivasi trombosit, yang selanjutnya akan memproduksi dan melepaskan tromboksan
A2 (vasokonstriktor lokal yang poten). Selain itu aktivasi trombosit memicu perubahan
konformasi reseptor glokoprotein IIB/ IIIa. Setelah mengalami konversi fungsinya, reseptor
mempunyai afinitas tinggi terhadap sekuen asam amino pada protein adhesi yang larut
(integrin) seperti faktor von Willebrand (Vwf) dan fibrinogen, di mana keduanya adalah
molekul multivalen yang dapat mengikat 2 platelet yang berbeda secara simultan,
menghasilkan ikatan silang platelet dan agregasi. 1
Kaskade koagulasi diaktivasi oleh pajanant tissue factor pada sel endotel yang rusak.
Faktor VII dan X diaktivasi, mengakibatkan konversi protombin menjadi trombin, yang
kemudian mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin. Pembentukan trombus pada kaskade
koagulasi dapat dilakukan pada gambar 3. Arteri koroner yang terlibat ( culprit) kemudian
akan mengalami oklusi oleh trombus yang terdiri agregat trombositdan fibrin.1
22
Pada kondisi yang jarang STEMI dapat juga disebabkan oleh oklusi arteri koroner
yang disebabkan oleh emboli koroner, abnormalitas kongenital, spame koroner dan berbagai
penyakit inflamasi sistematik. 1
Keterangan gambar: 1
1) Lesi inisiasi dan akumulasi lipid ekstraselular dalam intima;
2) Evolusi stadium fibrofatty,
3) Lesi progresi dengan ekspresi prokoagulan dan lemahnya fibrous cap. Sindrom koroner
akut berkembang jika plak vulnerabel dan risiko tinggi mengalami disrupsi pada fibrous
cap.
4) Disrupsi plak adalah rangsangan terhadap trombogenesis. Resorpsi trombus dilanjutkan
dengan akumulasi kolagen dan pertumbuhan sel otot polos.
5) Selanjutnya disrupsi plak vulnerabel atau plak risiko tinggi mengakibatkan pasien
mengalami nyeri iskemia akibat penurunan aliran arteri koroner epikardial yang terlibat.
Reduksi aliran dapat menyebabkan oklusi trombus total (bawah kanan) atau oklusi
trombus subtotal (bawah kiri) Pasien dengan nyeri iskemia dapat berupa elevasi ST atau
tanpa elevasi segmen ST pada EKG. Pasien dengan elevasi ST sebagian besar berkembang
menjadi infark miokard gelombang Q, sebagian kecil berkembang menjadi infark miokard
gelombang non Q. Pasien tanpa elevasi segmen ST dapat mengalami angina pektoris tak
stabil atau infark miokard akut tanpa elevasi ST. Sebagian besar pasien dengan NSTEMI
berkembang menjadi infark miokard non Q, dan sebagian kecil menjadi infark miokard
gelombang Q.
23
Dari keterangan diatas dapat kita ketahui bahwa proses aterosklerosis atau dapat
disebut aterogenesis merupakan hal yang berperan penting dalam penyakit sindroma koroner
akut termasuk di dalamnya infark miokard akut dengan elevasi ST. 1
IV. Komplikasi
a. Gangguan irama dan konduksi
Ini terjadi pada 95 % pasien dengan infark miokard akut. Sinus takikardia
sering dijumpai dan merupakan petunjuk beratnya penyakit. Sinus bradikardia sering
ditemui pada saat infark akut, kadang-kadang merupakan bagian dari sindroma
vasovagal, terutama berhubungan dengan infark miokard akut. Gangguan ini biasanya
ringan tetapi dapat menyebabakan hipotensi atau menimbulkan irama ektopik.
Takikardia atrial, termasuk fibrilasi atrium dapat timbul pada 15 % pasien,
bisa mempresipitasi gagal jantung atau renjatan. Fibrilasi atrium biasanya transien dan
jarang berlangsung lebih dari beberapa hari. Denyut ventrikular ektopik sering
ditemui, biasanya tak berbahaya, kecuali pada R on T, bisa menimbulkan fibrilasi
ventrikel. Fibrilasi ventrikel merupakan penyebab kematian terpenting pada infark
miokard akut dan timbul pada 8-10% penderita yang dirawat. Separuhnya tanpa
didahului syok atau gagal jantung dan disebut fibrilasi ventrikel primer.
Blok jantung timbul pada kira-kira 5% dari penderita infark miokard akut.
Terutama dijumpai pada infark inferior karena arteri koronoria kanan memperdarahi
miokard di situ dan jaringan junction. Blok AV derajat satu tidak begitu berarti,
kecuali sebagai petunjuk timbulnya blok yang lebih lanjut. Blok AV derajat dua,
biasanya tipe Wenckebach, potensial berbahaya, karena resiko progesifitas ke blok
AV komplit dan asistol ventrikel. 8,9
Selain resiko, gangguan konduksi ini bisa ditoleransi dengan baik oleh
kebanyakan penderita, tetapi memerlukan observasi yang ketat terhadap kemungkinan
timbulnya hipotensi, gagal jantung ataiu asistol. AV konduksi kembali normal bila
penderita selamat dari serangan ini. Bila blok jantung merupakan komplikasi dari
infark anterior, kematian biasanya tinggi. Blok ini disebabkan kerusakan dua cabang
berkas dan biasanya bersamaan dengan kerusakan miokard yang luas. Penderita
biasanya mengalami gagal jantung dan prognosisnya buruk walaupun blok jantungnya
ditangani dengan baik.
24
Pemasangan alat pacu jantung diperlukan pada infark miokard akut anterior
dengan blok AV total atau blok cabang berkas. Pada infark miokard akut inferior, alat
pacu jantung dipasang bila ada gangguan hemodinamik.
b. Renjatan Kardiogenik
Renjatan biasanya disebabkan oelh kerusakan mikoard yang luas, biasanya
lebih dari 40% dinding ventrikel terkena infark. Gambaran klinis penderita ini adalah
hipotensi disertai berkeringat dingin, akral dingin, gelisah, dan keadaan memburuk
terus sampai tekanan darah tidak terukur. Renjatan jarang disebabkan oelh ruptur
muskulus papilaris atau defek septum ventrikel (VSD).9
c. Gagal Jantung Kiri
Gagal jantung kiri jarang ditemui pada serangan infark mikoard akut, tetapi
bila terjadi pada 2/3 penderita biasanya timbul dalam waktu 48 jam. Pada penderita
gagal jantung, selain takikardia, bisa terdengar bunyi jantung ke tiga, krepitasi paru
yang luas dan terlihat kongesti vena paru atau edema paru pada foto rontgen toraks.
Tekanan pada pembuluh darah paru biasanya leboih dari 20 mmHg.
d. Gagal Ventrikel Kanan
Gagal ventrikel kanan ditandai oleh peningkatan tekanan vena jugularis dan
sering ditemui pada hari-hari pertama sesudah infark. Infark ventrikel kanan, yang
hampir selalu bersamaan dengan infark dinding inferior dapat menyebabkan tekana
vena sangat tinggi dan sindroma renjatan, walaupun fungsi ventrikel kiri masih baik.
Gambaran klasik gagal jantung kanan yang berupa edema perifer dan
pembesaran hepar jarang dijumpai dan memerlukan beberapa hari untuk timbulnya
gejala, walaupun itu pada penderita dengan kerusakan miokard yang luas.
e. Emboli paru dan Infark paru
Lebih dari 20 tahun yang lalu emboli paru merupakan penyebab kematian
pada 3 % penderita infark miokard akut yang masuk rumah sakit. Akhir-akhir ini
jumlahnya berkurang karena mobilisasi penderita lebih cepat. Ini biasanya didahului
oleh thrombosis vena di dalam kaki, yang secara klinis sering tidak terlihat. Dugaan
emboli paru ada bila timbul hipotensi mendadak atau gagal jantung beberapa hari
setelah serangan infark miokard dan juga bila terdapat sakit pleura dengan atau tanpa
hemoptisis.
25
f. Emboli arteri sistemik
Arteri apapun dapat tersumbat. Emboli biasanya terjadi dari trombus murak
yang terdapat di ventrikel kiri atau atrium kiri, dan sering menimbulkan hemiplegia.
g. Sumbatan pembuluh darah otak
Komplikasi pada pembuluh darah otak bisa mendahului, bersama-sama, atau
mengikuti infark miokard akut. Sebagaiamana diketahui, emboli serebri adalah salah
satu sebab, tetapi infark serebri dapat ditimbulkan oleh penurunan aliran darah pada
penderita dengan penyakit pembuluh darah serebral.
h. Ruptur jantung
Ruptur dinding ventrikel kiri adalah 10% dari semua penyebab kematian pada
infark miokard dan terutama mengenai penderita tua dan hipertensi. Terbanyak timbul
dalam beberapa hari pertama dan biasanya menyebabkan kematian mendadak,
kadang-kadang menimbulkan tamponade jantung. Ruptur melalui septum
interventrikularis timbul pada 1 di antara 200 penderita dengan infark miokard akut,
dan bisa menimbulkan serangan gagal jantung mendadak, disertai adanya getaran
(thrill) sistolik dan bising sistolik yang baru. Penderita memburuk dengan cepat dalam
waktu beberapa hari, jarang ada kelangsungan hidup lebih dari beberapa minggu.
i. Disfungsi dan ruptur muskulus papilaris
Bila terjadi ruptur muskulus papilaris, terjadi gagal jantung kiri mendadak
bersamaan dengan timbulnya bising pansistolik yang keras di apeks. Kematian bisa
terjadi dalam beberapa jam atau hari. Ruptur parsial bisa menimbulkan gambaran
regurgitasi katup mitral dengan atau tanpa gagal jantung kiri.
V. Preventif
Sedapat mungkin mengurangi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya arteri
koroner, terutama yang dapat diubah oleh penderita yaitu antara lain : 4
Berhenti merokok.
Menurunkan berat badan.
Mengendalikan tekanan darah.
Menurunkan kadar kolesterol darah dengan diet atau dengan obat.
26
Melakukan olah raga secara teratur.
. KESIMPULAN
nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri dapat disebabkan oleh infark miokard akut
dengan elevasi ST (STEMI) umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara
mendadak setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya.
Akibat adanya plak aterosklerotik mengakibatkan penyumbatan, terjadi gangguan pasokan
suplai energi kimiawi ke otot jantung (miokard) sehingga terjadilah gangguan keseimbangan
antara pasokan dan kebutuhan. Otot jantung akan mengalami kerusakan, jaringan mati atau
nekrosis (infark miokard). Faktor resiko yang menyebabkan infark miokard seperti hipertensi,
dislipidemia, diabetes. Sejumlah faktor resiko lain yang berkaitan dengan gaya hidup pada
penyakit jantung koroner juga dapat menjadi faktor resiko dari infark miokard seperti stres,
obesitas, merokok, dan kurangnya aktivitas fisik. Gambaran EKG yang khas adalah adanya
elevasi segmen ST. Keadaan ini dapat mengakibatkan gagal jantung, aritmia
supraventrikuler, dan sistol premature ventrikel.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alwi Idrus, Harun S. Infark Miokard Akut Dengan Elevasi ST. Dalam Noer HMS-
Waspadji S-Rachman AM. Lesmana LA-Widodo D-ISbagio H-Alwi. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, jilid III. Balai Penerbit FKUI. Jakarta2006. Hal: 1616
2. Gleadle, Jonathan. 2005. Sistem kardiovaskular. Dalam At a Glance Anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal: 22-25
3. Pratanu S, Yamin M, Harun S. Elektrokardiography. In : Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009.h. 1523-43.
4. Ismail Dasnan, dkk. Panduan Pelayanan Medik. Penerbit PB PAPDI, Jakarta. 2008
5. Price, Wilson. Buku Patofisiologi volume 1 Edisi 6. Penerbit EGC, Jakarta. 2006
6. Gray.H, Dawkins.K, Morgan.J, Simpson.I. Penyakit Jantung Koroner. Lectures Notes
Kardiologi. Edisi 4. Jakarta : Penerbitan Erlangga ; 2003. H. 132-4.
7. Djohan B. Patofisiologi dan Penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner. Jurnal.
Sumatera Utara. 2008
8. Dr. Dharma S. Sistem Intepretasi EKG. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ;
2010. h. 7-9, 78-85.
27
9. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Robbins. Buku ajar patologi robbins. Edisi ke-7.
Jakarta: EGC. 2007. h.408.
28