PBL Blok 19 Gari

28
Penyakit Jantung Kongenital Tetralogi Fallot Gari Kharisma 102010131 E2 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Pendahuluan Kelainan jantung pada anak secara garis besar terbagi atas dua golongan, yaitu penyakit jantung bawaan dan penyakit jantung didapat. Penyakit jantung bawaan ialah kelainan susunan jantung, yang mungkin sudah terdapat sejak lahir. 1 Pembagian kelainan jantung bawaan: 1. Pembagian berdasarkan akibat yang tampak Maka terbagi atas penyakit jantung bawaan dengan sianotik dan golongan penyakit jantung bawaan tanpa sianotik. Yang menarik pada bagian ini adalah kelainan jantung yang baru menunjukkan sianosis setelah proses kelainan tersebut berjalan beberapa waktu. Golongan ini disebut potential cyanosis. 1 2. Pembagian berdasarkan anatomi 1 1

Transcript of PBL Blok 19 Gari

Page 1: PBL Blok 19 Gari

Penyakit Jantung Kongenital

Tetralogi Fallot

Gari Kharisma

102010131

E2

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Pendahuluan

Kelainan jantung pada anak secara garis besar terbagi atas dua golongan, yaitu penyakit

jantung bawaan dan penyakit jantung didapat. Penyakit jantung bawaan ialah kelainan susunan

jantung, yang mungkin sudah terdapat sejak lahir.1

Pembagian kelainan jantung bawaan:

1. Pembagian berdasarkan akibat yang tampak

Maka terbagi atas penyakit jantung bawaan dengan sianotik dan golongan penyakit

jantung bawaan tanpa sianotik. Yang menarik pada bagian ini adalah kelainan jantung

yang baru menunjukkan sianosis setelah proses kelainan tersebut berjalan beberapa

waktu. Golongan ini disebut potential cyanosis.1

2. Pembagian berdasarkan anatomi1

a. Kelainan aorta (koarktasio aorta, kelainan arcus aorta, cincin aorta, PDA, aortic

pulmonari window, kelainan basis aorta, dan pembuluh darah koroner)

b. Kelianan arteri pulmonalis (dari distal ke proksimal seperti pulmonal stenosis,

aplasia salah satu cabang arteri pulmonal, dan ketiadaan katup pulmonal).

c. Kelainan katup atrio-ventrikular (septum, atrium, ventrikel, sistem vena).

3. Pembagian berdasarkan fisiologi

Dari segi prinsip fisiologi, kerja yang dihasilkan jantung ialah beban volume dan beban

tekanan. Maka dapat dibuat pembagian kelainan jantung bawaan seperti:1

a. Beban tekanan saja (AS, PS)

1

Page 2: PBL Blok 19 Gari

b. Beban volume saja (ASD, VSD, PDA)

c. Kombinasi beban tekanan dan volume (TOF)

Namun dengan pembagian ini, ada beberapa yang sulit dimasukkan seperti TGA, miokardiopati

degeneratif, dan gangguan metabolik jantung.

.Anamnesis

Anamnesis merupakan kumpulan informasi subjektif yang diperoleh dari apa yang

dipaparkan oleh pasien terkait dengan keluhan utama yang menyebabkan pasien mengadakan

kunjungan ke dokter.2 Anamnesis diperoleh dari komunikasi aktif antara dokter dan pasien (auto

anamnesis) atau keluarga pasien (allo anamnesis).

Tujuan pertama anamnesis adalah memperoleh data atau informasi tentang permasalahan

yang sedang dialami atau dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat

maka informasi yang didapatkan akan sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan tidak

jarang hanya dari anamnesis saja seorang dokter sudah dapat menegakkan diagnosis. Secara

umum sekitar 60-70% kemungkinan diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya dengan

anamnesis yang benar.2

Saat menganamnesa, perlu ditanyakan adanya angina (nyeri dada), dispnea (kelihatan sulit

bernafas), palpitasi (merasakan denyut jantung sendiri), edema perifer (pembengkakan akibat

timbunan cairan di ruang perifer), sinkop (kehilangan kesadaran), kelelahan dan kelemahan.

Namun pada anak, perlu di anamnesis kepada orang terdekatnya yang mengetahui keadaan sang

anak. Apakah ada biru, cepat lelah saat menetek atau menangis, sering tertidur namun bangun

lagi karena lapar, sesak, dan lain sebagainya.1,2

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi saja terkadang sudah memberikan banyak informasi berharga. Segala

pengamatan seperti warna kulit, bentuk tubuh, dan pola pernafasan, kerja pernafasan, dan

gambaran umum pasien harus dilaporkan juga.2

Pemeriksaan fisik yang dilakukan ialah seperti pada umumnya terdiri dari inspeksi,

perkusi, palpasi dan auskultasi. Penemuan-penemuan khusus setiap penyakit akan langsung

dibahas dalam halaman berikutnya.

2

Page 3: PBL Blok 19 Gari

Yang perlu diperhatikan saat pemeriksaan fisik, antara lain: denyut dan tekanan arteri,

tekanan dan denyut vena, gerakan prekordial, dan bunyi jantung.

Inspeksi

Sianosis seperti yang ditampakkan pada penderita tetralogi Fallot, adalah warna kebiruan

pada kulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh kadar hemoglobin tereduksi lebih dari 5 g/dl.

Jari-jari tabuh mulai tampak setelah usia beberapa bulan atau menjelang 1 tahun. Gigi-

geligi sering dalam keadaan buruk, seperti pada kelainan jantung sianotik lainnya, akibat

gangguan perkembangan email. Sering terjadi hipertrofi gusi dan lidah menunjukkan gambaran

peta (geographic tongue). 1-3

Untuk pemeriksaan toraks dan jantung, perhatikan apakah ada kelainan bentuk dada, kecepatan

pernapasan, warna dan lesi di kulit, serta iktus kordisnya.

Palpasi

Dengan mempergunakan ujung-ujung jari atau telapak tangan, tergantung rasa

sensitivitasnya, meraba-raba area apeks, trikuspidal, septal, pulmonal, dan aorta. Yang diperiksa: 1-3

Thrill, yaitu getaran yang terasa pada tangan pemeriksa. Hal ini dapat diraba karena adanya

bising yang minimal derajat 3. Dibedakan thrill sistolik atau diastolik tergantung di fase mana

berada.

Heaving, yaitu rasa gelombang yang kita rasakan di tangan kita.

Lift, yaitu rasa dorongan terhadap tangan pemeriksa.

Ictus cordis, yaitu pulsasi di apeks. Diukur berapa diameternya dimana normal adalah 2 cm

dan ditentukan lokasinya yang biasanya terletak pada 2 jari medial dari garis midklavikula

kiri.

Perkusi

Perkusi dinding dada bayi dan anak kecil biasanya tidak memberi informasi yang akurat

mengenai besar dan bentuk jantung. Inspeksi dan palpasi yang cermat dapat memberikan

informasi yang lebih baik. Pemeriksaan foto toraks yang mudah dilakukan dimana-mana

merupakan cara terbaik untuk menentukan besar dan bentuk jantung. 1-3

3

Page 4: PBL Blok 19 Gari

Auskultasi

Bunyi jantung normal terdiri atas bunyi jantung I (BJ I) dan bunyi jantung II (BJ II). Di

area apeks dan trikuspidal, BJ I lebih keras daripada BJ II, sedangkan di area basal yaitu

pulmonal dan aorta, BJ I lebih lemah daripada BJ II. Untuk kepentingan praktis, BJ I dianggap

semata-mata disebabkan oleh penutupan katup mitral dan trikuspid, sedangkan BJ II disebabkan

oleh penutupan katup aorta dan pulmonal. Pada penderita tetralogi Fallot akan terdengar BJ I

keras disebabkan oleh penutupan katup trikuspid yang kuat. BJ II lemah pada sela iga II kiri;

keras dan split pada sela iga IV kiri

Pada skenario didapat kan hasil pemeriksaan nya adalah terdengar bising SEM grade 3 pada

ICS IV sternal kiri. 1-3

Pemeriksaan Penunjang

Radiologis

Cardio-thoracic ratio pasien tetralogi Fallot biasanya normal atau sedikit membesar dan

lapangan paru kurang tervaskularisasi, menunjukkan pengurangan aliran darah pulmonal. Akibat

terjadinya pembesaran ventrikel kanan dengan konus pulmonalis yang hilang, maka tampak

apeks jantung seperti sepatu (coer en sabot). Corakan vaskular paru berkurang. Aorta asenden

biasanya besar. Pada sekitar 25% penderita terdapat arkus aorta terletak di sisi kanan. Bayangan

vena kava superior dapat juga berpindah ke kanan.1,4-6

Gambar 1. Foto thorax pada tetralogi fallot.7

4

Page 5: PBL Blok 19 Gari

Ekokardiografi

Ekokardiografi merupakan prosedur pemeriksaan menggunakan gelombang ultrasonik

sebagai media pemeriksaan. Ekokardiogram memberi informasi penting tentang struktur,

gerakan bilik, katup, dan setiap masa pada jantung. Ekokardiogram ini ada yang model M, dua

dimensi, dopler, dan transesofageal. 1,4-6

Ekokardiografi dua dimensi dapat memperlihatkan setiap kelainan pada tetralogi Fallot dan

menentukan hubungan antar ruang ventrikel dan atrium. Tampak dilatasi aorta, overriding aorta

dengan dilatasi ventrikel kanan, penurunan ukuran atau hipoplasia arteri pulmonalis, stenosis

katup pulmoner, dan penurunan aliran darah ke paru. Pemeriksaan Doppler mengkonfirmasi

keparahan obstruksi dan menunjukkan turbulensi sistolik pada arteri pulmonalis utama. 1,4-6

Diagnosis Kerja

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapatkan maka diagnosis kerjanya à

Tetralogi Fallot. 1,4-6

Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai

dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal,

overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan. Komponen yang paling penting dalam

menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat.

Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat. Tetralogi Fallot (TOF) adalah

penyakit jantung bawaan tipe sianotik. Kelainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan

dimana terjadi defek atau lubang  dari bagian infundibulum septum intraventrikular (sekat antara

rongga ventrikel) dengan syarat defek tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang aorta.

Sebagai konsekuensinya, didapatkan adanya empat kelainan anatomi sebagai berikut : 1,4,5

Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga ventrikel.

Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari

bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan menimbulkan

penyempitan.

Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri

mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta  keluar dari bilik kanan.

5

Page 6: PBL Blok 19 Gari

Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena peningkatan

tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal. . 1,4-6

Gambar 2. Jantung normal dan Jantung TOF.8

Pada penyakit ini yang memegang peranan penting adalah defek septum ventrikel dan

stenosis pulmonalis, dengan syarat defek pada ventrikel paling sedikit sama besar dengan lubang

aorta. Tetralogi Fallot adalah kelainan jantung sianotik paling banyak yang tejadi pada 5 dari

10.000 kelahiran hidup dan merupakan kelainan jantung bawaan nomor 2 yang paling sering

terjadi. TF umumnya berkaitan dengan kelainan jantung lainnya seperti defek septum atrial.4,5

6

Page 7: PBL Blok 19 Gari

Diagnosis Banding

Ventrikel septum defek (VSD)

Defek septum ventrikel merupakan kelainan jantung bawaan yang paling sering

ditemukan. Lokasi tersering adalah di pars membranasea tetapi kadang ditemukan pula pada

septum pars muskularis. Dapat ditemukan hanya kelainan ini saja, namun ada pula yang multipel

defek. 25-30% anak dengan VSD ditemukan kelainan jantung lain. 1,4-6

Perjalanan penyakit VSD terdapat empat kemungkinan: 1,4-6

1. Defek mungkin menutup spontan. Mungkin terjadi pada 50% kasus biasanya pada awal

masa kanak-kanak dini tetapi kadang pada akhir masa kanak-kanak akhir, remaja atau

dewasa.

2. Ukuran defek mungkin menetap. Karena jantung mengalami pertumbuhan selama masa

kanak-kanak, defek tersebut menjadi relatif lebih kecil.

3. Stenosis saluran keluar ventrikel kanan (infundibulum) mungkin terjadi. Stenosis ini akan

meningkatkan tekanan didalam ventrikel kanan dan terus menerus menurunkan ukuran

pirau kiri ke kanan. Akhirnya pirau akan terbalik dan anak menjadi sianotik. Sebenarnya

anak tersebut mengalami tetralogi fallot.

4. Hipertensi pulmonal progresif mungkin terjadi. Jika pirau kiri ke aknan besar, aliran

darah paru yang besar akan merusak pembuluh darah yang lebih kecil secara ireversibel

dan menimbulkan hipertensi pulmonal. Hal ini menyebabkan VSD menjadi tidak dapat

dibedah dan sangan menurunkan harapan hidup anak tersebut.

Gambar 3. Ventricular septum defek.8

7

Page 8: PBL Blok 19 Gari

Gambaran klinis tergantung pada ukuran defek dan hipertensi pulmonal.

Pada defek septum ventrikel kecil anak yang menderita kelainan ini tidak memperlihatkan

gejala klinis. Bising jantung sering ditemukan pada pemeriksaan rutin. Anak tampak sehat,

kemerahan, nadi normal, dan jantung tidak membesar. Biasanya terdapat thrill pada tepi kiri

sternum bawah. Pada auskultasi terdengar bising pansistolik yang keras pada lokasi yang sama

akibat aliran darah melalui defek. Bunyi jantung normal. . 1,4-6

Pada pemeriksaan penunjang rontgen thoraks dan EKG biasanya normal, kateterisasi jantung tak

diperlukan.

Pada kelainan ini terdapat resiko terjadinya endokarditis bakterialis. Oleh karena itu, antibiotik

profilaksis perlu diberikan pada saat ekstrasi gigi dan lainnya.

Pada defek septum ventrikel sedang, gejala biasanya timbul pada bayi yaitu sesak nafas

saat minum dan menangis, gagal tumbuh, serta infeksi paru berulang . ketika anak bertambah

usia, gejala cenderung berkurang dan mungkin hilang sama sekali akibat penutupan defek secara

relatif atau nyata. 1,4-6

Pemeriksaan fisik: bayi mengalami sesak nafas saat istirahat tetapi tampak kemerahan

dengan nadi normal. Jantung membesar klinis dengan aktivitas ventrikel meningkat. Terdapat

thrill sistolik . pada auskultasi terdengar bising pansistolik yang kasar dan puktum maksimum

pada lokasi tersebut. Bunyi jantung II terdengar terpisah dan katup pulmonal mungkin terdengar

lebih keras dari normal. 1,4-6

Pemeriksaan penunjang: rontgen thoraks memperlihatkan kardiomegali, pembesaran

arteri pulmonalis dan plethora paru. EKG menunjukkan hipertrofi biventrikuler karena kedua

ventrikel terlibat. Kateterisasi harus dilakukan jika anak tidak menunjukkan perbaikan dengan

bertambahnya usia atau bila ditemukan hipertensi pulmonal.

Pengobatan: jika gejala menonjol sebaiknya diberikan diuretik. Pembedahan hendaknya

dihindari karena ada kecendrerungan perbaikan spontan, kecuali ada gejala terus menerus dan

timbulnya hipertensi pulmonal. 1,4-6

Defek septum ventrikel besar jika resistensi pembuluh darah paru mencapai minimal

pada umur 3 bulan, pirau yang terjadi melalui defek yang besar dan mengakibatkan gagal

jantung. Gejala sesak nafas pada pemberian minum biasanya mendahului keadaan tersebut, dan

8

Page 9: PBL Blok 19 Gari

berkeringat merupakan gejala yang sering ditemukan. Bayi mungkin sakit berat disertai gagal

jantung kongestif dan mempunyai kecenderungan tinggi infeksi paru yang sering mencetuskan

episode gagal jantung.

Pemeriksaan fisik: bayi biasanya kurang gizi, sesak nafas, tampak sakit. Jika terdapat

edema paru yang jelas, akan tampak sianotik. Jantung membesar secara klinis dengan

peningkatan aktivitas ventrikel dan terdapat thrill sistolik. Tanda gagal jantung akan tampak.

Pada auskultasi terdengar bisisng sistolik keras yang disebabkan oleh peningkatan aliran darah

melalui katup pulmonal. Bising ejeksi sistolik pulmonal dan middiastolik mitral biasanya

terdengar dan bunyi jantung dua komponen pulmonal mengeras.

Pemeriksaan penunjang: rontgen thoraks menunjukkan kardiomegali yang nyata, arteri

pulmonalis besar dan phletora paru. EKG memperlihatkan hipertrofi ventrikel kanan dan kiri.

Ekokardiografi akan memperlihatkan defek sedangkan kateterisasi diperlukan untuk mengukur

besar pirau dan tekanan arteri pulmonalis. 1,4-6

Pengobatan: pengobatan awal adalah medikamentosa. Bayi dengan gagal jantung dirawat

dalam posisi setengah duduk. Diuretika diberikan bersama-sama dengan dengan suplemen

kalsium atau diberi diuretik hemat kalium seperti spironolakton. Keberhasilan terapi dinilai

dengan pertimbangan berat badan secara berkala dan pencatatan ukuran hati. Jika gagal jantung

berespon terhadap pengobatan berat badan akan menurun dengan cepat dan ukuran hati

mengecil. Jika bayi tak berespon diperlukan penutupan dengan pembedahan. Pembedahan paling

baik dilakukan dalam satu tahap dengan menggunakan pintasan kardiopulmoner. Pembedahan

seperti ini pada bayi yang sakit memerlukan keterampilan medis dan bedah yang terbaik. Cara

pembedahan alternatif adalah menempatkan pita pengerut disekitar basal arteri pulmonalis yang

mengurangi pirau. Pembedahan kedua diperlukan untuk mengangkat pita dan menutup defek.1,6,7

Etiologi

Penyakit jantung bawaan merupakan kelainan yang disebabkan oleh gangguan

perkembangan sistem kardiovaskuler pada masa embrio. Terdapat peranan faktor endogen dan

eksogen: 1,4-6

1. Lingkungan. Diferensiasi bentuk jantung lengkap pada akhir bulan kedua kehamilan.

Faktor penyebab PJB terutama terdapat selama dua bulan pertama kehamilan ialah

rubela, virus, talidomid, obat-obatan dan radiasi.

9

Page 10: PBL Blok 19 Gari

2. Hereditas. Faktor genetik memegang peranan kecil, sedangkan kelainann kromosom

biasanya tidak terdapat. Walau demikian beberapa keluarga memiliki insiden PJB tinggi

dengan jenis yang sama pada anggota keluarga yang sama.

Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti,

tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka

kejadian penyakit jantung bawaan : 1,4-6

1. Faktor Prenatal :

Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.

Ibu alkoholisme.

Umur ibu lebih dari 40 tahun.

Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.

Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.

2. Faktor Genetik :

Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.

Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.

Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.

Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

Epidemiologi

Kelainan jantung merupakan kelainan bawaaan yang banyak terjadi, dengan kejadian 8 di

antara 1000 kelahiran. Di antara bayi-bayi yang lahir dengan cacat jantung terdapat suatu

spektrum derajat penyakit jantung kongenital tersebut; sekitar 2 – 3 / 1000 bayi yang lahir

dengan penyakit jantung kongenital itu akan memperlihatkan gejala pada tahun pertama

kelahiran. 1,4-6

10

Page 11: PBL Blok 19 Gari

Tabel 1. Frekuensi Relatif Penyakit Jantung Bawaan.8

Jenis Penyakit Perkiraan rata-rata

(%)

Defek septum ventrikel 20

Defek septum atrium 10

Duktus ateriosus persisten 10

Stenosis pulmonal 10

Tetralogi Fallot 10

Stenosis aorta 10

Transposisi arteri besar 5 – 10

Atresia tricuspid 0,5 – 2

Anomali Ebstein 1

Dan lain-lain < 1

Tetralogi Fallot mewakili sekitar 10% dari kasus penyakit jantung bawaan (PJB), terjadi

pada 3-6 bayi untuk setiap 10.000 kelahiran, dan merupakan penyebab paling umum dari PJB

sianotik. Gangguan ini menyumbang sepertiga dari semua PJB pada pasien yang lebih muda dari

15 tahun. 1,4-6

Patofisiologi

Tetralogi fallot adalah kelainan daerah konotrunkal yang paling sering dijumpai. Cacatnya

disebabkan oleh pemisahan konus yang tidak merata, karena pergeseran letak sekat trunkus dan

konus ke depan. Sehingga pergeseran itu menimbulkan empat perubahan kardiovaskuler, yaitu : 1,4-6

stenosis infundibularis pulmonalis.

cacat yang besar pada septum interventrikularis.

overriding aorta ( aorta yang keluar langsung di atas sekat yang cacat).

hipertrofi dinding ventrikel karena tekanan sisi kanan yang lebih tinggi.

Karena adanya VSD yang besar dan stenosis pulmonal maka akan terjadi perubahan

hemodinamik. Stenosis pulmonal yang terjadi itu menyebabkan darah yang berasal dari vena

11

Page 12: PBL Blok 19 Gari

cava superior dan inferior seluruhnya akan tertampung dalam ventrikel kanan. Kemudian masuk

ke aorta tanpa membebani ventrikel kiri, sehingga timbul hipertrofi ventrikel kanan sedangkan

ventrikel kiri relatif kecil. VSD tersebut menyebabkan terjadinya shunt kanan ke kiri sehingga

timbul sianosis. Stenosis pulmonal menyebabkan aliran darah ke pulmo jadi menurun sehingga

terjadi hipoksemia yang dikompensasi dengan polisitemia. 1,4-6

Kelainan jantung congenital menyebabkan dua perubahan hemodinamik utama. Shunting atau

percampuran darah arteri dari vena serta perubahan alirandarah pulmonal dan tekanan darah.

Normalnya, tekanan pada jantung kanan lebih besar dari pada sirkulasi pulmonal. Shunting

terjadi apabila darah mengalir melalui lubang abnormal pada jantung sehat dari daerah yang

bertekanan lebih tinggi kedaerah yang bertekanan rendah, menyebabkan darah yang

teroksigenisasi mengalir ke dalam sirkulasi sistemik. Aliran darah pulmonal dan tekanan darah

meningkat bila ada keterlambatan penipisan normal serabut otot lunak pada arteriola pulmonal

sewaktu lahir.Penebalan vascular meningkatkan resistensi sirkulasi pulmonal, aliran

darahpulmonal dapat melampaui sirkulasi sistemik dan aliran darah bergerakdari kananke

kiri.Perubahan pada aliran darah, percampuran darah vena dan arteri, serta kenaikan tekanan

pulmonal akan meningkatkan kerja jantung.Manifestasi dari penyakit jantung congenital yaitu

adanya gagal jantung,perfusi tidak adekuat dan kongesti pulmonal. 1,4-6

Pengembalian vena sistemis ke atrium kanan dan ventrikel kanan berlangsung normal. Ketika

ventrikel kanan menguncup dan menghadapi stenosis pulmonalis, maka darah akan dipintaskan

melewati cacat septum ventrikel tersebut ke dalam aorta. Akibatnya terjadi ketidakjenuhan darah

arteri dan sianosis menetap. Aliran darah paru – paru, jika dibatasi hebat oleh obstruksi aliran

keluar ventrikel kanan, dapat memperoleh pertambahan dari sirkulasi kolateral bronkus dan

kadang – kadang dari suatu duktus arteriosus menetap. Puncak tekanan – tekanan sistolis dan

diastolis di dalam setiap ventrikel biasanya sama, seperti juga halnya dengan tekanan rata – rata

pada kedua atrium. Suatu perbedaan atau penurunan tekanan darah yang dapat diukur yang

disebabkan oleh stenosis pulmonal, hampir selalu di jumpai diseberang aliran keluar ventrikel

kanan. Jika terdapat obstruksi terhadap aliran keluar ventrikel kanan dan cacat septum ventrikel,

tanpa disertai pintasan dari kanan ke kiri, maka anomali demikian dinamakan Fallot asianosis. 1,4-

6

12

Page 13: PBL Blok 19 Gari

Gejala Klinis

Anak dengan TOF umumnya akan mengalami keluhan :

Sesak saat beraktivitas.

Berat badan bayi tidak bertambah.

Pertumbuhan berlangsung lambat.

Jari tangan clubbing (seperti tabuh genderang).

Kebiruan : Kebiruan akan muncul saat anak beraktivitas, makan/menyusu, atau menangis

dimana vasodilatasi sistemik (pelebaran pembuluh darah di seluruh tubuh) muncul dan

menyebabkan peningkatan shunt dari kanan ke kiri (right to left shunt). Darah yang

miskin oksigen akan bercampur dengan darah yang kaya oksigen dimana percampuran

darah tersebut dialirkan ke seluruh tubuh. Akibatnya jaringan akan kekurangan oksigen

dan menimbulkan gejala kebiruan. 1,4-6

Tetralogi Fallot merupakan salah satu penyakit jantung bawaan yang menunjukkan gejala klinis

biru. Sianosis merupakan satu dari manifestasi tetralogi yang paling nyata, mungkin tidak

ditemukan pada waktu lahir. Pada sebagian pasien, sianosis baru tampak setelah bayi berusia

beberapa minggu bahkan beberapa bulan pascalahir. Pada bayi, terutama usia 2 – bulan dapat

terjadi serangan sianotik (sianotic spells) akibat terjadinya iskemia serebral sementara.6 Pasien

tampak biru, pucat, dengan pernapasan Kussmaul. Pada usia tahun pertama, sianosis akan

terjadi dan tampak paling menonjol pada mukosa bibir dan mulut serta pada kuku jari-jari

tangan dan kaki. Dengan adanya sianosis berat, maka kulit tampak berwarna biru kehitaman dan

sklera berwarna kelabu akibat kongesti pembuluh darah yang memberikan petunjuk adanya

konjungtivitas ringan. Sianosis sentral sebagai gejala klinik tetralogi Fallot biasanya akan

memburuk waktu aktivitas fisik dan bila terdapat gangguan sentral sebagai penyebab sianosis,

sianosis perifer harus ada juga. 1,4-6

Squatting pada umumnya terdapat pada anak prasekolah, sedangkan anak yang lebih besar jarang

melakukannya karena malu; mereka akan berhenti melakukan aktivitas fisis sebelum merasa

harus jongkok. Manuver ini mengakibatkan peningkatan saturasi oksigen arteri, mungkin melalui

peningkatan tahanan arteri sistemik dan penurunan aliran balik vena sistemik.

13

Page 14: PBL Blok 19 Gari

Sesak napas (dispneu) merupakan keluhan subjektif yang timbul bila ada perasaan tidak nyaman

maupun ganggauan atau kesulitan lainnya saat bernapas yang tidak sebanding dengan tingkat

aktivitasnya.7 Dispnea terjadi bila pasien melakukan aktivitas fisik. Gejala objektif sesak napas

termasuk juga penggunaan otot-otot pernapasan tambahan (sternokleidomastoideus, scalenus,

trapezius, pectoralis mayor), pernapasan cuping hidung, takipneu, dan hiperventilasi. Serangan-

serangan dispnea paroksismal terutama merupakan masalah selama 2 tahun pertama kehidupan

pasien. Bayi tersebut menjadi dispne dan gelisah, sianosis yang bertambah berat, pasien mulai

sulit bernapas dan disusul dengan terjadinya sinkop. Pada bayi dan anak kecil, serangan

hiperpnea paroksismal dan peningkatan sianosis dapat terjadi secara spontan atau sesudah makan

pagi atau menangis yang lama. 1,4-6

Penatalaksanaan Medikamentosa

Pengobatan bertujuan meningkatkan segera aliran darah pulmonal untuk mencegah

terjadinya gejala-gejala sisa hipoksia berat. Di antaranya adalah: 1,4-6

Pemberian oksigen. Penting sekali untuk mempertahankan oksigenasi dan suhu tubuh

normal untuk meminimalkan kebutuhan oksigen. Hipoksemia parah yang berkepanjangan

dapat berkembang menjadi syok, kegagalan pernafasan dan asidosis yang tidak dapat

dikendalikan, serta dapat menurunkan harapan penderita untuk dapat melewati kateterisasi

jantung dan pembedahan dengan selamat, meskipun lesi dapat diperbaiki melalui

pembedahan.

Pemberian prostaglandin E1. Prostaglandin E1 merupakan suatu relaksan kuat dan spesifik

terhadap otot polos duktus, akan menyebabkan terjadinya pelebaran duktus arteriosus

sehingga memungkinkan aliran darah pulmonal yang memadai, sebelum prosedur

pembedahan dilakukan. Prostaglandin E1 paling baik diberikan secara intravena; perifer atau

sentral, dengan pompa infus konstan dan efektif pada dosis 0,005 – 0,10 mg/kg/mnt; sering

dosis dapat diturunkan bila patensi duktus tercapai.

Pemberian propanolol 0,1 mg/kgBB IV untuk pengobatan akut serangan sianotik. Untuk

mencegah terulangnya serangan sianotik diberikan propanolol peroral 1 – 2 mg/kg/hari

dibagi dalam 2 dosis.

Pemberian morfin sub-kutan atau IV 0,1 mg/kgBB terutama efektif dalam menghentikan

serangan lama atau berat.

14

Page 15: PBL Blok 19 Gari

Pemberian preparat besi. Karena serangan sianotik lebih sering terjadi pada pasien dengan

anemia, maka bila terdapat anemia relatif akibat defisiensi besi perlu diberikan preparat besi

sampai kadar hemoglobin mencapai 16 – 18 g/dl dan hematokrit 55 – 65%

Penatalaksanaan Non Medika Mentosa

         Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah seperti jongkok.

         Perhatikan kebersihan mulut dan gigi untuk meniadakan sumber infeksi terjadinya

endokarditis infektif atau abses otak.

Kurangi aktivitas fisik anak.

         Hindari dehidrasi.1,4-6

Tindakan Bedah

Pembedahan adalah pengobatan definitif untuk pasien sianosis dengan tetralogi Fallot.

Terdapat dua pilihan dalam terapi bedah pada tetralogi. Pertama adalah koreksi total, dan kedua

bedah paliatif pada masa bayi untuk kemudian dilakukan koreksi total kemudian. Pada bayi dan

anak dengan A.pulmonalis yang tidak berkembang serta cincin katup pulmonal yang kecil, lebih

baik dilakukan operasi paliatif dulu. Di negara maju, pada bayi di atas 3 bulan dengan jalan

keluar ventrikel kanan serta A.pulmonalis yang lebih baik sudah dapat dilakukan koreksi total

dengan mortalitas di bawah 10%. 1,9

Bedah paliatif yang biasa dilakukan adalah operasi B-T (Blalock Taussig) Shunt yang

bertujuan meningkatkan sirkulasi pulmonal dengan menghubungkan A.subklavia dengan

a.pulmonalis yang ipsilateral. Akhir-akhir ini lebih disukai penggunaan bahan sintetik untuk

menghubungkan arkus aorta dengan A.pulmonalis, sehingga A.subklavia tetap dipertahankan.

Operasi paliatif lainnya adalah operasi Waterson (anastomosis sisi ke sisi aorta asendens dengan

A.pulmonalis kanan) dan operasi Potts (anastomosis bagian atas aorta desendens dengan

A.pulmonalis kiri). Kedua prosedur tersebut mempunyai frekuensi komplikasi gagal jantung

kongestif dan hipertensi paru dengan awitan lambat yang lebih tinggi, demikian pula kesulitan

teknis yang lebih besar pada penutupan pintasan di kemuadian hari. Prosedur Brock, yang kini

tidak populer lagi, adalah tindakan bedah pada tetralogi Fallot dengan melakukan reseksi

obstruksi jalan keluar ventrikel kanan atau valvulotomi katup pulmonal. 1,9

15

Page 16: PBL Blok 19 Gari

Pada koreksi total tetralogi Fallot dilakukan reseksi jalan keluar ventrikel kanan dan penutupan

defek septum ventrikel. Tindakan koreksi total dapat dilakukan bila umur penderita dan berat

badannya sudah dianggap cukup untuk dapat menerima tindak bedah besar, dan memenuhi

syarat hukum sepuluh, yaitu berat badan sepuluh pon (sekurang-kurangnya 5 kg) dan umur

minimal 10 minggu. Hasil pembedahan saat ini memuaskan. 1,9

Komplikasi

Pasien dengan penyakit jantung congenital terancam mengalamiberbagai komplikasi antara lain: 1,4-6

1. Gagal jantung kongestif / CHF.

2. Renjatan kardiogenik/ Henti Jantung.

3. Aritmia.

4. Endokarditis bakterialistis.

5. Hipertensi.

6. Hipertensi pulmonal.

7. Tromboemboli dan abses otak.

8. Obstruksi pembuluh darah pulmonal.

9. Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur).

10. Enterokolitis nekrosis.

11. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia

bronkkopulmoner).

12. Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit.

13. Hiperkalemia (penurunan keluaran urin).

14. Gagal tumbuh.

Prognosis

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa prognosis pasien tetralogi fallot tanpa operasi adalah

tidak baik, meskupun hal ini bergantung pada beratnya stenosis pulmonal dan terbentuknya

sirkulasi kolateral. Pasien dengan dispnea deffort jarang bertahan sampai besar. Pasien tetralogi

16

Page 17: PBL Blok 19 Gari

fallot derajat sedang dapat bertahan sampai umur 15 tahun, dan hanya sebagian kecil yang hidup

sampai dekade ketiga. 1,4-6

Pencegahan

Tetralogi Fallot merupakan suatu penyakit jantung bawaan yang penyebabnya jarang

diketahui dengan pasti. Untuk itu diperlukan komunikasi yang baik antara dokter dan ibu hamil

tentang pentingnya menghindari dari kemungkinan terkena berbagai faktor, yaitu: 1,4-6

Genetik : memastikan kepada ibu hamil bahwa tidak ada di antara keluarganya yang

menderita penyakit jantung bawaan atau penyakit menurun lainnya. Jika sebelumnya si ibu

telah memiliki anak dengan penyakit jantung bawaan, komunikasikan untuk tidak memiliki

anak lagi karena risiko terkena penyakit jantung bawaan akan semakin besar.

Obat-obatan : memastikan ibu hamil tidak mengkonsumsi obat-obatan yang bersifat

teratogenik, seperti : talidomid, antagonis asam folat, difenilhidantoin, trimetadion,

dekstroamfetamin, litium, klorida progesterone/estrogen dan warfarin.

Alkohol dan rokok : alkohol dan rokok juga mengandung bahan yang bersifat teratogenik.

Sinar X : Seorang wanita hamil yang terlalu banyak terkena radiasi, secara potensial

menghadapi risiko teratogenis dan telah menyebabkan terjadinya beberapa penyakit jantung

bawaan.

Virus Rubella : viremia pada rubella dapat menetap sampai beberapa minggu sesudah

infeksi, karena itu berikan gamma globulin dalam 10 hari pasca infeksi.

Kesimpulan

Tetralogi Fallot merupakan kelainan jantung bawaan merupakan kelainan jantung bawaan

sianotik yang paling banyak dijumpai, menempati urutan keempat setelah defek septum

ventrikel, defek septum atrium, dan duktus arteriosus persisten. Pada sebagian besar kasus,

etiologi penyakit jantung bawaan tidak diketahui. Untuk itu diperlukan komunikasi yang baik

antara dokter dan ibu hamil tentang pentingnya menghindari dari kemungkinan terkena berbagai

faktor, baik faktor dari lingkungan (obat, alkohol, rokok, sinar X, dll) serta faktor dari dalam diri

si ibu.

Pada tetralogi Fallot, perubahan hemodinamik ditentukan oleh besarnya defek septum ventrikel

dan derajat penyempitan stenosis pulmonal. Terdapatnya hipertrofi ventrikel kanan dan

17

Page 18: PBL Blok 19 Gari

dekstroposisi pangkal aorta adalah akibat dari dua kelainan sebelumnya. Pada bayi, terutama usia

2 – bulan dapat terjadi serangan sianotik (sianotic spells). Pasien tampak biru, pucat, dengan

pernapasan Kussmaul. Keadaan biru disebabkan karena aliran pintas dari kanan ke kiri yaitu

darah vena dari ventrikel kanan ke arah aorta yang menghadap ke kanan melalui defek septum

ventrikel yang berada di bawah katup aorta.

Tepatnya penatalaksanaan, baik secara medikamentosa, non medikamentosa, dan tindakan bedah

sangat menentukan untuk kelangsungan hidup anak mengingat masalah yang komplit yang dapat

terjadi bahkan dapat menimbulkan kematian yang diakibatkan karena hipoksia, syok maupun

gagal jantung

Daftar Pustaka

1. Staf pengajar ilmu kesehatan anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penyakit

jantung bawaan. Dalam: Buku ajar ilmu kesehatan anak. Jakarta: bagian ilmu kesehatan anak

FK UI; 1991. Hlm.528-98.

2. Bickley LS. Bates : buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Edisi ke-8. Jakarta :

EGC; 2009.

3. Makmun LH, Abdurachman N. Pemeriksaan fisis jantung. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi

B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5. Jilid ke-1.

Jakarta : InternaPublishing; 2009. h. 65 – 8.

4. Latief Abdul, Napitupulu Partogi M. Pudjiadi Antonius, Ghazali M.V. Putra Sukman Tulus.

Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 2. Jakarta : Universitas Indonesia; 2007. hal: 725-728.

5. Behrman Richard E. Vaughan Victor. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 2. Jakarta: ECG; 2005.

hal: 726-733.

6. Putra ST, Nurhamzah W, Zacharia J, Sudjatmiko. Ilmu kesehatan anak. Jakarta : FKUI;

1991. h. 528 – 97.

7. Gambar Foto thorax pada tetralogi fallot. Diunduh dari :

http://emedicine.medscape.com/article/350898-overview. Pada tanggal 24 september 2012.

8. Heru Cahyadi. 2010. Tetralogi Fallot.

http://medicastore.com/penyakit/899/Tetralogi_Fallot.html. Diunduh tanggal 24 September

2012.

9. De Jong W, ed. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta : EGC; 1997. h. 579 – 90.

18