Naskah Ujian- Skizoafektif Tipe Depresi
description
Transcript of Naskah Ujian- Skizoafektif Tipe Depresi
NASKAH UJIAN PSIKIATRI
SKIZOAFEKTIF TIPE DEPRESI
Disusun Oleh :Widya Febriani
1210221047
Pembimbing :dr. Mardi Susanto, SpKJ (K)
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ‘VETERAN’ JAKARTA
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWARSUP PERSAHABATAN JAKARTA
2014
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.F
Usia : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pendidikan : D2 Perhotelan
Pekerjaan : Penjaga toko barang antik
Alamat : Cibubur
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 10 Maret 2014
pukul 12.00 WIB di Poliklinik Psikiatri RS Persahabatan.
a. Keluhan Utama
Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri untuk kontrol rutin dan obat sudah
habis.
b. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang sendirian ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan tanggal
10 Maret 2014 pukul 12.00 WB untuk kontrol rutin dan obat sudah habis. Saat ini
pasien masih mendengar suara-suara yang menyuruh pasien untuk bunuh diri, susah
tidur serta merasakan bahwa orang-orang sekitar sedang membicarakan pasien dan
ingin mencelakakan pasien. Pasien mengatakan kalau pasien sudah lama tidak minum
obat karena tidak mempunyai uang untuk membeli obat sehingga gejala pasien
muncul lagi. Pasien dibawa oleh keluarganya ke RSCM 2 bulan yang lalu dan dirawat
inap selama 2 minggu.
Sejak 14 tahun yang lalu tepatnya tahun 2000 pasien mulai menunjukkan
perilaku yang tidak wajar dari kehidupan sehari-harinya. Pasien merasa mendengar
suara-suara yang menyuruh pasien untuk bunuh diri padahal disekitar pasien tidak
ada orang lain yang timbul saat bengong. Serta merasa orang disekitarnya sedang
membicarakan pasien dan ingin mencelakakan pasien yang timbul saat pasien sedang
berada di keramaian.
Pasien merupakan tamatan D2 perhotelan yang awalnya pernah bekerja di
hotel grand menteng, tetapi karena pasien tertarik dengan cerita teman pasien yang
bekerja di kapal pesiar maka pasien mencari informasi tentang cara untuk bekerja di
kapal pesiar. Setelah didapatkan informasi, ternyata salah satu syarat untuk bekerja di
kapal pesiar itu adalah pasien harus mempunyai pengalaman bekerja di hotel yang
berbintang sehingga pasien memutuskan untuk pindah bekerja di hotel ibis acort di
daerah kota selama 2 tahun.
Pasien lalu mendaftarkan diri untuk mengikuti test untuk bekerja di kapal
pesiar. Pasien awalnya gagal, tetapi setelah mencoba hingga ke tiga kali, pasien
akhirnya diterima di kapal pesiar American Crush Line. Pasien bekerja di bagian bar
sebagai asisten bartender tetapi hanya bertahan selama lebih dari 5 tahun. Pasien
merasa kecewa saat bekerja di sana karena pasien telah lama bekerja di sana tetapi
tidak kunjung diangkat sebagai manager sedangkan orang lain yang baru bekerja
cepat diangkat sebagai manager training. Karena pasien tidak suka, maka pasien
memprovokatori teman-teman pasien agar kerjanya menjadi lambat.
Pasien diadukan oleh manager training kepada kapten kapal karena ketahuan
memprovokatori sehingga pasien dipecat. Selanjutnya pasien melamar pekerjaan
kembali dan akhirnya diterima bekerja di kapal pesiar lainnya yaitu Carnival Crush
Line menjadi asisten bartender kembali. Di kapal itu kapasitas kapal terlalu besar dan
pasien merasa capek karena banyak yang ditangani. Pasien suka merasa kedinginan
padahal teman-temannya tidak merasakan kedinginan.
Pasien berobat di hospital kapal pesiar dan selanjutnya pasien di kirim ke
rumah sakit jiwa di miami selama 2 bulan. Setelah dirasakan membaik pasien di
kirim kembali ke rumahnya di indonesia dengan menggunakan pesawat. Pasien
mengirim email ke kapal pesiar tersebut untuk bekerja kembali tetapi jawaban kapten
kapal bahwa penyakit pasien dapat kambuh kembali sehingga pasien tidak dapat
dipekerjakan di kapal tersebut kembali.
Sejak saat itu pasien merasa sedih dan kecewa. Pasien tidak dapat tidur
karena teringat nasibnya yang tidak diterima lagi oleh kapal pesiar tersebut, timbul
rasa sedih yang berkepanjangan, hilang minat dan keembiraan, rasa mudah lelah,
serta nafsu makan yang menurun pada pasien sehingga pasien menjadi malas untuk
makan. Pasien juga merasa rasa percaya diri pasien berkurang.
Kesedihan pasien bertambah lagi saat pasien melihat pacarnya yang sudah 5
tahun dipacari pasien tetapi terlihat sedang suap-suapan dengan pria lain di suatu
tempat makan, sehingga pasien makin merasa kecewa dan terpukul. Pasien juga saat
itu mulai merasakan mendengar suara-suara yang menyuruh pasien untuk bunuh diri
padahal disekitar pasien tidak ada orang lain yan timbul saat bengong. Serta merasa
orang disekitarnya sedang membicarakan pasien dan ingin mencelakakan pasien yang
timbul saat pasien sedang berada di keramaian.
Pasien sudah mencoba untuk mencari kerja kembali hingga saat tetapi selalu
ditolak . pasien merasa badannya sudah mulai membesar yang membuat pasien susah
untuk mendapatkan pekerjaan. Saat ini pasien bekerja di tempat temannya sebagai
penjaga toko barang antik di daerah taman suropati. Pasien bekerja dari jam 9 pagi
hingga jam 4 sore.
Pasien menyangkal melihat bayangan yang tidak diihat oleh orang lain,
menyangkal bahwa pikirannya pernah seperti tersedot keluar atau ada suatu pikiran
yang masuk kedalam pikirannya. Pasien menyangkal merasakan sesuatu yang
merayap atau menyentuh tubuhnya, menyangkal mencium bau-bau aneh seperti
kemenyan serta menyangkal merasakan sesuatu di lidahnya padahal pasien sedang
tidak makan sesuatu.
Pasien juga menyangkal adanya rasa gembira berlebihan, aktivitas fisik
maupun mental yang berlebihan. Pasien menyangkal bahwa pembawa acara televisi
membicarakannya atau mengajaknya berbicara, menyangkal pernah melihat dirinya
seperti orang lain ketika bercermin, serta menyangkal pernah melihat rumahnya
sebagai lingkungan yang asing.
Semenjak kontrol di Poliklinik Psikiatri RSUP persahabatan sejak tahun
2009 keluhan pasien sudah mulai berkurang dan merasa cocok dengan obat yang
diberikan sehingga pasien ingin kontrol rutin untuk mendapatkan obat tetapi karena
terbentur masalah biaya terkadang pasien tidak dapat datang untuk kontrol rutin.
Pasien tidak pernah megalami keluhan seperti ini sebelumnya, juga tidak didapatkan
riwayat trauma dikepala baik sebelum sakit maupun selama sakit. Pasien mengaku
tidak ada anggota keluarga lain yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.
Pasien tidak mengkonsumsi NAPZA dan tidak merokok.
Pasien merupakan anak ke 1 dari 3 bersaudara, dilahirkan melalui persalinan
normal, tidak ada penyulit selama kehamilan serta tidak ada kelainan fisik. Pasien
dilahirkan dengan bantuan bidan. Dari masa kanak-kanak dan remaja tidak ada
masalah pertumbuhan dan perkembangan. Pasien dapat bersosialisasi dengan
lingkungan dan memiliki banyak teman. Pasien hanya menyelesaikan pendidikannya
sampai selesai D2 Perhotelan. Prestasi pasien selama menjalani pendidikan biasa-
biasa saja dan tidak ada yang menonjol.
Adik pasien yang pertama adalah seoran perempuan yang bekerja sebagai
wiraswasta dengan memiliki kios makanan di daerah Cibubur. Adik pasien ini sudah
bercerai dengan suaminya karena suaminya tidak dapat menghasilkan anak. Adik
pasien yang kedua adalah seorang perempuan yang dulunya bekerja sebagai manager
columbia tetapi saat ini tidak boleh bekerja oleh suaminya sehingga hanya sebagai
ibu rumah tangga dan suaminya bekerja di showroom jual beli mobil. Sudah memiliki
seorang anak yang berusia 3 tahun.
Pasien tinggal di rumah kontrakan di cibubur bersama ibu, adik pasien yang
bungsu, suami adik pasien, anaknya, pembantu, serta baby sitter. Pasien hingga saat
ini belum menikah. Hubungan pasien dengan ibunya baik dan pasien sering cercerita
hanya dengan ibunya saja.
Hubungan pasien dengan adiknya yang pertama tidak akur karena pasien
merasa diremehkan karena sudah tidak bekerja lagi. Ibu pasien juga pernah
meminjam uang dengan teman adik pasien yang pertama tetapi tidak dikembalikan
hingga saat ini sehingga adik pasien yang pertama sudah tidak mau lagi bertemu dan
mengurusi pasien dan ibunya karena kesal. Padahal pasien merasa dulunya saat
pasien masih bekerja, adik pasien yang pertama ini yang mengatur keuangan pasien
dan selalu pasien beri uang, tetapi saat pasien sedang terjatuh saat ini malah adik
pasien meremehkannya.
Adik pasien yang kedua juga mulai meremehkan pasien ketika pasien
memberikan tanggapan atau komentar tentang suatu hal tetapi tidak pernah didengar
dan selalu disalahkan. Padahal saat pasien masih kerja, adik pasien tidak pernah ada
yang berani marah kepada pasien, tetapi saat ini mereka sering sekali marah kepada
pasien tanpa alasan yang jelas.
Awalnya pasien tinggal di rumah pribadi milik amarhum ayahnya yang
meninggal tahun 2002 karena penyakit kencing manis. Sebelum meninggal ayah
pasien berpesan agar rumahnya jangan pernah dijual, tetapi karena adik pasien yang
ingin membahagiakan ibu pasien dan mengajak pasien beserta ibunya tinggal di
rumah pribadinya di rawamangun sehingga rumah pribadi milik ayah pasien di jual.
Setelah 5 tahun menetap di rumah adik kedua pasien, ternyata rumah milik
adik pasien tersebut disita karena terkait hutang dengan kartu kredit yang digunakan
oleh adik pasien dan suaminya sehingga pasien mengontrak bersama mereka hingga
saat ini di daerah cibubur. Pasien merasa tempat tinggal sekarang lingkungannya
kurang akrab karena pasien tinggal di cluster. Hubungan pasien dengan tetangga tidk
begitu baik dan pasien sering merasa tengganya membicarakan pasien dan berniat
ingin mencelakakan pasien.
Pembiayaan pengobatan didapatkan dari suami adik pasien yang bekerja di
showroom tetapi hanya memberi kadang-kadang sehingga pasien tidak dapa berobat
secara rutin. Perekonomian keluarga juga cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari didapatkan dari keluarga adik pasien yang nomor dua dan pansiunan ayah pasien
yang dulunya bekerja sebagai PNS.
Pasien mengaku beragama islam tetapi tidak rutin menjalankan sholat 5
waktu. Pasien menyadari bahwa dirinya sekarang dalam keadaan sedang sakit dan
membutuhkan penyembuhan. Pasien mengatakan bahwa keinginannya sekarang
adalah Dapat sembuh dari penyakitnya, ingin bekerja kembali, dan ingin ke mekah.
c. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Tidak ada gangguan psikiatri sebelumnya.
2. Riwayat Gangguan Medik
Tidak ada gangguan medik sebelumnya.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikotropika/Alkohol
Tidak terdapat riwayat penggunaan zat psikotropika/alkohol.
d. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal
Pasien dilahirkan dalam proses persalinan normal dan tidak ada penyulit selama
masa kandungan dan proses persalinan serta tidak ada kelainan fisik. Pasien
dilahirkan ditolong oleh bidan.
2. Riwayat Masa Kanak-Kanak dan Remaja
Pasien tumbuh dan berkembang sesuai umur sebagaimana anak seumurnya.
Tidak ada gangguan dalam perkembangan dan pertumbuhan. Pasien dapat
bersosialisasi dan berkomunikasi dengan sekitarnya dan memiliki banyak teman.
3. Riwayat Masa Akhir Anak-Anak
Pasien tumbuh dengan baik dan dapat bersosialisasi dengan teman-temannya.
Tidak terdapat masalah dalam kehidupan sosial
4. Riwayat Pendidikan
Pasien mengaku pernah menempuh pendidikan sampai tamat D2 perhotelan.
Prestasi pasien selama menempuh masa pendidikan termasuk biasa-biasa saja
dan tidak ada yang menonjol tetapi tidak pernah tinggal kelas.
5. Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja di hotel dan di kapal pesiar. Tetapi saat ini pasien bekerja
menjaga toko barang antik milik temannya.
6. Riwayat Agama
Pasien menganut agama Islam tetapi tidak rutin menjalankan sholat 5 waktu.
7. Riwayat Pernikahan
Pasien belum menikah
8. Hubungan dengan Keluarga
Pasien tinggal di rumah kontrakan di cibubur bersama ibu, adik pasien yang
bungsu, suami adik pasien, anaknya, pembantu, serta baby sitter. Pasien hingga
saat ini belum menikah. Hubungan pasien dengan ibunya baik dan pasien sering
bercerita hanya dengan ibunya saja. Hubungan pasien dengan adiknya yang
pertama tidak akur karena pasien merasa diremehkan karena sudah tidak bekerja
lagi. Adik pasien yang kedua juga mulai meremehkan pasien dan sering sekali
marah kepada pasien tanpa alasan yang jelas.
9. Aktivitas Sosial
Pasien saat ini merasa tempat tinggal sekarang lingkungannya kurang akrab
karena pasien tinggal di cluster. Hubungan pasien dengan tetangga tidak begitu
baik dan pasien sering merasa tetangganya membicarakan pasien dan berniat
ingin mencelakakan pasien.
e. Riwayat Keluarga
Di keluarga pasien tidak ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan
yang serupa dengan pasien.
f. Riwayat Situasi Sosial Sekarang
Pasien laki-laki usia 40 tahun, anak ke 1 dari 3 bersaudara. Pasien tinggal di
rumah kontrakan di cibubur bersama ibu, adik pasien yang bungsu, suami adik
pasien, anaknya, pembantu, serta baby sitter. Pasien hingga saat ini belum menikah.
Hubungan pasien dengan ibunya baik dan pasien sering bercerita hanya dengan
ibunya saja.
Hubungan pasien dengan adiknya yang pertama tidak akur karena pasien
merasa diremehkan karena sudah tidak bekerja lagi. Ibu pasien juga pernah
meminjam uang dengan teman adik pasien yang pertama tetapi tidak dikembalikan
hingga saat ini sehingga adik pasien yang pertama sudah tidak mau lagi bertemu dan
mengurusi pasien dan ibunya karena kesal. Padahal pasien merasa dulunya saat
pasien masih bekerja, adik pasien yang pertama ini yang mengatur keuangan pasien
dan selalu pasien beri uang, tetapi saat pasien sedang terjatuh saat ini malah adik
pasien meremehkannya.
Adik pasien yang kedua juga mulai meremehkan pasien ketika pasien
memberikan tanggapan atau komentar tentang suatu hal tetapi tidak pernah didengar
dan selalu disalahkan. Padahal saat pasien masih kerja, adik pasien tidak pernah ada
yang berani marah kepada pasien, tetapi saat ini mereka sering sekali marah kepada
pasien tanpa alasan yang jelas. Pasien merasa tempat tinggal sekarang lingkungannya
kurang akrab karena pasien tinggal di cluster. Hubungan pasien dengan tetangga tidk
begitu baik dan pasien sering merasa tengganya membicarakan pasien dan berniat
ingin mencelakakan pasien.
Pembiayaan pengobatan didapatkan dari suami adik pasien yang bekerja di
showroom tetapi hanya memberi kadang-kadang sehingga pasien tidak dapa berobat
secara rutin. Perekonomian keluarga juga cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari didapatkan dari keluarga adik pasien yang nomor dua dan pansiunan ayah pasien
yang dulunya bekerja sebagai PNS.
g. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya
Pasien berharap dapat sembuh dari penyakitnya, ingin bekerja kembali, dan ingin
ke mekah.
III. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Laki-laki berusia 40 tahun, penampilan pasien tampak sesuai dengan usianya,
berpakaian cukup rapi, ekspresi tenang, perawatan diri cukup baik, rambut
pendek berwarna hitam, dan warna kulit sawo matang.
2. Kesadaran Umum : Compos Mentis.
3. Kontak Psikis : Dapat dilakukan pasien dan cukup wajar.
4. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
a. Cara berjalan : Baik.
b. Aktifitas psikomotor : Pasien kooperatif, selama wawancara kontak mata
baik, pasien duduk tenang, tidak ada gerakan involunter, dan dapat
menjawab pertanyaan dengan baik dan cukup jelas.
5. Pembicaraan
a. Kuantitas : Baik, pasien dapat menjawab pertanyaan dokter dan dapat
mengungkapkan isi hatinya dengan jelas.
b. Kualitas : Bicara spontan, volume bicara normal, artikulasi jelas dan
pembicaraan terarah dan dapat dimengerti.
6. Sikap terhadap Pemeriksa : Pasien kooperatif.
B. Keadaan Afektif
1. Mood : Sedih
2. Afek : Terbatas
3. Keserasian : Mood dan afek serasi.
4. Empati : Pemeriksa dapat merasakan perasaan pasien saat ini.
C. Fungsi Intelektual/Kognitif
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
a. Taraf Pendidikan
Pasien mengaku menempuh sekolah hingga tamat D2 perhotelan.
Prestasi pasien biasa-biasa saja dan tidak menonjol selama menempuh
pendidikan serta tidak pernah tinggal kelas.
b. Pengetahuan Umum
Baik, karena pasien dapat menjawab dengan tepat ketika ditanya tentang siapa
presiden RI sekarang.
2. Daya konsentrasi
Daya konsentrasi pasien cukup, pasien dapat mengikuti wawancara
dengan baik dari awal sampai akhir sampai selesai. Pasien tidak dapat
menyebutkan dengan benar jumlah pengurangan 100 – 7 yaitu 93 dan
dilakukan pengulangan pengurangan 7 sampai 5 kali (86, 79, 72, dan 65).
3. Orientasi
a. Waktu : Baik, pasien dapat mengetahui waktu saat berobat yaitu siang
hari.
b. Tempat : Baik, pasien dapat mengetahui sedang berada di Poliklinik
Psikiatri RSUP Persahabatan.
c. Orang : Baik, pasien mengetahui pemeriksa adalah dokter.
d. Situasi : Baik, pasien mengetahui bahwa dirinya sedang berobat dan
berkomunikasi dengan dokter.
4. Daya ingat
a. Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien dapat mengingat dimana SD tempat dia sekolah.
b. Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien datang ke RSUP Persahabatan sendirian naik angkot, pasien
juga dapat mengingat aktivitas yang ia lakukan dari bangun tidur hingga
saat ini.
c. Daya ingat segera
Baik, pasien dapat dengan segera menyebutkan kembali 5 nama benda
yang disebutkan oleh pemeriksa.
d. Akibat hendaya daya ingat pasien
Tidak terdapat hendaya daya ingat pasien saat ini.
e. Pikiran Abstrak
Baik, pasien mengerti makna peribahasa dari “Panjang Tangan” yang
diberikan oleh pemeriksa.
f. Bakat Kreatif
Pasien tidak memiliki bakat kreatif.
g. Kemampuan Menolong Diri Sendiri
Baik, pasien mengerjakan segala sesuatunya sendiri dan mampu mengurus
dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain.
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi dan ilusi
Halusinasi : Terdapat halusinasi auditorik
Ilusi : Tidak terdapat ilusi.
2. Depersonalisasi dan derealisasi
Depersonalisasi : Tidak terdapat depersonalisasi.
Derealisasi : Tidak terdapat derealisasi.
E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
a. Produktifitas : Baik, pasien dapat menjawab dengan spontan bila
diajukan pertanyaan oleh dokter.
b. Kontinuitas : Baik, koheren. Pasien dapat menjawab semua
pertanyaan dengan baik dan cukup jelas. Pembicaraan pasien sampai pada
tujuan.
c. Hendaya bahasa : Tidak terdapat hendaya bahasa pada pasien ini.
2. Isi Pikiran
a. Preokupasi : Tidak terdapat preokupasi.
b. Gangguan pikiran : Terdapat waham kejar.
F. Pengendalian Impuls
Baik, pasien dapat mengendalikan dirinya dan melakukan wawancara
dengan baik.
G. Daya Nilai
1. Norma Sosial
Kurang baik, pasien kurang dapat bersosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya.
2. Uji Daya Nilai
Baik, karena ketika diberikan perumpamaan jika pasien bertemu anak kecil
yang akan menyebrang jalan maka pasien akan membantu anak tersebut untuk
menyebrang jalan.
3. Penilaian Realitas
Pada pasien terdapat gangguan penilaian realitas. Pada pasien terdapat
halusinasi auditorik dan waham kejar.
H. Persepsi Pasien terhadap Diri dan Kehidupannya
Menurut penilaian pemeriksa sebagai dokter terhadap pasien yaitu saat ini
pasien dalam keadaan sakit namun pasien memiliki keinginan untuk sembuh sehingga
pasien mau untuk kontrol ke dokter agar mendapatkan pengobatan.
I. Tilikan/Insight
Tilikan derajat 5, pasien menyadari bahwa dirinya sakit dan gejala-gejala yang
dideritanya atau kegagalan dirinya dala penyesuaian sosial disebabkan oleh perasaan
irrasionalnya atau gangguan sndiri tanpa menerapkan pengetahuan hal ini untuk masa
yang akan datang.
J. Taraf Dapat Dipercaya
Pemeriksa memperoleh kesan bahwa jawaban pasien dapat dipercaya karena
konsistensi dalam menjawab pertanyaan yang diajukan dari awal sampai akhir.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
1. Keadaan Umum : Baik, Compos Mentis.
2. Tanda Vital : TD = 130/90 mmHg; N = 80 x/min
RR = 16 x/min; S = afebris
3. Sistem Kardiovaskular : Kesan dalam batas normal.
4. Sistem Muskuloskeletal : Kesan dalam batas normal.
5. Sistem Gastrointestinal : Kesan dalam batas normal.
6. Sistem Urogenital : Kesan dalam batas normal.
7. Gangguan Khusus : Tidak ada.
B. Status Neurologis
1. Saraf Kranial : Kesan dalam batas normal.
2. Saraf Motorik : Kesan dalam batas normal.
3. Sensibilitas : Kesan dalam batas normal.
4. Susunan Saraf Vegetatif : Tidak ditemukan kelainan.
5. Fungsi Luhur : Tidak ditemukan kelainan.
6. Gangguan Khusus : Tidak ada.
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
a. Pasien laki-laki usia 40 tahun datang untuk kontrol rutin dan obatnya sudah
habis.
b. pasien masih mendengar suara-suara yang menyuruh pasien untuk bunuh diri,
susah tidur serta merasakan bahwa orang-orang sekitar sedang membicarakan
pasien dan ingin mencelakakan pasien.
c. Keluhan muncul awalnya sejak 14 tahun yang lalu
d. Awalnya sejak pasien ingin bekerja kembali setelah sakit tetapi jawaban
kapten kapal bahwa penyakit pasien dapat kambuh kembali sehingga pasien
tidak dapat dipekerjakan di kapal tersebut kembali
e. Sejak saat itu pasien merasa sedih dan kecewa. Pasien tidak dapat tidur karena
teringat nasibnya yang tidak diterima lagi oleh kapal pesiar tersebut, timbul
rasa sedih yang berkepanjangan, hilang minat dan kegembiraan, rasa mudah
lelah, serta nafsu makan yang menurun pada pasien sehingga pasien menjadi
malas untuk makan. Pasien juga merasa rasa percaya diri pasien berkurang.
f. Kesedihan pasien bertambah lagi saat pasien melihat pacarnya yang sudah 5
tahun dipacari pasien tetapi terlihat sedang suap-suapan dengan pria lain di
suatu tempat makan.
g. Pasien tidak pernah mengalami riwayat trauma. Pasien bukan seorang
perokok ataupun pengguna obat-obatan terlarang (NAPZA) dan alkohol.
h. Pasien menyangkal adanya rasa gembira berlebihan, aktivitas fisik maupun
mental yang berlebihan
i. Penilaian terhadap uji daya nilai, orientasi terhadap waktu, tempat, dan
personal baik.
j. Selama wawancara berlangsung pasien cenderung untuk terbuka terhadap
semua pertanyaan.
k. Pasien lahir secara normal, tanpa ada penyulit kelahiran serta cacat bawaan.
l. Pasien menempuh pendidikan hingga tamat D2 perhotelan. Prestasi pasien
biasa-biasa saja dan tidak ada yang menonjol tetapi tidak pernah tinggal kelas
selama masa pendidikan.
m. Penilaian terhadap fungsi kognitif baik.
n. Keadaan umum pasien baik. Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, serta
status neurologis pasien dalam batas normal.
o. Pasien tinggal di rumah kontrakan di cibubur bersama ibu, adik pasien yang
bungsu, suami adik pasien, anaknya, pembantu, serta baby sitter. Pasien
hingga saat ini belum menikah.
p. Hubungan pasien dengan ibunya baik dan pasien sering cercerita hanya
dengan ibunya saja.
q. Hubungan pasien dengan adiknya yang pertama tidak akur karena pasien
merasa diremehkan karena sudah tidak bekerja lagi.
r. Adik pasien yang kedua juga mulai meremehkan pasien ketika pasien
memberikan tanggapan atau komentar tentang suatu hal tetapi tidak pernah
didengar dan selalu disalahkan dan saat ini mereka sering sekali marah kepada
pasien tanpa alasan yang jelas.
s. Pasien merasa tempat tinggal sekarang lingkungannya kurang akrab karena
pasien tinggal di cluster. Hubungan pasien dengan tetangga tidak begitu baik
dan pasien sering merasa tengganya membicarakan pasien dan berniat ingin
mencelakakan pasien.
t. Pembiayaan pengobatan didapatkan dari suami adik pasien yang bekerja di
showroom tetapi hanya memberi kadang-kadang sehingga pasien tidak dapa
berobat secara rutin.
u. Pada pasien didapatkan beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum masih baik.
VI. FORMULASI DIAGNOSIS
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan pada pasien terdapat kelainan
pola perilaku dan psikologis yang secara klinis bermakna yang dapat menyebabkan
timbulnya distress dan disabilitas dalam fungsi sehari-hari maka pasien dikatakan
menderita gangguan jiwa
a. Diagnosis Aksis I
Pada pasien ini tidak terdapat riwayat trauma kepala yang menyebabkan adanya
disfungsi otak. Hal ini dapat dinilai dari tingkat kesadaran, daya konsentrasi,
orientasi masih baik, sehingga pasien ini bukan penderita gangguan mental
organik (F.0).
Dari anamnesis didapatka riwayat merokok dan tidak didapatkan riwayat
penggunaan zat psikoaktif (NAPZA) serta tidak ditemukan riwayat
mengkonsumsi alkohol. Maka pasien ini bukan penderita gangguan mental
dan perilaku akibat zat psikoaktif atau alkohol (F.1).
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan dalam menilai realitas. Pada pasien
ini ditemukan adanya halusinasi auditorik dan waham kejar, sehingga pada
pasien ini merupakan penderita gangguan psikotik (F.2).
Gangguan berupa halusinasi dan waham pada pasien ini sudah berlangsung
selama kurang lebih 14 tahun. Karena sudah berlangsung lebih dari 1 bulan,
sehingga pada pasien merupakan penderita Skizofrenia (F.20).
Karena pasien menggalami halusinasi disertai gangguan suasana perasaan
dalam waktu bersamaan maka pasien ini menderita Skizoafektif (F25).
Selain gangguan halusinasi dan waham, pasien juga mengalami gangguan
suasana perasaan (mood) yaitu pasien tidak dapat tidur serta rasa sedih yang
berkepanjangan, hilang minat, rasa mudah lelah, serta nafsu makan yang
menurun pada pasien sehingga pasien menjadi malas untuk makan. Karena
didapatan halusinasi dan waham serta gangguan suasana perasaan ke arah
depresi, maka pasien ini adalah penderita skizoafektif tipe deperesi (F25.1)
b. Diagnosis Aksis II
Pasien tumbuh dan berkembang pada masa kanak-kanak sampai dewasa
secara normal. Pasien dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain
sebagaimana orang normal lainnya, sehingga pasien bukan penderita gangguan
kepribadian. Pasien dapat menyelesaikan pendidikan sampai tamat S1 ekonomi dan
fungsi kognitif baik, sehingga pasien tidak ada gangguan retardasi mental. Karena
tidak ada gangguan kepribadian dan retardasi mental, maka pasien pada aksis II tidak
ada diagnosis.
c. Diagnosis Aksis III
Pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan neurologis pada pasien
ini tidak ditemukan kelainan yang bermakna. Maka pada aksis III pasien ini tidak
ada diagnosis.
d. Diagnosis Aksis IV
Pasien laki-laki usia 40 tahun, anak ke 1 dari 3 bersaudara. Pasien tinggal di
rumah kontrakan di cibubur bersama ibu, adik pasien yang bungsu, suami adik
pasien, anaknya, pembantu, serta baby sitter. Pasien hingga saat ini belum menikah.
Hubungan pasien dengan ibunya baik dan pasien sering bercerita hanya dengan
ibunya saja. Hubungan pasien dengan adiknya yang pertama tidak akur karena pasien
merasa diremehkan karena sudah tidak bekerja lagi. Adik pasien yang kedua juga
mulai meremehkan pasien ketika pasien memberikan tanggapan atau komentar
tentang suatu hal tetapi tidak pernah didengar dan selalu disalahkan dan saat ini
mereka sering sekali marah kepada pasien tanpa alasan yang jelas.
Pasien merasa tempat tinggal sekarang lingkungannya kurang akrab karena
pasien tinggal di cluster. Hubungan pasien dengan tetangga tidak begitu baik dan
pasien sering merasa tetangganya membicarakan pasien dan berniat ingin
mencelakakan pasien. Pembiayaan pengobatan didapatkan dari suami adik pasien
yang bekerja di showroom tetapi hanya memberi kadang-kadang sehingga pasien
tidak dapat berobat secara rutin. Perekonomian keluarga juga cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari didapatkan dari keluarga adik pasien yang nomor dua dan
pansiunan ayah pasien yang dulunya bekerja sebagai PNS. Maka pada aksis IV
terdapat masalah ekonomi, keharmonisan keluarga serta sosial dengan
lingkungan sekitar.
e. Diagnosis Aksis V
Pada aksis V, dinilai kemampuan penyesuaian diri pasien dengan
menggunakan GAF. Pada pasien didapatkan beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik. Maka aksis V didapatkan
GAF Scale 70 – 61.
VII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : Skizoafektif tipe depresi (F25.1).
Aksis II : Tidak ada diagnosis.
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Terdapat masalah ekonomi, keharmonisan keluarga serta sosial
dengan lingkungan sekitar
Aksis V : GAF Scale 70 – 61.
VIII. DAFTAR PROBLEM
Organobiologik : Tidak ada
Psikologis : Terdapat halusinasi auditorik dan waham kejar dimana pasien
mendengar suara-suara yang menyuruh pasien untuk bunuh diri
serta merasakan bahwa orang-orang sekitar sedang membicarakan
pasien dan ingin mencelakakan pasien. Pasien juga mengalami
gangguan suasana perasaan (mood) kearah depresi yaitu pasien
tidak dapat tidur serta rasa sedih yang berkepanjangan, hilang
minat, rasa mudah lelah, serta nafsu makan yang menurun pada
pasien sehingga pasien menjadi malas untuk makan.
Sosioekonomi : Terdapat masalah ekonomi dimana pasien serng tidak mempunyai
uang untuk berobat karena hanya mengharapkan dari pemberian
adik ipar pasien yang pemberiannya kadang-kadang. Masalah
keharmonisan keluarga dimana pasien merasa diremehkan oleh
kedua adik pasien dn sering dimarahi tanpa sebab yang jelas.
Masalah sosial dengan lingkungan sekitar dimana pasien merasa
tetangganya membicarakan pasien dan berniat ingin mencelakakan
pasien.
IX. PROGNOSIS
a. Prognosis ke Arah Baik
Pasien mau datang untuk berkonsultasi ke dokter psikiatri RSUP
Persahabatan dan mau meminum obat yang diberikan.
Pasien mempunyai keinginan untuk sembuh.
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien.
b. Prognosis ke Arah Buruk
Perjalanan penyakit sudah berlangsung lama (14 tahun).
Kurang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
Keadaan ekonomi yang kurang sehingga pasien tidak dapat kontrol rutin
dan mendapatkan obat
Berdasarkan data-data di atas, dapat disimpulkan prognosis pasien adalah :
Ad vitam : dubia ad bonam.
Ad functionam : dubia ad bonam.
Ad sanationam : dubia
X. TERAPI
a. Psikofarmaka
Risperidone 2 x 2 mg
Trihexyphenidil 2 x 2 mg
Alprazolam 3 x 1 mg
Zerlin 1 x 50 mg
b. Psikoterapi
1) Pada pasien
- Edukasi pada pasien pentingnya untuk hadir kontrol rutin setiap bulan
dan minum obat secara teratur.
- Mengisi waktu luang dengan berbagai aktivitas atau hobi yang disukai
oleh pasien
- Menghindari termenung dan menyendiri. Dianjurkan untuk sharring
ketika terdapat masalah.
- Menyarankan agar pasien lebih banyak berdoa dan mendekatkan diri
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan pertama. PT Nuh
Jaya. Jakarta: 2001.
2. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi ketiga. PT Nuh Jaya.
Jakarta: 2007.
3. Elvira, Sylvia D,dkk. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit FKUI. Jakarta: 2010