Makalah Pleno C-7 Blok 9

34
Mekanisme Pencernaan Lemak Beserta Organ Pencernaan Terkait Dalam Tubuh Manusia Kelompok C7 Claudia Kristina / 10-2011-003 Alvin Anthonius Paulus / 10-2011-020 Febriany Gotamy / 10-2011-075 Dhita Aprilia Anjoti / 10-2011-140 Kevin Giovanno / 10-2011-208 Grace Stephanie Manuain / 10-2011-266 Puspa Mayanovi Jonnarita Paulus / 10-2011-351 Eifraimdio Paisthalozie / 10-2011-384 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat Korespondensi :

description

pleno

Transcript of Makalah Pleno C-7 Blok 9

Mekanisme Pencernaan Lemak Beserta Organ Pencernaan Terkait Dalam Tubuh Manusia

Kelompok C7

Claudia Kristina / 10-2011-003

Alvin Anthonius Paulus / 10-2011-020

Febriany Gotamy / 10-2011-075

Dhita Aprilia Anjoti / 10-2011-140

Kevin Giovanno / 10-2011-208

Grace Stephanie Manuain / 10-2011-266

Puspa Mayanovi Jonnarita Paulus / 10-2011-351

Eifraimdio Paisthalozie / 10-2011-384

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi :

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510

No. Telp (021) 5694-2061, e-mail : [email protected]

PENDAHULUAN

Sistem pencernaan merupakan salah satu sistem yang paling penting dan kompleks dalam

sistem homeostatis tubuh manusia. Agar manusia dapat melakukan berbagai aktivitas dan

rutinitasnya maka manusia perlu energi. Energi-energi penting yang dibutuhkan manusia

terdapat di dalam makanan yang sehari-hari dikonsumsi oleh manusia. Agar makanan tersebut

dapat difungsikan secara optimal oleh tubuh maka makanan tersebut harus dicerna terlebih

dahulu. Pencernaan dalam tubuh terbagi atas beberapa proses yaitu: motilitas, sekresi,

pencernaan/digesti, dan penyerapan/absorpsi. Makanan yang kandungannya cukup penting bagi

tubuh manusia terbagi atas 3 golongan besar, yaitu: karbohidrat, lemak dan protein. Agar dapat

dicerna, makanan harus diubah dalam bentuk yang sehalus dan sekecil mungkin, selain itu yang

paling penting adalah aktivitas berbagai enzim yang turut berperan dalam pemecahan molekul-

molekul makanan agar dapat diserap di lumen usus. Dalam makalah ini kami akan lebih

memfokuskan diri pada aktivitas pencernaan, metabolisme, sekresi serta penyerapan Lemak.

Lemak merupakan salah satu sumber energi yang setelah diolah di dalam tubuh dapat

menyediakan jumlah energi yang sama besarnya dengan energi yang dihasilkan dari pencernaan

karbohidrat. Namun, walaupun begitu lemak tidak dapat digunakan sebagai sumber energi utama

dikarenakan proses pengolahannya yang berbeda dengan karbohidrat. Lemak yang memiliki sifat

tidak dapat larut dalam air, harus mengalami beberapa perubahan fisik dan kimiawi agar proses

metabolismenya efektif dan pada akhirnya dapat dipergunakan sebagai sumber energi. Kelebihan

lemak pada tubuh umumnya akan disimpan di dalam jaringan adiposa, dimana senyawa ini akan

berfungsi sebagai insulator panas di jaringan subkutan dan di sekitar organ tertentu. Selain

menghasilkan nilai energi yang tinggi, lemak juga berfungsi sebagai pelarut dari beberapa

vitamin penting untuk tubuh dan mengandung asam lemak yang esensial untuk tubuh. Di balik

berbagai fungsinya yang penting, konsumsi lemak yang berlebihan tentu akan menimbulkan

efek samping yang negatif, selain membuat bentuk tubuh menjadi tidak menarik karena

timbunan lemak di sana-sini, konsumsi lemak yang terlalu banyak juga berisiko menimbulkan

penyakit-penyakit tertentu. Topik bahasan utama dalam makalah kami ini akan berpusat pada

bagaimana proses pengolahan lemak di dalam tubuh sampai akhirnya dapat dipergunakan

sebagai sumber energi. Selain membahas proses pencernaannya, struktur organ pencernaan yang

terlibat juga akan disertakan.

PEMBAHASAN

Organ-organ pencernaan manusia

Struktur umum

saluran cerna tubuh manusia

Traktus Gastrointestinalis

Tractus gastro-intestinalis merupakan saluran pencernaan yang memiliki fungsi utama untuk

menyediakan makanan/nutrisi, air, dan elektrolit bagi tubuh dari nutrient yang dicerna sehingga

siap untuk diabsorpsi1.

1. Gaster

Merupakan organ pencernaan utama primer setelah oesophagus. Dari oesophagus

dihubungkan oleh sawar yang bernama sfingter gastroesophagus. Gaster terletak di bagian

atas abdomen, terbentang dari permukaan bawah arcus costalis sinistra sampai regio

epigastrica dan umbilicalis. Sebagian besar gaster terletak di bawah costae bagian bawah.

Gaster pun terdiri dari beberapa komponen seperti:

a. Dua lubang yaitu ostium cardiacum dan ostium pyloricum

b. Dua curvatura yaitu curvatura major dan curvatura minor

c. Dua dinding yaitu paries anterior dan paries posterior

Gaster dibagi menjadi empat regia, yaitu:

a. Bagian jantung

Bagian jantung lambung adalah area di sekitar pertemuan esofagus dan lambung.

b. Fundus

Merupakan bagian yang menonjol ke sisi kiri atas mulut esofagus. Fundus berbentuk

kubah, menonjol ke atas dan terletak di sebelah kiri ostium cardiacum. Biasanya fundus

berisi penuh udara.

c. Korpus

Korpus atau badan lambung adalah bagian yang terdilatasi di bawah fundus, membentuk

dua pertiga bagian lambung. Tepi medial badan lambung yang konkaf disebut curvatura

minor dan tepi lateral badan lambung yang konveks disebut curvatura major.

d. Pilorus

Bagian pilorus lambung menyempit di ujung bawah lambung dan membuka ke

duodenum. Antrum pilorus mengarah ke mulut pilorus yang dikelilingi sfingter pilorus

muskular tebal

Dinding gaster terdiri atas empat lapisan umum saluran cerna yaitu mukosa, submukosa,

muskularis eksterna, dan serosa. Mukosa gaster terdiri atas lapisan epitel, lamina propria, dan

mukosa muskularis. Permukaan lumen mukosa ditutupi epitel selapis silindris. Kelenjar

gaster berhimpitan di dalam lamina propria dan menempati seluruh tebal mukosa. Kelenjar-

kelenjar ini bermuara ke dalam dasar foveola gastrika1.

a. Kelenjar jantung ditemukan di regia mulut jantung, berfungsi mensekresikan mukus.

b. Kelenjar fundus, terdiri atas tiga jenis sel.

1. Sel chief (zimogenik) mensekresikan pepsinogen, prekursor enzim pepsin.

Kelenjar ini mensekresi lipase dan renin lambung.

2. Sel parietal mensekresikan asam klorida dan faktor intrinsik.

3. Sel leher mukosa, ditemukan pada bagian leher semua kelenjar lambung.

Berfungsi mensekresikan barier mukus dan melindungi lapisan lambung terhadap

kerusakan oleh HCl atau autodigesti.

c. Kelenjar pilorus, terletak pada regia antrum pilorus. Berfungsi mensekresi mukus dan

gastrin, suatu hormon peptida yang berpengaruh besar dalam proses sekresi lambung.

Fungsi utama gaster adalah menerima, menampung, mencampur, dan mencerna produk

makanan. Sebagian fungsi ini dilakukan secara mekanis dan kimiawi, mengubah bolus

menjadi kimus. Pengolahan bolus secara mekanis terlaksana oleh kontraksi peristaltik kuat

otot-otot tebal dinding gaster saat makanan memasuki dan menuruni dinding gaster. Dengan

pilorus yang tertuup, kontraksi ini memeras dan mengaduk makanan dengan getah lambung.

Neuron dan akson pleksus submukosa Meissner dan pleksus mienterikus Auerbach gaster

mengatur gerak peristaltik. Gater juga berfungsi menyerap, namun hanya terbatas untuk air,

alkohol, garam-garam, dan obat tertentu3.

Gambaran struktur anatomi gaster2

2. Duodenum

Duodenum merupakan bagian teratas dari usus halus. Panjang duodenum sekitar 25 cm dan

berliku-liku di sekitar kaput pankreas. Duodenum memiliki fungsi utama untuk

mengabsorpsi produk-produk pencernaan yang berasal dari gaster. Duodenum memiliki

beberapa bagian, antara lain (1) pars superior duodeni yang panjangnya 5 cm (2) pars

descendens duodeni yang panjangnya 10 cm. Pada bagian ini, dapat ditemukan papilla

duodenalis yang berupa penonjolan kecil pada posteromedialmukosanya. Pada struktur ini

juga ditemukan tempat masuk dari duktus biliaris komunis dan duktus pankreatikus

Wirsungi. Tempat masuk ini dijaga oleh Sfingter Oddi. (3) pars inferior/horizontal

duodeni yang panjangnya 7,5 cm dan dilewati oleh pangkal mesenterium beserta pembuluh

darah mesenterika superior (4) pars ascenden duodeni yang panjangnya 2,5 cm. Bagian ini

akan berakhir sebagai sambungan duodenojejunal dan membentuk sudut yang dinamai

flexura duodenojejunalis. Ujung bawah duodenum ditandai oleh lipatan periotenal yang

meregang dari sambungan kruris dextra diafragma yang melapisi ligamentum

suspensorium Treitz. Walaupun ukuran duodenum relatif pendek, area permukaan

penyerapannya sangat diperluas dengan keberadaan mukosa berlipat-lipatnya yang disebut

villi intestinales yang hanya terlihat secara mikroskopik. Pada lapisan submukosanya,

terdapat kelenjar yang khas untuk duodenum yaitu kelenjar duodenalis Brunneri.

Duodenum diperdarahi oleh Aa. Pankreatikoduodenalis superior et inferior dan arteri

gastroduodenalis. Drainase vena duodenum mengalir ke sistem vena porta4,5.

3. Intestinum Tenue (Usus halus)

Usus kecil merupakan usus halus tanpa keberadaan duodenum. Intestinum tenue ini terdiri

atas jejunum dan ileum. Dua perlima proksimal bagiannya ialah jejunum, dan tiga perlima

distal sisanya ialah illeum. Lingkaran-lingkaran dari jejunum cenderung mengisi region

umbilikalis, sedangkan lingkaran-lingkaran ileum cenderung mengisi bagian bawah

abdomen dan pelvis. Lapisan mukosa dari intestinum tenue ini memiliki lipatan sirkular

yang disebut plica circulares. Lipatan ini lebih jelas terlihat pada jejunum dibandingkan

pada illeum. Diameter dari jejunum cenderung lebih besar dibandingkan illeum.

Mesenterium jejunum cenderung lebih tebal dibandingkan illeum. Pembuluh darah yang

memperdarahi jejunum dan illeum berasal dari percabangan arteri mesenterika superior,

yaitu arteri jejunalis untuk jejunum dan arteri ilei untuk illeum. Cabang-cabang pembuluh

darah ini mengalami anastomosis membentuk 2 jenis percabangan, yaitu vasa recta dan

arcade. Vasa recta merupakan pembuluh darah yang bercabang lurus, sedangkan arcade

ialah pembuluh darah yang bercabang melengkung. Jejunum dan illeum dapat dibedakan

berdasarkan kedua jenis percabangan ini. Jejunum memiliki arcade hanya setingkat dan vasa

rectanya cenderung panjang, sedangkan illeum memiliki arcade yang bertingkat-tingkat dan

vasa rectanya cenderung pendek1,4,5. Histologi duodenum bagian bawah, jejunum, dan illeum

serupa dengan duodenum bagian atas. Pada duodenum, ciri khas spesifiknya ialah

ditemukannya kelenjar duodenal Brunneri pada tunika submukosanya. Pada illeum, ciri khas

spesifiknya ialah ditemukannya kumpulan limfonoduli yang disebut plak Peyeri dengan

interval tertentu. Di dekat otot polos mukosa muskularis illeum terlihat beberapa kelenjar

intestinal. Tampak adanya gambaran sel goblet yang khas dan sel dengan mikrovili dalam

kelenjar. Sel enteroendokrin (menghasilkan hormon pengatur usus seperti gastric inhibitory

peptide, secretine dan kolesistokinin. Hormon-hormon ini mengatur pembebasa getah

lambung dan pankres, motilitas intestinal, dan kontraksi kandung empedu) tersebar di antara

sel kelenjar intestinal, sel kelenjar mitotik, sel goblet (menghasilkan mukus yang melumasi,

membungkus, dan melindungi permukaan usus terhadap kerja korosif zat-zat kimia dan

enzim pencernaan), dan sel Paneth (menghasilkan lisozim yang berfungsi sebagai enzim

antibakteri dan mengendalikan mikroba usus halus). Pada jejunum, tidak ditemukan kelenjar

Brunneri dan plak Peyeri namun satu hal yang dapat ditandai dari jejunum ialah bentukan

plika sirkularisnya yang tinggi-tinggi3.

4. Intestinum crassum (Usus besar)

Intestinum crassum terbentang dari ileum sampai anus. Intestinum crassum terbagi menjadi

caecum, appendix vermiformis, colon ascendens, colon transversum, colon descendens, dan

colon sigmoideum. Fungsi utama intenstinum crassum adalah mengabsorpsi air dan

elektrolit dan menyimpan bahan yang tidak dicerna sampai dapat dikeluarkan dari tubuh

sebagai feses1.

a. Caecum

Caecum adalah bagian intestinum crassum yang terletak di perbatasan ileum dan

intestinum crassum. Caecum merupakan kantong buntu yang terletak pada fossa iliaca

dextra. Caecum mudah bergerak, walaupun tidak mempunyai mesenterium. Adanya

lipatan peritoneum di sekitar caecum membentuk recessus ileocecalis superior, inferior,

dan recessus retrocaecalis5.

b. Appendix vermiformis

Organ sempit berbentuk tabung yang mempunyai otot dan mengandung banyak jaringan

limfoid. Panjang appendix vermiformis bervariasi dari 8-13 cm. Dasarnya melekat pada

permukaan posteromedial ceacum di bawah junctura ileocaecalis.

c. Colon ascendens

Colon ascendens membentang ke atas dari caecum sampai permukaan inferior lobus

hepatis dexter. Colen ascendens kemudian membelok ke kiri membentuk flexura coli

dextra dan melanjutkan diri sebagai colon transversum. Peritoneum meliputi bagian

depan dan samping colon ascendens dan menghubungkan colon ascendens dengan

dinding posterior abdomen. Colon ascendens diperdarahi oleh arteria ileocolica dan

arteria colica dextra yang merupakan cabang arteria mesenterica superior.

d. Colon transversum

Berjalan menyilang abdomen, menempati regio umbilicalis. Colon transversum mulai

dari flexura coli dextra di bawah lobus hepatis dexter dan tergantung ke bawah oleh

mesocolon transversum dari pankreas. Kemudia colon transversum berjalan ke atas

sampai flexura coli sinistra di bawah lien. Flexura coli sinistra lebih tinggi daripada

flexura coli dextra dan digantung ke diaphragma oleh ligamentum phrenicocolicum. Dua

per tiga bagian proksimal colon transversum diperdarahi oleh arteria colica media

cabang arteria mesenterica superior. Sepertiga bagian distal diperdarahi oleh arteria

colica sinistra cabang arteria mesenterica inferior.

e. Colon descendens

Colon descendens terletak di kuadran kiri atas dan bawah. Colon ini berjalan ke bawah

dari flexura coli sinistra sampai pinggir pelvis, di sini colon transversum melanjutkan

diri menjadi colon sigmoideum. Peritoneum meliputi permukaan depan dan sisi-sisinya

serta menghubungkannya dengan dinding posterior abdomen. Colon descendens

diperdarahi oleh arteria colica sinistra dan arteriae sigmoideae merupakan cabang arteria

mesenterica inferior.

f. Rectum dan Anus

Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12 sampai 13 cm.

Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di anus. Rektum berawal

di depan vertebra sakralis ke-3 sebagai lanjutan dari kolon sigmoid dan mengikuti

lengkungan sakrum ke arah anterior. Di depan koksigis rektum berbelok ke arah

belakang dan menjadi kanalis analis. Mukosa rektum memiliki tiga lipatan horizontal

yang menonjol ke lumen disebut katup Houston. Epitel permukaan lumen dilapisi sel-sel

silindris dengan mikrovili dan sel goblet. Kelenjar intestinal sel-sel lemak dan sebaran

limfonoduli di dalam lamina propria serupa dengan yang ada di kolon. Di bawah lamina

propria terdapat mukosa muskularis otot polos. Pada rektum, otot muskularis eksterna

berupa sirkular dalam dan longitudinal luar seperti pada bagian lain saluran cerna.

Banyak pembuluh darah terlihat di submukosa dan adventisia. Bagian bawah liang anus

di bawah valvula ani merupakan peralihan dari epitel selapis silindris ke epitel berlapis

gepeng kulit. Perubahan mukosa rektum menjadi mukosa anal terjadi pada apeks valvula

ani. Daerah ini merupakan batas anorektal. Mukosa muskularis dan kelenjar intestinal

saluran cerna berakhir di dekat valvula ani. Lamina propria rektum diganti oleh jaringan

ikat pada todal teratur lamina propria liang anus. Submukosa rektum menyatu dengan

jaringan ikat lamina propria liang anus yang merupakan daerah yang sangat vaskular.

Lapisan otot sirkular muskularis eksterna bertambah tebal di bagian atas liang anus dan

membentuk sfinger ani interna6. Di bagian bawah liang anus, sfingter ini diganti oleh

otot rangka yaitu sfingter ani eksterna. Di luar sfingter ini terdapat muskulus levator ani.

Lapisan muskularis eksterna menipis dan menghilang di jaringan ikat sfingter ani

eksterna1,3.

Gambaran struktur Anatomi Kolon2

5. Hepar dan kantong empedu (Vesica fellea)

Hepar adalah organ viseral terbesar dan terletak di bawah kerangka iga. Hati merupakan

kelenjar terbesar di dalam tubuh dan mempunyai banyak fungsi seperti3:

a. Sekresi garam empedu yang penting untuk sistem pencernaan

b. Pengolahan metabolik KH, protein, dan lemak setelah penyerapan

c. Detoksifikasi zat-zat sisa, hormon, obat dan senyawa asing

d. Sintesis berbagai protein plasma

e. Penyimpanan glikogen, lemak, besi, tembaga dan vitamin

f. Pengaktivan vit D

g. Pengeluaran bakteri dan eritrosit yang usang

h. Sekresi kolesterol dan bilirubin

Semua fungsi diatas di hasilkan oleh sel hepatosit hepar, sedangkan sel kupffer bekerja

untuk aktivitas fagositik.

Struktur utama hepar:

a. Lobus hepatis dexter lebih besar dari lobus hepatis sinister.

b. Lobus hepatis dexter terbagi lagi menjadi lobus quadratus dan lobus caudatus oleh

vesica biliaris, fissura ligamenti teretis, vena cava inferior dan fissura ligamenti venosi.

c. Ligamentum falciforme merupakan lipatan ganda peritoneum berjalan ke atas dari

umbilicus ke hepar. Ligamentum ini mengandung ligamentum teres hepatis yang

merupakan sisa vena umbilicalis. Lapisan kanan membentuk lapisan atas ligamentum

coronarium, lapisan kiri membentuk lapisan atas ligamentum triangulare sinistrum.

Bagian kanan ligamentum coronarium dikenal sebagai ligamentum triangulare dextrum.

Lapisan peritoneum membentuk ligamentum coronarium terpisah satu dengan yang lain

meninggalkan sebuah area yang tidak diliputi peritoneum yaitu area nuda. Ligamentum

teres hepatis berjalan ke dalam fissura pada facies visceralis hepatis dan bergabung

dengan ramus sinister vena portae hepatis di porta hepatis. Ligamentum venosum

Arantii merupakan sisa ductus venosus berjalan di ke atas di dalam fissura pada facies

visceralis hepar dan melekat pada vena cava inferior di atas.

d. Arteri hepatica propria cabang truncus coeliacus berakhir dengan bercabang menjadi

ramus dexter dan sinister yang masuk ke dalam porta hepatis. Vena portae hepatis

bercabang dua menjadi dua cabang terminal yaitu ramus dexter dan ramus sinister yang

masuk porta hepatis di belakang arteri. Venae hepaticae muncul dari pars posterior

hepatis dan bermuara ke dalam vena cava inferior.

Pembuluh-pembuluh darah yang mengalirkan darah ke hepar adalah arteria hepatica propria

(30%) dan vena portae hepatis (70%). Arteria hepatica propria membawa darah yang kaya

oksigen ke hepar, vena portae membawa darah yang kaya akan hasil metabolisme

pencernaan yang diabsorbsi dari tractus gastrointestinalis. Darah arteria dan vena dialirkan

ke vena centralis masing-masing lobuli hepatis melalui sinusoid hepar1,3.

Empedu diekskresikan oleh sel-sel hepar, disimpan, dan dipekatkan di dalam vesica biliaris,

kemudian dikeluarkan ke duodenum. Ductus biliaris hepatis terdiri atas ductus hepaticus

dexter dan sinister, ductus hepaticus communis, ductus choledochus, vesica biliaris, dan

ductus cysticus.

1. Ductus hepaticus

Ductus hepaticus dexter dan sinister keluar dari lobus hepatis dexter dan sinister pada

porta hepatis. Keduanya bersatu membentuk ductus hepaticus communis. Ductus ini

bergabung dengan ductus cysticus dari vesica biliaris yang ada di sisi kanannya

membentuk ductus choledochus.

2. Vesica biliaris

Vesica biliaris adalah sebuah kantong yang terletak pada permukaan bawah hepar.

Vesica biliaris mempunyai kemampuan menampung empedu sebanyak 30-50 ml dan

menyimpannya, serta memekatkan empedu dengan cara mengabsorbsi air. Fungsi vesica

biliaris adalah sebagai berikut5.

a. Vesica biliaris berfungsi sebagai tempat penyimpanan empedu.

b. Memekatkan empedu.

c. Lemak menyebabkan pengeluaran hormon kolesistokinin dari tunica mucosa

duodenum. Hormon masuk ke dalam darah dan menimbulkan kontraksi vesica

biliaris. Pada saat yang bersamaan, otot polos yang terletak pada ujung distal ductus

choledochus dan ampula berelaksasi, sehingga memungkinkan masuknya emedu

yang pekat ke dalam duodenum. Garam-garam empedu di dalam cairan empedu

penting untuk mengemulsikan lemak di dalam usus dan membantu pencernaan serta

absorbsi lemak.

3. Ductus cysticus

Ductus cysticus menghubungkan collum vesicae biliaris dengan ductus hepaticus

communis untuk bergabung membentuk ductus choledochus. Biasanya ductus cysticus

berbentuk seperti huruf S dan berjalan turun dengan jarak yang bervariasi pada pinggir

kanan omentum minus.

Gambaran struktur anatomi Hepar, vesica fellea dan histologi hepar2

6. Pankreas

Pankreas adalah organ panjang pada bagian belakang abdomen atas. Organ ini terdiri atas

caput (di dalam lengkungan duodenum), collum, korpus dan cauda (yang mencapai hilus

lien pada ligamentum lienorenale). Pembuluh darah mesenterika superior lewat di belakang

pancreas, kemudia di anterior, di atas prosessus unsinata dan bagian ketiga duodenum

menuju pangkal mesenterium usus halus. Vena cava inferior, aorta, plexus coeliaca, ginjal

kiri (dan pembuluh darahnya), serta kelenjar adrenal sinistra merupakan batas posterior

pankreas. Selain itu, vena porta terbentuk di belakang collum pankreas dari gabungan vena

lienalis dan vena mesenterika superior. Kantung minor dan gaster adalah batas anterior

pankreas. Pada pankreas, duktus pancreaticus Wirsungi berjalan sepanjang kelenjar dan

mengalirkan sekresi pankreas ke ampula Vateri, bersama dengan duktus biliaris

komunis/koledokus. Duktus aksesorius (Santorini) mengalirkan sekresi pankreas dari

prosesus unsinata pankreas, memiliki pintu agak di proksimal ampula ke bagian kedua

duodenum (pars descenden duodeni). Pankreas memiliki bagian-bagiannya sendiri yang

menghasilkan produk berbeda. Insulin diproduksi oleh pulau Langerhaans (pulau-pulau sel

intraalveoli), enzim-enzim diproduksi oleh sel asinus, dan natrium bikarbonat disekresi oleh

kedua duktulus kecil dan duktus lebih besar yang berasal dari asinus. Produk kombinasi ini

kemudian mengalir melalui duktus pankreatikus yang panjang, yang biasanya bergabung

dengan duktus hepatica tepat sebelum mengeluarkan isinya ke duodenum. Getah pankreas

disekresikan paling banyak sebagai respons terhadap keberadaan kimus di bagian atas usus

halus dan katrakteristik getah pankreas ini ditentukan sampai batasan tertentu oleh jenis

makanan dalam kimus1,3,5. Pankreas memiliki fungsi-fungsi yang amat penting untuk

pencernaan tubuh, antara lain3:

(1) Sekresi pankreas berupa cairan pankreas mengandung enzim-enzim yang dapat

mencernakan protein, karbohidrat, dan lemak. Enzim-enzim yang dikandung di

dalamnya antara lain:

a. Tripsinogen (untuk mencerna protein dan polipeptida besar menjadi

peptida yang lebih kecil)

b. Kimotripsin (kurang lebih sama dengan tripsinogen)

c. Karboksipeptidase, aminopeptidase, dan dipeptidase (untuk

melanjutkan proses pencernaan protein dan menghasilkan asam-asam

amino bebas)

d. Lipase pankreas (untuk hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan

gliserol setelah lemak diemulsi oleh garam empedu)

e. Amilase pankreas (untuk hidrolisis zat tepung yang tidak tercerna oleh

amilase saliva menjadi disakarida)

f. Ribonuklease dan deoksiribonuklease (hidrolisis RNA dan DNA

menjadi blok-blok pembentuk nukleotidanya)

(2) Sekresi pankreas berupa sejumlah besar ion bikarbonat berfungsi untuk menetralkan

asam kimus yang dikeluarkan gaster ke duodenum

Pankreas memiliki fungsi eksokrin dan endokrin. Fungsi eksokrinnya berupa pembentukan

enzim-enzim oleh pankreas, sedangkan fungsi endokrin pankreas berupa pembentukan

hormon insulin dan glukagon yang mengatur kadar gula darah

Secara histologi Pankreas mengandung sel-sel eksokrin dan endokrin. Sebagian besar

pankreas adalah kelenjar eksokrin tubuloasiner kompleks. Unit-unit eksokrin adalah sel-

sel asinar berbentuk piramid berisi granul sekresi, yang merupakan prekursor enzim

pencernaan pankreas yang disekresikan ke dalam duktus ekskretorius dalam bentuk tidak

aktif. Asini sekretoris dibagi dalam lobuli dan digabungkan oleh jaringan ikat longgar.

Duktus ekskretorius pada pankreas eksokrin berawal dari pusat setiap asini sebagai sel

sentroasinar yang terpulas pucat, dan berlanjut sebagai duktus interkalaris pendek yang

bergabung menjadi duktus intralobular di dalam jaringan ikat, yang pada gilirannya

bergabung membentuk duktus interlobular yang lebih besar, dan bermuara ke dalam

duktus pankreatikus utama. Bagian endokrin pankreas tersebar di antara asini eksokrin,

tampak sebagai bercak-bercak pucat dengan banyak pembuluh darah, yang disebut pulau

Langerhans. Setiap pulau dikelilingi serat jaringan ikat retikular. Dengan cara

imunositokimia khusus, dapat dikenali empat jenis sel pada pulau ini : sel alfa, beta, delta,

dan sel F. Sel alfa mencakup 20% dan terdapat di tepi, sel beta mencakup 70% dan terdapat

di pusat pulau. Sel lain hanya sedikit dan tersebar tidak menentu6.

Pankreas eksokrin yang merupakan bagian terbesar dari kelenjar, terdiri atas asini serosa

yang berhimpitan, tersusun dalam banyak lobulus kecil. Lobuli dikelilingi septa intra- dan

interlobular, dengan pembuluh darah, duktus, saraf, dan kadang-kadang badan Pacini.

Di dalam massa asini serosa, terdapat pulau Langerhans yang terisolasi.

Sebuah asinus pankreas terdiri atas sel-sel zimogen penghasil protein berbentuk piramid

mengelilingi sebuah lumen sentral yang kecil. Duktus ekskretorius meluas ke dalam setiap

asinus dan tampak sebagai sel sentroasinar yang terpulas pucat di dalam lumennya. Produk

sekresi asini dikeluarkan melalui duktus interkalaris yang sempit. Duktus ini memiliki

lumen kecil dengan epitel kuboid rendah. Sel sentroasinar berlanjut sebagai epitel duktus

interkalaris. Duktus interkalaris kemudian berlanjut sebagai duktus interlobular yang

terdapat di dalam septa jaringan ikat yang terdapat di antara lobuli. Duktus interlobular

dilapisi epitel selapis kuboid yang makin tinggi dan menjadi berlapis pada duktus yang lebih

besar.

Pulau Langerhans adalah massa sel endokrin berbentuk bulat dengan berbagai ukuran,

yang dipisahkan dari jaringan asini eksokrin dis sekelilingnya oleh selapis serat retikular

halus. Pulau Langerhans biasanya lebih besar dari asini dan tampak sebagai kelompok padat

sel-sel epitelial yang ditembus oleh banyak kapilar.

Gambaran struktur anatomi pankreas2

Mekanisme Pencernaan Karbohidrat, Lemak, dan Protein

1. Mekanisme pencernaan Karbohidrat

Dalam diet normal manusia, ada tiga sumber utama karbohidrat, yaitu antara lain sukrosa

yang merupakan disakarida pada gula tebu; laktosa yang merupakan disakarida pada susu;

dan tepung/amilum yang merupakan polisakarida dan terdapat pada hampir semua

makanan bukan hewani, terutama pada bahan makanan berbahan dasar padi-padian. Diet

juga mengandung sejumlah selulosa, namun pada saluran cerna tidak ada satu pun enzim

yang mencernakan selulosa sehingga selulosa tidak dianggap sebagai bahan makanan

manusia.

Pencernaan karbohidrat dimulai dari mulut dengan bantuan saliva yang mengandung enzim

ptyalin (α-amilase) yang terutama disekresikan oleh kelenjar parotis. Enzim ptialin ini

menghidrolisis pati menjadi disakarida maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya.

Makanan berada dalam mulut untuk waktu singkat, sehingga mungkin tidak lebih dari 5

persen dari semua tepung yang dimakan telah dihidrolisis saat makanan ditelan.

Pencernaan berlanjut di dalam korpus dan fundus dari gaster. Di sini kerja enzim ptialin

dihambat dikarenakan kondisi keasaman lambung yang rendah. Enzim ptialin akan inaktif

pada pH 4,0 atau lebih rendah.

Pencernaan karbohidrat di usus halus dibantu oleh enzim amylase pankreas. Sekresi

amylase pankreas memiliki kekuatan beberapa kali lebih kuat dibanding amilase saliva

sehingga dalam waktu 15-30 menit setelah kimus dikosongkan dari gaster ke dalam

duodenum dan bercampur dengan getah pankreas, sebenarnya semua tepung telah tercerna.

Enterosit yang terletak pada vili usus halus mengandung empat jenis enzim disakaridase,

yaitu lactase, sukrase, maltase dan α-dekstrinase. Keempat enzim ini mengubah molekul

disakarida dan polimer-polimer glukosa kecil menjadi monosakarida, bentukan yang siap

diserap. Enzim-enzim ini terletak di dalam membrane mikrovili brush border enterosit.

Laktosa akan dipecah menjadi satu molekul galaktosa dan satu molekul glukosa. Sukrosa

akan dipecah menjadi satu molekul fruktosa dan satu molekul glukosa. Maltosa akan

dipecah menjadi 2 molekul glukosa. Kesemua hasil pemecahan ialah monosakarida.

Glukosa dan galaktosa selanjutnya akan diserap oleh kerja transport aktif sekunder, di

mana pembawa kotranspor di membrane luminal memindahkan monosakarida dan Na+ dari

lumen ke dalam interior sel usus. Bekerjanya carrier kotranspor ini tidak membutuhkan

energi dan bergantung pada gradien konsentrasi Na yang tercipta oleh pompa Na+-K+.

Kotransporter glukosa-Na+ ini menyerupai transporter glukosa yang berperan pada difusi

terfasilitasi. Glukosa dan galaktosa selanjutnya akan masuk ke dalam darah di dalam vilus

melalui carrier pasif di membran basolateral. Intinya, transport glukosa menggunakan

energi yang didapat dari transport aktif Na+ ke luar sel. Fruktosa memiliki mekanisme yang

sedikit berbeda, fruktosa diserap ke dalam darah melalui difusi terfasilitasi. Kembung dan

flatulens seringkali disebabkan oleh pembentukan gas karbondioksida dan hidrogen dari

sisa-sisa disakarida di dalam usus halus distal dan kolon3,7,8.

2. Mekanisme pencernaan protein

Pencernaan protein baik protein yang berasal dari makanan maupun protein endogen yang

berasal dari dalam tubuh akan dicerna di lambung. Sejumlah kecil protein plasma yang

bocor dari kapiler ke lumen saluran cerna juga akan ikut tercerna di dalam lambung. Protein

endogen harus ikut tercerna dan terserap bersama protein makanan untuk menghindari

terkurasnya simpanan protein di dalam tubuh. Asam-asam amino yang diserap dari protein

makanan dan endogen terutama digunakan untuk membentuk protein baru di tubuh.

Enzim pepsin yang terdapat pada lambung bekerja pada pH 2,0 sampai 3,0 dan inaktif pada

pH di atas 5. Oleh karena itu, agar enzim ini dapat melakukan pencernaan protein, kondisi

lambung harus dalam keadaan benar-benar asam. Sekresi HCl dilakukan oleh sel parietal

lambung, dan ketika HCl disekresikan kemudian bercampur dengan isi lambung dan sekresi

dari sel non-parietal maka tingkat keasaman lambung menjadi 2,0-3,0 yang sangat ideal

untuk pepsin. Enzim pepsin dapat mencernakan kolagen yang terutama menjadi penyusun

jaringan penyambung interselular daging, sehingga agar enzim pencernaan dapat mencerna

protein daging, terlebih dahulu serabut-serabut kolagen harus dicernakan. Enzim pepsin

hanya memulai proses pencernaan protein. Prosen selanjutnya berlangsung di usus halus.

Pencernaan protein di usus halus terutama terjadi di usus halus bagian atas, di dalam

duodenum dan jejunum oleh pengaruh enzim proteolitik pankreas. Ketika protein

meninggalkan lambung, beberapa masih dalam bentuk pepton, proteosa dan polipeptida-

polipeptida besar. Setelah masuk ke usus halus, protein akan diserang oleh enzim proteolitik

pankreas seperti enzim tripsin, kimotripsin, karboksipeptidase, dan proelastase. Tripsin dan

kimotripsin memecahkan molekul protein menjadi molekul polipeptida kecil,

karboksipeptidase memecahkan asam-asam amino tunggal dari ujung karboksil polipeptida.

Proelastase meningkatkan elastase yang mencerna serabut-serabut elastin yang menahan

daging. Kebanyakan protein yang dipecah masih dalam bentukan dipeptida, tripeptida dan

beberapa bahkan lebih besar.

Pencernaan terakhir protein terjadi di dalam lumen usus dicapai oleh enterosit (sel absorptif)

pada vili usus halus. Sel-sel ini memiliki brush border yang menghasilkan dipeptidase dan

aminopeptidase (memecah peptida kecil menjadi asam amino konstituennya). Keduanya

akan memecah sisa-sisa polipeptida besar menjadi tripeptida dan dipeptida. Molekul

dipeptidase dan tripeptidase ini selanjutnya akan ditransport aktif ke dalam sel-sel usus

halus dan dihidrolisis oleh peptidase intraselular. Asam amino bebas akan diserap

menembus sel usus oleh kerja transport aktif sekunder yang sama dengan glukosa dan

galaktosa. Pada dasarnya, protein akan diserap oleh sel usus dalam bentuk asam amino

tunggal yang selanjutnya akan dibawa masuk ke dalam darah. Penyerapan asam amino

berlangsung cepat do duodenu dan jejunum, dan lambat di illeum. Asam-asam amino juga

ada yang diangkut ke dalam cairan ekstraseluler melalui difusi pasif dan difusi

terfasilitasi3,7,8.

3. Mekanisme pencernaan Lemak

Pencernaan lemak dimulai dengan bantuan lipase lingual yang disekresi oleh kelenjar Ebner

pda permukaan dorsal lidah. Lipase juga dihasilkan oleh lambung namun, tidak begitu

penting. Lipase lingual dapat aktif di lambung dan mencerna setidaknya 30 persen

trigliserida pada makanan. Trigliserida ini merupakan lemak netral yang menjadi unsur

utama bahan makanan dari hewan dan terdapat sedikit pada bahan makanan dari tumbuh-

tumbuhan. Dalam diet, setidaknya terdapat sejumlah kecil fosfolipid, kolesterol dan ester

kolesterol. Fosfolipid dan ester kolesterol mengandung asam lemak sehingga diperlakukan

sebagai lemak. Kolesterol tidak memiliki asam lemak namun mempunyai sifat fisik dan

kimia yang hampir sama dengan lemak, merupakan turunan lemak pula.

Pencernaan lemak terutama terjadi di usus halus. Tahap pertama pencernaan lemak ialah

emulsifikasi lemak di mana lemak dipecah menjadi gelembung lemak menjadi ukuran yang

lebih kecil, sehingga enzim pencernaan yang larut dalam air dapat bekerja dengan luas

permukaan yang lebih besar. Emulsifikasi lemak terutama dilakukan oleh peran empedu.

Empedu yang mengandung garam empedu dan fosfolipid lesitin, terutama lesitin sangat

penting untuk emulsifikasi lemak. Efek emulsifikas ini disebut juga sebagai efek deterjen.

Sifat lemak yang tidak larut dalam air menyebabkan lemak, dalam hal ini trigliserida

membentuk gumpalan besar pada usus halus yang banyak mengandung air. Garam empedu

memiliki bagian yang larut lemak dan bagian yang larut air. Garam empedu akan terserap

oleh permukaan butiran lemak dan meninggalkan bagian larut air yang menonjol dari

permukaan butiran lemak. Gerakan mencampur oleh usus menyebabkan gumpalan besar

lemak akan berubah menjadi butiran-butiran kecil lemak dan menciptakan selubung luar

bermuatan negatif, menghindari butiran-butiran kecil lemak ini untuk menyatu kembali.

Lipase pankreas yang selanjutnya memainkan peranan mencerna lemak paling utama dan

larut dalam air, hanya dapat menyerang gelembung lemak hanya pada permukaannya.

Lipase pankrea dibantu dengan kolipase untuk menembus lapisan garam empedu yang

terserap di permukaan butiran halus emulsi lemak. Kolipase merupakan protein yang

terdapat di getah pankreas dan diaktifkan oleh enzim tripsin. Selanjutnya, trigliserida akan

dipecah menjadi asam lemak dan 2-monogliserida. Konsentrasi garam empedu yang tinggi

pada usus halus, seperti setelah kontraksi kandung empedu akan membentuk misel. Misel

ini dibentuk dari garam empedu bersama dengan kolesterol dan lesitin yang berfungsi untuk

mempermudah penyerapan lemak. Misel ini mengikat lipid dan kadang-kadang terdapat

pula monogliserida, asam lemak dan kolesterol pada inti hidrofobiknya. Misel terutama

terbagi menjadi 2 bagian, bagian hidrofobik yang terpusat di tengah yang kemudian

diselubungi oleh selubung hidrofilik yang larut air. Dengan keberadaan misel, bahan-bahan

yang tidak dapat larut dalam air dapat dilarutkan di dalam air. Misel kemudian akan

ditranspor ke enterosit, ketika mencapai brush border monogliserida, kolesterol dan asam

lemak akan berdifusi keluar dari misel dan dengan berdifusi pasif akan masuk menembus

membran sel epitel. Asam lemak dengan atom karbon kurang dari 10-12 akan langsung

masuk ke darah portal dan ditranspor sebagai asam lemak bebas. Asam lemak dengan atom

karbon 10-12 akan mengalami esterifikasi membentuk trigliserida kembali, begitu pula

dengan monogliserida. Sebagian kolesterol pun juga akan mengalami esterifikasi.

Trigliserida dan ester kolesterol kemudian akan dilapisi oleh lapisan protein, kolesterol dan

fosfolipid membentuk kilomikron (lapisan luar berupa lipoprotein) yang meninggalkan sel

dan masuk ke sistem limfatik. Kolesterol yang terserap hampir semuanya tergabung di

dalam kilomikron ini. Kilomikron ini akan dieksositosis ke cairan interstisium di dalam

vilus dan masuk ke lateal sentral dan bukan ke kapiler karena perbedaan struktural antara

kapiler dengan pembuluh limfe. Kilomikron tidak dapat menembus membran basal kapiler.

Lalu bagaimana dengan garam empedu? Garam empedu akan direabsoprsi di illeum

terminal oleh transport aktif khusus. Namun, sebagian besar garam empedu masih tertinggal

di lumen usus halus yang berfungsi untuk pembentukan misel-misel baru. Seseorang yang

bagian eksokrin pankreasnya rusak akan memiliki feses yang bergumpal, berlemak dan

bewarna seperti tanah liat. Hal ini dikarenakan lipase pankreas tidak terbentuk sehingga

mengganggu proses pencernaan dan penyerapan lemak. Seseorang dengan sekresi asam

lambung yang berlebihan pun juga dapat menderita hal yang sama dikarenakan enzim lipase

pankreas yang tidak dapat bekerja pada suasana asam dan terjadi penggumpalan garam

empedu3,7,8.

Gambaran struktur misel

PENUTUP

Setelah mempelajari berbagai macam fungsi saluran cerna dan juga mekanisme

pencernaan makanan maka dapat disimpulkan bahwa sistem pencernaan merupakan sistem

homeostatis tubuh yang selain kompleks juga sangat penting, karena dalam berbagai macam

aktivitas kita membutuhkan energi yang salah satu sumbernya adalah makanan. Agar

makanan tersebut dapat berfungsi optimal di tubuh maka harus dicerna sedemikian rupa

agar menjadi molekul terkecil yang dapat diserap oleh tubuh, sehingga dapat diolah menjadi

energi

Berjalannya sistem digestivus ini bergantung dari setiap struktur organ terkait beserta

fungsi-fungsinya yang spesifik dan juga yang paling penting adalah peranan enzim dalam

menguraikan molekul-molekul makanan agar menjadi bentuk yang dapat diserap oleh

tubuh, misalnya dalam mekanisme pencernaan lemak, bentuk lemak yang semula

trigliserida harus diubah ke bentuk yang dapat diserap dan lebih kecil yaitu monogliserida

serta asam-asam lemak bebas sehingga mempermudah absorpsinya ke dalam vsel lumen

usus halus.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;

2004.

2. Sobotta. Editor: Putz R, Pabst R, Gmbh E, Munich. Atlas anatomi manusia jilid 1 dan 2.

Edisi: 22. Jakarta: EGC; 2007.

3. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed ke-6. Jakarta: EGC; 2011.

4. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2004.

5. Gibson J. Fisiologi & anatomi modern untuk perawat. Jakarta: EGC; 2003.

6. Fawcett DW, Bloom. Buku ajar histologi. Edisi ke-12. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2002.

7. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2008.

8. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed ke-11. Jakarta: EGC; 2007.