Makalah Pleno Blok 28

47
Skenario 3: Seoranglaki- laki, Tn. B, 40 tahun, datangdengantungkaikanantidakdapatdigerakan Identifikasiistilah yang tidakdiketahui: - Tidakada Rumusanmasalah : - Tn. B laki- laki40 tahuntungkaikanantidakbisadigerakan PEMBAHASAN Pendahuluan 1 Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan. Hal ini dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi dan merusak lingkungan. Efek tersebut pada akhirnya akan berdampak bagi masyarakat luas.Jika dianalisis secara mendalam, kecelakaan kerja pada umumnya disebabkan oleh tidak dijalankannya semua syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan baik dan benar. Oleh karena itu, perlu adanya suatu

Transcript of Makalah Pleno Blok 28

Page 1: Makalah Pleno Blok 28

Skenario 3:

Seoranglaki- laki, Tn. B, 40 tahun, datangdengantungkaikanantidakdapatdigerakan

Identifikasiistilah yang tidakdiketahui:

- Tidakada

Rumusanmasalah :

- Tn. B laki- laki40 tahuntungkaikanantidakbisadigerakan

PEMBAHASAN

Pendahuluan1

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk

menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan. Hal ini dapat

mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya

dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan

korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu

proses produksi dan merusak lingkungan. Efek tersebut pada akhirnya akan berdampak bagi

masyarakat luas.Jika dianalisis secara mendalam, kecelakaan kerja pada umumnya disebabkan

oleh tidak dijalankannya semua syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan baik dan

benar. Oleh karena itu, perlu adanya suatu kegiatan sosialisasi dan kampanye yang terus-menerus

guna meningkatkan kepedulian masyarakat sehingga K3 dapat membudaya.

Diagnosis Okupasi

Untuk mendiagnosis suatu Penyakit Akibat Kerja (PAK) dapat melalui 7 langkah berikut:

1. Tentukan diagnosis klinisnya.

2. Tentukan pajanan yang dialami tenaga kerja selama ini.

3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut.

4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan

penyakit tersebut.

Page 2: Makalah Pleno Blok 28

5. Tentukan apakah ada faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi.

6. Cari adanya kemungkinan lain yang mungkin dapat merupakan penyebab penyakit.

7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya.

1) Diagnosis Klinis

A. Anamnesis

Anamnesis merupakan kunci terpenting ditemukannya diagnosis penyakit akibat kerja,

pertanyaan sederhana apakah pekerjaan pasien dan lebih rinci lagi, tugas apa yang dia lakukan

sehari-hari, dapat memberi informasi awal untuk seorang dokter menelusuri lebih dalam

hubungan penyakit yang diderita saat ini dengan pekerjaan yang dijalaninya sehari-hari. Yang

penting untuk melengkapi anamnesis adalah riwayat penyakit sekarang, dahulu, riwayat penyakit

keluarga dan riwayat pekerjaan sebelumnya.

Informasi mengenai zat toksik yang digunakan di tempat kerja akan sangat membantu

dalam menegakkan diagnosis. Keterangan tersebut disebut material safely data sheets,

keterangan ini sangat penting bagi kesehatan, keselamatan dan toksistas pada individu yang

terpapar secara erat.

Selain zat toksik yang harus pula diperhatikan oleh dokter perusahaan adalah lingkungan

fisik seperti kebisingan, panas, penerangan yang baik, makanan dan minuman sehari-hari

dikomsumsi karyawan, atau paparan bakteri, virus, jamur, parasit pada industri atau laboratorium

kesehatan atau paparan serangga, reptilia pada agro industri maupun industri yang beroperasi

lapangan seperti hutan, gua dan lain-lain.

Riwayat pekerjaan harus ditanyakan kepada penderita dengan seteliti-telitinya dari

pemrulaan sekali smapai dengan waktu terakhir bekerja. Jangan sekali-kali hanya mencurahkan

perhatian pada pekerjaan yangg dilakukan waktu sekarang, namun harus dikumpulkan informasi

tentang pekerjaan sebelumnya, sebab selalu mungkin bahwa penyakit akibat kerja yang diderita

waktu ini penyebabnya adalah pekerjaan atau lingkungan kerja dari pekerjaan terdahulu. Hal ini

Page 3: Makalah Pleno Blok 28

lebih penting lagi jika tenaga kerja gemar pindah kerja dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya.

Buatlah tabel yang secara kronologis memuat waktu, perusahaan, tempat bekerja, jenis

pekerjaan, aktivitas pekerjaan, faktor dalam pekerjaan atau lingkungan kerja yang mungkin

menyebabkan penyakit akibat kerja. Penggunaan kuestioner yang direncanakan dengan tepat

sangat membantu.

Identitas pasien :

Nama lengkap : Tn. B Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat: Rawamangun, Pulo Gadung, Jaktim Usia : 40 tahun

Status perkawinan : Menikah Suku bangsa : betawi

Pekerjaan : Cleaning Service (CVA) Agama: Muslim

Pendidikan : SLTA

Keluhan utama :

Tungkai kanan tidak dapat digerakan sejak 6 jam yang lalu

Keluhan tambahan : -

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang dengan keluhan tidak dapat menggerakan tungkai kanan sejak 6 jam yang

lalu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan tersebut ditumbulkan karena pasien terjatuh dari lantai

4 saat bekerja membersihkan jendela kaca dari arah luar tanpa menggunakan alat pelindung diri.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien pernah mengalami keluhan hal yang sama pada tahun 2010, 2011, 2013

Riwayat Pekerjaan :

Pasien sudah bekerja sebagai Cleaning Service sejak 10 tahun. Pasien mengaku sehari-

harinya berangkat kerja dengan mengendarai motor.

Page 4: Makalah Pleno Blok 28

Riwayat Penyakit Keluarga :

Alergi (-) Asma (-) Diabetes (-)

Stroke (-) Jantung (-) Hipertensi (-)

B. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda-tanda Vital :TD 120/70 mmHg

Np72x/menit

Suhu 37ºC

RR 16x/menit

Status Gizi : BB kg

TB cm

IMT

Bentuk badan

Ekstremitas bawah

- Inspeksi : Warnakulitsawomatang; Udem (-/-); Deformitas (-/-)

varises (-/-)

- Palpasi : Nyeri tekan (-/+)

- Move : Gerak (-/-); Nyeri (-/+)

- Kekuatan otot : (+5/-)

- Tanda fraktur : (-/+)

- Varises : (-/-)

- Kelainan kuku dan jari : (-/-)

Status Lokalis

Page 5: Makalah Pleno Blok 28

Regio Femur dextra

Look : Normal simetris

Feel : Nyeri tekan (+) krepitasi 1/3 distal (+)

Move : Gerak terbatas karena nyeri

Tidak dilakukan Pemeriksaan Fisik patologis

Pemeriksaanpenunjang

- X-ray tungkai

- Lab : darahrutin

Working diagnosis

Frakturtertutup femur dextra 1/3 distal

Mengidentifikasi tipe fraktur (terbuka/tertutup)

Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi mungkintak lebih dari

suatu retakan, suatu pengisutan atau perimpilan korteks; biasanyapatahan itu lengkap dan

fragmen tulang bergeser. Bilamana tidak ada luka yangmenghubungkan fraktur dengan udara

luar atau permukaan kulit atau kulit diatasnyamasih utuh ini disebut fraktur tertutup (atau

sederhana), sedangkan bila terdapat lukayang menghubungkan tulang yang fraktur dengan udara

luar atau permukaan kulityang cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi ini disebut

fraktur terbuka.

Diagnosis okupasi

Fraktur tertutup femur 1/3 distal dextraeckecelakaankerja

2) Pajanan yang dialami

Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh faktor kondisi lingkungan dan manusia. Faktor-

faktor bahaya yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja antara lain adalah : 

Page 6: Makalah Pleno Blok 28

Tabel 1. Pajanan dan resiko gangguan kesehatan

Kegiata

n

Pajanan Resiko

Penyakit

dan

Kecelakaan

Kerja

Fisik KimiaBiolog

iErgonomi

Psiko-

sosial

Perjalana

n pergi

dan

pulang

kerja

Sinar

UV,

suhu

panas,

bising,

getara

n

Polusi

lingkung

an (debu,

CO,

CO2)

Bakter

i,

jamur,

virus

Posisi duduk

di motor

terlalu lama

Stres

kemaceta

n,

kelelahan

Konjungtivit

is, ISPA,

heat fatigue,

dermatitis,

gangguan

muskular,

kecelakaan

lalu lintas,

parestesi

Bekerja

sebagai

Cleaning

Service

Sinar

UV

Bahan

kimia

pembersi

h

ruangan,

debu

Bakter

i,

jamur,

virus

Posisi

membersihk

an kaca dari

arah luar

yang tidak

aman

Stres

pekerjaan

,

kelelahan

Fraktur

tulang,

keracunan,

ISPA,

dermatitis,

gangguan

muskular,

kecelakaan

kerja

3) Hubungan pajanan dengan penyakit

Teori tentang penyebab terjadinya kecelakaan kerja:

Page 7: Makalah Pleno Blok 28

Teori kebetulan Murni (pure chance   theory) mengatakan bahwa kecelakaan terjadi atas

kehendak Tuhan, secara alami dan kebetulan saja kejadiannya, sehingga tidak ada pola yang

jelas dalam rangkaian peristiwanya.

Teori Kecenderungan (Accident Prone Theory), teori ini mengatakan pekerja tertentu lebih

sering tertimpa kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya yang memang cenderung untuk

mengalami kecelakaan.

Teori tiga faktor Utama (Three Main Factor Theory), mengatakan bahwa penyebab

kecelakaan adalah peralatan, lingkungan kerja, dan pekerja itu sendiri.

Teori Dua Factor (Two Factor Theory), mengatakan bahwa kecelakaan kerja disebabkan

oleh kondisi berbahaya (unsafe condition) dan perbuatan berbahaya (unsafe action). Unsafe

actions adalah suatu tindakan berbahaya pada waktu melakukan suatu pekerjaan dimana

situasi atau lingkungan kerja rawan kecelakan jika seorang operator suatu mesin melakukan

kecerobohan.Unsafe conditions adalah suatu keadaan pada lingkungan kerja yang berbahaya

seperti rawan terjadinya tanah longsor, kejatuhan batu-batuan, tempat pengecoran logam dan

lain-lain.

Teori Faktor manusia (human fctor theory), menekankan bahwa pada akhirnya semua

kecelakaan kerja, langsung dan tidak langsung disebabkan kesalahan manusia. Menurut hasil

penelitian yang ada, 85% dari kecelakaan yang terjadi disebabkan faktor manusia ini. Hal itu

dikarenakan pekerja (manusia) yang tidak memenuhi keselamatan, misalnya karena

kelengahan, kecerobohan, ngantuk, kelelahan, dan sebagainya.

Ergonomi,(YUNANI – ERGO = KERJA, NOMOS = NORMA) adalah penerapan ilmu

biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian bersama antara

pekerjaan dan manusia secara optimum dengan tujuan agar bermanfaat demi efisiensi dan

kesejahteraan.Postur berbahaya merupakan postur yang buruk yang dapat mengurangi

efisiensi, kenyamanan, dan keamanan pekerja. Peralatan kerja dan mesin perlu diserasikan

dengan ukuran tubuh tenaga kerja untuk tujuan meraih hasil kerja yang secara kualitatif dan

Page 8: Makalah Pleno Blok 28

kuantitatif memuaskan serta tenaga kerja merasakan kemudahan dalam melakukan

pekerjaannya. Karena itu berkembang ilmu antropometri, yaitu ilmu tentang ukuran tubuh dan

segmen-segmennya, baik dalam keadaan statis maupun dinamis yang sangat besar manfaatnya

bagi keperluan pelaksanaan pekerjaan dengan tujuan agar tenaga kerja sehat dan produktif

bekerja. Ukuran tubuh demikian antara lain:

1. Berdiri: tinggi badan, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, panjang depa, dan panjang

lengan.

2. Duduk: tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan, tinggi lutut,

jarak lekuk lutut-garis punggung, jarak lekuk lutut-telapak kaki.

Selain ukuran postur dan segmen tubuh demikian, masih banyak ukuran antropometris

segmen tubuh yang perlu diketahui dengan pengukuran untuk digunakan untuk digunakan

dalam upaya penyesuian faktor manusia dengan mesin dan peralatan serta perlengkapan

kerja dan juga guna menetapkan cara kerja yang serasi dengan faktor manusia.

Di bawah ini dikemukakan beberapa pedoman penerapan ergonomi sebagai pegangan:

1. Sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, susunan

dan penempatan mesin dan peralatan serta perlengkapan kerja, cara kerja mengoperasikan

mesin dan peralatan yang merinci macam gerak, arah dan kekuatannya yang harus

dilakukan.

2. Untuk standarisasi bentuk dan ukuran mesin dan peralatan kerja, harus diambil ukuran

terbesar sebagai dasar serta diatur suatu cara, sehingga dengan ukuran tersebut mesin dan

peralatan kerja dapat dioperasikn oleh tenaga kerja yang ukuran antropometrisnya kurang

dari standar. Sebagai contoh kursi yang tingginya dapat dinaik turunkan sesuai angka

antropometris tenaga kerja yang duduk di kursi tersebut.

3. Ukuran antropometris statis terpenting sebagai dasar desain dan pengoperasian mesin dan

peralatan kerja.

4. Standar ukuran meja kerja bagi pekerjaan yang dilakukan dengan berdiri:

a. pada pekerjaan tangan (manual) yang dilakukan dengan cara berdiri, tinggi meja kerja

sebaiknya 5-10 cm di bawah tinggi siku.

Page 9: Makalah Pleno Blok 28

b. apabila bekerja dilakukan dengan berdiri dan pekerjaan dikerjakan diatas meja dan jika

dataran tinggi siku dinyatakan sebagai dataran 0 maka bidang kerja:

i. untuk pekerjaan memerlukan ketelitian 0 + (5-10) cm;

ii. untuk pekerjaan ringan 0 – (5-10) cm;

iii. untuk bekerja berat yang perlu mengangkat barang berat dan memerlukan bekerjanya otot

punggung 0 – (10-20) cm

5. Dari segi otot, posisi duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk, sedangkan dari

aspek tulang, terbaik adalah duduk yang tegak, agar punggung tidak bungkuk dan otot perut

tidak berada pada keadaan yang lemas. Sebagai jalan keluar, dianjurkan agar digunakan posisi

duduk yang tegak dengan diselingi istirahat dalam bentuk sedikit membungkuk.

6. Tempat duduk yang baik memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. tinggi dataran duduk dapat diatur dengan papan injakan kaki sehingga sesuai dengan tinggi

lutut, sedangkan paha berada dalam keadaan datar.

b. tinggi papan sandaran punggung dapat diatur dan menekan dengan baik kepada punggung

c. lebar alas duduk tidak kurang dari lebar terbesar ukuran antropometris pinggul

7. Pekerjaan berdiri sedapat mungkin diubah menjadi pekerjaan yang dilakukan dengan posisi

duduk. Bagi tenaga kerja, disediakan tempat duduk dan diberi kesempatan untuk duduk.

8. Arah penglihatan untuk berdiri adalah 23-370 ke bawah, sedangkan untuk duduk 32-440 ke

bawah sesuai posisi kepala yang pada keadaan istirahat.

9. Kemampuan seseorang bekerja seharian adalah 8-10 jam, lebih dari itu efisiensi dan kulitas

kerja akan menurun.

10. Pemeliharaan penglihtan dilakukan sebaik-baiknya terutama penyelenggaraan pencahayaan

dan penerangan yang baik terutama berkaitan dengan kepentingan pelaksanaan pekerjaan.

11. Batas kemampuan atau kesanggupan bekerja sudah tercapai, apabila bilangan nadi kerja

mencapai angka 30/menit di atas bilangan nadi istirahat, dan kembali normal setelah istirahat

sesudah 15 menit.

Page 10: Makalah Pleno Blok 28

4) Pajanan yang dialami cukup besar untuk menyebabkan penyakit

Tn. B sudah bekerja selama 10 tahun di perusahaan tersebut, resiko kecelakaan kerja

yang dia alami cukup besar. Selain itu, Tn. B saat bekerja dalam hal yang beresiko, seperti

membersihkan jendela dari arah luar tidak menggunakan alat pelindung diri. Hal ini

meningkatkan resiko kecelakaan kerja. Melalui anamnesis riwayat penyakit dahulu, Tn. B

mengaku pernah mengalami hal yang sama sebanyak tiga kali, hal ini membuktikan bahwa

pajanan yang Tn. B alami cukup besar karena menyebabkan kejadian yang berulang.

5) Peranan faktor individu

1. Faktor Individu

Beberapa tahun terakhir telah terjadi banyak kecelakaan kerja pada pelaksanaan pekerjaan

konstruksi, baik yang dilaksanakan oleh Pemerintah, maupun non Pemerintah. Data

menunjukkan bahwa kecelakaan kerja sering disebabkan oleh kesalahan manusia (human

error), yaitu diantaranya:

a. Latar Belakang Pendidikan

Latar belakang pendidikan banyak mempengaruhi tindakan seseorang dalam bekerja.

Orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi cenderung berpikir lebih panjang atau

dalam memandang sesuatu pekerjaan akan melihat dari berbagai segi. Misalnya dari segi

keamanan alat atau dari segi keamanan diri. Lain halnya dengan orang yang berpendidikan

lebih rendah, cenderung akan berpikir lebih pendek atau bisa dikatakan ceroboh dalam

bertindak. Misalnya Ketika kita melakukan pekerjaan yang sangat beresiko terhadap

kecelakaan kerja tetapi kita tidak memakai peralatan safety dengan benar. Hal ini yang

tentunya dapat menimbulkan kecelakaan.

b. Psikologis

Faktor Psikologis juga sangat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Psikologis

seseorang sangat berpengaruh pada konsentrasi dalam melakukan suatu pekerjaan. Bila

konsentrasi sudah terganggu maka akan mempengaruhi tindakan-tindakan yang akan

dilakukan ketika bekerja. Sehingga kecelakaan kerja sangat mungkin terjadi. Contoh faktor

psikologis yang dapat mempengaruhi konsentrasi adalah :

Page 11: Makalah Pleno Blok 28

o Masalah-masalah dirumah yang terbawa ke tempat kerja.

o Suasana kerja yang tidak kondusif.

o Adanya pertengkaran dengan teman sekerja.

o Dsb.

c. Faktor Keterampilan

Keterampilan disini bisa diartikan pengalaman seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan.

Misalnya melakukan start/stop pada sebuah peralatan, memakai alat-alat keselamatan, dsb.

Pengalaman sangat dibutuhkan ketika melakukan pekerjaan untuk menghindari kesalahan-

kesalahan yang berakibat timbulnya kecelakaan kerja.

d. Faktor Fisik

Lemahnya kondisi fisik seseorang berpengaruh pada menurunnya tingkat konsentrasi dan

motivasi dalam bekerja. Sedangkan kita tahu bahwa konsentrasi dan motivasi sangat

dibutuhkan ketika bekerja. Bila sudah terganggu, kecelakaan sangat mungkin terjadi.

Contoh faktor fisik ini adalah :

o Kelelahan.

o Menderita Suatu Penyakit

6) Faktor lain diluar pekerjaan

Faktor lain diluar dari pekerjaan biasa menyangkut hobi pekerja, kebiasaan, pajanan di rumah,

pekerjaan sambilan lain yang mendukung pekerja untuk terkena PAK/KAK. Kita dapat

mengetahui factor-faktor lain tersebut dari anamnesis dengan pasien.

Pada kasus ini, Fraktur femur yang terjadi akibat kecelakaan kerja sangat terlihat jelas

berhubungan dengan pajanan yang tersedia diluar ruangan yaitu unsafe action, dan unsafe

condition

7) Diagnosis okupasi

Pada Diagnosis Okupasi ini menghubungkan antara kausal pajanan dan penyakit.

Diagnosis Okupasi antara lain sebagai berikut:

Page 12: Makalah Pleno Blok 28

a. Merupakan Penyakit akibat Kerja atau Penyakit akibat Hubungan Kerja

b. Penyakit yang diperberat akibat pajanan di tempat kerja

c. Belum dapat ditegakkan dan membutuhkan informasi tambahan

d. Bukan Penyakit akibat Kerja

Pada Kasus ini, ditegakkan diagnosis Kecelakaan akibat Kerja (KAK) setelah meninjau

kembali langkah 1-6.

Menurut Suma’mur, secara umum kecelakaan kerja dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

Kecelakaan industri (industrial accident ) yaitu kecelakaan yang terjadi ditempat kerja

karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja.

Kecelakaan dalam perjalanan (community accident ) yaitu kecelakaan yangterjadi di luar

tempat kerja yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja

Pada kasus scenario, kecelakaan akibat kerja tersebut ada penyababnya. Kecelakaan

tersebut disebabkan oleh dua golongan penyebab:

a. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts/ unsafe

action)

b. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition)

Upaya untuk mencari sebab kecelakaan tersebut disebut analisa sebab kecelakaan. Analisa ini

dilakukan dengan mengadakan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap peristiwa kecelakaan.

Kecelakaan harus secara tepat dan jelas diketahui, bagaimana dan mengapa terjadi

Penatalaksanaankhusus

Faktor Kecelakaan

Kecelakaan –kecelakaan akibat kerja yang sering terjadi banyak di sebabkan oleh faktor

manusia, faktor lingkungan dan sedikit dipengaruhi oleh faktor alat.Adapun faktor manusia dapat

dipengaruhi oleh:

Page 13: Makalah Pleno Blok 28

a. Latar belakang pendidikan

Keselamatan kerja memiliki latar belakang sosial ekonomis dan kultural yang sangat luas.

Tingkat pendidikan, latar belakang kehidupan yang luas, seperti kebiasaan-kebiasaan,

kepercayaan-kepercayaan, dan lain-lain erat bersangkut paut dengan pelaksanaan keselamatan

kerja. Demikian juga, keadaan ekonomi ada sangkut pautnya dengan permasalahan

keselamatan kerja tersebut.

Di dalam masyarakat yang sedang membangun dan salah satu aspek penting pembangunan

adalah bidang ekonomi dan sosial, maka keselamatan kerja lebih tampil ke depan lagi,

dikarenakan cepatnya penerapan teknologi dengan segala seginya termasuk problematik

keselamatan kerja menampilkan banyak permasalahan, sedangkan kondisi sosial-kultural belum

cukup siap untuk menghadapinya. Maka dari itu, sebagai akibat tidak cukupnya perhatian

diberikan disana-sini terlihat adanya problem keselamatan kerja , bahkan kadang-kadang hilang

sama sekali hasil jerih payah suatu usaha dikarenakan kecelakaan.

Keselamatan harus ditanamkan seejak anak kecil dan menjadi kebiasaan hidup yang

dipraktekkan sehari-hari. Keselamatan kerja merupakan satu bagian dari keselamatan pada

umumnya. Masyarakat harus dibina penghayatan keselamatannya ke arah yang jauh lebih tinggi.

Proses pembinaan ini tak pernah ada habis-habisnya sepanjang kehidupan manusia. Latar

belakang pendidikan seseorang dapat mempengaruhi tindakan seseorang dalam bekerja. Orang

yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi cenderung berfikir lebih panjang atau dalam

memandanag sesuatu pekerjaan akan melihat dari berbagai segi. Misalnya dari segi keamanan

alat atau dari segi keamanan diri. Lain halnya dengan orang yang berpendidikan lebih rendah,

cenderung akan berfikir lebih pendek atau bisa di katakan ceroboh dalam bertindak. Misalnya

ketika kita melakukan pekerjaan yang sangat beresiko terhadap kecelakaan kerja tetapi kita tidak

memakai peralatan safety dengan benar. Hal ini yang tentunya akan menimbulkan kecelakaan.

b. Psikologis

Faktor psikolgi juga sangat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Manusia dalam

pekerjaannya tidak merupakan mesin yang bekerja begitu saja, tanpa perasaan, pikiran dan

Page 14: Makalah Pleno Blok 28

kehidupan sosial. Manusia adalah sesuatu yang paling kompleks. Manusia memiliki rasa suka

dan benci, gembira dan sedih, berani dan takut dan lain-lain sebagainya. Manusia mempunyai

kehendak, kemauan, angan-angan dan cita-cita. Manusia memiliki dorongan-dorongan hidup

tertentu. Selain itu, manusia mempunyai pikiran-pikiran dan pertimbangan-pertimbangan, yang

menentukan sikap dan pendiriannya. Juga manusia mempunyai pergaulan hidup, baik di

rumahnya atau di tempat kerjanya, maupun masyarakat luas. Maka demikian pulalah seorang

pekerja memiliki perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, dan kehidupan sosial seperti itu. Dan

faktor-faktor tersebut menyebabkan pengaruh yang tidak sedikit terhadap keadaan pekerja dalam

pekerjaannya.

Psikologis seseorang sangat berpengaruh pada konsentrasi dalam melakukan sesuatu

pekerjaan. Bila konsesntrasi sudah terganggu maka akan mempengaruhi tindakan-tindakan yang

akan dilakukan ketika bekerja. Sehingga kecelakaan kerja sangat mungkin terjadi. Contoh faktor

psikologis yang dapat mempengaruhi konsentrasi adalah:

1. Masalah-masalah dirumah yang terbawa ke tempat kerja

2. Suasana kerja yang tidak kondusif

3. Adanya pertengkaran dengan teman sekerja

4. Dan lai-lain

          

c. Stres

Stres yang berhubungan dengan masalah pekerjaan mungkin merupakan satu-satunya faktor

terpenting yang memengaruhi dunia kerja di Amerika pada saat ini. Stres kerja, begitu istilah

singkatnya, terjadi ketika seseorang tidak dapat memenuhi tuntuntan atau kebutuhan dari

pekerjaanya. Terlalu banyak yang harus dilakukan, kurang waktu, dan kurang tenaga kerja atau

sumber daya untuk menuntaskan pekerjaan. Dalam survei terhadap 1400 orang, lebih dari satu

pertiga responden menyatakan telah mengalami penambahan beban kerja. Mereka bekerja

dengan waktu yang lebih panjang dan jam istirahat makan siang yang lebih pendek agar

pekerjaan bisa selesai. Akibatnya, para pekerja mulai mengalami kehabisan tenaga. Mereka

benar-benar tidak mampu mengatasinya. Mulai timbul banyak gejala stres secara fisik maupun

mental. Stres bukan hanya merugikan para tenaga kerja, tapi juga mengganggu kesehatan seluruh

Page 15: Makalah Pleno Blok 28

organisasi, baik itu organisasi yang mencari maupun tidak mencari keuntungan, bergerak di

bidang pendidikan, maupun organisasi pemerintah.

d. Keterampilan

Keterampilan disini bisa diartikan pengalaman seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan.

Misalnya melakukan start/stop pada sebuah peralatan, memakai alat-alat keselamatan, dan lain-

lain. Pengalaman sangat dibutuhkan ketika melakukan pekerjaan untuk menghindari kesalahan-

kesalahan yang berakibat timbulnya kecelakaan kerja.

e. Fisik

Lemahnya kondisi fisik sesorang berpengaruh pada menurunnya tingkat konsentrasi dan

motivasi dalam bekerja. Sedangkan kita tahu bahwa konsentrasi dan motivasi sangat dibutuhkan

ketika bekerja. Bila sudah terganggu, kecelakaan sangat mungkin terjadi. Contoh factor fisik ini

adalah kelelahan, dan menderita suatu penyakit.

f. Alat

Kondisi suatu peralatan baik itu umur maupun kualitas sangat mempengaruhi terjadinya

kecelakaan kerja. Alat-alat yang sudah tua kemungkinan rusak itu ada. Apabila alat itu sudah

rusak, tentu saja dapat mengakibatkan suatu kecelakaan. Contohnya adalah:

- Unit alat berat yang sudah tua

- Alat-alat safety yang sudah rusak

g. Proses (Safety)

Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan

keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat

manusia dan moral agama. Perlindungan tersebut bermaksud, agar tenaga kerja secara aman

melakukan pekerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan produktivitas nasional.

Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari pelbagai soal di sekitarnya dan pada dirinya

yang dapat menimpa dan mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya. Jelaslah, bahwa

keselamatan kerja adalah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja. Dalam hubungan ini,

bahaya yang dapat timbul dari mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,

Page 16: Makalah Pleno Blok 28

keadaan tempat kerja, lingkungan, cara melakukan pekerjaan, karakteristik fisik dan mental

daripada pekerjaannya harus sejauh mungkin diberantas atau dikendalikan.

(1)Terapi Medika Mentosa

a. PenatalaksanaansecaraUmum

Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan

pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing), dan sirkulasi

(circulation), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah

lagi, baru lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu terjadinya

kecelakaan penting dinyatakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat

golden periode 1-6 jam, bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan

anamnesis dan pemeriksaan fisik secara cepat, singkat dan lengkap. Kemudian lakukan

fotoradiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah

terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak.

b. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan

Atasi shock bila ada

Konservatif:

Proteksi, immobilisasi saja tanpa reposisi, reposisi tertutup dan fiksasi dengan

gibs.

Bila fraktur terbuka, maka harus segera dilakukan debridement dalam 6 jam

sejak kejadian open fractured

Bila fraktur tertutup untuk persiapan terapi definitive, bila segera operasi

dipasang skin traksisaja, bila masih lama operasinya dipasang skeletal traksi

(tuberositas tibia, bila isolated fractured/incorporated, supracondylar,

calcaneal traksibiladisertaifraktur lain sesuai kondisinya).

Evaluasi komplikasi-komplikasi dini yang mungkin timbul

Lokasi fraktur femur bisa jadi di bagian leher femur, trokanter, subtrokantor, diafiasis,

suprakondiler dan kondiler

Page 17: Makalah Pleno Blok 28

Gambar 4: Anatomi femur.

(Sumber: http://scienceblogs.com)

Pengobatan fraktur leher femur

Dapat berupa konservatif dengan indikasi yang sangat terbatas dan terapi operatif.

Pengobatan operatif hampir selalu dilakukan pada penderita fraktur leher femur baik

orang dewasa muda maupun pada orang tua karena perlu reduksi yang akurat dan stabil

dan diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang tua untuk mencegah komplikasi. Jenis

operasi:

Pemasangan pin

Pemasangan plate dan screw

Artroplasti: dilakukan pada penderita umur di atas 55tahun berupa:

Eksisi artroplasti (pseudoartrosis menurut Girdlestone)

Hemiartroplasti

Artroplasti total

Page 18: Makalah Pleno Blok 28

Pengobatan fraktur daerah trokanter

Fraktur tanpa pergeseran dapat dilakukan terapi konservasi dengan traksi. Pada

fraktur trokanterik, sebaiknya dilakukan pemasangan fiksasi interna dengan tujuan:

Untuk memperolehi fiksasi yang kuat

Untuk memberikan mobilisasi yang cepat pada orang tua

Pengobatan fraktur daerah subtrokanter

Reduksi terbuka dan fiksasi interna merupakan pengobatan pilihan dengan

mempergunakan plate dan screw.

Pengobatan fraktur diafisis femur

Terapi konservasi

Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan terapi

definitive untuk mengurangi spasme otot

Traksi tulang berimbang dengan Pearson pada sendi lutut.Indikasi traksi

terutama fraktur yang bersifat komunitif dengan segmental

Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah terjadi union fraktur

secara klinis.

Terapi operatif

Pemasangan plate dan screw terutama pada fraktur proksimal dan distal

femur

Mempergunakan K-nail, AO-nail atau jenis-jenis lain baik dengan operasi

tertutup ataupun terbuka.Indikasi K-nail, AO-nail terutama pada fraktur

diafisis

Fiksasi eksterna terutama pada fraktur segmental,fraktur komunitif, infected

pseudoartrosis atau fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak hebat.

Page 19: Makalah Pleno Blok 28

Pengobatan fraktur suprakondiler femur

Terapi konservasi

Traksi berimbang dengan mempergunakan bidai Thomas dan penahan lutut

Pearson

Cast-bracing

Spika panggul

Terapi operatif

Terapi operatif dilakukan pada fraktur terbuka atau adanya pergeseran

fraktur yang tidak dapat direduksi secara konservatif.Terapi dilakukan

dengan mempergunakan nail-plate dan screw dengan macam-macam tipe

yang tersedia.

Pengobatan fraktur supracondiler femur dan fraktur interkondiler

Terapi konservatif seperti pada fraktur suprakondiler dengan indikasi yang sama

Terapi operatif: karena fraktur ini bersifat intra-artikuler maka sebaiknya

dilakukan terapi operatif dengan fiksasi interna yang rigid untuk memperoleh

posisi anatomis sendi dan segera dilakukan mobilisasi.

Pengobatan fraktur kondilus femur

Terapi konservatif: pada fraktur yang tidak bergeser dapat dipergunakan

pemasangan gips sirkuler di atas lutut

Terapi operatif: mempergunakan screw agar didapatkan posisi anatomis sendi lutut dan

mobilisasi dapat segera dilakukan

I. PREVENTIF

Pencegahan dan pengendalian kecelakaan adalah dengan pendekatan kepada unsur-unsur:

1. Pendekatan terhadap kelemahan pada unsur manusia, antara lain :

Page 20: Makalah Pleno Blok 28

a) Pemilihan / penempatan pegawai secara tepat agar diperoleh keserasian antara

bakat dan kemampuan fisik pekerja dengan tugasnya.

b) Pembinaan pengetahuan dan keterampilan melalui training yang relevan dengan

pekerjaannya.

c) Pembinaan motivasi agar tenaga kerja bersikap dan bertindak sesuai dengan

keperluan perusahaan.

d) Pengarahan penyaluran instruksi dan informasi yang lengkap dan jelas.

e) Pengawasan dan disiplin yang wajar.

2. Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat keras, antara lain :

a) Perancangan, pembangunan, pengendalian, modifikasi, peralatan kilang, mesin-

mesin harus memperhitungkan keselamatan kerja.

b) Pengelolaan penimbunan, pengeluaran, penyaluran, pengangkutan, penyusunan,

penyimpanan dan penggunaan bahan produksi secara tepat sesuai dengan standar

keselamatan kerja yang berlaku.

c) Pemeliharaan tempat kerja tetap bersih dan aman untuk pekerja.

d) Pembuangan sisa produksi dengan memperhitungkan kelestarian lingkungan.

e) Perencanaan lingkungan kerja sesuai dengan kemampuan manusia.

3. Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat lunak, harus melibatkan seluruh level

manajemen, antara lain :

a) Penyebaran, pelaksanaan dan pengawasan dari safety policy.

b) Penentuan struktur pelimpahan wewenang dan pembagian tanggung jawab.

c) Penentuan pelaksanaan pengawasan, melaksanakan dan mengawasi

sistem/prosedur kerja yang benar.

d) Pembuatan sistem pengendalian bahaya.

e) Perencanaan sistem pemeliharaan, penempatan dan pembinaan pekerja yang

terpadu.

f) Penggunaan standard/code yang dapat diandalkan.

Page 21: Makalah Pleno Blok 28

g) Pembuatan sistem pemantauan untuk mengetahui ketimpangan yang ada.

II. RUJUKAN

Untuk pengelolaan mapun untuk mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja, sering tenaga medis

maupun sarana di perusahaan tidak memadai. Sehingga perlu dikembangkan suatu sistem

rujukan. Sistem rujukan yang perlu dikembangkan meliputi:

a) Rujukan kasus untuk menegakkan diagnosis klinis maupun untuk perawatan dan

pengobatan

b) Rujukan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap (kepustakaan) mengenai efek

toksik bahan kimia, penelitian- penelitian yang telah dilakukan dan sebagainya.

c) Rujukan untuk mengatasi masalah kesehatan yang terjadi di perusahaan.

Saat sistem rujukan ini diperkembangkan adalah untuk keperluan menegakkan diagnosis klinis,

perawatan dan pengobatannya.

III. PENGELOLAAN

a) Pemeriksaan Kesehatan (MCU)

Pemeriksaan tenaga kerja secara umumnya bertujuan untuk :

a. Menilai kemampuan tenaga kerja melaksanakan pekerjaan tertentu, ditinjau

dari segi kesehatan.

b. Mendeteksi gangguan kesehatan yang mungkin berkaitan dengan pekerjaan

dan lingkungan kerja.

c. Mengidentifikasikan penyakit akibat kerja (PAK).

Pemeriksaan kesehatan dibagi kepada 3 bagian utama yaitu awal, berkala dan khusus

:

Pemeriksaan kesehatan awal (sebelum kerja)

Page 22: Makalah Pleno Blok 28

- Dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk

melakukan pekerjaan.

- Tujuan :

Tenaga kerja yang diterima sehat

Tidak mempunyai penyakit menular

Cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukan

Pemeriksaan kesehatan berkala (periodik)

- Dilakukan oleh dokter pada waktu tertentu terhadap tenaga kerja.

- Tujuan :

Mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja

Menilai kemungkinan pengaruh dari pekerjaan

Untuk pengendalian lingkungan kerja

Pemeriksaan kesehatan kerja khusus

- Dilakukan secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu

- Tujuan :

Menilai adanya pengaruh dari pekerjaan tertentu

Menilai terhadap tenaga kerja atau golongan tenaga kerja tertentu.

Pemeriksaan tenaga kerja ini meliputi pemeriksaan fisik, laboratorium (darah dan urin)

rutin dan pemeriksaan khusus lainya jika dianggap perlu. Setelah ditemukan diagnosis,

PAK harus segera dilaporkan. Dokter pemeriksaan kesehatan tenaga kerja harus segera

membuat laporan kepada perusahaan dan tembusannya kepada disnaker setempat. Selain

itu, dokter pemeriksaan kesehatan tenaga kerja harus membuat laporan kegiatannya kepada

disnaker setempat setiap setahun sekali.

ii) Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatahan kerja turut diterapkan dalam mengatasi penyakit akibat kerja.

Dengan adanya pelayanan kesehatan, ini dapat memenuhi kebutuhan unik individu,

Page 23: Makalah Pleno Blok 28

kelompok dan masyarakat di tatanan industri, pabrik, tempat kerja, tempak konstruksi,

universitas dan lain-lain. Tujuan utama pelayanan kesehatan adalah :

Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri

Melindung tenaga kerja terhadap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan

atau lingkungan kerja.

Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dari kemampuan fisik

tenaga kerja.

Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi.

4 kategori pelayanan kesehatan yang utama adalah :

Pelayanan Promotif.

Peningkatan kesehatan (promotif) pada pekerja dimaksudkan agar keadaan fisik dan

mental pekerja senantiasa dalam kondisi baik. Pelayanan ini diberikan kepada tenaga

kerja yang sehat dengan tujuan untuk meningkatkan kegairahan kerja, mempertinggi

efisiensi dan daya produktifitas tenaga kerja di lingkungan Perusahaan.

Kegiatannya antara lain meliputi:

1. Pendidikan dan penerangan tentang kesehatan kerja.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja yang sehat.

3. Peningkatan status kesehatan (bebas penyakit) pada umumnya.

4. Perbaikan status gizi.

5. Konsultasi psikologi.

6. Olah raga dan rekreasi.

Pelayanan Preventif.

Pelayanan ini diberikan guna mencegah terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit

menular dilingkungan kerja dengan menciptakan kondisi pekerja dan mesin atau tempat

kerja agar ergonomis, menjaga kondisi fisik maupun lingkungan kerja yang memadai

dan tidak menyebabkan sakit atau mebahayakan pekerja serta menjaga pekerja tetap

sehat.

Page 24: Makalah Pleno Blok 28

Kegiatannya antara lain meliputi:

1. Pemeriksaan kesehatan yang terdiri atas:

a. Pemeriksaan awal/sebelum kerja.

b. Pemeriksaan berkala.

c. Pemeriksaan khusus.

2. Imunisasi.

3. Kesehatan lingkungan kerja.

4. Perlindungan diri terhadap bahaya dari pekerjaan.

5. Penyerasian manusia dengan mesin dan alat kerja.

6. Pengendalian bahaya lingkungan kerja agar ada dalam kondisi aman

(pengenalan, pengukuran dan evaluasi).

Pelayanan Kuratif.

Pelayanan pengobatan terhadap tenaga kerja yang menderita sakit akibat kerja dengan

pengobatan spesifik berkaitan dengan pekerjaannya maupun pengobatan umumnya serta

upaya pengobatan untuk mencegah meluas penyakit menular dilingkungan pekerjaan.

Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang sudah memperlihatkan gangguan

kesehatan/gejala dini dengan mengobati penyakitnya supaya cepat sembuh dan mencegah

komplikasi atau penularan terhadap keluarganya ataupun teman kerjanya. Kegiatannya

antara lain meliputi:

1. Pengobatan terhadap penyakit umum.

2. Pengobatan terhadap penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

Pelayanan Rehabilitatif.

Pelayanan ini diberikan kepada pekerja karena penyakit parah atau kecelakaan parah

yang telah mengakibatkan cacat, sehingga menyebabkan ketidakmampuan bekerja secara

permanen, baik sebagian atau seluruh kemampuan bekerja yang baisanya mampu

dilakukan sehari-hari.

Kegiatannya antara lain meliputi:

Page 25: Makalah Pleno Blok 28

1. Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya yang masih

ada secara maksimal.

2. Penempatan kembali tenaga kerja yang cacat secara selektif sesuai kemampuannya.

3. Penyuluhan pada masyarakat dan pengusulan agar mau menerima tenaga kerja yang

cacat akibat kerja.

iii)Pemeriksaan lingkungan kerja

Kemudian bisa dilakukan pemeriksaan lingkungan kerja dengan menilai potensial hazard.

Bahaya potensial hazard di gedung (tempat tinggi) adalah physical agent dan ergonomic

agent.

Physical agent

Debu merupakan salah satu sumber gangguan yang tidak dapat diabaikan. Dalam kondisi

tertentu debu merupakan bahaya yang dapat menimbulkan kerugian besar. Tempat kerja

yang prosesnya mengeluarkan debu dapat menyebabkan pengurangan kenyamanan kerja,

gangguan penglihatan dan gangguan fungsi faal paru-paru. Pengontrolan debu dalam ruang

kerja:

Metode pencegahan terhadap transmisi ialah:

a) Memakai metode basah: Lantai disiram air supaya debu tak berterbangan di

udara.Pengeboran basah(wet drilling) untuk mengurangi debu yang ada di udara.Debu jika

disemprot dengan uap air akan berflocculasi lalu mengendap.

b) Menggunakan APD seperti masker.

Pencegahan terhadap sumber diusahakan debu tidak keluar dari sumber yaitu dengan

pemasangan local exhauster.

Perlindungan diri terhadap pekerja antara lain berupa tutup hidung atau masker.

Ergonomical agent

Dengan evaluasi fisiologis,psikologis serta cara-cara tak langsung beban kerja dapat diukur

dan dianjurkan modifikasi yang sesuai antara kapasitas kerja dengan beban kerja dan beban

tambahan. Tujuan utamanya adalah untuk menjamin kesehatan kerja dan meningkatkan

produktivitas. Disain tempat kerja gambaran dasar untuk kenyamanan, produktifitas dan

keamanan.

Page 26: Makalah Pleno Blok 28

a) Rancangan dan arus lalu lintas

b) Pencahayaan

c) Temperatur,kelembapan dan ventilasi

d) Mobilisasi (aktifitas kerja)

e) Fasilitas sanitasi dan drainase

Alat Pelindung Diri

Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha tehnis pengamanan tempat, peralatan, dan

lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan. Namun kadang-kadang keadaan bahaya masih

belum dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan alat-alat pelindung diri. Alat-alat

demikian harus memenuhi persyaratan: (1) enak dipakai; (2) tidak mengganggu kerja; dan (3)

memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.

Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan.

Pakaian tenaga kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak

longgar) pada dada atau punggung, tidak berdasi dan tidak ada lipatan-lipatan yang mungkin

mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya memakai celana panjang, jala rambut, baju yang pas

dan tidak memakai perhiasan-perhiasan. Pakaian kerja sintetis hanya baik terhadap bahan-bahan

kimia korosif, tetapi justru berbahaya pada lingkungan kerja dengan bahan-bahan dapat meledak

oleh aliran listrik statis.

Alat-alat proteksi diri beraneka ragam macamnya. Jika digolong-golongkan menurut bagian-

bagian tubuh yang dilindunginya, maka jenis alat-alat proteksi diri dapat dilihat pada daftar sbb:

Kepala : pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai bahan

Mata : kacamata dari berbagai gelas

Muka : perisai muka

Tangan dan jari-jari : sarung tangan

Kaki : sepatu

Alat pernafasan : respirator/masker khusus

Telinga : sumbat telinga, tutup telinga

Tubuh : pakaian kerja dari berbagai bahan.

Page 27: Makalah Pleno Blok 28

System manajemen

OHSAS 18001 adalah suatu standar internasional untuk Sistem manajemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja. Yang terbaru adalah OHSAS 18001:2007 menggantikan OHSAS

18001:1999 dan dimaksudkan untuk mengelola aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

OHSAS 18001 menyediakan kerangka bagi efektifitas manajemen K3 termasuk kesesuaian

dengan peraturan perundang-undangan yang diterapkan pada aktifitas anda dan mengenali

adanya bahaya yang timbul.

SMK3; sistem manajemen kesehatan keselamatan kerja (SMK3) dalam Permenaker 05/Men/

1996 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi stuktur organisasi,

perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan

bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan

dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja

guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

SMK3 adalah standar yang diadopsi dari standar Australia AS4801 ini

serupa dengan Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS) 18001 standar ini

dibuat oleh beberapa lembaga sertifikasi dan lembaga standarisasi kelas dunia. SMK3

merupakan alat bantu yang dapat digunakan untuk memenuhi tuntutan dan persyaratan yang ada

dan berlaku yang berhubungan dengan jaminan keselamatan kerja dan kesehatan kerja. SMK3

merupakan sebuah sistem yang dapat diukur dan dinilai sehingga kesesuaian terhadapnya

menjadi obyektif. SMK3 digunakan sebagai patokan dalam menyusun suatu sistem manajemen

yang berfokus untuk mengurangi dan menekan kerugian dalam kesehatan, keselamatan dan

bahkan properti.

Tujuan dan sasaran SMK3 adalah pengendalian risiko dengan penciptaan suatu sistem

keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga

kerja, yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat

kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Tujuan penerapan SMK3 :

1. Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia,

Page 28: Makalah Pleno Blok 28

2. Meningkatkan komitmen pimpinan dalam melindungi tenaga kerja,

3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi globalisasi,

4. Proteksi terhadap industri dalam negeri,

5. Meningkatkan daya saingan dalam perdagangan internasional,

6. Meningkatkan pencegahan kecelakaan melalui pendekatan sistem,

7. Pencegahan terhadap problem sosial dan ekonomi

Karena kesehatan dan keselamatan kerja bukan semata-mata kebutuhan pemerintah, masyarakat,

pasar atau dunia internasional akan tetapi juga merupakan tanggung jawab dari para pengusaha

untuk menyediakan tempat kerja yang aman dan nyaman bagi para pekerjanya adalah alasan

dalam penerapan SMK3. Selain itu manfaat kesesuaian dengan SMK3 adalah memastikan bahwa

resiko kecelakaan kerja ditekan hingga pada resiko yang dapat ditoleransi, meyakinkan pemberi

kerja atau pelanggan bahwa proses pekerjaan selalu menggunakan aturan kesehatan dan

keselamatan kerja yang baku dan global. Keuntungan dalam penerapan SMK3 dapat secara

langsung dan tidak langsung.

Keuntungan langsung, antara lain:

1. Dapat mengurangi jam kerja yang hilang yang dikarenakan karena kecelakaan kerja,

2. Menghindari hilangnya nyawa ataupun benda material perusahaan karena kecelakaan kerja,

3. Menciptakan tempat kerja yan produktif dan efisien karena pekerja merasa aman dalam

tempat kerja

Keuntungan tidak langsung yaitu:

1. Meningkatkan nama baik perusahaan pada pasar,

2. Menciptakan hubungan yang harmonis antara perusahaan dan pekerjanya,

3. Perawatan terhadap alat dan mesin kerja menjadi lebih baik sehingga alat dan mesin

perusahaan menjadi tahan lama dan mengurangi biaya untuk pembelian alat baru yang rusak.

Penerapan SMK3 dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu:

1. Peninjauan Awal

Page 29: Makalah Pleno Blok 28

Pada fase ini organisasi yang akan menerapkan wajib menilai kesesuaian terhadap

persyaratan yang berlaku, termasuk meninjau proses-proses yang ada khususnya yang

berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan.

2. Proses Penerapan

Pada tahapan ini organisasi menetapkan kebijakan Kesehatan dan keselamatan kerja, sasaran

terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, pelaksanaan hazard identification and risk

assessment, penetapan kegiatan pelatihan, pengendalian proses, pendokumentasian,

investigasi dan tindakan perbaikan, latihan-latihan penanganan Bahaya, kegiatan audit dan

rapat peninjauan

3. Penilaian Keseluruhan

Pada fase ini, organisasi akan diaudit untuk menilai kesesuaian rencana kerja dan hasil kerja

terhadap persyaratan standar SMK3 dan peraturan yang menyertainya. Apabila proses audit

berjalan dengan lancar dan tidak ditemukan ketidaksesuaian mayor, maka organisasi

memperoleh pengakuan dengan menerima sertifikat SMK3 dari Pemerintah atau OHSA dari

lembaga sertifikasi Benefit When Implementing SMK3.

Penerapan SMK3 di tempat kerja terdapat ketentuan-ketentuan yang wajib dilakukan antara lain:

1 Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja serta menjamin komitmen terhadap

penerapan SMK3,

2 Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan SMK3,

3 Menerapkan kebijakan kesehatan keselamatan kerja (K3) secara efektif dengan

mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai

kebijakan, tujuan dan sasaran K3,

4 Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta

melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan ,

5 Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara berkesinambungan

dengan tujuan meningkatkan kinerja K3.

Prinsip dasar dari SMK3 adalah:

1. Penetapan kebijakan K3, 

2. Perencanaan penerapan K3,

Page 30: Makalah Pleno Blok 28

3. Penerapan K3,

4. Pengukuran, pemantauan dan evaluasi kinerja K3,

5. Peninjauan secara teratur untuk meningkatkan kinerja K3 secara berkesinambungan.

KESIMPULAN

Kasus-kasus kecelakaan kerja, mungkin disebabkan oleh lingkungan yang tidak aman

atau perilaku yang tidak aman. Baik pemilik usaha dan pekerja bekerja sama

mengaktualisasikan keselamatan dan kesehatan kerja, pekerja setiap saat melaporkan

penyebab tidak aman di lingkungan kerja kepada pemilik usaha, pemilik usaha juga

bertanggung jawab melakukan perbaikan lingkungan, mengoreksi perilaku pekerja yang

tidak aman. Konsep ini tergantung pada pendidikan dan pelatihan keselamatan dan kesehatan

kerja dalam jangka waktu panjang, hingga terbentuk budaya keselamatan dan kesehatan

kerja, memperbaiki kondisi kerja secara tuntas, menjadi figur perusahaan yang baik, sehingga

dapat membuat pekerja saling membantu, menjamin kelancaran produksi, mencapai tujuan

nol kecelakaan kerja.

Page 31: Makalah Pleno Blok 28

Daftar Pustaka

1. P.K. Suma'mur. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: P.T Toko Gunung Agung. 2009.h:292-301.

2. LaDou J. Current occupational and environmental medicine. Edisi 4. USA: McGraw-Hill Companies;2007.h.310-32.

3. Baratwidjaja GK, Harjono KT. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II, Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2001.h.94-6.

4. R.K, Suma’mur. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja (Hiperkes). Jakarta: CV Sagung Seto; 2009. h. 272-579.

5. Suardi R. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja: manajemen risiko. Jakarta: Penerbit PPM; 2007. H. 1,8, 88-90.

6. Ridley, John. Kesehatan dan keselamatan kerja. Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga; 2008.h.39-144.

7. Kurniawidjaja LM. Teori dan aplikasi kesehatan kerja. Jakarta: UI Press;2010.h.67-9.8. Ridley John. Ikhitisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Erlangga,

2006. Hal 77-95, 113-118, 142-1439. Jeyaratnam J, David KOH. Praktik kedokteran kerja. Jakarta: penerbit buku EGC; 2010.h.261-

270.10. Suardi, Rudi. Sistem keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta. PPM. 200711. Djoko Simbardjo. Fraktur Batang Femur. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bagian Bedah

FKUI12. Suma’mur PK. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Toko Gunung Agung. 1967.13. Suma’mur PK. Keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT Toko Gunung Agung.

1981.14. Aulia Ishak. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam upaya meningkatkan

proktivitas kerja. Di Unduh dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1458/1/industri-aulia3.pdf. 22 Oktober 2011

15. Utami, S.D., 2006. Hubungan Antara Pemakaian Alat Pelindung Tangan dengan Kecacatan Akibat Kecelakaan Kerja di PT. Purinusa Eka Persada Semarang Tahun 2005. Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Page 32: Makalah Pleno Blok 28

Makalah Pleno

Kecelakaan akibat kerja

Kelompok : A5

0 Igri Septiani Ryska 102010318

0 Andreas Yoga K 102009002

0 Paskalina 102010099

0 Steven Hartanto K 102009186

0 Tiara Alexander 102010343

0 Alvina Mulya Nanta 102010185

0 Ain Nabila Z 102010389

0 Mohammad Amirul Azwan 102009270

Fakultas kedokteran ukrida

Thn ajaran 2013