makalah kimia klinik

39
TUGAS KIMIA KLINIK Pemeriksaan Feses (Makroskopis, Mikroskopis dan Kimiawi) Disusun Oleh: Anis Mirfaqoh Asmarina Br. Ginting Victor Imanuel Glen Wardha Ningsih JURUSAN D3 ANALIS KESEHATAN POLTEKES KEMENKES JAYAPURA PAPUA 2014

description

kimia

Transcript of makalah kimia klinik

TUGAS KIMIA KLINIK

Pemeriksaan Feses

(Makroskopis, Mikroskopis dan Kimiawi)

Disusun Oleh:

Anis Mirfaqoh

Asmarina Br. Ginting

Victor Imanuel Glen

Wardha Ningsih

JURUSAN D3 ANALIS KESEHATAN

POLTEKES KEMENKES JAYAPURA

PAPUA

2014

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena

atas berkat dan limpahan rahmatnya maka kami bisa menyelesaikan tugas makalah

dari mata kuliah kimia klinik I yang berjudul “PEMERIKSAAN FESES” dengan tepat

waktu.

Melalui kata pengantar ini kami terlebih dahulu meminta maaf dan memaklumi

bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kurang tepat atau

menyinggung perasaan pembaca. Kami juga mengharapkan adanya masukkan dari

pembaca.

Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih

dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan

manfaat.

Jayapura,september 2014

Penulis

Tugas Kimia Klinik Page i

DAFTAR ISI

Kata pengantar....................................................................................................... i

Daftar Isi................................................................................................................. ii

BAB I Pendahuluan...............................................................................................

1.1 Latar Belakang................................................................................................11.2 Tujuan..............................................................................................................3

BAB II Pembahasan.............................................................................................4

2.1 Pengertian Feses…………………………………………………………………….4

2.2 Dekomposisi Tinja……………………………………………………………………5

2.3 Pemeriksaan Feses………………………………………………………………….7

2.4 Akibat Buruknya Pembuangan Feses……………………………………………..19

Lampiran gambar.................................................................................................22

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan....................................................................................................24

3.2 Daftar Pustaka...............................................................................................25

Tugas Kimia Klinik Page ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakangTinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui

anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem

saluran pencernaan (tractus digestifus). Pengertian tinja ini juga mencakup

seluruh bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk karbon

monoksida (CO2) yang dikeluarkan sebagai sisa dari proses pernafasan,

keringat, lendir dari ekskresi kelenjar, dan sebagainya .Ekskreta manusia

(human excreta) yang berupa feses dan air seni (urine) merupakan hasil akhir

dari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia yang menyebabkan

pemisahan dan pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh.

Tinja merupakan hasil dari proses pencernaan makanan. Mulut merupakan

saluran pertama yang dilalui makanan. Pada rongga mulut, dilengkapi alat

pencernaan dan kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan makanan.

Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur makanan agar tidak

masuk ke trakea (tenggorokan). Fungsi esophagus adalah menyalurkan

makanan ke lambung. Agar makanan dapat berjalan sepanjang esophagus,

terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung.

Dinding lambung disusun oleh otot-otot polos yang berfungsi menggerus

makanan secara mekanik melalui kontraksi otot-otot tersebut. Selain

pencernaan mekanik, pada lambung terjadi pencernaan kimiawi dengan

bantuan senyawa kimia yang dihasilkan lambung. Pada usus halus hanya

terjadi pencernaan secara kimiawi saja, dengan bantuan senyawa kimia yang

dihasilkan oleh usus halus serta senyawa kimia dari kelenjar pankreas yang

dilepaskan ke usus halus. Makanan yang berasal dari lambung dan bersuasana

asam akan dinetralkan oleh bikarbonat dari pancreas. Makanan yang kini

berada di usus halus kemudian dicerna sesuai kandungan zatnya.

Fungsi kolon adalah menyerap air selama proses pencernaan. Tempat

dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil simbiosis dengan

bakteri usus, misalnya E.coli, membentuk massa feses, mendorong sisa

makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh. Pengeluaran feses dari

tubuh disebut defekasi.

Tugas Kimia Klinik Page 1

Anus merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum

dibuang lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum.

Apabila feses sudah siap dibuang maka otot spinkter rectum mengatur

pembukaan dan penutupan anus.

Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat

hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak,

urobilin, gas indol, skatol dan sterkobilinogen.

Pada keadaan patologik seperti diare didapatkan peningkatan sisa makanan

dalam tinja, karena makanan melewati saluran pencernaan dengan cepat dan

tidak dapat diabsorpsi secara sempurna.

Bahan pemeriksaan tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan, jika

pemeriksaan sangat diperlukan contoh tinja dapat diambil dengan jari bersarung

dari rektum.

Untuk pemeriksaan rutin dipakai tinja sewaktu dan sebaiknya tinja diperiksa

dalam keadaan segar karena bila dibiarkan mungkin sekali unsur unsur dalam

tinja menjadi rusak. Pemeriksaan tinja terdiri atas pemeriksaan makroskopik,

mikroskopik dan kimia.

Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium

yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu

penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan

laboratorium yang modern , dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih

diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan

mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses , cara

pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar

akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi.

Hal yang melatar belakangi penulis menyusun sebuah makalah dengan

judul “pemeriksaan laboratorium pada feses sebagai pemeriksaan penunjang

dalam penegakan diagnosa berbagai penyakit”. Agar para tenaga teknis

laboratorium patologi klinik serta para mahasiswa dari berbagai program studi

kesehatan khususnya mahasiswa analis kesehatan dapat meningkatkan

kemampuan dan mengerti bermacam-macam penyakit yang memerlukan

sampel feses, memahami cara pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses

secara benar. mampu melaksanakan pemeriksaan sampel feses dengan baik,

Tugas Kimia Klinik Page 2

dan pada akhirnya mampu membuat interpretasi hasil pemeriksaan feses

dengan benar.

1.2 Tujuan.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. sebagai penyelesaian tugas mata kuliah kimia klinik I oleh dosen pengampu

bapak Fajar kurniawan S.st

2. Mengetahui pengertian,indikasi dan prosedur pemeriksaan feses

Tugas Kimia Klinik Page 3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Feses

Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang

harus dikeluarkan dari dalam tubuh.Tinja (feses)merupakan satu sumber

penyebaran penyakit yang multi kompleks.orang yang terkena diare,kolera dan

infeksi cacing biasanya mendapatkan infeksi ini melalui tinja (feses).seperti halnya

sampah tinja juga mendatangkan lalat dan hewan-hewan lainnya.Lalat yang hinggap

diatas tinja yang mengandung kuman-kuman dapat menularkan kuman-kumanitu

lewat makanan yang dihinggapinya, dan manusia lalu memakan makanantersebut

sehingga berakibat sakit. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan akibat tinja

manusia antara lain tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi,

tambang, pita), schistosomiasis, dan sebagainya.

Pengerasan tinja atau feses dapat menyebabkan meningkatnya waktu dan

menurunnya frekuensi buang air besar antara pengeluarannya atau

pembuangannya disebut dengan konstipasi atau sembelit. Dan sebaliknya, bila

pengerasan tinja atau feses terganggu, menyebabkan menurunnya waktu dan

meningkatnya frekuensi buang air besar disebut dengan diare atau mencret.

Seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari sekitar 83

gram dan menghasilkan air seni sekitar 970 gram. Kedua jenis kotoran manusia ini

sebagian besar berupa air, terdiri dari zat-zat organik (sekitar 20% untuk tinja dan

2,5% untuk air seni), serta zat-zat anorganik seperti nitrogen, asam fosfat, sulfur,

dan sebagainya. 

Pada setiap gram tinja juga mengandung berjuta-juta mikroorganisme yang

pada umumnya tidak berbahaya bagi kesehatan/ tidak menyebabkan penyakit.

Namun tinja potensial mengandung mikroorganisme patogen, terutama apabila

manusia yang menghasilkannya menderita penyakit saluran pencernaan makanan

(enteric or intestinal disesases). Mikroorganisme tersebut dapat berupa bakteri,

virus, protozoa, ataupun cacing-cacing parasit. Coliform bacteria yang dikenal

sebagai Echerichia coli dan Fecal stretococci (enterococci) yang sering terdapat di

saluran pencernaan manusia, dikeluarkan dari tubuh manusia dan hewan-hewan

berdarah panas lainnya dalam jumlah besar rata-rata sekitar 50 juta per gram .

Tugas Kimia Klinik Page 4

Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat

hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak,

urobilin, debris, celulosa gas indol, skatol, sterkobilinogen dan bahan patologis.

Normal : 100 – 200 gram / hari. Frekuensi defekasi : 3x / hari – 3x / minggu.

Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah

lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Feses

adalah salah satu parameter yang digunakan untuk membantu dalam penegakan

diagnosis suatu penyakit serta menyelidiki suatu penyakit secara lebih mendalam.

Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang

canggih, dalam beberapa kondisi pemeriksaan feses masih sangat penting yang

tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai

macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel

yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan

ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi. Feses merupakan spesimen yang

penting untuk diagnosis adanya kelainan pada system traktus gastrointestinal seperti

diare, infeksi parasit, pendarahan gastrointestinal, ulkus peptikum, karsinoma dan

sindroma malabsorbsi.

Pemeriksaan feses dibagi menjadi 3 macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan

makroskopis, mikroskopis dan kimia. Pemeriksaan makroskopis terdiri dari

Pemeriksaan jumlah, pemeriksaan warna, pemeriksaan bau, pemeriksaan

konsistensi, pemeriksaan lendir, pemeriksaan darah.pemeriksaan nanah,

pemeriksaan parasit dan pemeriksaan adanya sisa makanan. Pemeriksaan

mikroskopis feses terdiri dari pemeriksaan terhadap Protozoa, telur cacing, leukosit,

eritrosit, epitel, kristal,makrofag,sel ragi, dan jamur. Pemeriksaan kimia meliputi

pemeriksaan Darah samar, urobilin, urobilinogen dan bilirubin

2.2 Dekomposisi Tinja

Tinja dimana saja berada atau ditampung akan segera mulai mengalami

penguraian (decompotition), yang pada akhirnya akan berubah menjadi bahan yang

stabil, tidak berbau, dan tidak mengganggu. Aktifitas utama dalam proses

dekomposisi adalah :

Tugas Kimia Klinik Page 5

Pemecahan senyawa organic kompleks, seperti protein dan urea, menjadi

bahan yang lebih sederhana dan lebih stabil;

Pengurangan volume dan massa (kadang - kadang sampai 80%) dari bahan

yang mengalami dekomposisi, dengan hasil gas metan, karbondioksida,

amoniak, dan nitrogen yang dilepaskan ke atmosfer; Bahan - bahan yang

terlarut yang dalam keadaan tertentu meresap kedalam tanah di bawahnya.

Penghancuran organisme pathogen yang dalam beberapa hal tidak mampu

hidup dalam proses dekomposisi, atau diserang oleh banyak jasad renik

didalam massa yang tengah mengalami dekomposisi. Bakteri memegang

peranan penting dalam dekomposisi. Aktifitas bakteri dapat berlangsung dalam

suasana aerobik, yakni dalam keadaan terdapat udara, atau anaerobic dalam

keadaan tidak terdapat oksigen.

Proses dekomposisi berlangsung pada semua bahan organic mati yang berasal

dari tumbuhan atau hewan, terutama pada komponen nitrat, sulfat,atau karbonat

yang dikandungnya. Pada kotoran manusia yang merupakan campuran tinja dan air

seni yang relative kaya akan senyawa nitrat, proses dekomposisi terjadi melalui

siklus nitrogen. Pada siklus ini, pertama - tama, senyawa dipecahkan menjadi

amonia dan bahan sederhana lainnya. Kemudian, diubah oleh bakteri nitrit (nitrifying

bacteria) menjadi nitrit dan nitrat. Bau merangsang yang timbul selama dekomposisi

air seni disebabkan oleh amonia yang terlepas sebelum berubah menjadi bentuk

yang lebih stabil. Dekomposisi dapat berlangsung sangat cepat, dari beberapa hari

pada dekomposisi mekanis yang sangat terkendali sampai dengan beberapa bulan,

bahkan hamper satu tahun pada kondisi rata - rata lubang jamban. Pada umunya,

kondisi yang terjadi pada dekomposisi tinja tidak menguntungkan bagi kehidupan

organisme pathogen. Bukan hanya karena temperatur dan kandungan airnya yang

menghambat pertumbuhan organisme pathogen itu, melainkan kompetisi antara

flora bakteri dan protozoa, yang bersifat predator dan merusak.

Hasil akhir proses dekomposisi mengandung nutrient tanah yang bermanfaat

dan dapat memberikan keuntungan bila digunakan sebagia pupuk penyubur

tanaman (fertilizer). Kadang - kadang petani mengeluh karena sedikitnya kandungan

nitrogen pada tinja yang telah memngalami dekomposisi. Tinja segar memang

mengandung lebih banyak bahan nitrogen, namun bahan itu tidak dapat digunakan

oleh tanaman pada susunannya yang asli. Tanaman hanya dapat menggunaan

Tugas Kimia Klinik Page 6

nitrogen sebagian amonia, nitrit, atau nitrat yang mana dihasilkan selama

dekomposisi tahap lanjutan. Bila tinja segar dihamparkan diatas tanah, kebanyakan

nitrogen akan berubah menjadi bahan padat yang menguap ke udara sehingga tidak

dapat dimanfaatkan oleh tanaman.

2.3 Pemeriksaan Feses

Pemeriksaan Feses merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil feces

sebagai bahan pemeriksaan , yaitu pemeriksan lengkap dan pemeriksaan kultur.

Jenis makanan serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun

konsistensinya.

1.Indikasi Pemeriksaan :

Adanya diare dan konstipasi

Adanya ikterus

Adanya gangguan pencernaan

Adanya lendir dalam tinja

Kecurigaan penyakit gastrointestinal

Adanya darah dalam tinja

2. Syarat Pengumpulan Feces :

Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak

dikeluarkan. Bila pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.

Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum

pemeriksaan.

Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan

Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher

Pasien konstipasi

Kasus Oxyuris

1. Alur pemeriksaan :

Pengumpulan bahan Pemeriksaan

Pengiriman dan Pengawetan bahan tinja,

Pemeriksaan tinja

Tugas Kimia Klinik Page 7

Pelaporan hasil pemeriksaan.

2. Manfaat pemeriksaan

Mengetahui ada tidaknya masalah pada pencernaan

Mengetahui apa saja kandungan yang terdapat pada feses

3. Pemeriksaan feces lengkap

1.Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik tinja yang meliputi pemeriksaan jumlah,

warna, bau,konsistensi,darah, lendir dan parasit. Pemeriksaan makroskopik

(dapat dilihat dengan mata telanjang). Adanya darah dan lendir menandakan

infeksi yang harus segera diobati, yaitu infeksi karena amuba atau bakteri

shigella.

1.pra analitik

a. Persiapan pasien

Pasien tidak dibenarkan makan obat pencahar sebelumnya.preparat besi

akan mempengaruhi warna tinja dan sebaiknya dihentikan 4-6 hari

sebelum pengambilan sampel.

b. Persiapan sampel

Sampel sebaiknya tinja segar (pagi hari) sebelum sarapan pagi atau tinja

baru,defekasi spontan,dan diperiksa laboratorium dalam waktu 2-3 jam

setelah defekasi.

c. pengumpulan sampel

syarat dalam pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses :

Wadah pot plastic yang bermulut lebar,tertutup rapat dan bersih.beri

label :nama,tanggal,nomor pasien,jenis kelamin,umur,diagnose

awal.tinja tidak boleh mengenai bagian luar wadah dan diisi jangan

terlalu penuh.kertas tolet tidak dibenarkan sebagai wadah tinja karena

mengandung bismuth.

Harus diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan jika ada penundaan

simpan di almari es

Tugas Kimia Klinik Page 8

Tidak boleh menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari sebelum

pemeriksaan

Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan. misalnya

bagian yang bercampur darah atai lendir

Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher sebagai

pemeriksaan tinja sewaktu.

Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu

Pada Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object

glass

Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca atau

sari bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti plastic. Kalau

konsistensi tinja keras,dos karton berlapis paraffin juga boleh dipakai.

Wadah harus bermulut lebar

Oleh karena unsure-unsur patologik biasanya tidak dapat merata, maka

hasil pemeriksaan mikroskopi tidak dapat dinilai derajat kepositifannya

dengan tepat, cukup diberi tanda –(negatif),(+),(++),(+++) saja

d. cara pengambilan

Tinja segar,sebaiknya tinja pagi hari atau tinja baru dan defekasi

spontan.ambil tinja bagian tengahnya sebesar ibu jari,masukkan kedalam

wadah dan tutup rapat.

Rectal swab

Anal swab (jarang dilakukan

2.Analitik

Alat :1.lidi /spatel kayu

2.kapas lidi

.cara kerja

Sampel diperiksa ditempat yang terang

Perhatikan warna,bau,konsistensi,adanya darah,lender,nanah,cacing dll.

3.Pasca analitik

Hasil dan interpretasi

Pemeriksaan Jumlah

Tugas Kimia Klinik Page 9

Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100--250 gram per

hari.Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makananbila banyak makan sayur

jumlah tinja meningkat.Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan

berbentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair,sedangkan

sebaliknya tinja

yang keras atau skibala didapatkanpada konstipasi. Peragian karbohidrat

dalam usus menghasilkantinja yang lunak dan bercampur gas.

Pemeriksaan Bau Feses

Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri

menghasilkan senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang

mengandung belerang), dan juga gas hidrogen sulfida. Asupan makanan

berupa rempah-rempah dapat menambah bau khas feses atau tinja. Di

pasaran juga terdapat beberapa produk komersial yang dapat mengurangi

bau feses atau tinja.

Pemeriksaan Warna Feses

Feses umumnya berwarna Kuning di karenakan Bilirubin (sel darah merah yang

mati, yang juga merupakan zat pemberi warna pada feses dan urin). Bilirubin adalah

pigmen kuning yang dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin (Hb) di dalam hati

(liver). Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan dibuang melalui feses. Fungsinya

untuk memberikan warna kuning kecoklatan pada feses. Selain itu warna dari feses

ini juga dapat dipengaruhi oleh kondisi medis, makanan serta minuman yang

dikonsumsi, karena itu sangat mungkin warna feses berubah sesuai dengan

makanan yang dikonsumsi.

Warna Kuning Kecoklatan :Feses berwarna Kuning adalah normal. Karena

Feses manusia pada umumnya adalah warna ini. Warna kecoklatan atau

keKuningan ini disebabkan karena feses mengandung suatu zat berwarna

orange-kuning yg disebut Bilirubin. Nah, ketika Bilirubin ini bergabung dgn zat

besi dari usus maka akan dihasilkan perpaduan warna cokelat kekuning -

kuningan.

Warna Hitam Feses:berwarna Hitam bisa jadi mengandung darah dari sistem

pencernaan sebelah atas, kerongkongan, lambung ato jg bagian hulu usus

halus. Zat Lain yg memberi warna Hitam ke feses kita bisa juga dari zat-zat

Tugas Kimia Klinik Page 10

makanan berwarna Hitam(Licorice), timbal, pil yg mengandung besi, pepto-

bismol atau blueberry. Bisa juga karena mengkonsumsi herb (sejenis

tumbuhan yang dikenal dengan akar manis).

Warna Hijau : Feses warna Hijau didapat dari Klorofil sayuran, seperti bayam

yang dikonsumsi. Selain itu pewarna makanan biru atau hijau yang biasa

terkandung dalam minuman atau es bisa menyebabkan feses berwarna hijau.

Kondisi ini biasanya disebabkan oleh makanan yang terlalu cepat melewati

usus besar sehingga tidak melalui proses pencernaan dengan sempurna.

Feses Hijau jg bisa terjadi pada diare, yakni ketika bahan pembantu

pencernaan yg diproduksi hati dan disimpan dalam empedu usus tanpa

pengolahan atau perubahan. Ada kejadian khusus pada bayi dimana jika feses

berwarna hijau dianggap feses normal, khususnya ketika bayi itu baru aja

dilahirkan.

Warna Merah : Seperti layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini

dominan diberi oleh kandungan darah. Darah ini di dapat dari sistem

pencernaan bagian bawah. Wasir dan radang usus besar adalah yang menjadi

penyebab utama Feses menjadi berwarna merah. Feses merah akibat

makanan umumnya disebabkan oleh buah bit, makanan dengan pewarna

merah termasuk minuman bubuk dan juga makanan yang mengandung gelatin.

Mengkonsumsi tomat juga bisa membuat feses jadi merah.

Warna Abu-abu / Pucat : Sama dalam dunia manusia, wajah pucat

menandakan orang yang sakit bukan ? Kali ini feses pucat pun menandakan si

empunya Feses sedang dilanda sakit. Biasanya sang empunya sedang

mengalami penyakit Liver, pankreas, atau empedu, maka pantat dari sang

empu akan berwarna abu-abu atau pucat

Pemeriksaan Konsistensi

Pemeriksaan Konsistensi Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan

bebentuk.

Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya

tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi.

Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan

bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit

Tugas Kimia Klinik Page 11

hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan alabsorpsi

usus

Pemeriksaan Lendir

Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja.

Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada

dinding usus.

Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak

pada usus besar.

Lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus

halus.

Lendir saja tanpa tinja terjadi pada ada disentri, intususepsi dan ileokolitis .

Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik kolitis,

mucous colitis pada anxietas.

Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta

peradangan rektal anal.

Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya ulseratif

kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc.

Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous adenoma

colon.

Pemeriksaan Darah dan Nanah

darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu

mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja.

Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur

dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak

lambung atau varices dalam oesophagus.

Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian

luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau

karsinoma rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin hitam

warnanya.

Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah

samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya

perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau

Tugas Kimia Klinik Page 12

mikroskopik. Adanya darah dalam tinja selalu abnormal. Pada keadaan normal

tubuh kehilangan darah 0,5 – 2 ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes

darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2 ml/ hari

Pemeriksaan Nanah Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini

terdapat pada pada penyakit Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon sigmoid,

Lokal abses

Pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang

banyak.

Pemeriksaan Parasit

Pemeriksaan Parasit Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan

spesies cacing lainnya yang mungkin didapatkan dalam feses.

2..Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop: leukosit,

eritrosit, epitel, amilum, telur cacing,kristal,sisa makanan dan amuba). Adanya

amuba menandakan adanya infeksi saluran cerna terhadap amuba tersebut, dan

adanya telur cacing menandakan harus diobatinya pasien dari infeksi parasit.Dari

semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa

dan telur cacing

a. Analitik

Alat :

1.lidi/kapas lidi

2.kaca objek

3.kaca penutup

4,mikroskop

5.reagen : larutan eosin 2%,larutan lugol,larutan NaCL 0,9%

b. cara kerja

Tetesi kaca objek disebelah kiri dengan 1 tetes NaCl 0,9% dan sebelah kanan dengan 1 tetes larutan eosin 2% atau larutan lugol

Ambil tinja dibagian tengahnya atau pada permukaan yang mengandung lendir, darah atau nanah + seujung lidi

Aduk sampai rata pada masing- masing larutan Tutupi dengan kaca penutup

Tugas Kimia Klinik Page 13

Periksa dibawah mikroskop, mula- mula dengan pembesaran 10x kemudian 40x. Amati apakah ada telur cacing, amuba, eritrosit, leukkosit, sel epitel, Kristal, sisa makanan dll

Pasca Analitik

Hasil dan interpretasi

Protozoa 

Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru

didapatkan bentuk trofozoit. Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris

lumbricoides, Necator americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides

stercoralis dan sebagainya.

Giardia lamblia

Leukosit

Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan.

Pada disentri basiler, kolitis ulserosadan peradangan didapatkan peningkatan

jumlah leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir

pada penderita dengan alergi saluran pencemaan.

Eritrosit

Hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila

lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu

berarti abnormal. Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epitel

yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari

bagian proksimal jarang terlihat karena sel ini biasanya telah rusak. Jumlah sel

epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus

bagian distal.

Tugas Kimia Klinik Page 14

Kristal

Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal

tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium

oksalat didapatkan setelah memakan bayem atau strawberi, sedangkan kristal

asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin

dijumpai kristal Charcoat Leydendan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden

didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada

perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.

Sisa makanan

Hampir selalu dapat ditemukan juga pada keadaan normal, tetapi dalam keadaan

tertentu jumlahnya meningkat dan hal ini dihubungkan dengan keadaan abnormal.

Sisa makanan sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi

berasal dari hewan seperti serat otot, serat elastic  dan lain-lain.Untuk identifikasi

lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan lugol untuk menunjukkan adanya

amilum yang tidak sempurna dicerna. Larutan jenuh Sudan III atau IV dipakai

untuk menunjukkan adanya lemak netral seperti pada steatorrhoe. Sisa makanan

ini akan meningkat jumlahnya pada sindroma malabsorpsi.

Epitel

Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epitel yaitu yang berasal

dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal

jarang terlihat karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah

banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.

Tugas Kimia Klinik Page 15

Makrofag

Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya sering dapat

dilihat bakteri selain eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak

bergerak.

Sel ragi

Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya

ialah supaya jangan dianggap kista amoeba

Jamur

1) Pemeriksaan KOH

Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan larutan KOH

(kalium hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur, sedangkan pemeriksaan tinja

rutin adalah pemeriksaan tinja yang biasa dilakukan dengan menggunakan lugol.

Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan Kandidiasis

adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat

ditemukan bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk invasif dari Candida pada

sediaan tinja.

Timbulnya kandidiasis juga dapat dipermudah dengan adanya faktor risiko seperti

diabetes melitus, AIDS, pengobatan antikanker, dan penggunaan antibiotika

jangka panjang. Kalau memang positif kandidiasis

dan terdapat gejala kandidiasis, maka biasanya dapat sembuh total dengan obat

jamur seperti fluconazole, tetapi tentu saja bila ada faktor risiko juga harus diatasi.

Swap adalah mengusap mukosa atau selaput lendir atau pseudomembran

kemudian hasil usapan diperiksa secara mikroskopik, sedangkan biopsi adalah

pengambilan jaringan atau sel untuk dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik

juga.

Tugas Kimia Klinik Page 16

3.Pemeriksaan Kimia Tinja.

Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah

samar. Tes terhadap darah samar untuk mengetahui adanya perdarahan kecil

yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik.

Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pemeriksaan darah samar dalam tinja dapat dilakukan dengan menggunakan tablet reagens. Prinsip pemeriksaan ini hemoglobin yang bersifat sebagai peroksidase akan menceraikan hidrogen peroksida menjadi air dan 0 nascens (On). On akan mengoksidasi zat warna tertentuyang menimbulkan perubahan warna. Tablet Reagens banyak dipengaruhi beberapa faktor terutama pengaruh makanan yang mempunyai aktifitas sebagai peroksidase sering menimbulkanreaksi positif palsu seperti daging, ikan sarden dan lain lain. Menurut kepustakaan, pisang dan preparat besi seperti ferro fumarat dan ferro carbonat dapat menimbulkan reaksi positif palsu dengan tablet reagens. Maka dianjurkan untuk menghindari makanan tersebut diatas selama 3--4 hari sebelum dilakukan pemeriksaan darah samar. Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 – 2 ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2 ml/ hari

Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan adalah guajac tes, orthotoluidine, orthodinisidine, benzidin tes berdasarkan penentuan aktivitas peroksidase / oksiperoksidase dari eritrosit (Hb)

1.pemeriksaan darah samar

a.       Cara dengan Benzidine Basa

1. Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml dan

panasi hingga mendidih.

2. Saring emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat menjadi dingin kembali.

3. Kedalam tabung reaksi lain masukkan benzidine basa sebanyak sepucuk

pisau.

4. Tambah 3 ml asam acetat glasial, kocok sampai benzidine larut dengan

meninggalkan beberapa kristal

5. Bubuhi 2 ml filtrat emulsi tinja, campur.

6. Beri 1 ml larutan hidrogen peroksida 3%.

7. Baca hasil dalam waktu 5 menit.

8. Interprestasi hasil :

( - ) tidak ada perubahan warna atau warna yang samar- samar  hijau

(+1) hijau

(+2) biru bercampur hijau

Tugas Kimia Klinik Page 17

(+3) biru

(+4) biru tua

b. Metode Benzidine Dihidrochlorida

Jika hendak memakai benzidine dihirochlorida sebagai pengganti benzidine basa dengan maksud supaya test menjadi kurang peka dan mengurangi hasil positif palsu, maka caranya sama seperti diterangkan diatas.

c. Cara dengan Guajac

1.    Buat emulsi tinja sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi dan tambah 1 ml asam

acetat glasial, campur.

2.   Dalam tabung reaksi lain masukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2 ml

alkohol 95 %, campur.

3.  Tuang dengan hati-hati isi tabung kedua kedalam tabung yang berisi tinja

sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah.

4.  Hasil positif terlihat dari warna biru yang terjadi pada kedua lapisan itu.

Zat yang mengganggu pada pemeriksaan darah samar diantara lain adalah preparat Fe, chlorofil, extract daging, senyawa merkuri, Vitamin C dosis tinggi dan anti oxidant dapat menyebabkan hasil negatif (-) palsu, sedangkan Lekosit, formalin, cupri oksida, jodium dan asam nitrat dapat menyebabkan positif (+) palsu

2.Pemeriksaan urobilin

1.   Taruhlah beberapa gram tinjadalam sebuah mortir dan campur dengan larutan

mercuri chlorida 10% yang volumenya sama banyak dengan tinja itu.

2.    Campur baik-baik dengan alunya.

3.   Tuang bahan itu kedalam cawan datar agar mudah menguap dan biarkan

selama 6 sampai 24 jam.

4.   Adanya urobilin nyata oleh timbul warna merah.

3.Urobilinogen

Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih

baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan

angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga

bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.

Tugas Kimia Klinik Page 18

Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu jarang

dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat

dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin urin.

4.Bilirubin

Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin

dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan

teroksidasi menjadi urobilin.

Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang

menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka

panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora

usus yang menyelenggarakan perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin

dapat digunakan metode pemeriksaan Fouchet

Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal, karena bilirubin

dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan

teroksidasi menjadi urobilin.

Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang

menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka

panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora

usus yang menyelenggarakan perubahan tadi.

Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada

ikterus obstruktif, jika obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja berwarna

kelabu disebut akholik.

Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih

baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin, karena dapat menjelaskan dengan

angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga

bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif. Tetapi

pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit karena itu jarang dilakukan

di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat dilakukan

dengan melakukan pemeriksaan urobilin urine.

Tugas Kimia Klinik Page 19

2.4 Akibat Buruknya Pembuangan Feses

Berikut ini adalah permasalahan yang mungkin ditimbulkan akibat buruknya

penanganan buangan tinja :

* Mikroba

Tinja manusia mengandung puluhan miliar mikroba, termasuk bakteri koli-tinja.

Sebagian diantaranya tergolong sebagai mikroba patogen, seperti bakteri Salmonela

typhi penyebab demam tifus, bakteriVibrio cholerae penyebab kolera, virus

penyebab hepatitis A, dan virus penyebab polio. Tingkat penyakit akibat kondisi

sanitasi yang buruk di Indonesia sangat tinggi. BAPPENAS menyebutkan, tifus

mencapai 800 kasus per 100.000 penduduk. Sedangkan polio masih dijumpai,

walaupun dinegara lain sudah sangat jarang.

* Materi Organik

Kotoran manusia (tinja) merupakan sisi dan ampas makanan yang tidak

tercerna. Ia dapat berbentuk karbohidrat, dapat pula protein, enzim, lemak, mikroba

dan sel-sel mati. Satu liter tinja mengandung materi organik yang setara dengan

200-300 mg BODS (kandungan bahan organik).

Sekitar 75 persen sungai di Jawa, Sumatra, Bali dan Sulawesi tercemar berat

oleh materi organik dari buangan rumah penduduk. Air sungai ciliwung memiliki

BODS hampir 40 mg/L (empat kali lipat dari batas maksimum 10 mg/L). Kandungan

BOD yang tinggi itu mengakibatkan air mengeluarkan bau tak sedap dan berwarna

kehitaman.

* Telur Cacing

Seseorang yang cacingan akan mengeluarkan tinja yang mengandung telu-telur

cacing. Beragam cacing dapat dijumpai di perut kita. Sebut saja, cacing cambuk,

cacing gelang, cacing tambang, dan keremi. Satu gram tinja berisi ribuan telur

cacing yang siap berkembang biak diperut orang lain. Anak cacingan adalah

kejadian yang biasa di Indonesia. Penyakit ini kebanyakan diakibatkan cacing

cambuk dan cacing gelang. Prevalensinya bisa mencapai 70 persen dari balita.

* Nutrien

Tugas Kimia Klinik Page 20

Umumnya merupakan senyawa nitrogen (N) dan senyawa fosfor (P) yang

dibawa sisa-sisa protein dan sel-sel mati. Nitrogen keluar dalam bentuk senyawa

amonium, sedangkan fosfor dalam bentuk fosfat. Satu liter tinja manusia

mengandung amonium sekitar 25 gram dan fosfat seberat 30 mg. Senyawa nutrien

memacu pertumbuhan ganggang (algae). Akibatnya, warna air menjadi hijau.

Ganggang menghabiskan oksigen dalam air sehingga ikan dan hewan lainnya mati.

Tugas Kimia Klinik Page 21

Lampiran ; gambar

Tugas Kimia Klinik Page 22

Tugas Kimia Klinik Page 23

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemeriksaan feses masih sering dilakukan pada laboratorium-laboratorium klinik

maupun laboratorium di rumah sakit. Pemeriksaan feses adalah salah satu

parameter yang digunakan untuk membantu dalam penegakan diagnosis suatu

penyakit serta menyelidiki suatu penyakit secara lebih mendalam.

Pemeriksaan feses dibagi menjadi 3 macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan

makroskopis, mikroskopis dan kimia.

1. Pemeriksaan makroskopis terdiri dari Pemeriksaan jumlah, pemeriksaan warna,

pemeriksaan bau, pemeriksaan konsistensi, pemeriksaan lendir, pemeriksaan

darah.pemeriksaan nanah, pemeriksaan parasit dan pemeriksaan adanya sisa

makanan.

2. Pemeriksaan mikroskopis feses terdiri dari pemeriksaan terhadap Protozoa, telur

cacing, leukosit, eritrosit, epitel, kristal,makrofag,sel ragi, dan jamur.

3. pemeriksaan kimia meliputi pemeriksaan Darah samar, urobilin, urobilinogen dan

bilirubin.

3.2 Saran

Sebagai tenaga kesehatan yang professional dituntut mampu untuk

mengerjakan segala sesuatunya dengan ilmu pengetahuan, bukan menerka,

mengira ataupun asal asalan oleh karena itu kita harus selalu mengupdate ilmu

dalam segala hal terutama dalam hal keperawatan.

Tugas Kimia Klinik Page 24

DAFTAR PUSTAKA

Gandasoebrata,R.1999.Penuntun Laboratorium Klinik.Jakarta: PT Dian Rakyat.

(Halaman 180-185)

Corwin, Elisabeth J.2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran

EGC.(Halaman 518-519)

http://www.kalbe.co.id/consultation/14/apa-itu-pemeriksaan-tinja-dg-koh-dan-

bedanya

pemeriksaan-tinja-rutin.htm ( Diakses pada 28 Maret 2011, pukul 16.30 )

http://health.detik.com/bila-feses-berwarna-hitam (Diakses 25 Maret 2011, pukul

17.00)

frances. K. widmann. 1994. Tinjauan klinis atas hasil pemeriksaan laboratorium.

Jakarta: EGC

Tugas Kimia Klinik Page iii