MAKALAH LAPORAN KLINIK
description
Transcript of MAKALAH LAPORAN KLINIK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GASTRITIS
Untuk Memenuhi Tugas dalam Mata Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia II
Disusun oleh :
Semester: V
Program Studi S1 Keperawatan
STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
2013
Asep Sihabul Millah Maulana Yusuf
Ester Monika Nina Septianti
Fevi wahyu Fitriana Rania Ardila
Ika Pramita Arfiati Siti Suaebatul Aslamiah
Lusi Farhani Sutisna
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Kesehatan Lingkungan
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gastritis”.
Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan memberikan bantuan dalam pembuatan makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Pamulang, September 2013
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB. I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Gastritis.....................................................................................3
B. Penyebab Gastritis.................................................................................4
C. Gejala Gastritis......................................................................................7
D. Patofisiologi............................................................................................8
E. Pengobatan Gastritis.............................................................................11
F. Pencegahan Gastritis.............................................................................14
BAB. III TINJAUAN KASUS
A. Identitas Diri Klien..................................................................................16
B. Riwayat Penyakit.....................................................................................16
C. Pengkajian Saat Ini.................................................................................17
D. Pemeriksaan Fisik...................................................................................18
E. Program Terapi.......................................................................................18
F. Hasil Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium...............................19
G. Diagnosa Keperawatan...........................................................................19
H. Nusring Care Plan...................................................................................20
BAB. IV PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................26
B. Saran ........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus dengan gastritis merupakan salah satu jenis kasus yang umumnya
diderita oleh kalangan remaja, khususnya penyakit ini meningkat pada kalangan
mahasiswa. disebabkan oleh berbagai faktor misalnya tidak teraturnya pola makan,
gaya hidup yang salah dan meningkatnya aktivitas (tugas perkuliahan) sehingga
mahasiswa tersebut tidak sempat untuk mengatur pola makannya dan malas untuk
makan.(Fahrur, 2009).
Penyebab dari gastritis menurut Herlan tahun 2001 yaitu asupan alkohol
berlebihan (20%), merokok (5%), makanan berbumbu (15%), obat-obatan (18%)
dan terapi radiasi (2%), sedangkan menurut Hasna dan Hurih tahun 2009 gastritis
bisa juga disebabkan karena, infeksi bakteri, stress, penyakit autoimun, radiasi
dan Chron’s Disease.
Salah satu penyebab dari gastritis adalah infeksi dari bakteri Helicobacter
pylori(H. pylori) dan merupakan satu-satunya bakteri yang hidup di lambung.
Bakteri ini dapat menginfeksi lambung sejak anak-anak dan menyebabkan penyakit
lambung kronis. Bahkan diperkirakan lebih dari 50% penduduk dunia terinfeksi
bakteri ini sejak kecil. Jika dibiarkan, akan menimbulkan masalah sepanjang hidup
(Soemoharjo, 2007). Menurut Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) dan
Kelompok Studi Helicobacter Pylori Indonesia (KSHPI) tahun 2001, menyatakan
diperkirakan 20 % dari penduduk Negara Indonesia telah terinfeksi oleh H. Pylori
(Daldiyono, 2004). Penemuan infeksiHelicobacter pylori ini mungkin berdampak
pada tingginya kejadian gastritis, pada beberapa daerah di Indonesia menunjukkan
angka kejadian gastritis yang cukup tinggi.
Gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak nyaman
pada perut, perut kembung, sakit kepala dan mual yang dapat menggangu aktivitas
sehari-hari, rasa tak nyaman di epigastrium, nausea, muntah, Perih atau sakit seperti
terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk
ketika makan, hilang selera makan, bersendawa, dan kembung. Dapat pula disertai
demam, menggigil (kedinginan), cegukan (hiccups)
1
Bila penyakit gastritis ini terus dibiarkan, akan berakibat semakin parah dan
akhirnya asam lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak
lambung. Bahkan bisa juga disertai muntah darah (Arifianto, 2009). Menurut
penelitian Surya dan Marshall pada tahun 2007 hingga 2008 mengatakan gastritis
yang tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan komplikasi yang mengarah
kepada keparahan.yaitu kanker lambung dan peptic ulcer.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gastritis ?
2. Bagaimana penyebab dari gastritis ?
3. Apa gejala yang ditimbulkan dari gastritis ?
4. Bagaimana patofisiologis gastritis akut dan gastritis kronik ?
5. Pengobatan apa yang dilakukan untuk penyakit gastritis ?
6. Pencegahan yang bagaimana yang dapat dilakukan sebagai tindakan preventif ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari gastritis
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya peradangan lambung (gastritis)
3. Untuk mengetahui gejala-gejala dari gastritis
4. Untuk mengetahui patofisiologi gastritis akut dan gastritis kronik
5. Untuk mengetahui pengobatan yang dapat dilakukan untuk penderita gastritis
6. Untuk mengetahui tindakan preventif dari gastritis tersebut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Gastritis
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani
yaitu gastro, yang berarti perut / lambung dan itis yang berarti inflamasi /
peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari
beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung.
Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama
dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter
pylori. Tetapi faktor-faktor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus
menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis.
Secara histologis dapat dibuktikan dengan inflamasi sel-sel radang pada
daerah tersebut didasarkan pada manifestasi klinis dapat dibagi menjadi akut dan
kronik.
Pada beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan terjadinya borok (ulcer)
dan dapat meningkatkan resiko dari kanker lambung. Akan tetapi bagi banyak
orang, gastritis bukanlah penyakit yang serius dan dapat segera membaik dengan
pengobatan.
Gastritis merupakan gangguan yang sering terjadi dengan karakteristik adanya
anorexia, rasa penuh, dan tidak enak pada epigastrium, nausea, muntah.
Secara umum definisi gastritis ialah inflamasi pada dinding lambung terutama
pada mukosa dan submukosa lambung. Gastritis merupakan gangguan yang paling
sering ditemui diklinik karena diagnosisnya hanya berdasarkan gejala klinis.
1. Jenis-jenis Gastritis
a. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah inflamasi akut pada sebagian besar kasus merupakan
penyakit yang ringan dan sembuh sempurna (Hirlan,2001:127).
Gastritis akut adalah inflamasi mukosa lambung akibat diit sembrono
(Brunner dan Suddarth,2001: 1062). Sedangkan menurut Silvia.A. Price dan
M. Wilson (1995) Gastritis superfisial akut merupakan penyakit yang biasa
3
ditemukan biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri merupakan respon
mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal.
b. Gastritis Kronik
Gastritis kronik adalah inflamasi lambung yang lama yang dapat
disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau oleh
bakteri Helicobacter pylory. (Brunner dan Suddart 2001 : 1062)
Sedangkan menurut Hirlan (2001;127), bahwa Gastritis kronik apabila
infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada lamina ploria dan daerah intra epitel
terutama terdiri atas sel-sel radang kronik, yaitu limfosit dan sel-sel plasma.
B. Penyebab Gastritis
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri
atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang
berkisar antara 10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau
minuman sebanyak 1 gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan
melipat, mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan
mengembang, lipatan - lipatan tersebut secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap
melepaskannya ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam esophagus,
sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esophagus dan lambung
(esophageal sphincter) akan membuka dan membiarkan makanan masuk ke
lambung. Setelah masuk ke lambung cincin in menutup. Dinding lambung terdiri
dari lapisan lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada di lambung, dinding
lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama,
kelenjar - kelenjar yang berada di mukosa pada dinding lambung mulai
mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim - enzim dan asam lambung) untuk
lebih menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini
sangat korosif sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung
dilindungi oleh mukosa - mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang
mengeluarkan ion bicarbonate secara regular sehingga menyeimbangkan keasaman
dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat korosif asam hidroklorida.
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan
mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung.
4
Beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain :
1. Infeksi bakteri.
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri Helicobacter.
Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding
lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut
dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur
oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh
bakteri ini. Infeksi H. pylori sering terjadi pada masa kanak - kanak dan dapat
bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. pylori ini
sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer (Lubang
siperut) dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu
yang lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian
mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding lambung. Salah satu
perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-
kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak. Peneliti menyimpulkan
bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat mengakibatkan racun-racun
yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara
sempurna dari lambung sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari
kanker lambung. Tapi sebagian besar orang yang terkena infeksi H.
pylori kronis tidak mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala gastritis, hal
ini mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat sebagian orang
rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.
2. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus.
Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen
dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara
mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika
pemakaian obat - obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya
masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus
menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan
gastritis dan peptic ulcer.
5
3. Penggunaan alkohol secara berlebihan.
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung
dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun
pada kondisi normal.
4. Penggunaan kokain.
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan
dangastritis.
5. Stress fisik.
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi
berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada
lambung.
6. Kelainan autoimmune.
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh
menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini
mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung,
menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu
produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi
vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious
anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi
seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama
pada orang tua.
7. Crohn's disease.
Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada
dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan
peradangan pada dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-
gejala dari Crohn's disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan)
tampak lebih menyolok daripada gejala-gejalagastritis.
8. Radiasi and kemoterapi.
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat
mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat
berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah
kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar
6
akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis
dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
9. Penyakit bile reflux.
Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak
dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan
melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi
normal, sebuah ototsphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan
mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak
bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan
mengakibatkan peradangan dan gastritis.
10. Faktor-faktor lain.
Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan lainnya seperti
HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.
C. Gejala Gastritis
Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan tanda
– tanda penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya. Gejala-gejala tersebut
antara lain :
1. Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih
baik atau lebih buruk ketika makan
2. Mual
3. Muntah
4. Kehilangan selera
5. Kembung
6. Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan
7. Kehilangan berat badan
Gastritis yang terjadi tiba – tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan
sakit pada perut bagian atas, sedangkan gastritis kronis yang berkembang secara
bertahap biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas
dan terasa penuh atau kehilangan selera. Bagi sebagian orang, gastritis kronis tidak
menyebabkan apapun.
Kadang, gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi hal ini
jarang menjadi parah kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi borok pada
7
lambung. Pendarahan pada lambung dapat menyebabkan muntah darah atau terdapat
darah pada feces dan memerlukan perawatan segera.
Karena gastritis merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit pencernaan
dengan gejala - gejala yang mirip antara satu dengan yang lainnya, menyebabkan
penyakit ini mudah dianggap sebagai penyakit lainnya seperti :
1. Gastroenteritis. Juga disebut sebagai flu perut (stomach flu), yang biasanya
terjadi akibat infeksi virus pada usus. Gejalanya meliputi diare, kram perut dan
mual atau muntah, juga ketidaksanggupan untuk mencerna. Gejala
dari gastroenteritis sering hilang dalam satu atau dua hari sedangkan
untuk gastritis dapat terjadi terus menerus.
2. Heartburn. Rasa sakit seperti terbakar yang terasa di belakang tulang dada ini
biasanya terjadi setelah makan. Hal ini terjadi karena asam lambung naik dan
masuk ke dalam esophagus (saluran yang menghubungkan antara tenggorokan
dan perut). Heartburn dapat juga menyebabkan rasa asam pada mulut dan terasa
sensasi makanan yang sebagian sudah dicerna kembali ke mulut.
3. Stomach ulcers. Jika rasa perih dan panas dalam perut terjadi terus menerus dan
parah, maka hal itu kemungkinan disebabkan karena adanya borok dalam
lambung. Stomach (peptic) ulcer atau borok lambung adalah luka terbuka yang
terjadi dalam lambung. Gejala yang paling umum adalah rasa sakit yang
menjadi semakin parah ketika malam hari atau lambung sedang
kosong. Gastritis dan stomach ulcers mempunyai beberapa penyebab yang
sama, terutama infeksi H. pylori. Penyakit ini dapat mengakibatkan
terjadinya gastritis dan begitu juga sebaliknya.
4. Nonulcer dyspepsia. Merupakan kelainan fungsional yang tidak terkait pada
penyakit tertentu. Penyebab pasti keadaan ini tidak diketahui, tetapi stress dan
terlalu banyak mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau makanan
berlemak diduga dapat mengakibatkan keadaan ini. Gejalanya adalah sakit pada
perut atas, kembung dan mual.
D. Patofisiologi
1. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya
obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para
yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus
8
vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam
lambung. Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa
mual, muntah dan anoreksia.
Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel
epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi
produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa
lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan
sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan
mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus)
dan pembuluh darah.
Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat.
Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh
karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat
penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel
mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel
mukosa akibat erosi memicu timbulnya pendarahan.
Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat
juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam
waktu 24-48 jam setelah pendarahan.
2. Gastritis Kronik
Gastritis kronik disebabkan oleh bakteri gram negatif Helicobacter pylori.
Bakteri patogen ini (helicobacter pylori) menginfeksi tubuh seseorang melalui
oral, dan paling sering ditularkan dari ibu ke bayi tanpa ada penampakan gejala
(asimptomatik). Sekali bersarang, bakteri Helicobacter pylori dapat bertahan di
perut selama hidup seseorang. Namun, sekitar 10-15 persen individu yang
terinfeksi kadang-kadang akan mengalami penyakit luka lambung atau usus
duabelas jari. Kebanyakan luka, lebih sering terjadi di usus duabelas jari
daripada di lambung.
Helicobacter pylori merupakan jenis bakteri Gram negative yang
berbentuk spiral dan sangat cocok hidup pada kondisi kandungan udara sangat
minim. BakteriHelicobacter pylori berkoloni di dalam lambung dan bergabung
dengan luka lambung atau duodenum (lihat gambar). Infeksi oleh Helicobacter
9
pylori banyak ditemui pada penduduk di negara-negara berstandar ekonomi
rendah dan memiliki kualitas kesehatan yang buruk.
Menempel dan Menginisiasi pembentukan luka Helicobacter
pylori tinggal menempel pada permukaan dalam lambung melalui interaksi
antara membran bakteri lektin dan oligosakarida yang spesifik dari glikoprotein
membran sel-sel epitel lambung. Mekanisme utama dari bakteri ini dalam
menginisiasi pembentukan luka adalah melalui produksi racun VacA.
Racun VacA akan menghancurkan keutuhan sel-sel tepi lambung melalui
berbagai cara, diantaranya adalah melalui pengubahan fungsi endolisosom,
peningkatan permeabilitas parasel, pembentukan pori dalam membran plasma,
atau apoptosis (pengaktifan bunuh diri sel).
Lokasi infeksi Helicobacter pylori di bagian bawah lambung dan
mengakibatkan peradangan hebat, yang sering kali disertai dengan komplikasi
pendarahan dan pembentukan lubang-lubang. Peradangan kronis pada bagian
distal lambung meningkatkan produksi asam lambung dari bagian badan atas
lambung yang tidak terinfeksi. Ini menambah perkembangan tukak lebih besar
di usus duabelas jari.
Pada beberapa individu, Helicobacter pylori juga menginfeksi bagian
badan lambung. Bila kondisi ini sering terjadi, menghasilkan peradangan yang
lebih luas yang tidak hanya mempengaruhi borok di daerah badan lambung
tetapi juga kanker lambung. Kanker lambung merupakan kanker penyebab
kematian kedua di dunia.
Peradangan di lendir lambung juga merupakan faktor risiko tipe khusus
tumor limfa (lymphatic neoplasm) di lambung, atau disebut dengan limfoma
MALT (mucosa associated lymphoid tissue, jaringan limfoid yang terkait
dengan lendir). InfeksiHelicobacter pylori berperan penting dalam menjaga
kelangsungan tumor. Limfoma-limfoma dapat merosot saat bakteri-bakteri itu
dibasmi dengan antibiotik.
Helicobacter pylori hanya terdapat pada manusia dan telah menyesuaikan
diri di lingkungan lambung. Hanya sebagian kecil individu terinfeksi
berkembang menjadi penyakit lambung. Bakteri Helicobacter pylori sendiri
sangat beragam dan galur-galurnya berbeda dalam banyak hal, seperti perekatan
ke lendir lambung dan kemampuan menimbulkan peradangan.
10
Walau pada satu individu terinfeksi, semua bakteri Helicobacter pylori
tidak identik, dan selama jalur infeksi kronis, bakteri menyesuaikan diri
terhadap perubahankondisi-kondisi di lambung.
Tukak lambung dan usus duabela jari dapat diobati melalui penghambatan
produksi asam lambung, tetapi sering kali akan kambuh kembali akibat bakteri
dan peradangan kronis lambung tetap ada. Studi Marshall dan Warren
menunjukkan bahwa penyakit tukak lambung itu dapat diatasi hanya bila bakteri
dibasmi dari lambung dengan antibiotik.
Namun, penggunaan antibiotik secara serampangan dapat mengakibatkan
masalah serius, yaitu ketahanan bakteri melawan obat-obat penting. Oleh karena
itu, penggunaan antibiotik melawan Helicobacter pylori pada pasien-pasien
yang tidak mengalami tukak lambung dan usus duabelas jari harus dibatasi.
E. Pengobatan Gastritis
Hampir setiap orang pernah mengalami penyakit pencernaan dan iritasi
lambung. Dalam banyak kasus, terjadi hanya sebentar dan tidak membutuhkan
perawatan medis. Tapi jika terdapat gejala-gejala gastritis yang terjadi secara terus
menerus selama seminggu atau lebih, segera temui dokter. Dan pastikan untuk
menginformasikan semua yang anda rasakan terutama bila anda merasakan sakit
setelah meminum obat-obat bebas seperti aspirin atau yang lainnya.
Jika terjadi muntah darah atau terdapat darah dalam feces, segera temui dokter
untuk menemukan penyebabnya.
1. Screening dan diagnosa
Bila seorang pasien didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan
dengan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui secara jelas penyebabnya.
Pemeriksaan tersebut meliputi :
a. Pemeriksaan darah.
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori dalam
darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak
dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak
menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan
lambung akibat gastritis.
b. Pemeriksaan pernapasan
11
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteriH.
pylori atau tidak.
c. Pemeriksaan feces.
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak.
Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan
juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan
adanya pendarahan pada lambung.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran
cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini
dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel
(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan
bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan
(anestesi) sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa
nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang
terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari
jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk
diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien
biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus
menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua
jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi
adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
e. Rongent saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih
dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna
dan akan terlihat lebih jelas ketika di ronsen.
2. Komplikasi
Jika dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan peptic
ulcers dan pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat
meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara
terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding
lambung.
12
Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinomas, yang bermula
pada sel-sel kelenjar dalam mukosa. Adenocarcinomas tipe 1 biasanya terjadi
akibat infeksi H. pylori. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat H.
pylori adalah MALT (mucosa associated lymphoid tissue) lymphomas, kanker
ini berkembang secara perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada dinding
lambung. Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal.
3. Terapi
Terapi gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan
mungkin memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau, dalam
kasus yang jarang, pembedahan untuk mengobatinya.
4. Terapi terhadap asam lambung
Asam lambung mengiritasi jaringan yang meradang dalam lambung dan
menyebabkan sakit dan peradangan yang lebih parah. Itulah sebabnya, bagi
sebagian besar tipe gastritis, terapinya melibatkan obat-obat yang mengurangi
atau menetralkan asam lambung seperti :
a. Anatsida. Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan
atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk
mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat
menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat.
b. Penghambat asam. Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa
sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti
cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah
asam lambung yang diproduksi.
c. Penghambat pompa proton. Cara yang lebih efektif untuk mengurangi
asam lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel
lambung penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam
dengan cara menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat
golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan
esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat kerja H. pylori.
d. Cytoprotective agents. Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi
jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke
dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat
AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan
13
untuk meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang
lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas H.
pylori.
5. Terapi terhadap H. Pylori
Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang
paling sering digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat
pompa proton. Terkadang ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik
berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk
meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan
efektifitas antibiotik.
Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk
membunuh H. pylori sangat beragam, bergantung pada regimen yang
digunakan. Akan tetapi kombinasi dari tiga obat tampaknya lebih efektif
daripada kombinasi dua obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi
selama 2 minggu dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya meningkatkan
efektifitas.
Untuk memastikan H. pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan
kembali setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan
feces adalah dua jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan
sudah tidak adanya H. pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang
positif selama beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya
bakteri tersebut sudah hilang
F. Pencegahan Gastritis
Walaupun infeksi H. pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran
untuk dapat mengurangi resiko terkena gastritis :
1. Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama
makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya
dengan pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana
cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan
lakukan dengan santai.
2. Hindari alkohol. Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan
mukosa dalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan pendarahan.
14
3. Jangan merokok. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung,
membuat lambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga
meningkatkan asam lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan
merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk dapat
berhenti merokok tidaklah mudah, terutama bagi perokok berat. Konsultasikan
dengan dokter mengenai metode yang dapat membantu untuk berhenti merokok.
4. Lakukan olah raga secara teratur. Aerobik dapat meningkatkan kecepatan
pernapasan dan jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus sehingga
membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat.
5. Kendalikan stress. Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke,
menurunkan sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan
kulit. Stress juga meningkatkan produksi asam lambung dan melambatkan
kecepatan pencernaan. Karena stress bagi sebagian orang tidak dapat dihindari,
maka kuncinya adalah mengendalikannya secara effektif dengan cara diet yang
bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
6. Ganti obat penghilang nyeri. Jika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS,
obat-obat golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan
membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan
penghilang nyeri yang mengandung acetaminophen.
7. Ikuti rekomendasi dokter.
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Identitas Diri Klien
Nama : Ny. Saida Sihombing
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Pamulang
Status perkawinan : Belum kawin
Agama : Kristen
Suku : -
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Mahasiswa
Lama bekerja : -
Tgl masuk klinik : 5 September 2013
Tgl pengkajian : 5 September 2013
Sumber informasi : Pasien dan rekam medis.
B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama saat masuk klinik
Pasien mengeluhkan mual, pasien, muntah, serta nyeri dibagian perut
dikarenakan pasien sedang masa datang bulan dihari ke 2
2. Riwayat penyakit sekarang
Sudah sejak pagi pasien merasakan mual-mual, muntah dan pusing. Pasien juga
merasakan nyeri dibagian perut, ini adalah hari ke 2 pasien dalam masa datang
bulan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien sudah sering merasakan nyeri dibagian perutnya ketika setiap datang
bulan bahkan terkadang disertai mual dan muntah.
4. Diagnosa Medik pada saat MRS, pemeriksaan penunjang dan tindakan
yang telah dilakukan (informasi tentang pemeriksaan penunjang dan
kesimpulan hasilnya serta tindakan yang telah dilakukan dari saat MRS
sampai hari pengambilan klien sebagai kasus kelolaan)
16
- GASTRITIS
C. Pengkajian Saat Ini
1. Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan
Pengetahuan tentang penyakit / perawatan: pasien belum paham akan
penyakitnya, yang pasien tahu penyakit yang dideritanya disebabkan karena ia
sedang dalam masa datang bulan.
2. Pola Nutrisi / Metabolik
Program dirumah sakit:
Intake makanan: pasien menyatakan asuapan makanan pasien tidak teratur.
Intake cairan: pasien menyatakan kuang asupan cairan.
3. Pola Eliminasi
a. Buang air besar
Pasien menyatakan konsistensi fecesnya encer, tetapi tidak ada pendarahan .
b. Buang air kecil
Tidak adanya nyeri saat mengeluarkan urin.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan / minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas ditempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
5. Pola Tidur dan Istirahat
( lama tidur, gangguan tidur, perasaan saat bangun tidur )
Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan tidur.
6. Pola Perceptual
( penglihatan, pendengaran, pengecap, sensasi )
Pengecap: pasien merasakaan pahit di lidah saat makan atau minum.
17
7. Pola Persepsi Pasien
( pandangan klien tentang sakitnya, kecemasan, konsep diri )
Pasien mengalami kecemasan karena dengan penyakit yang sedang dideritanya
dapat mengganggu aktivitas terutama dalam perkuliahannya.
8. Pola Seksualitas dan Reproduksi
( fertilitas, libido, menstruasi, kontrasepsi, dll. )
Pasien tidak mengalami gangguan dalam seksualitas maupun reproduksinya.
9. Pola Peran dan Hubungan
( komunikasi, hubungan dengan orang lain, kemampuan keuangan )
Pasien masih dapat berkomuniaksi dengan baik kepada perawat maupun tim
kesehatan lainnya.
10. Pola Managemen Koping Stress
( perubahan terbesar dalam hidup akhir-akhir ini )
Tidak ada perubahan yang signifikan.
11. Sistem Nilai dan Kepercayaan
( pandangan klien tentang agama, kegiatan keagamaan, dll. )
Pasien tidak mengalami gangguan dalam kegiatan keagamaan.
D. Pemeriksaan Fisik
Keluhan yang dirasakan saat ini :
Sudah sejak pagi pasien merasakan mual-mual, muntah dan pusing. Pasien juga
merasakan nyeri dibagian perut, ini adalah hari ke 2 pasien dalam masa datang
bulan.
TD: 110/80 mmHg P: 20 x/menit N: 80 x/menit S: 360C
E. Program Terapi
- Terapi Farmakologi
Pasien diberikan terapi obat berupa:
1. Ranitidin = 10 tablet
2. Molagiat = 10 tablet
3. Spasminal = 10 tablet
- Terapi Non Farmakologi
Pasien diberikan terapi non farmakologi berupa:
Pemberian kompres air hangat dan minyak kayu putih.
18
F. Hasil Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium
(dimulai saat anda mengambil sebagai kasus kelola, cantumkan tanggal pemeriksaan
dan kesimpulan hasilnya)
Pasien tidak menggunakan pemeriksaan penunjang dan laboratorium.
G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.
2. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan masukan
nutrient yang tidak adekuat.
3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak
cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
19
Nusring Care Plan
A. INTERVENSI
Nama : Ny. Saida Sihombing
Umur : 25 tahun
Tgl / jam Dx Kriteria Hasil Intervensi Rasional
5-9-2013
08.15
I Pain Control
Diharapkan pasien setelah mendapatkan
perawatan dari perawat atau tenaga
kesehatan lainnya selama 3 x 24 jam, pasien
akan :
1. Pasien dapat mengenali onset nyeri
2. Pasien mampu mengenali faktor
penyebab nyeri
3. Pasien dapat menggunakan terapi
analgesic maupun non analgesic untuk
mengurangi nyeri.
1. Kaji tanda-tanda vital pada pasien.
2. Kaji nyeri pada pasien secara
keseluruhan meliputi lokasi nyeri,
karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau tingkat
keparahan nyeri, faktor pencetus nyeri.
3. Observasi secara nonverbal tentang
ketidaknyamanan yang dirasakan pada
pasien.
4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
5. Atur posisi pasien senyaman mungkin
1. Untuk mengetahui berapa berat
nyeri yang dialami pasien.
2. Pemahaman pasien tentang
penyebab nyeri yang terjadi
akan mengurangi ketegangan
pasien dan memudahkan pasien
untuk diajak bekerjasama dalam
melakukan tindakan.
3. Rangsangan yang berlebihan
dari lingkungan akan
memperberat rasa nyeri.
20
Pain Level
Diharapkan pasien setelah mendapatkan
perawatan dari perawat atau tenaga
kesehatan lainnya selama 3 x 24 jam, pasien
akan :
1. Pasien dapat melaporkan nyeri yang
dirasakannya kepada perawat atau
tim kesehatan lainnya.
2. Pasien dapat mengekspresikan
nyerinya dengan meringis.
3. Pasien dapat menghilangkan mual
dan muntah yang dirasakannya.
sesuai keinginan pasien.
6. Kontrol faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap
keridaknyamanan (seperti: temperature
ruangan, pencahayaan, dan
kebisingan).
7. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgesik.
4. Teknik distraksi dan relaksasi
dapat mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan pasien.
5. Posisi yang nyaman akan
membantu memberikan
kesempatan pada otot untuk
relaksasi seoptimal mungkin.
6. Obat-obatan analgesik dapat
membantu mengurangi nyeri.
II Nutritional Status:
Diharapkan pasien setelah mendapatkan
perawatan dari perawat atau tenaga
kesehatan lainnya selama 3 x 24 jam, pasien
akan :
1. Pasien dapat memenuhi pemasukan
nutrisinya.
1. Kaji tanda-tanda vital pada pasien.
2. Kaji status nutrisi dan kebiasaan
makan.
3. Identifikasi perubahan pola makan.
4. Tentukan kolaborasi makanan yang
sesuai, jumlah kalori dan tipe nutrisi
yang dibutuhkan untuk mendapatkan
1. Untuk mengetahui tentang
keadaan dan kebutuhan nutrisi
pasien sehingga dapat diberikan
tindakan dan pengaturan diet
yang adekuat.
2. Untuk mengetahui pola makan
yang sesuai dengan pasien.
21
nutrisi yang sesuai.
5. Berikan informasi yang sesuai tentang
nutrisi yang dibutuhkan untuk pasien .
III Nausea and Vomiting :
Diharapkan pasien setelah mendapatkan
perawatan dari perawat atau tenaga
kesehatan lainnya selama 3 x 24 jam, pasien
akan :
1. Pemasukan cairan dan makanan
dapat terpenuhi dengan baik.
2. Pasien dapat mencapai
keseimbangan cairan.
3. Pasien dapat mencapai status nutrisi
yang dibutuhkan.
1. Kaji tanda-tanda vital pada pasien.
2. Pelihara pemasukan dan pengelauran
pada cairan pada pasien.
3. Monitor pemasukan cairan pada pasien
yang sesuai.
4. Monitor status nutrisi
1. Untuk mengetahui
kebutuhan cairan yang
dibutuhkan oleh pasien.
2. Agar kebutuhan cairan pada
pasien dalam kondisi yang
seimbang.
22
B. IMPLEMENTASI
Nama :Ny. Saida
Umur : 25 thn
Tgl / Jam Dagnosa Implementasi
5-9-2013
08.15
I 1. Kaji tanda-tanda vital pada pasien.
2. Kaji nyeri pada pasien secara keseluruhan meliputi lokasi nyeri, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau tingkat keparahan nyeri, faktor pencetus nyeri.
3. Observasi secara nonverbal tentang ketidaknyamanan yang dirasakan pada pasien.
4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
5. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
6. Kontrol faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap keridaknyamanan
(seperti: temperature ruangan, pencahayaan, dan kebisingan).
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
II 1. Kaji tanda-tanda vital pada pasien.
2. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
3. Identifikasi perubahan pola makan.
4. Tentukan kolaborasi makanan yang sesuai, jumlah kalori dan tipe nutrisi yang dibutuhkan untuk
23
mendapatkan nutrisi yang sesuai.
5. Berikan informasi yang sesuai tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk pasien.
III 1. Kaji tanda-tanda vital pada pasien.
2. Pelihara pemasukan dan pengelauran pada cairan pada pasien.
3. Monitor pemasukan cairan pada pasien yang sesuai.
4. Monitor status nutrisi
C. EVALUASI
Nama :Ny. Saida
Umur :25 thn
Tgl / Jam Diagnosa Evaluasi
5-9-2013
08.15
I S : Pasien mengataka nyeri berkurang pada bagian perut.
O :Saat dilakukan perawatan ekspresi wajah klien menjadi tenang.
A: Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
II S : Pasien mengatakan nafsu makan mulai bertambah.
O : - mual, muntah berkurang.
24
- porsi makan bertambah ½ porsi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
III S : Pasien mengatakan asupan cairan bertambah.
O : - Kelembaban kulit kembali normal
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi.
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani
yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti
inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi
terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan
pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh
bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung
yaitu Helicobacter pylori.
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan
mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung.
Gastritis yang terjadi tiba – tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan
sakit pada perut bagian atas, sedangkan gastritis kronis yang berkembang secara
bertahap biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian
atas dan terasa penuh atau kehilangan selera. Bagi sebagian
orang, gastritis kronis tidak menyebabkan apapun.
Pada gastritis akut zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi
mukosa lambung. Sedangkan pada gastritis kronik disebabkan oleh bakteri gram
negatif Helicobacter pylori. Bakteri patogen ini (helicobacter pylori)
menginfeksi tubuh seseorang melalui oral, dan paling sering ditularkan dari ibu
ke bayi tanpa ada penampakan gejala (asimptomatik).
B. Saran
Diharapkan kepada pembaca agar lebih banyak lagi mempelajari tentang
penyakit gastritis. Setelah mengetahui pengetahuan tentang penyakit gastritis
beserta ASKEP pada pasien gastritis yang telah diuraikan dalam makalah ini,
diharapkan mahasiswa mampu memahami materi ini, karena materi ini sangat
penting bagi perawat untuk menjalankan praktik keperawatannya.
26
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, AC dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed: ke-9 . Jakarta:
EGC.
Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed:
Ke-6. Jakarta: EGC.
NANDA International Nursing Diagnoses tahun 2012-2014
NOC ( Nursing Outcomes Classification) tahun 2012-2014
NIC ( Nursing Interventions Classification) tahun 2012-2014