Laporan Klinik III

31
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK PEMERIKSAAN FUNGSI GINJAL (Test Urea dengan metode kinetika enzimatis) Hari/Tanggal Praktikum : Senin/ 24 Oktober 2011 Waktu: 13.00-16.00 Disusun Oleh : Ibrahim 260110080011 (Alat dan Bahan, Prosedur) Milyadi Sugijanto 260110080015 (Tujuan, Prinsip) Valdis Reinaldo A. 260110080081 (Editor) Fadhillah A. 260110080112 Imay A.H. 260110080113 (Teori, Daftar Pustaka) Dian C. Sodik 260110080114 Indra Anggara A. 260110080115 (Data Pengamatan, Perhitungan) Citra Caesaria F. 260110080116 (Pembahasan, Kesimpulan) Yanarita Anelindha F. 260110080117

Transcript of Laporan Klinik III

Page 1: Laporan Klinik III

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK

PEMERIKSAAN FUNGSI GINJAL

(Test Urea dengan metode kinetika enzimatis)

Hari/Tanggal Praktikum : Senin/ 24 Oktober 2011

Waktu: 13.00-16.00

Disusun Oleh :

Ibrahim 260110080011 (Alat dan Bahan, Prosedur)

Milyadi Sugijanto 260110080015 (Tujuan, Prinsip)

Valdis Reinaldo A. 260110080081 (Editor)

Fadhillah A. 260110080112

Imay A.H. 260110080113 (Teori, Daftar Pustaka)

Dian C. Sodik 260110080114

Indra Anggara A. 260110080115 (Data Pengamatan, Perhitungan)

Citra Caesaria F. 260110080116 (Pembahasan, Kesimpulan)

Yanarita Anelindha F. 260110080117

LABORATORIUM KIMIA KLINIK

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2011

Page 2: Laporan Klinik III

PEMERIKSAAN FUNGSI GINJAL

(Test Urea dengan metode kinetika enzimatis)

I. TUJUAN

1. Melakukan pemeriksaan fungsi ginjal dengan test urea secara kinetika

enzimatis.

2. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh.

II. PRINSIP

Urea+H 2O urease→

2 NH 3+CO2

NH 3+α−Ketoglutarat urease→

α−Glutamat +NAD

III. TEORI

Setiap ginjal terdiri dari sekitar 1 juta unit penyaring (nefron). Sebuah

nefron merupakan suatu struktur yang menyerupai mangkuk dengan dinding

yang berlubang (kapsula Bowman), yang mengandung seberkas pembuluh

darah (glomerulus). Kapsula Bowman dan glomerulus membentuk

korposkulum renalis. Darah yang masuk ke dalam glomerulus memiliki

tekanan yang tinggi. Sebagian besar bagian darah yang berupa cairan disaring

melalui lubang-lubang kecil pada dinding pembuluh darah di dalam

glomerulus dan pada lapisan dalam kapsula Bowman; sehingga yang tersisa

hanya sel-sel darah dan molekul-molekul yang besar (misalnya protein)

(Mutschler, 1991).

Cairan yang telah disaring (filtrat) masuk ke dalam rongga Bowman

(daerah yang erletak diantara lapisan dalam dan lapisan luar kapsula Bowman)

dan mengalir ke dalam tubulus kontortus proksimal (tabung/saluran di bagian

hulu yang berasal dari kapsula Bowman); natrium, air, glukosa dan bahan

lainnya yang ikut tersaring diserap kembali dan dikembalikan ke darah. Ginjal

juga menggunakan energi yang secara selektif menggerakkan molekul-

molekul yang besar (termasuk obat-obatan, misalnya penicillin) ke dalam

2

Page 3: Laporan Klinik III

tubulus. Molekul tersebut dibuang ke dalam air kemih meskipun ukurannya

cukup besar untuk dapat melewati lubang-lubang pada penyaring

glomerulus(Mutschler, 1991).

Bagian berikutnya dari nefron adalah ansa Henle. Ketika cairan melewati

ansa Henle, natrium dan beberapa elektrolit lainnya dipompa keluar sehingga

cairan yang tersisa menjadi semakin pekat. Cairan yang pekat ini akan

mengalir ke dalam tubulus kontortus distal. Di dalam tubulus distal, semakin

banyak jumlah natrium yang dipompa keluar. Cairan dari beberapa nefron

mengalir ke dalam suatu saluran pengumpul (duktus kolektivus). Di dalam

duktus kolektivus, cairan terus melewati ginjal sebagai cairan yang pekat, atau

jika masih encer, maka air akan diserap dari air kemih dan dikembalikan ke

dalam darah, sehingga air kemih menjadi lebih pekat. Tubuh mengendalikan

konsentrasi air kemih berdasarkan kebutuhannya terhadap air melalui hormon-

hormon yang kerjanya mempengaruhi fungsi ginjal (Mutschler, 1991).

Fungsi Ginjal

Fungsi ginjal ialah pengaturan keseimbangan air; pengaturan konsentrasi

garam dalam darah dan keseimbangan asam-basa darah; dan eksresi bahan

buangan dan kelebihan garam. Ginjal melakukan fungsi vitalsebagai pengatur

volume dan komposisi kimia darah (dan lingkungan dalam tubuh) dengan

mengeksresikan solut dan air secara selektif. Kalau kedua ginjal karena

sesuatu hal gagal melakukan fungsinya, maka kematian akan terjadi dalam

waktu 3 sampai 4 minggu. Fungsi vital ginjal dilakukan dengan filtrasi plasma

darah melalui golmerulus diikuti dengan reabsorpsi sejumlah solut dan air

dalam jumlah yang tepat di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan solut dan air

akan dieksresikan keluar tubuh sebagai kemih melalui system pengumpul

(Sylvia,1995).

Fungsi Utama Ginjal:

a. Fungsi Eksresi

3

Page 4: Laporan Klinik III

Mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 285 m-Osmol dengan

mengubah-ubah eksresi air.

Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma dalam

rentang normal.

Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan

kelebihan H+ dan membentuk kembali HCO3

Mengeksresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein,

terutama urea, asam urat dan kreatinin.

b. Fungsi Non-eksresi

Menghasilkan rennin – peting untuk pengaturan tekanan darah.

Menghasilkan eritropoietin – factor penting dalam stimulasi produksi

sel darah merah oleh sumsum tulang.

Metabolisme vitamin D menjadi bentuk aktifnya.

Degradasi insulin.

Menghasilkan prostaglandin.

(Sylvia,1995).

Ginjal mengeksresikan bahan-bahan kimia asing tertentu (obat-obatan

dan sebagainya), hormon-hormon dan metabolik lain, tetapi fungsinya paling

utama adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstraseluler

dalam batas-batas normal. Tentu saja ini dapat terlaksana dengan mengubah

eksresi air dan solut, di mana kecepatan filtrasi yang tinggi memungkinkan

pelaksanaan fungsi ini dengan ketepatan yang tinggi. Pembentukan rennin dan

eritropoietin serta metabolisme vitamin D merupakan fungsi non ekskretor

yang penting (Evelyn, 2002).

Defisiensi eritropoietin dan pengaktifan vitamin D dianggap penting

sebagai etiologi anemia dan penyakit tulang pada uremia. Ginjal juga penting

sehubungan dengan degradasi insulin dan pembentukan sekelompok senyawa

yang mempunyai makna endokrin yang berarti, yaitu prostaglandin. Sekitar 20

persen dari insulin yang dibentuk oleh pankreas didegradasi oleh sel-sel

tubulus ginjal. Akibatnya penderita diabetis yang menderita payah ginjal

mungkin membutuhkan insulin yang jumlahnya lebih sedikit. Prostaglandin

4

Page 5: Laporan Klinik III

(PG) merupakan hormon asam lemak tidak jenuh yang terdapat dalam banyak

jaringan tubuh. Medula ginjal membentuk PGA2 dan PGE2 yang merupakan

vasodilator potensial. Prostaglandin mungkin mempunyai peranan penting

dalam pengaturan aliran darah ginjal, pengeluaran renin dan reabsorpsi Na+.

Kekurangan prostaglandin mungkin juga ikut berperan pada beberapa bentuk

hipertensi ginjal sekunder, meskipun bukti-bukti yang ada sekarang ini masih

kurang memadai (Evelyn, 2002).

Mekanisme Urinaria

Sekresi Urine dan Mekanisme Fungsi Ginjal. Glomerulus adalah saringan.

Setiap menit kira-kira 1 liter darah yang mengandung 500 ccm plasma,

mengalir melalui semua glomeruli dan sekitar 100 ccm (10 persen) dari itu

disaring keluar. Plasma yang berisi semua garam, glukosa, dan benda halus

lainnya, disaring. Sel dan protein plasma terlalu besar untuk dapat menembusi

pori saringan dan tetap tinggal dalam aliran darah. Cairan yang disaring, yaitu

filtrat glomerulus, kemudian mengalir melalui tubula renalis dan sel-selnya

menyerap semua bahan yang diperlukan tubuh dan ditinggalkan yang tidak

diperlukan. Dengan mengubah-ubah jumlah yang diserap atau ditinggalkan

dalam tubula, maka sel dapat mengatur susunan urine di satu sisi dan susunan

darah di sisi sebaliknya. Dalam keadaan normal semua glukosa diabsorpsi

kembali; air sebagian besar diabsorpsi kembali, kebanyakan produk buangan

dikeluarkan. Dalam keadaan tertentu tubula menambah bahan pada urine

(Evelyn, 2002).

Mikturisi ialah peristiwa pembungan urine. Karena urine dibuat di dalam

maka ia mengalir melalui ureter ke dalam kandung kencing. Keinginan untuk

membuang air kecil disebabkan oleh penambahan tekanan di dalam kandung

kencing, dan tekanan ini disebabkan oleh isi urine di dalamnya. Hal ini terjadi

bila telah tertimbun 170 sampai 230 ml. Mikturisi ialah gerakan refleks yang

dapat dikendalikan dan ditahan oleh pusat-pusat persarafan yang lebih tinggi

pada manusia. Gerakannya ditimbulkan oleh kontraksi otot abdominal yang

menambah tekanan di dalam rongga abdomen; dan berbagai organ yang

5

Page 6: Laporan Klinik III

menekan kandung kencing membantu mengosongkannya. Kandung kencing

dikendalikan oleh saraf pelvis, dan serabut saraf simpatis dari plexus

hipogastrik (Evelyn, 2002).

Komposisi Urin Normal

Urine terutama terdiri atas air, urea dan natrium khlorida. Pada seorang

yang menggunakan diit yang rata-rata berisi 80 sampai 100 gram protein

dalam 24 jam, jumlah persen air dan benda padat dalam urine adalah seperti

berikut: Air 96 % Benda padat 4 % (terdiri atas urea 2 % dan produk

metabolik lain 2 %) Ureum adalah hasil akhir metabolisme protein. Berasal

dari asam amino yang telah dipindah amonianya di dalam hati dan mencapai

ginjal, dan dieksresikan rata-rata 30 gram sehari. Kadar ureum darah yang

normal adalah 30 mg setiap 100 ccm darah, tetapi hal ini tergantung dari

jumlah normal protein yang dimakan dan fungsi hati dalam pembentukan

ureum. Asam Urat. Kadar normal asam-urat di dalam darah adalah 2 sampai 3

mg setiap 100 cm, sedangkan 1,5 sampai 2 mg setiap hari dieksresikan ke

dalam urine. Kreatine adalah hasil buangan keratin dalam otot. Produk

metabolisme lain mencakup benda-benda purine, oxalat, fosfat, sulfat, dan

urat. Elektrolit atau garam seperti natrium dan kalium khlorida dieksresikan

untuk mengimbangi jumlah yang masuk melalui mulut (Evelyn, 2002).

Ciri-Ciri Urine Normal

Jumlahnya rata-rata 1-2 liter sehari, tetapi berbeda-beda sesuai dengan

jumlah cairan yang dimasukkan. Banyaknya bertambah pula bila terlampau

banyak protein dimakan, sehingga tersedia cukup cairan yang diperlukan

untuk melanjutkan ureanya. Warnanya kuning oranye pucat tanpa endapan,

tetapi adakalanya jonjot lendir tip[is nampak terapung di dalamnya. Baunya

tajam. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6. Berat

jenis berkisar dari 1010 sampai 1025 (Evelyn, 2002).

Tes Fungsi Ginjal

6

Page 7: Laporan Klinik III

Terdapat banyak macam tes, tetapi beberapa yang sederhana, ialah:

1. Tes untuk protein (albumin)

Bila ada kerusakan glomeruli atau tubula, maka protein dapat membocor

masuk urine. Orang dewasa normal dan sehat mengeksresikan sedikit protein

dalam kemih – sampai 150 mg/hari – yang terutama terdiri dari albumin dan

protein Tamm-Horsfall. Yang terakhir ini dieksresikan oleh tubulus distal.

Proteinuria dalam jumlah yang lebih besar dari 150 mg/hari dianggap

patologis.

2. Mengukur konsentrasi ure darah

Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan ureum maka ureum darah naik di

atas kadar normal 20-40 miligram per 100 ccm darah. Karena filtrasi

glomerulus harus menurun sampai sebanyak 50 persen sebelum kenaikan

kadar urea darah terjadi, maka tes ini bukan tes yang sangat peka.

3. Tes konsentras.

Dilarang makan atau minum selama 12 jam untuk melihat sampai berapa

tinggi berat jenis naik.

4. Laju filtrasi glomerulus

Tes ini jarang digunakan dalam klinik, karena melibatkan proses infuse

intravena dengan kecepatan yang konstan dan pengumpulan kemih pada saat-

saat tertentu dengan kateter. Tes bersihan kreatinin endogen (terbentuk di

dalam tubuh) jauh lebih sederhana pelaksanaannya

(Sylvia,1995).

Fungsi ginjal bisa dinilai melalui analisa darah dan urin. Laju

penyaringan ginjal bisa diperkirakan dengan cara mengukur kreatinin serum.

Kadar urea nitrogen darah juga bisa menunjukkan fungsi ginjal. Creatinine

clearance adalah tes yang lebih akurat, yang menggunakan suatu rumus yang

menghubungkan kadar serum kreatinin dengan usia, berat badan dan jenis

kelamin (Davey, 2002).

Prosedur imaging

7

Page 8: Laporan Klinik III

Foto polos abdomen dapat memperlihatkan ukuran dan letak ginjal,

tetapi kedua hal tersebut biasanya akan terlihat lebih baik pada pemeriksaan

USG. Urografi intravena adalah suatu teknik rontgen yang digunakan untuk

menampilkan ginjal dan saluran kemih bagian bawah. Suatu zat radioopak

disuntikkan melalui pembuluh vena. Zat tersebut akan terdapat dalam ginjal

biasanya dalam waktu kurang dari 5 menit. Kemudian dilakukan pemotretan,

yang hasilnya akan menunjukkan gambaran ginjal serta perjalanan zat

radioopak ke dalam kandung kemih. Jika ginjal tidak berfungsi dengan baik,

maka urografi intravena tidak akanmemberikan hasil yang baik, karena ginjal

tidak dapat mengkonsentrasikan zat radioopak di dalam ginjal. Sebagai efek

samping dari penyuntikan zat radioopak, terjadi gagal ginjal akut pada 1 dari

200 kasus. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi resikonya lebih tinggi pada:

a. usia lanjut atau memiliki riwayat gangguan ginjal

b. diabetes melitus

c. dehidrasi

d. mieloma multipel.

Kepada orang-orang tersebut, sebelum zat radioopak disuntikkan,

diberikan cairan infus dan dosis yang rendah. Atau sebagai pilihan, kadang

digunakan pemeriksaan CT scan. Sistogram adalah suatu gambaran rontgen

dari kandung kemih, yang diperoleh melalui urografi intravena. Sistogram

retrograd diperoleh dengan cara memasukkan zat radioopak melalui uretra,

sehingga didapat gambaran yang lebih jelas mengenai kandung kemih dan

uretra. Foto rontgen diambil sebelum, selama dan sesudah berkemih (Davey,

2002).

Pada urografi retrograd, zat radioopak dimasukkan melalui kateter ke

dalam ureter. Dengan teknik ini akan diperoleh gambaran yang jelas dari

kandung kemih, ureter dan ginjal bagian bawah, jika urografi intravena gagal.

Urografi retrograd juga bisa digunakan untuk menemukan adanya

penyumbatan ureter atau untuk menilai seseorang yang alergi terhadap zat

radioopak intravena. Kerugian dari teknik ini adalah resiko terjadinya infeksi

dan perlu dilakukan pembiusan. USG menggunakan gelombang suara untuk

8

Page 9: Laporan Klinik III

menghasilkan gambaran struktur anatomi ginjal. Teknik ini sederhana, tidak

menimbulkan nyeri dan aman. USG bisa digunakan untuk:

a. Mempelajari ginjal, ureter dan kandung kemih; dengan gambaran yang

baik meskipun ginjal tidak berfungsi baik.

b. Mengukur laju pembentukan urin pada janin yang berumur lebih dari 20

minggu dengan cara mengukur perubahan volume kandung kemih.

Dengan demikian bisa diketahui fungsi ginjal janin.

c. Pada bayi baru lahir, USG merupakan cara terbaik untuk mengetahui

adanya massa di dalam perut, infeksi saluran kemih dan kelainan bawaan

pada system kemih.

d. Memperkirakan ukuran ginjal dan mendiagnosis sejumlah kelainan ginjal,

termasuk perdarahan ginjal.

e. Menentukan lokasi yang terbaik guna mengambil contoh jaringan untuk

keperluan biopsi.

USG merupakan metode diagnostik terbaik untuk penderita gagal

ginjal stadium lanjut, yang ginjalnya tidak dapat mengambil atau mentolerir

zat radioopak. Kandung kemih yang terisi dengan urin bisa terlihat dengan

jelas pada USG. USG juga dapat digunakan untuk mendeteksi tumor kandung

kemih, tetapi hasilnya lebih baik jika digunakan CT scan. CT Scan merupakan

pemeriksaan yang lebih mahal dibandingkan dengan USG dan urografi

intravena, tetapi mempunyai beberapa keuntungan:

a. CT scan dapat membedakan struktur padat dengan cairan, sehingga sangat

berguna dalam menilai jenis dan luasnya tumor ginjal atau massa lainnya

yang menyebabkan perubahan pada saluran kemih. Untuk memberikan

gambaran yang lebih jelas, bisa disuntikkan zat radioopak melalui

pembuluh vena.

b. CT scan dapat membantu menentukan penyebaran tumor ke luar ginjal.

c. Campuran air dan zat radioopak yang dimasukkan ke dalam kandung

kemih selama pemeriksaan CT scan dapat dengan jelas menggambarkan

tumor kandung kemih (Davey, 2002).

9

Page 10: Laporan Klinik III

Sekitar 25% darah masuk untuk difiltrasi oleh ginjal, fungsi ginjal

adalah untuk mempertahan homeostasis (keseimbangan cairan dan elektrolit.

Terdiri dari jutaan glomerolus (sebagi filtrasi) uang terdiri atas kapsula

bowmwn.

Darah dari arteri afferent membuat liku-liku dan membentuk arteri

efferent.

Dari kapsula bowman darah yang difiltrasi akan melewati tubulus yang

berlekuk-lekuk dan bersambung dengan glomerulus yang lain dan

bermuara pada pelvis renis.

Dari pelvis renis hasil filtrasi (air, ureum, creatinin, dan amoniak) akan

dikeluarkan melewati melewati ureter yang kemudian ditampung di vesika

urinaria.

Hasil filtrasi ginjal yang dapat digunakan sebagai indikator kerusakan

ginjal adalah ureum dan kreatinin.

Hampir seluruh ureum dibentuk di dalam hati, dari metabolisme

protein (asam amino). Urea berdifusi bebas masuk ke dalam cairan intra sel

dan ekstrasel. Zat ini dipekatkan dalam urin untuk diekskresikan. Pada

keseimbangan nitrogen yang stabil, sekitar 25 gram urea diekskresikan setiap

hari. Kadar dalam darah mencerminkan keseimbangan antara produksi dan

ekskresi urea (Riswanto, 2010).

Ureum berasal dari penguraian protein, terutama yang berasal dari

makanan. Pada orang sehat yang makanannya banyak mengandung protein,

ureum biasanya berada di atas rentang normal. Kadar rendah biasanya tidak

dianggap abnormal karena mencerminkan rendahnya protein dalam makanan

atau ekspansi volume plasma. Namun, bila kadarnya sangat rendah bisa

mengindikasikan penyakit hati berat. Kadar urea bertambah dengan

bertambahnya usia, juga walaupun tanpa penyakit ginjal (Riswanto, 2010).

IV. ALAT DAN BAHAN

Alat: 1. Spektrofotometer

2. Kuvet

10

Page 11: Laporan Klinik III

3. Pipet piston

4. Beaker glass

5. Tabung reaksi + rak tabung reaksi

6. Stop watch

7. Sentrifugasi

Bahan: 1. Serum, EDTA plasma, urin

2. Alkohol 70%

Reagensia: 1. Buffer

Tris-buffer 150 mmol/l, pH 7,6

2. Reagen enzim:

Urease >= 10 U/mL

GLDH >= 2 U/mL

NADH 0,26 mmol/L

Adenosin-5-diphosphat 3 mmol/L

Alpha-oxoglutarat 14 mmol/L

3. standar:

Urea 80 mg/100 mL (13,35 mmol/L)

V. PROSEDUR

Cara pembuatan dan stabilitas larutan

1. Buffer:

Isi larutan siap untuk digunakan. Stabil sampai waktu kadaluarsa jika

disimpan pada 2-8 derajat Celsius.

2. Reagen enzim:

UR 220: lakukan rekonstitusi sati vial dari reagen enzim 2 dengan 15 mL

larutan buffer 1.

Larutan stabil selama 4 minggu pada 2-8 derajat Celsius atau selama 2 hari

pada 15-25 derajat Celsius.

UR 221, UR 222, UR 2364:

Lakukan rekonstitiusi terhadap satu vial dari reagen enzim 2 dengan

sebagian larutan buffer 1 dan kemudian buffer 1 dan kemudain pindahkan

11

Page 12: Laporan Klinik III

seluruhnya pada botol buffer 1, bilas botol reagen enzim beberapa kali.

Larutan stabil selama 4 minggu pada 2-8 derajat Celsius atau selama 2 hari

pada 15-25 derajat Celsius.

3. Standar

Larutan standar siap untuk digunakan

Stabil sampai waktu kadaluarsa jika disimpan pada 2-8 derajat Celsius.

Cara kerja:

Panjang gelombang: 340 (Hg 334 nm atau Hg 365 nm)

Kuvet : 1 cm

Temperatur : 37 derajat Celsius

Pengukuran dilakukan terhadap blanko reagen.

Untuk setiap seri pengukuran cukup digunakan satu blanko reagen dan satu

standar.

Pipetkan ke dalam tabung standar:

BR (µl) Standar (µl) Sampel (µl)

Standar - 10 -

Sampel - - 10

Reagen 1000 1000 1000

Campurkan dan baca absorbansi pertama tepat setelah 30 detik dan stop watch

mulai dijalankaan. Baca tepat sesuadah 1,2 dan 3 menit.

12

Page 13: Laporan Klinik III

VI. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

A. DATA PENGAMATAN

PengamatanReagen 1 Reagen 2

A1 A2 A1 A2

Blanko

Standar

Sampel 1

Sampel 2

Sampel 3

0,312

0,321

0,294

0,307

0,337

-

-

0,288

0,306

0,340

1,873

1,823

1,817

1,823

1,802

-

-

1,821

1,832

1,822

Rata-rata sampel 0,31267 0,3113 1,814 1,825

B. PERHITUNGAN

Sampel 1

Curea= AsampelAstandar

xCstandar

Curea=0,312670,321

x 50mgdL

Curea=48,7mgdL

atau

Curea= AsampelAstandar

x 8,33mmol

L

13

Page 14: Laporan Klinik III

Curea=0,312670,321

x 8,33mmol

L

Curea=8,114mmol

L

Sampel 2

Curea sampel2= AsampelAstandar

xCstandar

Curea sampel2=1,8141,823

x50mgdL

Curea sampel2=49,75mgdl

atau

Curea= AsampelAstandar

x 8,33mmol

L

Curea=1,8141,823

x 8,33mmol

L

Curea=8,289mmol

L

VII. PEMBAHASAN

Tujuan percobaan kali ini adalah melakukan fungsi ginjal dengan test

urea secara kinetika enzimatis dan menginterpretasikan hasil pemeriksaan

yang diperoleh. Untuk menetapkan kadar urea dalam serum pasien digunakan

metode kinetika enzimatis. Prinsip pengukurannya adalah urea diukur setelah

mengalami hidrolisis yang akan menghasilkan ammonia dan karbon dioksida.

Ammonia yang dihasilakan selanjutnya akan mengalami reaksi kombinasi

14

Page 15: Laporan Klinik III

dengan 2-α-oxoglutarate menghasilkan glutamate. Glutamate sebagai produk

akhir atau indikator akan dihitung dengan menggunakan spektrofotometri UV-

Vis.

Hampir seluruh ureum dibentuk di dalam hati, dari metabolisme

protein (asam amino). Urea berdifusi bebas masuk ke dalam cairan intra sel

dan ekstrasel. Zat ini dipekatkan dalam urin untuk diekskresikan. Pada

keseimbangan nitrogen yang stabil, sekitar 25 gram urea diekskresikan setiap

hari. Kadar dalam darah mencerminkan keseimbangan antara produksi dan

ekskresi urea.

Ureum berasal dari penguraian protein, terutama yang berasal dari

makanan. Pada orang sehat yang makanannya banyak mengandung protein,

ureum biasanya berada di atas rentang normal. Kadar rendah biasanya tidak

dianggap abnormal karena mencerminkan rendahnya protein dalam makanan

atau ekspansi volume plasma. Namun, bila kadarnya sangat rendah bisa

mengindikasikan penyakit hati berat. Kadar urea bertambah dengan

bertambahnya usia, juga walaupun tanpa penyakit ginjal.

Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terletak

retroperitoneal, di kedua sisi kolumna vertebralis daerah lumbal. Ginjal kanan

sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan ke bawah

oleh hati. Kutub atasnya terletak setinggi kosta 12, sedangkan kutub atas

ginjal kiri terletak setinggi kosta 11. Setiap ginjal terdiri dari 600.000 nefron.

Nefron terdiri atas glomerulus dengan sebuah kapiler yang berfungsi sebagai

filter. Penyaringan terjadi di dalam sel-sel epitelial yang menghubungkan

setiap glomerulus.

Ginjal merupakan organ terpenting dari tubuh manusia maka dari itu

ginjal mempunyai beberapa fungsi seperti : mengatur keseimbangan cairan

tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah yang melalui

ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit, serta

mengekskresikan kelebihannya sebagai kemih. Ginjal juga mengeluarkan

sampah metabolisme (seperti urea, kreatinin, dan asam urat) dan zat kimia

asing. Akhirnya selain regulasi dan ekskresi, ginjal juga mensekresi renin

15

Page 16: Laporan Klinik III

yang penting untuk mengatur tekanan darah, juga bentuk aktif vitamin D yaitu

penting untuk mengatur kalsium, serta eritropoeitin yang penting untuk

sintesis darah.

Jika ginjal gagal, baik akut maupun kronik, produk akhir dari

metabolisme nitrogen terakumulasi, menaikan kadar nitrogen non-protein

(NPN). Hal ini tampak dari menaiknya nitrogen urea darah (BUN) dan kreatin

serum. Kenaikan nitrogen akan menyebabkan azotemia. Azotemia adalah

uremia, yaitu ginjal gagal membuang waste product dari metabolisme.

Prinsip dari percobaan praktikum kali ini adalah kadar urium

berbanding lurus dengan laju filtrasi glomerulus (GFR). Apabila kadar ureum

dalam urin rendah berarti terjai kerusakan ginjal, karena laju filtrasi

glomerulus rendah sehingga ureum tertahan di peredaran darah.

Reaksinya adalah sebagai berikut :

Urea + H2O urease 2NH3 + CO2

NH3 + - ketoglutarat + NADH 6LDH L-Glutamat + NAD+

Prosedur percobaan kali ini pertama-tama dibuat terlebih dahulu

reagen enzim dan larutan standar serta buffer. Kemudian dibuat larutan

standar yaitu standar dipipet sebanyak 10 l dan reagen sebanyak 1000 l

dipipet ke dalam kuvet. Setelah serum didapat, diambil sebanyak 10 µL dan

ditambahkan reagen sebanyak 1000 µL dan dikocok dengan tujuan agar serum

dan reagen homogen. Larutan direplikasi sebanyak 3 (triplo), sehingga

masing-masing tabung berisi 10 µL serum dan 1000 µL reagen. Tujuan dari

pembuatan larutan blanko adalah untuk membuktikan bahwa pelarut yang

digunakan tidak memiliki daya absorbansi (sama dengan nol) sehingga ketika

kita mengukur sampel, hanya kadar yang ingin kita ukur saja (kadar ureum)

saja yang terbaca. Kemudian dibuat juga larutan standar yang berisi 1000 µL

reagen dan 10 µL larutan standar ureum. Larutan standar ini sebagai

pembanding ketiga sampel yang ada. Kemudian campuran tersebut didiamkan

selama 30 detik (operating time). Hal ini dimaksudkan agar supaya didapatkan

hasil optimal di mana reagen dan serum bereaksi optimal. Setelah itu dibuat

16

Page 17: Laporan Klinik III

larutan sampel yaitu sampel sebanyak 10 l dan reagen 1000 l dipipet ke

dalam kuvet.

Reagensia yang telah disiapkan diinkubasikan dengan alat pemanas

hingga suhunya mencapai 37°C. Alasan digunakan suhu 37°C adalah karena

suhu ini merupakan suhu yang optimal untuk reaksi antara reagensia dan

larutan sampel sesuai dengan prinsip reaksi di atas. Setelah suhunya mencapai

suhu 37°C, sebanyak 1 ml reagensia dipipetkan ke dalam kuvet yang

sebelumnya telah diisi larutan standar. Tiga puluh detik setelah pencampuran

reagensia dan larutan standar dilakukan pengukuran absorbansi larutan standar

menggunakan spektrofotometer. Absorbansi tersebut dianggap sebagai nilai

absorbansi pertama (A1). Kemudian 60 detik setelah pengukuran absorbansi

larutan standar (A1), larutan standar tersebut kembali diukur absorbansinya

dengan alat spektrofotometer yang sama dan nilai absorbansi yang dihasilkan

dianggap sebagai nilai absorbansi kedua (A2). Kedua nilai absorbansi tersebut

dicatat. Dari hasil percobaan didapatkan nilai A1 standar adalah sebesar 0,321

dan A2 standar sebesar 1,823.

Selanjutnya, dilakukan penyiapan dan pengukuran absorbansi larutan

sampel dengan prosedur yang sama seperti pengukuran absorbansi. Dari hasil

percobaan didapatkan nilai A1 sampel adalah sebesar 0,294; 0,307; 0,337 dan

A2 sampel sebesar 1,817; 1,823; 1,802.

Setelah itu data dimasukkan ke dalam perhitungan dengan rumus:

Curea sampel 1 =

AsampelAs tan dar X Cstandar

=

0 ,312670 ,321 x 50 mg/dl

= 48,7 mg/dl

Curea sampel 2 =

AsampelAs tan dar X Cstandar

=

1,8141 ,823 x 50 mg/dl

= 49,75 mg/dl

17

Page 18: Laporan Klinik III

Hasil kadar ureum yang didapat masih dalam batas normal karena

masih jauh di bawah nilai standarnya. Sehingga pasien dapat dikatakan tidak

mengalami gangguan ginjal.

Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin dalam darah dapat menjadi

acuan untuk mengetahui adanya Gagal ginjal akut (GGA) yaitu suatu sindrom

klinis yang ditandai dengan penurunan mendadak (dalam beberapa jam

sampai beberapa hari) kecepatan penyaringan ginjal, disertai dengan

penumpukan sisa metabolisme ginjal (ureum dan kreatinin).

Salah satu hasil metabolisme yang akan dibuang oleh ginjal yaitu

ureum dan kreatinin adalah sebagai indikator derajat kesehatan pada ginjal.

Apabila keduanya meningkat, hal ini menunjukkan fungsi ginjal yang tidak

baik.

Ureum adalah hasil akhir metabolisme protein. Berasal dari asam

amino yang telah dipindah amonianya di dalam hati dan mencapai ginjal, dan

diekskresikan rata-rata 30 gram sehari. Kadar ureum darah yang normal

adalah 20 mg – 40 mg setiap 100 ccm darah (20 – 40 mg/dl), tetapi hal ini

tergantung dari jumlah normal protein yang dimakan dan fungsi hati dalam

pembentukan ureum.

Hampir seluruh ureum dibentuk di dalam hati, dari metabolisme

protein (asam amino). Urea berdifusi bebas masuk ke dalam cairan intra sel

dan ekstrasel. Zat ini dipekatkan dalam urin untuk diekskresikan. Pada

keseimbangan nitrogen yang stabil, sekitar 25 gram urea diekskresikan setiap

hari. Kadar dalam darah mencerminkan keseimbangan antara produksi dan

ekskresi urea.

Ureum dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kerusakan pada

ginjal karena ureum merupakan hasil metabolisme protein di hati menjadi

NH3. Bila NH3 bereaksi dengan CO2 hasil respirasi sel dalam tubuh, dia akan

menghasilkan urea/ ureum. Ureum ini harus diekskresikan oleh ginjal dan

dikeluarkan bersama urin. Jika terdapat kerusakan pada ginjal dan Glomerulus

Filtration Rate (Kecepatan Filtrasi Glomerulus) menurun, maka ureum tidak

dapat dikeluarkan bersama urin, serta tertahan lebih lama di dalam darah. Hal

18

Page 19: Laporan Klinik III

ini akan menyebabkan kadar urem dalam darah meningkat. Pemeriksaan kadar

ureum ini sangat dipengaruhi oleh diet makanan (protein).

VIII. KESIMPULAN

Kadar ureum yang didapatkan bila di bandingkan dengan kadar standar

normal masih berada jauh dibawahnya sehingga pasien tidak memiliki

gangguan ginjal.

19

Page 20: Laporan Klinik III

DAFTAR PUSTAKA

Davey, P. 2002. At a Glance Medicine. PT Gelora Aksara Pratama. Jakarta.

Evelyn, P.C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT Gramedia.

Jakarta.

Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat Farmakologi Dan Toksikologi. Penerbit ITB.

Bandung.

Riswanto. 2010. Ureum Darah (Serum). Tersedia pada

http://labkesehatan.com/2010/03/ureum-darah-serum.html [Diakses pada

tanggal 29 Oktober 2011].

Riswanto. 2010. Urinalisis. Tersedia pada http://labkesehatan.com/2010/02

/urinalisis-1.html [Diakses pada tanggal 29 Oktober 2011].

Sylvia, P.A. 1995. Patofisiologi; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 4.

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

20