Laporan Asuhan Gizi Klinik 2: Pasien CKD

24
Kasus Asuhan Gizi Klinik 2015 LAPORAN PRAKTIKUM ASUHAN GIZI KLINIK Penatalaksanaan Diet pada Pasien ISK, CKD, Hiperurisemia DISUSUN OLEH: KELOMPOK/SHIFT: 7 / 2 NAMA: 1. Atika Sulistyan (12/329233/KU/15001) 2. Masita Mulianing Tyas (12/329243/KU/15008) 3. Cintantya Arafah (12/329249/KU/15013) 4. Tiara Tivany S. (12/329271/KU/15033) PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2015

description

Laporan praktikum mata kuliah blok asuhan gizi klinik 2, jurusan gizi kesehatan fakultas kedokteran UGM

Transcript of Laporan Asuhan Gizi Klinik 2: Pasien CKD

Page 1: Laporan Asuhan Gizi Klinik 2: Pasien CKD

Kasus Asuhan Gizi Klinik 2015

LAPORAN PRAKTIKUM ASUHAN GIZI KLINIK

Penatalaksanaan Diet pada Pasien ISK, CKD, Hiperurisemia

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK/SHIFT: 7 / 2

NAMA:

1. Atika Sulistyan (12/329233/KU/15001)

2. Masita Mulianing Tyas (12/329243/KU/15008)

3. Cintantya Arafah (12/329249/KU/15013)

4. Tiara Tivany S. (12/329271/KU/15033)

PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015

Page 2: Laporan Asuhan Gizi Klinik 2: Pasien CKD

Kasus Asuhan Gizi Klinik 2015

BAB I

PENGKAJIAN DATA

A. Anamnesis

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. S No RM : 218752

Umur : 57 th Ruang : Kenanga

Sex : perempuan Tgl Masuk : 3/ 12/ 2012

Pekerjaan : ibu rumah tangga Tgl Kasus : 4/ 12/ 2012

Pendidikan : SD Alamat : Depok

Agama : Islam Diagnosis medis : ISK, CKD, Hiperurisemia

2. Berkaitan dengan Riwayat Penyakit

Keluhan Utama Nyeri perut, mual (+), muntah (+), belum buang air besar selama 2

minggu

Riwayat Penyakit

Sekarang

1 minggu yll, os mengeluh nyeri perut, susah BAK, sudah ke

puskesmas Depok II diberi obat tapi masih nyeri. Saat ini os

merasakan nyeri perut bagian bawah (+), batuk (+) berdahak

berwarna hijau dan belum BAB selama 2 minggu ini

Riwayat Penyakit

Dahulu

Hipertensi

Riwayat Penyakit

Keluarga

-

3. Berkaitan Dengan Riwayat Gizi

Data Sosio

ekonomi

Penghasilan : < 500.000,00

Jumlah anggota keluarga : 1

Suku : Jawa

Aktifitas fisik Jumlah jam kerja : 8 jam/hari

Jumlah jam tidur sehari : 5 – 6 jam/hari

Jenis olahraga : senam lansia Frekuensi : 1 kali/minggu

Alergimakanan Makanan . : - Penyebab : -

Jenis diet khusus : Diet rendah garam Alasan : riwayat hipertensi

Page 3: Laporan Asuhan Gizi Klinik 2: Pasien CKD

Kasus Asuhan Gizi Klinik 2015

Yang Menganjurkan : Posyandu Lansia

Masalah

gastrointestinal

Nyeri ulu hati (ya/tidak), Mual (ya/tidak ), Muntah (ya/tidak),

Diare (ya/tidak), Konstipasi (ya/tidak ), Anoreksia (ya/tidak )

Perubahan pengecapan/penciuman (ya/tidak ) Durasi: 1 minggu ini

Penyakit kronik Jenis penyakit : Hipertensi

Modifikasi diet : ya (diet rendah garam)

Jenis dan lama pengobatan : selama 4 tahun

Kesehatan mulut Sulit menelan (ya/tidak), Stomatitis (ya/tidak), Gigi lengkap

(ya/tidak)

Pengobatan Vitamin/mineral/suplemen gizi lain : -

Frekuensi dan jumlah : -

Perubahan berat

badan

Bertambah/berkurang : sekitar 5 kg lamanya : 1,5 bulan

disengaja /tidak

Mempersiapkan

makanan

Fasilitas memasak : ada

Fasilitas menyimpan makanan : ada

Riwayat / pola

makan

Makanan pokok 3x/hari dan selingan 3 x sehari

sejak sakit 1 bulan yang lalu,px mengalami penurunan nafsu makan

hanya sampai beberapa sendok, karena rasa mual dan muntah jika

makan . ketika lelah bekerja, px pasti mengkonsumsi suplemen

berenergi seperti hemaviton dan extra joss.

Keluarga px mengatakan bahwa px menyukai minuman karbonasi saat

sebelum sakit seperti coca-cola, fanta dan sejenisnya walaupun tidak

setiap hari dikonsumsi oleh px.

Berkenaan dengan riwayat HT, px telah diedukasi untuk mengolah

makanan dengan mengurangi garam. Namun, menurut keterangan

keluarga, px suka asin dan ambang batas rasa asinnya sudah

meningkat sehingga tetap menambahkan garam pada masakannya.

Px masih suka makan ikan asin walaupun sangat jarang. Disamping itu

px juga suka mengolah jenis masakan bersantan. Px mengolah sendiri

makanannya di rumah dan biasanya sekali masak untuk makan sehari.

Pola konsumsi px :

Makanan Pokok : nasi 3-4x/hari @ 1 centong

LH : ikan gereh 1x/minggu @ 1 ekor, telur 2x/minggu @ 1 butir dengan

Page 4: Laporan Asuhan Gizi Klinik 2: Pasien CKD

Kasus Asuhan Gizi Klinik 2015

digoreng

LN : tempe 3x/minggu @ 2 potong, tahu 4x/minggu @ 2 potong

Sayur : bayam, bayung, kangkung setiap hari ada sayur, timun

5x/minggu @ 1 buah

Minum : susu 1x/minggu @ 1 gelas, susu kedelai 5x/minggu @ 100 ml,

air putih 4-5gelas/hari

Buah : melon 3x/minggu @ 1 potong sedang, pepaya 4x/minggu @ 1

potong

Kesimpulan:

Dilihat dari riwayat penyakit, diketahui bahwa pasien S menderita Infeksi Saluran

Kencing (ISK) disertai Chronic Kidney Disease (CKD) dan Hiperurisemia

Pembahasan:

Pasien mengalami masalah gastrointestinal berupa nyeri perut bagian bawah, mual,

muntah, dan belum buang air besar selama 2 minggu. Adanya nyeri perut bagian bawah, mual,

dan muntah merupakan gejala klinik dari Infeksi Saluran Kemih (ISK). Sedangkan pasien belum

buang air besar selama 2 minggu menandakan pasien mengalami konstipasi, yang merupakan

predisposisi dari penyakit ISK (Alatas, 2006).

Selain itu, pasien juga mengalami anoreksia dan kesulitan dalam menelan. Hal itu dapat

mengurangi asupan makan, sehingga berat badan pasien pun mengalami berkurang secara

tidak sengaja. Kesulitan makan yang dialami pasien merupakan efek dari batuk yang diderita.

Batuk berdahak berwarna hijau menandakan adanya infeksi virus (Soetikno, 2007).

Pola makan pasien sudah cukup baik karena sudah mengkonsumsi makanan pokok,

lauk nabati, dan lauk hewani. Pasien juga sudah mengkonsumsi buah dan sayur dengan

teratur. Hanya saja, menurut keterangan keluarga, pasien masih suka asin dan ambang batas

rasa asinnya sudah meningkat sehingga tetap menambahkan garam pada masakannya. Hal ini

sangat berbahaya karena pasien sudah mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Selain itu

konsumsi garam/natrium yang berlebihan menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan

ekxtraselular meningkat, sehingga volume darah pun meningkat dan bisa menyebabkan

hipertensi (Sari, 2010). Makanan bersantan juga merupakan makanan tinggi natrium.

Kebiasaan pasien yang suka mengkonsumsi minuman berkarbonasi dan minuman

berenergi juga sangat berbahaya. Efek jangka panjang yang ditimbulkan dari minuman tersebut

salah satunya adalah kerusakan pada ginjal (Eviliananingtyas, 2014). Begitu pula dengan

Page 5: Laporan Asuhan Gizi Klinik 2: Pasien CKD

Kasus Asuhan Gizi Klinik 2015

minuman berenergi. Adanya kaffein pada komposisi minuman berenergi, yang bersifat diuretik,

dapat memperparah kondisi penderita penyakit ginjal (Singh, 2010).

B. Antropometri

BB LLA Panjang Ulna

63 kg 28 cm 24 cm

Kesimpulan:

Status gizi pasien termasuk gizi baik.

Pembahasan:

Status gizi pasien dapat ditentukan dari hasil pengukuran lingkar lengan atas pasien dengan

rumus sebagai berikut (WHO-NCHS):

Persentil = Lila aktual

Lila persentil x 100% =

28

30,3 x 100% = 92,41%

Kriteria penilaian: Gizi baik = > 85 %

Gizi kurang = > 70 - < 85 %

Gizi buruk = < 70 %

LILA persentil didapatkan dari table WHO-NCHS, untuk perempuan usia 55 – 64,9 yaitu

30,3. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan persentil sebesar 92,41%. Maka pasien

memiliki status gizi baik karena lebih dari 85%

Sedangkan tinggi badan pasien dapat ditentukan dari hasil pengukuran panjang ulna

dengan rumus sebagai berikut:

TB estimasi = 68,777 + 3,536 x panjang ulna (cm)

= 68,777 + 3,536 x 24

= 68,777 + 84,864

= 153,641 cm

C. Pemeriksaan Biokimia

Pemeriksaan urin/darah Nilai Normal Awal Masuk RS

(tgl 3/12/12) Keterangan

masa penjendalan (CT) 5 – 15 menit 8’ 40” Normal

masa perdarahan (BT) 1 – 6 menit 4’ 0” Normal

GOT/ ASAT 0,0 – 32,0 u/l 9,6 Normal

Page 6: Laporan Asuhan Gizi Klinik 2: Pasien CKD

Kasus Asuhan Gizi Klinik 2015

GPT/ALAT 0,0 – 33,0 u/l 12,1 Normal

HbsAg negatif negatif Normal

Hb 12,0 – 16,0 g/dl 9,1 Rendah

Leukosit 4,5 – 11,0 rb/mmk 14,3 Tinggi

Neutrofil 40 – 75 % 84,1 Tinggi

hematokrit 37 -47 % 26,4 Rendah

eritrosit 4 – 5,5 juta/mmk 3,36 Rendah

trombosit 150 – 400 551 Tinggi

ureum 10 – 5 mg/dl 270,7 Tinggi

kreatinin 0,5 – 0,9 mg/dl 16,86 Tinggi

asam urat 2,5 – 5,7 mg/dl 12,10 Tinggi

kolesterol total < 200 mg/dl 182 Normal

trigliserida < 150 mg/dl 106 Normal

Pembahasan:

Berdasarkan pemeriksaan biokimia, pasien mengalami peningkatan kadar leukosit,

neutrofil, trombosit, ureum, kreatinin, dan asam urat. Selain itu juga terdapat penurunan kadar

Hb, hematokrit, dan eritrosit. Peningkatan leukosit, neutrofil, dan trombosit menandakan adanya

infeksi. Peningkatan kadar ureum dan kreatinin merupakan manifestasi dari Chronic Kidney

Disease (CKD) yang diderita pasien. Begitu pula dengan peningkatan asam urat yang

menandakan adanya hiperurisemia. Sedangkan penurunan Hb, hematokrit, dan eritrosit

menandakan adanya anemia. Adanya anemia dan hiperurisemia juga merupakan manifestasi

klinis dari penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) (Wahyuningsih, 2013).

D. Pemeriksaan Fisik Klinik

1. Kesan Umum : compos mentis

2. Vital Sign :

Pemeriksaan Awal Masuk RS

Tekanan Darah 120/80 mmHg

Respirasi 20x/menit

Nadi 72x/menit

Suhu afebris

Page 7: Laporan Asuhan Gizi Klinik 2: Pasien CKD

Kasus Asuhan Gizi Klinik 2015

3. Kepala/ abdomen/extremitas dll :

Tho : ves +/+ , RBB -/-, RBK -/-

Status pemeriksaan USG

a. ren dekstra et sinistra : hidronefrosis Gr II peningkatan echostruktur

b. oedema ekstremitas bawah

c. kistoma ovarii

d. tak tampak kelainanan hepar, vesica felea, liean, pancreas

e. pulmo tak berkelainan, cor normal

Kesimpulan:

Secara umum, pasien terlihat compos mentis. Tetapi pasien mengalami keluhan-

keluhan berupa nyeri perut bagian bawah, mual, muntah, dan belum buang air besar selama 2

minggu.

Pembahasan:

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik klinik, diketahui pasien memiliki tekanan darah

yang normal karena berada berada pada nilai normal yaitu 120/80 mmHg. Respirasi pasien

termasuk eupnea atau normal karena berada di nilai normal yaitu 14-20 kali/menit untuk

dewasa. Nadi pasien termasuk normal karena berada pada nilai normal yaitu 60-100 kali/menit.

Sedangkan suhu tubuh pasien mengalami afebris, yakni terjadinya penurunan suhu tubuh

dibandingkan sebelumnya. Sehingga pasien sudah tidak lagi demam dan suhunya termasuk

normal (Wahyuningsih, 2013).

Pengukuran thorax pasien normal, suara paru vesikuler. Berdasarkan pemeriksaan

USG, pada ginjal kanan dan kiri terdapat hidronefrosis, yaitu pembengkakan ginjal yang terjadi

sebagai akibat akumulasi urin di saluran kemih bagian atas, sehingga menyebabkan

penggembungan. Hidronefrosis pasien sudah mencapai grade II. Pasien juga mengalami

oedema ekstremitas bawah, yang merupakan edema sekitar pergelangan kaki. Edema ini juga

diderita pada pasien CKD (Purwanto, 2013).

Pada pemeriksaan juga ditemukan kistoma ovarii, yaitu tumor jinak yg berada di

ovarium. Tidak ditemukan kelainan pada hati, kantung empedu, lien atau limpa, pancreas, dan

paru-paru. Fungsi jantung juga normal.

Page 8: Laporan Asuhan Gizi Klinik 2: Pasien CKD

Kasus Asuhan Gizi Klinik 2015

E. Asupan Zat Gizi

Hasil Recall 24 jam diet : Rumah dan rumah sakit

Tanggal : 3 Desember 2012

Diet RS : RP 30 RG

Implementasi Energi (kal) Protein (gr) Lemak

(gr)

KH (gr) Natrium

(mg)

Asupan oral RS 385,4 10,2 6,6 70,6 16,9

Luar RS 228,9 5,2 3,3 43,8 23,1

Asupan Enteral - - - - -

Paranteral - - - - -

Total Asupan 614,3 15,4 9,9 114,4 40,0

Kebutuhan/Standar 1405 26,7 34,9 244,45 800

% Asupan 43,72% 57,68% 28,37% 46,80% 5%

Kesimpulan:

Asupan kebutuhan pasien inadekuat. Hal ini ditandai dengan pemenuhan energi,

protein, lemak, dan karbohidrat pasien yang kurang meski sudah mengkonsumsi makanan dari

luar RS.

Pembahasan:

Berdasarkan hasil recall diet RS, baik pemenuhan energy, protein, dan lemak pasien

berada di kategori defisit berat karena berada di bawah 70%. Persen asupan energy pasien

hanya 43,72% dari total asupan, sementara persen asupan protein, lemak, dan karbohidrat

pasien masing-masing hanya 57,68%, 28,37% dan 46,80%. Padahal, pemenuhan gizi sehari

yang dianjurkan yaitu tidak lebih dan tidak kurang 10% dari kebutuhan, atau 90 – 110% dari

total kebutuhan (Depkes RI, 1996). Konsumsi natrium pasien juga rendah, hanya 40 mg.

Page 9: Laporan Asuhan Gizi Klinik 2: Pasien CKD

Kasus Asuhan Gizi Klinik 2015

F. TERAPI MEDIS

Jenis Obat/tindakan Fungsi Interaksi dengan zat gizi

Ij, ranitidine Menurunkan kadar asam

lambung yang berlebihan, yang

menyebabkan tukak lambung,

tukak duodenum, sakit maag,

nyeri ulu hati, serta gangguan

pencernaan

- dikonsumsi bersama makanan

- menigkatkan penyerapan

bismuth dari tripotassium

dicitratobismuthate

- akibat jangka panjang:

malabsorbsi vitamin B12

Ij. Ondansensran Mencegah mual dan muntah - dikonsumsi bersama atau tanpa

makanan

- makanan sedikit meningkatkan

jumlah absorbs dan

bioavailability ondansensran

asam folat 3x1 Menambah folat pada defisiensi

asam folat karena terjadinya

anemia

- meningkatkan metabolisme

fenitoin sehingga menurunkan

konsentrasi serum fenitoin

CaCO3 3x1 Pencegahan dan pengobatan

gangguan/defisiensi

metabolisme kalsium

- mengurangi absorbsi tetrasiklon

dan fluoride

aminefron 3x1 Obat untuk kelainan fungsi ginjal

kronik

- Absorbsi terhambat oleh Ca

karena membentuk senyawa

Ij. Lasix Obat diuretic yang dapat

meningkatkan urine

- Absorbsi menurun bila bersama

makanan

- beresiko hilangnya mineral

penting dalam tubuh, missal

kalsium, magnesium, dan kalium

valsartran 1x8g Obat hipertensi - diberikan bersama makanan

untuk mengurangi rasa tidak

nyaman pada saluran cerna

- akibat jangka panjang:

menimbulkan rasa tidak nyaman

pada perut dan lambung, kram

perut, rasa haus, diare

Page 10: Laporan Asuhan Gizi Klinik 2: Pasien CKD

Kasus Asuhan Gizi Klinik 2015

ambroxol 3xCI Untuk mengencerkan dahak

agar lebih mudah dikeluarkan

melalui batuk sehingga

melegakan saluran pernapasan

- dikonsumsi setelah makan

- meningkatkan kerja atau efektivit

as dari antibiotik

lactulax Sp 1xCII Obat konstipasi kronik -

Inpepsa sirup 3xCI

Obat ulkus duodenum dan

gaster, gastritis kronis

- dikonsumsi 1-2 jam setelah

makan

- apabila dikonsumsi dengan

ranitidine akan menurunkan

absorbs ranitidine

Page 11: Laporan Asuhan Gizi Klinik 2: Pasien CKD

Kasus Asuhan Gizi Klinik 2015

BAB II

DIAGNOSA GIZI

1. NI-2.1 Asupan oral inadekuat berkaitan dengan nyeri perut bagian bawah, mual, muntah

ditandai dengan hasil recall energi (43,72%), protein (57,68%), lemak (28,37%) , dan

karbohidrat (46,80%) dan penurunan berat badan

2. NI-5.4 Penurunan kebutuhan protein berkaitan dengan CKD stadium II, hiperurisemia

ditandai dengan kadar ureum (270,7 mg/dL), kreatinin (16,86 mg/dL) tinggi, dan asam

urat tinggi (12,10 mg/dL).

3. NI-5.4 Penurunan kebutuhan Na berkaitan dengan CKD ditandai dengan riwayat

hipertensi, edema, dan oliguria.

Page 12: Laporan Asuhan Gizi Klinik 2: Pasien CKD

Kasus Asuhan Gizi Klinik 2015

BAB III

INTERVENSI GIZI

A. PLANNING

1. Tujuan Diet:

a. Memenuhi kebutuhan energi tanpa memperberat kerja ginjal

b. Mengurangi edema

c. Menurunkan kadar ureum dalam darah

2. Syarat/ Prinsip Diet

a. Energi cukup yaitu 35 kkal/kgBBI

b. Karbohidrat cukup sebesar 65% dari kebutuhan total.

c. Lemak sedang sebesar 25% dari kebutuhan total

d. Protein rendah sebesar 0,75g/kgBBI dengan mengutamakan sumber protein

bernilai biologis tinggi dan rendah purin

e. Natrium rendah 1,2g/hari

f. Cairan cukup, 500ml + pengeluaran cairan (urine, keringat, muntah) dalam

sehari

g. Tidak merangsang mual dan muntah

3. Perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi

Diketahui panjang ulna 24 cm dan berat badan 63 kg.

Rumus perkiraan tinggi badan berdasarkan rentang lengan:

Tinggi badan (cm) = 68,777 + 3,536 x panjang ulna (cm)

= 68,777 + 3,536 x 24

= 68,777 + 84,864

= 153,641 cm ≈ 154 cm

Berat badan ideal (BBI) = 90% x (tinggi badan – 100)

= 90% x (154 – 100)

= 48,6 kg

Perhitungan kebutuhan energi

TEE = 35 kkal x BBI

= 30 kkal x 48,6 kg

= 1458,27 kkal ≈ 1458

Page 13: Laporan Asuhan Gizi Klinik 2: Pasien CKD

Kasus Asuhan Gizi Klinik 2015

Kebutuhan protein = 0,75g x BBI

= 0,75g x 48,6

= 36,45g ≈ 36g

Kebutuhan lemak = 25% x TEE

= 25% x 1458 kkal

= 364 kkal/9 = 40,4 g ≈ 40g

Kebutuhan karbohidrat = TEE – kebutuhan energi dari protein – kebutuhan energi

dari lemak

= 1458 kkal –136 kkal – 364 kkal

= 958 kkal/4 = 240 g (65%)

Kebutuhan natrium = 1,2g/ hari

Kebutuhan cairan = 500 ml + pengeluaran cairan/hari

4. Rekomendasi Diet

Terapi Diet: RP I RG III

Bentuk makanan: lunak

Cara Pemberian: oral

Rencana Diet :

Pukul

07.00

Pukul

10.00

Pukul

13.00

Pukul

16.00

Pukul

19.00

Bubur

manado

dengan

telur

Puding roti

madu

Nasi tim

ayam

jamur

Es buah Sop kental

Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g)

Rekomendasi 1377 38 40 224

Kebutuhan 1458 36 40 240

%Asupan 95 105 100 93

Preskripsi Diet:

Rekomendasi diet yang kami buat telah memenuhi 95% energi,105% protein,

100% lemak dan 93% karbohidrat. Pasien mengalami mual, muntah dan batuk

Page 14: Laporan Asuhan Gizi Klinik 2: Pasien CKD

Kasus Asuhan Gizi Klinik 2015

berdahak sehingga dalam pemilihan masakan, kami melakukan penyesuaian yakni

dengan tidak memasukan jenis masakan yang tinggi lemak. Konsistensi makanan

yang diberikan lunak (bubur, tim, kukus) karena Ny. S mengalami kesulitan menelan.

Bahan makanan yang digunakan sebagai lauk adalah bahan-bahan bernilai biologis

tinggi namun rendah purin, mengingat Ny. S perlu membatasi asupan protein dan

mengalami hiperurisemi. Dikarenakan Ny. S mengalami sembelit, kami banyak

memberikan olahan buah sebagai selingan yakni dalam bentuk pudding roti madu

dan es buah.

5. Rencana Monitoring dan Evaluasi

Yang diukur Pengukuran Evaluasi/ target

Antropometri BB, LLA Pengukuran BB dan

LLA

BB dan LLA normal

Biokimia Leukosit, neutrofil,

hematokrit,

eritrosit, trombosit,

asam urat, Ureum,

Kreatinin, BUN

Cek urin dan darah

di laboratorium.

Normal

Fisik klinik Respirasi, nadi,

suhu dan tekanan

darah, edema

pada ekstrimitas

bawah

Termometer,

tensimeter dan

palpasi

Suhu normal: 36-37oC

Respirasi normal: 16-24

kali per menit

Nadi normal: 60-100 kali

per menit

Tekanan darah normal

Tidak ada edema /

berkurang

Asupan zat gizi Energi, protein,

lemak, karbohidrat

Menghitung sisa

makanan

Asupan adekuat

6. Rencana Konsultasi Gizi

Masalah gizi Tujuan Materi konseling Keterangan

1. (NI-2.1) Asupan oral

inadekuat berkaitan

Memberikan

pengetahuan

a. Memberikan

pengetahuan mengenai

Konseling gizi

diberikan

Page 15: Laporan Asuhan Gizi Klinik 2: Pasien CKD

Kasus Asuhan Gizi Klinik 2015

dengan nyeri perut

bagian bawah, mual,

muntah ditandai

dengan hasil recall

energi (43,72%),

protein (57,68%),

lemak (28,37%) ,

dan karbohidrat

(46,80%) dan

penurunan berat

badan

2. (NI-5.4) Penurunan

kebutuhan Natrium

berkaitan dengan

CKD ditandai dengan

riwayat hipertensi,

edema dan oliguria

3. (NI-5.4) Penurunan

kebutuhan protein

berkaitan dengan

CKD stadium II dan

hiperurisemi ditandai

dengan kadar ureum

(270,7 mg/dL),

kreatinin (16,86

mg/dL) tinggi, dan

kadar asam urat

tinggi (12,10 mg/dL)

mengenai

pembatasan

asupan protein,

natrium dan purin,

dan pemenuhan

kebutuhan energi

dan cairan.

pentingnya memenuhi

kebutuhan energi dalam

proses penyembuhan

b. Memberikan

pengetahuan pentingnya

membatasi asupan

natrium

c. Memberikan

pengetahuan tentang

pentingnya membatasi

makanan tinggi protein

d. Memberikan

pengetahuan tentang

sumber makanan tinggi

purin

e. Memberikan

pengetahuan tentang

pentingnya mencukupi

kebutuhan cairan

f. Memotivasi keluarga

untuk mengingatkan

pasien agar membatasi

natrium

kepada

pasien dan

keluarga

pasien

Page 16: Laporan Asuhan Gizi Klinik 2: Pasien CKD

Kasus Asuhan Gizi Klinik 2015

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan pemeriksaan antropometri, status gizi pasien baik yang ditunjukkan

dengan nilai persentil LLA sebesar 92,41% (nilai normal > 85 %).

2. Dari hasil pemeriksaan biokimia diketahui pasien mengalami peningkatan kadar

leukosit, neutrofil, trombosit, ureum, kreatinin, dan asam urat, serta mengalami

penurunan kadar Hb, hematokrit, dan eritrosit.

3. Dari data fisik klinis diketahui secara umum, pasien terlihat compos mentis. Vital sign

pasien pun normal yaitu nadi 72x/menit, respirasi 20x/menit, tekanan darah 120/80

mmHg, dan suhu tidak lagi demam. Tetapi pasien mengalami keluhan-keluhan

berupa nyeri perut bagian bawah, mual, muntah, dan belum buang air besar selama

2 minggu. Berdasarkan pemeriksaan USG, pada ginjal kanan dan kiri terdapat

hidronefrosis dan juga ditemukan kistoma ovarii.

4. Asupan gizi pasien inadequate karena energi yang terpenuhi hanya 43,72%, begitu

pula dengan protein hanya 57,68%, lemak 28,37%, dan karbohidrat 46,80%.

B. Saran

1. Memotivasi pasien untuk memperbaiki asupan makannya agar pemenuhan

kebutuhan energy dalam sehari adequate.

2. Memotivasi pasien agar lebih bijak dalam memilih makanan dengan mengikuti saran

diet yang telah dianjurkan.

Page 17: Laporan Asuhan Gizi Klinik 2: Pasien CKD

Kasus Asuhan Gizi Klinik 2015

BAB V

TINJAUAN PUSTAKA

A. Infeksi saluran kemih (ISK)

1. Definisi

Infeksi saluran kemih (ISK) dibagi menjadi 2 yaitu sederhana dan kompleks. ISK

sederhana yaitu infeksi tanpa adanya penyulit/lesi anatomis maupun fungsional saluran kemih.

Sedangkan ISK kompleks yaitu infeksi saluran kemih disertai adanya penyulit seperti sumbatan

muara uretra, parut ginjal dll. Berdasarkan letaknya, ISK dibagi menjadi ISK atas dan bawah.

ISK atas adalah infeksi pada parenkim ginjal atau ureter, lazimnya disebut sebagai pielonefritis.

ISK bawah adalah infeksi pada vesika urinaria (sistitis) atau uretra. Batas antara atas dan

bawah adalah vesicoureteric junction (Hidayanti, 2008 dan Ocvianti, 2012).

2. Etiologi

Sekitar 50% ISK disebabkan Escherichia coli, penyebab lain adalah Klebsiella, Staphylococcus

aureus, coagulase-negative staphylococci, Proteus dan Pseudomonas sp. dan bakteri gram

negatif lainnya. Terdapat beberapa faktor predisposisi terjadinya ISK kompleks, diantaranya

outflow obstruction (kista ginjal, batu/tumor), kelainan ginjal (parut ginjal, dysplasia ginjal),

metabolic (imunosupresi, gagal ginjal, diabetes) dan adanya benda asing (batu, indwelling

cateter) (Hidayanti, 2008).

3. Patogenesis

Hampir seluruh ISK terjadi secara asenden. Bakteri berasal dari flora feses, berkolonisasi

didaerah perineum dan memasuki kandung kemih melalui uretra. Awal terjadinya ISK adalah

bakteri berkolonisasi di perineum pada wanita atau di preputium pada laki-laki. Kemudian

bakteri masuk kedalam saluran kemih mulai dari uretra secara asending. Setelah sampai di

kandung kemih, bakteri bermultiplikasi dalam urin dan melewati mekanisme pertahanan

antibakteri dari kandung kemih dan urin. Pada keadaan normal papila ginjal memiliki sebuah

mekanisme anti refluks yang dapat mencegah urin mengalir secara retrograd menuju collecting

tubulus. Akhirnya bakteri bereaksi dengan urotelium atau ginjal sehingga menimbulkan respons

inflamasi dan timbul gejala ISK (Hidayanti, 2008).

4. Penatalaksanaan Medis

Terapi ISK harus segera diberikan untuk mencegah kemungkinan berkembang menjadi

pielonefritis. Apabila gejala yang timbul berat, maka terapi harus segera diberikan sementara

menunggu pemeriksaan hasil biakan urin. Apabila gejala ringan dan diagnosis meragukan,

Page 18: Laporan Asuhan Gizi Klinik 2: Pasien CKD

Kasus Asuhan Gizi Klinik 2015

maka terapi dapat ditunda sampai hasil biakan urin diketahui, dan pemeriksaan biakan dapat

diulang apabila hasil biakan pertama meragukan. Terapi inisial dengan trimethoprim-

sulfamethoxazole selama 3-5 hari efektif pada strain E.coli (Hidayanti, 2008).

5. Tindakan gizi kerusakan jaringan tubuh

Terapi yang diberikan pada infeksi yaitu diet tinggi energi tinggi protein yang bertujuan

memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan mengurangi

kerusakan jaringan tubuh. Syarat dietnya yaitu energi tinggi 40-45 kkal/kgBB dan protein tinggi

(2-2,5 g/kgBB) (Almatsier, 2009).

B. Chronic kidney disease (CKD)

1. Definisi

Keadaan dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan

(menahun) disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal atau penyakit lain. CKD bersifat progresif

dan umumnya ireversibel. Gejala penyakit ini yaitu tidak ada nafsu makan, mual muntah,

pusing, sesak napas, rasa lelah, edema pada kaki dan tangan serta uremia (Almatsier, 2009

dan Hartono, 2006).

Menurut NKF-KDOQI (2002), CKD yaitu kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan dengan atau

tanpa penurunan glomerular filtrate rate (GFR) atau GFR <60ml/min/1,73 mm2 selama 3 bulan

dengan atau tanpa kerusakan ginjal. Kerusakan tersebut ditandai dengan keabnormalan pada

test darah dan urin.

Stage pada CKD berdasarkan glomerular filtrate rate:

GFR

(ml/min/1,73

mm2)

Dengan kerusakan ginjal Tanpa kerusakan ginjal

Dengan

hipertensi

Tanpa

hipertensi

Dengan

hipertensi

Tanpa

hipertensi

≥ 90 1 1 1 1

60 – 89 2 2 2 2

30 – 59 3 3 3 3

15 – 29 4 4 4 4

< 15 (dialisis) 5 5 5 5

Sumber: NKF-KDOQI (2002)

Page 19: Laporan Asuhan Gizi Klinik 2: Pasien CKD

Kasus Asuhan Gizi Klinik 2015

2. Faktor risiko

Faktor Klinis Faktor sosiodemografi

a. Diabetes

b. Hipertensi

c. Autoimun

d. Batu ginjal

e. Infeksi saluran kemih

f. Gagal ginjal akut

g. Lahir dengan berat badan rendah

h. Riwayat keluarga menderita CKD

i. Penurunan massa ginjal

j. Seringnya meminum obat

a. Usia tua

b. Terpapar zat kimia berbahaya/

lingkungan beracun

Sumber: NKF-KDOQI (2002)

3. Tindakan gizi

Terapi diet yang diberikan hanya membantu mencegah/mengurangi progresivitas CKD.

Suplementasi vitamin-mineral seperti Fe, asam folat, kalsium dan vitamin D dapat diberikan

mengacu hasil pemeriksaan laboratorium. Terapi gizi difokuskan untuk menghindari asupan

elektrolit yang berlebihan dari makanan karena kadar elektrolit bisa meninggi akibat klirens

renal menurun (Hartono, 2006).

Terapi diet pada CKD terbagi menjadi 2 yaitu diet pre dialisis dan diet dialisis. Diet pre

dialisis prinsipnya yaitu energy cukup 35 kkal/kg BB, protein rendah (0,6-0,75 g/kgBB), lemak

cukup (20-30%), natrium dibatasi apabila ada hipertensi; edema dan asites, kalium dibatasi dan

cairan dibatasi didasarkan atas banyaknya pengeluaran cairan melalui keringat; penafasan dan

urin (Almatsier, 2009).

Diet dialisis diberikan pada pasien yang menjalani hemodialisis dan dialisis peritoneal

(CAPD) dengan hasil tes kliren kreatinin < 15ml/menit. Anjuran diet didasarkan pada frekuensi

dialisis, sisa fungsi ginjal dan ukuran tubuh. Tujuan diet dialisis yaitu mencegah defisiensi gizi,

menjaga keseimbangan cairan dan elektrilit dan menjaga agar akumulasi produk sisa tidak

berlebihan. Syarat diet dialisis yaitu energy cukup 35 kkal/kgBB, protein tinggi (1-1,2 g/kgBB

ideal/hari) pada HD dan CAPD 1,3 g/kgBB ideal/hari), natrium dan kalium diberikan sesuai

dengan jumlah urin yang keluar, kalsium tinggi dan cairan dibatasi (jumlah urin ditambah 500-

750ml) (Almatsier, 2009).

Page 20: Laporan Asuhan Gizi Klinik 2: Pasien CKD

Kasus Asuhan Gizi Klinik 2015

C. Hiperurisemia

1. Definisi

Hiperurisemia merupakan tahap pertama dari empat perjalanan klinis gout. Pada tahap

hiperurisemia, pasien dapat menunjukkan gejala (simtomatik) dan tidak menunjukkan gejala

(simtomatik) (Wahyuningsih, 2013). Gout merupakan sindrom klinis dengan gambaran khas

peradangan sendi yang akut.peradangan ini disebabkan oleh reaksi jaringan sendi terhadap

pembentukan kristal urat yang bentuknya menyerupai jarum. Hiperurismia berhubungan dengan

adanya gangguan metabolisme purin yang menimbulkan kadar asam urat darah melebihi 7,5

mg/dl (Hartono, 2006).

2. Etiologi

Keadaan ini dapat terjadi karena:

a. Pemecahan jaringan tubuh yang berlebihan sehingga banyak purin yang dibebaskan yang

kemudian dimetabolisme menjadi zat sisa berupa asam urat

b. Ekskresi asam urat menurun karena air seni yang asam (penurunan fungsi ginjal, konsumsi

lemak atau alcohol tinggi).

c. Konsumsi makanan kaya purin secara berlebihan (jeroan, kacang, emping, tape)

3. Tindakan gizi

Prinsip diet pada hiperurisemia yaitu diet rendah purin dengan cara menghindari atau

membatasi jenis makanan tinggi purin, makanan dengan hidratarag lebih banyak dan rendah

lemak (asam urat mudah larut dalam larutan alkalis). Kandungan lemak yang tinggi dapat

menimbulkan asidosis (pembentukan keton bodies seperti asam asetoasetat). Cairan

disesuaikan dengan urin yang dikeluarkan setiap hari (Hartono, 2006 dan Wahyuningsih, 2013).

Page 21: Laporan Asuhan Gizi Klinik 2: Pasien CKD

Kasus Asuhan Gizi Klinik 2015

DAFTAR PUSTAKA

Alatas H, dkk 2006. Buku Ajar Nefrologi Anak Edisi 2. Jakarta: Gaya baru.

Almatsier, Sunita. Penuntun Diet edisi baru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Departemen Kesehatan RI. 1996. Pedoman Praktis Pemantauan Gizi. Jakarta: Direktorat Bina

Gizi Masyarakat.

Eviliananingtyas, Erma. 2014. Pengaruh Minuman Berkarbonasi Terhadap Kadar Ureum Darah

Mencit (Mus musculus) Galur Swiss Webste. Universitas Muhammadiyah Surakarta:

Surakarta.

Hartono, Andri. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EKG.

Hidayanti, Emma dan Dedi Rachmadi. 2008. Infeksi Saluran Kemih Kompleks. Bagian Ilmu

Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Rumah Sakit Hasan

sadikin Bandung

NKF-DOQI. 2002. Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation,

Classification, and Stratification. Am J Kidney Dis; 39(suppl 1): S1—S266

Ocvianti, Dwiana dan Darrel Fernando. 2012. Tatalaksana dan Pencegahan Infeksi Saluran

Kemih pada Kehamilan. J Indo Med Assoc Vol.62 No.12

Purwanto. 2013. Penyakit Ginjal Kronik yang Terjadi Pada Pasien Faktor Risiko Hipertensi.

Universitas Lampung: Lampung

Sari, Citra Zulianda. 2010. Kajian Kandungan Kalium dan Natrium Dalam Daging Sapi dan

Daging Kambing Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Universitas Sumatera Utara:

Medan

Singh, Kiran Kaur. 2010. Pengaruh Penggunaan Minuman Berenergi Dikalangan Mahasiswa

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Urara Tahun 2010. Universitas

Sumatera Utara: Medan

Soetikno. Rista D. 2007. Pencitraan Disfagia. Universitas Padjajaran: Bandung

Wahyuningsih, Retno. 2013. Penatalaksanaan Diet pada Pasien. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Page 22: Laporan Asuhan Gizi Klinik 2: Pasien CKD

Kasus Asuhan Gizi Klinik 2015

LAMPIRAN

Nutrisurvey Rekomendasi Diet

==================================================================

Analysis of the food record ==================================================================

Food Amount energy carbohydr.

___________________________________________________________________________

BREAKFAST bubur nasi 200 g 145,8 kcal 32,0 g

bayam merah' 50 g 18,5 kcal 3,7 g

wortel rebus * 30 g 8,4 kcal 1,9 g

telur ayam' 60 g 93,1 kcal 0,7 g

Meal analysis: energy 265,8 kcal (19 %), carbohydrate 38,2 g (17 %)

1. BREAK puding roti 100 g 153,0 kcal 23,3 g

karamel 50 g 46,0 kcal 11,7 g

madu' 30 g 91,2 kcal 24,7 g

Meal analysis: energy 290,2 kcal (21 %), carbohydrate 59,7 g (27 %)

LUNCH nasi tim* 150 g 180,0 kcal 39,0 g

daging ayam* 20 g 59,6 kcal 0,0 g

jamur coklat mentah' 30 g 8,1 kcal 1,5 g

tahu' 20 g 15,2 kcal 0,4 g

minyak kelapa sawit 10 g 86,2 kcal 0,0 g

Meal analysis: energy 363,2 kcal (26 %), carbohydrate 42,7 g (19 %)

2. BREAK Semangka* 30 g 8,4 kcal 2,1 g

Orange fresh 30 g 14,1 kcal 2,8 g

Melon fresh 30 g 11,5 kcal 2,5 g

jelly 40 g 63,6 kcal 15,8 g

setrup / sirup' 40 g 85,6 kcal 22,2 g

Meal analysis: energy 183,1 kcal (13 %), carbohydrate 45,4 g (20 %)

Page 23: Laporan Asuhan Gizi Klinik 2: Pasien CKD

Kasus Asuhan Gizi Klinik 2015

DINNER kentang kukus RS 150 g 140,2 kcal 32,4 g

daging sapi* 20 g 40,2 kcal 0,0 g

buncis rebus * 40 g 12,0 kcal 2,6 g

wortel rebus * 40 g 11,2 kcal 2,5 g

Margarine for cooking 10 g 71,0 kcal 0,0 g

Meal analysis: energy 274,5 kcal (20 %), carbohydrate 37,6 g (17 %)

==================================================================

Result

==================================================================

Nutrient analysed recommended percentage

content value value/day fulfillment

___________________________________________________________________________

energy 1376,8 kcal 1458 kcal 95 %

protein 38,0 g(11%) 36 g(12 %) 105 %

fat 40,4 g(25%) 40 g(< 30 %) 100 %

carbohydr. 223,5 g(64%) 240 g(> 55 %) 93%

water 501,7 g 2700,0 g 19 %

dietary fiber 6,1 g 30,0 g 20 %

iron 9,5 mg 15,0 mg 63 %

zinc 2,4 mg 7,0 mg 35 %

calcium 382,2 mg 1000,0 mg 38 %

phosphorus 417,9 mg 700,0 mg 60 %

magnesium 151,9 mg 310,0 mg 49 %

tot. fol.acid 180,2 µg 400,0 µg 45 %

Vit. A 957,5 µg 800,0 µg 120 %

Vit. C 57,9 mg 100,0 mg 58 %

Vit. D 1,4 µg 5,0 µg 28 %

Vit. B12 0,7 µg 3,0 µg 22 %

Page 24: Laporan Asuhan Gizi Klinik 2: Pasien CKD

Kasus Asuhan Gizi Klinik 2015

TATA LAKSANA DIET PADA PASIEN

DIABETES MELLITUS, EFUSI PLEURA, SYOK HIPOGLIKEMIA

KELOMPOK : 7

CP KELOMPOK : Atika S. (087780493919)

ASISTEN INSTRUKTUR PRAKTIKUM : Samsul Ma’arip; Nurul Putri Utami, S.Gz;

Cita Eri, S.Gz

NO WAKTU

MAKAN

MENU BAHAN JUMLAH HARGA

SATUAN

HARGA

1 Pukul

07.00

Bubur

Manado

dengan telur

-Beras

-Bayam merah

-Wortel

-Telur ayam

50 gram

50 gram

30 gram

60 gram

600

500

500

1500

3100

2 Pukul

10.00

Puding roti

madu

-Bubuk agar-agar

-Roti 2 lembar

-Madu

-Gula

7 gram

25 gram

30 gram

30 gram

3000

2300

1000

400

6700

3 Pukul

13.00

Nasi tim

ayam jamur

-Beras

-Daging ayam

-Jamur kuping

-Tahu

-Minyak kelapa

sawit

50 gram

20 gram

30 gram

20 gram

10 gram

600

2000

2000

500

400

5500

4 Pukul

16.00

Es buah -Semangka

-Jeruk

-Melon

-Sirup

-Bubuk nutrijell

30 gram

30 gram

30 gram

10 gram

7 gram

500

1000

500

500

2000

4500

5 Pukul

19.00

Sop kental -Kentang

-Daging sapi

-Buncis

-Wortel

-Mentega

150 gram

20 gram

40 gram

40 gram

10 gram

2500

5000

500

500

300

8800

TOTAL 28600