249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses

24
Makalah Kimia Klinik I Pemeriksaan feses ( tinja ) Disusun oleh Rahmania Azwarini Politeknik Kesehatan Kemenkes Banten Tahun Akademik 2014/2015 Page 1 of 24

Transcript of 249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses

Page 1: 249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses

Makalah Kimia Klinik I

“Pemeriksaan feses ( tinja )“

Disusun oleh

Rahmania Azwarini

Politeknik Kesehatan Kemenkes Banten

Tahun Akademik 2014/2015

Kelas 2B

Page 1 of 17

Page 2: 249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas Kimia

Klinik I dengan judul “Pemeriksaan feses ( tinja ) “ yang merupakan salah satu

persyaratanakademikdalampelaksanaanpendidikansudahterselesaikan.

Dalam penyusunan tugas ini penyusun berusaha semaksimal mungkin

namun kemampuan penyusun sangat terbatas, sehingga penyusunan tugas ini jauh

dari sempurna, dan penyusun menyadari akan segala kekurangan dalam

penyusunan tugas ini. Penyusun mengharap kritik dan saran yang membangun

dari pembaca demi kesempurnaan tugas makalah ini dan kesempatan penulis

selanjutnya.

Penyusun mengucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan tugas ini.Semoga bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca

padaumumnya.

                                                                                       Tangerang,Oktober 2014

                                                                                                   Penyusun

Page 2 of 17

Page 3: 249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium

yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu

penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium

yang modern , dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan

tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai

macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel

yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan

ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi.

Hal yang melatar belakangi penulis menyusun sebuah makalah dengan

judul “pemeriksaan laboratorium pada feses sebagai pemeriksaan penunjang

dalam penegakan diagnosa berbagai penyakit”. Agar para tenaga teknis

laboratorium patologi klinik serta para mahasiswa dari berbagai program studi

kesehatan khususnya mahasiswa analis kesehatan dapat meningkatkan

kemampuan dan mengerti bermacam-macam penyakit yang memerlukan sampel

feses, memahami cara pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses secara

benar. mampu melaksanakan pemeriksaan sampel feses dengan baik, dan pada

akhirnya mampu membuat interpretasi hasil pemeriksaan feses dengan benar.

B.     Tujuan penulisan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengertian

2. Indikasi

3. Manfaat

4. Tabel pemeriksaan

5. Feses normal

6. Prosedur pemeriksaan

Page 3 of 17

Page 4: 249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian

1.Makroskopis

Pemeriksaan tinja dengan melihat bentuk, konsistensi, warna, bau ada tidaknya

darah samar, lendir, nanah, sisa sisa jaringan makanan atau parasit.

2. Mikroskopis

Pemeriksaan tinja yang lebih dalam dan lebih valid dari makroskopis dengan

menggunakan bantuan alat dan metode yang mendetail dalam pemeriksaanya.

B.Manfaat

1.Mengetahui ada tidaknya masalah pada pencernaan

2.Mengetahui apa saja kandungan yang terdapat pada feses

C.Indikasi

1.    Adanya diare dan konstipasi

2.    Adanya darah dalam tinja

3.    Adanya lendir dalam tinja

4.    Adanya ikterus

5.    Adanya gangguan pencernaan

6.    Kecurigaan penyakit gastrointestinal

D.    Feses normal

Orang dewasa normal mengeluarkan 100-300 g feses per hari dari jumlah

tersebut 70% merupakan air dan separuh dari sisanya mungkin berupa kuman dan

sisa sisa kuman. Selebihnya adalah sisa makanan berupa sisa sayur mayur sedikit

lemak, sel sel epitel yang rusak dan unsur unsur lain. Konsistensi tinja normal

(semi solid silinder) agak lunak, tidak cair seperti bubur maupun keras, berwarna

coklat dan berbau khas. frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-

minggu.

Page 4 of 17

Page 5: 249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses

E.     Tabel pemeriksaan

Maskroskopi Penyebab Catatan

Butir, kecil, keras, warna tua

Volume besar, berbau dan mengambang

Rapuh dengan lender tanpa darah

Rapuh dengan darah dan lender

Volume besar, cair, sisa padat sedikit

Rapuh, mengandung nanah atau jaringan nekrotik

Konstipasi

Malabsorpsi zat lemak atau protein

Sindrom usus besar yang mudah terangsang inflamasi dangkal dan difus, adenoma dengan jonjot-jonjot

Inflamasi usus besar; tifoid, shigella, amebeasis,tumor ganas

Infeksi non-invasif (cholera, e.coli keadaan toksik, keracunan makanan oleh stafilikok, radang selaput osmotic (defisiensi disakharida, makan berlebihan)

Devertikulitis atau abses lain, tumor nekrotik, parasit

Pada keadaan usus besar yang sensitive keadaan dapat diselingi diare yang cair atau berlendir

Ekskresi lemak 6 g/hari merupakan hal yang abnormal; mungkin terdapat pada penyakit usus halus primer, fibrosis kistik, pankreastitis, sindroma post-gastrektomi, penyumbatan saluran empedu

Dengan tinja yang agak terbentuk, sering diawali kelainan fungsi

Darah tanpak lebih nyata dari pada lender

Dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit

Untuk parasit perik salah tinja selagi masih panas

Page 5 of 17

Page 6: 249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses

Agak lunak, putih abu-abu sedikit

obtruksi saluran makan barium

Bilirubin serum biasanya abnormal

Tabel : gejala yang diagnostic pada pemeriksaan makroskopik tinja

Warna Tidak patologis Patologis

Coklat, coklat tua kuning coklat

Coklat tua sekali

Hitam

Abu -abu

Abu-abu muda sekali

Hijau atau kuning hijau

Merah

Oksidasi normal dari pigmen empedu

Dibiarkan lama di udara

Makanan yang mengandung banyak daging

Makan besi, bismut

Makan kokoa

Makanan mengandung banyak bahan susu barium

Makanan yang mengandung banyak bayam, sayuran hijau lain. Pencahar yang barasal sayuran

Makanan yang mengandung banyak lobak merah (biet)

Perdarahan di saluran cerna bagian proksimal steatore (konsistensi seperti bubur dan berbuih)

Obtruksi saluran empedu

Makanan melalui usus dalam waktu cepat hingga pigmen empedu belum sempat teroksidasi

Perdarahan yang berasal dari saluran cerna bagian distal

Tabel : keadaan yang mempengaruhi warna tinja

Page 6 of 17

Page 7: 249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses

Kategori Kondisi khusus Hal lain

Osmotic Defisiensi disakaridase (intoleransi terhadap laktosa)

Disakarida dalam buncis atau kacang-kacangan lain yang tidak dapat dicerna Pencahar berupa larutan garam

Gejalan setelah makan makanan yang berasal dari susu

Perut kembung, lazim dengan “gas”. Kadang-kadang diselingi konstipasi pencahar yang tidak benar

Riwayat sakit dan gejala ulkus peptikum

Dampak osmotic dari antasid

Sekretorik Setelah makan bahan pemanis buatan yang tidak dapat dicernakan toksin berasal dari kuman (kolera, E.coli, keracunan makanan yang mengandung stafilokok

Hormone yang enteroaktif (gastrin pada sindrom)

Zollinger-Ellison; serotonin ? zat lain pada sindroma karsinoid

Sindroma malabsorpsi lemak, protein

Perangsangan oleh asam empedu

Riwayat jenis makanan menentukan diagnose

Epidemiologi lebih penting daripada biakan tinja

Gejala sistemik lain lazim didapat.

Bau busuk merupakan gejala yang umum dari malnutrisi oleh kalori atau protein

Setelah reseksi dari usus halus

Pertumbuhan bakteri yang berlebihan dalam usus halus

Perubahan struktur atau fungsi

Reseksi usus

Fistel enterokolon

Sindroma usus besar yang sensitive

Dapat diduga dari riwayat penyakit. Komplikasi dari penyakit divertikulum atau penyakit inflamasi usus besar

Patofisiologi masih belum jelas

Kerusakan mukosa Penyakit inflamasi usus besar (sindroma crohn, colitis ulseratif)

Perdarahan; rasa nyeri, berat badan mungkin menurun

Biakan tinja berguna pada

Page 7 of 17

Page 8: 249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses

Kuman yang invasif (beberapa jenis shigella, salmonella, ameba kampilobakter) Kolitis pseudo membranosa

permulaan penyakit

Sering didapat setelah penggunaan antibiotic yang mempunyai rentang spectrum lebar

Dapat merupakan penyulit pada uremia, gagal jantung kongestif; iskemia intestinal

Tabel : berbagai jenis diare

F.      Prosedur pemeriksaan

1.    Makroskopis

syarat dalam pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses :

Wadah sampel bersih, kedap, bebas dari urine.

Harus diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan jika ada penundaan simpan di

almari es.

Tidak boleh menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari sebelum pemeriksaan

Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan. misalnya bagian

yang bercampur darah atai lendir.

Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher sebagai pemeriksaan tinja

sewaktu.

Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu.

Pada Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object glass.

Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca atau sari

bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti plastic. Kalau konsistensi tinja

keras,dos karton berlapis paraffin juga boleh dipakai. Wadah harus bermulut

lebar.

Oleh karena unsure-unsur patologik biasanya tidak dapat merata, maka hasil

pemeriksaan mikroskopi tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat,

cukup diberi tanda –(negatif),(+),(++),(+++) saja

Berikut adalah uraian tentang berbagai macam pemeriksaan secara makroskopis dengan

sampel feses.

Pemeriksaan Jumlah

Page 8 of 17

Page 9: 249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses

Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari.

Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah tinja

meningkat.

Pemeriksaan Warna

1) Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua

dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja

dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan

dan obat yang dimakan. Warna kuning juga dapat disebabkan karena

susu,jagung, lemak dan obat santonin.

2) Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung

khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan

porphyrin dalam mekonium.

3) Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam

saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut

akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas

seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak

lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium

setelah pemeriksaan radiologik.

4) Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang

segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.

5) Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal

saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain.

Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia

hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang

mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.

Pemeriksaan Bau

Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk

didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak

oleh kuman.Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu.

Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak

dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam. Konsumsi

makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah yang tercerna

menambah bau tinja.

Pemeriksaan Konsistensi

Page 9 of 17

Page 10: 249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses

Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk. Pada diare konsistensi

menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala

didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang

lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit

hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan alabsorpsi usus.

Pemeriksaan Lendir

Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir

yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus.

1)      Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada

usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali

iritasi terjadi pada usus halus.

2)      Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja.

3)      Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik kolitis,

mucous colitis pada anxietas.

4)      Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan

rektal anal.

5)      Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya ulseratif

kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc.

6)      Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous adenoma colon.

Pemeriksaan Darah.

Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu

mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja.

1)      Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja

dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau

varices dalam oesophagus.

2)      Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar

tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma

rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin hitam warnanya.

Pemeriksaan Nanah

Page 10 of 17

Page 11: 249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses

Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada

penyakit Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon sigmoid, Lokal abses.Sedangkan pada

penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang banyak.

Pemeriksaan Parasit

Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya yang

mungkin didapatkan dalam feses.

Pemeriksaan adanya sisa makanan

Hampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang tidak tercerna, bukan

keberadaannya yang mengindikasikan kelainan melainkan jumlahnya yang dalam

keadaan tertentu dihubungkan dengan sesuatu hal yang abnormal.

Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi

makanan berasal dari hewan, seperti serta otot, serat elastic dan zat-zat lainnya.

Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol maka

pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah.

Penambahan larutan jenuh Sudan III atau Sudan IV dalam alkohol 70% menjadikan

lemak netral terlihat sebagai tetes-tetes merah atau jingga.

2.      Mikroskopis

Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit,

eritosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi. Dari semua pemeriksaan ini yang

terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa dan telur cacing.

a.       Protozoa

Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan

bentuk trofozoit.

b.      Telur cacing

Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator

americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan

sebagainya.

c.       Leukosit

Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan.

Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah

leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita

dengan alergi saluran pencenaan.

Untuk mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah 1 tetes asam acetat 10% pada

1 tetes emulsi feces pada obyek glass.

Page 11 of 17

Page 12: 249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses

d.      Eritrosit

Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan

bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu

berarti abnormal.

e.       Epitel

Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal dari

dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat

karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada

perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.

f.       Kristal

Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat

kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium

oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak

didapatkan setelah banyak makan lemak.

Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir

amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran

pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan

mungkin didapatkan kristal hematoidin.

g.      Makrofag

Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya sering dapat dilihat

bakteri selain eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak bergerak.

h.      Sel ragi

Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya ialah

supaya jangan dianggap kista amoeba

i.        Jamur

1)      Pemeriksaan KOH

Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan larutan KOH

(kalium hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur, sedangkan pemeriksaan tinja rutin

adalah pemeriksaan tinja yang biasa dilakukan dengan menggunakan lugol.

Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan Kandidiasis

adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat

ditemukan bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk invasif dari Candida pada sediaan

tinja.

Timbulnya kandidiasis juga dapat dipermudah dengan adanya faktor risiko seperti

diabetes melitus, AIDS, pengobatan antikanker, dan penggunaan antibiotika jangka

panjang. Kalau memang positif kandidiasis dan terdapat gejala kandidiasis, maka

biasanya dapat sembuh total dengan obat jamur seperti fluconazole, tetapi tentu saja bila

ada faktor risiko juga harus diatasi.

Page 12 of 17

Page 13: 249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses

Swap adalah mengusap mukosa atau selaput lendir atau pseudomembran kemudian

hasil usapan diperiksa secara mikroskopik, sedangkan biopsi adalah pengambilan

jaringan atau sel untuk dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik juga.

3.      Kimia

a.       Darah samar

Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar.

Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang

tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik.

Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan

darah 0,5 – 2 ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh

kehilangan darah > 2 ml/ hari

Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan adalah guajac tes,

orthotoluidine, orthodinisidine, benzidin tes berdasarkan penentuan aktivitas

peroksidase /oksiperoksidase dari eritrosit (Hb)

1)     Metode benzidine basa

a)      Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml

dan panasilah hingga mendidih.

b)      Saringlah emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat sampai menjadi

dingin kembali.

c)      Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak sepucuk

pisau.

d)     Tambahkan 3 ml asam acetat glacial, kocoklah sampai benzidine itu

e)      Bubuhilah 2ml filtrate emulsi tinja, campur.

f)       Berilah 1ml larutan hydrogen peroksida 3 %, campur.

g)      Hasil dibaca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama )

Catatan :

Hasil dinilai dengan cara :

Negative ( - ) tidak ada perubahan warna atau samar-samar hijau

hijauPositif ( +)

(2+) biru bercampur hijauPositif

(3+) biruPositif

Positif (4+) biru tua

2)      Metode Benzidine Dihidrochlorida

Page 13 of 17

Page 14: 249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses

Jika hendak memakai benzidine dihirochlorida sebagai pengganti benzidine basa

dengan maksud supaya test menjadi kurang peka dan mengurangi hasil positif palsu,

maka caranya sama seperti diterangkan diatas.

3)      Cara Guajac

Prosedur Kerja :

a) Buatlah emulsi tinja sebanyak 5ml dalam tabung reaksi dan tambahkan 1ml

asam acetat glacial, campur.

b)      Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2ml

alcohol 95 %, campur.

c)      Tuang hati-hati isi tabung kedua dalam tabung yang berisi emulsi tinja

sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah.

d)     Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan

itu. Derajat kepositifan dinilai dari warna itu.

Zat yang mengganggu pada pemeriksaan darah samar diantara lain adalah preparat

Fe, chlorofil, extract daging, senyawa merkuri, Vitamin C dosis tinggi dan anti oxidant

dapat menyebabkan hasil negatif (-) palsu, sedangkan Lekosit, formalin, cupri oksida,

jodium dan asam nitrat dapat menyebabkan positif (+) palsu

b.      Urobilin

Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada

ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna

kelabu disebut akholik.

Prosedur kerja :

1) Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah dengan

larutan mercurichlorida 10 % dengan volume sama dengan volume tinja

2) Campurlah baik-baik dengan memakai alunya

3) Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap dan

biarkan selama 6-24 jam

4) Adanya urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah

c.       Urobilinogen

Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik

jika dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak

Page 14 of 17

Page 15: 249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses

jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan

seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.

Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu jarang

dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat

dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin urin.

d.      Bilirubin

Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin

dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi

menjadi urobilin.

Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi

perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan

antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang

menyelenggarakan perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan

metode pemeriksaan Fouchet

Page 15 of 17

Page 16: 249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses

BAB III

PENUTUP

A.    Simpulan

Pemeriksaan feses masih sering dilakukan pada laboratorium-laboratorium

klinik maupun laboratorium di rumah sakit. Pemeriksaan feses adalah salah satu

parameter yang digunakan untuk membantu dalam penegakan diagnosis suatu

penyakit serta menyelidiki suatu penyakit secara lebih mendalam.

Pemeriksaan feses dibagi menjadi 3 macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan

makroskopis, mikroskopis dan kimia.

1. Pemeriksaan makroskopis terdiri dari Pemeriksaan jumlah, pemeriksaan warna,

pemeriksaan bau, pemeriksaan konsistensi, pemeriksaan lendir, pemeriksaan

darah.pemeriksaan nanah, pemeriksaan parasit dan pemeriksaan adanya sisa

makanan.

2. Pemeriksaan mikroskopis feses terdiri dari pemeriksaan terhadap Protozoa,

telur cacing, leukosit, eritrosit, epitel, kristal,makrofag,sel ragi, dan jamur.

3. pemeriksaan kimia meliputi pemeriksaan Darah samar, urobilin, urobilinogen

dan bilirubin.

B.     Saran

Sebagai tenaga kesehatan yang professional dituntut mampu untuk

mengerjakan segala sesuatunya dengan ilmu pengetahuan, bukan menerka,

mengira ataupun asal asalan oleh karena itu kita harus selalu mengupdate ilmu

dalam segala hal terutama dalam hal keperawatan.

Page 16 of 17

Page 17: 249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses

DAFTAR PUSTAKA

Gandasoebrata,R.1999.Penuntun Laboratorium Klinik.Jakarta: PT Dian Rakyat.

(Halaman 180-185)

Corwin, Elisabeth J.2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta:Penerbit Buku

Kedokteran

EGC.(Halaman 518-519)

http://www.kalbe.co.id/consultation/14/apa-itu-pemeriksaan-tinja-dg-koh-dan-

bedanya

pemeriksaan-tinja-rutin.htm ( Diakses pada 28 Maret 2011, pukul 16.30 )

http://health.detik.com/bila-feses-berwarna-hitam (Diakses 25 Maret 2011, pukul

17.00)

frances. K. widmann. 1994. Tinjauan klinis atas hasil pemeriksaan

laboratorium. Jakarta: EGC

Page 17 of 17