TUGAS KIMIA KLINIK (Fatmawati Hardiyanti Putri)
-
Upload
embun-hati -
Category
Documents
-
view
82 -
download
2
Transcript of TUGAS KIMIA KLINIK (Fatmawati Hardiyanti Putri)
Tugas Kimia Klinik
Pengujian Beberapa Parameter Klinik
“PENGUJIAN BEBERAPA PARAMETER KLINIK”
1. Hemoglobin
Deskripsi
Hemoglobin (Hb) adalah protein dalam eritrosit yang
bertugas mengangkut oksigen.
Masalah Klinis
Penurunan kadar : anemia (defisiensi besi, aplastik,
hemolitik, dsb), perdarahan hebat, leukemia, kanker (usus
besar, usus halus, rektum, hati, tulang, dsb), thalasemia,
penyakit ginjal, penyakit Hodgkin, kehamilan, sarkoidosis,
kelebihan cairan intra-vena. Pengaruh obat : antibiotik
(kloramfenikol [chloromycetin], penisilin, tetrasiklin), aspirin,
antineoplastik, doksapram (dopram), derivat hidantoin, vitamin
A dosis besar, hidralazin (Apresoline), indometasin (Indocin),
inhibitor MAO, primakuin, rifampin, sulfonamid, trimetadion
(Tridione)
Peningkatan kadar : dehidrasi/hemokonsentrasi,
polisitemia, daerah dataran tinggi, chronic heart failure (CHF),
luka bakar yang parah. Pengaruh obat : gentamisin, metildopa
(Aldomet)
Prosedur dalam Pengujian
Prosedur pemeriksaan yang akan dibicarakan di sini
adalah prosedur yang menggunakan metode
sianmethemoglobin. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 5 ml
larutan Drabkin lalu ditambah 20 ul sampel darah. Lakukan
pencampuran dengan cara membolak-balikkan tabung
beberapa kali. Diamkan pada suhu kamar selama 3-5 menit
kemudian ukur intensitas warna dengan fotometer pada
panjang gelombang 540 nm dengan blanko reagen.
Kadar Hb dapat dibaca pada kurve kalibrasi atau dihitung
dengan menggunakan faktor, dimana kadar Hb = serapan x
faktor. Kurve kalibrasi dan faktor telah dipersiapkan
sebelumnya.
2. MCV, MCH, dan MCHC
Deskripsi
Indeks eritrosit adalah batasan untuk ukuran dan isi
hemoglobin eritrosit. Istilah lain untuk indeks eritrosit adalah
indeks kospouskuler. Indeks eritrosit terdiri atas : isi/volume
atau ukuran eritrosit (MCV : mean corpuscular volume atau
volume eritrosit rata-rata), berat (MCH : mean corpuscular
hemoglobin atau hemoglobin eritrosit rata-rata), konsentrasi
(MCHC : mean corpuscular hemoglobin concentration atau
kadar hemoglobin eritrosit rata-rata).
Masalah Klinis
Penurunan nilai : anemia mikrositik, anemia defisiensi
besi (ADB), malignansi, artritis reumatoid, hemoglobinopati
(talasemia, anemia sel sabit, hemoglobin C), keracunan timbal,
radiasi.
Peningkatan nilai : anemia makrositik, aplastik, hemolitik,
pernisiosa; penyakit hati kronis; hipotiroidisme (miksedema);
pengaruh obat (defisiensi vit B12, antikonvulsan, antimetabolik)
Prosedur Umum Pengujian
Indeks eritrosit dapat ditetapkan dengan dua metode,
yaitu manual dan elektronik (automatik)
menggunakan hematology analyzer. Untuk dapat menghitung
indeks eritrosit secara manual diperlukan data kadar
hemoglobin, hematokrit/PCV dan hitung eritrosit
- MCV = (hematokrit x 10) : hitung eritrosit
- MCH = (hemoglobinx10) : hitung eritrosit
- MCHC = ( MCH : MCV ) x 100 % atau MCHC = ( Hb :
Hmt ) x 100 %
3. Trombosit dan Hematokrit
Deskripsi
Trombosit adalah fragmen atau kepingan-kepingan tidak
berinti dari sitoplasma megakariosit yang berukuran 1-4 mikron
dan beredar dalam sirkulasi darah selama 10 hari. Gambaran
mikroskopik dengan pewarnaan Wright – Giemsa, trombosit
tampak sebagai sel kecil, tak berinti, bulat dengan sitoplasma
berwarna biru-keabu-abuan pucat yang berisi granula merah-
ungu yang tersebar merata.
Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan
(packed cell volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit
dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada
kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan
dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui konsentrasi
eritrosit dalam darah.
Masalah Klinis
Penurunan kadar : kehilangan darah akut, anemia
(aplastik, hemolitik, defisiensi asam folat, pernisiosa,
sideroblastik, sel sabit), leukemia (limfositik, mielositik,
monositik), penyakit Hodgkin, limfosarkoma, malignansi organ,
mieloma multipel, sirosis hati, malnutrisi protein, defisiensi
vitamin (tiamin, vitamin C), fistula lambung atau duodenum,
ulkus peptikum, gagal, ginjal kronis, kehamilan, SLE. Pengaruh
obat : antineoplastik, antibiotik (kloramfenikol, penisilin), obat
radioaktif.
Peningkatan kadar : dehidrasi/hipovolemia, diare berat,
polisitemia vera, eritrositosis, diabetes asidosis, emfisema
pulmonar tahap akhir, iskemia serebrum sementara, eklampsia,
pembedahan, luka bakar.
Prosedur umum Pengujian
Metode pengukuran hematokrit secara manual dikenal
ada 2, yaitu :
a. Metode makrohematokrit
Pada metode makro, sebanyak 1 ml sampel darah
(darah EDTA atau heparin) dimasukkan dalam tabung
Wintrobe yang berukuran panjang 110 mm dengan diameter
2.5-3.0 mm dan berskala 0-10 mm. Tabung kemudian
disentrifus selama 30 menit dengan kecepatan 3.000 rpm.
Tinggi kolom eritrosit adalah nilai hematokrit yang
dinyatakan dalam %.
b. Metode mikrohematokrit
Pada metode mikro, sampel darah (darah kapiler,
darah EDTA, darah heparin atau darah amonium-kalium-
oksalat) dimasukkan dalam tabung kapiler yang mempunyai
ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm. Tabung
kapiler yang digunakan ada 2 macam, yaitu yang berisi
heparin (bertanda merah) untuk sampel darah kapiler
(langsung), dan yang tanpa antikoagulan (bertanda biru)
untuk darah EDTA/heparin/amonium-kalium-oksalat.
Prosedur pemeriksaannya adalah : sampel darah
dimasukkan ke dalam tabung kapiler sampai 2/3 volume
tabung. Salah satu ujung tabung ditutup dengan dempul (clay)
lalu disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 15.000 rpm.
Tinggi kolom eritrosit diukur dengan alat pembaca hematokrit,
nilainya dinyatakan dalam %.
4. Glukosa
Deskripsi
Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan
disimpan sebagai glikogen dalam hati dan otot rangka. Kadar
glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormon yang dihasilkan
oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah : insulin,
glukagon, dan somatostatin.
Masalah Klinis
PENINGKATAN KADAR (hyperglycaemia) : diabetes
mellitus, asidosis diabetik, hiperaktivitas kelenjar adrenal
(sindrom Chusing), akromegali, hipertiroidisme, kegemukan
(obesitas), feokromositoma, penyakit hati yang parah, reaksi
stress akut (fisik atau emosi), syok, kejang.
PENURUNAN KADAR (hypoglycaemia) : reaksi
hipoglikemik (insulin berlebih), hipofungsi korteks adrenal
(penyakit Addison), hipopituitarisme, galaktosemia,
pembentukan insulin ektopik oleh tumor/kanker (lambung, hati,
paru-paru), malnutrisi.
Prosedur umum Pengujian
Untuk uji glukosa darah puasa, penderita diminta
berpuasa selama 10 jam sejak malam sebelum diambil darah
(misalnya mulai puasa jam 9 malam). Selama berpuasa
penderita tidak boleh melakukan akitifitas fisik yang berat, tidak
boleh merokok, dan tetap diperbolehkan minum air putih. Pagi
hari setelah puasa (misalnya jam jam 8 pagi), penderita diambil
darah vena 3-5 ml dikumpulkan dalam tabung bertutup merah
(tanpa antikoagulan) atau dalam tabung tutup abu-abu (berisi
NaF). NaF digunakan untuk mencegah glikolisis yang dapat
mempengaruhi hasil laboratorium. Penderita diminta untuk
makan dan minum seperti biasa, lalu puasa lagi selama 2 jam.
Selama berpuasa penderita tidak boleh melakukan akitifitas fisik
yang berat, tidak boleh merokok, dan tetap diperbolehkan
minum air putih.
5. Bilirubin
Deskripsi
Secara normal, bilirubin tidak dijumpai di urin. Bilirubin
terbentuk dari penguraian hemoglobin dan ditranspor ke hati,
tempat bilirubin berkonjugasi dan diekskresi dalam bentuk
empedu. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk) ini larut dalam air
dan diekskresikan ke dalam urin jika terjadi peningkatan kadar
di serum. Bilirubin tak terkonjugasi (bilirubin indirek) bersifat
larut dalam lemak, sehingga tidak dapat diekskresikan ke dalam
urin.
Masalah klinis
Bilirubinuria (bilirubin dalam urin) mengindikasikan
gangguan hati atau saluran empedu, seperti pada ikterus
parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik hepar), ikterus
obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF disertai ikterik. Urin yang
mengadung bilirubin yang tinggi tampak berwarna kuning pekat,
dan jika digoncang-goncangkan akan timbul busa.
Prosedur umum Pengujian
Uji bilirubinuria dapat menggunakan
reaksi diazo (dengan tablet atau dipstick), atau uji Fouchet
(Harison spot test) dengan feri klorida asam (FeCl2). Uji
bilirubinuria dengan reaksi diazo banyak dipakai karena lebih
praktis dan lebih sensitif. Di antara dua macam uji diazo, uji
tablet (mis. tablet Ictotest) lebih sensitif daripada dipstick.
a. Reaksi diazo
Kumpulkan spesimen urin pagi atau urin
sewaktu/acak (random). Celupkan stik reagen (dipstick) atau
tablet Ictotest. Tunggu 30 detik, lalu bandingkan warnanya
dengan bagan warna pada botol reagen. Pembacaan
dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk
memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.
b. Uji Fouchet
Ke dalam 12 ml urin, tambahkan 3 ml barium klorida
dan 3 tetes ammonium sulfat jenuh. Centrifuge selama 5
menit dengan kecepatan 3500 rpm. Buang supernatant,
tambahkan 2 tetes larutan Fouchet pada endapan. Amati
perubahan warna yang terjadi.Reaksi negatif jika tidak
tampak perubahan warna. Reaksi positif jika terjadi
perubahan warna : hijau atau biru.
Pengujian harus dilakukan dalam waktu 1 jam, dan urin
harus dihindarkan dari pajanan sinar matahari (sinar ultraviolet)
langsung agar bilirubin tidak teroksidasi menjadi biliverdin
6. SGPT/SGOT
Deskripsi
SGPT atau juga dinamakan ALT (alanin
aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan
pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi
hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada
otot jantung, ginjal dan otot rangka.
SGOT atau juga dinamakan AST (Aspartat
aminotransferase) merupakan enzim yang dijumpai dalam otot
jantung dan hati, sementara dalam konsentrasi sedang dijumpai
pada otot rangka, ginjal dan pankreas. Konsentrasi rendah
dijumpai dalam darah, kecuali jika terjadi cedera seluler,
kemudian dalam jumlah banyak dilepaskan ke dalam sirkulasi.
Masalah Klinis
Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis
viral akut, nekrosis hati (toksisitas obat atau kimia).
Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear,
hepatitis kronis aktif, sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom
Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT)
Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan
hati, sirosis Laennec, sirosis biliaris.
Peningkatan tinggi ( > 5 kali nilai normal) : kerusakan
hepatoseluler akut, infark miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis
akut, mononukleosis infeksiosa.
Peningkatan sedang ( 3-5 kali nilai normal ) : obstruksi
saluran empedu, aritmia jantung, gagal jantung kongestif, tumor
hati (metastasis atau primer), distrophia muscularis.
Peningkatan ringan ( sampai 3 kali normal ) : perikarditis,
sirosis, infark paru, delirium tremeus, cerebrovascular accident
(CVA)
Prosedur Umum Pengujian
SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri
atau spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis. Nilai
rujukan untuk SGPT/ALT adalah
Laki-laki: 0-50U/L
Perempuan : 0 - 35 U/L
SGOT/AST serum umumnya diperiksa secara fotometri
atau spektrofotometri, semi otomatis menggunakan fotometer
atau spektrofotometer, atau secara otomatis menggunakan
chemistry analyzer. Nilai rujukan untuk SGOT/AST adalah :
Laki-laki :0-50U/L
Perempuan : 0 - 35 U/L
7. Kolesterol
Deskripsi
Kolesterol berasal dari makanan dan sintesis endogen di
dalam tubuh. Sumber kolesterol dalam makanan seperti kuning
telur, susu, daging, lemak (gajih), dan sebaginya terutama
dalam keadaan ester. Dalam usus, ester tersebut kemudian
dihidrolisis oleh kolesterol esterase yang berasal dari pankreas
dan kolesterol bebas yang terbentuk diserap oleh mukosa usus
dengan kilomikron sebagai alat transport ke sistem limfatik dan
akhirnya ke sirkulasi vena. Kira-kira 70% kolesterol yang
diesterifikasi (dikombinasikan dengan asam lemak), serta 30%
dalam bentuk bebas.
Kolesterol disintesis di hati dan usus serta ditemukan
dalam eritrosit, membran sel, dan otot.
Sebagian besar kolesterol yang dibutuhkan tubuh disintesis dari
asetil koenzim A melalui betahidroksi-betametil glutamil KoA.
Kolesterol penting dalam struktur dinding sel dan dalam bahan
yang membuat kulit kedap air. Kolesterol digunakan tubuh
untuk membentuk garam empedu sebagai fasilitator untuk
pencernaan lemak dan untuk pembentukan hormon steroid
(misal kortisol, estrogen, androgen) oleh kalenjar adrenal,
ovarium, dan testis.
Masalah Klinis
Peningkatan kadar kolesterol dapat dijumpai pada : infak
miokardial (MCI) akut, aterosklerosis, hiperkolesterolemia
keluarga, hiperlipoproteinemia tipe II, III dan V, diet tinggi
kolesterol (lemak hewani). Selain itu juga dijumpai pada :
hipotiroidisme, obstruksi bilier, sirosis bilier, miksedema,
hepatitis infeksiosa, DM yang tidak terkontrol, sindrom nefrotik,
pankreatektomi, kehamilan trimester III, periode stress berat.
Prosedur Umum Pengujian
Pengukuran kolesterol total dapat menggunakan enzim
kolesterol oksidase. Trigliserida diukur melalui pengeluaran
asam lemak secara hidrolisis diikuti oleh kuantifikasi gliserol
yang dibebaskan. Pengukuran kolesterol HDL menggunakan
pengendapan semua lipoprotein selain HDL, kemudian
kolesterol HDL yang tersisa dalam larutan diukur. Sedangkan
kolesterol LDL diukur dari pengukuran trigliserida, kolesterol
total, dan kolesterol HDL dengan pendekatan Friedewald
sebagai berikut:
Kolesterol LDL = Kolesterol total – kolesterol HDL –
(trigliserida/5)
Kalkulasi ini masih sahih untuk kadar trigliserida sampai sekitar
400 mg/dL.
8. Trigliserida
Deskripsi
Trigliserida merupakan asam lemak yang dibentuk dari
esterifikasi tiga molekul asam lemak menjadi satu molekul
gliserol. Jaringan adiposa memiliki simpanan trigliserid yang
berfungsi sebagai ‘gudang’ lemak yang segera dapat
digunakan. Dengan masuk dan keluar dari molekul trigliserida di
jaringan adiposa, asam-asam lemak merupakan bahan untuk
konversi menjadi glukosa (glukoneogenesis) serta untuk
pembakaran langsung untuk menghasilkan energi.
Masalah Klinis
Peningkatan kadar trigliserida dapat dijumpai pada :
hiperlipoproteinemia, infark miokardial akut, hipertensi,
thrombosis serebral, arteriosklerosis, diet tinggi karbohidrat.
Juga dapat dijumpai pada : hipotiroidisme, sindrom nefrotik,
sirosis Laennec atau alkoholik, DM tak terkontrol, pancreatitis,
sindrom Down, stress, kehamilan. Pengaruh obat : Estrogen,
kontrasepsi oral.
Prosedur Umum Pengujian
Pengukuran kolesterol total dapat menggunakan enzim
kolesterol oksidase. Trigliserida diukur melalui pengeluaran
asam lemak secara hidrolisis diikuti oleh kuantifikasi gliserol
yang dibebaskan. Pengukuran kolesterol HDL menggunakan
pengendapan semua lipoprotein selain HDL, kemudian
kolesterol HDL yang tersisa dalam larutan diukur. Sedangkan
kolesterol LDL diukur dari pengukuran trigliserida, kolesterol
total, dan kolesterol HDL dengan pendekatan Friedewald
sebagai berikut
Kolesterol LDL = Kolesterol total – kolesterol HDL –
(trigliserida/5)
Kalkulasi ini masih sahih untuk kadar trigliserida sampai sekitar
400 mg/dL.
9. HDL, LDL, dan VLDL
Deskripsi
VLDL merupakan lipoprotein densitas sangat rendah
(very low density lipoprotein) dibentuk oleh sel hati, sebagian
oleh usus. VLDL terutama terdiri dari trigliserid endogen yang
dibentuk oleh sel hati dari karbohidrat. Ia bertugas membawa
kolesterol yang dikeluarkan dari hati ke jaringan otot untuk
disimpan sebagai cadangan energi.
LDL merupakan lipoprotein densitas rendah (low density
lipoprotein) berasal dari katabolisme VLDL, bertugas
mengangkut kolesterol dalam plasma darah ke jaringan perifer
untuk keperluan pertukaran zat. LDL mengandung 45%
kolesterol. LDL ini mudah sekali menempel pada dinding
pembuluh koroner sehingga menimbulkan kerak kolesterol
(plak). Itu sebabnya LDL sering disebut sebagai “kolesterol
jahat”.
HDL merupakan lipoprotein densitas tinggi (high density
lipoprotein) dibentuk oleh sel hati dan usus, bertugas menyedot
timbunan kolesterol di jaringan tersebut, lalu mengangkutnya ke
hati dan selanjutnya membuangnya ke dalam empedu. Karena
itu maka HDL disebut sebagai “kolesterol baik”. Bila HDL
rendah, maka kolesterol akan dideposit pada jaringan arteri.
Masalah Klinis
Peningkatan kadar lemak darah dapat menimbulkan
risiko penyakit arteri koronaria atau penyakit kardiovaskuler.
Peningkatan kadar kolesterol (hiperkolesterolemia)
menyebabkan penumpukan kerak lemak di arteri koroner
(arteriosklerosis) dan risiko penyakit jantung (infark miokardial).
Kadar kolesterol serum tinggi dapat berhubungan dengan
kecenderungan genetik (herediter), obstruksi bilier, dan/atau
asupan diet. Peningkatan trigliserid dalam waktu yang lama
akan menjadi gajih di bawah kulit dan menyebabkan obesitas.
Gajih yang berlebih akan diubah juga menjadi kolesterol LDL.
Kolesterol LDL yang tinggi dan kolesterol HDL yang rendah
merupakan risiko penyakit aterosklerosis. Sebaliknya, kolesterol
LDL yang rendah dan kolesterol HDL tinggi dapat menurunkan
risiko penyakit arteri koronaria.
Prosedur Umum Pengujian
Pengukuran kolesterol total dapat menggunakan enzim
kolesterol oksidase. Trigliserida diukur melalui pengeluaran
asam lemak secara hidrolisis diikuti oleh kuantifikasi gliserol
yang dibebaskan. Pengukuran kolesterol HDL menggunakan
pengendapan semua lipoprotein selain HDL, kemudian
kolesterol HDL yang tersisa dalam larutan diukur. Sedangkan
kolesterol LDL diukur dari pengukuran trigliserida, kolesterol
total, dan kolesterol HDL dengan pendekatan Friedewald
sebagai berikut :
Kolesterol LDL = Kolesterol total – kolesterol HDL –
(trigliserida/5)
Kalkulasi ini masih sahih untuk kadar trigliserida sampai sekitar
400 mg/dL.
10.Asam Urat
Deskripsi
Asam urat (uric acid) adalah produk akhir metabolisme
purin (adenine dan guanine) yang merupakan konstituen asam
nukleat. Asam urat terutama disintesis dalam hati yang
dikatalisis oleh enzim xantin oksidase. Asam urat diangkut ke
ginjal oleh darah untuk difiltrasi, direabsorbsi sebagain, dan
dieksresi sebagian sebelum akhirnya diekskresikan melalui urin.
Peningkatan kadar asam urat dalam urin dan serum
(hiperuresemia) bergantung kepada fungsi ginjal, kecepatan
metabolisme purin, dan asupan diet makanan yang
mengandung purin
Masalah Klinis
Kadar asam urat meningkat dijumpai pada : gout,
leukemia (limfositik, mielositik, monositik), kanker metastatik,
mieloma multipel, eklampsia berat, alkoholisme,
hiperlipoproteinemia, diabetes mellitus (berat), gagal ginjal,
glomerulonefritis, gagal jantung kongestif, anemia hemolitik,
limfoma, polisitemia, stress, keracunan timbale, pajanan sinar-X
(berlebih), latihan fisik berlebihan, diet penurunan berat badan-
tinggi protein.
Prosedur Umum Pengujian
Jenis spesimen yang diperlukan adalah serum atu
plasma heparin. Diambil 3-5 ml darah vena dimasukkan ke
dalam tabung bertutup merah atau tabung bertutup hijau
(heparin) kemudian disentrifus; cegah terjadinya hemolisis.
Serum atau plasma heparin dipisahkan. Kadar asam urat diukur
dengan metode kolorimetri menggunakan fotometer atau
analyzer kimiawi.
Sebelum pengambilan sampel darah, pasien diminta
puasa 8-10 jam. Tidak ada pembatasan asupan makanan atau
cairan; namun pada banyak kasus, asupan makanan tinggi
purin (mis. daging, jerohan, sarden, otak, roti manis, dsb) perlu
ditunda minimal selama 24 jam sebelum uji dilakukan; demikian
pula dengan obat-obatan yang dapat mempengaruhi hasil
laboratorium. Jika terpaksa harus minum obat, catat jenis obat
yang dikonsumsi.
11.Kreatinin
Deskripsi
Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin
disintesis di hati dan terdapat dalam hampir semua otot rangka
yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin
phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam
sintesis ATP (adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine
diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan
katalisasi enzim kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring
dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah secara
ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh
glomerulus dan diekskresikan dalam urin.
Masalah Klinis
Kreatinin darah meningkat jika fungsi ginjal menurun.
Oleh karena itu kreatinin dianggap lebih sensitif dan merupakan
indikator khusus pada penyakit ginjal dibandingkan uji dengan
kadar nitrogen urea darah (BUN). Sedikit peningkatan kadar
BUN dapat menandakan terjadinya hipovolemia (kekurangan
volume cairan); namun kadar kreatinin sebesar 2,5 mg/dl dapat
menjadi indikasi kerusakan ginjal. Kreatinin serum sangat
berguna untuk mengevaluasi fungsi glomerulus.
Prosedur Umum Pengujian
Jenis sampel untuk uji kreatinin darah adalah serum atau
plasma heparin. Kumpulkan 3-5 ml sampel darah vena dalam
tabung bertutup merah (plain tube) atau tabung bertutup hijau
(heparin). Lakukan sentrifugasi dan pisahkan serum/plasma-
nya. Catat jenis obat yang dikonsumsi oleh penderita yang dapt
meningkatkan kadar kreatinin serum. Tidak ada pembatasan
asupan makanan atau minuman, namun sebaiknya pada
malam sebelum uji dilakukan, penderita dianjurkan untuk tidak
mengkonsumsi daging merah.
Kadar kreatinin diukur dengan metode kolorimetri
menggunakan spektrofotometer, fotometer atau analyzer
kimiawi.
Daftar Pustaka
Laboratorium Kesehatan. 2009. Indeks Eritrosit. http://labkesehatan. blogspot.com/2009/12/hitung-trombosit.html (online, diakses april 2013).