Makalah Cc Fatmawati

104
LAPORAN CASE CONFERENCE KLIEN DENGAN FRAKTUR THORAKAL XII DI LANTAI 1 GEDUNG PROF. DR. SOELARTO RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI JAKARTA Disusun Oleh : 1. ANDIKA PUJIASTUTI F. 2. RIZQIANA ADAWIYAH 3. DETI DWI LESTARI 4. DEWI SULISTIANI 5. FINNA VESTASARI 41151095000016 41151095000033 41151095000020 41151095000002 41141095000016 PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

description

makalah cc

Transcript of Makalah Cc Fatmawati

Page 1: Makalah Cc Fatmawati

LAPORAN CASE CONFERENCE

KLIEN DENGAN FRAKTUR THORAKAL XII DI LANTAI 1

GEDUNG PROF. DR. SOELARTO RUMAH SAKIT UMUM

PUSAT FATMAWATI JAKARTA

Disusun Oleh :

1. ANDIKA PUJIASTUTI F.

2. RIZQIANA ADAWIYAH

3. DETI DWI LESTARI

4. DEWI SULISTIANI

5. FINNA VESTASARI

41151095000016

41151095000033

41151095000020

41151095000002

41141095000016

PROGRAM PROFESI NERS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015

Page 2: Makalah Cc Fatmawati

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Fraktur kompresi adalah diskontinuitas dari jaringan tulang akibat dari suatu

tekanan atau tindihan yang melebihi kemampuan dari tulang tersebut. Fraktur

kompresi vertebra khusunya thorakal 12 adalah fraktur yang merobohkan ruas tulang

belakang khusunya pada bagian thorakal 12 akibat tekanan dari tulang.

Fraktur pada area torakalumbal biasanya disebabkan oleh cedera pada posisi

fleksi seperti jatuh dari ketinggian dan mendarat menggunakan bagian tubuh seperti

kepala, bokong, dan bahu. Hal tersebut merupakan cedera berbahaya karena akan

mengenai saraf spinal dan dapat menyebabkan kelumpuhan (Alifah, 2013).

Berdasarkan data rekam medik RSUP Fatmawati bulan Juli-Desember 2004

didapatkan pasien dengan gangguan muskuloskeletal sebanyak 566 kasus, dari

bermacam-macam kasus tersebut, kasus fraktur vertebra thorakal sebanyak 8 orang

(1,23%), sedangkan pada bulan januari-juli sebanyak 323 kasus dengan gangguan

muskuloskeletal terdapat 7 (2,16%) kasus fraktur vertebra thorakal.

Seseorang yang mengalami fraktur terutama pada tulang belakang akan

mengalami sensasi nyeri, deformitas atau kelainan tulang belakang, krepitus atau

derik tulang yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.

Sedangkan komplikasi dari fraktur ini adalah infeksi, sindrom kompartemen, atropi,

kontraktur. Klien juga beresiko mengalami komplikasi cedera spinal seperti gangguan

eliminasi bowel bladder, syok spinal, kelemahan pada ekstremitas, trombosis vena

profunda, gagal napas; pneumonia dan hiperfleksia autonomic. Maka dari itu sebagai

perawat merasa perlu untuk dapat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan

pada klien dengan fraktur kompresi thorakal 12 dengan cara promotif, preventif,

kuratif, dan rehabilitatif sehingga masalahnya dapat teratasi dan klien dapat terhindar

dari masalah yang paling buruk.

Page 3: Makalah Cc Fatmawati

B. TUJUAN2.1 Umum

Mengetahui konsep teori, masalah keperawatan dan asuhan keperawatan pasien dengan Fraktur kompresi thorakal 12 e.c spondilitis TB

2.2 Khususa. Mengetahui pengertian Fraktur kompresi thorakal 12b. Mengetahui etiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi

klinis, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan pasien dengan Fraktur kompresi thorakal 12

c. Mengetahui masalah keperawatan dan asuhan keperawatan pasien dengan Fraktur kompresi thorakal 12.

Page 4: Makalah Cc Fatmawati

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. FRAKTUR

1. Definisi

Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan

ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner dan Suddarth, 2000 dalam Suratun, dkk.,

2008) Fraktur juga dapat diaartikan sebagai terputusnya keutuhan tulang, umumnya

akibat trauma (Tambayong, 2000).. Fraktur dapat berbentuk transversa, oblik, atau

spiral.

2. Jenis fraktur

Berikut adalah klasifikasi atau jenis-jenis fraktur (Suratun, dkk., 2008):

a. Fraktur komplit, yaitu patah pada seluruh garis tulang dan biasanya mengalami

pergeseran (dari yang normal).

b. Fraktur tidak komplit, yaitu patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah

tulang.

c. Fraktur tertutup (fraktur simpel), yaitu patah tulang yang tidak menyebabkan

robeknya kulit.

d. Fraktur terbuka (fraktur komplikata / kompleks), yaitu patah yang menembus kulit

dan tulang berhubungan dengan dunia luar.

e. Fraktur kominitif, yaitu fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.

f. Fraktur greenstick, yaitu fraktur yang salah satu tulang patah dan satu sisi lainnya

membengkok.

g. Fraktur kompresi, yaitu fraktur dengan tulang mengalami kompressi (tulang

belakang).

h. Fraktur depresi, yaitu fraktur yang fragmen tulangnya terdorong ke dalam (tulang

tengkorak dan wajah).

Page 5: Makalah Cc Fatmawati

3. Etiologi

Menurut Brunner dan Suddarth (2000) dalam Suratun, dkk (2008), etiologi

atau penyebab fraktur diantaranya:

a. Trauma

b. Gaya meremuk

c. Gerakan punter mendadak

d. Kontraksi otot ekstrem

e. Keadaan patologis: osteoporosis, neoplasma

f. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit

Sedangkan menurut Grace dan Bolrey (2008), penyebab tersering fraktur

adalah tekanan yang kuat diberikan pada tulang normal atau tekanan yang sedang pada

tulang yang terkena penyakit, misalnya osteoporosis. Fraktur terjadi jika tulang dikenai

stress yang lebih besar daripada yang diabsorpsinya.

4. Manifestasi Klinis

Berikut adalah tanda dan gejala fraktur (Tambayong, 2000):

a. Nyeri

Nyeri continue / terus menerus dan meningkat karena adanya spasme otot dan

kerusakan sekunder sampai fragmen tulang tidak bisa digerakkan.

b. Deformitas atau keadaan bentuk

Perubahan tulang pada fragmen disebabkan oleh deformitas tulang dan patah tulang

itu sendiri yang diketahui ketika dibandingkan dengan daerah yang tidak luka.

c. Gangguan fungsi

Setelah terjadi fraktur, ada bagian yang tidak dapat digunakan dan cenderung

menggunakan pergerakan abnormal, ekstremitas tidak berfungsi secara teratur

karena fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang yang mana tulang

tersebut saling berdekatan.

Page 6: Makalah Cc Fatmawati

d. Bengkak / memar

Bengkak / memar dapat disebabkan karena hematoma pada jaringan lunak

e. Atropi distal

Merupakan pemendekan pada fraktur tulang panjang yang disebabkan oleh kontraksi

otot yang berdempet di atas dan di bawah lokasi fraktur.

f. Krepitasi

Yaitu suara detik tulang yang dapat didengar atau dirasakan ketika fraktur

digerakkan, disebabkan oleh trauma langsung maupun tak langsung.

Sementara Suratun, dkk (2008) menuliskan dalam bukunya bahwa manifestasi

klinis fraktur meliputi nyeri terus menerus, hilangnya fungsi (fungsiolaesa), deformitas,

pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan local dan perubahan warna. Di

samping itu, terdapat pula tanda gejala lain yaitu peningkatan denyut nadi atau denyut

tidak pasti, pucat, otot tegang, kesemutan, kebas, paresthesia karena edema meningkat,

dan paresis karena nekrosis jaringan.

5. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi akibat fraktur meliputi (Suratun, dkk., 2008):

a. Komplikasi awal

Diantara kondisi dari komplikasi awal yaitu:

1) Syok, dapat berakibat fatal dalam beberapa jam setelah edema.

2) Emboli lemak, dapat terjadi 24 sampai 72 jam.

3) Sindrom kompartmen, yaitu perfusi jaringan dalam otot kurang dari

kebutuhan.

4) Infeksi dan tromboemboli.

5) Koagulopati intravaskuler diseminata.

b. Komplikasi lanjutan

Diantara kondisi dari komplikasi lanjutan yaitu:

1) Mal-union / non-union

2) Nekrosis avascular tulang

3) Reaksi terhadap alat fiksasi interna

Page 7: Makalah Cc Fatmawati

Selain hal tersebut diatas, Suratun, dkk (2008) juga menuliskan dalam bukunya

bahwa fraktur pada tulang dapat menyebabkan edema jaringan lemak, persarafan ke otot

dan sendi terganggu, dislokasi sendi, rupture tendo, kerusakan saraf, dan kerusakan

pembuluh darah. Sedangkan Grace dan Bolrey (2008) menambahkan komplikasi fraktur

yaitu termasuk emboli paru dan gagal ginjal sebagai komplikasi awal, serta pertumbuhan

terhambat, artritis, dan distrofi simpatik (refleks) pascatrauma sebagai komplikasi lanjut.

Marrelli (2008) juga menjelaskan komplikasi fraktur dalam bukunya, yaitu:

a. Embolisme lemak

b. Hilangnya denyut nadi pada ekstremitas

c. Infeksi pada tempat luka operasi

d. ISK

e. Kelambatan proses union, malunion, nonunion pada ekstremitas yang fraktur

f. Pneumonia atau proses penyakit paru lain

g. Sindrom kompartmen (siku / lutu)

h. Tromboflebitis

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis fraktur adalah sebagai

berikut (Grace dan Bolrey, 2008):

a. Radiografi pada dua bidang (cari lusensi dan diskontinuitas pada korteks tulang).

b. Tomografi, CT scan, MRI (jarang).

c. Ultrasonografi dan scan tulang dengan radioisotop.

7. Penatalaksanaan Penting

Penatalaksanaan penting terhadap kejadian fraktur yaitu (Grace dan Bolre, 2008):

a. Umum

1) Cari tanda-tanda syok / perdarahan

2) Cari trauma pada tempat lain yang beresiko (kepala dan tulang belakang, iga

dan pneumotoraks, femoral dan trauma pelvis)

b. Fraktur (penatalaksanaan segera)

Page 8: Makalah Cc Fatmawati

1) Hilangkan rasa nyeri (opiat intravena, blok saraf, gips, dan traksi).

2) Buat akses intravena dengan baik dan kirim golongan darah dan sampel untuk

dicocokkan.

c. Fraktur (penatalaksanaan definitif)

1) Reduksi (tertutup atau terbuka).

2) Imobilisasi (gips, bracing fungsional, fiksasi internal, fiksasi eksternal, traksi).

3) Rehabilitasi (bertujuan untuk mengembalikan pasien ke tingkat fungsi seperti

sebelum trauma dengan fisioterapi dan terapi okupasi).

Untuk menangani fraktur, terdapat empat konsep dasar yang harus

dipertimbangkan (Suratun, dkk., 2008):

a. Rekognisi, yaitu menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kecelakaan dan

selanjutnya di rumah sakit dengan melakukan pengkajian terhadap riwayat

kecelakaan, derajat keparahan, jenis kekuatan yang berperan pada peristiwa yang

terjadi, serta menentukan kemungkinan adanya fraktur melalui pemeriksaan dan

keluhan dari klien.

b. Reduksi fraktur(mengembalikan posisi tulang ke posisi anatomis):

1) Reduksi terbuka. Dengan pembedahan, memasang alat fiksasi interna

(misalnya pen, kawat, sekrup, plat, paku dan batangan logam).

2) Reduksi tertutup. Ekstremitas dipertahankan dengan gips, traksi, brace, bidai,

dan fiksator eksterna.

c. Imobilisasi. Setelah direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi atau dipertahankan

dalam posisi dan kesejajaran yang benar hingga terjadi penyatuan. Metode imobilisasi

dilakukan dengan fiksasi eksterna dan interna.

d. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi:

1) Mempertahankan reduksi dan imobilisasi

2) Meninggikan daerah fraktur untuk meminimalkan pembengkakan

3) Memantau status neuromuscular

4) Mengontrol kecemasan dan nyeri

5) Latihan isometrik dan setting otot

6) Kembali ke aktivitas semula secara bertahap

Page 9: Makalah Cc Fatmawati

B. VERTEBRA

1. Anatomi

Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah struktur lentur

yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau tulang belakang (Dora,

2013). Fungsinya adalah sebagai penopang tubuh bagian atas serta pelindung bagi

struktur saraf dan pembuluh-pembuluh darah yang melewatinya.

Di antara tiap dua ruas pada tulang belakang terdapat bantalan tulang rawan.

Panjang rangkaian tulang belakang pada orang dewasa mencapai 57 sampai 67 cm.

Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24 buah diantaranya tulang-tulang terpisah dan 9

ruas sisanya bergabung membentuk 2 tulang.

Tulang belakang tersusun dari tulang-tulang pendek berupa ruas-ruas tulang

sejumlah lebih dari 30 buah. Tulang-tulang tersebut berjajar dari dasar tengkorak sampai

ke tulang ekor dengan lubang di tengah-tengah setiap ruas tulang (canalis vertebralis),

sehingga susunannya menyerupai seperti terowongan panjang. Saraf dan pembuluh darah

tersebut berjalan melewati canalis vertebralis dan terlindung oleh tulang belakang dari

segala ancaman yang dapat merusaknya.

Antara setiap ruas tulang belakang terdapat sebuah jaringan lunak bernama diskus

intervertebra, yang berfungsi sebagai peredam kejut (shock absorption) dan menjaga

fleksibilitas gerakan tulang belakang, yang cara kerjanya mirip dengan shock breaker

kendaraan kita. Di setiap ruas tulang juga terdapat 2 buah lubang di tepi kanan dan kiri

belakang tulang bernama foramen intervertebra, yaitu sebuah lubang tempat berjalannya

akar saraf dari canalis vertebra menuju ke seluruh tubuh. Saraf-saraf tersebut keluar

melalui lubang itu dan mempersarafi seluruh tubuh baik dalam koordinasi gerakan

maupun sensasi sesuai daerah persarafannya.

Tulang belakang terdiri dari 5 segmen, yaitu (Satyanegara, 2010):

a. 7 vertebra servikal atau ruas tulang bagian leher membentuk daerah tungkuk

Page 10: Makalah Cc Fatmawati

b. 12 vertebra thorakalis atau ruas tulang punggung membentuk bagian belakang thorak

atau dada

c. 5 vertebra lumbalis atau ruas tulang punggung pinggang membentuk daerah lumbal

atau pinggang

d. 5 vertebra sakralis atau ruas tulang belakang membentuk sacrum atau tulang

kelangkang

e. 4 vertebra koksigeus atau ruas tulang ekor membentuk tulang koksigeus atau tulang

ekor

Gambar 2.1. Ruas Tulang Belakang

Di luar susunan tulang belakang, terdapat ligamen yang menjaga posisi tulang

belakang agar tetap kompak dan tempat melekatnya otot-otot punggung untuk

pergerakan tubuh kita. Ligamen dan otot tulang belakang berfungsi sebagai koordinator

pergerakan tubuh.

Posisi tulang belakang yang normal akan terlihat lurus jika dilihat dari depan atau

belakang. Jika dilihat dari samping, segmen servikal akan sedikit melengkung ke depan

(lordosis) sehingga kepala cenderung berposisi agak menengadah. Segmen torakal akan

sedikit melengkung ke belakang (kyphosis) dan segmen lumbal akan melengkung

kembali ke depan (lordosis).

Kelainan dari susunan anatomis maupun perbedaan posisi tulang belakang yang

normal tersebut, dapat berakibat berbagai keluhan dan gangguan yang bervariasi.

Page 11: Makalah Cc Fatmawati

Keluhan dan gangguan tersebut akan berakibat terganggunya produktivitas dan kualitas

hidup seseorang. Tidak jarang keluhan tersebut berakibat nyeri yang hebat, impotensi,

hilangnya rasa (sensasi) hingga kelumpuhan.

2. Fisiologi

Kolumna vertebra melindungi medula spinalis dan menstabilkan struktur

tulang untuk ambulasi. Medula spinalis memiliki dua fungsi vital. Pertama, bagian ini

berfungsi sebagai jaringan saraf penghubung antara otak dan susunan saraf tepi. Kedua,

bagian ini merupakan pusat integrasi untuk reflek spinal (Sherwood, 2011).

Batticaca (2008) menjelaskan dalam bukunya bahwa medula spinalis dikelilingi

oleh meningen, durameter, arachnoid, dan piamater. Diantara durameter dan kanalis

vertebralis terdapat ruang epidural. Medula spinalis berbentuk struktur H dengan badan

sel saraf (substansia grisea). Bagian bawah yang berbentuk H meuas dari bagian atas dan

bersamaan menuju bagian tanduk anterior. Tanduk-tanduk ini merupakan sel-sel yang

mempunyai serabut-serabut, yang membentuk ujung akar anterior (motorik) dan

berfungsi untuk aktivitas yang disadari dan aktivitas dari otot-otot yang berhubungan

dengan medulla spinalis.

Bagian torakal medulla spinbalis adalah proyeksi dari masing-masing sisi bagian

crossbar H substansia grisea yang disebut tanduk lateral. Tanduk-tanduk ini

mengandung sel-sel yang memberikan reaksi serabut autonom bagian simpatis. Serabut-

serabut ini meninggalkan medulla spinalis yang besar dan terbagi menjadi tiga kelompok

serabut yang disebut traktus atau jaras.

Penyebaran semua saraf medulla spinalis, dimulai dari torakal I sampai lumbal III

mempunyai cabang-cabang dalam saraf yang akan keluar membentuk fleksus dan ini

akan membentuk saraf tepi (perifer) terdiri dari:

a. Fleksus servikalis, dibentuk oleh cabang-cabang saraf servikalis anterior. Cabang ini

bekerja sama dengan nervus vagus dan nervus assesorius.

b. Fleksus brakialis dibentuk oleh persatuan cabang-cabang anterior dari saraf servikal 4

dan torakal 1, saraf terpenting nervus mediana:

1) Nervus ulnaris radialis

2) Mempersarafi anggota gerak atas

Page 12: Makalah Cc Fatmawati

c. Fleksus lumbalis, dibuat oleh serabut saraf dan torakal 12 saraf terbesar yaitu

1) Nervus femoralis

2) Nervus obturatoir

d. Dibentuk oleh saraf lumbal dan sacral. Saraf skiatik yang merupakan saraf terbesar

keluar mempersarafi otot anggota gerak bawah

1) Saraf lumbal I dan II membentuk nervus genito femoralis yang mengurus

persarafan kulit daerah genitalia dan paha atas bagian medial

2) Saraf lumbal II - IV bagian ventral membentuk nervus obturatorius yang

mensarafi otot obturatori dan abductor paha, bagian sensorik mengurus sendi paha

3) Saraf lumbal II - IV bagian dorsal membentuk nervus femoralis mensarafi

muskulus quadriceps femoris. Lumbal II dan III bagian dorsal juga membentuk

saraf quadratus femoris lateralis yang mensarafi kulit paha bagian lateral

C. Spondilitis Tuberkulosis (TB)

1. Definisi

Spondilitis tuberculosis (TB) atau dikenal dengan Pott’s disease adalah

penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Myobacterium tuberculosis yang

mengenai tulang belakang. Infeksi Myobacterium tuberculosis pada tulang belakang

terbanyak disebarkan melalui infeksi dari diskus. Mekanisme infeksi terutama oleh

penyebaran melalui hematogen (Paramarta, 2008).

2. Etiologi

TB merupakan penyakit infeksi oleh kuman Myobacterium tuberculosis yang

merupakan anggota ordo Actinomicetales dan family Myobacteriase. Patogenesis

penyakit ini yaitu diskus intervertebralis yang awalnya relatif resisten terhadap infeksi

tuberculosis karena mengalami dehidrasi diskus menyempit dan akhirnya timbul

kerusakan akibat penjalaran jaringan granulasi. destruksi yang progresif menyebabkan

korpus anterior kolaps. melalui mekanisme hipersensitif tipe lambat vertebra mengalamai

destruksi dengan membentuk nekrosis perkejuan, nekrosis perkejuan ini menyebabkan

tulang menjadi avaskuler, secara bertahap jaringan granulasi menembus korteks vertebra

membentuk abses paravertebral (Setyawan, 2014).

Page 13: Makalah Cc Fatmawati

3. Manifestasi Klinik

Berikut adalah manifestasi klinik dari spondylitis TB (Paramarta, 2008):

a. Berat badan menurun selama 3 bulan berturut-turut

b. Demam lama

c. Pembesaran kelenjar limfe superfisial yang tidak sakit

d. Batuk lebih dari 30 hari

e. Diare berulang

f. Benjolan pada tulang belakang disertai nyeri

g. Deformitas tulang belakang

h. Paraplegia

4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis spondylitis TB meliputi

(Paramarta, 2008):

a. X ray

b. CT scan

c. MRI

d. USG

e. Pemeriksaan laboratorium

5. Penatalaksanaan

Paramarta (2008) menuliskan dalam bukunya bahwa saat ini pengobatan

spondilitis TB berdasarkan terapi diutamakan dengan pemberian obat anti TB (OAT)

dikombinasi dengan imobilisasi menggunakan korset. Pengobatan non-operatif dengan

menggunakan kombinasi paling tidak 4 jenis obat anti TB. Regimen 4 macam obat

biasanya termasuk INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Lama pengobatan

masih kontroversial. Meskipun beberapa peneitian mengatakan memerlukan

pengobatan hanya 6-9 bulan, pengobatan rutin yang dilakukan adalah selama 9 bulan

sampai 1 tahun. Lama pengobatan biasanya berdasarkan dari perbaikan gejala klinis

atau stabilitas klinik pasien. Berikut adalah tabel obat yang sering digunakan untuk

pengobatan TB.

Page 14: Makalah Cc Fatmawati

Tabel 2.1. Obat TB, Dosis, dan Efek Samping

Nama Obat Dosis harian (mg/kgBB/hr) Efek samping

Izoniazid 5-15 Hepatitis, neuritis perifer, hipersensitivitas

Rifampisin 10-20 Gastrointestinal, reaksi kulit, hepatitis, trombositopenia, cairan tubuh berwarna oranye

Pyrazinamid 15-40 Toksisitas hepar, arthralgia, gastrointestinal

Ethambutol 15-25 Neuritis optic, penurunan visus, hipersensitif, gastrointestinal

Streptomisin 15-40 Ototoksik, nefrotoksik

Pemberian obat bila dikombinasikan antara INH dan rifampisin maka dosis dari

INH tidak boleh lebih dari 15 mg/KgBB/hr dan dosis rifampisin tidak boleh lebih dari 10

mg/kgBB/hr. Sebagai tambahan terapi, anti inflamasi non steroid kemungkinan

digunakan lebih awal pada penyakit dengan inflamasi superfisial membran yang non

spesifik untuk menghambat atau efek minimalisasi destruksi tulang dari prostaglandin.

Selain memberikan medikamentosa, imobilisasi regio spinalis harus dilakukan.

Sedikitnya ada 3 pemikiran tentang pengobatan Potts paraplegi. Menurut Boswots

Compos dalam (Paramarta, 2008) pengobatan yang paling penting adalah imobilisasi dan

artrodesis posterior awal. Dikatakan bahwa 80% pasien yang terdeteksi lebih awal akan

pulih setelah arthrodesis. Menurut pendapatnya, dekompresi anterior diindikasikan hanya

pada beberapa pasien yang tidak pulih setelah menjalani artrodesis.

Bila pengobatan ini tidak memberikan perbaikan dan pemulihan, akan terjadi

dekompresi batang otak. Pada umumnya artrodesis dilakukan pada spinal hanya setelah

terjadi pemulihan lengkap.

Pengobatan non operatif dari paraplegia stadium awal akan menunjukkan hasil

yang meningkat pada setengah jumlah pasien dan pada stadium akhir terjadi pada

seperempat jumlah pasien pasien. Jika terjadi Pott’s paraplegia maka pembedahan harus

dilakukan.

Page 15: Makalah Cc Fatmawati

BAB III

PENGKAJIAN

A. Pengkajian Data Dasar 1. Identitas Klien

Inisial : Ny. DUmur : 45 tahunJenis kelamin : perempuan Sumber Informasi : Klien, keluarga, rekam medis Keluarga terdekat yang dapat segera di hubungi : Suami ( Tn. SE)

2. Status Kesehatan Saat Ini Pasien datang dengan keluhan nyeri di punggung bawah sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu, nyeri menjalar ke kedua kakinya, nyeri terus menerus, hilang sewaktu-waktu ketika beristirahat (duduk) , kemudian pasien merasakan baal pada kedua kakinya dan saat ini pasien tidak bisa berjalan. Timbulnya keluhan secara mendadak kemudian secara bertahap. Yang menjadi faktor pencetusnya adalah nyeri pada sekitar dada yang datang secara mendadak kemudian menjalar ke arah punggung bagian bawah. Faktor yang memperberat keluhan tersebut adalah pasien memiliki riwayat jatuh sekitar 20 tahun yang lalu. Upaya yang dilakukan pasien untuk mengurangi nyeri adalah dengan beristirahat. Kemudian pasien dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya.Diagnosa Medik :

a. Fraktur kompresi vertebrae thoracal 12 tanggal b. Spondilitis Tb tanggal 12/10/2015c. Tb paru tanggal 20/10/2015

3. Riwayat Kesehatan yang LaluPenyakit yang pernah dialami pasien selama masa kanak-kanak seperti flu, demam, batuk. Klien memiliki riwayat pernah jatuh dari pohon sekitar 20 tahun yang lalu. Klien tidak memiliki penyakit diabetes melitus, hipertensi dll. Klien pernah di rawat di rumah sakit karena penyakit malaria dan tipus . klien tidak pernah operasi. Klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan, makanan, udara, debu, cuaca dll. Klien tidak ingat imunisasi apa saja yang pernah diberikan, karena waktunya sudah lama sekali.

4. Pola Kebiasaan a. Pola Nutrisi

Sebelum sakit/SMRS: nafsu makan klien sebelum sakit atau sebelum masuk rumah sakit baik. Klien selalu menghabiskan makanannya 1 porsi sekali makan. 1 piring makanan biasanya berisi nasi, sayur, lauk, pauk. Klien tidak mempunyai riwayat alergi pada makanan tertentu. Tidak ada makanan yang di pantang

Saat di rumah sakit : nafsu makan klien setelah di rumah sakit berkurang. Klien sering kali merasa cepat kenyang

Page 16: Makalah Cc Fatmawati

sehingga makanan tidak dihabiskan. Klien merasa makanan yang diberikan kurang enak dan tidak ada rasanya. Klien mendapat terapi diet lunak dari ahli gizi.

b. Pola Eliminasi Sebelum sakit/SMRS : sebelum sakit klien masih mampu

untuk baung air kecil, frekuensinya 4-5 kali/hari, warnanya kuning jernih. Untuk buang air besarnya juga masih mampu dengan frekuensi 1kali/hari warnanya agak kekuningan dan konsistensinya agak lunak.

Setelah sakit/masuk RS: klien mengalami kesulitan dalam BAK dan BAB. Klien merasakan ada sensasi untuk berkemih namun keluarnya hanya sedikit. BAB nya juga sulit untuk keluar, keluar hanya sedikit-sedikit dan konsistensinya keras. Selama dirumah sakit atau di ruang rawat untuk BAK pasien dilakukan ICP untuk pengeluaran urinnya, namun karna saat ini klien post operasi sehingga masih terpasang DC (dower catheter). Selama di ruang rawat klien ada rasa ingin buang air besar namun tidak bisa, sehingga dilakukan pemberian yall untuk mempermudah pengeluaran feses..

c. Pola personal hygiene Sebelum saki/SMRS : klien mandi 2 kali/hari biasanya mandi

pagi dan mandi sore. Klien mandi sendiri oral hygiene dilakukan pada saat mandi dan sebelum tidur.

Setelah sakit/masuk RS: klien mandi 2 kali/hari pada pagi hari dan sore hari. Klien mandi dibantu oleh perawat karena klien mengalami imobilisasi dan kelamahan pada ekstermitas bagian bawah. Klien membersihkan mulut setiap mandi.

d. Pola istirahat dan tidur Sebelum sakit/SMRS : klien tidur malam selama 8 jam, tidur

siang hanya kadang-kadang saja tapi biasanya tidur siang selama 1 jam. Dan tidak ada gangguan dalam pola tidur.

Setelah sakit/ masuk RS: saat dirumah sakit pasien merasa sulit tidur karena mungkin lingkungan yang baru yang mebuat pasien belum terbiasa. Selain itu kondisi ruangan yang panas yang membuat pasien sulit tidur. Saat ini pasien mulai bisa tidur . saat tidur malam terbangun biasanya hanya untuk minum obat .

e. Pola aktivitas dan latihan Sebelum sakit/SMRS : Klien tidak bekerja. Klien sebagai ibu

rumah tangga. Klien sering berolah raga setiap selesai sholat subuh. Jalan pagi sela 1 jam. Tidak ada keluhan setelah melakukan jalan pagi. Setelah melakukan jalan pagi klien merasa lebih segar.

Page 17: Makalah Cc Fatmawati

Setelah sakit/ masuk RS: klien tidak bisa melakukan aktivitas karena mengalami kelemahan pada bagian kedua kakinya. Sehingga aktivitas klien seluruhnya berada di tempat tidur.

f. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan Klien tidak pernah merokok, menggunakan obat-obatan danzat aditif lainnya. Klien juga tidak pernah mengkonsumsi minuman beralkohol atau minuman keras.

5. Riwayat Keluarga Genogram (tiga generasi dari klien)

Klien 45 tahun

Keterangan :

: ayah klien (meninggal)

: ibu klien (meninggal)

: klien 45 tahun

: suami klien

Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko :

Klien menyangkal adanya penyakit yang pernah diderita oleh keluarga yang kemungkinan menjadi faktor resikonya. Ibu klien telah meninggal, namun klien ridak tahu penyakit apa yang diderita oleh ibunya yang mengakibatkan ibunya meninggal. Klien mengatakan ayahnya meninggal kemungkinan dikarenakan pernah jatuh dan dibawa ke rumah sakit dan setelah kembali ke rumah ayahnya meninggal dunia. Suami klien suspek terdiagnosis bronchitis.

6. Riwayat Lingkungan

Page 18: Makalah Cc Fatmawati

Klien mengatakan bahwa ia tinggal di wilayah kabupaten Bengkulu Utara. Lingkungan sekitar rumah klien dikelilingi pepohonan terutama pohon kelapa. Masing-masing kamar memiliki satu ventilasi, jendela dan pintu. Penerangan cukup, untuk kamar mandi berada didalam rumah. Untuk kebersihan rumah, klien mengatakan sebelum sakit klien selalu membersihkan rumah setiap hari, namun setelah sakit urusan rumah sering dikerjakan oleh suami atau adik ipar yang tingga berdekatan dengan rumahnya. Untuk bahaya lingkungan sekitar pasien belum terkaji.

7. Aspek Psikososial Klien tidak menggunakan alat bantu (kaca mata atau alat bantu pendengaran). Kesulitan yang dialami saat ini, terkadang klien merasa pusing, Saat ini pasien sangat memikirkan mengenai penyakitnya atau kondisinya saat ini. harapan klien setelah menjalani perawatan ingin segera sembuh sehingga dapat kembali berkumpul dengan keluarga dirumah. Perubahan yang dirasa setelah sakit adalah pasien menjadi tidak bisa berjalan dan melakukan aktivitas seperti biasanya karena pasien mengalami kelemahan pada kedua kakinya. Selain itu, pasien merasa kesulitan dalam BAK dan BAB. Aktivitas pasien dilakukan sepenuhnya di atas tempat tidur karena kondisi pasien yang tirah baring. Dalam melakukan aktivitas (mandi, makan, BAB, BAK dll) biasanya pasien dibantu oleh suaminya atau jika suaminya sedang tidak ada dirumah , pasien dibantu oleh keluarga terdekat yang tinggal di sebelah rumah pasien. Pasien merasa cemas dengan kondisinya saat ini, karena klien selalu berpikir apakah pasien dapat kembali ke kondisi normal lagi. Yang terkadang rasa cemas ini membuat pasien menjadi sulit tidur atau tidur sering terbangun. Rentang perhatian pasien masih berfokus pada penyakitnya.

Hubungan komunikasi ,Pasien berbicara jelas, bahasa utama yang digunakan adalah bahasa Indonesia, bahasa daerah yang sering digunakan adalah bahasa Jawa dan Sumatera. Tempat tinggal pasien milik sendiri. Adat istiadat yang dianut adalah adat Jawa. Pembuatan keputusan dalam keluarga adalah suaminya sebagai kepala keluarga. Pola komunikasi baik. Keuangan keluarga memadai.Tidak ada kesulitan dalam keluarga.

Kebiasaan Seksual Gangguan hubungan seksual disebabkan oleh kelemahan fisik yang diderita oleh pasien yang menyebabkan terjadinya penurunan libido. Serta dilihat dari tingkat perkembangan usia dimana pada usia 40-60 tahun terjadi penurunan fungsi pada sistem reproduksi wanita dan juga didukung oleh penyakit yang di alami oleh pasien. Pehamanan terhadap fungsi seksual baik.Pertahanan Koping Dalam pengambilan keputusan dikeluarga diputuskan oleh suami pasien. Yang disukai tentang diri sendiri adalah semuanya tidak ada hal-hal khusus lain. Yang ingin dirubah dari kehidupan klien adalah pola hidupnya , seperti jangan terlalu cape, dan banyak istirahat, makan-makanan yang sehat. Yang dilakukan pasien dalam menyelesaikan masalahnya adalah

Page 19: Makalah Cc Fatmawati

menyelesaikan masalah tersebut. Yang dilakukan perawat agar pasien merasa aman dan nyaman, perawat bersifat terbuka atau menerima pasien, membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan yang tidak dapat pasien lakukan, memberikan informasi-informasi mengenai perkembangan pasien saat ini yang mungkin akan mengurangi rasa cemas pasien terhadap penyakitnya, mempertahankan lingkungan yang terapeutik. Sistem dan nilai kepercayaan, yang menjadi sumber kekuatan utama bagi pasien adalah Allah SWT dan keluarga. Pasien percaya bahwa Tuhan, agama adalah kepercayaan yang penting untuk pasien. Kegiatan keagamaan yang dilakukan adalah shalat lima waktu, mengaji setelah selesai sholat , berzikir dll. Selama di rumah sakit pasien lebih sering berzikir dan berdoa kepada Allah SWT agar cepat diberi kesembuhan. Tingkat perkembangan , usia pasien saat ini adalah 45 tahun. Untuk karakteristiknya adalah usia tersebut termasuk dalam usia madya dimana maa tersebut merupakan periode yang sangat menakutkan, usia madya merupakan masa transisi, usia madya adalah masa stres, usia madya adalah “usia yang berbahaya” ( saat ini merupakan suatu masa dimana seseorang mengalami kesusahan fisik sebagai akibat dari terlalu banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan, atau kurang memperhatikan kehidupan, usia madya adalah usia canggung , usia madya adalah masa berprestasi dimana pada masa ini mereka dapat memungut hasil dari kerja keras yang dilakukan sebelumny, usia madya merupakan masa jenuh dikarenakan mereka menjadi jenuh dengan kegiatan rutin seghari-hari dan kehidupan bersama keluarga yang hanya memberikan sedikit hiburan.

8. Pengkajian Fisik a. Pemeriksaan Fisik Umum

Berat Badan : 45 Kg Tinggi badan : 150 cm Tekanan darah : 130/70 mmHg Nadi : 84 kali/menit Frekuensi nafas : 20 kali/menit Suhu tubuh : 36 C Keadaan umum : sakit sedang Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada

b. Sistem Penglihatan Sisi mata : simetris Kelopak mata : normal Pergerakan bola mata : normal Konjungtiva : ananemis Kornea : normal Sklera : anikterik Pupil : isokor Otot-otot mata : tidak ada kelainan Fungsi penglihatan : baik

Page 20: Makalah Cc Fatmawati

Tanda-tanda radang : tidak ada Pemakaian kaca mata : tidak ada Pemakaian lensa kontak : tidak menggunakan lensa kontak Reaksi terhadap cahaya: positif (terdapat kontraksi)

c. Sistem Pendengaran Daun telinga : normal Karakteristik serumen : tidak ada serumen yang keluar dari

telinga Kondisi telinga tengah: normal Cairan dari telinga : tidak ada Perasaan penuh di telinga : tidak ada Tinnitus : tidak ada Fungsi pendengaran : normal Gangguan keseimbangan: tidak dapat dinilai Pemakaian alat bantu : tidak ada

d. Sistem Wicara : Normal e. Sistem Pernapasan

Jalan Nafas : bersih Pernapasan : tidak sesak Menggunakan alat bantu pernapasan : tidak Frekuensi : 20 kali/menit Irama : teratur Jenis pernapasan : spontan Kedalaman : dalam Batuk : ya ( produktif ) Sputum : ya (putih) Kosistensi : encer Terdapat darah : tidak Palpasi dada : pergerakan dada simetris Perkusi dada : bunyi paru sonor seluruh lapang paru

Jantung redup Suara nafas : vesikuler Nyeri saat bernafas : tidak ada

f. Sistem Kardiovaskular Sirkulasi perifer

o Nadi : 84 kali/menit , teratur, kuat o Tekanan darah: 130/70 mmHgo Distensi vena jugularis : kanan = tidak ada

Kiri = tidak adao Temperatur kulit : hangat o Warna kulit : pucat o Pengisian kapiler : < 2 detiko Edema : tidak ada

Page 21: Makalah Cc Fatmawati

Sirkulasi Jantung o Kecepatan denyut jantung apical : 84 kali/menit o Irama : teraturo Kelainan bunyi jantung : tidak ada o Sakit dada : tidak ada

Sistem Hematologi Gangguan hematologi

o Pucat : Ya o Perdarahan : tidak ada

Sistem Saraf Pusat o Keluhan sakit kepala : tidak ada o Tingkat kedaran : compos mentis o Glasco Coma Scale : E 4 V 5 M 6o Tanda-tanda peningkatan TIK : tidak ada o Gangguan sistem persyarafan : kelumpuhan ekstermitas

(kanan/kiri/bawah)o Pemeriksaan refleks : refleks fisiologis : tidak ada

Refleks patologis : tidak ada Sistem Pencernaan

Keadaan mulut : o Gigi : carieso Penggunaan gigi palsu : tidak ada o Stomatitis : tidak ada o Lidah kotor : tidak ada o Saliva : normal o Muntah : tidak o Nyeri daerah perut : tidak ada o Bising Usus : 12 kali/ menit o Diare : tidak ada o Konstipasi : ya (5 hari)o Hepar : tidak terabao Abdomen : lembek

Sistem Endokrin Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada Nafas berbau keton : tidak ada Luka gangrene : tidak ada

Sistem Urogenital Balance cairan : intake 2000 ml , output 2100 ml Perubahan pola kemih : retensi urin BAK : Warna : kuning jernih Distensi kandung kemih : tidak ada Keluhan sakit pinggang : tidak ada

Page 22: Makalah Cc Fatmawati

Sistem Integumen Turgor kulit : baik Temperature kulit : 36 CWarna kulit : pucat Keadaan kulit : baikKelainan Kulit : tidak adaKondisi kulit daerah pemasangan infus : tidak ada flebitis Keadaan rambut : tekstur baik

Kebersihan tidak Sistem Muskuloskeletal

o Kesulitan dalam pergerakan : ya o Sakit pada tulang, sendi, kulit: yao Fraktur : yao Lokasi : vertebral thoracal 12o Kondisi : o Kelainan bentuk tulang sendi : kontraktur o Kelainan struktur tulang belakang : kifosiso Keadaan tonus otot : atoni o Kekuatan otot : 5 5 5 5 5 5 5 5

2 2 2 2 1 1 1 1

Data Tambahan

Klien belum memahami mengenai kondisinya saat ini, seperti prosedur operasi yang dilakukan harus berapa kali, bagaimana perkembangan kondisinya setelah dilakukan operasi dan juga mengenai kondisi kaki pasien yang mengecil dan agak hitam.

Data Penunjang (Terlampir)

Penatalaksanaan (Terapi/pengobatan termasuk diet )

Terapi oral :

Etambutol 1000 mg 1x/hari

Rifampisin 450 mg 1x/hari

INH 300 mg 1x/hari

Pirazinamid 1000 mg 1 x/hari

Curcuma 1 tablet, 1x/hari

Diet : lunak dengan tinggi kalori dan tinggi protein

Resume

Page 23: Makalah Cc Fatmawati

Data Objektif : paraparese

Distensi kandung kemih +

Data subjektif : klien mengatakan merasa nyeri pada punggung bawah sejak kurang lebih sejak 3 bulan yang lalu. Nyerinya terus menerus dan berkurang bila pasien beristirahat. Kemudian klien merasakan baal pada kedua kaki. Kaki kiri dan kanan sulit digerakkan. Klien mengatakan ada rasa ingin BAK namun sulit dikeluarkan.

Masalah keperawatan :

I. Nyeri akut II. Hambatan mobilitas fisik

III. Gangguan eliminasi urin

Tindakan Keperawatan Mandiri :

o mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri o melakukan kateterisasi urin intermiten (ICP) o melakukan positioning/2 jam o menganjurkan klien untuk minum 2000 cc- 3000cc per hari o melakukan latihan rentang gerak pasifo membantu ADL pasien (total care)o mengobservasi tanda-tanda vital

kolaborasi : memberikan terapi obat sesuai intruksi dokter

Evaluasi

S : Klien mengatakan nyeri masih ada tapi tudak terlalu sakit Klien mengatakan belum bisa BAK dan BAB secara spontan

O : Produksi urin ICP siang hari 380 cc Kesadaran compos mentis, akral hangat, membran mukosa bibir lembab , batuk +, TD 120/80 mmHg N 85 kali/menit RR 20 kali/menit, S 36 C

A : Nyeri akut Hambatan mobilitas fisik Gangguan eliminasi urin

P : Monitor tanda-tanda vital Lakukan ICP 5x/ hari Positioning/2 jam Bantu ADL total care

ANALISA DATA

Page 24: Makalah Cc Fatmawati

NO. Data Masalah Kesehatan Masalah Kesehatan Etiologi1. Data objektif :

Retensi urin Distensi kandung kemih

Data subjektif : Klien mengatakan ada sensasi

ingin berkemih namun sulit untuk dikeluarkan

Klien mengatakan tidak bisa BAK normal sejak kedua kakinya mengalami kelemahan

Gangguan Eliminasi Urin

Gangguan Sensori Motorik

2. Data Objektif : Bising usus normal 12x/menit Perkusi abdomen pekak Distensi abdomen Perubahan pada pola defekasi Massa rektal yang dapat diraba Feses keras dan berbentuk

Data subjektif : Klien mengatakan belum BAB

sejak 5 hari yang lalu Klien mengatakan merasa

penuh dan ada tekanan di anus Klien mengatakan ada sensasi

ingin BAB namun tidak bisa mengeluarkan feses secara spontan

Konstipasi Kurangnya aktivitas fisik dan gangguan neurologis

3. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri dan penurunan kekuatan otot

Data objektif : Keterbatasan kemampuan

melakukan keterampilan motorik halus

Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar

Kesulitan membolak balikan posisi

Paraparese Otot-otot kaki mengalami

atrofi Kekuatan otot

Data subjektif : Klien mengatakan kakinya

menjadi sulit berjalan/lemah

Hambatan Mobilitas Fisik

Nyeri, penurunan kekuatan otot

Page 25: Makalah Cc Fatmawati

sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu

Klien mengatakan kaki sebelah kiri bila diangkat terasa sakit

Klien mengatakan kakinya mengecil setelah klien tidak bisa berjalan

4 Data Objektif : Klien mengalami kelemahan

pada kedua kakinya ADL total care

Data Subjektif : Klien mengatakan untuk

makan dan minum dibantu oleh keluarganya

Klien mengatakan biasanya dimandikan oleh perawat atau keluarga

Defisit perawatan diri (makan, eliminasi, mandi)

gangguan muskuloskeletal, gangguan neuromuskular, dan nyeri

5 Data Objektif :a. Pasien tampak meringis

menahan sakitb. Pasien tampak

mempertahankan posisinya agar tidak menimbulkan nyeri bila bergerak

c. Skala numerik verbal skala 5d. Fokus pada diri sendirie. Diaforesis

Data Subjektif:a. Klien mengatakan nyeri pada

bagian punggung setelah di operasi

b. Klien mengatakan nyerinya bertambah setelah dipindahkan dari brankar ke tempat tidur

c. Klien mengatakan rasa nyerinya seperti berdenyut

d. Klien mengatakan rasa nyerinya mereda bila tidak ada gerakan

e. Klien mengatakan nyeri sedang

Nyeri akut Agen cedera fisik (luka insisi post operasi)

6 Data Objektif :a. Dc produksi ada (100 cc)b. TD 115/89 , N 78x/menit S

37,5c. Membran mukosa kering

Resiko kekurangan volume cairan

Perdarahan akibat tindakan operatif

Page 26: Makalah Cc Fatmawati

d. Turgor kulit keringe. Akral hangatf. Terpasang drain produksi

100ccg. Hasil laboratorium tgl

07/11/2015 Natrium (darah) 139

mmol/I Kalium (darah) 3,45

mmol/l Klorida (darah) 97

mmol/l Hematokrit 34% Hemoglobin 11,2 g/dL

Data Subjektif : -7 Data Objektif :

a. Febris tidak adab. Hemoglobin 11,2 g/Dlc. Hematokrit 34%d. Leukosit 9.0 ribu/ule. Eritrosit 4,21 juta/uf. Albumin 3,00 g/dL

Data Subjektif : -

Resiko infeksi Ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, trauma jaringan lunak, prosedur invasif)

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

No. Diagnosa keperawatan

1 Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri, penurunan kekuatan otot

Page 27: Makalah Cc Fatmawati

2 Gangguan Eliminasi Urin b.d Gangguan Sensori Motorik (Fraktur kompresi

vertebrae thoracal 12)

3 Konstipasi b.d kurangnya aktivitas fisik dan gangguan neurologiss

4. Defisit perawatan diri (makan, eliminasi dan mandi) b.d gangguan muskuloskeletal,

gangguan neuromuskular dan nyeri

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

POST OPERASI

No. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (luka insisi post operasi)

2. Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri, penurunan kekuatan otot

3. Gangguan Eliminasi Urin b.d Gangguan Sensori Motorik

4. Konstipasi b.d kurangnya aktivitas fisik dan gangguan neurologis

5. Defisit perawatan diri (makan, eliminasi dan mandi) b.d gangguan muskuloskeletal,

gangguan neuromuskular dan nyeri

6. Resiko kekurangan volume cairan

7. Resiko infeksi

Page 28: Makalah Cc Fatmawati

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Pre Operasi

Ruangan : GPS Lt. 1 Dx medis : fraktur kompresi vertebral thoracal 12 , spondilitis lumbalis Nama klien : Ny. DNo. Tanggal Diagnosa Keperawatan dan

Data PenunjangTujuan Rencana Tindakan

KeperawatanRasional

1 04/11/2015 Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri dan penurunan kekuatan otot

Data objektif : Keterbatasan

kemampuan melakukan keterampilan motorik halus

Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar

Kesulitan membolak balikan posisi

Paraparese Otot-otot kaki

mengalami atrofi Kekuatan otot

Data subjektif : Klien mengatakan

Diharapkan dalam waktu 7x24 jam klien dapat meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin dapat mempertahankan posisi fungsional, meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh menunjukkan tehnik yang memampukan melakukan aktivitas.

1. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi

2. Monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan dan respon pasien setelah latihan.

3. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADL pasien

4. Bantu latihan rentang gerak pasif dan aktif pada ekstermitas yang sakit maupun yang sehat sesuai keadaan klien

5. Berikan papan penyangga kaki

6. Ubah posisi setiap 2 jam sesuai keadaan klien

7. Dorong klien untuk mempertahankan asupan cairan yang

1. Membantu perawat untuk menentukan intervensi yang akan dilakukan kepada klien

2. Agar kebutuhan dasar klien tetap terpenuhi meskipun klien dalam kondisi keterbatasan fisik

3. Meningkatkan sirkulasi darah muskuloskeletal, mempertahankan tonus otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur atau kekauan sendi, mencegah atrofi otot, dan mencegah reabsorbsi kalsium karena imobilisasi

4. Mempertahankan

Page 29: Makalah Cc Fatmawati

kakinya menjadi sulit berjalan/lemah sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu

Klien mengatakan kaki sebelah kiri bila diangkat terasa sakit

Klien mengatakan kakinya mengecil setelah klien tidak bisa berjalan

adekuat 2000cc-3000 cc/hari

8. Berikan diet tinggi kalori dan tinggi protein

9. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan

10. Evaluasi kemampuan mobilisasi klien dengan program imobilisasi

posisi fungsional ekstermitas bawah

5. Menurunkan insiden komplikasi kulit dan pernapsan (dekubitus, atelektasis, pneumonia)

6. Mempertahankan hidrasi adekuat, mencegah komplikasi urinarius, dan komplikasi

7. Kalori dan protein yang cukup diperlukan untuk proses penyembuhan dan mempertahankan fungsi fisiologis tubuh.

8. Kolaborasi diperlukan untuk memaksimalkan kesembuhan klien

9. Menilai perkembangan masalah klien

2 04/11/2015 Gangguan eliminasi urin b.d gangguan sensorik motorik (fraktur kompresi thoracal 12)

Data objektif : Retensi urin

Diharapkan dalam waktu 7x24 jam setelah dilakukan intervensi klien menunjukan/mempertahankan

Kondisi kandung kemih kosong secara penuh

1. Kaji penilaian kemih yang komprehensif berfokus pada inkontinensia (misalnya output urin, pola berkemih, fungsi

1. Membantu perawat dalam menentukan intervensi yang akan diberikan

2. Agar klien merasa dihargai atas

Page 30: Makalah Cc Fatmawati

Distensi kandung kemih

Data subjektif : Klien mengatakan ada

sensasi ingin berkemih namun sulit untuk dikeluarkan

Klien mengatakan tidak bisa BAK normal sejak kedua kakinya mengalami kelemahan

Tidak ada residu > 100-200 cc

Intake cairan dalam rentang normal

Balance cairan seimbang

kognitif dan masalah kemih pra eksistensi)

2. Memberikan privasi kepada klien

3. Sediakan waktu yang cukup untuk pengosongan kandung kemih

4. Pasangkan kateter kemih

5. Anjurkan pasien/keluarga untuk merekam output urin

6. Memantau asupan dan keluaran

7. Melakukan palpasi dan perkusi kandung kemih

8. Menerapkan kateteriasis intermiten (ICP)

privasinya3. Pengosongan

kandung kemih dengan ICP biasanya diperlukan waktu 10-15 menit

4. Melakukan pemasangan kateter bertujuan untuk mengurangi distensi kandung kemih, serta meminimalkan adanya residu pada kandung kemih serta memudahkan untuk monitor output urin

5. Menghitung balance cairan

6. Memantau tingkat distensi kandung kemih

7. Mengurangi distensi kandung kemih, meminimalkan residu pada kandung kemih,

3 04/11/2015 Konstipasi b.d kurang aktivitas fisik dan gangguan neurologisData objektif :

Bising usus normal 12x/menit

Perkusi abdomen pekak

Diharapkan dalam waktu 7x2 jam setelah dilakukan intervensi, klien dapat menunjukkan/mempertahankan:

Bentuk feses lunak 1-3 hari

Bebas dari

1. Identifikasi faktor penyebab dan kontribusi konstipasi

2. Monitor tanda dan gejala konstipasi

3. Monitor bising usus4. Monitor feses:

1. Membantu perawat dalam menentukan intervensi yang akan diberikan

2. Evaluasi perkembangan masalah klien

Page 31: Makalah Cc Fatmawati

Distensi abdomen Perubahan pada pola

defekasi Massa rektal yang

dapat diraba Feses keras dan

berbentukData subjektif :

Klien mengatakan belum BAB sejak 5 hari yang lalu

Klien mengatakan merasa penuh dan ada tekanan di anus

Klien mengatakan ada sensasi ingin BAB namun tidak bisa mengeluarkan feses secara spontan

ketidaknyamanan dan konstipasi

Mengidentifikasi indikator untuk mencegah konstispasi

Feses lunak dan berbentuk

frekuensi, konsistensi dan volume

5. Lakukan pengeluaran feses secara manual

6. Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan

7. Dukung intake cairan yang adekuat, perhatikan kontra indikasi

8. Evaluasi profil obat untuk efek samping gastrointestinal

9. Kolaborasi pemberian laksatif

10. Menyarankan kepada keluarga/pasien untuk berkonsultasi dengan dokter jika masalah konstipasi tetap ada

11. Anjurkan klien/keluarga untuk makan makanan yang tinggi serat

3. Digital touch Membantu mengeluarkan feses dari rektum

4. Klien dan keluarga mengerti mengenai prosedur pengeluaran tinja secara manual

5. Masukan cairan yang adekuat membantu mempertahankan konsistensi feses

6. Ada beberapa obat yang memberikan efek samping pada sistem gastrointestinal salah satunya adalah konstipasi

7. Pelunak feses meningkatkan efisiensi pembasahan air usus yang melunakkan masa feses dan membantu eliminasi

8. Diet seimbang dan tinggi serat merangsang peristaltik dan eliminasi reguler.

Page 32: Makalah Cc Fatmawati

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Post Operasi

Ruangan : GPS Lt IDx medis : Fraktur kompresi vertebral thoracal XII

Spondilitis lumbalisNama Klien : Ny. DNo Tanggal Diagnosa Keperawatan

Data PenunjangTujuan Intervensi Keperawatan Rasional

1 07/11/2015 Nyeri akut b.d agen cedera fisik (pembedahan)

Data Objektif :f. Pasien tampak meringis

menahan sakitg. Pasien tampak

mempertahankan posisinya agar tidak menimbulkan nyeri bila bergerak

h. Skala numerik verbal skala 5i. Fokus pada diri sendirij. Diaforesis

Data Subjektif:f. Klien mengatakan nyeri pada

bagian punggung setelah di operasi

g. Klien mengatakan nyerinya bertambah setelah dipindahkan dari brankar ke tempat tidur

h. Klien mengatakan rasa nyerinya seperti berdenyut

i. Klien mengatakan rasa

Diharapkan dalam waktu 3x24 jam klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang dengan menunjukkan tindakan santai, maupun berpartisipasi dalam beraktivitas, tidur, istirahat dengan tepat, menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individual.

1. Kaji nyeri dan lokasi nyeri pasien

2. Modifikasi lingkungan untuk mengurangi nyeri

3. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri

4. berikan analgetik yang diresepkan bila dibutuhkan

5. Posisikan pasien agar nyaman dan fungsional

6. Bantu perubahan posisi sesering mungkin (per 2 jam sekali)

7. Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan dengan melakukan masase

8. Lakukan dan awasi latihan gerak pasif dan aktif

1. Nyeri bersifat subjektif dan dapat dievaluasi melalui penggambaran sifat dan lokasinya, yang penting untuk menentukkan penyebab ketidaknyamanan dan untuk menentukan intervensi yang akan diberikan

2. Interaksi dengan orang lain distraksi dan rangsangan lingkungan dapat memodifikasi pengalam pasien

3. Meningkatkan kontrol terhadap nyeri yang mungkin berlangsung lama

4. Menurunkan nyeri

Page 33: Makalah Cc Fatmawati

nyerinya mereda bila tidak ada gerakan

j. Klien mengatakan nyeri sedang

melalui mekanisme penghambat rangsang nyeri baik secara sentral maupun perifer.

5. Kesejajaran tubuh dapat meningkatkan kenyamanan, perubahan posisi yang fungsional dapat mengurangi stress pada sistem muskuloskeletal

6. Penggantian posisi mengurangi tekanan dan ketidak nyamanan yang diakibatkannya

7. Meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan lokal dan kelelahan otot

8. Mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sirklasi vaskuler.

2 07/11/2015 Resiko kekurangan volume cairan b.d perdarahan akibat tindakan operatif

Data Objektif :h. Dc produksi ada

Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam kekurangan volume cairan pada pasien teratasi , ditandai dengan klien menunjukkan

1. Catat karakteristik drainase

2. Observasi tanda-tanda vital

3. Monitor intake-output

1. Perubahan tekanan darah dan nadi dapat digunakan untuk perkiraan kasar kehilangan darah

Page 34: Makalah Cc Fatmawati

i. TD 115/89 , N 78x/menit S 37,5

j. Membran mukosa keringk. Turgor kulit keringl. Akral hangatm. Terpasang drain produksi

100ccn. Hasil laboratorium tgl

07/11/2015 Natrium (darah) 139

mmol/I Kalium (darah) 3,45

mmol/l Klorida (darah) 97

mmol/l Hematokrit 34% Hemoglobin 11,2 g/dL

Data Subjektif : -

keseimbangan cairan yang adekuat dan pengeluaran urin individu yang sesuai

4. Anjurkan klien meningkatkan intake cairan sedikitnya 2000-3000 ml per hari

5. Kolaborasi pemberian cairan intravena jika diinstruksikan

2. Membantu dalam menganalisa keseimbangan cairan dan derajat kekurangan cairan

3. Mengganti kehilangan cairan karena tindakan operasi dan diaforesis

4. Membantu agar kebutuhan cairan dalam tubuh cepat terpenuhi

3 07/11/2015 Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, trauma jaringan lunak, prosedur infasiv)

Data Objektif :g. Febris tidak adah. Hemoglobin 11,2 g/Dli. Hematokrit 34%j. Leukosit 9.0 ribu/ulk. Eritrosit 4,21 juta/ul. Albumin 3,00 g/dL

Diharapkan dalam waktu 3x24 jam klien mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen atau eritema dan demam

1. Lakukan perawatan luka sesuai protokol

2. Ajarkan klien atau keluarga untuk mempertahankan sterilitas area drainase dan daerah luka post operasi tetap steril

3. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi

4. Analisa hasil pemeriksaan

1. Mencegah infeksi sekunder dan mempercepat penyembuhan luka

2. Meminimalkan kontaminasi

3. Antibiotika spektrum luas atau spesifik dapat digunakan secara profilaksis, mencegah atau mengatasi infeksi

4. Leukositosis biasanya

Page 35: Makalah Cc Fatmawati

Data Subjektif : - laboratorium (hitung darah lengkap, LED, kultur, dan sensitivitas luka/serum/tulang)

5. Observasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda peradangan lokal pada luka.

terjadi pada proses infeksi, anemia dan peningkatan LED dapat terjadi pada osteomielitis. Kultur untuk mengidentifikasi organisme penyebab infeksi

5. Mengevaluasi perkembangan masalah klien.

4 04/11/2015 Defisit perawatan diri (mandi, eliminasi, makan) b.d gangguan muskuloskeletal, gangguan neuromuskular, dan nyeri

Data Objektif :a. Klien mengalami kelemahan

pada kedua kakinyab. ADL total care

Data Subjektif :a. Klien mengatakan untuk

makan dan minum dibantu oleh keluarganya

b. Klien mengatakan biasanya dimandikan oleh perawat atau keluarga

Dalam waktu 7x24 jam setelah dilakukan intervensi klien dapat menunjukkan :

1. Perawatan diri: aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) mampu untuk melakukan aktivitas perawatan fisik dan pribadi secara mandiri atau dengan alat bantu

2. Perawatan diri higine: mampu untuk mempertahankan kebersihan dan penampilan yang rapi secara mandiri dengan atau tanpa

Self care assistance : bathing/hygiene

1. Kaji status psikologi klien

2. Bantu klien dalam ambulasi dini

3. Berikan bantuan sesuai kebutuhan hygiene

4. Menyediakan lingkungan yag terapeutik dengan memastikan hangat, santai

5. Memfasilitasi pasien mandi

6. Berikan bantuan sampai pasien mampu melakukan sepenunya secara mandiri

7. Observasi integritas

1. Pengalaman nyeri fisik mungkin disertai dengan nyeri mental yang mempengaruhi keinginan klien dan motivasi untuk mendapatkan otonomi

2. Membantu mencegah komplikasi

3. Memperbaiki harga diri, meningkatkan perasaan keesejahteraan

4. Memberikan rasa nyaman bagi pasien

5. Mencegah terjadinya dekubitus akibat tirah baring lama

6. Membantu perawat dalam menentukan

Page 36: Makalah Cc Fatmawati

alat bantu3. Perawatan diri

eliminasi: mampu untuk melakukan eliminasi secara mandiri tanpa alat bantu

4. Membersihkan diri setelah eliminasi

kulit pasienSelf care assistance :

toileting8. Menyediakan alat bantu

eliminasi (misalnya kateter eksternal, atau urinal)

9. Menyediakan privasi selama eliminasi

Self care assistance: feeding

10. Identifikasi diet yang diresepkan

11. Monitor kemampuan pasien untuk menelan

12. Pastikan posisi pasien yang tepat untuk memfasilitasi mengunyah dan menelan

13. Memberikan bantuan fisik, sesuai kebutuhan

14. Lindungi dengan kain alas dada saat makan

15. Sediakan sedotan, sesuai kebutuhan atau yang diinginkan

diet apa yang dibutuhkan oleh klien

7. Mencegah terjadinya tersedak saat makan

8. Agar kebutuhan dasar klien tetap terpenuhi

9.

Page 37: Makalah Cc Fatmawati

IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl No. Dx Keperawatan

Implementasi dan Catatan Perkembanag

04/11 08.00 – 14.00 WIB- Melakuakn Pengkajian awal pada pasien

H/ kesadaran compos mentis, dan akral hangat. Terdapat atrofi otot ekstremitas bawah kanan dan kiri

- Membantu pasien Latihan ROM pasif pada ekstremitas yang sakit maupu yang sehat sesuai kemampuan klienR/ klien mengatakan sulit menggerakan kakinya dan terasa sedikit nyeri ketika diangkat

- Mengubah posisi pasien / mobilisasi bertahap per 2 jamH/ menggunakan teknik log roll dan klien tampak nyaman

- Mendorong pasien mempertahankan asupan cairan 2000 – 3000 cc/ hari atau 500 cc / 4 jamR/ klien mengatakan sudah minum sekitar 1000 cc sampai siang ini (13.30)

- Melakukan ICP per 4 jamH/ produksi urin : 600 – 800 cc hingga jam 14.00 cc

- Menganjurkan pasien / keluarga mencatat output urinR/ klien mengatakan sudah mempunyai catatan tersendiri

- Memotivasi pasien untuk menghabiskan makananR/ klien mengatakan tidak nafsu makan seingga makanannya tidak habis, dan klien mengatakn sulit BAB.

04 / 11 I

II

S :- Klien mengatakan sulit menggerakan kakinya dan

sedikit terasa nyeri saat kakinya diangkatO :

- Atrofi otot ekstremitas bawah dan kiri- Klien tidak dapat mengangkat kakinya secara mandiri- Kaki yang lemah sudah bisa digerakkan sedikit demi

sedikitA : Masalah belum teratasiP :

- Bantu klien dalam ROM Pssif- Mobilisasi bertahap per 2 jam- Persiapan operasi

S :- Klien mengatakan sudah minum sekitar 1000 cc- Klien mengatakan sensasi untuk berkemih belum ada

O :- Produksi urin : 600 – 800 cc- Retensi Urin

A : Masalah belum teratasiP :

- ICP per 4 jam, atau 5 x / hari

Page 38: Makalah Cc Fatmawati

III S :- Klien mengatakan tidak nafsu makan sehingga makanan

tidak habis- Klien mengatakn sulit BAB, kalau BAB harus mengejan

keras dan dibantu untuk keluarO :

- BAB (-)- Klien harus dibantu saat BAB

A : Masalah belum teratasiP :

- Kaloborasi pemberian laksatif

Tgl No. Dx Keperawatan

Implementasi dan Catatan Perkembanag

05/11 08.00 – 14.00 WIB- Membantu klien latihan ROM pasif

R/ Klien mengatakan terasa nyaman ketika dilakukan latihan rentang gerak

- Mengubah posisi klien / mobilisasi bertahap per 2 jamH/ ekstremitas bawah mengalami kelemahan dan dilakukan mobilisasi log roll

- Mendorong klien mempertahankan asupan cairan 2000 – 3000 cc / hariR/ klien mengatakan per 4 jam sudah menghabiskan minum sebanyak 500 cc

- Memberikan diet tinggi kalori dan tinggi proteinH/ makanan klien habis

- Menjaga privasi klien saat berkemihH/ tidak ada keluhan saat dilakukan ICP

- Melakukan kateterisasi intermiten (ICP) per 4 jamH/ produksi urin pukul 10.00 – 14.00 = 930 cc

- Menganjurkan klien atau keluarga mencatat output urinR/ klien mengatakan sudah mencatat hasil produksi urin

- Monitor tanda dan gejala konstipasiH/ BAB (-), perut teraba keras, terlihat ada feses di rektum

- Menganjurkan klien untuk diet tinggi seratR/ klien mengatakan makanannya sudah dihabiskan

- Memasang Dower catheter (DC) persiapan untuk operasiH/ tidak ada keluhan saat pemasangan DC

- Memotivasi klien untuk menghabiskan makanannyaR/ klien mengatakan makanannya sudah habis

05 / 11 I S :- Klien mengatakan sulit menggerakan kakinya- Klien mengatakan sudah tidak terasa nyeri

O :- Atrofi otot ekstremitas bawah dan kiri

Page 39: Makalah Cc Fatmawati

II

III

- Ekstremitas bawah mengalami kelemahanA : Masalah belum teratasiP :

- Bantu klien dalam ROM Pssif- Mobilisasi bertahap per 2 jam

S :- Klien mengatakan sudah minum 500 cc per 4 jjam- Klien mengatakan sensasi untuk berkemih belum ada

O :- Produksi urin : 950 cc- Retensi Urin- Pemasangan DC untuk operasi

A : Masalah belum teratasiP :

- ICP per 4 jam, atau 5 x / hari- Persiapan Operasi

S :- Klien mengatakan sulit BAB, dan sekarang belum terasa

ingin BAB, kalau BAB harus mengejan keras dan dibantu untuk keluar

- Klien mengatakan makanannya sudah dimakan habisO :

- BAB (-)- Klien harus dibantu saat BAB

A : Masalah belum teratasiP :

- Kaloborasi pemberian laksatif

Tgl No. Dx Keperawatan

Implementasi dan Catatan Perkembanag

06/11 08.00 – 14.00 WIB- Mengukur tanda – tanda vital

H/ TD : 110/90, N : 87 x, RR : 20 x- Melakukan Mobilisasi bertahap

R/ klien masih sulit menggerakan ekstremitas bawah- Melakukan edukasi pre operasi

R/ klien tampak tenang dan memahami mengenai operasi

- Memotivasi klien untuk selalu berdoa dan relaksasi sebelum operasiR/ klien tampak tenang

Page 40: Makalah Cc Fatmawati

06/11 I, II, III S :-

O :- Klien Operasi

A : Masalah belum teratasiP : hentikan intervensiKlien ke ICU setelah operasi

Tgl No. Dx Keperawatan

Implementasi dan Catatan Perkembanag

07/11 14.00-20.301. Mengobservasi keadaan umum pasien2. Memberikan terapi oksigen nasal canul 3 lpm3. Mengkaji tingkat nyeri pasien4. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk

mengurangi nyeri5. Memberikan terapi farmakologis untuk mengurangi

nyeri6. Melakukan latihan gerak sendi (ROM pasif)7. Kolaborasi pemberian cairan Kaen mg 3 40 cc/jam8. Menganjurkan klien meningkatkan intake cairan 2000

cc-3000 cc9. Mengobservasi tanda-tanda peradangan lokal pada luka

post op10. Memantau intake dan output11. Memberikan bantuan dalam memenuhi ADL klien12. Menganjurkan klien untuk makan makanan tinggi serat

atau buah yang dapat memperlancar saluran cerna07/11 I S :

Klien mengatakan nyeri pada daerah luka operasi di punggung

Klien mengatakan nyeri bertambah ketika tubuh digerakkan

Klien mengatakan sesak setelah dipindahkan dari brankar ke bed di ruangan

Klien mengatakan nyeri berkurang setelah diberikan obat penghilang nyeri

O : Klien datang ke ruangan GPS lantai 1 pukul 17.00 Kesadaran compos mentis, keadaan umum sakit

sedang, klien terpasang oksigen nasal canul 3 lpm, respirasi spontatn akral hangat, membran mukosa bibir lembab. Skala nyeri VAS 4

TD 115/89, N 78x/menit, RR 20x/menit , S 37,5 C Klien tampak sudah mulai relaks namun perhatian klien

masih berfokus pada rasa sakit yang ada di punggungA : nyeri akut masih adaP :

Page 41: Makalah Cc Fatmawati

Kaji nyeri dan lokasi nyeri pasien Observasi keadaan umum klien Memposisikan pasien agar nyaman dan fungsional Bantu perubahan posisi sesering mungkin (per 2 jam) Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri Ajarkan klien untuk melakukan tarik nafas dalam untuk

mengurangi nyeriII S : -

klien terpasang infus Kaen MG 3 40 cc/menit

Tgl No. Dx Keperawatan

Implementasi dan Catatan Perkembanag

07/11 14.00-20.3013. Mengobservasi keadaan umum pasien14. Memberikan terapi oksigen nasal canul 3 lpm15. Mengkaji tingkat nyeri pasien16. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk

mengurangi nyeri17. Memberikan terapi farmakologis untuk mengurangi

nyeri18. Melakukan latihan gerak sendi (ROM pasif)19. Kolaborasi pemberian cairan Kaen mg 3 40 cc/jam20. Menganjurkan klien meningkatkan intake cairan 2000

cc-3000 cc21. Mengobservasi tanda-tanda peradangan lokal pada luka

post op22. Memantau intake dan output23. Memberikan bantuan dalam memenuhi ADL klien24. Menganjurkan klien untuk makan makanan tinggi serat

atau buah yang dapat memperlancar saluran cerna07/11 I S :

Klien mengatakan nyeri pada daerah luka operasi di punggung

Klien mengatakan nyeri bertambah ketika tubuh digerakkan

Klien mengatakan sesak setelah dipindahkan dari brankar ke bed di ruangan

Klien mengatakan nyeri berkurang setelah diberikan obat penghilang nyeri

O : Klien datang ke ruangan GPS lantai 1 pukul 17.00

Page 42: Makalah Cc Fatmawati

Kesadaran compos mentis, keadaan umum sakit sedang, klien terpasang oksigen nasal canul 3 lpm, respirasi spontatn akral hangat, Skala nyeri VAS 4

TD 115/89, N 78x/menit, RR 20x/menit , S 37,5 C Klien tampak sudah mulai relaks namun perhatian klien

masih berfokus pada rasa sakit yang ada di punggungA : nyeri akut belum teratasiP :

Kaji nyeri dan lokasi nyeri pasien Observasi keadaan umum klien Memposisikan pasien agar nyaman dan fungsional Bantu perubahan posisi sesering mungkin (per 2 jam) Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri Ajarkan klien untuk melakukan tarik nafas dalam untuk

mengurangi nyeriII S : -

O : klien terpasang infus Kaen MG 3 40 cc/menit turgor kulit elastis, membran mukosa bibir lembab Dc produksi ada 1500 cc per hari TD 115/89, N 78x/menit, RR 20x/menit , S 37,5 C Akral hangat Produksi drain 100 cc

A : Resiko kekurangan volume cairan belum teratasiP :

Observasi tanda-tanda vital Monitor intake output Kolaborasi pemberian cairan intravena Anjurkan klien meningkatkan intake cairan sedikitnya

2000 cc- 3000 cc per hari Catat karakteristik drainase

III S : Klien mengatakan belum bisa miring kanan miring kiri

karena masih terasa sakit habis operasi Klien mengatakan badannya masih terasa agak kaku

O : Paraparese Klien belum bisa dilakukan ROM karena post op

stabilisasi posterior, dekompresi dan debrideman dan baru kembali dari ICU

A : Hambatan mobilitas fisik belum teratasiP :

Monitoring tanda-tanda vital sebelum dan sesudah latihan dan respon pasien setelah latihan

Bantu latihan ROM pasif Berikan papan penyangga pada kaki Ubah posisi setiap 2 jam sesuai keadaan klien Berikan diet tinggi kalori tinggi protein Evaluasi kemampuan mobilisasi klien dengan program

imobilisasi

Page 43: Makalah Cc Fatmawati

IV S : -O :

Klien terpasang DC produksi ada Tidak ada distensi kandung kemih Intake cairan dalam rentang normal

A : Gangguan eliminasi urin belum teratasiP : intervensi dilanjutkan

V S : Klien mengatakan tidak merasa ada tahanan pada anusO : Klien BAB sebelum operasi dibantu dengan menggunakan yall. Feses lunak dan berbentuk.A : konstipasi belum teratasiP : Intervensi dilanjutkan

VI S : -O :

Tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik tidak ada Luka post operasi tidak rembes

A : Resiko infeksi belum teratasiP : Intervensi dilanjutkan

VII S : Klien mengatakan selama di ICU minum di bantu oleh

suster Klien mengatakan sudah mandi sore tadi dimandikan

oleh perawat di ruanganO :

Kulit klien tampak bersih Tidak ada iritasi ADL total care

A : defisit perawatan diri (makan, eliminasi, mandi) belum teratasiP : Intervensi dilanjutkan

Tgl No. Dx

Keperawatan

Implementasi Catatan Perkembangan

09/11 1 08.00-14.00 WIB

Mengkaji nyeri dan lokasi

nyeri pasien

S :

- Klien mengatakan

nyeri bagian post op.

Page 44: Makalah Cc Fatmawati

R/ nyeri daerah post operasi

bagian punggung, nyeri

skala 2-4. Nyeri tidak

berpindah tempat. Nyeri

terasa hilang timbul, seperti

berdenyut.

Mengajarkan teknik

relaksasi nafas dalam untuk

mengurangi nyeri

R/ klien mengatakan nyeri

sedikit berkurang dengan

relaksasi napas dalam

Memberikan analgetik yang

diresepkan bila dibutuhkan

(ketorolac 1 ampul)

R/ klien mengatakan nyeri

berkurang setelah diberi

obat

Memposisikan pasien agar

nyaman dan fungsional

R/ klien mengatakan

nyaman

Membantu perubahan posisi

sesering mungkin (per 2

jam sekali)

R/ klien mengatakan

nyaman posisi dengan di

sanggah bantal (5 bantal)

Melakukan tindakan untuk

meningkatkan kenyamanan

dengan melakukan masasse

R/ klien mengatakan

nyaman dilakukan back rub

pada bagian punggung

- Klien mengatakan

nyeri seperti

berdenyut, hilang

timbul kurang dari

30 menit

- Klien mengatakan

nyeri berkurang

dengan relaksasi

napas dalam,

istirahat dan setelah

diberi obat

penghilang nyeri

- Klien mengatakan

nyaman diberikan

back rub

O :

- Skala nyeri dengan

metode VAS 1-3

- Klien tampak

meringis menahan

sakit

- Klien tampak

mempertahankan

posisinya agar tidak

menimbulkan nyeri

bila bergerak

- Klien terpasang

drain pada bagian

kanan

- Klien tampak

nyaman dilakukan

back rub dan

relaksasi napas

dalam

Page 45: Makalah Cc Fatmawati

Melakukan dan awasi

latihan gerak pasif dan aktif

R/ klien mengatakan senang

dan nyaman dilakukan

ROM pasif

A : Nyeri Akut teratasi

sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

2 08.00-14.00

Mengobservasi tanda-tanda

vital

R/ TD 115/89 , N 78x/menit

S 37,5 RR 20 x/menit

Memonitor intake-output

R/ intake oral : minum

1500cc/24 jam, infus 960

cc, DC 1500 cc/hari IWL

675. BC : +285 cc

Menganjurkan klien

meningkatkan intake cairan

sedikitnya 2000-3000 ml

per hari

R/ klien minum 1500

cc/hari

Berkolaborasi pemberian

cairan intravena jika

diinstruksikan

R/ klien diberikan infus Ken

MG3 40cc/jam

S :

- Klien mengatakan

minum 1500 cc/hari

- Klien mengatakan

tidak ada muntah

- Klien mengatakan

belum BAB

O :

- Klien terpasang

infus Kaen MG3 40

cc/jam

- Dc produksi ada

1500 cc sehari

- TD 115/89 , N

78x/menit S 37,5,

RR 20 x/menit

- Membran mukosa

lembab

- Turgor kulit elastis

- Akral hangat

A : Resiko kurang volume

cairan teratasi

P : Hentikan intervensi

4 14.00-20.00

- memposisikan klien miring

kanan miring kiri per 2 jam

H/ menggunakan tehnik logg

roll dan klien tampak

S :

- Klien mengatakan

merasa nyaman

setelah dilakukan

ROM pasif

- Klien mengatakan

Page 46: Makalah Cc Fatmawati

Nyaman

- Melakukan ROM pasif pada

ekstermitas yang sakit

maupun yang sehat sesuai

kemampuan klien

R/klien tampak rileks

setelah dilakukan ROM

- Memberikan papan

penyangga pada kaki klien

H/kaki dapat dipertahankan

pada posisi fungsional

jika dilakukan ROM

kakinya merasa

lebih enak dan tidak

sakit

O :

- Terdapat kontraksi

otot pada bagian

kaki kiri

- Pada kaki kanan

klien sudah bisa

menggeser kaki nya

- Kelelahan setelah

latihan ROM tidak

ada

A : Hambatan mobilitas

fisik masih ada

P : intervensi dilanjutkan

5 08.00-14.00

Melakukan perawatan luka

sesuai protokol

R/ GV 11/11 2015

Melakukan kolaborasi

pemberian antibiotik sesuai

indikasi

R/ klien mendapat obat

riampisin 450 mg 1x, INH

300 mg 1x, pirazinamid 100

mg 1x. Tidak ada alergi,

mual & muntah tidak ada

Menganalisa hasil

pemeriksaan laboratorium

(hitung darah lengkap,

LED, kultur, dan

sensitivitas

S :

- Klien mengatakan

tidak ada deman

O :

- Klien luka tidak

rembes, bersih

- TD 115/89 , N

78x/menit S 37,5,

RR 20 x/menit

Leukosit 9.0 ribu/ul,

Eritrosit 4,21 juta/u

Klien diberi

antibiotik riampisin

450 mg 1x, INH 300

mg 1x, pirazinamid

100 mg 1x. Tidak

Page 47: Makalah Cc Fatmawati

luka/serum/tulang)

R/ Leukosit 9.0 ribu/ul,

Eritrosit 4,21 juta/u

Mengobservasi tanda-tanda

vital dan tanda-tanda

peradangan lokal pada luka.

R/ TD 115/89 , N 78x/menit

S 37,5, RR 20 x/menit

ada alergi, mual &

muntah tidak ada

A : Resiko infeksi teratasi

P : lanjutkan intervensi

6 14.00-20.00

Memantau intake output

klien

Melakukan palpasi dan

perkusi kandung kemih

S: -

O :

Klien terpasang Dc

produksi 1500 cc

Kandung kemih

kosong secara penuh

minum 1500cc/24

jam, infus 960 cc,

DC 1500 cc/hari

IWL 675. BC : +285

cc

A ; gangguan eliminasi urin

belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

7 08.00-14.00

Mengkaji status psikologi

klien

R/ klien menerima

kondisinya saat ini

Membantu klien dalam

ambulasi dini

R/ klien mika-miki dibantu

Memberikan bantuan sesuai

kebutuhan hygiene

S :

- Klien mengatakan

menerima

kondisinya saat ini

- Klien mengatakan

dalam memenuhi

kebutuhan seperti

makan, minum,

BAK, BAB dibantu

Page 48: Makalah Cc Fatmawati

Klien mengatakan nyaman

setelah dibantu mandi

Mengobservasi integritas

kulit pasien

R/ turgor kulit elastis

O :

- Klien ADL total

care

- Integritas kulit baik,

turgor kulit elastis

- Klien tambak bersih

setelah dibantu

memandikan

A : DPD : mandi,

berpakaian, berhias, makan,

mandi, dan eliminasi belum

teratasi

P: Lanjutkan intervensi

Tgl No. Dx

Keperawatan

Implementasi Catatan Perkembangan

10/11 1 08.00-14.00 WIB

Mengkaji nyeri dan lokasi

nyeri pasien

R/ nyeri daerah post operasi

bagian punggung, nyeri

skala 1-3. Nyeri tidak

berpindah tempat. Nyeri

terasa hilang timbul, seperti

berdenyut.

Mengajarkan teknik

relaksasi nafas dalam untuk

mengurangi nyeri

R/ klien mengatakan nyeri

sedikit berkurang dengan

relaksasi napas dalam

Memberikan analgetik yang

diresepkan bila dibutuhkan

S :

- Klien mengatakan

nyeri bagian post op.

- Klien mengatakan

nyeri seperti

berdenyut, hilang

timbul kurang dari

30 menit

- Klien mengatakan

nyeri berkurang

dengan relaksasi

napas dalam,

istirahat dan setelah

diberi obat

penghilang nyeri

- Klien mengatakan

nyaman diberikan

Page 49: Makalah Cc Fatmawati

(ketorolac 1 ampul)

R/ klien mengatakan nyeri

berkurang setelah diberi

obat

Memposisikan pasien agar

nyaman dan fungsional

R/ klien mengatakan

nyaman

R/ klien mengatakan

nyaman posisi dengan di

sanggah bantal (5 bantal)

Melakukan tindakan untuk

meningkatkan kenyamanan

dengan melakukan masasse

R/ klien mengatakan

nyaman dilakukan back rub

pada bagian punggung

back rub

O :

- Skala nyeri dengan

metode VAS 1-3

- Klien tampak

meringis menahan

sakit

- Klien tampak

mempertahankan

posisinya agar tidak

menimbulkan nyeri

bila bergerak

- Klien terpasang

drain pada bagian

kanan

- Klien tampak

nyaman dilakukan

back rub dan

relaksasi napas

dalam

A : Nyeri Akut teratasi

sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

3 14.00-20.00

Membantu perubahan posisi

sesering mungkin (per 2

jam sekali)

Melakukan dan awasi

latihan gerak pasif dan aktif

R/ klien mengatakan senang

dan nyaman dilakukan

ROM pasif

S :

- Klien mengatakan

merasa nyaman

setelah dilakukan

ROM pasif

- Klien mengatakan

jika dilakukan ROM

kakinya merasa

lebih enak dan tidak

sakit

Page 50: Makalah Cc Fatmawati

O :

- Terdapat kontraksi

otot pada bagian

kaki kiri

- Pada kaki kanan

klien sudah bisa

menggeser kaki nya

- Kelelahan setelah

latihan ROM tidak

ada

A : Hambatan mobilitas

fisik masih ada

P : intervensi dilanjutkan

4 14.00-20.00

Memantau intake output

klien

Melakukan palpasi dan

perkusi kandung kemih

S: -

O :

Klien terpasang Dc

produksi 1500

Kandung kemih

kosong secara penuh

minum 1500cc/24

jam, infus 960 cc,

DC 1500 cc/hari

IWL 675. BC : +285

cc

A ; gangguan eliminasi urin

belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

5 14.00-20.00

memonitor tanda dan gejala

konstipasi

memonitor feses: frekuensi,

konsistensi, dan volume

melakukan pengeluaran

feses secara manual

S :

Klien mengatakan

merasa ada sensai

ingin BAB namun

tidak isa

dikeluarkan

Klien mengatakan

Page 51: Makalah Cc Fatmawati

menjelaskan kepada pasien

prosedur pengeluaran feses

secara manual

menganjurkan klien untu

makan makanan yang tinggi

serat

merasa seperti ada

tahanan di anus

O :

BAB spontan (-)

Feses lunak dan

berbentuk berwarna

kecokelatan

A : konstipasi belum

teratasi

P : intervensi dilanjutkan

6 08.00-14.00

Melakukan perawatan luka

sesuai protokol

R/ GV 11/11 2015

Melakukan kolaborasi

pemberian antibiotik sesuai

indikasi

R/ klien mendapat obat

riampisin 450 mg 1x, INH

300 mg 1x, pirazinamid 100

mg 1x. Tidak ada alergi,

mual & muntah tidak ada

Menganalisa hasil

pemeriksaan laboratorium

(hitung darah lengkap,

LED, kultur, dan

sensitivitas

luka/serum/tulang)

R/ Leukosit 9.0 ribu/ul,

Eritrosit 4,21 juta/u

Mengobservasi tanda-tanda

vital dan tanda-tanda

S :

- Klien mengatakan

tidak ada deman

O :

- Klien luka tidak

rembes, bersih

- TD 110/80 , N

78x/menit S 37,0,

RR 20 x/menit

Leukosit 9.0 ribu/ul,

Eritrosit 4,21 juta/u

Klien diberi

antibiotik riampisin

450 mg 1x, INH 300

mg 1x, pirazinamid

100 mg 1x. Tidak

ada alergi, mual &

muntah tidak ada

A : Resiko infeksi teratasi

P : lanjutkan intervensi

Page 52: Makalah Cc Fatmawati

peradangan lokal pada luka.

R/ TD 115/89 , N 78x/menit

S 37,5, RR 20 x/menit

7 08.00-14.00

Mengkaji status psikologi

klien

R/ klien menerima

kondisinya saat ini

Membantu klien dalam

ambulasi dini

R/ klien mika-miki dibantu

Memberikan bantuan sesuai

kebutuhan hygiene

Klien mengatakan nyaman

setelah dibantu mandi

Mengobservasi integritas

kulit pasien

R/ turgor kulit elastis

S :

- Klien mengatakan

menerima

kondisinya saat ini

- Klien mengatakan

dalam memenuhi

kebutuhan seperti

makan, minum,

BAK, BAB dibantu

O :

- Klien ADL total

care

- Integritas kulit baik,

turgor kulit elastis

- Klien tambak bersih

setelah dibantu

memandikan

A : DPD : mandi,

berpakaian, berhias, makan,

mandi, dan eliminasi belum

teratasi

P: Lanjutkan intervensi

Tgl No. Dx

Keperawatan

Implementasi Catatan Perkembangan

11/11 1 08.00-14.00 WIB

Mengkaji nyeri dan lokasi

nyeri pasien

S :

- Klien mengatakan

nyeri bagian post op.

Page 53: Makalah Cc Fatmawati

R/ nyeri daerah post operasi

bagian punggung, nyeri

skala 1-2. Nyeri tidak

berpindah tempat. Nyeri

terasa hilang timbul, seperti

berdenyut.

Mengajarkan teknik

relaksasi nafas dalam untuk

mengurangi nyeri

R/ klien mengatakan nyeri

sedikit berkurang dengan

relaksasi napas dalam

Memberikan analgetik yang

diresepkan bila dibutuhkan

(ketorolac 1 ampul)

R/ klien mengatakan nyeri

berkurang setelah diberi

obat

Memposisikan pasien agar

nyaman dan fungsional

R/ klien mengatakan

nyaman

Membantu perubahan posisi

sesering mungkin (per 2

jam sekali)

R/ klien mengatakan

nyaman posisi dengan di

sanggah bantal (5 bantal)

Melakukan tindakan untuk

meningkatkan kenyamanan

dengan melakukan masasse

R/ klien mengatakan

nyaman dilakukan back rub

pada bagian punggung

- Klien mengatakan

nyeri seperti

berdenyut, hilang

timbul kurang dari

30 menit

- Klien mengatakan

nyeri berkurang

dengan relaksasi

napas dalam,

istirahat dan setelah

diberi obat

penghilang nyeri

- Klien mengatakan

nyaman diberikan

back rub

O :

- Skala nyeri dengan

metode VAS 1-2

- Klien terpasang

drain pada bagian

kanan

- Klien tampak

nyaman dilakukan

back rub dan

relaksasi napas

dalam

A : Nyeri Akut teratasi

sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

Page 54: Makalah Cc Fatmawati

Melakukan dan awasi

latihan gerak pasif dan aktif

R/ klien mengatakan senang

dan nyaman dilakukan

ROM pasif

3 14.00-20.00

Membantu perubahan posisi

sesering mungkin (per 2

jam sekali)

Melakukan dan awasi

latihan gerak pasif dan aktif

R/ klien mengatakan senang

dan nyaman dilakukan

ROM pasif

S :

- Klien mengatakan

merasa nyaman

setelah dilakukan

ROM pasif

- Klien mengatakan

jika dilakukan ROM

kakinya merasa

lebih enak dan tidak

sakit

O :

- Terdapat kontraksi

otot pada bagian

kaki kiri

- Pada kaki kanan

klien sudah bisa

menggeser kaki nya

- Kelelahan setelah

latihan ROM tidak

ada

A : Hambatan mobilitas

fisik masih ada

P : intervensi dilanjutkan

4 14.00-20.00

Mengkaji penilaian kemih

yang komprehensif

Memberikan privasi kepada

klien

S :

Klien mengatakan

sudah mampu

berkemih secara

spontan dibantu oleh

anaknya

Page 55: Makalah Cc Fatmawati

Melakukan ICP 5x/24 jam

Melakukan palpasi dan

perkusi kandung kemih

menggunakan pispot

O :

Produksi ICP (residu

urin) 90 cc/4 jam

BAK spontan 440 cc

/ 4 jam

Distensi kandung

kemih (-)

A : gangguan eliminasi urin

teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan

5 14.00-20.00

memonitor tanda dan gejala

konstipasi

memonitor feses: frekuensi,

konsistensi, dan volume

melakukan pengeluaran

feses secara manual

menjelaskan kepada pasien

prosedur pengeluaran feses

secara manual

menganjurkan klien untu

makan makanan yang tinggi

serat

S :

Klien mengatakan

merasa ada sensai

ingin BAB namun

tidak isa

dikeluarkan

Klien mengatakan

merasa seperti ada

tahanan di anus

O :

BAB spontan (-)

Feses lunak dan

berbentuk berwarna

kecokelatan

A : konstipasi belum

teratasi

P : intervensi dilanjutkan

6 08.00-14.00

Melakukan perawatan luka

sesuai protokol

R/ GV 11/11 2015

S :

- Klien mengatakan

tidak ada deman

Page 56: Makalah Cc Fatmawati

Melakukan kolaborasi

pemberian antibiotik sesuai

indikasi

R/ klien mendapat obat

riampisin 450 mg 1x, INH

300 mg 1x, pirazinamid 100

mg 1x. Tidak ada alergi,

mual & muntah tidak ada

Menganalisa hasil

pemeriksaan laboratorium

(hitung darah lengkap,

LED, kultur, dan

sensitivitas

luka/serum/tulang)

R/ Leukosit 9.0 ribu/ul,

Eritrosit 4,21 juta/u

Mengobservasi tanda-tanda

vital dan tanda-tanda

peradangan lokal pada luka.

R/ TD 115/89 , N 78x/menit

S 37,5, RR 20 x/menit

O :

- Klien luka tidak

rembes, bersih

- Luka menutup, tidak

ada cairan yang

keluar dari luka,

jahitan rapat. Kulit

disekitar luka tidak

panas, tidak ada

kemerahan tidak ada

edema

- TD 110/70 , N

76x/menit S 36,7,

RR 20 x/menit

Leukosit 9.0 ribu/ul,

Eritrosit 4,21 juta/u

Klien diberi

antibiotik riampisin

450 mg 1x, INH 300

mg 1x, pirazinamid

100 mg 1x. Tidak

ada alergi, mual &

muntah tidak ada

A : Resiko infeksi teratasi

P : lanjutkan intervensi

7 08.00-14.00

Mengkaji status psikologi

klien

R/ klien menerima

kondisinya saat ini

Membantu klien dalam

ambulasi dini

R/ klien mika-miki dibantu

Memberikan bantuan sesuai

S :

- Klien mengatakan

menerima

kondisinya saat ini

- Klien mengatakan

dalam memenuhi

kebutuhan seperti

makan, minum,

Page 57: Makalah Cc Fatmawati

kebutuhan hygiene

Klien mengatakan nyaman

setelah dibantu mandi

Mengobservasi integritas

kulit pasien

R/ turgor kulit elastis

BAK, BAB dibantu

O :

- Klien ADL total

care

- Integritas kulit baik,

turgor kulit elastis

- Klien tambak bersih

setelah dibantu

memandikan

A : DPD : mandi,

berpakaian, berhias, makan,

mandi, dan eliminasi belum

teratasi

P: Lanjutkan intervensi

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini membahas tentang asuhan keperawatan pasien dengan Fraktur

Kompresi Vertebral Thorakal XII, terkait pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi dan evaluasi yang ditemukan pada Ny. D.

1. Hambatan Mobilitas Fisik

Fraktur yang dialami Ny. D saat ini dikarenakan adanya faktor patologis (Spondilitis

Lumbalis). Spondilitis yang dialami klien tidak diketahui sejak kapan, tetapi akibat dari

spondilitis ini yaitu terjadinya penekan pada tulang dan menyebabkan fraktur thorakal XII.

Fraktur sendiri adalah kondisi dimana patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan

tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Suratun, 2008). Jenis Fraktur yang dialami

Page 58: Makalah Cc Fatmawati

klien adalah Fraktur krompesi yaitu suatu keretakan pada tulang yang disebabkan oleh

tekanan. Kejadian ini menyebabkan klien mengalami nyeri dipunggung bawah dan

menjalar ke kedua kakinya sehingga klien sulit dalam lakukan pergerakan dan saat ini

klien tidak bisa berjalan. Adapun data fokus yang dapat mendukung adanya masalah

keperawatan hambatan mobilisasi fisik yakni : klien mengatakan sulit berjalan atau lemah

sejak -/+ 3 bulan yang lalu dan otot – otot kaki klien mengalami atrofi. Pada ekstremitas

bawah, bila digerakan klien mengalami nyeri. Hal ini berhubungan dengan fraktur yang

dialami klien yaitu fraktur thorakal XII yang akan menyebabkan kelemahan flaccid

ekstremitas bawah yang simetris, dan mengalami nyeri (Baron, 2013).

Hasil pengkajian pada sistem muskuloskeletal Ny. D : kesulitan dalam pergerakan,

sakit pada tulang dan sendi, kiposis (+), Tonus otot Atpni (+), ROM pasif pada ekstremitas

bawah. Klien mengatakan tidak bisa menggangkat kedua kakinya sendiri tanpa batuan,

namun dapat bergerak dengan minimal menggeser – geser saja. Kekuatan otot klien yaitu

ekstremitas atas kanan kiri 5555|5555, ekstrenitas bawah kanan da kiri 2222|2222.

Tindakan yang terlah dilakukan pada klien dengan masalah hambatan mobilitas fisik

yakni melakukan mobilisasi secara bertahap. Klien dilakukan dibantuk untuk miring kanan

dan kiri setiap hari selama 2 jam, melatih ROM aktif – pasif dan membantu memenuhi

ADLs klien (makan, mandi, BAK dan BAB).

Hasil evaluasi akhir terhadap masalah keperaeatan hambatan mobilitas fisik pada

klien belum teratasi. Klien masih tampak kesulitan dalam bergerak dan klien tidak mampu

mengangkat ektremitas bawah secara mandiri, namun klien tampak senang bila dlakukan

mobilisasi bertahap dan ROM. Untuk ADLs lainnya pasien masih total care seperti makan,

mandi, BAK dan BAB.

2. Gangguan Eliminasi Urin

Ny. D mengalami Fraktur thorakal XII, dimana fraktur thorakal XII akan

mempengaruhi dalam proses defekasi dan miksi, hal inilah yang membuat klien

mengalami kesulitan dalam proses pengeluaran eliminasi urin (Baron, 2013). Klien tidak

mampu mengeluarkan urin secara spontan walau merasa kandung kemih sudah penuh

(retensi urin).

Hasil pengkajian yang telah dilakukan, didapatkan data fokus bahwa klien tidak

bisa BAK secara normal sejak kedua kakinya mengalami kelemahan dalam pergerakan.

Klien juga mengatakan tidak ada sensasi ingin berkemih, dan terama distensi kandung

kemih. Hasil ini menunjukkan klien mengalami masalah keperawatan gangguan eleminasi

urin.

Page 59: Makalah Cc Fatmawati

Tindakan yang telah dilakukan pada Ny. D dengan masalah keperawatan

kekurangan volume cairan yakni melakuakn tindakan intermiten kateterisasi (ICP) setiap 4

jam, dan memonitor intake serta output klien. Klien dianjurkan untuk minum 500cc / 4

jam dan diharapkan saat pukul 22.00 – 06.00 WIB klien puasa. Memotivasi klien untuk

minum sesuai yang telah dianjurkan yaitu 500cc /4 jam.

Hasil evaluasi akhir terhadap masalah keperawatan gangguan eliminasi urin pada

klien belum teratasi. Klien masih belum dapat melakukan pengeluaran urin secara spontan

dan klien masih terus dilakukan ICP hingga pre operasi. Klien perlu dilakukan tindakan

operasi terhadap penyakit dan dilakukan latihan baldder training untuk membuat

bladdernya terlatih dan meningkatkan kerja bladder kembali.

3. Defisit Perawatan Diri

Ny. D mengalami fraktur torakhal 12 , dimana fraktur torakhal 12 mempengaruhi kelemahan ekstremitas bagian bawah (paraparese) yang menyebabkan hambatan mobilitas fisik pada klien. Sehingga ADL (Activity Daily Living) klien dibantu secara total yaitu makan, mandi, serta untuk miring kiri dan kanan. Hal tersebut dapat mendukung bahwa klien memiliki masalah deficit perawatan diri.

Tindakan yang sudah dilakukan pada pasien untuk diagnosa tersebut yaitu memfasilitasi pasien mandi dan memandikan pasien (oral hygiene dan mengganti baju). Selain itu membantu pasien untuk makan.

Hasil evaluasi akhir terhadap masalah keperawatan defisit perawatan diri belum teratasi. Pasien masih memerlukan bantuan total untuk melakukan ADL (Activity Daily Living) yaitu mandi dan makan.

4. Konstipasi

Fraktur torakhal XII selain mempengaruhi proses miksi juga mempengaruhi proses

defekasi menyebabkan perubahan pola defekasi yaitu konstipasi. Klien bisa merasakan

ingin BAB tapi sulit untuk mengeluarkannya.

Hasil pengkajian didapatkan bahwa klien mengatakan sulit untuk BAB sejak 1

minggu. Pada saat palpasi teraba skibala dan terasa keras. Klien juga mengatakan setelah

diberikan pemberian cairan melalui anus, BAB masih sulit dikeluarkan. Hal tersebut

menunjukkan bahwa klien mengalami masalah keperawatan yaitu konstipasi. Tindakan

Page 60: Makalah Cc Fatmawati

yang telah dilakukan pada Ny. D dengan masalah keperawatan yaitu menganjurkan klien

untuk diet tinggi serat dan mengkolaborasikan pemberian laksatif.

Hasil evaluasi akhir terhadap masalah keperawatan konstipasi pada klien belum

teratasi. Klien masih belum dapat melakukan pengeluaran feses secara teratur dan spontan

serta masih diberikan pemberian laksatif untuk membantu pengeluaran feses.

5. Nyeri Akut

Kondisi yang ditemukan pada Ny. D setelah post operasi dapat terlihat dari klien

sendiri (DO) ataupun pengutaran pasien (DS). Adapun kondisi klien yang dapat

dikategorikan sebagai masalah keperawatan nyeri akut yakni : klien merasa nyeri pada

bagian punggung setelah di operasi, dan klien mengatakan nyerinya bertambah saat

dilakukan gerakan. Saat sedang mersakan nyeri, klien tampak meringis dengan skala

nyeri yang dirasakan klien yaitu 5. Rasa nyeri berkurang apabila klien dilakukan

imobilisasi atau tidak digerakkan. Hal ini berkaitan pada proses operasi atau agens cidera

fisik.

Tindakan yang dianjurkan pada klien untuk megurangi nyeri secara nonfarmakologi

adalah dengan menganjurkan klien melakukan teknik relaksasi napas dalam. Klien

mampu melakukan teknik ini dan mengatakan dapat sedikit membantu dalam mengontrol

rasa nyeri yang dirasakannya. Selain melalui terapi nonfarmakologi, klien juga dilakukan

terapi farmakologi, yaitu dengan pemberian Ketorolac 1 amp.

Hasil evaluasi akhir terhadap masalah keperwatan klien pada nyeri akut belum

mencapai tujuan atau belum teratasi karena rasa nyeri yang dirasakan klien hilang timbul

saat dilakukan mobilisasi. Namun klien mengatakan nyeri yang dirasakan sedikit

berkurang dibandingkan saat setelah operasi. Saat dilakukan mobilisasi klien juga

mengatakan nyeri berkurang. Rasa nyeri mengalami penuruan skala yaitu skala 2 ( dari

nyeri sedang menjadi nyeri ringan).

6. Risiko Kekurangan Volume Cairan

Ny. D dilakukan operasi stabilisasi posterior, dekompresi dan debrideman. Tindakan

operasi dapat terjadi risiko kekurangan volume cairan karena saat tindakan operasi dapat

terjadi perdarahan aktif. Sehingga dibutuhkan intervensi yang tepat untuk mengurangi

timbulnya risiko kekurangan volume cairan.

Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 7 November 2015, didapatkan hasil

yaitu turgor kulit klien kering dan membran mukosa kering, klien terpasang drain dengan

produksi drai 100 cc. Hasil laboratorium tanggal 7 november 2015, yaitu Natrium darah

139 mmol/I, Kalium darah 3,45 mmol/I, Klorida darah 97 mmol/I, Hematokrit 34% dan

Page 61: Makalah Cc Fatmawati

Hemoglobin 11,2 gr/dL. Hasil ini menunjukkan klien mengalami masalah keperawatan

risiko kekurangan volume cairan.

Tindakan yang telah dilakukan pada Ny. D dengan masalah keperawatan risiko

kekurangan volume cairan yakni mencatat karakteristik drainase, mengobservasi tanda –

tanda vital untuk melihat apakah ada perubahan pada tekanan darah karena perubahan

tekanan darah dan nadi digunakan untuk memperkirakan kehilangan darah. Memonitor

intake dan output klien untuk menganalisa keseimbangan cairan dan derajat kekurangan

cairan. Menganjurkan klien meningkatkan intake cairan 2000 - 3000 ml per hari.

Implementasi kolaborasi yang dilakukan yaitu pemberian cairan intravena Kaen Mg3

500cc dan Aminofluid 500cc.

Hasil evaluasi akhir terhadap masalah keperawatan risiko kekurang colume cairan

pada klien masih belum teratasi. Klien masih dilakukan terapi pemberian cairan intavena,

namun hasil laboratorium terakhir belum didapatkan. Hasil pengkajian yang dilakukan,

menunjukan turgor kulit dan mukosa bibir lembab, dan akral hangat. Klien juga sudah

meningkatkan produksi intake 2000 – 3000 cc per hari. Hal ini apabila terus

dipertahankan, kekurangan voluma cairan tidak akan terjadi pada klien.

7. Resiko Infeksi

Ny. D telah dilakukan tindakan operasi stabilisasi posterior, dekompresi dan

debrideman. Setelah dilakukan operasi klien terpasang drain dan terdapat luka jahitan 20

cm. Luka tersebut jika tidak diberi perawatan dengan tepat dapat beresiko infeksi.

Hasil pengkajian pada tanggal 7 November 2015 didapatkan bahwa tampak terdapat

luka operasi pada bagian torakhal. Hasil labolatorium yang dilakukan pada tanggal 7

November 2015, yaitu Hemoglobin 11,2 g/Dl, Hematokrit 34%, Leukosit 9.0 ribu/ul,

Eritrosit 4,21 juta/u dan Albumin 3,00 g/dL. Hasil ini menunjukkan bahwa klien beresiko

mengalami masalah keperawatan yaitu resiko infeksi.

Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada Ny. D dengan masalah keperawatan

resiko infeksi diantaranya mempertahankan area luka postoperasi tetap bersih, mengganti

balutan pada luka post operasi setiap 3 hari sekali dan mengobservasi tanda-tanda

peradangan pada luka serta mempertahankan teknik aseptic dalam penggantian balutan.

Hasil evaluasi akhir terhadap masalah keperawatan resiko infeksi masih belum

teratasi. Klien masih memiliki resiko infeksi karena masih terdapat luka pada daerah post

operasi. Hasil observasi luka setelah ganti balutan yaitu tidak terdapat pus, kondisi luka

kering, jahitan rapat dan tidak ada darah yang keluar. Jika luka post operasi dilakukan

Page 62: Makalah Cc Fatmawati

penggantian balutan sesuai dengan yang direncanakan dan dengan mempertahankan

teknik aseptik resiko infeksi dapat teratasi.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Ny. S dengan fraktur kompresi thorakal 12 saat ini mengeluhkan nyeri post operasi

bagian punggung bawah, tidak bisa BAK dan BAB secara spontan, sulit menggerakkan

anggota gerak bagian bawah, defisit perawatan diri, dan ADL total care. Klien dilakukan ICP

5x sehari, dan diberikan posisi log roll dengan 5 pillows. Hemodinamik stabil. Klien

direncanakan konsul rehab untuk penggunaan brace, latihan duduk, dan berjalan.

Page 63: Makalah Cc Fatmawati

SARAN

1. Perawat : membatu memenuhi kebutuhan dasar yang tidak bisa dilakukan klien, tepat

waktu melakukan ICP, ajarkan keluarga klien cara ROM secara pasif untuk mencegah

luka tekan pada klien, kolaborasi dengan tenaga medis lainnya, yaitu dokter, ahli gizi

dan rehabilitasi dalam mengatasi masalah yang ditemukan pada klien

2. Keluarga : aktif dan turut serta dalam penyembuhan klien dengan membatu

memenuhi kebutuhan dasar klien, rutin melakukan ROM pada klien, mengingatkan

klien untuk minum habis 500 cc dalam 4 jam.

3. Klien : habiskan air minum 500 cc dalam 4 jam.

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

INSTALASI RADIOLOGI

Nama : Ny. D

No. RM : 01389040

Kelamin/umur : Perempuan/45 tahun

Tangga diperiksa : 20/10/2015

Tanggal hasil : 20/10/2015

Top Foto Toraks Dewasa (IGD)

Page 64: Makalah Cc Fatmawati

Na

Teman sejawat yang terhormat :

Foto top lorotik :

Corakan bronchovaskular ramai

Tampak infiltrat dikedua apex paru

Kesan : Tb paru masih mungkin

Tanggal periksa : 12/10/2015

Tanggal hasil : 12/10/2015

Klinis : suspek fraktur kompresi

Jenis pemeriksaan : foto thorakolumbal proyeksi AP dan lateral dengan hasil sbb:

Yth. Teman sejawat

Kelengkungan vertebrae thorakolumbal baik

Kedudukan tulang-tulang baik, tidak tampak listesis

Fraktur kompresi di aspek anterior vertebra T12

Pedikel intak

Densitas tulang menurun dengan trabekulasi kasar

Formasi osteofit minimal di aspek anterior vertebrae lumbal L3,4 dan aspek lateral vertebrae lumbal 4,5

Ruang diskus invertebralis tidak menyempit

Jaringan lunak paravertebrae kesan tenang.

Kesan :

fraktur kompresi aspek anterior vertebrae spondilitis lumbalis

Tanggal periksa : 12/10/2015

Tanggal hasil : 12/10/2015

Klinis : CVD

Teman sejawat yang terhormat

Telah dilakukan pemeriksaan CT scan kepala potongan axial, interval 6mm dan 10mm. Tanpa kontras, dengan hasil sebagai serikut :

Korteks sulci dan fissura sylvi tidak melebar, gyri baik

Page 65: Makalah Cc Fatmawati

Tak tampak/ belum tampak lesi hipodens secara CT scan saat ini

Sistem ventrikel dan sisterna baik

Struktur media tak tampak deviasi

Pons dan cerebellum baik

Kalsifikasi fisiologis di pelvis choroideus bilateral dan pineal body

Sinus paranasal dan air cell mastoid yang tervisualisasi tak terselubung

Tulang-tulang intak.

Kesan :

Tak tampak/ belum tampak infark secara CT scan saat ini Tidak ada perdarahan intra/ekstra cerebral

Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Nama : Ny. D Tanggal terima : 06/11/2015

Ruangan : GPS Lt. 1 Tanggal selesai : 06/11/2015

Ket. Klinis : post stabilisasi

Pemeriksaan Metode Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi

Hemoglobin

Hematokrit

Lekosit

Trombosit

Automatic

Automatic

Automatic

Automatic

13,0

38

11.1

198

g/dl

%

Ribu/ul

Ribu/ul

11.7-15.5

33-45

5.0-10.0

150-440

Page 66: Makalah Cc Fatmawati

Eritrosit Automatic 4.86 Juta/ul 3.80-5.20

VER/HER/KHER/RDW

VER

HER

KHER

RDW

Automatic

Automatic

Automatic

Automatic

77.9

26.7

34.2

16.4

n

pg

g/dl

%

80.0-100.0

26.0-34.0

32.0-36.0

11.5-14.5

HEMOSTASIS

APTT

Kontrol APTT

PT

Kontrol PT

INR

Fibrinogen

D-Dimer

Mekanik

Mekanik

Mekanik

Mekanik

Imunochromatografi

25.0

30.7

12.1

13.6

0.87

282

300

Detik

Detik

Detik

Detik

mg/dl

ng/ml

26.3-40.3

-

11.5-14-5

-

-

200-400

<300

KIMIA KLINIK

FUNGSI HATI

SGOT

SGPT

Protein Total

Albumin

Globulin

Bilirubin total

Bilirubin direk

Bilirubin indirek

Alkali fosfatase

IFCC, 37 C

IFCC 37 C

Biuret

BCG

Perhitungan

Vanadat oxidasi

Vanadat oxidasi

Perhitungan

IFCC, 37 C

28

16

5.20

3.00

2.20

1.70

1.00

0.70

73

U/I

U/I

g/dl

g/dl

g/dl

mg/dl

mg/dl

mg/dl

IU/L

0-34

0-40

6.00-8.00

3.40-4.80

2.50-3.00

0.10-1.00

<0.2

<0.6

30-140

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Nama : Ny. D Ruangan : GPS Lt.1

Tanggal Terima : 07/11/2015 Ket.Klinis : post stabilisasi

Tanggal Hasil : 07/11/2015

Pemeriksaan Metode Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi

Hemoglobin

Hematokrit

Lekosit

Automatic

Automatic

Automatic

11.2

34

9.0

g/dl

%

Ribu/ul

11.7-15.5

33-45

5.0-10.0

Page 67: Makalah Cc Fatmawati

Trombosit

Eritrosit

Automatic

Automatic

188

4.21

Ribu/ul

Juta/ul

150-440

3.80-5.20

VER/HER/KHER/RDW

VER

HER

KHER

RDW

Automatic

Automatic

Automatic

Automatic

79.7

26.7

33.5

16.7

n

pg

g/dl

%

80.0-100.0

26.0-34.0

32.0-36.0

11.5-14.5

Kimia Klinik

Fungsi Ginjal

Ureum darah

Kreatinin darah

Urease

Jaffe No Deprot

24

0.3

mg/dl

mg/dl

20-40

0.6-1.5

Diabetes

Glukosa Darah Sewaktu

Glukosa darah sewaktu Hexokinase 137 mg/dl 70-140

Analisa Gas Darah

pH

Pco2

Po 2

BP

HCO3

O2 Saturasi

BE (Base Excess)

Total CO2

ISE

ISE

ISE

ISE

ISE

ISE

ISE

ISE

7.403

36.4

180.0

756.0

22.2

99.2

-2.0

23.3

mmHg

mmHg

mmHg

mmol/L

%

mmol/L

mmol/L

7.370-7.440

35.0-45.0

83.0-108.0

-

21.0-28-0

95.0-99.0

-2.5-2.5

19.0-24.0

Elektrolit darah

Natrium (darah)

ISE 139 mmol/l 135-147

Page 68: Makalah Cc Fatmawati

Daftar Pustaka

Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem

Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Dora. 2013. “Anatomi dan Fisiologi Tulang Belakang”, diakses di http://www.rsop.co.id/

pada 15 November 2015 pukul 09.00.

Grace, Pierce A., dan Neil R. Borley. 2008. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta: Erlangga

Medical Series.

Page 69: Makalah Cc Fatmawati

Marrelli, T.M. 2008. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.

Paramarta, I Gede Epi., dkk. 2008. “Spondilitis Tuberkulosis”. Sari Pediatri, Vol. 10, No. 3,

Hal. 177-183.

Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Setyawan, Anggi. 2008. “Spondilitis TB”, diakses di http://www.doctortawazun.com/ pada

15 November 20`5 pukul 11.00.

Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.

Suratun, dkk. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal: Seri Asuhan Keperawatan.

Jakarta: EGC.

Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.