LI Tutorial Blok 4 Skenario D
-
Upload
ricky-pratama-wijaya -
Category
Documents
-
view
230 -
download
4
description
Transcript of LI Tutorial Blok 4 Skenario D
Nama : Ricky Pratama Wijaya
Nim : 04011381520090
Learning Issue
A. Fragile X Syndrome
1. Definisi
Sindroma Fragile X (Sindroma Martin-Bell, Fragile X Syndrome) adalah suatu kelainan
genetik pada kromosom X yang menyebabkan terjadinya gangguan intelektual dan
perilaku.
Sindroma fragile X paling sering terdiagnosa sebagai penyebab gangguan intelektual
sedang yang diturunkan. Kelainan ini lebih sering mengenai anak laki-laki. Sindroma
fragile X merupakan penyebab nomor 2 tersering gangguan intelektual pada anak laki-
laki (setelah sindroma Down). Namun, tidak seperti sindroma fragile X, sindroma Down
biasanya tidak diturunkan.
2. Penyebab
Sindrom Fragile X terjadi karena adanya perluasan dari sebuah daerah triplet nukleotida
berulang di gen Fragile X mental retardation 1 (FMR 1) yang ditemukan pada kromosom
X sehingga menimbulkan bagian yang rapuh. Daerah Triplet nukleotida yang berulang
pada FMR1 terdiri dari sitosin-guanin-guanin (CGG) yang sekuensnya berulang lagi dan
lagi. Dalam bentuk umumnya gen FMR1 mengandung 5 sampai 50 pengulangan basa-
basa CGG, namun dalam Fragile X syndrome pengulangan ini dapat terjadi hingga
ratusan bahkan ribuan kali (ebehart & Warren,1996) Sehingga poroduct FMR1 yaitu
Fragile X Mental Retardation protein (FMRP) tidak diproduksi, protein ini berlimpah
pada neuron hippocampus dan otak besar pada orang-orang normal (orang-orang yang
tidak mengalami kelainan). Bukti terbaru menyebutkan kemungkinan gen ini memainkan
peranan yang penting dalam regulasi sintesis protein dalam respon aktivitas sinaptik
(Feng,et all 1997). FMRP kemungkinan memiliki fungsi yang berbeda pada bagian lain
dari perkembangan otak (C. Feinstein, 1997)
Kategori Pengulangan CGG pada gen FMR1 adalah:
1. Normal
5-45 CGG yang berulang
2. Intermediate atau grey zone
45 – 54 CGG yang berulang, sering ditemukan (1 dari 50)
Tidak memiliki resiko untuk memiliki anak dengan fragile x syndrome,
namun pada generasi generasi dibawahnya akan memungkinkan terjadinya
premutasi.
3. Premutasi
55-200 CGG yang berulang
Pria Dengan Premutasi
Kebanyakan laki-laki dengan premutasi tidak terpengaruh oleh sindrom
fragile X. Namun, ada laporan langka laki-laki dengan premutations yang
memiliki manifestasi ringan, termasuk karakteristik fisik, kognitif, dan
perilaku.
Fragile X syndrome-terkait tremor / ataksia (FXTAS), kondisi neurologis baru ini
diidentifikasi, mempengaruhi laki-laki di atas usia 50 yang membawa
premutation. FXTAS adalah gangguan neurodegenerative progresif yang ditandai
dengan tremor intensi, ataksia serebelar, Parkinsonisme, dan neuropati perifer.
Studi Otak MRI dari individu yang terkena ditandai dengan hyperintensities dari
peduncles cerebellar tengah (Hagerman et al., 2001).
Wanita Dengan Premutations
Wanita dengan premutations biasanya tidak terpengaruh secara intelektual dan
fisik. Wanita dengan premutations mungkin memiliki peningkatan insiden
depresi, kecemasan sosial, dan rasa malu(Franke et al.,1998; Johnston et al.,
2001). Lebih umum, perempuan dengan premutations berada pada peningkatan
risiko untuk menderita disfungsi ovarium serta menopause dini, disertai dengan
penurunan kepadatan tulang .
4. Mutasi penuh
Lebih dari 200 CGG yang berulang
1 dari 4000 individu yang menderita
Pria dengan mutasi penuh
Pria dengan mutasi penuh mungkin menunjukkan karakteristik wajah yang khas
termasuk besar dan / atau menonjol telinga, wajah panjang, dahi menonjol,
prognatisme mandibula, strabismus, palatum melengkung tinggi dengan sumbing
langit-langit sesekali, dan macrocephaly. Karakteristik wajah sering berkembang
dari waktu ke waktu, terutama dahi menonjol dan dagu. Abnormalitiesconsist
Genital dari macroorchism (testis lebih dari 25 ml size) pada laki-laki
pascapubertas. Fenotip kognitif ditandai dengan fitur spektrum termasuk
keterlambatan perkembangan pada anak, retardasi mental dari yang ringan sampai
yang berat, level IQ, dan ketidakmampuan belajar.
Wanita dengan mutasi penuh
Secara umum, wanita dengan mutasi penuh memiliki fitur lebih ringan
dibandingkan laki-laki dengan mutasi penuh tetapi mereka juga menunjukkan
kisaran yang sama, perilaku, wajah. Lebih dari 50% dari wanita dengan mutasi
penuh memiliki beberapa karakteristik ciri-ciri fisik yang terkait dengan sindrom
fragile X. Gangguan intelektual lebih ringan pada wanita dibandingkan pada laki-
laki yang terkena. Fungsi kognitif dapat berkisar dari kecerdasan normal untuk
gangguan belajar,dan keterbelakangan mental. Studi menunjukkan bahwa sekitar
53-71% dari wanita dengan mutasi penuh memiliki IQ di kisaran batas atau
retardasi mental. Perempuan dengan mutasi penuh yang memiliki IQ yang normal
mungkin memiliki kesulitan belajar atau masalah emosional termasuk kecemasan
sosial, sifat bisu selektif, rasa malu, kontak mata yang buruk, hiperaktif, dan
perilaku impulsif.
3. Gejala
Gejala klinik yang khas pada penderita sindrom fragile-X selain retardasi mental adalah :
Muka sempit dan panjang
Telinga besar
Dagu dan dahi menonjol
Testis besar pada remaja dan dewasa
Langit-langit mulut tinggi
Bagian kaki rata
Kekuatan kurang
Mata bersilang
Kecenderungan untuk terkenanya infeksi telinga
Tulang sendi terlalu lentur,terlebih tangan dan pergelangan tangan
Kebiasaan :
Perkembangan yang cenderung lambat
Ketidakmampuan dalam belajar dan kepandaiian
Kurang perhatian dan hiperaktif
Tangan mengepak-ngepak seperti burung
Kontak mata yang buruk
Pemalu, dan gelisah
Keterlambatan dalam berbicara
Berbicara cepat dan berulang-ulang
Sulit dalam hal peralihan
Sensitive terhadap suara, sentuhan, keramaian,
Gejala yang dapat muncul di kemudian hari adalah adanya menopause dini dan
invertilitas pada wanita yang masih dalam usia produktif, wanita ini adalah wanita carrier
pembawa gen fragile X.Sedangkan Gejala lain yang dapat muncul pada laki-laki dan
perempuan adalah adanya tremor atau sindrom ataxia di usia yang lebih dari 50 tahun.
4. Patogenesis
Patogenesis ataupun dasar mekanisme genetik dari kelainan ini belum jelas
diketahui. (Swaiman, 1999; Turner, 1997) Sindroma fragile X merupakan suatu keadaan
unik dimana ter-jadi transmisi genetik MR secara terikat kromosom X (X link-ed),
sehingga laki-laki yang ter-kena mengalami fragilitas pada bagian distal kromosom X.
Fragilitas ini tampak dengan frekuensi tinggi bila sel dikultur pada media dengan
defisiensi timidin, dan frekuensi-nya bertambah bila pada media tersebut ditambahkan 5-
fluoro-deoxiuridin yang merupakan su-atu timidilat sintetase inhibitor. (Swaiman,1999).
Sindroma fragile X mem-perlihatkan pola herediter X linked, dimana tidak pernah
terjadi transmisi dari laki-laki ke laki-laki. Tetapi berlainan dengan penyakit lain yang
diturunkan secara X linked resesif, pada sindroma ini baik laki-laki maupun wanita dapat
mengalami kelainan klinik. Juga terdapat pola transmisi yang tidak biasa bila diobservasi
pada suatu keluarga besar, di mana gen ini akan ditransmisikan dari laki-laki
asimptomatik kepada anak perempuannya yang asimptomatik, dan kemudian pada
generasi ketiga baru timbul gejala. Pola ini tidak sesuai untuk kelainan X linked, dimana
biasa-nya fenotip akan manifest pada laki-laki yang membawa gen mutan. Pola ini
dikenal sebagai “Sherman paradox”. (Swaiman, 1999).
Dasar dari Sherman para-dox dan fragilitas kromosom X telah menjadi jelas sejak
gen pe-nyebab sindroma fragile X berhasil diklon. Gen ini adalah FMR-1 (fragile X
mental retardation-1) yang diekspresikan de-ngan level yang tinggi pada neuron. Gen
FMR-1 terletak pa-da regio promoter (pada regio 5’ UTRs) di mana triplet basa “CGG”
berulang beberapa kali (antara 5 sampai 50 kali pada populasi umum). Pengulangan
dalam range yang normal tidak mempunyai pengaruh terhadap ekspresi FMR-1 ataupun
efek fenotipik. Pengulangan ini lambat laun bertambah dalam beberapa generasi dan
secara progresif menjadi tidak stabil, mungkin oleh karena adanya slippage (duplikasi
inakurat yang timbul pada pengulangan identik yang terlalu banyak). Jadi transisi dari
alel natural menjadi alel mu-tan terjadi melalui tahap inter-mediate yang disebut
premutasi. Pada keadaan premutasi, jum-lah pengulangan ini meningkat sebanyak 50-200
pengulangan. Hal ini terjadi pada wanita pem-bawa sifat atau laki-laki yang asimptomatik
(“Normal Trans-mitting Male” = NTM). Elongasi dari > 50 pengulangan dapat secara
mendadak menga-lami ekspansi menjadi ≥ 200 da-lam satu generasi. Perubahan besar
atau mutasi penuh ini a-kan menghentikan promoter dan menghentikan produksi gen.
Pada individu dengan mu-tasi penuh, tampak daerah yang fragil pada daerah Xq27.3.
Individu dengan pengulangan masif triplet CGG sampai > 200 kali disertai penekanan
ekspresi gen FMR-1 ini jika laki-laki akan menderita RM, sedangkan wanita dapat
bersifat sebagai pembawa sifat ataupun menderita RM dengan derajat lebih ringan.
Sherman paradox dapat dijelaskan dengan mekanisme transisi dari melalui premutasi
tadi. Alel premutasi bersifat tidak stabil dan dapat mengalami ekspansi menjadi mutasi
pe-nuh pada generasi berikutnya, di mana ekspansi menjadi mutasi penuh ini tidak terjadi
pada laki-laki. Jadi Sherman paradox dijelaskan dengan adanya premutasi pada laki-laki
asimpto-matik yang meneruskannya kepada anak perempuannya yang kemudian
menurunkan mutasi penuh kepada beberapa individu dari keturunannya.
(Swaiman,1999).
Walaupun mutasi gen FMR-1 diketahui berhubungan dengan kelainan
neurobehavio-ral spesifik, tetapi fungsi dari produk gen tersebut yaitu FMRP (FMR
Protein) belum jelas diketahui. Dikatakan bahwa FMRP terdapat dalam jumlah banyak
pada neuron dari otak mamalia normal, sehingga didu-ga berperan penting dalam per-
kembangan dan fungsi otak. (Abrams, 1999) Beberapa peneli-tian menunjukkan bahwa
FMRP berhubungan dengan jumlah dan panjang dendrit neuron hipokampus. Binatang
dengan FMRP yang jumlahnya sedikit ternyata neuron hipokampusnya memiliki
hubungan sinaptik yang lebih sedikit daripada kontrol. (Braun, 2000).
Walaupun ekspansi CGG merupakan basis sindroma fra-gile X pada sebagian besar indi-
vidu, Albright et al 1994; De Graaff et al 1996; Mannermaa et al 1996 menyatakan ada
jenis mutasi lain yang dapat terjadi walaupun jarang, yaitu delesi gen FMR-1.
(Mannermaa,1996; Swaiman, 1999)
5. Diagnosa
Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan post natal dengan menggunakan
pemeriksaan DNA, biasanya dilakukan pada anak-anak yang sudah memasuki usia
sekolah dan juga pada anak-anak penderita autism.
6.Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus untuk sindroma fragile X.Penanganan dini yang bisa
dilakukan berupa terapi bicara dan berbahasa, serta terapi okupasi. Terapi ini dapat
membantu anak-anak dengan sindroma fragile X memaksimalkan kemampuan mereka.
7.Pencegahan
Jika di dalam keluarga ada riwayat sindroma fragile X, maka dianjurkan melakukan
konsultasi genetik untuk mengetahui resiko terjadinya sindroma yang sama pada
keturunannya.
B. Mutasi Gen
Mutasi adalah perubahan pada materi genetik suatu makhluk yang terjadi secara tiba-tiba, acak,
dan merupakan dasar bagi sumber variasi organisme hidup yang bersifat terwariskan (heritable).
Mutasi juga dapat diartikan sebagai perubahan struktural atau komposisi genom suatu jasad yang
dapat terjadi karena faktor luar (mutagen) atau karena kesalahan replikasi. Peristiwa terjadinya
mutasi disebut mutagenesis. Makhluk hidup yang mengalami mutasi disebut mutan dan factor
penyebab mutasi disebut mutagen (mutagenic agent). Perubahan urutan nukleotida yang
menyebabkan protein yang dihasilkan tidak dapat berfungsi baik dalam sel dan sel tidak mampu
mentolerir inaktifnya protein tersebut, maka akan menyebabkan kematian (lethal mutation).
Mutasi dapat mempengaruhi DNA maupun kromosom. DNA dapat dipengaruhi pada
saat sintesis DNA (replikasi). Pada saat tersebut factor mutagenic mempengarugi pasangan basa
nukleutida sehingga tidak berpasangan dengan basa nukleutida yang seharusnya (mismatch).
Misalnya triplet DNA cetakan adalah TTA. Namun karena adanya mutagen menyebabkan DNA
polymerase memasangkan A dengan C, bukan dengan T . Untuk lebih jelasnya mekanisme
mutasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
A. Jenis-jenis Mutasi
1. Menurut Kejadiannya
Mutasi dapat terjadi secara spontan (spontaneous mutation) dan juga dapat terjadi melalui
induksi (induced mutation). Mutasi spontan adalah mutasi (perubahan materi genetik) yang
terjadi akibat adanya sesuatu pengaruh yang tidak jelas, baik dari lingkungan luar maupun dari
internal organisme itu sendiri. Sedangkan mutasi terinduksi adalah mutasi yang terjadi akibat
paparan dari sesuatu yang jelas, misalnya paparan sinar UV. Secara mendasar tidak terdapat
perbedaan antara mutasi yang terjadi secara alami dan mutasi hasil induksi.
2.Berdasarkan Sel yang Bermutasi
Berdasarkan jenis sel yang mengalami mutasi, mutasi dibedakan atas mutasi somatik dan mutasi
gametik atau germinal. Mutasi somatik adalah mutasi yang terjadi pada sel-sel somatik.
Sedangkan mutasi gametik atau germinal adalah mutasi yang terjadi pada sel gamet. Mutasi
somatik dapat diturunkan dan dapat pula tidak diturunkan. Sedangkan mutasi gametik, karena
terjadinya di sel gamet, maka akan diwariskan oleh keturunannya.
3.Berdasarkan Bagian yang Bermutasi
Berdasarkan bagian yang bermutasi, mutasi dibedakan menjadi mutasi DNA, mutasi gen dan
mutasi kromosom.
a. Mutasi DNA
1. Mutasi DNA terdiri atas:Mutasi transisi, yaitu suatu pergantian basa purin dengan basa purin
lain atau pergantian basa pirimidin dengan basa pirimidin lain; atau disebut juga pergantian suatu
pasangan basa purin-pirimidin dengan pasangan purin-pirimidin lain. Misalnya: ATàGS,
GSàAT, SGàTA. Seperti pada gambar di bawah ini
2. Mutasi tranversi,
yaitu suatu pergantian antara purin dengan pirimidin pada posisi yang sama. Seperti tampak pada
gambar di bawah ini
3. Insersi, yaitu
penambahan satu atau lebih pasangan nukleotida pada suatu gen. seperti tampak pada gambar di
bawah ini:
4. Delesi, yaitu pengurangan satu atau lebih
pasangan nukleotida pada suatu gen. seperti tampak pada gambar di bawah ini:
b. Mutasi Gen
Mutasi gen merupakan perubahan yang terjadi pada nukleutida DNA yang membawa
“pesan” suatu gen tertentu. Mutasi gen pada dasarnya merupakan mutasi titik. Mutasi titik (point
mutation) merupakan perubahan kimiawi pada satu atau beberapa pasangan basa dalam satu gen
tunggal.
Mutasi gen adalah mutasi yang terjadi dalam lingkup gen. Peristiwa yang terjadi pada mutasi gen
adalah perubahan urutan-urutan DNA. Jenis-jenis mutasi gen adalah sebagai berikut:
Mutasi salah arti (missens mutation), yaitu perubahan suatu kode genetic (umumnya pada posisi
1 dan 2 pada kodon) sehingga menyebabkan asam amino terkait (pada polipeptida) berubah.
Perubahan pada asam amino dapat menghasilkan fenotip mutan apabila asam amino yang
berubah merupakan asam amino esensial bagi protein tersebut. Jenis mutasi ini dapat disebabkan
oleh peristiwa transisi dan tranversi.
Mutasi diam (silent mutation), yaitu perubahan suatu pasangan basa dalam gen (pada posisi 3
kodon) yang menimbulkan perubahan satu kode genetik tetapi tidak mengakibatkan perubahan
atau pergantian asam amino yang dikode. Mutasi diam biasanya disebabkan karena terjadinya
mutasi transisi dan tranversi.
Mutasi tanpa arti (nonsense mutation), yaitu perubahan kodon asam amino tertentu menjadi
kodon stop. Hampir semua mutasi tanpa arti mengarah pada inaktifnya suatu protein sehingga
menghasilkan fenotip mutan. Mutasi ini dapat terjadi baik oleh tranversi, transisi, delesi, maupun
insersi.
Mutasi perubahan rangka baca (frameshift mutation), yaitu mutasi yang terjadi karena delesi atau
insersi satu atau lebih pasang basa dalam satu gen sehingga ribosom membaca kodon tidak
lengkap. Akibatnya akan menghasilkan fenotip mutan.
2. Mutasi kromosom
Mutasi kromosom yaitu mutasi yang disebabkan karena perubahan struktur kromosom atau
perubahan jumlah kromosom. Istilah mutasi pada umumnya digunakan untuk perubahan gen,
sedangkan perubahan kromosom yang dapat diamati dikenal sebagai variasi kromosom atau
mutasi besar/ gross mutation atau aberasi. Mutasi kromosom sering terjadi karena kesalahan
pada meiosis maupun pada mitosis. Pada prinsipnya, mutasi kromosom digolongkan rnenjadi
dua, yaitu sebagai berikut.
1. Mutasi Komosom Akibat Perubahan Jumlah Kromosom
Mutasi kromosom yang terjadi karena perubahan jumlah kromosom (ploid) melibatkan
kehilangan atau penambahan perangkat kromosom (genom) disebut euploid, sedang yang hanva
terjadi pada salah satu kromosom dari genorn disebut aneuploid.
1. Euploid (eu = benar; ploid = unit) Yaitu jenis mutasi dimana terjadi perubahan pada jumlah
n. Makhluk hidup yang terjadi dari perkembangbiakan secara kawin, pada umumnya bersifat
diploid, memiliki 2 perangkat kromosom atau 2 genom pada sel somatisnya (2n kromosom).
Organismee yang kehilangan I set kromosomnya sehingga memiliki satu genom atau satu
perangkat kromosom (n kromosom) dalam sel somatisnya disebut monoploid. Sedang
organisme yang memiliki lebih dari dua genom disebut poliploid. Mutasi poliploid ada dua,
yaitu (1) autopoliploid yang terjadi akibat n-nya mengganda sendiri karena kesalahan
meiosis dan terjadi pada krornosom homolog, misalnya semangka tak berbiji; dan (2)
alopoIiploid yang terjadi karena perkawinan atau hybrid antara spesies yang berbeda jumlah
set kromosomnya dan terjadi pada kromosom non homolog, misalnya Rhaphanobrassica
(akar seperti kol, daun mirip lobak).
2. Aneuploid (an = tidak; eu = benar; Ploid = Unit) Yaitu jenis mutasi dimana terjadi
perubahan jumlah kromosom. Mutasi kromosom ini tidak melibatkan seluruh genom yang
berubah, rnelainkan hanya terjadi pada salah satu kromosom dari genom. Mutasi ini disebut
juga dengan istilah aneusomik. Penyebab mutasi ini adalah anafase lag (peristiwa tidak
melekatnya benang-benang spindle ke sentromer) dan nondisjunction (gagal berpisal).
Macam-macam aneusomik antara lain sebagai berikut.
monosomik (2n-1); yaitu mutasi karena kekurangan satu kromosom, misalnya Sindrom
Turner pada manusia dimana jumlah kromosomnya 45 dan kehilangan 1 kromosom kelamin
(22AA+X0).
nullisomik (2n-2); yaitu mutasi karena kekurangan dua kromosom
trisomik (2n + 1); yaitu mutasi karena kelebihan satu kromosom, misalnya Sindrom
Klinefelter pada manusia dengan kariotipe 22AA+XXY dan Sindrom Jacobs (22AA+XYY).
tetrasomik (2n * 2); yaitu mutasi karena kelebihan dua kromosom.
2. Mutasi Kromosom Akibat Perubahan Struktur Kromosom
Mutasi karena perubahan struktur kromosom atau kerusakan bentuk kromosom disebut juga
dengan istilah aberasi. Macam-macam aberasi dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Delesi atau defisiensi
Delesi adalah mutasi karena kekurangan segmen kromosom. Penghilangan dapat terjadi pada
segmen panjang lengan kromosom seperti yang dilaporkan pada tanaman gandum. Tergantung
pada gen dan tingkat ploidi, defisiensi dapat menyebabkan kematian, separuh kematian, atau
menurunkan viabilitas. Pada tanaman defisiensi yang ditimbulkan oleh perlakuan bahan mutagen
(radiasi) sering ditunjukkan dengan munculnya mutasi klorofil. Kejadian mutasi klorofil
biasanya dapat diamati pada stadia muda (seedling stag), yaitu dengan adanya perubahan warna
pada daun tanaman. Macam-macam delesi antara lain:
Delesi terminal; ialah delesi yang kehilangan ujung segmen kromosom.
Delesi intertitial; ialah delesi yang kehilangan bagian tengah kromosom
Delesi cincin; ialah delesi yang kehilangan segmen kromosom sehingga berbentuk lingkaran
seperti cincin.
Delesi loop; ialah delesi cincin yang membentuk lengkungan pada kromosom lainnya.
2. Duplikasi
Mutasi karena kelebihan segmen kromosom. Mutasi ini terjadi pada waktu meiosis, sehingga
memungkinkan adanya kromosom lain (homolognya) yang tetap normal. Duplikasi
menampilkan cara peningkatan jumlah gen pada kondisi diploid. Dulikasi dapat terjadi melalui
beberapa cara seperti: pematahan kromosom yang kemudian diikuti dengan transposisi segmen
yang patah, penyimpangan dari mekanisme crossing-over pada meiosis (fase pembelahan sel),
rekombinasi kromosom saat terjadi translokasi, sebagai konsekuensi dari inversi heterosigot, dan
sebagai konsekuensi dari perlakuan bahan mutagen. Beberapa kejadian duplikasi telah
dilaporkan dapat miningkatkan viabilitas tanaman. Pengaruh radiasi terhadap duplikasi
kromosom telah banyak dipelajari pada bermacam jenis tanaman seperti jagung, kapas, dan
barley.
3. Translokasi.
Translokasi ialah mutasi yang mengalami pertukaran segmen kromosom ke kromosom non
homolog. Macam-macam translokasi antara lain sebagai berikut.
l. Translokasi homozigot (resiprok)
Translokasi homo zigot ialah translokasi yang mengalami pertukaran segmen kedua kromosom
homolog dengan segmen kedua kromosom non homolog.
2. Translokasi heterozigot (non resiprok)
Translokasi heterozigot ialah translokasi yang hanya mengalami pertukaran satu segmen
kromosom ke satu segmen kromosom nonhomolog.
3. Translokasi Robertson
Translokasi Robertson ialah translokasi yang terjadi karena penggabungan dua kromosom
akrosentrik menjadi satu kromosom metasentrik, maka disebut juga fusion (penggabungan).
Translokasi terjadi apabila dua benang kromosom patah setelah terkena energi radiasi, kemudian
patahan benang kromosom bergabung kembali dengan cara baru. Patahan kromosom yang satu
berpindah atau bertukar pada kromosom yang lain sehingga terbentuk kromosom baru yang
berbeda dengan kromosom aslinya. Translokasi dapat terjadi baik di dalam satu kromosom
(intrachromosome) maupun antar kromosom (interchromosome). Translokasi sering mengarah
pada ketidakseimbangan gamet sehingga dapat menyebabkan kemandulan (sterility) karena
terbentuknya chromatids dengan duplikasi dan penghapusan. Alhasil, pemasangan dan
pemisahan gamet jadi tidak teratur sehingga kondisi ini menyebabkan terbentuknya tanaman
aneuploidi. Translokasi dilaporkan telah terjadi pada tanaman Aegilops umbellulata dan Triticum
aestivum yang menghasilkan mutan tanaman tahan penyakit.
4) Inversi
Inversi ialah mutasi yang mengalami perubahan letak gen-gen, karena selama meiosis kromosom
terpilin dan terjadi kiasma. Inversi terjadi karena kromosom patah dua kali secara simultan
setelah terkena energi radiasi dan segmen yang patah tersebut berotasi 180o dan menyatu
kembali. Kejadian bila centromere berada pada bagian kromosom yang terinversi disebut
pericentric, sedangkan bila centromere berada di luar kromosom yang terinversi disebut
paracentric. Inversi pericentric berhubungan dengan duplikasi atau penghapusan chromatid yang
dapat menyebabkan aborsi gamet atau pengurangan frequensi rekombinasi gamet. Perubahan ini
akan ditandai dengan adanya aborsi tepung sari atau biji tanaman, seperti dilaporkan terjadi pada
tanaman jagung dan barley. Inversi dapat terjadi secara spontan atau diinduksi dengan bahan
mutagen, dan dilaporkan bahwa sterilitas biji tanaman heterosigot dijumpai lebih rendah pada
kejadian inversi daripada translokasi. Macam-macam inversi antara lain sebagai berikut.
a) Inversi parasentrik; teriadi pada kromosom yang tidak bersentromer.
b) lnversi perisentrik; terjadi pada kromosom yang bersentromer.
5) Isokromosom
lsokromosom ialah mutasi kromosom yang terjadi pada waktu menduplikasikan diri, pembelahan
sentromernya mengalami perubahan arah pembelahan sehingga terbentuklah dua kromosom
yang masing – masing berlengan identik (sama). Dilihat dari pembelahan sentromer maka
isokromosom disebut juga fision, jadi peristiwanya berlawanan dengan translokasi Robertson
(fusion) yang mengalami penggabungan.
6) Katenasi
Katenasi ialah mutasi kromosom yang terjadi pada dua kromosom non homolog yang pada
waktu membelah menjadi empat kromosom, salinq bertemu ujung-ujungnya sehingga
membentuk lingkaran.
B. Penyebab Mutasi (Mutagen)
Penyebab mutasi dalam lingkungan dapat bersifat fisik, kimia, dan biologis.
1. Mutagen Fisik
Penyebab mutasi dalam lingkungan yang bersifat fisik adalah radiasi dan suhu. Radiasi sebagai
penyebab mutasi dibedakan menjadi radiasi pengion dan radiasi bukan pengion. Radiasi pengion
adalah radiasi berenergi tinggi sedangkan radiasi bukan pengion adalah radiasi berenergi rendah.
Contoh radiasi pengion adalah radiasi sinar X, sinar gamma, radiasi sinar kosmik. Contoh radiasi
bukan pengion adalah radiasi sinar UV. Radiasi pengion mampu menembus jaringan atau tubuh
makhluk hidup karena berenergi tinggi. Sementara radiasi bukan pengion hanya dapat menembus
lapisan sel-sel permukaan karena berenergi rendah. Radiasi sinar tersebut akan menyebabkan
perpindahan elektron-elektron ke tingkat energi yang lebih tinggi. Ataom-ataom yang memiliki
elektron-elektron sedemikian dinyatakan tereksitasi atau tergiatkan. Molekul-molekul yang
mengandung atom yang berada dalam keadaan tereksitasi maupun terionisasi secara kimiawi
lebih reaktif daripada molekul yang memiliki atom-atom yang berada dalam kondisi stabil.
Raktivitas yang meningkat tersebut mengundang terjadinya sejumlah reaksi kimia, terutama
mutasi. Radiasi pengion dapat menyebabkan terjadinya mutasi gen dan pemutusan kromosom
yang berakibat delesi, duplikasi, insersi, translokasi serta fragmentasi kromosom umumnya.
2. Mutagen Kimiawi
Penyebab mutasi dalam lingkungan yang bersifat kimiawi disebut juga mutagen kimiawi.
Mutagen-mutagen kimiawi tersebut dapat dipilah menjadi 3 kelompok, yaitu analog basa, agen
pengubah basa dan agen penyela. Senyawa yang merupakan contoh analog basa adalah 5-
Bromourasil (5 BU). 5-BU adalah analog timin. Dalam hubungan ini posisi karbon ke-5
ditempati oleh gugus brom padahal posisi itu sebelumnya ditempati oleh gugus metil.
Keberadaan gugus brom mengubah distribusi muatan serta meningkatkan peluang terjadinya
tautomerik. Senyawa yang tergolong agen pengubah basa adalah mutagen yang secara langsung
mengubah struktur maupun sifat kimia dari basa, yang termasuk kelompok ini adalah agen
deaminasi, agen hidroksilasi serta agen alkilasi. Perlakuan dengan asam nitrit, misalnya, terhadap
sitosin akan menghasilkan urasil yang berpasangan dengan adenin sehingga terjadi mutasi dari
pasangan basa S-G menjadi T-A. Agen hidroksilasi adalah mutagen hydroxammin yang bereaksi
khusus dengan sitosin dan menguabhnya sehingga sitosisn hanya dapat berpasangan dengan
adenin. Sebagai akibatnya terjadi mutasi dari SG menjadi TA.agen alkilasi mengintroduksi
gugus alkil ke dalam basa pada sejumlah posisi sehingga menyebabkan perubahan basa yang
akibatnya akan terbentuk pasangan basa yang tidak lazim. Senyawa yang tergolong agen
interkalasi akan melakukan insersi antara basa-basa yang berdekatan pada sati atau kedua unting
DNA. Contoh agen interkalasi adalah proflavin, aeridine, ethidium bromide, dioxin dan ICR-70.
C. Pedigree
D. Pola Pewarisan Sifat
E. Konseling dan Edukasi pada penderita Fragile X Syndrome