LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

66
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2 SISTEM ENDOKRIN Oleh : Kelompok 4 Ucha Desty Ria Ferry Akip Febe Memed

Transcript of LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

Page 1: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 2

SISTEM ENDOKRIN

Oleh : Kelompok 4

Ucha

Desty

Ria

Ferry

Akip

Febe

Memed

Dona

Amanda

Page 2: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

Lini

Ismed

Program Studi Pendidikan Dokter

Universitas Lampung

2011

Skenario 2

Page 3: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

STEP 1

1. Hormon : Zat perantara kimiawi yang keluar dari kelenjar

endokrin yang masuk ke sistem peredaran darah yang menuju ke organ-

organ spesifik dan memiliki resepto-reseptor yang khas.

2. Pertumbuhan : Proses pertambahan volume dan jumlah dalam sel

tubuh, mempengaruhi bentuk tubuh, yang bersifat irreversible.

Page 4: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

STEP 2

1. Apa yang mempengaruhi seseorang dapat menjadi tinggi atau pendek?

2. Apa hubungan antara pertambahan tinggi badan dan vitamin D?

3. Apa fungsi hormon dan klasifikasi hormon?

4. Apa sifat-sifat dari hormon?

5. Bagaimana cara kerja hormon? Bagaimana pembentukan/ sintesis

hormon?

6. Apa yang termasuk organ-organ endokrin dan hormon yang dihasilkan?

Histologi organ endokrin dan limfoid?

7. Apa perbedaan dari endokrin dengan eksokrin?

8. Apa hubungan sistem endokrin dengan sistem syaraf?

9. Apa pengaruh enzim terhadap hormon?

10. Apa faktor perangsang dan penghambat hormon?

STEP 3

1. Growth Hormon

Genetik (Keturunan)

Asupan nutrisi

Tidur berkualitas

Olahraga teratur

2. Vitamin D merupakan vitamin yang berfungsi dalam pertumbuhan tulang

3. Fungsi hormon

a. Memacu pertumbuhan dan metabolisme tubuh.

b. Memacu reproduksi.

c. Mengatur keseimbangan cairan tubuh/homeostasis.

d. Mengatur tingkah laku.

Klasifikasi hormon

4. hidrofilik dan lipofilik

5. Sintesis hormon tergantung dari jenis hormonnya : steroid, peptida, amin.

6. 1. Kelenjar hipophysis/pituitary di dasar cerebrum, dibawah hypothalamus.

Page 5: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

2. Kelenjar pineal/epiphysis di cerebrum.

3. Kelenjar thyroid di daerah leher.

4. Kelenjar parathyroid di dekat kelenjar thyroid.

5. Kelenjar thymus di rongga dada.

6. Kelenjar adrenal/suprarenalis di atas ren.

7. Kelenjar pulau langerhans/pankreas di rongga perut.

8. Kelenjar Usus dan lambung di rongga perut.

9. Kelenjar kelamin :

a. Ovarium di rongga perut.

b. Testis di rongga perut bawah.

7. Eksokrin kelenjar disekresikan dengan duktus, sedangkan endokrin kelenjar

disekresikan tanpa duktus.

8. Sama-sama mengatur sistem kerja tubuh.

9. Enzim membantu dalam kerja hormon, contoh enzim proteolitik, mengubah

hormon protohormon menjadi hormon aktif.

10. obesitas, peningkatan kadar glukosa, peningkatan asam amino : penghambat.

Olahraga, penurunan kadar glukosa, penurunan asam amino : perangsang.

STEP 4

1. 4 Faktor yang Mempengaruhi Tinggi Badan

1. Genetik (Keturunan)

Faktor ini cukup dominan dalam menentukan tinggi badan seseorang. Anda

dapat mengamati bahwa orang-orang Afrika meskipun tidak mendapatkan

gizi makanan yang baik, namun memiliki postur yang tinggi. Hal itu dapat

terjadi lebih dikarenakan faktor keturunan atau genetik ini. Namun tentu saja

Page 6: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

hal itu bukanlah suatu kepastian, namun hanya kecenderungan medis telah

diamati.

2. Asupan nutrisi

Gizi makanan sangat penting dalam membantu pertumbuhan tinggi badan

seseorang. Gizi makanan yang dikonsumsi orang Eropa sehari-hari jauh

lebih baik daripada gizi makanan yang dikonsumsi oleh orang-orang Asia.

Susu adalah makanan yang memiliki gizi ´sempurna´ bagi pertumbuhan

tulang (tubuh). Susu mengandung semua zat yang dibutuhkan tulang untuk

bertambah panjang.

3. Tidur Berkualitas

Hormon pertumbuhan bekerja ´penuh´ sewaktu tidur. Semakin berkualitas

tidur seseorang, maka hormon pertumbuhan semakin bekerja optimal.

Tinggi badan anda bertambah sewaktu bangun tidur (biasanya 1-2 cm). Ini

disebabkan oleh karena adanya pertambahan panjang tulang rawan pada

punggung dan kaki. Namun pertambahan ini bersifat sementara saja. Tidur

yang sangat menunjang bagi pertumbuhan badan adalah tidur lelap (deep

sleep) selama kurang lebih 7-8 jam tanpa terputus-putus, tanpa perasaan

gelisah dan tanpa mimpi.

2. Olahraga teratur

Olahraga teratur dapat memacu produksi hormon pertumbuhan oleh tubuh

sehingga dapat menambah tinggi badan secara signifikan. Gerakan-gerakan

dalam renang dan basket juga secara langsung merangsang tulang kaki dan

punggung untuk bertambah panjang dan panjang.

Salah satu fungsi hormon pertumbuhan yaitu dapat mempengaruhi

pertumbuhan ketebalan dan panjang tulang. Ada 2 mekanisme utama

pertumbuhan tulang.Yang pertama berupa penambahan panjang tulang

dimana hormon pertumbuhan akan merangsang kartilago epifisis yang

menyebabkan penimbunan kartilago yang baru diikuti pengubahan

menjadi tulang baru. Hal ini akan membuat tulang semakin panjang dan

mendorong epifisis jauh terpisah. Mekanisme yang kedua adalah

berupa penambahan ketebalan tulang. Hormon pertumbuhan akan

merangsang osteoblas yang ada di periosteum untuk membentuk

Page 7: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

tulang yang baru pada permukaan tulang yang lama dan kecepatan

kerja osteoblas yang tinggi ini melebihi kecepatan osteoklas dalam

mengabsorpsi (memecah) tulang yang lama sehingga ketebalan tulang

meningkat.

Hormon pertumbuhan juga mempunyai efek lain selain

pertumbuhan tulang yaitu efek metabolisme meliputi:

Peningkatan kecepatan sintesa protein;

Peningkatan mobilisasi asam lemak dari jaringan adiposa;

Penurunan pemakaian glukosa seluruh tubuh,peningkatan

endapan glikogen dalam sel dan peningkatan sekresi insulin.

Efek negatif yang dapat ditimbulkan GH yaitu:

Penurunan sekresi kelenjar hipofisis anterior atau defisiensi

seluruh sekresi kelenjar hipofisis anterior dapat menyebabkan

Panhipopituitarisme dan Dwarfisme;

Produksi hormon pertumbuhan yang terlalu aktif dapat

menyebabkan Gigantisme dan Akromegali.

2. Vitmin D berperan dalam meningkatkan absorpsi kalsium dari pada usus,

juga memiliki efek yang penting bagi pembentukan dan absorpsi tulang.

Agar dapat digunakan vitamin D harus diubah dulu menjadi 1,25-

Dihidroksikolekalsiferol [1,25(OH)2D3]. Vitamin D yang kita telan identik

dengan kolekalsiferol (D3) yang terdapat pada kulit. Berikut proses

perubahannya :

Page 8: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

Vitamin D3 yang biasa juga disebut kolekalsiferol adalah yang terpenting

dari senyawa-senyawa tersebut dan dibentuk di kulit akibat radiasi 7-

dehidrokolesterol yang normalnya dijumpai di kulit, oleh sinar ultraviolet

dari matahari. Senyawa vitamin D yang kita telan dalam makanan identik

dengan kolekalsiferol yang dibentuk di kulit.

Proses pengubahan kolekalsiferol menjadi 25-hidroksikolekalsiferol yang

terjadi di hati memiliki efek penginhibisi, sehingga walaupun asupan

vitamin D dapat meningkatkan beberapa kali dan namun konsentrasi 25-

hidroksikolekalsiferol hampir normal, serta konversi terkontrol dari

vitamin D3 menjadi 25-hidroksikolekalsiferol ini akan mempertahankan

vitamin D yang disimpan di hati untuk penggunaan lebih lanjut di masa

Page 9: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

mendatang. Vitamin D yang telah dikonversi akan bertahan selama

beberapa minggu,sedangkan dalam bentuk Vitamin D3 dapat disimpan di

hati selama berbulan-bulan.

Perubahan dari 25-Hidroksikolekalsiferol menjadi 1,25-

Dihidroksikolekalsiferol di tubulus proksimal ginjal. Zat terakhir ini

merupakan yang paling aktif, karena produk sebelumnya memiliki efek

sebesar kurang dari 1/1000. Jika tidak terdapat ginjal, vitamin D akan

kehilangan hampir semua keefektifannya. Dan PTH disini berperan dalam

proses perubahan zat tersebut, sehingga PTH sangat berperan dalam

menentukan efek fungsional tubuh.

Ion kalsium sangat berperan dalam proses perubahan 25-

hidroksikolekalsiferol menjadi 1,25-Dihidroksikolekalsiferol. Saat

konsentrasi ion kalsium melebihi 9 sampai 10mg/100ml, mampu

mempengaruhi PTH untuk merubah 25-kolekalsiferol menjadi 24,25-

dihidroksikolekalsiferol yang hampir sama sekali tidak memiliki efek

vitamin D. Meningkatnya konsentrasi ion kalsium plasma akan

menurunkan pembentukan 1,25-Dihidroksikolekalsiferol. Kurangnya zat

ini akan mengurangi absorpsi kalsium pada usus, tulang serta tubulus

ginjal, sehingga ion kalsium akan kembali menuju nilai normalnya.

KERJA VITAMIN D

o 1,25-Dihidroksikolekalsiferol meningkatkan pembentukan protein

pengikat kalsium di sel epitel usus selama 2 hari. Protein ini brfungsi

di bush border sel-sel tersebut untuk mengangkut kalsium ke

sitoplasma sel, dan selanjutnya kalsium bergerak melalui membrane

basolateral secara difusi terfasilitasi. Protein ini tetap berada dalam

tubuh selama beberapa minggu setelah 1,25-dihidroksikolekalsiferol

dibuang dari tubuh, sehingga menimbulkan efek absorpsi usus yang

berkepanjangan.

o Aliran masuk fosfat akan melalui epitel saluran cerna akan

dipermudah oleh vitamin D. Diyakini ini karena pengaruh dari 1,25-

Dihidroksikolekalsiferol, dan selanjutnya kalsium bertindak sebagai

mediator untuk fosfat.

Page 10: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

o Vitamin D berperan dalam absorpsi kalsium dan fosfat oleh sel epitel

tubulus ginjal, sehingga cenderung untuk mengurangi ekskresi zat-zat

ini dalam urin. Walaupun peranan ini masih lemah.

Bila tidak ada vitamin D, peranan PTH dalam absorpsi kalsium

akan sangat berkurang malah bisa dicegah. Vitamin D dengan jumlah yang

lebih kecil akan meningkatkan kalsifikasi tulang. Salah satu cara untuk

meningkatkan hal trsebut adalah dengan meningkatkan absorpsi kalsium

dan fosfat dari usus, walaupun tidak terjadi seperti itu vitamin D

meningkatkan mineralisasi tulang.

3. Fungsi Hormon :

Hormon membantu dan memastikan tumbesaran manusia yang

lebih sempurna dengan mengawal dan memastikan fundsi dan

koordinasi setiap organ.

Hormon mengawal proses metabolisma dan membolehkan

pencapaian kesihatan yang lebih baik.

Berfungsi dalam reproduksi

Berfungsi dalam pembentukan sel darah merah

Berrfungsi dalam pengaturan tubuhm seperti sistem syaraf

Klasifikasi hormon :

Hormon dapat diklasifikasikan melalui berbagai cara yaitu menurut komposisi

kimia, sifat kelarutan, lokasi reseptor dan sifat sinyal yang mengantarai kerja

hormon di dalam sel

• Klasifikasi hormon berdasarkan senyawa kimia pembentuknya

1.Golongan Steroid→turunan dari kolestrerol

2.Golongan Eikosanoid yaitu dari asam arachidonat

3.Golongan derivat Asam Amino dengan molekul yang kecil

→Thyroid,Katekolamin

4.Golongan Polipeptida/Protein

→Insulin,Glukagon,GH,TSH

• Berdasarkan sifat kelarutan molekul hormon

1. Lipofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam lemak

Page 11: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

2. Hidrofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam air

• Berdasarkan lokasi reseptor hormon

1.Hormon yang berikatan dengan hormon dengan reseptor intraseluler

2.Hormon yang berikatan dengan reseptor permukaan sel (plasma

membran)

• Berdasarkan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam

sel:kelompok

Hormon yang menggunakan kelompok second messenger senyawa

cAMP,cGMP,Ca2+,

Fosfoinositol, Lintasan Kinase sebagai mediator intraseluler

4. Sifat-sifat hormon

Hormon Hidrofilik

Hidrofilik berarti suka air. Hormon ini larut dalam air serta kurang larut

dalam lemak. Kebanyakan hormon jenis ini merupakan hormon peptida

atau protein yang terdiri dari asam amino spesifik dengan panjang yang

bervariasi. Peptida lebih pendek sedangkan protein yang lebih panjang.

Untuk mempermudah, kedua jenis ini dapat dikategorikan sebgai peptida.

Insulin yang disekresikan oleh pankreas merupakan salah satu jenis

hormon peptida. Selain itu, ada pula amina yang merupakan turunan dari

asam amino. Hormon amina ada dua jenis juga, yaitu hidrofilik, seperti

katekolamin dan indolame amina, serta jenis lipofilik, seperti hormon

tiroid. Katekolamin diturunkan dari asam amino tirosin dan sebagian

besar disekresikan di medulla adrenal. Epinefrin adalah jenis hormon

katekolamin yang paling utama. Indole amina diturunkan dari asam

amino triptofan dan disekresikan di kelenjar pineal. Melatonin adalah

satu satunya jenis hormon indole amina. Beberapa neurotansmiter juga

merupakan amina seperti dopamin dan serotinin. Dopamin berfungsi

sebagai neurohormon (dari katekolamin) sedangkan serotinin adalah

prekusor melatonin.

Hormon Lipofilik

Page 12: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

Hormon lipofilik larut baik dalam lemak dan kurang larut dalam air.

Contoh utamanya adalah hormon tiroid dan steroid.Sesuai dengan

namanya, hormon tiroid dihasilkan di kelenjar tiroid dan merupakan

turunan dari tirosin beriodin. Walaupan katekolamin dan tiroid keduanya

diturunkan dari tirosin, sifat mereka berbeda karena kelarutannya juga

berbeda. Steroid merupakan lipid netral yang diturunkan dari kolesterol.

Termasuk hormon yang disekresikan oleh korteks adrenal, seperti

kortisol dan hormon sex (testosteron pada pria dan estrogen pada

wanita) yang disekresikan organ reproduktif.

5. Sintesis Hormon

a. Hormon Protein-Peptida.

Page 13: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

Sintesis hormon ini diawali dari proses transkripsi dan translasi mRNA ke

ribosom yang ada di retikulum endoplasma (RE Kasar). Ketika mRNA

berada di RE kasar, maka RE kasar akan mensintesis protein besar yang

belum memiliki aktivitas biologis (pra-prohormon). Kemudian pra-

prohormon akan dipecah kembali menjadi prohormon yang ukurannya

lebih kecil. Materi prohormon akan dibawa/ditransfer ke Aparatus Golgi

untuk dilakukan suatu pengemasan dengan vesikel sekretoris. Namun

selama proses pengemasan itu berlangsung, enzim-enzim yang ada di

dalam vesikel sektretoris ini akan memecah kembali prohormon menjadi

hormon-hormon yang ukurannya jauh lebih kecil lagi. Ketika proses

pengemasan ini selesai, maka hormon ini akan disimpan di sitoplasma

dalam vesikel sekretoris. Proses sekresi hormon ini terjadi ketika vesikel

sekretoris menempel dengan membran sel, materi yang ada dalam

granularnya akan keluar ke dalam cairan ektraseluler ataupun langsung

ke vaskularisasi melalui cara eksositosis. Pada umumnya, stimulus

eksositosis ini terjadi ketika adanya peningkatan konsentrasi kalsium di

sitosol akibat adanya depolarisasi membran sel. Namun pada sisi lain,

stimulus reseptor pada permukaan sel endokrin akan meningkatkan

siklik adenosin monophosfat (cAMP) dan aktivasi protein kinase sehingga

mengawali terjadinya sekretoris hormon.

b. Hormon Steroid

Struktur kimia hormon steroid mirip dengan struktur kimia

kolesterol, dan pada sebagian besar keadaan, hormon-hormon tersebut

disintesis dari kolesterol itu sendiri. Hormon steroid bersifat larut lemak

dan terdiri atas tiga cincin sikloheksil dan satu cincin siklopentil yang

tergabung menjadi sebuah struktur.

Page 14: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

Meskipun sel endokrin penghasil steroid memiliki sedikit simpanan

hormon steroid, sejumlah besar simpanan ester kolesterol dapat

dimobilisasi secara cepat untuk mensintesis steroid setelah adanya

stimulus. Banyak kolesterol di sel penghasil steroid yang berasal dari

plasma, namun sintesis kolesterol de novo juga terjadi di sel penghasil

steroid. Karena steroid sangat larut dalam lemak, begitu disintesis,

steroid akan berdifusi dengan mudah melalui membran sel dan memasuki

cairan interstisial dan kemudian akan masuk ke dalam darah.

a. Hormon Amin berasal dari tiroksin

Dua kelompok yang berasal dari tirosin, yaitu hormon medula

adrenal dan tiroid, dibentuk oleh kerja enzim di kompartemen sitoplasma

sel kelenjar. Hormon tiroid disintesis dan disimpan di kelenjar tiroid serta

terikat pada molekul makro protein tiroglobulin, yang disimpan di folikel

besar di dalam kelenjar tiroid. Sekresi hormon terjadi ketika hormon

amin tersebut terlepas dari tiroglobulin, dan hormon yang bebas tersebut

kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah. Setelah masuk ke dalam

darah, sebagian besar hormon tiroid akan bergabung dengan protein

plasma, terutama globulin pengikat tiroksin, yang melepaskan hormon

tersebut perlahan-lahan.

Epinefrin dan norepinefrin dibentuk di medula adrenal, yang normalnya

menyekresi epinefrin dengan jumlah kira-kira empat kali lebih banyak

dibandingkan jumlah norepinefrin. Hormon katekolamin tersebut

ditangkap oleh vesikel prabentuk dan disimpan sampai hormon tersebut

Page 15: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

disekresikan. Mirip dengan hormon protein yang disimpan dalam granula

sekretoris, katekolamin juga dilepaskan dari sel medula adrenal dengan

cara eksositosis. Dalam sirkulasi, hormon tersebut dapat terdapat di

plasma secara bebas ataupun terikat dengan zat lain.

Mekanisme Kerja Hormon

Langkah pertama kerja suatu hormon adalah pengikatan hormon

pada reseptor spesifik target. Reseptor untuk beberapa hormon terletak pada

membran sel target, sedangkan reseptor hormon yang lain terletak di

sitoplasma atau di nukleus. Ketika hormon terikat pada reseptornya, maka

akan terjadi inisiasi serangkaian reaksi di dalam sel.

Reseptor hormon merupakan protein berukuran besar yang

bekerja secara spesifik untuk sebuah hormon. Hal ini menentukan jenis

hormon yang akan bekerja pada jaringan tertentu. Jaringan target yang

dipengaruhi oleh suatu hormon adalah jaringan yang memiliki reseptor

spesifiknya. Lokasi berbagai jenis reseptor hormon secara garis besar adalah

sebagai berikut :

1. Di dalam permukaan atau pada permukaan membran sel. Reseptor

membran sebagian besar spesifik untuk protein, peptida dan hormon

katekolamin.

2. Di dalam sitoplasma sel. Reseptor utama untuk berbagai hormon steroid

terutama ditemukan dalam sitoplasma.

3. Di dalam nukleus sel. Reseptor untuk hormon tiroid dijumpai di nukleus

dan lokasinya diyakini berhubungan erat dengan satu atau lebih

kromosom.

Reseptor hormon dapat diatur jumlah dan sensivitasnya. Jumlah

reseptor di sel target biasanya tidak konstan. Reseptor protein itu sendiri

dalam fungsinya sering kali dinonaktifkan atau dihancurkan, dan pada waktu

yang lain, reseptor tersebut diaktifkan kembali atau terbentuk reseptor baru

dengan mekanisme pembentukan reseptor. Peningkatan kadar hormon dan

penambahan ikatan antara hormon dengan reseptor kadang dapat

Page 16: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

menimbulkan pengurangan jumlah reseptor yang aktif. Down-regulation dari

reseptor ini dapat terjadi sebagai akibat dari :

1. Inaktifnya sejumlah molekul reseptor;

2. Inaktifnya sejumlah molekul sinyal protein intrasel;

3. Sekuestrasi reseptor untuk sementara waktu ke dalam sel (jauh dai

tempat kerja hormon);

4. Destruksi reseptor oleh lisosom;

5. Pengurangan produksi reseptor.

Di setiap keadaan, down-regulation reseptor akan mengurangi

respon jaringan target terhadap hormon. Namun ada sejumlah hormon yang

menimbulkan up-regulation reseptor dan protein pemberi sinyal intrasel,

yaitu hormon penstimulasi memacu pembentukan reseptor atau molekul

sinyal intrasel oleh perangkat pembentukan protein sel target. Bila terjadi,

jaringan target akan menjadi semakin sensitif terhadap efek stimulasi

hormon terkait.

Penghantaran sinyal intrasel setelah aktivasi reseptor hormon

yang terlebih dahulu membentuk komplek reseptor-hormon hampir tanpa

pengecualian. Hal ini mengubah fungsi reseptor itu sendiri, dan reseptor yang

teraktivasi akan mengawali terjadinya efek hormonal. Berikut adalah contoh

jenis interaksi.

1. Reseptor terkait-kanal ion. Hampir semua neurotransmitter seperti

asetilkolin dan norepinefrin, bergabung dengan reseptor di membran

pascasinaps. Hal tersebut hampir selalu menimbulkan perubahan

struktur reseptor, yang biasanya membuka atau menutup suatu kanal

untuk satu ion atau lebih. Sebagian reseptor terkait kanal ion ini

membuka atau menutup kanal untuk ion kalium, sebagian lagi untuk ion

natrium, dan sebagian lagi untuk ion kalsium serta untuk ion-ion lainnya.

Perubahan pergerakan ion ini akan menimbulkan efek yang

berkelanjutan pada sel pascasinaps. Meskipun beberapa hormon dapat

melakukan sebagian pekerjaannya melalui aktivasi reseptor kanal ion,

kebanyakan hormon yang membuka atau menutup kanal ion akan

melakukan hal tersebut secara tidak langsung dengan cara terangkai pada

reseptor terkait-enzim atau reseptor terkait-protein G.

Page 17: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

GTP).

2. Reseptor terkait-protein G. Banyak hormon mengaktivasi reseptor yang

secara tidak langsung mengatur aktivitas protein target dengan cara

terangkai pada kelompok protein membran sel yang disebut protein

pengikat-GTP heterometrik (protein G). Terdapat lebih dari 1000

reseptor terkait-protein G yang telah diketahui, dan semuanya memiliki 7

segmen transmembran yang melengkung ke dalam dan keluar membran.

Sebagian reseptor yang menonjol ke dalam sitoplasma sel terangkai pada

protein G yang meliputi tiga bagian yaitu subunit alfa, beta dan gamma.

Ketika hormon terkait pada bagian ekstrasel reseptor, terjadi perubahan

bentuk reseptor yang mengaktifkan protein G dan menginduksi sinyal

intrasel yang dapat membuka atau menutup kanal ion membran sel atau

mengubah aktivitas enzim dalam sitoplasma. Pada keadaam inaktif,

subunit alfa, beta dan gamma akan membentuk kompleks yang mengikat

guanosin difosfat (GDP) pada subunit alfa. Ketika reseptor teraktifasi,

reseptor akan mengalami perubahan bentuk yang mengakibatkan protein

G trimetrik yang terkait-GDP berhubungan dengan bagian ujung reseptor

di sitoplasma dan terjadi pertukaran GDP menjadi guanosin trifosfat

(GTP).

Penggantian GDP dengan GTP akan mengakibatkan subunit alfa

terdisosiasi dari kompleks trimetrik dan berhubungan dengan protein

pensinyal intrasel lainnya. Protein ini selanjutnya mengubah aktifitas

Page 18: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

kanal ion atau aktifitas enzim intrasel yang akan mengubah fungsi sel.

Proses penghantaran sinyal terhenti ketika hormon terlepas dan subunit

alfa mengaktifkan dirinya sendiri dengan cara mengubah GTP menjadi

GDP, lalu subunit alfa akan berikatan kembali dengan subunti lainnya

sehingga membentuk kompleks protein G yang inaktif kembali.

6. Organ-organ endokrin dan hormon yang dihasilkan

Page 19: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2
Page 20: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2
Page 21: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2
Page 22: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

No. Nama Hormon Fungsi

1. TRH,CRH,GnRH,GHRH,GHIH,PRH,PIH Mengontrol pengeluaran

hormon-hormon hipofisis

anterior

2. TSH Merangsang sekresi T3 dan

T4

3. ACTH Merangsang sekresi Kortisol

4. GH Penyebab pertumbuhan,

Page 23: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

merangsang pertumbuhan

tulang dan jaringan lunak,

mempengaruhi metabolism

mencakup anabolisme

protein, mobilisasi lemak,

dan konservasi glukosa,

merangsang sekresi

somatostatin.

5. FSH Wanita : Mendorong

pertumbuhan dan

perkembangan folikel dan

merangsang sekresi estrogen

Pria : Merangsang produksi

sperma

6. LH Wanita : Merangsang Ovulasi,

perkembangan korpus

luteum, sekresi estrogen dan

progesterone

Pria : Merangsang sekresi

testosterone

7. Prolaktin Wanita : Mendorong

perkembangan payudara dan

merangsang sekresi susu.

8. T3 dan T4 Meningkatkan laju

metabolisme, esensial untuk

pertumbuhan normal dan

perkembangan saraf

9. Kalsitonin Untuk menurunkan

konsentrasi kalsium plasma

Page 24: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

10. Aldosteron Untuk meningkatkan

reabsorpsi dan sekresi

11. Kortisol Meningkatkan Glukosa darah

dengan mengorbankan

simpanan protein dan lemak

12. Androgen Berperan dalam lonjakan

pertumbuhan masa pubertas

dan dorongan seks pada

wanita

13. Epinefrin dan Norepinefrin Memperkuat system saraf

simpatis, berperan dalam

adaptasi terhadap stress dan

pengaturan tekanan darah

14. Insulin Mendorong penyerapan

penggunaan dan

penyimpanan nutrient oleh

sel

15. Glukagon Penting untuk

mempertahankan kadar

nutrient dalam darah selama

phase pasca absorptive

16. Somatostatin Menghambat pencernaan

dan penyerapan nutrient,

menghambat sekresi semua

hormone pancreas

17. PTH Meningkatkan konsentrasi

kalsium plasma, menurunkan

Page 25: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

konsentrasi kalsium dan

fosfat dalam plasma,

merangsang pengaktifan

Vitamin D

18. Estrogen Mendorong perkembangan

folikel, berperan dalam

pengembangan karakteristik

seks sekunder, merangsang

pertumbuhan uterus dan

payudara, mendorong

penutupan lempeng epifisis

19. Progesteron Mempersiapkan rahim untuk

kehamilan

20. Testosteron Merangsang produksi

sperma, bertanggung jawab

untuk perkembangan

karakteristik seks sekunder,

meningkatkan dorongan

seks, meningkatkan lonjakan

pertumbuhan masa pubertas,

menutup lempeng epifisis

21. Inhibin Menghambat sekresi FSH

22. Melatonin Di yakini menghambat

gonadotropin, mulainya

masa pubertas mungkin

disebabkan sekresi

melatonin

23. Renin Merangsang sekresi

Aldosteron

Page 26: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

24. Eritropoietin Merangsang produksi

eritosin

25. Somatomedin Mendorong pertumbuhan

26. Vitamin D Meningkatkan penyerapan

kalsium dan fosfat dari

makanan

27. Timosin Meningkatkan proliferasi dan

fungsi limfosit T

28. Peptida Natriuretik Atrium Menghambat reabsorpsi

Histologi Organ endokrin dan limfoid (LO)

7. 1. Kelenjar eksokrin yaitu kelenjar yang mempunyai saluran khusus dalam penyaluran

hasil sekretnya/getahnya.

Ex : kelenjar-kelenjar pencernaan.

2. Kelenjar endokrin yaitu kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus dalam

penyaluran hasil sekretnya/getahnya.

Ex : kelenjar hipofisis, thyroid, thymus dll.

8. Keduanya saling bekoordinasi untuk menyususn sistem koordinasi organisme

yang menyelaraskan semua aktivitas tubuh organisme.

Secara sederhana perbedaan keduanya dapat dinyatakan seperti ini

Sistem saraf (nervous system) dengan satuan terkecilnya yaitu sel neuron

mengkoordinasikan aktivitas organisme dengan respon secara cepat, misalnya

kalau tangan kita tertusuk duri maka dengan cepat sistem saraf menyampaikan

informasi tersebut ke otak (atau sumsum tulang belakang untuk reflek) lalu secara

cepat mengantarkan respon ke tangan yang tertusuk duri( efektor ).

Page 27: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

sedangkan sistem endokrin menyebarkan hormon untuk mengkoordinasi kerja

organ tertentu biasanya efeknya relatif lambat, sebut saja hormon pertumbuhan tsh

yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid mengatur pertumbuhan manusia tapi efeknya

tidak langsung seperti efek yang diberikan sistem saraf, efeknya baru dapat dilihat

beberapa bulan atau tahun selanjutnya.

Kedua sistem ini mempunyai hubungan yang sangat erat. Walaupun sistem

endokrin/sistem hormon diatur oleh master of glands/kelenjar hipofisis tetapi hal tersebut

tidaklah mutlak atau bersifat otonom. Hal ini karena kerja dari kelenjar hipofisis

tersebut dipengaruhi oleh hypothalamus.

Berikut ini adalah hubungan sistem hormon dengan sistem saraf yang digambarkan

dalam bentuk skema atau bagan :

9. EAVEFVEVERGVER

10. Penghambat :

Page 28: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

a. obesitas

b. peningkatan kadar glukosa

c. penigkatan asam amino

Perangsang :

a. olahraga

b. penurunan kadar glukosa

c. penurunan asam amino

STEP 5

LEARNING OBJECTIVE

1. Histologi organ-organ endokrin dan limfoid

2. Biokimia enzim dan endokrin

3. Anatomi organ-organ endokrin

4. Sekresi hormon steroid dan amin

STEP 6

Guyton,Arthur.1993.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 7.Jakarta:EGC

Sherwood,Lauralee.1996.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Jakarta:EGC

Moore,Keith.1995.Anatomi Klinis Dasar.Jakarta:Hipokrates

Junqueira,Luiz.2004.Histologi Dasar Teks dan Atlas.Jakarta:EGC

Page 29: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

STEP 7

1. Histologi organ-organ endokrin dan limfoid

Histologi organ endokrin

Untuk blok endokrin, yg dibahas hanya hypothalamus, pituitary, thyroid,

parathyroid, dan adrenal.

Karakteristik kelenjar endokrin

- Jaringan utama didominasi oleh sel kelenjar yg berfungsi menghasilkan hormon

- Tidak punya saluran khusus shg langsung difusi ke system vaskuler atau

limfatika

- Punya banyak vascularisasi

- Regulasinya dengan: sistem saraf, hormone kelenjar lain, kadar metabolit.

HYPOTHALAMUS

- Sbg releasing hormone : menghasilkan hormone yang digunakan untuk

mengatur hormone lain (hypophysis)

- Hypophysis menghasilkan hormone yang bersifat sbg profit. Maksudnya

hormone yang dihasilkan tidak langsung bekerja di suatu organ tapi bekerja di

organ endokrin lain untuk menghasilkan hormone yang lain.

- Hypophisis ada yang bekerja pada organ tertentu misal pada tulang (growth

hormone), pembentukan massa otot, metabolism lemak, hormone prolaktin yg

bekerja pada kelenjar mamae

Regulasi pada kelenjar endokrin dibedakan menjadi :

Page 30: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

a. Regulasi sistem hormonal

Misal: hypothalamus – mengeluarkan hormone – ke hypofisis – adenohypofisis

mengeluarkan hormone – ke kelenjar lain (thyroid, adrenal, gonad)

b. Regulasi humoral (dilihat dari kadar zat dalam plasma)

Misal: Ca menjadi stimulus hormone thyroid/parathyroid

c. Regulasi neural (saraf)

Misal : Pada medulla adrenal diproduksi neurotransmitter (terjadi karena

respon terhadap stimulus)

HYPOFISIS (Pituitary Gland)

- Terletak di basis crania pada sela tursica

- Terdiri dari 2 organ (dibedakan menurut pertumbuhan pada masa embriologi):

a. Adenohypophysis (anterior)

Merupakan pertumbuhan ke atas dari oral ectoderm.

b. Neurohypophisis (posterior)

Merupakan evaginasi (pertumbuhan ke bawah) dari diencephalon.

- Adenohypophisis terdiri dari

a. Pars distalis (lobus anterior) : paling dominan

b. Pars tuberalis : tangkai penghubung hypothalamus dan hypophysis

c. Pars intermedia : tidak tumbuh, hilang , dan tidak berfungsi.

Page 31: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

- Neurohypophisis tersusun oleh akson dari badan-badan sel dari hypothalamus.

Khususnya badan sel dari supraoptik dan paraventricular.

- Neurohypophisis bisa disebut bukan kelenjar endokrin karena dia hanyalah

kumpulan akson yang berfungsi menampung semua hormone dari saraf.

- Hormon dari hypothalamus – hyphofisis divaskularisasi oleh sistem

hypothalamus hypophysis portal system (sbg komunikasi hormone

hypothalamus agar mampu meregulasi hypophisis)

- Lobus anterior menghasilkan hormone ACTH, TSH, GH, Prolaktin

- Pars tuberalis (tangkai) : hormone gonadotropin seperti FSH dan LH

- Di hypothalamus terdapat nucleus (istilah untuk kumpulan badan sel) yang

aksonnya memanjang hingga neurohypophisis, membentuk suatu bangunan

yang disebut badan herring.

- Secara umum, hormone yg dihasilkan di hypothalamus-hypophsis dibedakan

jadi:

1. Diproduksi neuron hypothalamus (supraoptik & paraventrikuler) – disekresi

oleh neurohypophisis : ADH (vasopressin), oxytosin

2. Diproduksi neuron hypothamus (dari bagian lain) – disekresi ke

adenohypophisis (melalui media eminence / tangkai) : releasing hormone

3. Diproduksi adenohyphosis – disekresikan ke pembuluh darah : ACTH, TSH, dll

- Sistem vaskuler hypothalamus hyphophisis:

o Terdapat pleksus primer (percabangan dari arteri hypophisial superior) yang

menampung hormone dari media eminence

o Lalu dibawa ke adenohypophisis di mana terdapat pleksus sekunder

(gabungan dari pleksus primer yang membentuk vena)

o Lalu menuju ke vena colectiva untuk diedarkan ke seluruh tubuh.

Page 32: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

o Untuk neurohypophisis, langsung dikeluarkan ke vena untuk diedarkan ke

tubuh

- Secara mikroskopis

Adenohypophis:

o Tersusun dari sel kelenjar

o Pada preparat, tampak lebih gelap, jumlahnya banyak. Jika terlihat terang itu

adalah pembuluh darah.

o Pada umumnya dibedakan jadi

1. Sel asidofilik : sitoplasma menyerap warna asam

2. Sel basofilik : sitoplasma menyerap warna basa

3. Sel kromofob : sitoplasma tidak menyerap warna (tidak menghasilkan

hormone, sbg sel penyangga)

Neurohypophis:

o Tersusun dari akson

o Pada preparat, tampak putih (akson) dan sedikit sel, Jika diperkecil akan

tampak seperti serabut (akson). Bagian yang hitam merupakan inti sel dari sel

pituisit (merupakan salah satu jenis sel glia sbg penyokong)

ADRENAL / SUPRARENALIS

- Terdapat di ujung superior ginjal

- Merupakan gabungan dari 2 kelenjar dari pertumbuhan embriogenik yang

berbeda:

1. Bagian kortek : berasal dari mesoderm

2. Bagian medulla : berasal dari neural crest

Page 33: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

- Kortek membentuk 3 kelompok:

1. Zona glomerulosa : mengelompok seperti glomerolus (melingkar seperti

mangkuk) >> menghasilkan hormone mineralokortikoid (aldosteron)

2. Zona fasiculata : berjajar/berderet >> menghasilkan homon glukortikoid

(kortisol, kortikosteron, abdrogen)

3. Zona retikularis : berdekatan tidak teratur; berbatasan dengan medulla >>

menghasilkan hormone yang membantu pembentukan glukortikoid

- Medulla merupakan modifikasi dari neural crest shg memiliki sifat neural.

Menghasilkan katekolamine, epinephrine, norepinefrin.

- Regulasi secara hormonal :

Hypothalamus menghasilkan releasing hormone – menuju hipofisis –

adenohipofisis menghasilkan ACTH – ACTH menstimulasi kortek adrenal untuk

membentuk hormone – menuju sel target

- Kortek adrenal menghasilkan mineralokortikoid dipengaruhi oleh beberapa

factor :

1. Stress : meningkatkan kerja hypothalamus menghasilkan releasing hormone,

shg adenohypofis banyak menghasilkan ACTH

2. Penurunan volume/tekanan darah : shg ginjal banyak memproduksi rennin yg

secara tidak langsung mempengaruhi

3. Penurunan kadar Na atau peningkatan kadar K dalam darah

4. Peningkatan volume/tekanan darah : shg meningkatkan kerja jantung

menghasilkan ANP yang mempengaruhi

- Medulla tersusun dari sel kromafin, shg jika terjadi kanker disebut

kromafinoma.

Page 34: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

THYROID

- Terletak di bawah kartilago thyroidea

- Ada 2 lobus kanan dan kiri yang dihubungkan oleh isthmus.

- Menghasilkan hormone triiodothyrosin (T3) dan thyroxin (T4)

- Mekanisme regulasi:

Hypothalamus – menghasilkan releasing hormone (TRH) - ke adenopypophisis –

menghasilkan TSH – ke thyroid – menghasilkan thyroxin

- Thyroxin meningkat – efek negative – menghentikan stimulus di hiporhalamus

- Proses pengambilan ioduium:

Iodium diambil aktif oleh sel folikuler melalui chanel. Dengan adanya chanel ini

memungkinakan sel untuk melawan gradient kadar ioudioum, shg meskipun

iodium di dalam sel lebih tinggi dibandingkan plasma, ioduim tetap bisa masuk

ke sel.

Iodium masuk ke sel dibawa ke lumen melalui pintu pendrin (pendrikulum). Saat

melewati pendrikulum, iodium mengalami oksidasi.

Di dalam sel sendiri terjadi sintesis glikoprotein yang berfungsi utk mengikat

iodium yaitu tiroglobulin, tepatnya sintesis terjadi di dalam RE kasar.

Kemudian mengalami glukosilasi, lalu ditransport melalui sistem vakuola,

dibawa ke lumen secara eksositosis.

Dari penggabungan iodium dan tiroglubulin, terbentuk T3 dan T4.

Lalu diskeresi keluar dari lumen dengan cara endositosis ke dalam vakuola

untuk membawa ke dalam sel.

Trus di dalam sel terjadi digesti tiroglobulin oleh lisosoam.

Page 35: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

Kemudian T3 dan T4 berdifusi secara limfatik.

- Thyroid bentuknya folikel, berisi massa colloid (berupa tiroglubin yang

berikatan dengan iodium). Bagian tepinya adalah sel-sel kelenjar. Bentuk selnya

bisa kuboid, silindris, pipih.

Bila terdapat ransangan TSH, maka akan banyak menggunakan colloid sehingga

massa koloid berkurang dan sel menjadi kuboid atau silindris.

Jika rangsangan TSH tidak ada, koloid akan tetap banyak sehingga sel terdesak

dan bentuknya pipih.

- Di antara kelenjar koloid terdapat sel parafolikuler (pada jaringan

interfolikuler) yang menghasilkan hormone kalsitonin yaitu berfungsi dalam

menjaga keseimbangan Ca (menurunkan Ca).

PARATHYROID

- Bentuknya kecil seperti kacang, letaknya menempel pada thyroid.

- Berfungsi menjaga keseimbangan kadar Ca dalam darah (menaikkan).

- Sifat parathyroid

o Sel utama merupakan sel kelenjar yang menghasilkan hormone parathyroid

o Sel lain disebut sel oxiphil. Sel ini belum diketahui fungsinya. Diduga sbg sel

penyangga.

- Gambaran pada preparat

o Sel utama : relative kecil, sitoplasma sedikit, banyak granula karena aktif

mensekresi hormon

o Sel oxifil : sitoplasma banyak, ukuran sel lebih besar, agranuler krn tidak

memproduksi hormon, lebih jernih

o Tampak ruangan kosong menunjukkan adanya lemak.

Page 36: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

PANCREAS

- Terletak pada kuadran kiri atas, menempel pada duodenum.

- Tersusun atas :

o Kelenjar eksokrin : menghasilkan enzim lipase. Terletak mengelilingi pulau

langerhans.

o Kelenjar endokrin : menghasilkan insulin, glucagon, somatostatin, Polipeptida

Pankreas

- Sel pulau langerhans ada alfa, beta, delta, f.

o Alfa menghasilkan glucagon. Jumlah lebih sedikit.

o Beta menghasilkan insulin.

o Delta menghasilkan somatostatin

o F menghasilkan polipeptida pancreas

- Insulin dan glucagon berperan dalam pengaturan kadar gula darah.

Histologi organ limfoid

Organ Limfoid terdiri dari :

Thymus,

Nodus lympaticus,

Lien

Tonsilla,

Thymus

Page 37: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

Thymus merupakan organ yang terletak dalam mediastinum di depan

pembuluh-pembuluh darah besar yang meninggalkan jantung, yang termasuk

dalam organ limfoid primer. Thymus merupakan satu-satunya organ limfoid

primer pada mamalia yang tampak dan merupakan jaringan limfoid pertama

pada embrio sesudah mendapat sel induk dari saccus vitellinus. Limfosit yang

terbentuk mengalami proliferasi tetapi sebagian akan mengalami kematian, yang

hidup akan masuk ke dalam peredaran darah sampai ke organ limfoid sekunder

dan mengalami diferensiasi menjadi limfosit T. Limfosit ini akan mampu

mengadakan reaksi imunologis humoral. Geminal centers tidak terdapat di organ

ini.

I. Gambaran Histologis

Tiap lobulus dibungkus dalam kapsel jaringan pengikat longgar yang tipis dan

melanjutkan diri ke dalam membagi lobus menjadi lobuli dengan ukuran 0,5 – 2

mm. Jaringan parenkim thymus terdiri dari anyaman sel-sel retikuler saling

berhubungan tanpa adanya jaringan pengikat lain, diantara sel retikuler terdapat

limfosit. Sel retikulernya berbentuk stelat seperti didalam nodus lymphaticus

dan lien, tetapi berasal dari endoderm. Hubungan ini lebih jelas di daerah

medulla sampai membentuk struktur epitel yang disebut corpuskulum hassalli

(thymic corpuscle). Masing-masing lobus terdiri dari cortex dan medulla.

a. Cortex

Limfosit dihasilkan di daerah cortex sehingga sebagian besar populasi sel di

cortex adalah limfosit dari berbagai ukuran. Hubungan antara sel retikuler

terlihat dengan M.E. sebagai desmosom, sel retikuler epitelnya adalah sel stelat

dengan inti oval yang berwarna pucat dan berukuran 7-11 mikron. Limfosit

besar banyak terdapat di bagian perifer dan makin kedalam jumlah limfosit kecil

Page 38: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

makin bertambah, sehingga cortex bagian dalam sangat padat oleh limfosit kecil.

Dalam cortex terjadi proses proliferasi dan degenerasi, dan terdapat makrofag

yang walaupun sedikit merupakan penghuni tetap dalam cortex. Kadang-kadang

juga ditemukan sedikit plasmasit dalam parenkim.

b. Medulla

Pada medulla, banyak terdapat sel retikuler dengan berbagai bentuk, kadang

mempunyai tonjolan dan kadang tidak mempunyai tonjolan sitoplasma. Ada pula

sel retikuler yang berbentuk gepeng dan tersusun konsentris membentuk

corpusculum Hassali. Sel-selnya berhubungan sebagai desmosom. Bagian

tengahnya mengalami degenerasi dan kadang-kadang kalsifikasi. Limfosit

terdapat tidak begitu banyak dan hanya dari jenis bentuk kecil. Perbedaan

dengan limfosit cortex karena bentuk yang tidak teratur dengan sitoplasma lebih

banyak. Dalam medulla terdapat jenis sel lain dalam jumlah kecil seperti

makrofag dan eosinofil.

II. Pembuluh Darah

Cortex mendapat darah sebagai anyaman kapiler yang dipercabangkan dari

arteriola yang terdapat di perbatasan cortex dan medulla. Hanya terdapat sedikit

perpindahan makromolekul dari darah ke parenkim melintasi dinding kapiler

cortex, sedang di medulla pembuluh darah lebih permeabel. Maka, limfosit dalam

cortex dilindungi terhadap pengaruh makromolekul dengan adanya blood-

thymus barier. Pembuluh limfe terdapat di jaringan pengikat penyekat lobulus.

III. Histogenesis

Page 39: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

Thymus berasal dari dua tonjolan epitel endoderm saccus brachialis III. Mula-

mula penonjolan ini memiliki lumen yang berhubungan dengan pharynx, dengan

adanya proliferasi epitel dindingnya, lumen akan terisi oleh sel-sel yang juga

mengadakan invasi diantara sel-sel jaringan mesenkim di sekelilingnya. Pada

umur enam minggu akan muncul limfosit yang makin lama makin bertambah

dan parenkim akan mengubah sel-sel stelat yang dihubungkan oleh desmosom.

Medulla terjadi kemudian di daerah dalam.

IV. Involusi

Proses invulsi disebut sebagai age invultion, dimulai sejak masa kanak-kanak.

Proses tersebut dapat dipercepat sebagai akibat berbagai rangsangan, misalnya

penyakit, stress, kekurangan gizi, toksis atau ACTH, proses ini disebut sebagai

accidental involution. Pada binatang percobaan akan terjadi experimental

involution yang dapat diikuti regenerasi yang intensif.

Thymus mengalami involusi secara fisiologis dengan perlahan-lahan. Cortex

menipis, produksi limfosit menurun sedang parenkim mengkerut diganti oleh

jaringan lemak yang berasal dari jaringan pengikat interlobuler.

V. Histofisiologis

Limfosit sangat penting untuk perkembangan, karena adanya sejenis limfosit

yang bertanggungjawab atas penolakan jaringan cangkok, delayed

hypersensitvity, reaksi terhadap fungsi mikroorganisme dan virus tertentu.

Limfosit T tidak melepaskan anmtibodi yang biasa tetapi diperlukan untuk

membantu reaksi humoral oleh limfosit B. Limfosit thymus baru bersifat

imunokompeten apabila sudah berada di luar thymus.

Apabila sel induk telah sampai ke thymus, maka akan berubah menjadi limfosit

thymus dan mulai berproliferasi. Limfosit besar akan berproliferasi di cortex tepi

memberikan limfosit kecil yang berkelompok di cortex sebelah dalam. Proliferasi

Page 40: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

di thymus tidak dipengaruhi oleh antigen yang berbeda dengan di limfosit di

organ limfoid perifer, denganh adanya blood thymus barrier.

Limfosit yang meninggalkan thymus akan menuju organ limfoid perifer untuk

berkumpul di daerah yang dibawah pengaruh thymus (thymus depending

regions) yaitu cortex bagian dalam nodus lymphaticus, selubung limfoid

periarterial di lien, daerah antara nodulus lymphaticus tonsilla, plaques Peyeri

dan appendiks.

Nodus Lymphaticus

Nodus lymphaticus merupakan organ kecil yang terletak berderet-deret

sepanjang pembuluh limfe. Jaringan parenkimnya merupakan kumpulan yang

mampu mengenal antigen yang masuk dan memberi reaksi imunologis secara

spesifik. Organ ini berbentuk seperti ginjal atau oval dengan ukuran 1-2,5 mm.

Bagian yang melekuk ke dalam disebut hillus, yang merupakan tempat keluar

masuknya pembuluh darah. Pembuluh limfe aferen masuk melalui permukaan

konveks dan pembuluh limfe eferen keluar melalui hillus. Nodus lymphaticus

tersebar pada ekstrimitas, leher, ruang retroperitoneal di pelvis dan abdomen

dan daerah mediastinum.

I. Gambaran Histologis

Nodus lymphaticus terutama terdiri atas jaringan limfoid yang ditembusi

anyaman pembuluh limfe khusus yang disebut sinus lymphaticus. Nodus

lymphaticus dibungkus oleh jaringan pengikat sebagai kapsula yang menebal di

daerah hillus dan beberapa jalur menjorok ke dalam sebagai trabekula.

Parenkim diantara trabekula diperkuat oleh anyaman serabut retikuler yang

Page 41: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

berhubungan dengan sel retikuler. Diantara anyaman ini diisi oleh limfosit,

plasmasit dan sel makrofag. Parenkim nodus lymphaticus terbagi atas cortex dan

medulla, dengan perbedaan terdapat pada jumlah, diameter dan susunan sinus.

a. Cortex

Dengan M.E. tampak sebagai kumpulan pada sel-sel limfoid yang dilalui oleh

trabekula dan sinus corticalis. Pada cortex dibedakan daerah-daerah sebagai

nodulus lymphaticus primarius, nodulus lymphaticus secondaris dan jaringan

limfoid difus. Nodulus lymphaticus primer dan sekunder menmpati cortex

bagian luar, sedang jaringan limfoid difus menempati cortex bagian dalam atau

daerah paracortical.

Pada pengamatan dengan M.E. sel retikuler terlihat memiliki inti yang jernih

dengan sitoplasma menagndung granular endoplasmic retikulum dan diduga

membuat serabut-serabut retikuler. Pada umumnya germinal center banayk

terdapat di daerah cortex. Daerah dekat sinus marginalis mengandung banyak

limfosit kecil karena menerima limfosit yang baru datang dari pembuluh darah

aferen. Pada bagian dalam cortex, sel-selnya tersusun lebih longgar dan terutama

terdapat limfosit kecil dan sel retikuler yang makin bertambah.

b. Medulla/Medulla Cord

Medulla cord merupakan kumpulan jaringan limfoid yang tersusun di sekitar

pembuluh darah. Kumpulan jaringan limfoid ini membentuk anyaman dan

berakhir di daerah hillus. Medulla ini banyak sekali mengandung anyaman

serabut retikuler dan sel retikuler yang di dalamnya mengandung limfosit,

plasmasit dan makrofag. Kadang ditemukan granulosit dan eritrosit. Dalam

keadaan sakit jumlah unsur sel akan bertambah.

Page 42: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

II. Pembuluh Darah

Hampir semua pembuluh darah yang menuju nodus lymphaticus akan masuk

melalui hillus, hanya sedikit yang melalui permukaan cortex., Mula-mula arteri

dari hillus mengikuti trabecula memasuki medullary cord menjadi kapiler.

Arterinya sendiri menuju cortex untuk bercabang-cabang menjadi kapiler

membentuk anyaman. Anyaman kapiler di cortex ini akan ditampung dalam

venula dengan endotil berbentuk kuboid. Dari venula ini akan berkumpul

menjadi vena yang jalannya mendampingi arteri. Venula ini tidak mempunyai

serabut otot polos dan terdapat juga pada beberapa bagian pembuluh darah di

tonsilla, plaques Peyeri dan appendix.

III. Histofisiologis

Dinding pembuluh limfe yang tipis mudah ditembus oleh makromolekul dan sel-

sel yang berkelana dari jaringan pengikat, sehingga tidak dijumpai adanya barier

yang mencegah bahan-bahan antigenik, baik endogen maupun eksogen. Sel

bakteri dapat dengan mudah melintasi epidermis dan epitel membrana mukosa

yang membatasi ruangan dalam tubuh, yang apabila luput dari perngrusakan

oleh fagosit dalam darah maka akan berproliferasi dan menghasilkan toksin yang

mudah masuk dalam limfe.

Nodus lymphaticus berfungsi sebagai filtrasi terhadap limfe yang masuk karena

terdapat sepanjang pembuluh limfe sehingga akan mencegah pengaruh yang

merugikan dari bakteri tersebut. Fungsi imunologis nodus lymphaticus

disebabkan adanya limfosit dan plasmasit dengan bantuan makrofag untuk

mengenal antigen dan pembuangan antigen fase terakhir. Nodus lymphaticus

juga merupakan tempat penyebaran sel-sel yang baru dilepas oleh thymus atau

sumsum tulang.

Hemal Nodes

Page 43: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

Apabila dalam nodus lymphaticus ditemukan eritrosit sangat banyak disebut

sebagai hemal nodes. Jenis ini ditemukan pada domba, tetapi tidak pada

manusia.

Lien

Lien merupakan organ limfoid yang terletak di cavum abdominal di sebelah kiri

atas di bawah diafragma dan sebagian besar dibungkus oleh peritoneum. Lien

merupakan organ penyaring yang kompleks yaitu dengan membersihkan darah

terhadap bahan-bahan asing dan sel-sel mati disamping sebagai pertahanan

imunologis terhadap antigen. Lien berfungsi pula untuk degradasi hemoglobin,

metabolisme Fe, tempat persediaan trombosit, dan tempat limfosit T dan B. Pada

beberapa binatang, lien berfungsi pula untuk pembentukan eritrosit, granulosit

dan trombosit.

I. Gambaran Histologis

Lien dibungkus oleh jaringan padat sebagai capsula yang melanjutkan diri

sebagai trabecula. Capsula akan menebal di daerah hilus yang berhubungan

dengan peritoneum. Dari capsula melanjutkan serabut retikuler halus ke tengah

organ yang akan membentuk anyaman. Pada sediaan terlihat adanya

daerahbulat keabu-abuan sebesar 0,2-0,7 mm, daerah tersebut dinamakan pulpa

alba yang tersebar pada daerah yang berwarna merah tua yang dinamakan pulpa

ruba.

a) Pulpa alba

Pulpa alba sering disebut pula sebagai corpusculum malphigi terdiri atas

jaringan limfoid difus dan noduler.Pulpa alba membentuk selubung limfoid

Page 44: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

periarterial (periarterial limfoid sheats/PALS) di sekitar arteri yang baru

meninggalkan trabecula, selubung tersebut mengikuti arteri sampai bercabang-

cabang menjadi kapiler. Sepanjang perjalanannya pada beberapa tempat

selubung tersebut mengandung germinal center. PALS dan germinal center

merupakan jaringan limfoid, tetapi PALs sebagian besar mengandung limfosit

Tdan germinal center mengandung limfosit B. Struktur PALS terdiri dari

anyaman longgar serabut retkuler dan sel retikuler. Di tengah pulpa alba

terdapat arteri sentralis . dalam celah-celah anyaman terdapat limfosit kecil dan

sedang, kadang ditemukan plasmasit. Pada waktu adanya rangsangan antigen di

daerah PALS banyak terdapat limfosit besar, limfoblas dan plasmasit muda

banyak sekali.

b) Pulpa rubra

Pulpa rubra terdiri atas pembuluh-pembuluh darah besar yang tidak teratur

sebagai sinus renosus dan jaringan yang mengisi diantaranya sebagai splendic

cords of Billroth. Warna merah pulpa rubra disebabkan karena eritrosit yang

mengisi sinus venosus dan jaringan diantaranya.

Di dalam celah pulpa terdapat sel-sel bebas seperti makrfag, semua jenis sel

dalam darah dengan beberapa plasmasit. Dengan M.E. makrofag dapat dengan

mudah ditemukan sebagai sel besar dengan sitoplasma yag kadang-kadang

mengandung eritrosit, netrofil dan trombosit atau pigmen. Bagian tepi pulpa alba

terdapat daerah peralihan dengan pulpa rubra sebesar 80-100 mikron, daerah

ini dinamakan zona marginalis yang mengandung sinus venosus kecil. Zona

marginais merupakan pulpa rubra yang menerima darah arterial sehingga

merupakan tempat hubungan pertama antara sel-sel darah dan partikel dengan

parenkim lien.

Capsula dan Trabecula

Capsula dan trabecula terdiri atas jaringan pengikat padat dengan sel otot polos

dan anyaman serabut elastis. Permukaan luar terdiri dari sel mesotil sebagai

Page 45: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

bagian peritoneum. Trabecula merupakan lanjutan kapsula yang membawa

arteri, vena dan pembuluh limfe. Trabecua mengandung lebih banyak serabut

elastis dan beberapa serabut sel otot polos.

Arteri

Cabang-cabang arteri linealis masuk melalui hilus,mengikuti trabecula dan tiap

kali bercabang menjadi makin kecil. Mula-mula arteri ini sebagai jenis arteri

muskuler dengan tunika adventitia yang longgar dalam jaringan pengikat padat

trabecula. Setelah mencapai diameter 0,2 mm, arteri tersebut mennggalkan

trabecula dan tunika adventitianya diganti oleh jaringan limfoid hingga menjadi

arteri sentralis.

Arteri sentralis merupakan arteri muskuler dengan endotil berbentuk tinggi

disertai selapis atau dua lapis otot polos yang melanjutkan dengan bercabang-

cabang dan makin kecil. Pada diameter 40-50 mikron, selubung limfoid menipis

dan bercabang menjadi 2-6 pembuluh sebagai arteria penicillus atau arteria

pulpa rubra. Pada waktu masuk pulpa rubra, arteri penicillus bercabang menjadi

2-3 kapiler dengan dinding yang menebal yag disebut selubung Schweiger Seidel.

Kapilernya disebut sheated capillary.

Menurut Baley’s Textbook of Histology, arteri penicullus terdiri dari tiga bagian:

1. Arteri pulpa,merupakan segmen terpanjang denganselapis otot polos.

2. Sheated capillary, tanpa otot polos

3. Terminal arterial capilarry

Sinus Venosus dan Vena

Sinus venosus terdapat di seluruh pulpa rubra dan banyak sekali terdapat di

sekeliling pulpa alba. Pembuluh-pembuluh darah ini dapat disebut sinus venosus

sebab lumennya tidak teratur lebarnya (12-40 mikron).Dindingnya terdiri atas

endotil dan lamina basalis. Sitoplasma mengandung dua macam filament yang

Page 46: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

tersusun sejajar sumbu panjang dan tidak terdapat intercellular junction.

Kemampuan fagositosis sangat terbatas. Sinus venosus akan mengalirkan darah

ke vena pulpa yang menpunyai dinding terdiri atas endotil memanjang, lamina

basalis dan selapis tipis otot pos. Selanjutnya vena pulpa akan bermuara ke vena

trabecula yang akan berkumpul di hilus sebagai vena lienalis.

Hubungan Arteri dan Vena

Ada tiga teori mengenai hubungan arteri dan vena:

1. Teori sirkulasi terbuka

Teori ini menyatakan bahwa darah drai kapiler bermuara di dalam celah-celah

antara sel retikuler kemudian perlahan-lahan kembali ke sinus venosus.

2. Teori sirkulasi tertutup

Teori ini menyatakan bahwa kapiler berhubungan langsung dengan sinus

venosus.

3. Teori kompromi

Teori ini menyatakan bahwa dalam lien terdapat kedua macam sirkulasi tersebut

pada suatu tempat.

Histogenesis dan Regenerasi Lien

Primordium lien tampak pada embrio umur 8-9 minggu sebagai suatu penebalan

jaringan mesenkim pada mesogastrium dorsalis. Sel-sel mesenkim

memperbanyak diri dengan mitosis membentuk hubungan melalui tonjolannya

sebagai rangka retikuler dalam pulpa alba dan pulpa rubra. Kemudian muncul

Page 47: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

sel primitif basofil yang berasal dari sel-sel induk dalam saccus vitelinus, hepar

atau medulla oseum.

Limfosit dalam lien sebagian beupa limfosit T, sebagian dari medulla oseum yang

dibawah pengaruh Limfosit B. Makrofag dalam lien kemungkinan berasal dari sel

induk dalam medulla osseum. Apabila lien diangkat, maka fungsinya akan

diambil alih oleh organ lain. Apabila terjadi luka, akan terjadi kesembuhan

dengan timbulnya jaringan pengikat.

Tonsilla

Lubang penghubung antara cavum oris dan pharynx disebut faucia. Di daerah ini

membran mukosa tractus digestivus banyak mengandung kumpulan jaringan

limfoid dan terdapat infiltrasi kecil-kecil diseluruh bagian di daerah tersebut.

Selain itu diyemukan juga organ limfoid dengan batas-batas nyata.

Rangkaian organ limfoid ini (cincin Waldeyer) meliputi:

a. Tonsila Lingualis

Tonsilla lingualis terdapat pada facies dorsalis radix linguae sebagai tonjolan-

tonjolan bulat. Pada permukaannya terdapat lubang kecil yang melanjutkan diri

sebagai celah invaginasi(crypta) yang dilapisi oleh epitel gepeng berlapis. Crypta

tersebut dikelilingi oleh jaringan limfoid. Sejumlah limfosit yang mengalami

infiltrasi dalam epitel dan berkumpul dalam crypta yang kemudian mengalami

degenerasi dan membentuk suatu kumpulan dengan sel epitel yang sudah

terlepas bersama bakteri sebagai detritus. Kadang-kadang dalam crypta

bermuara kelenjar mukosa. Dalam jaringan limfoid tampak adanya nodus

lymphaticus.

Page 48: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

b. Tonsila Palatina

Diantara arcus glossoplatinus dan arcus pharyngopalatinus terdapat ua buah

jaringan limfoid dibawah membrane mukosa yang masing-masing disebut

tonsilla palatine. Epitel bersama jaringan pengikat yang menutupi mengadakan

invaginasi membentuk crypta sebanyak 10-20 buah. Pada dasar crypta, batas

antara epitel dan jaringan limfoid kabur karena infiltrasi limfosit dalam epitel.

Limfosit yang telah melintasi epitel bersama dengan leukosit dan sel epitel yang

mati sebagai corpusculum salivarius. Terdapat nodulus lymphaticus sebesar 1-2

mm dengan germinal centernya tersusun berderet dalam jaringan limfoid yang

difus. Antara nodulus lymphaticus yang satu dengan yang lain dipisahkan oleh

jaringan pengikat (capsula) yang mengandung limfosit, mast sell dan plasmasit.

Apabila ditemukan granulosit, hal ini menunjukkan adanya radang.

c. Tonsila Pharyngealis

Pada atap dan dinding dorsal nasopharynx terdapat kelompok jaringan limfoid

yang ditutupi pula oleh epitel yang dinamakan tonsilla pharyngealis. Jenis

epitelnya sama dengan epitel tractus respiratorius ialah epitel semu berlapis

bercillia dengan sel piala. Epitelnya tidak mengadakan invaginasi membentuk

crypta tetapi melipat-lipat. Pada puncak lipatan banyak infiltrasi limfosit,

dibawah epitel terdapat nodulus lymphaticus yang mengikuti lipatan-lipatan.

Jaringan limfoid ini dipisahkan oleh capsula tipis jaringan pengikat dan diluar

capsula terdapat kelenjar-kelenjar campuran yang saluran keluarnya menembus

jaringan limfoid dan bermuara didalam saluran lipatan epitel.

2. Biokimia enzim

Enzim berasal dari kata EN-ZYME yang berarti dalam ragi. Dihubungkan dengan

aktivitas enzim dalam ragi, misalnya pada pembuatan tape ketan atau ketela

dengan menggunakan ragi roti. Enzim merupakan suatu biokatalis, artinya suatu

katalisator yang disintesis oleh organisme hidup. Secara structural enzim adalah

protein, sehingga sifat-sifat protein dimiliki oleh enzim, seperti termolabil, rusak

oleh logam berat (Ag,Pb,Hg), terganggu oleh perubahan pH.

Page 49: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

Aktivitas enzim umumnya bersifat spesifik. Nomenklatur yang mula-mula

digunakan sangat sederhana, yaitu dengan mencantumkan akhiran ase pada

nama substrat di mana enzim itu bekerja. Misalnya proteinase : yaitu enzim yang

bekerja pada protein, lipase : enzim yang bekerja pada lipid, dsb. Ada pula yang

mencantumkan akhiran ase pada jenis reaksinya, missal oksidase yaitu enzim

yang bereaksi secara oksidasi, reduktase yaitu enzim yang bereaksi secara

reduksi. Namun kesemuanya masih memberikan kesimpangsiuran atau

kurangtepatnya nomenklatur enzim; sehingga IUB (International Union of

Biochemistry) menganut satu aturan kode dengan cara membagi enzim kedalam

enam kelas, yaitu :

1. Oksidoreduktase :

Enzim yang mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi antara dua substrat

Ex : katalase (1.11.1.6 Enzim yang bekerja pada H2O2 : disebut H2O2

Oksidoreduktase)

1.1 bekerja pd gugus C-OH

1.4 bekerja pd gugus CH-NH2

1.9 bekerja pd gugus Hem

1.11 bekerja pd gugus H2O2

2. Transferase :

Mengkatalisis pemindahan gugus (selain H) antara sepasang substrat.

Ex : heksokinase (2.7.1.1 Pemindah gugus yang mengandung fosfat, misal ATP :

D-heksosa-6 fosfo tranferase)

2.3 pemindah gugus asil trnsfr\

2.7 pemindah gugus fosfat

3. Hidrolase :

Page 50: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

Mengkatalisis hidrolisis ikatan ester, eter, peptida, glikosil, anhidrida asam, c-c,

c-halida, P-N.

Ex : pseudokolin esterase (3.1.1.8 asilkolin asilhidrolase)

4. Liase :

Mengkatalisis pemindahan gugus dari substrat, meninggalkan ikatan rangkap.

Ex : fumarase (4.2.1.2 L-malat-hidro-liase)

L-malat = fumarat + H2O

5. Isomerase :

Ex : triosafosfat isomerase

5.3.1.1 D-gliseraldehida-3 fosfat keto isomerase

6. Ligase :

Mengkatalisis penggabungan 2 senyawa diikuti oleh pemecahan ikatan

piropospat dalam ATP atau senyawa yang sejenis.

Ex : glutamin sintase

6.3.1.2 L-glutamat : amonia ligase (ADP)

ATP – L-glutamat + NH43+ = ADP + ortofosfat — L glutamin

Keterangan :

• Digit I menunjukkan kelas; Digit II menunjukkan sub kelas; Digit III

menunjukkan sub sub kelas; Digit terakhir menunjukkan nama Enzim.

KOFAKTOR

Page 51: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

Sejumlah besar enzim membutuhkan suatu komponen lain untuk dapat

berfungsi sebagai katalis. Komponen ini secara umum disebut kofaktor. Kofaktor

dapat dibagi lagi dalam tiga kelompok, yaitu :

a. gugus prostetik

b. koenzim

c. activator (ion-ion logam yang dapat atau mudah terlepas dari enzim)

a. GUGUS PROSTETIK

Adalah kelompok kofaktor yang terikat pada enzim, dan tidak mudah lepas dari

enzimnya, Contoh : Flavin Adenin Dinukleotida (FAD) adalah gugus prostetik

dari enzim suksinat dehidrogenase

b.KOENZIM

1. Merupakan senyawa organik dengan berat molekul kecil; non protein

2. Stabil terhadap panas

3. Banyak diperlukan untuk aktivitas Enzim kecuali Enzim pencernaan (reaksi

hidrolitik)

4. Terikat pada Enzim ada yang secara kovalen (prostetik) kebanyakan non

kovalen

5. Dianggap sebagai substrat ke-2 :

Contoh : NAD,NADP,ATP,tiamin pirofosfat

- Pada reaksi Oksidasi – reduksi

Page 52: LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 2

Laktat + NAD+ —– piruvat + NADH+ + H+

(ko-substrat)

- berfungsi sebagai reagen pemindah gugus

Ex : D-G + A = A-G + D

Gugus fungsional G dipindah dari molekul D-G, ke molekul penerima A;

melibatkan koEnzim;

D-G Co-E A-G

D Co-E-G A

Ex : transaminasi

3. Anatomi organ-organ endokrin

4. Sekresi hormon steroid dan amin