Laporan Tutorial Blok Od Skenario Orthodontia

34
SKENARIO Pasien wanita usia 10 tahun datang ke bagian orthodonsia FKG Universitas Jember dengan keluhan ingin memperbaiki posisi gingivanya yang tidak teratur. Kondisi umum pasien normal dan tidak ada kelainan Tugas : analisa diagnosa maloklusi, etiologi, diskrepansi, pada model, macam perawatan, rencana perawatan dan desain alat lepasan. STEP 1 1. Diskrepansi : selisih antara tempat yang tersedia dengan tempat yang dibutuhkan. STEP 2 1. Apa etiologi dari maloklusi? 2. Apa saja analisa diagnosa maloklusi? 3. Bagaimana melakukan dikrepansi pada modul? 4. Apa saja macam – macam perawatan pada orthodontia? STEP 3 1. Factor umum (ekstrinsik): faktor yang tidak berpengaruh langsung : - Congenital - Herediter - Lingkungan - Gangguan metabolism - Trauma - Sifilis congenital - Iatrogenic (kesalahan operator) - Penyakit sistemik - Gangguan endokri, contohnya dapat menyebabkan hipoplasi enamel.

Transcript of Laporan Tutorial Blok Od Skenario Orthodontia

SKENARIOPasien wanita usia 10 tahun datang ke bagian orthodonsia FKG Universitas Jember dengan keluhan ingin memperbaiki posisi gingivanya yang tidak teratur. Kondisi umum pasien normal dan tidak ada kelainan Tugas : analisa diagnosa maloklusi, etiologi, diskrepansi, pada model, macam perawatan, rencana perawatan dan desain alat lepasan.STEP 11. Diskrepansi : selisih antara tempat yang tersedia dengan tempat yang dibutuhkan.STEP 21. Apa etiologi dari maloklusi?2. Apa saja analisa diagnosa maloklusi?3. Bagaimana melakukan dikrepansi pada modul?4. Apa saja macam macam perawatan pada orthodontia?STEP 31. Factor umum (ekstrinsik): faktor yang tidak berpengaruh langsung : Congenital Herediter Lingkungan Gangguan metabolism Trauma Sifilis congenital Iatrogenic (kesalahan operator) Penyakit sistemik Gangguan endokri, contohnya dapat menyebabkan hipoplasi enamel.Faktor lokal (intrinsic): faktor yang berhubungan langsung dengan gigi dan sudah ada di dalam rongga mulut: Anomali jumlah gigi Anomali bentuk gigi Karies Restorasi gigi yang kurang baik Gigi yang persistensi Gigi yang tanggal premature

2. Macam diagnose maloklusi:Di dalam dunia kedokteran telah dikenal beberapa macam diagnose, antara lain:a. Diagnose medis: menetapkan keadaan normal atau menyimpang oleh suatu penyakit yang butuh tindakan medis.b. Diagnose orthodontic: menetapkan keadaan normal, kelainan, atau anomaly oklusi gigi yang membutuhkan rehabilitasi. Macam dari diagnose orthodontic, antara lain:1) Diagnose biogenetic: diahnosa terhadap kelainan oklusi geligi berdasarkan faktor genetik atau herediter dari orang tua.2) Diagnose sefalometrik: diagnose gigi berdasarkan atas pemeriksaan dan pengukuran sefalogram (rontgen kepala).3) Diagnosis gigi geligi: diagnosis yang ditetapkan berdasarkan hubungan gigi-geligi hasil pemeriksaan secara klinis, intaoral, atau model studi.Selain yang telah disebutkan diatas, biasanya untuk diagnose maloklusi berdasarkan klasifikasi Angle yang dibagi menjadi beberapa klas, yaitu:Klas 1:merupakan relasi netroklusi, yaitu puncak tonjol mesial gigi M1 rahang atas terdapat pada bukal groove gigi M1 rahang bawah. Klas 1 ini diklasifikasikan lagi dengan dewey, yaitu:Divisi 1: gigi crowdedDivisi 2: protrusi rahang atasDivisi 3: gigitan silang rahang atasDivisi 4: gigitan silang rahang bawahDivisi 5: mesial driftingKlas 2: relasi distoklusi, dimana puncak tonjol mesial dari gigi M1 rahang atas berada diantara gigi P2 dan M1 rahang bawah.Klas 3: relasi mesioklusi, dimana puncak tonjol mesial dari gigi M1 rahang atas berada diantara gigi M1 dan M2 rahang bawah.Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas ada juga: Analisa umum, berupa: Usia: untuk mengetahui waktu erupsi Jenis erupsi: untuk mengetahui pola erupsi, biasanya erupsi perempuan lebih cepat dari pda laki-laki. Ras: untuk mengetahui ukuran rahang Analisa model studi: untuk mengetahui letak kelainan Analisis lokal, berupa foto rontgen panoramic, sehingga didapatkan data: Intraoral: mengetahui relasi molar, apakah terdapat crossbite ataupun deep over bite. Ekstraoral: mengetahui bentuk kepala dan bentuk wajah. Analisis fungsional

3. Cara menghitng diskrepansi pada model: Tempat yang tersediaDengan menggunakan wire, menghubungkan mesial M1 kiri ke mesial M1 kanan. Tempat yang dibutuhkanDengan menggunakan wire, menghubungkan mesial M1 kiri ke mesial M1 kanan dan dibantu dengan standart.Lalu dihitung kekurang atau kelebihannya dengan cara tempat yang tersedia dikurangi dengan tempat yang dibutuhkan. Terdapat beberapa tipe dalam menghitung kekurangan atau kelebihan tempat, yaitu:1) Ringan: 8mm.

4. Macam-macam perawatan: Ekstraksi: dilakukan pada diskrepansi berat dan pada saat fase geligi permanen. Non-ekstraksi: dilakukan pada diskrepansi ringan atau sedang. Orthodonsi bedah: dilakukan ketika terjadi kelainan. Ekstraksi serial: dilakukan pada fase geligi pergantian. Misalnya P1 belum erupsi maka c sulung diekstraksi, setelah P1 tumbuh maka P1 ini akan dicabut untuk memberikan tempat pada C permanen.Macam-macam perawatan tersebut dapat ditentukan dengan penghitungan dari diskrepansi total dari model, sefalometri, tipe profil, dan kurve of spee.

Step 4MAPPING

obyektifPemeriksaan

subyektif

anamnesisfungsionalModelstudiROEOOIO

Desain alatRencanaPerawatanMacamperawatanDiagnosamaloklusi

LO 1 Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan mengenai Pemeriksaan dalam bidang Orthodontia1. Analisa umuma. Nama ; penulisan nama berkaitan dengan catatan rekam medik pasien.b. Kelamin ; berkaitan dengan pertumbuhkembangan dentomaksilofasial pasien, misalnya adanya perbedaan pertumbuhkembangan bentuk muka pria dan wanita.c. Umur; berkaitan dengan perubahan fase geligi dari geligi sulung ke geligi pergantian yang akhirnya fase geligi permanen.d. Keadaan sosial; terkadang ada beberapa keluarga yang kurang memerhatikan keadaan maloklusi.e. Riwayat kesehatan pasien dan keluarga; sangat diperlukan karena untuk menentukan diagnosis dari kasus dan menentukan rencana perawatan. Salah satu contoh bahwa apabila pasien menderita diabetes maka harus mendapat perhatian khusus, karena pada pasien diabetes melitus tidak terkontrol perawatan ortodontik merupakan kontraindikasi.f. Berat badan dan tinggi badan; menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan pasien untuk mengetahui apakah ada kelainan pada pertumbuhannya seperti gigantisme ataupun kretinisme.g. Ras; tiap-tiap ras memiliki ciri fisik tertentu baik bentuk rahang, bentuk muka maupun profil wajah.h. Ciri keluarga; ciri keluarga bisa saja merupakan suatu etiologi dari kelainan maloklusi.i. Alergi; ada beberapa individu yang memiliki alergi pada bproduk kesehatan (misalnya lateks), obat-obatan ataupun lingkungan. Sehingga perlu ada penanganan tertentu.j. Tonsil; tonsil perlu diperiksa, apabila terdapat peradangan pasien akan merasakan kesulitan bernafas.

2. Analisis LokalA. Ekstra Oral Bentuk muka/kepalaWajah pasien dapat dilihat simetris atau asimetris. Untuk mengetahuinya, dapat dilihat dari depan dengan memeriksa proporsi lebar mata, hidung dan mulut dan proporsi ukuran vertikal. Wajah yang asimetri dapat dengan mudah dilihat pada bagian rahang terhadap muka secara keseluruhan. Muka yang tidak simetris dapat merupakan variasi biologis, keadaan patologis ataupun kelainan kongenital.

FonetikPemeriksaan fonetik ini dilakukan dengan cara pasien diinstruksikan untuk mengucapkan huruf S,M,F,V. Apabila pasien tidak bisa mengucapkan dengan benar berarti pasien bisa memiliki kelainan seperti gigitan terbuka, kehilangan gigi anterior atau kelainan ukuran lidah.

B. Intra Oral Jaringan Mukosa mulutJaringan mukosa mulut yang diperiksa adalah ginggiva dan mukosa labial dalam keadaan normal atau inflamasi atau adanya kelainan lainnya. Pasien dengan keadaan oral hygine yang jelek biasanya memiliki mukosa labial dan ginggiva yang inflamasi atau hypertrophy. Normalnya, berwarna coral pink, memiliki konsistensi kenyal, tekstur pada gingival cekat terdapat stippling, margin gingiva mengelilingi gigi seperti kerah baju. Pada mukosa labial yang normal, apabila ditekan akan berwarna pucat dan jika dilepas akan kembali normal. Fase geligiPasien yang datang untuk melakukan perawatan orthodontic biasanya dalam geligi pergantian atau permanen dan jarang pada fase geligi sulung. Fase geligi sulung ditandai dengan adanya gigi sulung di rongga mulut (kurang lebih sampai umur 6 tahun). Fase geligi pergantian ditandai dengan adanya gigi sulung dan gigi permanen (kurang lebih antara umur 6-11 tahun). Fase geligi pergantian merupakan proses pergantian dari fase geligi sulung ke fase geligi permanen. Fase geligi permanen merupakan fase dimana gigi geligi dalam rongga mulut adalah gigi permanen semua.3. Analisis Fungsional1. Pemeriksaan TMJPemeriksaan TMJ dapat dilakukan dengan pengamatan, palpasi dan auskultasi. Pada pengamatan melihat kelainan sendi dengan menginstruksikan pasien menutup dan membuka mulutnya. Palpasi dapat dilakukan di sekitar sendi untuk merasakan adanya kelainan TMJ dan auskultasi dapat menggunakan stetoskop dengan mendengar pergerakan sendi. Ketika terdapat bunyi seperti clicking,krepitasi catat.Pemeriksaan juga dilanjutkan dengan menginstruksikan pasien melakukan gerakan membuka menutup mulut, gerakan lateral, ke anterior, dan posterior. Jarak normal pergerakan mulut membuka adalah 35-40 mm, gerakan lateral adalah 7 mm dan gerakan ke depan adalah 2 mm.(dapus 1 dan dari aceng)

2. Free way spacePemeriksaan ini adalah selisih jarak oklusi saat oklusi sentris dan relaksasi. Selisih jarak keduanya yang normal berkisar 1-2 mm. Permeriksaan diawali dengan menentukan titik acuan penghitungan dan pasien diinstruksikan melakukan oklusi sentris. Setelah diukur, pasien diinstruksikan mengucapkan huruf tertentu hingga lelah dan hitung jarak oklusi relaksasinya. Perbedaan keduanya terlihat ada tidaknya otot yang menegang pada TMJ. Analisis ini sangat penting terutama untuk kasus-kasus dengan overbite yang mendalam. Menurut Horz dan Muhlemann, ada dua jenis overbite yang terlihat : true- deep overbites dan pseudo-deep overbites.

Posisi oklusiPseudo-deep oklusiTrue-deep oklusiTrue- deep overbite memiliki ruang bebas hambatan besar disebabkan oleh infra oklusi dari molar. pseudo-deep overbite memiliki ruang bebas hambatan kecil. Molar telah erupsi sepenuhnya. Overbite yang mendalam disebabkan oleh overerupsi dari gigi seri. 4. Analisis pada modelAnalisis model digunakan untuk menentukan diskrepansi. Diskrepansi adalah selisih tempat yang dibutuhkan dengan tempat yang tersedia. Untuk menentukan tempat yang tersedia dan yang dihubungkan digunakan metode Moyers dan metode Nance. Pada bidang orthodontik, penghitungan metode Moyers dibagi menjadi 5, yaitu:1. Mesial M1 permanen kanan sampai distal C kanan2. Distal C kanan sampai mesial C kanan3. Distal I2 kanan sampai Distal I2 kiri4. Mesial C kiri sampai distal C kiri5. Distal C kiri sampai mesial M1 permanen kiri.

Jumlah lebar 4 insisiv rahang atasCara pengukurannya adalah diukur masing-masing lebar mesio-distal pada lengkung terbesar dari ke- 4 insisiv rahang atas kemudian dijumlahkan. Apabila jumlahnya: 28-36 mm, berarti normal, kurang dari 28 mm disebut mikrodonti dan bila lebih dari 36 mm disebut makrodonti.

DiastemaRuang antara dua gigi yang berdekatan, gingiva diantara gigi-gigi kelihatan. Adanya diastema pada fase geligi pergantian masih merupakan keadaan normal, tetapi adanya diastema pada fase geligi permanen perlu diperiksa lebih lanjut untuk mengetahui apakah keaadaan tersebut suatu keadaan yang tidak normal.

Diastema Multiple

Pergeseran gigi-gigiCara pemeriksaanya adalah dengan menggunakan simetroskop yang diletakkan ditengah garis median gigi pada model studi, kemudian dibandingkan antara gigi senama kiri dan kanan.

Gigi-gigi yang terletak salahMenurut Angle (1907) dengan diketahuinya kelainan letak gigi secara individu dapat direncanakan perawatan untuk meletakkan gigi-gigi tersebut pada letaknya yang benar. Kelainan letak gigi dapat juga merupakan kelainan sekelompok gigi :a. Protrusi : kelainan kelompok gigi anterior atas yang sudut inklinasinya terhadap garis maksila > 110 untuk rahang bawah sudutnya > 90 terhadap garis mandibula.b. Retrusi : kelainan kelompok gigi anterior atas yang sudut inklinasinya terhadap garis maksila < 110 untuk rahang bawah sudutnya < 90 terhadap garis mandibula.c. Berdesakan : gigi yang tumpang tindih.d. Diastema : terdapat ruangan diantara dua gigi yang berdekatan.

A. gigi berdesakan, B. protrusi, C. retrusi

Klasifikasi Maloklusi Angle1. Kelas I AngleKelas I Angle merupakan klasifikasi yang paling banyak ditemui, setidaknya dijumpai lebih dari 50% maloklusi adalah maloklusi kelas I angle. Biasanya ditandai dengan relasi molar netroklusi dengan relasi anteroposterior normal. Sering disertai dengan kelainan gigi berdesakan yang disebabkan faktor lokal contohnya karena tanggal prematur. 2. Kelas II Anglea. Divisi 1Ditandai dengan insisiv ranhang atas yang proklinasi atau meskipun insisiv normal tetapi tetap ada jarak dan tumpang gigit yang bertambah. Kurva spee positif dengan supraposisi gigi anterior rahang bawah.b. Divisi 2Ditandai dengan insisiv sentral atas retroklinasi dengan atau tanpa retroklinasi insisiv lateral.3. Kelas III AngleCiri khas maloklusi kelas III ange adalah terdapat gigitan silang karena maksilla cenderung lebih kecil dari mandibula.

5. Analisis RontgenogramPengukuran sefalometri pada diagnosis orthodonsia. Hubungan masing-masing rahang terhadap struktur luarDigunakan untuk mengukur hubungan masing-masing rahang terhadap basis kranii anterior. Metode yang paling umum digunakan yaitu dengan melihat sudut SNA dan SNB. S adalah Sella, bagian tengah bayangan sella tursika. N adalah Nasion, pertemuan antara tulang nasal dan frontal pada bagian tengah. A adalah titik paling posterior dari kecekungan pada permukaan anterior premaksila di garis tengah, di bawah spina nasalis anterior. Dan titik B adalah titik paling posterior dari kecekungan pada permukaan anterior mandibula di garis tengah. Pengukuran hubungan skeletal dibagi menjadi tiga, yaitu:1. Kelas 1 skeletal, SNA= 80o dan SNB= 77o2. Kelas 1 skeletal, SNA= 80o dan SNB= 74o3. Kelas 1 skeletal, SNA= 80o dan SNB= 84ob. Hubungan rahang satu sama lainDigunakan untuk mengukur hubungan sagital dari rahang tanpa mempertimbangkan struktur luar.LO 2 Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan mengenai Etiologi MaloklusiFaktor instrinsik:1. Pengaruh lingkungana) Prenatal, misalnya : trauma, diet maternal, metabolism maternal, dsb.b) Postnatal, misalnya : luka kelahiran, cerebal palsi, luka TMJ, dsb.2. Kebiasaan jelek (bad habit) dan kelainan atau penyimpangan fungsia) Menggigit ibu jari atau jarib) Menekan atau menggigit lidahc) Menggigit bibir atau kukud) Cara penelanan yang salahe) Kelainan bicaraf) Gangguan pernafasan (bernafas melalui mulut, dsb)g) Pembesaran tonsil dan adenoidh) Psikogeniktik dan bruxisemsi) Gigi sulung tanggal prematurGigi sulung yang tanggal premature dapat berdampak pada susunan gigi permanen. Semakin muda umur pasien pada saat tanggal , akibatnya akan semakin besar terhadap susunan gigi permanen. Misalnya jika molar kedua sulung tanggal secara premature karena karies , kemudian gigi permanen akan bergeser ke tempat diastema sehingga tempat untuk premolar kedua permanen berkurang dan premolar kedua akan tumbuh di luar dari tempatnya.j) Persistensi gigiPersistensi gigi sulung (over retained deciduous teeth) yaitu gigi sulung yang sudah melewati waktunya tanggal tetapi tidak tanggal. Dan akhirnya gigi permanen penggantinya menumpuk atau erupsi di lengkung yang salah.k) TraumaJika terjadi trauma pada gigi sulung akan mengakibatkan benih gigi permanen bergeser sehingga akan mengakibatkan kelainan pertumbuhan pada gigi permanen contohnya akar gigi yang mengalami distorsi atau bengkok. Hal ini dapat mempengaruhi gigi permanen yang berada di dekatnya sehingga erupsi di luar lengkung gigi.

LO 3 Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan mengenai Macam macam Perawatan dalam bidang OrthodontiaAda dua macam perawatan dalam bidang orthodontia. Yaitu A. Penyediaan Ruang dalam Ortodontik (Nonekstraksi)1. Enamel StrippingMerupakan pengurangan enamel pada sisi distal atau mesial pada gigi sulung maupun gigi permanen sehingga dapat membentuk gigi ke bentuk yang lebih baik san mendapatkan perbaikan titik kontak. Enamel stripping ini dilakukan dengan menggunakan metal abrasive strip atau bur lalu mengikisnya hingga 0,25mm enamel pada gigi yang sudah dipasang separator selama kurang lebih 3-5 hari sehingga operator dengan leluasa dapat mengikis enamel. Tindakan enamel stripping ini harus tetap mempertahankan bentuk gigi. Setelah tindakan biasanya gigi dioles dengan topical fluoride sebagai tindakan prefentif risiko karies karena enamel yang menjadi lebih tipis.2. Distalisasi MolarDistalisasi molar berupa tindakan menggerakan molar kea rah distal untuk memperlebar luar dalam lengkung rahang. Biasanya distalisasi molar dilakukan pada kasus apabila dilakukan pencabutan akan menyediakan ruang yang berlebih atau pada kasus setelah ekstraksi namun masih saja kekurangan tempat dan pada kasus tanggal prematur sehingga terjadi mesial drifting. Piranti yang dipakai biasanya headgear berupa piranti lepasan dan pendulum berupa piranti cekat.B. EkstraksiPencabutan gigi-gigi biasanya dilakukan untuk dua alasan utama.1. Menghilangkan susunan yang berjejal2. Mendapatkan ruangan demi memperbaiki penyimpangan lengkungFaktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pencabutan.1. Kondisi gigi-gigi2. Posisi gigi yang berjejal3. Posisi gigi-gigi (faktor yang perlu dipertimbangkan pada gigi tertentu)a. Insisivus atas dan kaninus, biasanya dicabut hanyajika kondisi gigi-gigi ini sudah rusak atau malposisi parahb. Insisivus bawah dan kaninus, pencabutan biasanya dihindarkan, kecuali jika posisi gigi keluar dari lengkung rahang atau kaninus yang memiliki sudut inklinasi distal yang besarc. Premolar pertama, merupakan gigi yang paling sering dicabut, biasanya terletak di daerah yang berjejald. Molar pertama, biasanya bukan gigi yang dipilih untuk dicabute. Molar kedua, pencabutan tidak memungkinkan adanya perbaikan langsung pada kondisi gigi yang berjejal, tapi bisa menghilangkan impaksi gigi molar ketiga dalam keadaan tertentuf. Molar ketiga, kadang-kadang dicabut dini, meskipun tidak berhubungan langsung dengan keadaan kondisi gigi yang berjejal

LO 4 Mahasiswa Mampu Memahami da menjelaskan mengenai Rencana Perawatan Dalam Bidang Orthodontia Koreksi gigi berdesakanGigi yang berdesakan disebabkan ketidaksesuaian ukuran gigi ukuran gigi dan lengkung geligi. Hal yang perlu diperhatikan yaitu derajat berdesakan gigi, keadaan gigi permanen, tipe profil. Untuk mengoreksi gigi berdesakan diperlukan tempat yang didapat dari enamel stripping, ekspansi lengkung gigi dan pencabutan gigi. Koreksi gigitan silangGigitan silang anterior yang disebabkan insisiv atas retroklinasi dapat dirawat dengan mendorong insisiv tersebut ke labial dengan alat lepasan. Koreksi protrusi Evaluasi RetensiMasa retensi ini pada akhir perawatan ortodontik untuk mencegah relaps yaitu kecenderungan untuk kembali ke posisi sebelum dilakukan perawatan.Perawatan Pasif Orthodontik DHE Space MaintainerMempertahankan ruang baik dengan cara mempertahankan gigi susu maupun dengan space maintainer lepasan atau cekat, bisa dijadikan pilihan jika terdapat kemungkinan kehilangan ruang dan keadaan tertentu. Biasanya penggunaan perawatan pasif ini pada masa gigi geligi campuran dimana untuk memberikan ruang pada gigi permanen tanpa adanya menggerakkan gigi secara aktif.Dalam melakukan perawatan ortodontik sering sekali diperlukan penambahan ruang untuk mengatur gigi-gigi yang malposisi, sehingga setelah perawatan gigi-gigi dapat tersusun dalam lengkung yang baik. Pelebaran dengan alat ekspansi dapat dilakukan secara ortodontik (pelebaran lengkung gigi) maupun ortopedik (pelebaran lengkung basal). Pelebaran lengkung gigi sangat efektif dilakukan pada periode gigi bercampur, waktu sutura palatina belum menutup dan pertumbuhan pasien masih aktif sehingga selain lengkung gigi (lengkung korona) melebar, maka lengkung basal juga mengalami pelebaran. Pada periode gigi permanen hanya dapat dilakukan perubahan inklinasi gigi saja, yaitu melebarkan lengkung gigi tanpa diikuti pelebaran lengkung basal. Berikut adalah macam-macam dari alat ekspansi:A. Berdasarkan cara pemakaiannya alat ekspansi dapat bersifat :a. Fixed/cekat, misalnya RME (Rapid Maxillary Expansion)b. Semi cekat, misalnya Quad Helixc. Removable/ lepasan, misalnya plat ekspansiB. Berdasarkan pergerakan/ reaksi jaringan yang dihasilkan :a. Alat ekspansi yang menghasilkan gerakan ortodontik, misalnya plat ekspansib. Alat ekspansi yang menghasilkan gerakan ortopedik, misalnya RME

1. Rapid maxillary expansion (RME)Merupakan alat orthodontik cekat yang berfungsi melebarkan lengkung maksila ke arah lateral dengan pada masa gigi peralihan sebelum sutura palatinus menutup. Elemen-elemennya terdiri dari cincin stainless yang disemenkan pada molar sulung atau premolar, dan molar satu permanen kanan-kiri. Kemudian dihubungkan dengan skrup expansi dengan daya peleburan besar.

2. Quad HelixMerupakan ekspander semi cekat yang dapat menghasilkan gerakan paralel simetrus atau asimetris serta non paralel simetris atau asimetris. Disebut semi cekat karena beberapa komponen dapat dilepas saat proses aktivasi. Bagian-bagiannya terdiri dari cincin stainless yang direkatkan pada molar pertama, bagian ekspamsif tersiri atas kawat stainless steel dengan diameter 0,9 mm dan koil sebagai aktivasi.

Pergerakan paralel simetris (bilateral)90Pergerakan non paralalel asimetris

3. Plat EkspansiMerupakan alat ekspansi lepasan untuk gigi anterior berjejal ringan yang memiliki beberapa komponen seperti plat dasar berupa akrilik, plat aktif dapat berupa coffin spring atau auxiliary spring, stabilitas retensi menggunakan klamer adams serta dapat ditambahkan busur labial sebagai retraksi anterior.

Berikut macam-mnacam plat ekspansi : Plat ekspansi arah lateral secara paralel simetris Berfungsi untuk melebarkan lengkung gigi ke arah lateral secara paralel menggunakan skrup ekspansi serta ditambahkan busur labial untuk retraksi insisif.

Plat ekspansi arah lateral paralel asimetrisBiasa digunakan pada koreksi cross bite unilateral dengan pergerakan dari skrup ekspansi. Bite raiser ditambahkan pada gigi yang akan digerakan untuk menghindari hambatan tonjol dari gigi antagonis.

Ekspansi lateral non paralel simetriBerfungsi untuk ekspansi lengkung anterior dari caninus ke caninus sisi yang lain dan sedikit ekspansi di daerah premolar pertama dengan mempertahankan posisi gigi posterior. Bagian-bagiannya terdiri dari tie bar yang terletak pada garis tengah bagian terdistal dari plat dasar yang berfungsi untuk menjaga plat agar tidak terbuka saat alat diaktifkan. Safety-pin spring merupakan spring yang terbuat dari kawat 0.2-0.3 mm yang ditanam pada model kerja.

Plat ekspansi lateral non paralel asimetrisFungsi dan bagian-bagiannya sama seperti Ekspansi lateral non paralel simetri, hanya saja digunakan secara asimetri biasanya pada koreksi kekurangan ruangan insisivus lateral yang mesio-labioversi.

Schwartz plat : ekspansi antero-posterior untuk pergerakan ke distal gigi-gigi segmen bukal.Berfungsi untuk menggeser satu atau beberapa gigi posterior ke distal, biasanya pada koreksi caninus yang ektotem.

Selain itu alat ini juga bisa digunakan sebagai space regainer pada tanggal prematur gigi sulung posterior.

Schwartz plat : ekspansi antero-posterior untuk pergerakan ke labialDigunakan pada kasus cross bite anterior baik yang mengenai satu atau keempat insisivus rahang atas.

DAFTAR PUSTAKAFoster, T. D. 1993. Buku Ajar Ortodonsi edisi III. Jakarta: EGC.Foster TD. 1997. Buku Ajar Ortodonsi Ed.3. Jakarta: Buku Kedokteran EGCIman, Prihandini. 2008. Buku Ajar Ortodonsia II KGO II. Yogyakarta: FKG UGM.Iman, Prihandini Iman. 2008. BUKU AJAR ORTODONSIA II KGO II. YOGYAKARTA: FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADALau PYW, Wong RWK. 2006. Risk and complications in orthodontic treatment. Hong Kong Dental Journal.Magee, David J. 2014. Orthopedic Physical Assessment sixth edition. Canada: Saunders Elsevier Inc.Proffit WR. Fields HW. 2000. Contemporary orthodontics 3rd ed. St. Louis (MO): Mosby.Rahardjo P. 2008. Diagnosis Ortodontik. Surabaya: Airlangga University PressRakosi, Thomas., dkk. 1993. Color Atlas of Dental Medicine: Orthodontic-Diagnosis. Germany: Thieme Medical Publishers.