73932961 Tutorial Skenario 1

27
SKENARIO 1 Wanita 28 tahun mengeluh benjolan di leher depan. Diketahui sejak 2 bulan setelah teman kerjanya mengatakan adanya benjolan dileher depan kanan. Sebetulnya pasien tidak merasakan apa-apa. Tidak sakit atau gangguan menelan. Tidak ada rasa menekan dan gangguan suara. Sebelumnya tidak ada penyakit di rongga mulut. Tidak ada riwayat penyinaran. Riwayat keluarga tidak ada yang sakit seperti ini. DIAGNOSIS Struma non toxic nodusa DIAGNOSIS DEFERENSIAL Ca. Tiroid, Grave desease Klasifikasi Struma Pembesaran kelenjar tiroid (kecuali keganasan) Menurut American society for Study of Goiter membagi : 1. Struma Non Toxic Diffusa 2. Struma Non Toxic Nodusa 3. Stuma Toxic Diffusa

Transcript of 73932961 Tutorial Skenario 1

SKENARIO 1

Wanita 28 tahun mengeluh benjolan di leher depan. Diketahui sejak 2 bulan setelah teman kerjanya mengatakan adanya benjolan dileher depan kanan. Sebetulnya pasien tidak merasakan apa-apa. Tidak sakit atau gangguan menelan. Tidak ada rasa menekan dan gangguan suara. Sebelumnya tidak ada penyakit di rongga mulut. Tidak ada riwayat penyinaran. Riwayat keluarga tidak ada yang sakit seperti ini.

DIAGNOSIS

Struma non toxic nodusa

DIAGNOSIS DEFERENSIAL

Ca. Tiroid, Grave desease

Klasifikasi StrumaPembesaran kelenjar tiroid (kecuali keganasan)

Menurut American society for Study of Goiter membagi :

1. Struma Non Toxic Diffusa

2. Struma Non Toxic Nodusa

3. Stuma Toxic Diffusa

4. Struma Toxic Nodusa

Istilah Toksik dan Non Toksik dipakai karena adanya perubahan dari segi fungsi fisiologis kelenjar tiroid seperti hipertiroid dan hipotyroid, sedangkan istilah nodusa dan diffusa lebih kepada perubahan bentuk anatomi.

1. Struma non toxic nodusa

Adalah pembesaran dari kelenjar tiroid yang berbatas jelas tanpa gejala-gejala hipertiroid.

Etiologi : Penyebab paling banyak dari struma non toxic adalah kekurangan iodium. Akan tetapi pasien dengan pembentukan struma yang sporadis, penyebabnya belum diketahui. Struma non toxic disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :

1. Kekurangan iodium: Pembentukan struma terjadi pada difesiensi sedang yodium yang kurang dari 50 mcg/d. Sedangkan defisiensi berat iodium adalah kurang dari 25 mcg/d dihubungkan dengan hypothyroidism dan cretinism.

2. Kelebihan yodium: jarang dan pada umumnya terjadi pada preexisting penyakit tiroid autoimun

3. Goitrogen :

Obat : Propylthiouracil, litium, phenylbutazone, aminoglutethimide, expectorants yang mengandung yodium

Agen lingkungan : Phenolic dan phthalate ester derivative dan resorcinol berasal dari tambang batu dan batubara.

Makanan, Sayur-Mayur jenis Brassica ( misalnya, kubis, lobak cina, brussels kecambah), padi-padian millet, singkong, dan goitrin dalam rumput liar.

4. Dishormonogenesis: Kerusakan dalam jalur biosynthetic hormon kelejar tiroid

5. Riwayat radiasi kepala dan leher : Riwayat radiasi selama masa kanak-kanak mengakibatkan nodul benigna dan maligna.2. Struma Non Toxic Diffusa

Etiologi

1. Defisiensi Iodium

2. Autoimmun thyroiditis: Hashimoto oatau postpartum thyroiditis

3. Kelebihan iodium (efek Wolff-Chaikoff) atau ingesti lithium, dengan penurunan pelepasan hormon tiroid.

4. Stimulasi reseptor TSH oleh TSH dari tumor hipofisis, resistensi hipofisis terhadap hormo tiroid, gonadotropin, dan/atau tiroid-stimulating immunoglobulin

5. Inborn errors metabolisme yang menyebabkan kerusakan dalam biosynthesis hormon tiroid.

6. Terpapar radiasi

7. Penyakit deposisi

8. Resistensi hormon tiroid

9. Tiroiditis Subakut (de Quervain thyroiditis)

10. Silent thyroiditis

11. Agen-agen infeksi

12. Suppuratif Akut : bacterial

13. Kronik: mycobacteria, fungal, dan penyakit granulomatosa parasit

14. Keganasan Tiroid

2. Struma Toxic Nodusa

Etiologi :

Defisiensi iodium yang mengakibatkan penurunan level T4

1. Aktivasi reseptor TSH

2. Mutasi somatik reseptor TSH dan Protein G(3. Mediator-mediator pertumbuhan termasuk : Endothelin-1 (ET-1), insulin like growth factor-1, epidermal growth factor, dan fibroblast growth factor.

4. Struma Toxic Diffusa

Yang termasuk dalam struma toxic difusa adalah grave desease, yang merupakan penyakit autoimun yang masih belum diketahui penyebab pastinya. Patofisiologi :Gangguan pada jalur TRH-TSH hormon tiroid ini menyebabkan perubahan dalam struktur dan fungsi kelenjar tiroid gondok. Rangsangan TSH reseptor tiroid oleh TSH, TSH-Resepor Antibodi atau TSH reseptor agonis, seperti chorionic gonadotropin, akan menyebabkan struma diffusa. Jika suatu kelompok kecil sel tiroid, sel inflamasi, atau sel maligna metastase ke kelenjar tiroid, akan menyebabkan struma nodusa.

Defesiensi dalam sintesis atau uptake hormon tiroid akan menyebabkan peningkatan produksi TSH. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan jumlah dan hiperplasi sel kelenjar tyroid untuk menormalisir level hormon tiroid. Jika proses ini terus menerus, akan terbentuk struma. Penyebab defisiensi hormon tiroid termasuk inborn error sintesis hormon tiroid, defisiensi iodida dan goitrogen.

Struma mungkin bisa diakibatkan oleh sejumlah reseptor agonis TSH. Yang termasuk stimulator reseptor TSH adalah reseptor antibodi TSH, kelenjar hipofise yang resisten terhadap hormon tiroid, adenoma di hipotalamus atau di kelenjar hipofise, dan tumor yang memproduksi human chorionic gonadotropin.DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAANDiagnosis disebut lengkap apabila dibelakang struma dicantumkan keterangan lainnya, yaitu morfologi dan faal struma.

Dikenal beberapa morfologi (konsistensi) berdasarkan gambaran makroskopis yang diketahui dengan palpasi atau auskultasi :

1. Bentuk kista : Struma kistik Mengenai 1 lobus

Bulat, batas tegas, permukaan licin, sebesar kepalan

Kadang Multilobaris

Fluktuasi (+)

2. Bentuk Noduler : Struma nodusa

Batas Jelas

Konsistensi kenyal sampai keras

Bila keras curiga neoplasma, umumnya berupa adenocarcinoma tiroidea

3. Bentuk diffusa : Struma diffusa

batas tidak jelas

Konsistensi biasanya kenyal, lebih kearah lembek

4. Bentuk vaskuler : Struma vaskulosa

Tampak pembuluh darah

Berdenyut

Auskultasi : Bruit pada neoplasma dan struma vaskulosa

Kelejar getah bening : Para trakheal dan jugular vein

Dari faalnya struma dibedakan menjadi :

1. Eutiroid

2. Hipotiroid

3. Hipertiroid

Berdasarkan istilah klinis dibedakan menjadi :

1. Nontoksik : eutiroid/hipotiroid

2. Toksik : Hipertiroid

Pemeriksaan Fisik :

Status Generalis :

1. Tekanan darah meningkat

2. Nadi meningkat

3. Mata :

Exopthalmus

Stelwag Sign : Jarang berkedip

Von Graefe Sign : Palpebra superior tidak mengikut bulbus okuli waktu melihat ke bawah

Morbus Sign : Sukar konvergensi

Joffroy Sign : Tidak dapat mengerutkan dahi

Ressenbach Sign : Temor palpebra jika mata tertutup

4. Hipertroni simpatis : Kulit basah dan dingin, tremor halus5. Jantung : Takikardi

Status Lokalis :

1. Inspeksi

Benjolan

Warna

Permukaan

Bergerak waktu menelan

2. Palpasi

Permukaan, suhu

Batas :

Atas : Kartilago tiroid

Bawah : incisura jugularis

Medial : garis tengah leher

Lateral : M. Sternokleidomastoideus

STRUMA NON TOKSIKStruma non toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid pada pasien eutiroid, tidak berhubungan dengan neoplastik atau proses inflamasi. Dapat difus dan simetri atau nodular.

Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul, maka pembesaran ini disebut struma nodosa. Struma nodosa tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme disebut struma nodosa non-toksik. Struma nodosa atau adenomatosa terutama ditemukan di daerah pegunungan karena defisiensi iodium. Biasanya tiroid sudah mlai membesar pada usia muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa. Struma multinodosa terjadi pada wanita usia lanjut dan perubahan yang terdapat pada kelenjar berupa hiperplasi sampai bentuk involusi. Kebanyakan penderita struma nodosa tidak mengalami keluhan karena tidak ada hipotiroidisme atau hipertiroidisme. Nodul mungkin tunggal tetapi kebanyakan berkembang menjadi multinoduler yang tidak berfungsi. Degenerasi jaringan menyebabkan kista atau adenoma. Karena pertumbuhannya sering berangsur-angsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejala kecuali benjolan di leher. Walaupun sebagian struma nodosa tidak mengganggu pernapasan karena menonjol ke depan, sebagian lain dapat menyebabkan penyempitan trakea jika pembesarannya bilateral. Pendorongan bilateral demikian dapat dicitrakan dengan foto Roentgen polos (trakea pedang). Penyempitan yang berarti menyebabkan gangguan pernapasan sampai akhirnya terjadi dispnea dengan stridor inspirator.

Manifestasi klinisStruma nodosa dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal :

1. Berdasarkan jumlah nodul : bila jumlah nodul hanya satu disebut struma nodosa soliter (uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut multinodosa.

2. Berdasarkan kemampuan menangkap yodium radoiaktif : nodul dingin, nodul hangat, dan nodul panas.

3. Berdasarkan konsistensinya : nodul lunak, kistik, keras, atau sangat keras.

Pada umumnya pasien struma nodosa datang berobat karena keluhan kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Sebagian kecil pasien, khususnya yang dengan struma nodosa besar, mengeluh adanya gejala mekanis, yaitu penekanan pada esophagus (disfagia) atau trakea (sesak napas). Gejala penekanan ini data juga oleh tiroiditis kronis karena konsistensinya yang keras. Biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di dalam nodul.Keganasan tiroid yang infiltrasi nervus rekurens menyebabkan terjadinya suara parau. Kadang-kadang penderita datang dengan karena adanya benjolan pada leher sebelah lateral atas yang ternyata adalah metastase karsinoma tiroid pada kelenjar getah bening, sedangkan tumor primernya sendiri ukurannya masih kecil. Atau penderita datang karena benjolan di kepala yang ternyata suatu metastase karsinoma tiroid pada. DiagnosisPada status lokalis pemeriksaan fisik perlu dinilai:

1. jumlah nodul

2. konsistensi

3. nyeri pada penekanan : ada atau tidak

4. pembesaran gelenjar getah bening

Inspeksi dari depan penderita, nampak suatu benjolan pada leher bagian depan bawah yang bergerak ke atas pada waktu penderita menelan ludah. Diperhatikan kulit di atasnya apakah hiperemi, seperti kulit jeruk, ulserasi.Palpasi dari belakang penderita dengan ibu jari kedua tangan pada tengkuk penderita dan jari-jari lain meraba benjolan pada leher penderita.

Pada palpasi harus diperhatikan :

lokalisasi benjolan terhadap trakea (mengenai lobus kiri, kanan atau keduanya)

ukuran (diameter terbesar dari benjolan, nyatakan dalam sentimeter)

konsistensi

mobilitas

infiltrat terhadap kulit/jaringan sekitar

apakah batas bawah benjolan dapat diraba (bila tak teraba mungkin ada bagian yang masuk ke retrosternal)

Meskipun keganasan dapat saja terjadi pada nodul yang multiple, namun pada umumnya pada keganasan nodulnya biasanya soliter dan konsistensinya keras sampai sangat keras. Yang multiple biasanya tidak ganas kecuali bila salah satu nodul tersebut lebih menonjol dan lebih keras dari pada yang lainnya.

Harus juga diraba kemungkinan pembesaran kelenjar getah bening leher, umumnya metastase karsinoma tiroid pada rantai juguler.Pemeriksaan penunjang meliputi :1. Pemeriksaan sidik tiroid

Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi, dan yang utama ialah fungsi bagian-bagian tiroid. Pada pemeriksaan ini pasien diberi Nal peroral dan setelah 24 jam secara fotografik ditentukan konsentrasi yodium radioaktif yang ditangkap oleh tiroid. Dari hasil sidik tiroid dibedakan 3 bentuk :

nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkan sekitarnya. Hal ini menunjukkan sekitarnya.

Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada sekitarnya. Keadaan ini memperlihatkan aktivitas yang berlebih. Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya. Ini berarti fungsi nodul sama dengan bagian tiroid yang lain.

2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan ini dapat membedakan antara padat, cair, dan beberapa bentuk kelainan, tetapi belum dapat membedakan dengan pasti ganas atau jinak. Kelainan-kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG :

kista

adenoma

kemungkinan karsinoma

tiroiditis

3. Biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration/FNA)

Mempergunakan jarum suntik no. 22-27. Pada kista dapat juga dihisap cairan secukupnya, sehingga dapat mengecilkan nodul.

Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Biopsi aspirasi jarum halus tidak nyeri, hampir tidak menyababkan bahaya penyebaran sel-sel ganas. Kerugian pemeriksaan ini dapat memberika hasil negatif palsu karena lokasi biopsi kurang tepat, teknik biopsi kurang benar, pembuatan preparat yang kurang baik atau positif palsu karena salah interpretasi oleh ahli sitologi.

4. Termografi

Metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada suatu tempat dengan memakai Dynamic Telethermography. Pemeriksaan ini dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Hasilnya disebut panas apabila perbedaan panas dengan sekitarnya > 0,9o C dan dingin apabila o C. Pada penelitian Alves didapatkan bahwa pada yang ganas semua hasilnya panas. Pemeriksaan ini paling sensitif dan spesifik bila dibanding dengan pemeriksaan lain.5. Petanda Tumor

Pada pemeriksaan ini yang diukur adalah peninggian tiroglobulin (Tg) serum. Kadar Tg serum normal antara 1,5-3,0 ng/ml, pada kelainan jinak rataa-rata 323 ng/ml, dan pada keganasan rata-rata 424 ng/ml.

PenatalaksanaanIndikasi operasi pada struma nodosa non toksika ialah :1. keganasan

2. penekanan

3. kosmetik

Tindakan operasi yang dikerjakan tergantung jumlah lobus tiroid yang terkena. Bila hanya satu sisi saja dilakukan subtotal lobektomi, sedangkan kedua lobus terkena dilakukan subtotal tiroidektomi. Bila terdapat pembesaran kelenjar getah bening leher maka dikerjakan juga deseksi kelenjar leher funsional atau deseksi kelenjar leher radikal/modifikasi tergantung ada tidaknya ekstensi dan luasnya ekstensi di luar kelenjar getah bening.Radioterapi diberikan pada keganasan tiroid yang :

1. inoperabel

2. kontraindikasi operasi

3. ada residu tumor setelah operasi

4. metastase yang non resektabel

Hormonal terapi dengan ekstrak tiroid diberikan selain untuk suplemen juga sebagai supresif untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada pasca bedah karsinoma tiroid diferensiasi baik (TSH dependence). Terapai supresif ini juga ditujukan terhadap metastase jauh yang tidak resektabel dan terapi adjuvan pada karsinoma tiroid diferensiasi baik yang inoperabel.Preparat : Thyrax tablet

Dosis : 3x75 Ug/hari p.o

PEMBAHASAN DIAGNOSIS DEFERENSIALKarsinoma TiroidKarsinoma tiroid merupakan keganasan terbanyak ke-9 diantara 10 kanker terbanyak. Karsinoma tiroid merupakan sekitar 3-5 % dari semua keganasan. Insidennya lebih tinngi di negara endemik struma, terutama jenis folikular dan jenis berdiferensiasi buruk/anaplastik. Nodul tiroid dapat dijumpai pada semua usia. Insidennya meningkat seiring dengan meningkatnya usia, dengan puncaknya 21-40 tahun. Wanita 2-4 kali lebih sering mengalami nodul ini daripada laki-laki.

Risiko karsinoma pada benjolan tunggal tiroid bervariasi 2,5-24,3%. Terdapat perbedaan proporsi antara karsinoma papiper dan folikular. Reksoprawiro (1999) menyebutkan bahwa pada nodul tiroid tunggal didapati angka karsinoma papilar sebesar 65,8% dan karsinoma folikular 28,9%, sementara pada nodul tiroid ganda, didapati proporsi karsinoma papilar 42,8% dan karsinoma folikular 57,18%.

Karsinoma tiroid berasal dari sel folikel tiroid. Keganasan tiroid dikelompokkan menjadi karsinoma tiroid berdiferensiasi baik, yaitu bentuk papiler, folikular, atau campuran keduanya, karsinoma medular yang berasal dari sel parafolikular dan mengeluarkan kalsitonin (APUD-oma), dan karsinoma berdiferensiasi buruk/anaplastik. Perubahan dari struma endemik menjadi karsinoma anaplastik dapat terjadi terutama pada usia lanjut. Fokus karsinoma tampaknya muncul secara de novo di antara nodul dan bukan di dalamnya.

Radiasi daerah leher merupakan salah satu faktor risiko yang penting. Lebih kurang 25% orang yang pernah menerima radiasi di leher pada usia muda suatu saat akan memperlihatkan nodul kelenjar tiroid berupa adenokarsinoma tiroid, terutama tipe papilar. Risiko menderita karsinoma tiroid akibat radiasi biasanya juga bergantung pada usia. Bila radiasi terjadi pada usia lebih dari 20 tahun, korelasi risikonya menjadi kurang bermakna. Masa laten mungkin lama sekali, sampai puluhan tahun, seperti terlihat pada penduduk Hiroshima dan penderita lain yang menglami radiasi bentuk apapun pada lehernya.

Beberapa kriteria klinis yang dapat menunjukkan bahwa suatu tumor tiroid diperkirakan bersifat ganas (menurut Riccabona) antara lain :

1. Umur < 20 tahun dan > 50 tahun

2. Riwayat terpapar radiasi leher pada masa kanak-kanak

3. Pembesaran kelenjar tiroid yang cepat

4. Struma dengan suara parau

5. Disfagia

6. Nyeri spontan

7. Riwayat keluarga menderita kanker

8. Struma hiperplasia yang tetap membesar setelah diobati dengan tiroksin

9. Seak napas

Patologi

Tumor dapat berupa nodul lunak, tetapi sering pula berupa tumor keras. Adenokarsinoma papilar (60%) bisanya bersifat multisentrik dan 50% penderita memperlihatkan sarang ganas di lobus homolateral dan lobus kontralateral. Tumor ini mula-mula bermetastasis ke kelenjar limf regional, dan akhirnya dapat terjadi metastasis hematogenik.

Sebaliknya, adenokarsinoma folikular biasanya bersifat unifokal dan jarang bermetastasis ke kelenjar limf leher. Jenis ini lebih sering menyebar secara hematogeni, antara lain ke tulang dan paru.

Adenokarsinoma medular yang berasal dari sel C/parafolikular sehingga kadang mengeluarkan kalsitonin (sel APUD). Kadang terdapat hubungan dengan adenoma endokrin lain dalam bentuk sindrom MEN II (Multiple Endocrine Neoplasia IIa). Pada tahap dini, juga dapat terjadi metastasis ke kelenjar limf regional.

Adenokarsinoma aplastik yang jarang ditemukan (10%) merupakan tumor yang agresif, bertumbuh cepat, dengan infiltrasi masif ke jaringan sekitarnya. Pada tahap dini sudah terjadi penyebaran hematogen dan penyembuhan jarang dicapai. Karsinoma aplastik sering menyebabkan kesulitan bernapas karena infiltrasi ke trakea sampai ke lumen yang ditrandai dengan dispnea dengan stridor inspirasi.

Infiltrasi karsinoma tiroid dapat ditemukan di trakea, laring, faring, esofagus, nervus rekurens, pembuluh darah karotis, vena jugularis, dan struktur lain dalam darah dan kulit. Metastasis limfogenik dapat meliputi semua regio leher.

Diagnosis

Kebanyakan karsinoma tiroid bermanifestasi sebagai struma mononodular dan multinodular. Sekitar 25% nodul tunggal yang muncul merupakan karsinoma tiroid. Diagnosis pasti ditegakkan dengan biopsi aspirasi jarum halus (FNAB), kecuali pada karsinoma folikular.

Diagnosis banding nodul tiroid ganas dan jinak

GanasJinak

Usia< 40 tahun>40 tahun

KelaminLaki-lakiPerempuan

BenjolanTunggalMultipel

LamanyaBaruLama

Terapi supresiMungkin berpengaruhAda kemungkinan regresi

Diagnosis radioaktifDingin/fungsi (-)Fungsi (-) atau (+)

UltrasonografiPadatMungkin kista

Lain-lainPernah radiasi leher-

Risiko dan diagnosis keganasan nodul tiroid tunggal

Risiko pada pria lebih tinggi

Bila diet yodium cukup, risiko lebih kecil (dataran rendah, konsumsi ikan

Defisiensi yodium (di pegunungan) membuat risiko lebih besar

Usia muda (risiko keganasan sekitar 30%)

Anamnesis radiasi masa muda (risiko tinnggi)

Sidik yodium: nodul dingin

-Adenokarsinoma

-Kista adenomatosa

- Ultrasonografi untuk membedakan nodul padat dan kista

- Biopsi aspirasi jarum halus biasa menentukan diagnosis

Untuk menemukan stadium karsinoma tiroid, bioasanya digunakan klasifikasi TNM yang menggambarkan tahap pertumbuhan dan penyebarannya.

Klasifikasi TNM karsinoma tiroid

T.Tumor primer

T0< 1 cm

T21-4 cm

T3>4 cm

T4Tumor (biarpun kecil) menembus simpai tiroidNKelenjar getah bening regional

N0Tidak ditemukan

N1Pembesaran (dapat dipalpasi)

N1aHanya ipsilateral

N1bKontralateral, bilateral, garis tengah, atau mediastinum

MMetastasis jauh

M0Tidakk ada

M1ada

Terapi

Pada adenokarsinoma berdiferensiasi baik usia muda, unilateral, berdiameter kecil dan tidak menyebar ke kelenjar leher (skor prognosis baik), istmolobektomi (hemitiroidektomi) dapat dipertimbangkan. Bila skornya buruk, dipertimbangkan tiroidektomi total. Jika terdapat pembesaran kelenjar limf leher, kemungkinan besar telah terjadi penyebaran ke kelenjar limf leher, sehingga harus dilakukan tiroidektomi total disertai diseksi kelenjar leher pada sisi yang sama.

Diseksi leher merupakan pengangkatan semua kelenjar limf leher dan pleksus limfatikusnya. Bila tidak ada infiltrasi struktur di luar kelenjar getah bening, diseksi dibatasi pada kelenjar getah bening dan pleksusnya saja., artinya otot sternokleidomastoideus, nervus asesorius dan vena jugularis interna tidak turut diangkat. Diseksi yang disebut functioning radical neck dissection ini menguntungkan karena dapat menghindari terjadinya atrofi otot trapezius akibat terputusnya nervus asesorius ketika otot sternokleidomastoideus diangkat. Dengan demikian, leher dan bahu tidak terganggu secara kosmetik dan fungsi.

Penyulit tiroidektomi terpenting adalah kerusakan nervus laringeus inferior (rekurens), nervus laringeus superior dan kelenjar paratiroid.Pada setiap tiroidektomi, nervus rekurens dan nervus laringeus superior (ramus eksternus) harus dicari, dipisahkan, dan dilindungi agar tidak cedera. Pada pembedahan keganasan tiroid, bila keadaan memumgkinkan, setidaknya satu kelenjar paratiroid harus tetap dipertahankan beserta vaskularisasinya. Kedua syarat ini, yaitu identifikasi kedua nervus laringeus superior, nervus rekurens dan kelenhar paratiroid, menuntut keahlian dan pengalaman ahli bedah.

Pada semua penderita pascatiroidektomi total, diberikan terapi hormon tiroid seumur hidup sebagai terapi subtitusi dan terapi supresi terhadap TSH.

Prognosis tergantung karsinoma tiroid berdisferensiasi baik, dapat digunakan skor AMES (age, metastases, extension, size), AGES ( age, grades, extension, size), atau MACIS (metastases, age, complete excision, invasion, size).

Ketahanan hidup 5 tahun adenokarsinoma tiroid

Tipe adenokarsinomaPresentase

Papilar80-90

Folikular50-70

Medular30-40

Anaplastik