Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

86
JUMP 3 1. AnatomiTulang Tulangmerupakanalatgerak pasif, ada 206 tulang yang terbagi menjadi 80 tulang penyusun skeletonaxiale dan 126 penyusun skeletonapendiculare. Menurut bentuknya, tulang dibedakan menjadi: 1. Os longum (panjang), contohnya os femur, ossaphalanges, ossametatarsi, os tibia, os fibula 2. Os breve (pendek), contohnya ossatarsalia 3. Os planum (pipih), contohnya os ilium 4. Os pneumaticum (berongga), contohnya os ethmoidale, os maxilla 5. Os irregular (tidak beraturan), contohnya os cuneiform, os cuboideum, os talus, os calcaneus. Anatomi Sendi Sendi adalah hubungan antar tulang, dibedakan menjadi: 1. Synarthrosis (immovablejoint), sendi yang tidak bisa digerakkan. Dibagi menjadi: a) Syndesmosis (jaringan penghubungnya: jaringan pengikat) Sutura, terdapat pada calvariacranii. Schindylesis, antara rostumsphenoidale dengan os vomer.

description

Laporan Tutorial Blok Muskuloskeletal Skenario 1

Transcript of Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

Page 1: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

JUMP 3

1. AnatomiTulang

Tulangmerupakanalatgerak pasif, ada 206 tulang yang terbagi menjadi 80

tulang penyusun skeletonaxiale dan 126 penyusun skeletonapendiculare. Menurut

bentuknya, tulang dibedakan menjadi:

1. Os longum (panjang), contohnya os femur, ossaphalanges, ossametatarsi, os tibia, os

fibula

2. Os breve (pendek), contohnya ossatarsalia

3. Os planum (pipih), contohnya os ilium

4. Os pneumaticum (berongga), contohnya os ethmoidale, os maxilla

5. Os irregular (tidak beraturan), contohnya os cuneiform, os cuboideum, os talus, os

calcaneus.

Anatomi Sendi

Sendi adalah hubungan antar tulang, dibedakan menjadi:

1. Synarthrosis (immovablejoint), sendi yang tidak bisa digerakkan. Dibagi menjadi:

a) Syndesmosis (jaringan penghubungnya: jaringan pengikat)

Sutura, terdapat pada calvariacranii.

Schindylesis, antara rostumsphenoidale dengan os vomer.

Gomphosis, radix gigi dengan processusalveolarismandibulae dan maxillae.

Syndesmosiselastica, antara arcusvertebrae dengan ligamentumflavum.

Syndesmosisfibrosa, antar radius dan ulna (membraneinterossea)

b) Synchondrosis (jaringan penghubungnya: tulang rawan), contohnya, antara

manubriumsterni dan corpuscostae

c) Synostosis (jaringan penghubungnya: tulang), contohnya os coxae yang dibentuk

olehosischium, os ilium, dan os pubis.

2. Diarthrosis, hubungan antar tulangnya dipisahkan oleh jarak tertentu, dapat

digerakkan lebih leluasa. Dibedakan menjadi:

a) Sendi satu axis

Page 2: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

Gynglimus (sendi engsel)

Gerakannya flexi dan extensi, contoh: articulatiogenu

Trochoidea (Pivotjoint), gerakannya pronasi dan supinasi, contoh:

articulatioradioulnaris

Throchlearis, seperti kerekan atau katrol, contohnya articulatio cubiti.

Arthrosis (sendi datar), gerakannya menggeser, contoh

articulatiointertarsalia.

b) Sendi dua axis

Ellipsoidea (condyloidjoint), gerakannya flexi, extensi, adduksi,

circumduksi, contohnya articulatioradiocarpalis.

Sellaris (sendi pelana), dataran sendi menyerupai pelana, gerakannya

oposisi, reposisi, abduksi, contohnya, articulatiocarpometacarpales 1

c) Sendi tiga axis

Sendi ini mempunyai gerakan flexi, extensi, abduksi, adduksi, endorotasi,

ekxorotasi.

Globoidea (seperti bola dan mangkuk, bola masuk ke mangkuknya

kurang dari setengah ukurannya), contohnya articulatiohumeri.

Spheroidea (seperti bola dan mangkuk, bola masuk ke mangkuk lebih

dari setengah ukurannya), contohnya articulatiocoxae.

3. Amphiarthrosis, cavumaticulare sempit, gerakan terbatas, contoh:

symphysisosseumpubis

Page 3: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1
Page 4: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

JUMP 7

HISTOLOGI

Histologi Sendi

Sendi merupakan tempat bertemu dua atau tiga unsur rangka, baik tulang atau tulang rawan.

Sendi ini mungkin temporer atau permanen. Sendi temporer terdapat selama masa

penumbuhan, misalnya epifisis tulang panjang menyatu dengan bagian batang tulang melalui

tulang rawan hialin dari diskus epifisis. Sendi demikian menghilang bila pertumbuhan

terhenti dan epifisis menyatu dengan bagian batang. Tetapi kebanyakan sendi bersifat

permanen, dan dapat digolongkan menjadi 3 golongan utama: fibrosa, kartilaginosa, dan

sinovial. Kedua jenis pertama sering disebut sinartrosis, sendi yang tidak memungkinkan atau

memungkinkan sedikit gerak. Sendi sinovial, yang memungkinkan gerak bebas, disebut

sebagai diartrosis.

a. Sendi fibrosa

Sendi ini dipersatukan oleh jaringan ikat padat fibrosa. Bila penyatuan ini sangat kuat, sendi

ini disebut sutura. Sutura hanya terdapat pada tengkorak dan tidak bersifat permanen karena

jaringan fibrosa pengikat itu dapat diganti oleh tulang di kemudian hari. Penyatuan tulang

yang dihasilkan itu dikenal sebagai sinostosis. Sendi pada tulang yang dipersatukan oleh

jaringan ikat fibrosa yang jauh lebih banyak daripada yang terdapat pada sutura disebut

sindesmosis. Sendi macam ini, misalnya sendi radioulnar dan tibiofibular, memungkinkan

gerak dalam batas tertentu.

Jenis fibrosa ketiga yaitu gomfosis, merupakan sendi khusus terbatas pada gigi dalam maksila

dan mandibula; jaringan fibrosis penyatu itu membentuk membran periodontal.

b. Sendi tulang rawan

Sendi ini sering dikatakan sebagai sendi kartilaginosa sekunder untuk membedakannya dari

sendi primer, paling jelas ditunjukkan sebagai contoh oleh sendi di antara badan-badan

vertebra yang berdekatan. Permukaan tulang yang berhadapan dilapisi lembar-lembar tulang

rawan hialin, yang secara erat dipersatukan oleh lempeng fibrokartilago. Simfisis, seperti

sendi pubis dan manubriosternal, merupakan contoh sendi kartilaginosa sekunder. Sendi

Page 5: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

demikian berbeda dari diskus intervertebralis karena di bagian pusatnya terdapat rongga

kecil. Tetapi rongga sendi ini tidak memiliki ciri khusus suatu sendi sinovial.

c. Sendi sinovia

Pada sendi sinovia, tulang-tulang ditahan menjadi satu oleh suatu simpai sendi dan

permukaan yang berhadapan, dilapisi tulang rawan sendi, dipisahkan oleh celah sempit yang

mengandung cairan sinovia.

Tulang rawan sendi dibentuk oleh tulang rawan jenis hialin, walaupun matriksnya

mengandung banyak serat kolagen. Pada beberapa tempat, seperti tepi fossa glenoid dari

sendi bahu dan asetabulum sendi panggul, tulang rawannya bersifat fibrosa. Lapis terdalam

tulang rawan sendi mengapur dan melekat sangat erat pada tulang di bawahnya. Tulang

rawan sendi tidak memiliki serat saraf atau pembuluh darah, dan tidak dibungkus

perikondrium.

Simpai sendi menyatukan tulang-tulang. Lapisan luar simpai adalah jaringan ikat pada

kolagen yang menyatu dengan periosteum yang membungkus tulang dan pada beberapa

tempat menebal membentuk ligamen-ligamen sendi. Lapis dalam simpai, yaitu membran

sinovial, membatasi rongga sendi, kecuali di atas tulang rawan sendi, dan, bila ada, diskus

intra-artikular.

Membran sinovial merupakan membran vaskular tipis yang mengandung kapiler-kapiler

lebar dan lebih ke dalam, banyak sel lemak. Satu sampai tiga lapis sel-sel sinovial

membentuk lapis permukaan. Tidak ada membran basal bawah sel-sel ini dan dengan

demikian kapiler di bawahnya tidak dipisahkan sawar dari rongga sendinya. Dapat dibedakan

dua jenis sel sinovial, yang mungkin merupakan jenis sel sama dengan tahapan

perkembangan fungsional berbeda.

HISTOLOGI TULANG

Tulang pada anak-anak dan dewasa ada dua jenis tulang kompak / kortikal, yang menyusun

lapisan luar dari hampir semua tulangdan merupakan 808% dari tulang tubuh dan tulang

trabekular atau spongiosa disebelah dalam tulang kortikal yang menyusun 20% sisa tulang

tubuh.

Page 6: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

TULANG RAWAN

Berkembang dari sel-sel mesenkim

Pada masa embrional tubuh terdiri dari tulang rawan

Pada mamalia dewasa, beberapa bagian tubuh terdapat tulang rawan

Jenis-jenis tulang rawan

1. Hialin

bening, licin

beberapa serat dapat dilihat

2. Elastis

serat elastik berwarna hitam dapat,

dilihat dengan pewarnaan khusus

3. Fibrokartilago/fibrosa

serat kolagen: merah muda terang

Komponen tulang rawan

Sel-sel

o kondrosit, kondroblas

o mensekresikan matriks dan serat-serat

Serat-serat

o kolagen, elastin

Subtansi dasar

o glikosaminoglikan dan proteoglikans

o tidak terkalsifikasi

Page 7: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

TULANG

Merupakan bentuk jaringan ikat yang kejur(kaku)

membentuk sebagian besar

kerangka vertebrata yang lebih

tinggi

Tipe tulang

1. Tulang spongiosa (kaselosa, sepon)

terdiri dari trabekula/balok tulang

tidak teratur

bercabangan & membentuk anyaman

celah diantara anyaman diisi sumsum tulang

2. Tulang kompakta

tampak padat

Tidak ada batas yang jelas diantara ke-2 tipe

Pertumbuhan Tulang

Tulang tengkorak dibentuk melalui osifikasi membrane (pembentukan tulang intra

membranosa). Tulang-tulang panjang mula-mula dibentuk modelnya dalam tulang rawan

kemudian diubah menjadi tulang melalui osifikasi yang berawal di batang tulang

(pembentukan tulang enkondral). Selama pertumbuhan , terjadi pemisahan daerah-daerah

khusus diujung –ujung setiap tulang panjang (epifisis) dari batang tulang oleh suatu lempeng

tulang rawan yang aktif berproliferasi, lempeng epifisis. dengan diletakannya tlang baru pada

ujung batang tulang oleh lempeng ini, tulang memanjang. Lebar lempeng setara dengan

kecepatan prtumbuhan tulang. Lebar dipengaruhi oleh jumlah hormon tetapi paling mencolok

oleh hormone pertumbuhan hipofisis

Page 8: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

TULANG

Kimia tulang terdiri dari :

1. Air 14 – 44%

2. Bahan organic: kolagen, glikoprotein, sitrat

3. Bahan anorganik : garam kalsium fosfat dan kalsium karbonat

Tulang

1. Penanda tulang

Tonjolan yang menjadi tempat perlekatn tulang dan ligamentum.

Tonjolan yang merupakan bagian dari articulation atau sendi

Lekukan atau lubang yang merupakan tempat lewat syaraf atau pembuluh darah

OSIFIKASI :

Meliputi pengendapan garam – garam tulang dalam matriks oleh keseimbangan kimia fisika

ion-ion : Ca++,HPO4–,dan PO4

METABOLISME TULANG

Page 9: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

Kalsifikasi tulang rawan didahului dengan penimbunan glikogen

pembengkakan sel-sel tulang rawan kalsifikai terjadi memerlukan energy dari

pemecahan glikogen tersebut .

Seperti halnya dngan jaringan tubuh lain, unsur-unsur tulang selalu bertukar

dngan unsur-unsur dalam plasma.

Proses deminerlisasi tulang : terjadi bila intake Ca & P tidak cukup atau hilang

dari tubuh

Vitamin D : meningkatkan Ca & P darah dengan cara meningkatkan absorsi

kalsium fosfat dapat mengendap pada tulang .

Kekurangang vitamin D : menyebabkan RICKET

Vitamin D : akan menurunkan fosfatase Alkalis

Enzim fosfatase alkalis darah naik upaya tubuh untuk mningkatkan P.

Enzim fosfatase alkalis membebaskan ion P dari ester fosfat pada pH alkalis

 

Faktor-faktor yang berperan pada metabolisme Tulang :

1. Vitamin D :

1. Meningkatkan absorbsi ion kalsium usus

2. Membantu memineralisasi normal tulang

3. Mempercepat reabsorbsi kalsium dari tulang

2. Vitamin A :

1. Berperan pada pertumbuhan tulang

3. Vitamin C :

1. Berfungsi untuk pertumbuhan normal tulang (diperlukan pada sintesis kolagen

defisiensi ganguan kalsifikasi.

4. Estrogen :

1. Menghambat produki asam laktat pada glikolisis dalam tulang defisiensi

estrogen mudah osteoporosis

5. Hormone paratiroid

1. Meningkatkan reaborpsi tulang ,

Page 10: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

2. Meningkatkan kecepatan produksi asam laktat pH<< deminerallisasi

3. Mempengaruhi sel osteosit depolarisasi mukoprotein Kristal tulang larut

6. Kalsitonin

1. Mempercepat pemasukan Ca & P dari darah ke tulang deposito Ca >>

menghambat resorpsi tulang

7. Glukokortikoid

1. Mengurangi matriks tulang dapat terjadi osteoporosis

8. Growth Hormon

1. Meningkatkan absorbsi Ca dari usus

2. Meningkatkan sintesis kolagen

3. Meningkatkan produksi somastomedin (sulfation factor ) oleh hepar

pengikatan sulfat dalam tulang rawan

4. Meningkatkan pertumbuhan tulang panjang pada epifisis

JARINGAN OTOT

Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot yang fungsinya menggerakkan organ-organ tubuh.

Kemampuan tersebut disebabkan karena jaringan otot mampu berkontraksi. Kontraksi otot

dapat berlangsung karena molekul-molekul protein yang membangun sel otot dapat

memanjang dan memendek.

Jaringan Otot Polos

Jaringan otot polos mempunyai serabut-serabut (fibril) yang homogen sehingga bila

diamati di bawah mikroskop tampak polos atau tidak bergaris-garis. Otot polos

berkontraksi secara refleks dan di bawah pengaruh saraf otonom. Bila otot polos

dirangsang, reaksinya lambat. Otot polos terdapat pada saluran pencernaan, dinding

pembuluh darah, saluran pernafasan.

Jaringan Otot Lurik/Rangka/Skelet

Nama lainnya adalah jaringan otot kerangka karena sebagian besar jenis otot ini

melekat pada kerangka tubule. Kontraksinya menurut kehendak kita dan di bawah

pengaruh saraf sadar.

Page 11: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

Dinamakan otot lurik karena bila dilihat di bawah mikroskop tampak adanya garis

gelap dan terang berselang-seling melintang di sepanjang serabut otot. Oleh sebab itu

nama lain dari otot lurik adalah otot bergaris melintang.

Kontraksi otot lurik berlangsung cepat bila menerima rangsangan, berkontraksi sesuai

dengan kehendak dan di bawah pengaruh saraf sadar.

Fungsi otot lurik untuk menggerakkan tulang dan melindungi kerangka dari benturan

keras.

Persendian

Sebagian besar sendi kita adalah sendi sinovial. Permukaan tulang yang bersendi diselubungi

oleh tulang rawan yang lunak dan licin. Keseluruhan daerah sendi dikelilingi sejenis kantong,

terbentuk dari jaringan berserat yang disebut kapsul. Jaringan ini dilapisi membran sinovial

yang menghasilkan cairan sinovial untuk “meminyaki” sendi. Bagian luar kapsul diperkuat

oleh ligamen berserat yang melekat pada tulang, menahannya kuat-kuat di tempatnya dan

membatasi gerakan yang dapat dilakukan.

Rawan sendi yang melapisi ujung-ujung tulang mempunyai mempunyai fungsi ganda yaitu

untuk melindungi ujung tulang agar tidak aus dan memungkinkan pergerakan sendi menjadi

mulus/licin, serta sebagai penahan beban dan peredam benturan. Agar rawan berfungsi baik,

maka diperlukan matriks rawan yang baik pula.

Matriks terdiri dari 2 tipe makromolekul, yaitu :

Proteoglikan : yang meliputi 10% berat kering rawan sendi, mengandung 70-80% air,

hal inilah yang menyebabkan tahan terhadap tekanan dan memungkinkan rawan sendi

elastis

Kolagen : komponen ini meliputi 50% berat kering rawan sendi, sangat tahan

terhadap tarikan. Makin kearah ujung rawan sendi makin tebal, sehingga rawan sendi

yang tebal kolagennya akan tahan terhadap tarikan

Disamping itu matriks juga mengandung mineral, air, dan zat organik lain seperti enzim.

 

Page 12: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

FISIOLOGI

Morfologi otot

Otot tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit penyusun sistem otot. Hampir seluruh

otot rangka berawal dan berakhir di tendo, dan serat-serat otot rangka tersusun sejajar

diantara ujung-ujung tendo, sehingga daya kontraksi tiap unit akan saling menguatkan. Setiap

sel otot merupakan satu sel otot yang berinti banyak, memanjang, silindrik dan diliputi oleh

membran sel yang dinamakan sarkolemma. Diantara sel-selnya tidak terdapat sinsitium.

Serat-serat otot tersusun atas miofibril yang terbagi menjadi filamen-filamen yang tersusun

dari protein-protein kontaktil.

Proses Kontraksi dan Relaksasi Otot Rangka

Tahap kontraksi

Impuls neuron motorik

Pelepasan transmiter (asetilkolin)ke end-plate motorik

Pengikatan asetilkolin oleh reseptor asetilkolinoleh reseptor asetilkolin nikotinik.

Peningkatan konduktans ion natrium dan ion kalium di membran end-plate.

Terbentuknya potensial end-plate.

Tercetusnya potensial aksi di serat-serat otot.

Penyebaran depolarisasi kedalam tubulus T.

Pelepasan ion kalsium dari sisterna retikulum sarkoplasmik dan difusi ion kalsium ke

filamen tebal dan filamen tipis

Pengikatan ion kalsium oleh troponin C membuka tempat pengikatan miosin di

molekul aktin

Pembentukan ikatan silang antara aktin dan miosin dan pergeseran filamen tipis pada

filamen tebalmenghasilkan pemendekan.

Tahap relaksasi

1. Ion kalsium dipompakan kembali kedalam retikulum sarkoplasmik

2. Lepasnya ion kalsium dari troponin

3. Terhentinya interaksi antara aktin dan miosin

Page 13: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

Jenis-Jenis Kontraksi

Isometrik : “ukuran tetap” atau kontraksi dengan “panjang yang tetap”

Isotonik: kontraksi melawan beban yang tetap dengan pemendekan otot, “tegangan

yang tetap”.

Pemeriksaan Radiologi

Pada antebrachium dan

articulatio cubiti dapat

dilakukan pemeriksaan

dari posisi lateral maupun

anterior-posterior baik

dengan menggunakan

sinar X, MRI, maupun

Ctscan.

 

 

Posisi Lengan Bawah Tidak Normal

Sesuai dengan kasus, daapat disebebkan oleh beberapa kemungkin yaitu fraktur atau dislokasi

pada lengan bawah.

Definisi fraktur

Patah Tulang (fraktur) adalah retaknya tulang, biasanya disertai dengan cedera di jaringan

sekitarnya.

Jenis patah tulang:

1. Patah tulang tertutup (patah tulang simplek).

Tulang yang patah tidak tampak dari luar.

2. Patah tulang terbuka (patah tulang majemuk).

Tulang yang patah tampak dari luar karena tulang telah menembus kulit atau kulit

Page 14: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

mengalami robekan.

Patah tulang terbuka lebih mudah terinfeksi.

3. Patah tulang kompresi (patah tulang karena penekanan)

Merupakan akibat dari tenaga yang menggerakkan sebuah tulang melawan tulang

lainnya atau tenaga yang menekan melawan panjangnya tulang.

Sering terjadi pada wanita lanjut usia yang tulang belakangnya menjadi rapuh karena

osteoporosis

4. Patah tulang karena tergilas.

Tenaga yang sangat hebat menyebabkan beberapa retakan sehingga terjadi beberapa

pecahan tulang.

Jika aliran darah ke bagian tulang yang terkena mengalami gangguan, maka

penyembuhannya akan berjalan sangat lambat.

5. . Patah tulang patologis

Terjadi jika sebuah tumor (biasanya kanker) telah tumbuh ke dalam tulang dan

menyebabkan tulang menjadi rapuh.

Tulang yang rapuh bisa mengalami patah tulang meskipun dengan cedera ringan atau

bahkan tanpa cedera sama sekali.

Faktor – faktor penyebab

Sebagian besar patah tulang merupakan akibat dari cedera, seperti kecelakan mobil, olah raga

atau karena jatuh.

Patah tulang terjadi jika tenaga yang melawan tulang lebih besar daripada kekuatan tulang.

Jenis dan beratnya patah tulang dipengaruhi oleh:

- Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang

- Usia penderita

- Kelenturan tulang

- Jenis tulang.

Dengan tenaga yang sangat ringan, tulang yang rapuh karena osteoporosis atau tumor bisa

mengalami patah tulang.

Page 15: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

GEJALA

a. Nyeri biasanya merupakan gejala yang sangat nyata.

b. Nyeri bisa sangat hebat dan biasanya makin lama makin memburuk, apalagi jika tulang

yang terkena digerakkan.

c. Menyentuh daerah di sekitar patah tulang juga bisa menimbulkan nyeri.

Alat gerak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga penderita tidak dapat

menggerakkan lengannya, berdiri diatas satu tungkai atau menggenggam dengan tangannya.

Darah bisa merembes dari tulang yang patah (kadang dalam jumlah yang cukup banyak) dan

masuk kedalam jaringan di sekitarnya atau keluar dari luka akibat cedera.

Fraktur pada Interkondilar Humerus

Pada fraktur ini bentuk garis patah yang terjadi berupa huruf T atau Y. Di daerah siku tampak

jelas pembengkakan, kubiti varus atau kubiti valgus.

Jenis Fraktur pada Antebrakial Distal

Fraktur Colles, deformitas fraktur ini berbenuk seperti sendok makan. Pasien terjatuh

dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh serta lengan berputar ke dalam

(endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar

(eksorotasi/supinasi)

Fraktur Smith, merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior, karena itu sering disebut

reverse Colles fracture. Biasa terjadi pada orang muda. Pasian jatuh dengan tangan

menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan

tangan dan pronasi. Garis patahan biasanya transversal, kadang-kadang intrakular.

Fraktur Galeazzi, fraktur radius distalserta dislokasi sendi radius ulna distal. Saat

pasien jatuh dengan tangan terbuka menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah

dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi.

Fraktur Montegia, merupakan fraktur segitiga proximal ulna disertai dislokasi sendi

radius ulna proximal. Terjadi karena trauma langsung.

Dislokasi

Page 16: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

Keluarnya/bercerainya kepala sendi dari mangkuknya. Dislokasi merupakan suatu

kedaruratan yang memerlukan pertolongan segera. Dislokasi sendikecil dapat direposisi

ditempat kejadian tanpa anastesi.

 

Page 17: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

ANATOMI

1. Anatomi dari ekstremitas inferior

Ekstremitas inferior disebut juga Ossa Membri Inferioris, terdiri dari 2 bagian besar:

a. Cingulum Membri Inferioris (Cingulum Pelviculum)

i. Os Coxae (Pelvicum)

Terdiri dari tiga buah tulang, yaitu os ilium, os ischium dan os punis. Ketiga

tulang tersebut bertemu pada acetabulum pada usia kira-kira 16 tahun.

Os coxae sinister dari os coxae dexter bertemu di bagian anterior pada linea

mediana, membentuksymphysis pubis, di bagian dorsal membentuk persendian

dengan os sacrum. Os coxae dxter, os coxae sinister, os sacrum dan os coccygeus

membentuk cavum pelvicum.

Os coxae mempunyai dua facies, yakno facies medialis atau facies pelvina dan

facies lateralis atau facies externa. Facies lateralis dibagi menjadi 3 bagian, sebagai

berikut :

(1) pars glutealis  (aspect  posterolateral),   (2)   pars  adductoris (aspect anterior) dan

(3) pars acetabulum. Pada facies lateralis ini terdapat sebuah lekukan yang dalam,

berbentuk cangkir, disebut acetabulum, berada di cranialis foramen obturatorium.

Tepi acetabulum tajam, disebut limbus acetabuli, kecuali di bagian caudal

membentuk incisura acetabuli. Lantai acetabulum membentuk fossa acetabuli,

ditempati oleh ligamentum teres femoris. Antara lantai acetabulum dan tepi

acetabulum terdapat suatu cartilago, berbentuk telapak kuda, disebut facies lunata

dan mengadakan persendian dengan caput femoris membentuk articulatio coxae.

Facies medialis dibagi apertura pelvis superior menjadi major, berada di bagian

cranial, dan pelvis minor yang berda di bagian caudal. Apertura pelvis superior

dibentuk oleh : promontorium, margo anterior ala osis sacri, linea iliopectinea, crista

pubica dan tepi cranial symphysis ossis pubis. Kedua buah os coxae membentuk

dinding anterior dan dinding lateral cavum pelvicum.

Foramen obturatorium, berbentuk oval, memisahkan os pubis yang terletak di

bagian anterosuperior dari os ischium yang berada di bagian posteroinferior.

Foramen ini ditutupi oleh membrana obturatoria, kecuali di bagian cranial pada

sulcus obturatorius yang dilalui oleh nervus obturatorius dan vasa obturatoria. Pada

membrana obturatoria ini melekat m.obturator internus dan m.obtorator externus.

Page 18: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

ii. Os Pubis (Pubis)

Terdiri dari corpus, ramus superior dan ramus inferior. Corpus ossis pubis

berbentuk pipih, dilapisi oleh cartilago hyaline, bersatu yang kiri dan kanan,

membentuk symphysis osseum pubis. Crista pubica adalah suatu peningian yang

kasar, berada di sepanjang tepi antero-posterior corpus ossis pubis dan berakhir

sebagai suatu tonjolan kecil yang dinamakan tuberculum pubicum, tempat

melekatnya ligamentum inguinale.

Letak dari crista pubica kira-kira 3 cm di lateral linea mediana dan padanya

melekat m.rectus femoris, conjoint tendon dan vagina musculi recti.

Facies interna corpus ossis pubis licin, membentuk dinding anterior cavitas

pelvis. Permukaan anterior corpus ossis pubis kasar dan merupakan tempat

perlekatan dari m.adductor longus. Facies pelvina corpus ossis pubis mempunyai

permukaan yang halus, menghadap ke arah cranial, ditempati oleh vesica urinaria.

Facies femoralis corpus ossis pubis menghadap ke arah caudal, permukaannya kasar.

Pada posisi Anatomi, tuberculum pubicum dan spina iliaca anterior superior

terletak pada bidang frontal yang sama. Demikian pula crista pubica, os coccygeus,

pertengahan acetabulum, caput femoris dan ujung trochanter major terletak pada

bidang horizontal yang sama.

Ramus superior ossis pubis berbentuk segitiga, meluas dari bagian superior

corpus ossis pubis menuju ke eminentia iliopectinae (= eminentia iliopubica), yang

merupakan suatu  peninggian pada perbatasan antara ramus superior ossis pubis

dengan os ilium. Ramus superior mempunyai tiga permukaan, yaitu (1) facies

pelvina, (2) facies pectinea, dan (3) facies obturatoria. Facies pelvina halus,

berbentuk segitiga, turut membentuk dinding cavitas pelvis. Facies pectinea

berbentuk segitiga, tempat melekat m.pectinea, dan dipisahkan dari facies pelvina

oleh linea pectinea, meluas dari tuberculum pubicum sampai pada eminentia

iliopectinea. Facies obturatoria menghadap ke arah caudo-dorsal, turut membentuk

sulcus obturatorius. Ujung lateral ramus superior membentuk 1/5 bagian dari

acetabulum.

Ramus inferior ossis pubis pendek, meluas dari corpus ossis pubis menuju ke arah

dorso-caudo-lateral, dan bertemu dengan ramus inferior ossis ischii; turut

membentuk foramen obturatorium

iii. Os Ilii (ilium)

Page 19: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

Tepi superior os ilii melengkung dan disebut crista iliaca, ke arah interior

berakhir sebagai spina iliaca anterior superior, dan ke arah superior berakhir spina

iliaca posterior superior. Crista iliaca membentuk labium externum dan labium

internum. Di antaranya terdapat linea intermedia. Kira-kira 5 cm di sebelah dorsal

dari spina iliaca anterior superior labiun externum membentuk tuberculum iliacum.

Di bagian anterior crista iliaca melekat m.obliquus internus abdominis, m.obliquus

externus abdominis dan m.transversus abdominis. Pada bagian posterior crista iliaca

terdapat perlekatan dari m.quadratus lumborum dan m.erector spinae. Di antara

spina iliaca anterior superior dan acetabulum terdapat suatu penonjolan yang bulat,

disebut spina iliaca anterior inferior, tempat perlekatan dari ligamentum iliofemorale

dan m.rectus femoris.

    Pada facies lateralis, di sebelah cranial dari acetabulum os ilii membentuk facies

glutea (=dorsum ilii), di bagian anterior berbentuk konveks dan di bagian posterior

berbentuk konkaf. Pada permukaan ini terdapat linea glutea posterior, letak vertikal

dan berada di sebelah anterior spina iliaca posterior superior. Garis ini memisahkan

perlekatan m.gluteus maximus daripada m.gluteus medius. Di sebelah anterior dari

linea glutea posterior terdapat linea glutea anterior, yang mulai dari incisura

ischiadica major melengkung ke cranial dan berakhir pada crista iliaca dekat pada

acetabulum/ di antara linea glutea dan linea glutea posterior terdapat perlekatan dari

m.glutea medius.

Garis yang ketiga adalah linea glutea inferior, yang melengkung kira-kira 2,5 cm di

cranialis dari acetabulum. M.gluteus minimus melekat di antara linea glutea anterior

dan linea glutea inferior. Sebuah tonjolan yang terletak di sebelah cranial dan

incisura ischiadic major, di sebelah caudal dari spina iliaca posterior superior,

disebut spina iliaca posterior inferior.

Facies medialis dibagi oleh linea arcuata menjadi dua bagian. Bagian yang berada

di sebelah superior linea arcuata membentuk fossa iliaca, tempat melekat m.iliacus,

dan bagian yang berada di sebelah inferior linea arcuata mempunyaiu permukaan

yang licin, disebut corpus ossis ilii dan bersatu dengan facies medialis corpus ossis

pubis dan ossis ischii.

Di sebelah cranialis dari incisura ischiadica major terdapat facies auricularis,

berbentuk huruf  “C” dengan kakinya yang membuka ke arah posterior, membentuk

articulatio sacroiliaca dengan os sacrum.

Page 20: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

Bagian yang terletak di antara facies auricularis dan crista iliaca disebut

tuberositas iliaca, mempunyai permukaan yang kasar dan merupakan tempat melekat

ligamentum sacroiliacum

iv. Os Ischii (Ischium)

Terdiri atas bagian, yakni (1) corpus, (2) tuber ischiadicum dan (3) ramus ossis

ischii. Corpus ossis ischii berbentuk segitiga, yang turut membentuk tepi foramen

obturatorium, acetabulum dan incisura ischiadica major, mempunyai tiga permukaan

yakni (1) facies medialis (= facies pelvina), (2) facies lateralis (= facies acetabularis)

dan (3) facies posterior (= facies glutealis). Facies glutelis terletak di antara tepi

acetabulum dan incisura major, ke arah cranialis bersatu dengan corpus ossis ilii dan

ke arah caudal melanjutkan diri menjadi tuber ischiadicum.

Ramus ossis ischii terdiri dari ramus superior dan ramus inferior ossis ischii, yang

mengelilingi foramen obturatorium. Ramus inferior ossis ischii bersatu dengan

ramus inferior ossis pubis.

Tuber ischiadicum adalah bagian yang berada di antara ramus superior dan ramus

inferior ossis ischii. Ada literature yang tidak membagi ramus ossis ischii menjadi

ramus superior et inferior dan tuber ischiadicum adalah bagian yang terletak di

antara corpus ossis ischii dan ramus ossis ischii. Tuber ischiadicum berbentuk oval,

mempunyai tepi medial dan tepi lateral, berfungsi menempung berat badan ketika

seseorang duduk dan tempat melekat m.hamstring.

v. Cavitits Pelvis

    Dibentuk oleh pelvis minor, di sebelah cranial dibatasi oleh apertura paevis

superior dan di sebelah caudal dibatasioleh apertura pelvis inferior. Apertura pelvis

superior (= inlet atau brim) dibentuk oleh promontorium di sebelah posterior, linea

arcuata di lateral dan crista pubica di bagian anterior.

Caldwell dan Moloy membuat klasifikasi pelvis wanita atas dasar bentuk apertura

pelvis superior, menjadi (1) tipe gynecoid, (2) android, (3) anthropoid dan (4)

platypelloid.

Besar kecilnya cavitas pelvis ditemukan oleh ukuran-ukuran apertura pelvis

superior, seperti ukuran anterior-posterior (= diameter conjugata) dan diameter

transversa.

Apertura pelvis inferior dibentuk oleh ujung oscoccygeus, tuber ischiadicum dan

Page 21: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

arcus pubis di bagian anterior. Arcus pubis dibentuk oleh ramus inferior ossis pubis

sinister dan dexter.

Sumbu cavitas pelvis berbentuk arcus yang melengkung, mengikuti dinding

anterior yang pendek dan dinding posterior yang panjang.

Dibandingkan dengan pelvis pria, maka pelvis wanita :

-    lebih ringan

-    jarak antara spina iliaca anterior superior lebih panjang

-    tempat melekat otot kurang jelas

-    apertura pelvis superior lebih besar dan bulat

-    arcus pubis lebih besar (sudut tumpul)

-    foramen obturatorium berbentuk seperti segitiga, dan lebih kecil

-    acetabulum lebih kecil, dan mengarah ke anterior

b. Pars Liberi Membri Inferioris

i. Femur (Os Femoris)

Merupakan tulang yang paling panjang dan paling berat dalam tubuh manusia.

Panjangnya kira-kira 1/4 sampai 1/3 dari panjang tubuh. Pada posisi berdiri, femur

meneruskan gaya berat badan dan pelvis menuju ke os tibia.

    Terdiri dari corpus, ujung proximal dan ujung distal. Pada ujung proximal

terdapat caput ossis femoris, collum ossis femoris, trochanter major dan trochanter

minor. Pada ujung distal terdapat condylus medialis dan condylus lateralis. Pada

posisi Anatomi kedua ujung condylus medialis dan condylus lateralis terletak pada

bidang horizontal yang sama.

Caput ossis femoris berbentuk 2/3 bagian dari sebuah bul;atan (bola), letak

mengarah ke cranio-medio-anterior. Pada ujung caput femoris, di bagian caudo-

posterior dan titik sentral,  terdapat fovea capitis, yang menjadi tempet perlekatan

dari ligamentum teres femoris.

    Collum femoris terletak di antara caput dan corpus ossis femoris, ukuran panjang

5 cm, membentuk sudut sebesar 125 derajat. Pada bayi dan anak-anak sudut tersebut

lebih besar dan pada wanita lebih kecil.

Trochanter major adalah sebuah tonjolan ke arah lateral yang terdapat padda

perbatasan collum dan corpus ossis femoris. Pada facies anteriornya melekat

m.gluteus minimus. Pada permukaan lateral melekat m.gluteus medius. Pada sisi

Page 22: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

medial dari trochanter major terdapat fossa trochanterica, tempat melekat

m.obturator externus

Trochanter major berada 10 cm di sebelah caudal dari crista iliaca, dan dapat

dipalpasi pada sisi lateral tungkai. Pada posisi berdiri trochanter major berada pada

bidang horozontal yang sama dengan tuberculum pubicum, caput femoris dan ujung

os coccygeus.

    Trochanter minor merupakan suatu tonjolan berbentuk bundar (konus), terletak

mengarah ke medial  dan berada di bagian postero-medial perbatasan collum dengan

corpus ossis femoris. Di antara trochanter minor dan trochanter major, pada

permukaan posterior terdapat crista intertrochanterica, tempat melekat m.quadratus

femoris.

    Corpus ossis femoris melengkung ke ventral, membentuk sudut sebesar 10 derajat

dengan garis vertical yang ditarik melalui caput femoris, garis tersebut merupakan

axis longitudinalis dari articulatio coxae. Axis longitudinalis dari corpus ossis

femoris dengan axislongitudianlis dari collum ossis femoris membentuk sudut

inklinasi, yang bervariasi menurut usia dan sex. Apabila sudut inklinasi mengecil

maka kondisi ini dinamakan coxa valga.

Bentuk corpus ossis femoris di bagian proximal bulat dan makin ke distal menjadi

agak pipih dalam arah anterior-posterior. Pada facaies dorsalis terdapat linea aspera,

yang terdiri atas labium laterale dan labium mediale. Ke arah superior labium

laterale membentuk tuberositas glutea dan labium medial menjadi linea pectinea

sampai pada trochanter minor. Ke arah inferior labium laterale berakhir pada

epicondylus lateralis dari labium mediale mencapai epicondylus medialis femoris.

Di antara kedua ujung distal labimu laterale dan labium mediale terdapat planum

popliteum. Pada linea aspera melekat mm.adductores, m.vastus medialis, m.vastus

lateralis dan caput breve m.biceps femoris.

Ujung distal corpus ossis femoris membentuk dua buah tonjolan yang

melengkung, disebut condylus medialis dan condylus lateralis. Daerah di antara

kedua condylus itu, di bagian posterior dan caudal disebut fossa intercondyloidea. Di

bagian ventral, kedua condylus tersebut membentuk facies patellaris, yang dibagi

oleh sebuah alur menjadi dua bagian yang tidak sama besar, pars lateralis lebih besar

dan kurang menonjol dibandingkan dengan pars medialis. Pars latralis mengadakan

persendiaan dengan facies articularis lateralis patellae. Facies medialis lebih kecil

Page 23: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

dan lebih menonjol ke distal, mengadakan persendiaan dengan facies articularis

patellae.

Bagian distal condylus lateralis secara relatif lebih besar dan terjal, sedangkan

condylus medialis lebih kecil dan melengkung. Facies medial dari condylus medialis

femoris konveks dan kasar, dan bagian yang paling menonjol disebut epicondylus

medialis.

Bagian yang paling menonjol pada facies lateralis condylus lateralis femoriss

disebut epicondylus lateralis femoris, bentuknya lebih kecil daripada yang medial

ii. Patella

Adalah sebuah os sesomoidea, ukuran kira-kira 5 cm, berbentuk segitiga, berada

di dalam tendo (bertumbuh di dalam tendo) m.quadriceps femoris. Dalam keadaan

otot relaksasi, maka patella dapat digerakkan ke samping, sedikit ke cranial dan ke

caudal.

Mempunyai facies anterior dari facies articularis; facies articularis lateralis

bentuknya lebih besar daripada facies articularis medialis.

Margo superior atau basis patellae berada di bagian proximal dan apex patellae

berada di bagian distal. Marga medialis dan margo lateralis bertemu membentuk

apex patellae

iii. Tibia

Sebuah os longum, mempunyai corpus, ujung proximal dan ujung distal, berada

di sisi medial dan anterior dari crus. Pada posisi berdiri, tibia meneruskan gaya berat

badan menuju ke pedis.

Ujung proximal lebar, mengadakan persendian dengan os femur membentuk

articulatio genu, membentuk condylus medialis dan condylus lateralis tibiae, facies

proximalis membentuk facies articularis superior, bentuk besar, oval, permukaan

licin.

Facies articularis ini dibagi menjadi dua bagian, dari anterior ke posterior, oleh fossa

intercondyloidea anterior, eminentia intercondyloidea dan fossa intercondyloidea

posterior. Fossa intercondyloidea anterior mempunyai bentuk yang lebih besar

daripada fossa intercondyloidea posterior. Tepi eminentia intercondyloidea

membentuk tuberculum intercondylare mediale dan tuberculum intercondylare

laterale. Eminentia epicondylaris bervariasi dalam bentuk dan sering juga absen.

Page 24: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

Facies articularis dari condylus medialis berbentuk oval, sedangkan facies

articularis condylus lateralis hampir bundar. Condylus lateralis lebih menonjol

daripada condylus medialis. Pada facies inferior dari permukaan dorsalnya terdapat

facies articularis, berbentuk lingkaran, dinamakan facies facies articularis fibularis,

mengadakan persendian dengan capitulum fibulae. Di sebelah inferior daro condylus

tibiae terdapat tonjolan ke arah anterior, disebut tuberositas tibiae. Di bagian

distalnya melekat ligamnetum patellae.

Corpus tibiae mempunyai tiga buah permukaan, yaitu  (1) facies medialis, (2)

facies lateralis dan (3) facies posterior. Mempunyai tiga buah tepi, yaitu (1) margo

anterior, (2) margo medialis dan (3) margo interosseus.

Fossa medialis datar, agak konveks, ditutupi langsung kulit dan dapat dipalpasi

secara keseluruhan. Facies lateralis konkaf, ditempati oleh banyak otot. Bagian

distalnya menjadi konveks, berputar ke arah ventral, melanjutkan diri menjadi

bagian ventral ujung distal tibia. Facies posterior berada di antara margo medialis

dan margo interosseus. Pada sepertiga bagian proximal terdapat linea poplitea, suatu

garis yang oblique dari facies articularis menuju ke margo medialis.

Margo anterior disebut crista anterior, sangat menonjol, di bagian proximal mulai

dari tepi lateral tuberositas tibiae, dan di bagian distal menjadi tepi anterior dari

malleolus medialis.

Margo medialis, mulai dari bagian dorsal condylus medialis sampai ke bagian

posterior malleolus medialis.

Margo interosseus mempunyai bentuk yang lebih tegas daripada margo medialis,

tempat melekat membrana interossea. Di bagian proximal mulai pada condylus

lateralis sampai di apex incisura fibularis tibiae membentuk bifurcatio.

Ujung distal tibia membentuk malleolus medialis. Malleolus medialis

mempunyaii facies  superior, anterior, posterior, medial, lateral dan inferior. Pada

facies posterior terdapat sulcus malleolaris, dilalui oleh tendo m.tibialis posterior dan

m.flexor digitorum longus. Pada permukaan lateral terdapat incisura fibularis yang

membentuk persendian dengan ujung distal fibula.

Facies articularis inferior pada ujung distal tibia membentuk persendian dengan

facies anterior corpus tali..

iv. Fibula

Page 25: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

Terletak di bagian lateral crus, sejajar dengan tibia, hampir sepanjang denga tibia.

Di bagian proximal membentuk persendian dengan tibia dan di bagian distal dengan

os talus. Bagian intermedia difiksasi oleh membrana interossea pada tibia,

membentuk suatu syndesmosis. Fibula tidak menampung gaya berat badan, dan

karena bagian medial ditutupi oleh otot-otot, maka hanya ujung-ujungnya saja yang

dapat dipalpasi. Fibula terdiri dari corpus, ujung proximalis dan ujung distal.

Ujung proximalis disebut capitulum fibulae, membentuk persendian dengan

ujung proximal bagian posterior tibia, disebut articulatio tibiofibularis proximalis,

dapat dipalpasi di caudalis condylus lateralis tibiae, di bagian posteriornya.

Capitulum fibulae terletak setinggi dengan tuberositas tibiae. Pada bagian medial di

ujung capitulum fibulae terdapat facies articularis, yang membentuk persendian

dengan condylus laterlis tibiae. Permukaan persendiaa ini menghadap ke arah

ventro-cranio-medial. Facies lateralis capitulum fibulaea kasar, tempat melekat

m.biceps femoris dan ligamentum collaterale. Dari facies latero-posterior terdapat

tonjolan yang menjulang ke cranial, disebut apex capitis fibulae (=processus

styloideus).

Corpus fibulae pada 3/4 bagian proximal mempunyai tiga margo atau crista, yaitu

(1) margo anterior, (2) margo interosseus, (3) margo posterior. Corpus fibulae

mempunyai tiga facies, sebagai berikut : (1) facies lateralis, (2) facies medialis dan

(3) facies posterior.

Margo anterior lebih menonjol daripada margo lainnya, dan dimulai dari apex

capitis fibulae, tempat melekat septum intermusculare. Margo posterior meluas

mulai dari apex capitis fibulae menuju ke caudo-medial mencapai permukaan

posterior malleolus lateralis.

Facies lateralis berada di antara margo anterior dan margo superior, tempat

melekat m.peroneus longus dan m.peroneus brevis. Facies medialis berada di antara

margo anterior dan margo interosseus tempat perlekatan m.extensor digitorum

longus, m.extensor hallucis longus dan m.peroneus tertius. Facies posterior berada di

antara margo posterior dan margo interosseus, tempat melekat m.soleus, m.flexor

hallucis longus dan m.tibialis posterior.

Malleolus lateralis mempunyai permukaan medialis yang berbentuk segitiga,

halus dan mengadakan persendian dengan os tatus. Malleolus lateralis lebih

menonjol daripada malleolus medialis, terletak lebih ke posterior, dan kira-kira 1 cm

lebih ke distal. Pada facies medialis terdapat facies articularis malleoli, yang

Page 26: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

mengadakan persendian dengan os talus, dan bagian superiornya membentuk

articulus dengan tibia. Pada permukaan medialis, disebelah posterior facies

articularis terdapat fossa malleoli lateralis. Pada facies posterior terdapat sulcus

malleolaris (= sulcus tendinis mm. Peronaeorum)

v. Ossa tarsi

Terdiri dari 7 tulang yaitu talus, calcaneus, os naviculare, os cuneiforme mediale, os

cuneiforme intermedium, os cuneiforma lateralis dan os coboideum.

a) Talus

Bagian posteriornya bedar, disebut corpus tali, bagian anterior kecil yang

disebut caput tali dan di antaranya terdapat collum tali. Caput tali mengarah ke

medialis.

Facies superior corpus talli membentuk facies articularis, berbentuk konveks

ke arah anterior-posterior, dan konkaf pada sisi-sisinya. Facies articularis tersebut

kecil di bagian posterior dan besar di abgian anterior, membentuk persendian

dengan ujung distalis tibia. Facies superior berlanjut ke sisi medial dan

mengadakan persendian dengan malleolus medialis, ke arah lateral membentuk

articulus dengan malleouls lateralis. Fadies articularis tersebut disebut trochlea

tali. Pada facies posterior corpus terdapt tonjolan yang disebut processus posterior

tali, yang dipisahkan oleh sulcus m.flexoris hallucis longi menjadi dua bagian,

yaitu tuberculum mediale dan tuberculum lateralis tali.

Caput tali ke arah anterior membentuk facies articularis navicularis, yang

bmembentuk articulus dengan os naviculare. Berdekatan dengan facies articularis

tersebut pada facies inferior caput tali terdapat facies articularis calcanea antrior

dan facies articularis calcanea media, yang mengadakan persendian dengan

calcaneus. Pada facies inferior, di antara facies articularis calcanea posterior dan

facies articularis anterior et media terdapat sulcus tali

b) Os calcaneus

Adalah tulang yang terbesar dari semua assa tarsi. Bagian posterior-inferior

disebut tuber calcanei, yang membentuk tumit. Permukaan posterior kasar, tempat

melekat tendo calcaneus. Facies inferior membentuk processus medialis dan

apraocessus lateralis yang bertumpu pada lantai.

Facies anterior mengadakan persendian dengan os cuboideum melalui facies

articularis cuboidei.

Page 27: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

Pada facies medialis terdapat sebuah tonjolan yang disebut sustentaculum tali.

Pada facies superior sustentaculum tali terdapat facies articularis talaris media,

yang mengadakan persendian dengan facies articularis calcanea media tali yang

terdapat pada facies inferior caput tali. Pada faacies inferior sustentaculum tali

terdapat sulcus m.flexor hallucis longi.

Pada facies superior calcaneus, di bagian pertengahan, terdapat facies

articularis talaris posterior, yang besar, oval, konveks, mempunyai axis panjang

yang mengarah ke antero lateral, membentuk persendian dengan facies articularis

calcanea posterior, di antara facies articularis posterior dengan facies articularis

mesia terdapat  sulcus calcanei. Sulcus tali dan sulcus calcanei bersama-sama

membentuk sinus tarsi. Di sebelah anterior dari facies articularis media terdapat

facies articularis talaris anterior, yang mengadakan persendian dengan facies

articularis calcanea anterior tali.

    Pada facies lateralis, di bagian anterior calcaneus, terdapat processus

trochlearis, yang memisahkan tendo m.peroneus longus daripada tendo

m.peroneus brevis

c) Os naviculare

Terletak di sebelah anterior caput tali. Permukaan posteriornya membentuk

facies articularis yang konkaf, mengadakan articulus dengan caput tali ;

permukaan anteriornya membentuk facies articularis yang konveks dan

mengadakan persendian dengan os cuneiforme I – II – III. Facies lateralis agak

sempit dan membentuk facies articularis untuk bertemu dengan os cuboideum.

Pada sisi medial terdapat tuberositas ossis navicularis, yang dapat dipalpasi 3

cm di sebelah caudo-anterior dari malleolus medialis.

d) Os cuboideum

Terletak pada sisi lateral pedis, mengadakan persendian di bagian dorsal

dengan calcaneus, di bagian medial dengan os cuneiforme lateralis, dan di bagian

anterior dengan os metatarsale IV dan V.

Pada facies inferior terdapat tuberositas ossis cuboidei, dan di sebelah anterior

terdapat sulcus tendinis m.peronaeai longi. Pada permukaan inferior tersebut

melekat m.flexor hallucis brevis

e) Os cuneiforma

Terdiri  dari :  (1)  os cuneiforme mediale , (2) os cuneifoemr intermedium dan

(3) os cuneiforme laterale . Ossa cuneiforme di bagian posterior membentuk

Page 28: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

articulus dengan os naviculare dan os cuboidem, dan di bagian anterior

membentuk articulus dengan os metatarsale I,II dan III.

Os cuneiforme I (mediale) lebih besar daripada kedua ossa cuneiforme

lainnya, dan os cuneiforme II (intermedia) adalah yang terkecil. Os cuneiforme

III (laterale) membentuk persendian dengan os cuboideum. Pada os cuneiforme

mediale melekat tendo m.peronaeus dengan os cuboideum. Pada os cuneiforme

mediale melekat tendo m.peronaeus longus dan m.tibialis anterior. Tendo

m.tibialis possterior melekat pada ketiga ossa cuneiformia, os cuboideum dan

ossa metatarsalia II, III, IV dan V

f) Ossa metatarsi

Ada lima buah ossa metetarsi, masing-masing mempunyai caput metatarsale,

caput metatarsale dan basis metatarsalis. Basis ossa metatarsalis I, II dan III

mengadakan persendian dengan ossa cuneiformia. Basis ossis metatarsi IV dan V

membentuk persendian dengan os cuboideum. Caput ossis metatarsalis I, II, III

dan IV mengadakan araticulus dengan basisi ossis phalangis proximalis.

Os metatarsale I mempunyai bentuk yang lebih besar dan lebih kokoh daripada

ossa metatarsi lainnya. Di bagian inferior caput ossis metatarsalis I terdapat sua

buah ossa sesamoidea, yang berada di dalam tendo m.flexor hallucis brevis.

Basis ossis metatarsalis V membentuk tuberositas ossis metatarsalis V, yang

menonjol ke arah lateral

g) Ossa digitorum (Phalanges)

Setiap os phalanx mempunyai basis phalangis, corpus phalangis dan caput

phalangis. Jari pertama hanya mempunyai dua buah ossa phalanges, sedangkan

jari-jari lainnya mempunyai tiga buah ossa phalanges. Os phalanx jari I lebih

besar dari semua ossa phalanges yang ada. Basis ossis phalanges mengadakan

persendian dengan caput ossis metatarsalis.

1. Articulatio et ligamenta, struktur penyusun, tipe, dan gerakan

Articulatio Penyusun Tipe Gerakan Struktur

penguat

Articulatio coxae Acetabulum dan

caput femoris

spheroidea flexi, extensi,

abduksi,

adduksi,

endorotasi,

Lig.

Iliofemorale, lig.

Pubofemorale,

lig.

Page 29: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

ekxorotasi. Ischiofemorale,

lig. Transversum

acetabuli, lig.

Capitis femoris.

Articulatio sacroiliaca Facies

auricularis ossis

sacri dan facies

auricularis ossis

illii

amphiarthrosis terbatas Lig.

Sacroiliacum

anterior, lig.

Sacroiliacum

posterior longus,

lig. Sacroiliacum

posterior brevis,

lig. iliolumbale

Symphysis ossium pubis Hubungan

antara dua os

pubis

Synchondrosis

dengan discus

interpubicus

- Lig. Pubicum

superius, lig

arcuatum

pubicus, discus

interpubicus.

Articulatio genu, terdiri

dari:

- Articulatio femoro

patellaris

Condyles

femoris laterale

et mediale,

condyles tibia

laterale et

mediale,

meniscus

laterale et

mediale, patella.

gynglimus Flexi, extensi,

eksorotasi, dan

endorotasi

Lig. Collaterale

laterale et

mediale, lig.

Transversum

genu, lig.

Crusiatum

anterius et

posterius, lig.

patella

- Articulatio menisco

femoralis

- Articulatio menisco

tibialis

Articulatio

tibiofibularis proximal

Facies

articularis

fibularis os tibia

dan Facies

articularis

amphiarthrosis terbata Lig. capitis

fibulae anterior

et posterior

Page 30: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

capitis fibulae

Articulatio

tibiofibularis distalis

Incisura

fibularis os tibia

dan facies

articularis

malleoli fibulae

Syndesmosis

fibrosa

- Lig.

tibiofibularis

anterior et

posterior

Articulatio talocruralis facies articularis

inferior os tibia,

facies articularis

malleoli

medialis et

lateralis fibulae,

trochlea tali os

talus.

Morfologi:

Trochlearis,

Fngsional:

Gynglimus

Flexi plantar,

felxi dorsal

Lig. mediale:

Pars.

Tibiofibularis

anterior et

posterior,

Pars.

tibiocalcanea,

Pars.

tibionaviculare.

Lig. laterale :

Lig.

calcaneofibulare,

lig. talofibulare

anterius et

posterius

Articulatio

talocalcaneonavicularis

Os. Talus, os.

Calcaneus, os.

naviculare

Throcoidea Supinasi,

pronasi

-

Articulatio

cuneonavicularis

Os. Cuneiforme,

dan os

cuneiforme

Throcoidea Supinasi,

Pronasi

-

Articulatio

tarsometatarsales

(Lineamputationes

lisfranc)

Ossa

cuneiforme, os

cuboidea,

dengan ossa

tarsalia

- - -

Articulatio

metatarsophalangeales

Capu tarsale

dengan bais

spheroidea Flexi, extensi -

Page 31: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

phalanges

Articulatio

interphalangeales

Caput tarsale

dengan bais

phalanges

gynglimus Flexi-extensi -

Systema vascularisasi extremitas inferior

1) Arteria

- Regio glutea: a. glutea superior melalui foraen suprapiriforme dan a. glutea inferior

cabang a. hypogastrica melalui foramen infrapiriforme.

- a. iliaca externa a. femoralis a. popltea (pada fossa poplitea) a. tibialis

- a. tibialis anterior (depan) vaskularisasi bagian dorsal kaki,

menjadi a. dorsalis pedis.

-

a, tibialis posterior (belakang) a. plantaris pedis

- Di regio femur: a. femoralis Bagian superficial : a. cutaneous (di sekitar

kulit)

Bagian profunda: a. profunda (bagian dalam)

2) Vena

- Vena berjalan mengikuti arteri penamaannya

- Bagian Profunda: v. iliaca externa v. femoralis v. popliteal v. tibialis

- Bagian Superficial: Medial: v. saphena magna bermuara pada v.

femoralis

Lateral: v. saphena parva bermuara pada v.

femoralis.

Musculus pada ekstremitas inferior dibagi menjadi empat region yaitu: regio gluteus, regio

femur, regio cruris, dan regio pedis et digitotum pedis.

1. Regio glutealis

Bentuk regio ini ditentukan terutama oleh m. gluteus maximus dan paniculus adiposus

a. tibialis

Page 32: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

Batas regio glutealis adalah sebagai berikut:

a. Cranial : crista iliaca

b. Caudal : sulcus glutealis

c. Medial : origo m. gluteus maximus

d. Ventral : garis dari spina iliaca anterior superior ke trochanter major

Otot-otot yang berada pada regio glutealis adalah:

Tabel Otot yang berada pada Regio Glutealis

Otot Origo Insertio Inervasi Fungsi

Lamina Superficialis

M. gluteus

maximus

Permukaan luar

ilium, sacrum,

coccyx, lig.

sacrotuberale

Tract.

Ilitibatibialis &

tuberositas

glutea femoris

N. gluteus

inferior

Retroflexi,

abduction,

adduction,

exorotasi artic.

coxae

M. gluteus

medius

Permukaan luar

ilium

Trochanter

major femoris

N. gluteus

superior

Abduction,

anteflexi,

retroflexi, endo et

exorotasi artic.

coxae

Lamina Profunda

M. gluteus

minimus

Permukaan luar

ilium

Trochanter

major femoris

N. gluteus

superior

Abduction,

anteflexi,

endorotasi artic.

coxae

M. tensor

fasciae latae

Crista iliaca Tractus

iliotibialis

N. gluteus

superior

Abduction,

anteflexi,

endorotasi artic.

coxae dan extensi

exorotasi artic.

Genu

M. piriformis Facies pelvina

ossis sacri, latal

Trochanter

major femoris

R. antor

N. sacralis I, II

Retroflexi,

abduction,

Page 33: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

for sacrale

pelvinum II-IV

exorotasi, artic.

coxae

M. rotator

trisepsDataran dalam

membrana

obturatoria Fossa

trochanteria

femoris

M. musculi ares

plexus sacralis

Retroflexi,

adduction,

exoratio artic.

coxae

M. obturator

int us

M. gemmelus

sup or

Spina ischadica

M. gemmelus

inf or

Tuber

ischiadicum

M. quadrates

femoris

Tuber

ischiadicum

Crista inter

trochanterica

N. lumbalis IV,

V dan N.

sacralis I

Adductio,

exorotation artic.

coxae

Fascia pada regio glutealis:

a. Otot-otot yang melekat pada regio glutea ditutupi oleh fascia glutea yang melekat

pada

- Cranial : crista iliaca

- Mediodorsal : os sacrum

b. Ke arah anterior menjadi apponeurosis glutealis

c. Ke arah caudal mengalami penebalan, yang akan membentuk sulcus glutealis,

tractus illiotibialis, dan fascia lata

d. Lamina profunda bersatu dengan capsula articularis articulation coxae dan caput m.

rectus femoris

2. Regio femur

Regio femoris dibatasi di sebelah:

a. Ventral proximal : ligamentum inguinale

b. Dorsal proximal : regio glutea

c. Distal : regio genu

Otot-otot yang berada pada regio femoris:

Tabel Otot yang berada pada Regio Femoris

Page 34: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

Otot Origo Insertio Inervasi Fungsi

Regio Femur Anterior

M. quadriceps femoris

- M rectus femoris Caput lurus, spina

iliaca anterior

inferior, caput

refleksi, ilium di

atas acetabulum Patella

tuberculum

tibiae via lig.

patellae

N. femoralis

Extensi

articulation

genu

- M. vastus medialis Ujung atas dan

batang femur,

septum fascial

lateral dalam

- M. vastus lateralis

- M. vastus intermedius Facies anterior dan

lateral batang

femur

M. sartorius Spina iliaca

anterior superior

Fascies medial

atas batang tibia

N. femoralis Flexi,

endorotasi

articulation

genu

M. iliacus Fossa iliaca Trochanter

minor femoris

N. femoralis Adduction,

antiflexi,

exorotasi artic.

coxae

M. psoas Proc. Transversus,

corpus, discus

intervertebrali s. V.

Th XII – V. L. V

Trochanter

minor femoris

Flexus lumbalis Adduction,

antiflexi,

exorotasi artic.

coxae

M. pectineus Ramus superior

ossis pubis

Ujung atas linea

aspera batang

femur

N. femoralis Adduction,

antiflexi,

exorotasi artic

coxae

Regio Femur Medial

M. gracilis Ramus inferior Facies media N. obturatorius Adduction,

Page 35: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

ossis pubis, ramus

ossis ischii

femoris bagian

atas

antiflexi,

exorotasi artic

coxae

M. adductor longus Corpus ossis pubis Facies posterior

femoris

N. obturatorius Adduction,

antiflexi,

exorotasi artic

coxae

M. adductor brevis Ramus inferior

ossis pubis

Facies posterior

femoris

N. obturatorius Adduction,

antiflexi,

exorotasi artic

coxae

M. adductor magnus Ramus inferior

ossis pubis, ramus

ossis ischii, tuber

ischiadicum

Facies posterior

femoris,

tuberculum

adductorium

femoris

Bag. Adductor

N. obturatorius

Bag. Hamstring:

n. Ischiadicum

Adduction,

antiflexi,

retroflexi

exorotasi

endorotasi artic

coxae

M. obturatorius

externus

Facies externa

membrane

obturatoria

Trochanter

major

N. obturatorius Adduction,

exorotasi artic.

coxae

Regio Femur Posterior (Hamstring muscle)

M. biceps femoris

- Caput longum Tuber ischiadicum

linea aspera

Caput fibulae N. tibialis

N. peroneus

communis

Flexi, exorotasi

artic. Genu- Caput breve

M. semitendinosus Tuber ischiadicum Facies medialis

tibiae bag. Atas

N. tibialis Flexi,

endorotasi artic.

genu

M. semimembranosus Tuber ischiadicum Condylus

medialis tibiae

N. tibialis Flexi,

endorotasi artic.

genu

Fascia pada regio femur:

a. Kearah ventral membungkus m. Sartorius kemudian terbagi menjadi 2 lamina:

Page 36: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

- Lamina superficialis, melekat pada ligamentum inguinale sampai pada

tuberculum pubicum. Pada lamina superficialis setinggi fossa illiopectinea

terdapat lubang yang di sebut fossa ovalis (hiatus saphenus) dan tepi lateral dari

fossa ini menebal dan menyerupai sebilah sabit sehingga disebut margo

falciformis. Fossa ovalis ini ditutupi oleh fascia yang berlubang-lubang oleh

karena ditembus arteri, vena, nervus, dan vasa limfatika, sehingga fascia ini

disebut fascia cribrosa.

- Lamina profunda, melekat pada ligamentum illiopectinea sampai pada

eminentia iliopectinea melewati pecten ossis pubis, kemudian bersatu dengan

lamina superficialis pada tuberculum pubicum.

b. Kearah medial membungkus m. Gracilis

c. Membungkus m. quadriceps femoris, kemudian melekat pada labium laterale linea

aspera

d. Membungkus m. adductor magnus, kemudian melekat pada labium mediale linea

aspera

e. Kearah dorsal membungkus Hamstring muscle, kemudian melekat pada labium

laterale linea aspera

3. Regio cruris

Otot-otot pada regio cruris yaitu:

Tabel Otot yang berada pada Regio Cruris

Otot Origo Insertio Persarafan

Regio Cruris Anterior

M. tibialis anterior Facies lateralis tibiae,

membrana interossea

Cuneiforme mediale,

os metatarsale I

N. peroneus

profundus/

N. tibialis anterior

M. extensor

digitorum longus

Facies anterior

fibulae

Perluasan extensor

keempat jari kaki

yang lateral

N. peroneus

profundus

M. peroneus tertius Facies anterior

fibulae

Os metatarsale V N. peroneus

profundus

M. extensor hallucis Facies anterior Phalanx distalis N. peroneus

Page 37: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

longus fibulae hallux profundus

M. extensor

digitorum brevis

Calcaneus Tendo m. extensor

longus II-IV,

phalanx proximalis

hallux

N. peroneus

profundus

Regio Cruris Posterior

Kelompok Superficial

M. triceps surae

- M. gastrocnemius

caput laterale

Condylus lateralis

femorisFacies posterior

calcanei (melalui

tendo calcaneus /

Achilles)

N. tibialis

- M.

gactrocnemius

caput medial

Condylus medialis

femoris

- M. soleus Corpus tibiae et

fibulae

M. plantaris Crista

supracondylaris

lateralis femoris

Facies posterior

calcanei

N. tibialis

Kelompok

Profundus

M. popliteus Condylus lateralis

femoris

Facies posterior

corpus ossis tibiae

N. tibialis

M. flexor digitorum

longus

Facies posterior

corpus ossis tibiae

Phalanges distales

keempat jari kaki

lateral

N. tibialis

M. flexor hallucis

longus

Facies posterior

corpus ossis tibiae

Phalanx distalis

hallux

N. tibialis

M. tibialis posterior Facies posterior

corpus ossis tibiae

Tuberositas ossis

naviculare

N. tibialis

Kelompok Lateral

M. peroneus longus Facies lateralis

corpus ossis tibiae

Bassis ossis

metatarsal I dan

cuneiforme mediale

N. peroneus

superficialis

M. peroneus brevis Facies lateralis Bassis ossis N. peroneus

Page 38: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

corpus ossis tibae metatarsal V superficialis

Fascia pada regio Cruris yaitu:

a. Merupakan lanjutan ke caudal dari fascia lata

b. Fascia cruris anterior

- Membungkus otot regio cruris anterior

- Kearah medial melekat pada os tibia dan kearah lateral pada os fibula

- Dipisahkan dari otot-otot regio Cruris lateral oleh septum intermusculare cruris

anterior

- Membentuk kompartemen anterior dan lateral

c. Fascia cruris posterior

- Terbagi menjadi 2 lapisan yaitu lamina superficialis yang membungkus m.

triceps surae dan plantaris; serta lamina profunda membungkus otot-otot regio

cruris posterior lamina profunda

- Membentuk kompartemen posterior: pars superficialis dan kompartemen

posterior pars profunda

- Dipisahkan dengan kompartemen anterior oleh membrane interossea cruris

- Dipisahkan dengan kompartemen lateral oleh septum intermusculare cruris

posterior

d. Membrana interossea cruris adalah membran tipis dan kuat yang menghubungkan

tepian interossea tibia dan fibula. Terdapat 2 lubang yaitu:

- Lubang besar pada bagian atas, tempat masuknya arteri/vena tibialis anterior ke

ruang anterior cruris

- Lubang kecil pada bagian bawah, tempat masukna r. perforans a. peronea ke

dalam ruang anterior

4. Regio pedis et digitotum pedis

Otot-otot pada regio pedis et digitotum pedis:

Tabel Otot yang berada pada Regio Pedis et Digitotum Pedis

Otot Inervasi Lapisan

Otot pada Plantaris Pedis

Kelompok eminentia plantaris pedis

Page 39: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

M. flexor digitorum breveis N plantaris medialis Pertama

M. quadrates plantae N plantaris lateralis Kedua

Kelompok eminentia plantaris lateralis

M. abductor digiti minimi N. plantaris lateralis Pertama

M. flexor digiti minimi

brevis

N. plantaris medialis Ketiga

M. opponents digiti minimi N. plantaris medialis (Variasi)

Kelompok eminentia plantaris medialis

M. abductor hallucis N. plantaris medialis Pertama

M. flexor hallucis brevis N. plantaris medialis Ketiga

M. adductor hallucia N. plantaris lateralis Ketiga

Otot pada Dorsalis Pedis

M. extensor digitorum

brevis

N. fibularis profundus

M. extensor hallucis brevis N. fibularis profundus

M. interossea dorsales I-IV N. plantaris lateralis

Fascia pada regio ini:

a. Fascia profunda

Kulit telapak kaki tebal, tidak berambut, tidak punya kelenjar keringat dalam

jumlah yang besar. Ia terikat kuat dengan fascia dibawahnya, yang disebut fascia

profunda. Fascia ini menebal membentuk:

- Retinaculum flexorum, merupakan pita fascia profunda yang menebal dan

meluas dari malleolus medialis turun ke bawah dan belakang untuk melekat

pada permukaan medial calcaneus

- Reticulum extensorum superius et inferius

- Reticulum peroneorum superius et inferius

- Apponeurosis plantaris, berbentuk segitiga dan menempati daerah sentral

telapak kaki. Fungsinya adalah sebagai tempat perlekatan kulit diatasnya,

melindungi pembuluh darah, saraf, dan tendo, serta selubung synovial

dibawahnya dan membantu pertahanan arcus pedis

b. Fascia dorsalis pedis

Kulit pada dorsum pedis itu tipis, berambut, dan dapat digerakkan secara bebas

terhadap tendo dan tulang dibawahnya.

Page 40: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

Topologi Ekstremitas Inferior

1. Trigonum Femorale

Trigonum ini terdapat di regio Femoris anterior.

Batasnya adalah sebagai berikut::

a. Proximal : Ligamentum inguinale

b. Medial : M. Gracilis

c. Lateral : M. Sartorius

d. Atap : Fascia lata dan fascia cribrosa

e. Dasar : M. Ilipsoas, M. pectineus, M. adductor longus

Pada trigonum ini dapat dijumpai fossa ovalis atau hiatus saphenus

2. Fossa Ovalis atau Hiatus Saphenus

Fossa ovalis terletak di superomedial dalam regio Femoris anterior. Ukuran

diameternya kira-kira 4 cm dan ditutupi oleh fascia cribrosa, yaitu fascia yang

berlubang-lubang karena ditembus oleh:

a. a/v pudenda externa

b. v. saphena magna

c. vasa lymphatica

d. fossa iliopectinea

Fossa ovalis ini dibatasi oleh:

a. Medial : M. pectineus

b. Lateral : M. iliopsoas

c. Proximal : Pectin ossis pubis

3. Canalis Adductorius

Merupakan pelanjutan dari fossa iliopectinea ke distal. Terletak di sepertiga tengah

regio Femoris. Canalis Adductorius dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. Sebelah proksimal sebagai pars muscularis, dibatasi oleh:

- Lateral : M. vastus medialis

- Medial : M. adductor longus

- Ventral : M. sartorius

b. Sebelah distal sebagai pars membranacea, dibatasi oleh:

Page 41: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

- Lateral : M. vastus medialis

- Medial : M. adductor magnus

- Ventral : membrane vasto adductoria

Canalis adductorius ini akan bermuara ke dalam fossa poplitea melalui hiatus

adductorius

4. Fossa Poplitea

Fossa Poplitea terdapat di regio genu posterior, pada ujung distal femur dan ujung

proximal tibia. Fossa poplitea ini berbentuk belah ketupat dengan batas-batasnya:

a. Proximal medial : m. semimembranosus dan m. semitendinosus

b. Proximal lateral : m. biceps femoris

c. Distal lateral : caput laterale m. gastrocnemius dan m. plantaris

d. Distal medial : caput mediale m. gastrocnemius

e. Dasar : planum popliteum femoris, m. popliteus, capsula

f. Atap : fascia poplitea lanjutan ke distal dari fascia lata

Isi dari Fossa Poplitea yaitu:

a. a/v poplitea

b. v. saphena parva

c. v. cutaneus femoris posterior

d. nodus lymphaticus popliteus

e. sebagian n. obturatorius

f. n. ischiadicus atau cabangnya (n. tibialis dan n. peroneus communis)

g. jaringan lemak

5. Pers Anserina

Merupakan persatuan dari 3 tendo yang terdiri dari:

a. M. sartorius

b. M. gracilis

c. M. semitendinosus

6. Tendo Achiles

Adalah persatuan dari tendo m. gastrocnemius dengan m. soleus. Tendo achiles

melekat di tuber calcanei dan biasanya diketuk untuk mengetahui refleks calcanei

berupa refleks fisiologis.

Page 42: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

7. Linea amputations chopart

Sama dengan articulation tarsi transversa

8. Linea amputations lisfranc

Sama dengan articulation tarsometatarsales

9. Canalis tarsi

Merupakan suatu saluran yang terdapat di bagian bawah dari os talus dan bagian atas

dari os calcaneus. Dibentuk oleh sinus tali et sinus calcanei. Saluran ini akan

memisahkan articulation subtalaris di belakang dan articulation talocalcaneo

navicularis di depan.

Canalis tarsi dilalui oleh:

a. Tendo m. tibialis posterior

b. Tendo m. flexor digitorum longus

c. Tendo m. flexor hallucis longus

d. a/v tibialis posterior

e. n. tibialis

Canalis tarsi merupakan kelanjutan ke arah distal dari rongga retromalleolaris

medialis yang ditutupi oleh retinaculum musculorum flexorum dan dilalui tendo m.

peronei.

Canalis tarpi berjalan miring ke depan dan lateral dengan luas bertambah pada ujung

anterolateral dan membentuk sinus tarsi. Sinus tersebut berisi pembuluh darah, lemak,

dan ligamentum.

10. Drop foot

Terjadinya drop foot akibat kelumpuhan n. peroneus profundus

11. Genu valgum dan genu varum

Lurus tidaknya articulation genu bergantung pada perkembangan articulation ini

a. Genu valvum

Garis berat tubuh melalui condylus femoris lateralis dan capitulum fibulae

Keadaan ini menyebabkan

- Ligamentum colaterale mediale tegang

Page 43: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

- Tekanan terutama meniscus lateralis

- Rongga sendi luas pada sisi medial

- Endorotatio luas dapat dilakukan

b. Genu varum

Keadaannya berbalikan dengan genu valgum

c. Genu rectum

Keadaan normal dari articulation genu. Pada genu rectum, garis berat melalui:

- Pertengahan caput femoris

- Pertengahan articulation genu

- Pertengahan calcaneus

12. Talipes atau pes

Talipes atau pes mempunyai 4 bentuk yaitu:

a. Talipes equines

Yaitu kaki tetap dalam keadaan flexi plantair

b. Talipes calcaneus

Adalah kaki tetap dalam keadaan dorsoflexi

c. Talipes varus

Yaitu kaki tetap dalam keadaan inervasi. Hal ini karena paralysis otot supinator

kaki

- M. peronei

- M extensor digitomim longus

- M extensor hallucis longus

d. Talipes valgus

Yaitu kaki tetap dalam keadaan inversi. Hal ini terjadi karena adanya paralysis otot

pronatores kaki:

- M triceps surae

- M tibialis posterior

- M flexor hallucis longus

- M flexor digitonim longus

- M tinialis anterior

Selain talipes di atas, sebutan untuk keadaan kaki yang normal disebut talipes

rectus, dimana garis berat tungkai melalui bagian tengah os calcaneus sampai

permukaan bawah. Malleolus lateralis lebih rendah daripada malleolus medialis.

Page 44: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

Talipes planus adalah suatu keadaan dimana lengkung medialis kaki datar/rendah,

sehingga bagian medialis plantaris pedis memberikan bekas pada lantai. Talipes

planus terjadi karena melemahnya m. tibialis posterior dan ligamentum

calcaneonaviculare.

Page 45: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

BIOKIMIA

BIOKIMIA OTOT

A. OTOT MENGUBAH ENERGI KIMIA MENJADI ENERGI MEKANIS

Otot adalah transducer (mesin) biokimia  utama yang mengubah energi potensial

(kimiawi) menjadi energi kinetik (mekanis).  Otot, jaringan tunggal terbesar di tubuh

manusia membentuk sekitar 25% massa tubuh saat lahir, lebih dari 40% pada orang

dewasa muda dan sedikit lebih kecil 30% pada usia lanjut. 

Otot lurik terdiri dari sel-sel serabut otot  multinukleus   yang di kelilingi oleh

membran plasma yang dapat tereksitasi oleh listrik,yaitu sarkolema. Sel serabut

individual yang panjangnya dapat menyamai panjang keseluruhan otot, mengandung

banyak berkas miofibril yang tersusun sejajar yang terbenam dalam cairan intrasel yang

di sebutsarkoplasma. Di dalam cairan ini terdapat glikogen,senyawa berenergi tinggi,

ATP dan fosfokreatin, serta enzim-enzim glikolilsis.

Miofibril otot rangka mengandung filamen tebal dan tipis. Filamen tebal

mengandung miosin. Filamin tipis mengandung aktin, tropomiosin, dan kompleks

troponin (troponin T,I, dan C). Model jembatan-silang filamen geser adalah dasar dari

pandangan terkini tentang kontraksi otot. Dasar dari model-model ini adalah bahwa

filamen-filamen yang saling tumpang tindih bergeser satu sama lain sewaktu otot

berkontraksi dan jembatan silang antara miosin dan aktin menghasilkan dan

mempertahankan ketegangan otot.

B. AKTIN DAN MIOSIN MERUPAKAN PROTEIN UTAMA OTOT

Monomer G aktin membentuk 25% protein otot berdasarkan berat. Pada kekuatan

ionik fisiologis dan dengan keberadaan Mg2+,G aktin mengalami polimerisasi secara

nonkovalen untuk membentuk filamen heliks ganda tak larut yang disebut F aktin. Serabut

F aktin memiliki tebal 6-7nm dan memiliki puncak dan struktur berulang setiap 35,5

Miosin adalah suatu famili protein,dengan paling sedikit 12 kelas yang telah berhasil

diidentifikasi dalam genom manusia. Miosin I adalah suatu spesies monomer yang

berikatan dengan membran sel. Miosin I dapat berfungsi sebagai penghubung antara

mikrofilamen dan membran sel di lokasi tertentu. Miosin membentuk 55% protein otot

berdasarkan berat dan membentuk filamen tebal. Miosin II adalah heksamer asimetris

dengan massa molekol sekitar 460kDa.

Page 46: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

Miosin merupakan protein otot yang paling besar jumlahnya yang terdiri atas 6 sub-

unit; yaitu 2 rantai berat dan 4 rantai ringan. Terdiri atas bagian globular dan bagian

fibrosa. Bagian globular mengandung enzim ATPase .

Bagaimana hidrolisis ATP menghasilkan gerakan yang dapat terlihat kasat mata?

Kontraksi otot pada hakikatnya terdiri dari perlekatan dan pembebasan siklik kepala S-1

miosin ke filamen F-aktin. Proses ini juga dapat disebut sebagai siklus penyusun dan

perombakan jembatan silang. Perlekatan aksin pada miosin juga diikuti perubahan

konformasi yang sangat penting di kepala S-1 dan bergantung pada nukleotida mana yang

tersedia (ADP atau ATP). Perubahan ini menghasilkan power stroke  (kayuhan bertenaga),

yang mendorong pergerakan filamen aktin melewati filamen miosin. Energi unutk power

stroke pada akhirnay dipasok oleh ATP yang dihidrolisis menjadi ADP dan P1. Namun,

kayuhan bertenaga itu sendiri terjadi karena perubahan konformasi di kepala miosim pada

saat ADP meninggalkannya.

                                               ATP      ATPase          ADP + P1 + energi

Selain itu, bagian globular juga dapat berinteraksi dengan aktin.  Apabila miosin

direaksikan dengan tripsin akan putus menjadi HMM dan LMM. HMM apabila

direaksiakan dengan PAPAIN akan putus menjadi HMMS-1 dan HMMS-2. Miosin HMM

dan HMMS-1 memiliki aktivitas ATP-ase dan masih dapat berinteraksi dengan aktin.

Apabila terjadi rangsangan, aktin G aktin F. Kemudian  tropomiosim dan ketiga

troponin berinteraksi dengan aktin F. Interaksi aktin F, trompomiosin dan troponin

kemudian berinterksi dengan miosin    Ca3+      kontraksi.  Di dalam sel otot terdapat organel

subsel retikulum sarkoplasmik. Di dalam retikulum sarkoplasmik terdapat

protein kalsequestrin. Kalsequestrin merupakan ‘pool’ Ca2+ pada keadaan otot istirahat.

Ketika terjadi rangsangan, kalsequestrin melepaskan Ca2+, kemudian Ca2+ diikat oleh

troponin C sehingga terjadi kontraksi. Pada relaksasi, Ca2+ kembali diikat oleh

kalsequestrin dalam retikulum sarkoplasmik.

Nitrogen oksida adalah regulator otot polos vaskular. Hambatan pembentukannya

dari arginin menyebebkan peningkatan mendadak tekanan darah yang menunjukkan

bahwa regulasi tekanan darah salah satu dari banyak fungsinya.

C. DUA TIPE SERABUT OTOT

Otot rangka berfungsi dalam kondisi aerob (istirahat) maupun anaerob (misalnya lari

cepat), jadi baik glikolisis aerob maupun anaerob bekerja, bergantung pada kondisi. Otot

rangka mengandung mioglobulin untuk menyimpan oksigen.

Page 47: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

 Secara fungsional, otot rangka dibedakan atas dua tipe yaitu; (tipe 1) otot merah/

aerob dan (tipe2) otot putih/ anaerob. Contoh dari otot tipe I adalah pelari maraton dimana

sumber energi dari geerakan ototnya adalah glikolisis aerobik, siklis asam sitrat, dan

oksidasi asam lemak sangat penting pada fase-fase terakhir. Contoh dari tipe otot II adalah

pelari sprint  dimana sember energi dari gerakan ototnya adalah ATP, kreatinin kinase dan

glikolisis anaerobik.

BIOKIMIA SENDI

Otot melekat pada 2 tulang yang terhubung oleh sendi. Beberapa komponen

penunjang tsendi, terdiri atas;

1. Tulang rawan hialin (kartilago hialin) adalah jaringan tulang rawan yang menutupi kedua

ujung tulang. Berguna untuk menjaga benturan Terdiri atas substansi rawan ; kondroitin

sulfat, sedikit protein, dan sedikit Ca2+. Rawan sendi ini dibuat oleh kondroblast/ kondrosit.

2. Kantung sendi (bursa articularis) di antara kedua rawan sendi.

Kantung ini berisi cairan sendi. Dalam cairan sendi terlarut glikosamino glikan, terutama

asam hialuraonat. Oleh karena sifat fisikokimia glikosamino glikan pada cairan sendi ini

membuat pergerakan tulang halus tanpa gesekan.

3. Ligamen (ligamentum) adalah jaringan pengikat yang mengikat luar ujung tulang yang

saling membentuk persendian. Ligamentum juga berfungsi mencegah dislokasi.

4. Cairan sinovial adalah cairan pelumas pada kapsula sendi

SENDI

¢ Rawan Sendi

¢ Membran dan cairan sinovium

¢ Ligamentum dan kapsul sendi

¢ Meniskus

¢ Lubrikasi sendi (Pelumasan)

¢ Diskus intervertebralis

Page 48: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

Rawan Sendi

Komposisi bagian rawan sendi adalah 80% air, 50% dari sisa komposisi matriks rawan sendi

adalah kolagen. Jenis Kolagen terbanyak adalah tipe II. Kolagen lainnya dalam jumlah kecil

dan berada di dalam matriks rawan sendi adalah kolagen tipe IV, V, IX, dan X. Kolagen tipe

IX berfungsi sebagai jangkar terhadap molekul proteoglikan (agrekan) Terdapat fibronektin,

ankhorin, khondronektin yang membantu mempertahankan integritas dan struktur rawan

sendi. Terdiri dari substansi rawan : kondroitin sulfat (g.a.g), sedikit protein & sedikit Ca++

Membran Dan Cairan Sinovium

Jaringan ikat vaskular dan melapisi sisi dalam dari kapsul sendi namun tidak menutupi rawan

sendi. Banyak pembuluh darah yang berperan dalam proses transfer dan transpor konstituen

darah ke ruang sinovium dan pembentukan cairan sinovium. Dalam cairan sendi terlarut

glikosaminoglikan, terutama asam hialuraonat. Sel sinovium akan mensintesis asam

hialuronat sebagai zat tambahan plasma dalam membentuk cairan sendi. Cairan sinovium

berwarna kuning pucat, jernih dan kental. Biasanya jumlah cairan ini sedikit berkisar antara

1-4 ml dan lebih sedikit lagi pada sendi-sendi kecil.

Ligamentum Dan Kapsul Sendi

Berperan dalam stabilisasi sendi. Secara umum strukturnya merupakan gelendong kolagen

(bersama-sama elastin merupakan protein terbanyak yaitu 90%) dan diantaranya dapat

dijumpai fibrosit.

Meniskus

Meniskus (lempeng firbokartilago) dijumpai pada sendi tertentu seperti sendi lutut,

sternoklavikular, radioulnar distal, dan akromioklavikular. Kandungannya sebagian besar

(70-78%) adalah air, bahan inorganik sekitar 3% dan bahan organik terbanyak berupa

kolagen tipe yaitu antara 60-90%.

Lubrikasi Sendi (Pelumasan)

Page 49: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

Terdapat dua sistim lubrikasi yaitu sistim hidrostatik yang berperan pada tekanan besar dan

boundary system yang berperan pada tekanan rendah. Sistem Lubrikasi :

1. Sistem hidrostatik :

— Asam hialuronat memiliki peran utama. Memiliki karakteristik thixotropic yaitu akan

semakin mengental apabila alirannya semakin lambat

2. Boundary system :

— lubricating glycoprotein lain yang berperan. Pada tekanan tertentu air akan dirembeskan

keluar masuk ke dalam ruang sendi dan akan kembali setelah tekanan tersebut hilang.

BIOKIMIA TULANG

Tulangadalahstrukturhidup yang terususunoleh protein (zatorganik)dan mineral

(zatanorganik).Penyusunutamatulangadalah protein yang disebutkolagentipe I. Kolagentipe V

dankolagenlainnyamerupakanbagiankecilpadamatriks. Serta

zatanorganikkristalhidroksiapatityaituCa10(PO4)6(OH2), Na+, Mg2+, CO3- (karbonat), da F-

(fluorida). Hidroksiapatitmerupakanfaktor yang menentukankekuatantulang. (Trihapsari,

2009)

Dalamtubuhtulangmenyimpankalsiumdalamjumlah yang paling besardibandingkandengan

mineral-mineral lain. Kalsiumadalah mineral yang paling banyak di dalamtubuh.Kandungan

mineral dalamtulangdanjumlah total mineral dalamtubuhpadatulangdapatdilihatpadaGambar

1.

Gambar 1.Kandungan mineral dalamtulangdanjumlah total mineral dalamtubuhpadatulang

Page 50: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1
Page 51: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

FISIOLOOGI

FISIOLOGI OTOT RANGKA

A. Struktur Otot Rangka

Otot adalah spesialis kontraksi pada tubuh. Otot rangka melekat ke tulang.

Kontraksi otot rangka menyebabkan tulang tempat otot tersebut melekat bergerak,

yang memungkinkan tubuh melaksanakan berbagai aktivitas motorik. 

Otot rangka adalah organ peka-rangsang yang dipersarafi oleh saraf

motorik somatik dalam kesatuan yang disebut unit motorik (motor unit).  Sebuah

sel otot rangka dikenal sebagai serat otot. Ciri struktural yang paling menonjol adalah

adanya banyaknya miofibril, miofibril terdiri dari filamen tebal yang susunannya

khusus dari protein myosin dan filamen tipis yang dibentuk oleh protein aktin. 

Dibawah mikroskop cahaya, sebuah miofibril memperlihatkan pita-pita gelap

(pita A) dan terang (pita I). Pita A terdiri dari tumpukan filamen tebal bersama dengan

bagian dari filamen tipis yang tumpang tindih di kedua ujung filamen tebal. Filamen

tebal hanya ditemukan di pita A dan terentang di seluruh lebarnya. Daerah yang lebih

terang di dalam bagian tengah pita A, tempat filamen-filamen tipis tidak bertemu

dikenal sebagai Zona H. Pita I terdiri dari bagian filamen tipis sisanya yang tidak

menonjol ke pita A. Dibagian tengah setiap pita I yang memadat terlihat sebuah garis

Z vertical. Daerah antara dua garis Z disebut sarkomer, yang merupakan unit

fungsional otot rangka.

Page 52: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

Gambar 1. Zona pada sarkomer

Molekul miosin adalah suatu protein yang terdiri daru dua subunit identik,

yang masing-masing berbentuk seperti tongkat (stick) golf. Ujung-ujung ekor protein

menjalin satu sama lain, dengan dua kepala globular menonjol di salah satu ujung

(cross bridge). Kepala-kepala ini membentuk jembatan silang antara filamen tebal dan

tipis. Pada daerah cross bridge ini disimpan ATP yang akan diubah menjadi energi

serta ADP + Pi saat berkontraksi.

Filamen tipis terdiri dari tiga protein : aktin, troponin, dan

tropomiosin.  Molekul aktin merupakan struktur utama pada filamen tipis, setiap

molekul aktin memiliki tempat pengikatan khusus untuk melekat dengan jembatan

silang myosin. Molekul tropomiosin adalah protein berbentuk seperti benang yang

terletak disepanjang sisi alur spiral aktin bersambungan ujung ke ujung. Dalam posisi

ini molekul ini menutupi bagian-bagian aktin yang akan berikatan dengan jembatan

silang. Troponin adalah suatu kompleks protein yang terdiri dari tiga jenis unit

polipeptida:

Troponin I : berfungsi menghambat interaksi antara aktin dan miosin serta mengikat

tropomiosin.

Troponin T : berfungsi untuk mengikat tropomiosin

Troponin C: berfungsi untuk mengikat 4 molekul Calcium

Page 53: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

Gambar 2. Struktur aktin dan miosin

Aktin memiliki permukaan yang dalam keadaan kontraksi akan berikatan

dengan miosin yaitu binding site.

Proses yang mendasari pemendekan elemen-elemen kontraktil di otot adalah

pergeseran filamen-filamen tipis pada filamen-filamen tebal. Lebar pita A tetap,

sedangkan garis-garis Z bergerak saling mendekat ketika otot berkontraksi dan saling

menjauh bila otot diregang.

Retikulum sarkoplasma adalah selubung yang mengelilingi setiap miofibril.

Terdiri dari dua selubung yaitu selubung lateralis (cisterna) dan selubung transversal

(Tubulus T). Kantung cisterna menyimpan banyak calcium didalamnya dan terkunci

oleh reseptor rianodin.

Sedangkan tubulus T memiliki reseptor dihidropiridin yang dapat membuka

reseptor rianodin agar melepaskan calciumnya. Perubahan potensial aksi yang

menuruni tubulus T akan mengaktifkan reseptor dihidropiridin pada tubulus T untuk

membuka reseptor rianodin pada cisterna sehingga calcium dapat dilepaskan.

Gambar 3. Struktur sarkolemma dan retikulum sarkoplasma otot

Page 54: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

B. Mekanisme Kontraksi Otot

1. Otak membawa impuls perintah untuk bergerak berupa hormon asetilkolin.

2. Hormon asetilkolin berjalan sepanjang syaraf hingga sampai pada otot yang dituju

3. Asetilkolin bergerak sampai pada akson terminal. Untuk dapat keluar maka calcium

masuk melalui reseptor di akson terminal dan mengakibatkan perubahan potensial

sehingga asetilkolin dapat keluar. Untuk membatasi agar kontraksi tidak berlebihan

maka terdapat enzim asetilkolinesterase yang dapat memecah asetilkolin menjadi

asetat.

Gambar 4. Pelepasan Asetilkolin menuju sarkolemma

4. Setelah itu asetilkolin masuk ke sarkolemma dan terjadilah potensial aksi didalam

sarkolemma yang menghantarkan rangsangan sepanjang tubulus T menuju reseptor

dihidropiridin

5. Reseptor dihidropiridin membuka reseptor rianodin dapa cisterna sehingga calcium

dikeluarkan ke sitosol (Calcium influks)

6. Calcium ditangkap oleh troponin sehingga menarik tropomiosin untuk membuka

binding site aktin

7. Karena binding site terbuka maka miosin merespon seperti sebuah “magnet” yang

akan menempel dan memukul (power stroke) binding site aktin. Untuk dapat

melakukannya maka dibutuhkan energi yang berasal dari ATP.

8. Karena proses ini maka aktin akan tertarik menuju pusat sarkomer dan sarkomerpun

memendek akibat dari hasil pergerakan aktin.

9. Setelah selesai berkontraksi maka aktin harus melepaskan diri dari miosin. Hal ini

dibutuhkan ATP baru dari luar yang masuk kedalan cross bridge miosin

Page 55: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

10. Setelah berhasil terlepas, aktin kembali ketempatnya dan juga calcium dikembalikan

lagi ke cisterna

Gambar 4. Proses power stroke

FISIOLOGI TULANG

Tulang berfungsi sebagai agen proteksi, lokomotor, dan homeostasis. Agen proteksi

berarti tulang berfungsi untuk melindungi organ-organ dalam. Sifat lokomotor sebagai

pergerakan, dan homeostasis yaitu agen penyeimbang (asam, basa, kadar mineral terutama

kalsium)

A. PROSES REMODELING TULANG

Setelah terjadi kerusakan tulang, maka tulang dengan sendirinya akan

melakukan proses osteointegrasi menstimulasi formasi tulang baru melalui modeling

dan remodeling. Modeling adalah proses awal yang meliputi perubahan awal

pembentukan tulang dan remodeling adalah suatu proses dimana terjadi pembuangan

tulang yang telah tua (resorpsi) dan penggantian dengan tulang yang baru dibentuk.

Page 56: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

Proses osteointegrasi menstimulasi formasi tulang baru yang terjadi secara natural dan

selama penyembuhan pada defek osteotomy.

Tulang secara konstan mengalami remodeling dimana merupakan proses

kompleks yang mengikutsertakan resorpsi tulang pada beberapa permukaan, lalu

diikuti oleh fase pembentukan tulang. Urutan dari remodeling tulang pada keadaan

normal selalu sama, yaitu: resorpsi tulang oleh osteoklas, fase reversal, lalu diikuti

pembentukan tulang oleh osteoblas untuk memperbaiki defek.

Selama resorpsi tulang, osteoklas melepaskan faktor local dari tulang, dimana

memiliki dua efek: menghambat fungsi osteoklas dan stimulasi aktivitas osteoblas.

Lebih lanjut lagi, osteoklas memproduksi dan melepaskan faktor yang memiliki efek

pengaturan yang negatif pada aktivitasnya dan mendorong fungsi osteoklas. Akhirnya

saat osteoklas menyelesaikan siklus resorptif, mereka akan mensekresikan protein

yang nantinya akan menjadi substrat untuk perlekatan osteoblas.

Resorpsi tulang mengikutsertakan beberapa tahap yang langsung mengarah

pada pembuangan baik mineral dan konstituen organik dari matriks tulang oleh

osteoklas, dibantu oleh osteoblas. Tahap pertama adalah pengerahan dan penyebaran

progenitor osteoklast ke tulang. Sel-sel progenitor ditarik dari jaringan haemophoietik

seperti sumsum tulang dan jaringan slenic ke tulang melalui aliran darah sirkulasi.

Mereka akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi osteoklas melalui mekanisme

yang menyertakan interaksi sel terhadap sel dengan sel stromal osteoblas. Tahap

selanjutnya melibatkan persiapan permukaan tulang dengan pembuangan lapisan

osteoid yang tidak termineralisasi oleh osteoblas, yang memproduksi beragam enzim

proteolitik, dalam beberapa matriks metalloproteinase, kolagenase dan gelaitnase.

Setelah osteoklas meresorpsi maksimum, maka akan terjadi transisi dari

aktivitas osteoklastik menjadi aktivitas osteoblastik. Peristiwa transisi ini dikenal

dengan fase reversal, yang terjadi selama ~9 hari. Pembentukan tulang muncul dari

kompleks peristiwa yang melibatkan proliferasi sel mesenkim primitif, diferensiasi

menjadi sel prekursor osteoblas (osteoprogenitor, pre-osteoblas), pematangan

osteoblas, pembentukan matriks dan akhirnya mineralisasi. Osteoblas berkumpul

pada dasar kavitas resorpsi dan membentuk osteoid yang mulai untuk mineralisasi

setelah 13 hari pada rasio awal ~1µm/hari. Osteoblas terus membentuk dan

Page 57: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

melakukan mineralisasi osteoid hingga kavitas terisi. Waktu kavitas terisi hingga

permukaan adalah 124-168 hari pada individu normal.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, penyembuhan jaringan tulang terdiri dari

regenerasi dan perbaikan. Namun perbaikannnya tergantung dari karakteristik luka.

Faktor-faktor yang dapat mengganggu formasi jaringan tulang karena luka, yaitu:

1. Kegagalan pembuluh darah untuk berproliferasi pada luka

2. Improper stabilisasi pada coagulum dan jaringan granulasi pada luka

3. Ingrowth of “non-osseous” tissue dengan aktivitas proliferasi yang tinggi

4. Kontaminasi bakteri.

B. Pembentukan, pertumbuhan, dan perbaikan kartilago

Semua kartilago merupakan derivat mensenkim embrional pada proses

kondrogenesis. Patokan pertama diferensiasi sel adalah penyusutan sel mesenkim,

yang akan mengeluarkan isinya, berproliferasi cepat, dan membentuk kondensasi

selular. Sel ini terbentuk oleh diferensiasi sel mesenkim, yang sekarang disebut

kondroblas, memiliki banyak mitokondria dan sitoplasma basofilik. Sintesis dan

deposisi matriks memulai pemisahan masing-masing kondroblas. Selama

pembentukan embrional, diferensisasi kartilago terjadi secara primer di pusat luar,

walaupun begitu beberapa sel sentral memiliki karakteristik kondrosit, dimana sel

sebelah pinggir memiliki tipe kondroblas. Bagian superfisial dari mesenkim

diselubungi oleh perikondrium.

i. Kondrogrenesis

Diagram tahapan major pembentukan kartilago (a) mesenkim embrional

memprekursori jaringan seluruh tipe kartilago (b) proliferasi mitosis dari sel

mesenkim dan diferensiasi cepat menghasilkan jaringan denga kondensasi

penyusustan sel yang disebut kondroblas. (c) kondroblas dipisah-pisah oleh produksi

matriksnya sendiri (d) multiplikasi sel-sel kartilago membentuk agregasi isogen,

masing-masing dikelilingi oleh matriks teritorial. Pada kartilago matur aktivitas

Page 58: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

intresisial ini ceases dan seluruh kondrosit menjadi lebih lebar terpisah oleh produksi

matriksnya sendiri.

ii. Pertumbuhan kartilago

Terbagi menjadi dua proses: pertumbuhan interstitial yang dihasilkan oleh

mitosis dari kondrosit, dan pertumbuhan aposisi, yang dihasilkan dari diferensiasi sel

perikondrial. Baik di kedua proses, sintesis matriks berkontribusi pada pertumbuhan

kartilago.

FISIOLOGI SENDI

1) Komposisi cairan sendi

Cairan sinovial pada sendi orang normal berfungsi sebagai pelumas untuk

mengurangi gesekan saat persendian bergerak. (Blewis,et al , 2007).

Seluruh sendi yang dapat berputar dikelilingi oleh jaringan yang disebut

synovium. Synovium ini yang memproduksi cairan sinovial. Cairan sinovial ini

adalah suatu filtrat plasma yang mengandung glukosa, asam urat, dan protein.

Cairan sinovial mengandung berbagai macam substansi kimia seperti :

i. Protein

Protein ini ditemukan diplasma , semua jenis protein ada kecuali

protein dengan berat molekul yang besar seperti fibrinogen, beta 2

makroglobulin, dan alfa 2 makroglobulin. Normalnya kadar protein pada

cairan sinovial ini adalah 1-3 g/dL. Kenaikan kadar protein ini dapat

dipakai sebagai indikasi penyakit artritis , artropati, gout,psoriasis, dan

kolitis ulseratif.

ii. Glukosa

Glukosa ini kadar normalnya dibawah 10 mg/dL lebih rendah dari

level serum. Interpretasinya menggunakan level glukosa serum.

iii.Asam urat

Normalnya 6-8 mg/dL. Adanya asam urat berlebih bisa menunjang

diagnosis pada gout.

iv. Asam laktat

Normalnya dibawah 25 mg/dL

v. Laktat dehidrogenase

Page 59: Laporan Tutorial Blok 10 Skenario 1

Kenaikannya dalam cairan sendi mengindikasikan reumathoid

arthritis, artiritis infeksi, dan gout

vi. Reumathoid Factor

Adalah antibodi imunoglobulin, bisa dipakai untuk membantu

diagnosis RA.

vii. Proteoglycan 4

Adalah suatu regulator kuat untuk homeostasis skeletal

viii. Asam hialuronat

Asam hialumorat berfungsi sebagai pelindung kondrosit, merupaka

polimer disakarida dengan komposisi monomer penyusunnya D-glucoronic

acid dan D-N-acetylglucosamine yang terikat dengan ikatan glikosida.

Rumus molekulnya adalah (C14H21NO11)n .

ix. Surface active phospolipid

Salah satu komponen pelumas untuk mengurangi gesekan pada sendi