Karsinoma Nasofaring Masih Paling Ganas Di Bidang THT

4
Karsinoma nasofaring masih paling ganas di bidang THT, masuk 5 besar kanker ganas dgn frekuensi tertinggi, merupakan kanker kepala dan leher dengan peringkat pertama. Tumor ini berasal dari fossa rosennmuler dari nasofaring yang merupakan transisional epitel kuboid ke epitel skuamosa. Pada bagian dinding lateral nasofaring terdapat tuba eustasius yang mana orifisuim ini dibatasi oleh torus tubarius sehingga apabila ada tumor yang menyebar ke lateral maka akan mengenai dan menyumbat orifisium tuba eustasia dan mengganggu pendengaran. Kearang posterior superior merupakan daerah resonmuler tempat paling sering karsinoma nasofaring terjadi. Penderita karsinoma nasofaring paling banyak pria dari pada wanita dengan perbandingan 2-3 : 1, dan paling sering dialami oleh individu yang masih produktif 30-60 tahun dan paling sering insidensi terjadi pada umur 40-50 tahun. Etiologi adalah Epstein-barr virus dan konsumsi ikan asin. Terjadinya karsinoma nasofaring yang disebabkan konsumsi ikan asin membutuhkan kebiasaan dari kanak-kanak dan konsumsi yang terus menerus. Ikan asin merupakan mediator yang bisa mengaktifkan virus tersebut menginfasi sehingga terjadi karsinoma. Virus tersebut bisa tinggal dalam tubuh tanpa harus menimbulkan gejala selama bertahun-tahun. Mediator penyebab karsinogen: 1. Ikan asin, makanan dengan pengawet dan nitrosamine 2. Keadaan eko-sos yang rendah dan liingkungan dan kebiasaan yang buruk 3. Sering kontak dengan bahan karsinogen seperti benzopirenen, benzoanthranen, gak kimia, asap kayu, asap industry. 4. Ras dan keturunan 5. Radang kronis daerah nasofaring 6. Profil HLA HISTOPATOLOGI Klasifikasi gambaran histopatologi yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelum tahun 1991, dibagi atas 3 tipe, yaitu :

description

Karsinoma Nasofaring Masih Paling Ganas Di Bidang THT

Transcript of Karsinoma Nasofaring Masih Paling Ganas Di Bidang THT

Karsinoma nasofaring masih paling ganas di bidang THT, masuk 5 besar kanker ganas dgn frekuensi tertinggi, merupakan kanker kepala dan leher dengan peringkat pertama.Tumor ini berasal dari fossa rosennmuler dari nasofaring yang merupakan transisional epitel kuboid ke epitel skuamosa. Pada bagian dinding lateral nasofaring terdapat tuba eustasius yang mana orifisuim ini dibatasi oleh torus tubarius sehingga apabila ada tumor yang menyebar ke lateral maka akan mengenai dan menyumbat orifisium tuba eustasia dan mengganggu pendengaran.

Kearang posterior superior merupakan daerah resonmuler tempat paling sering karsinoma nasofaring terjadi.

Penderita karsinoma nasofaring paling banyak pria dari pada wanita dengan perbandingan 2-3 : 1, dan paling sering dialami oleh individu yang masih produktif 30-60 tahun dan paling sering insidensi terjadi pada umur 40-50 tahun.

Etiologi adalah Epstein-barr virus dan konsumsi ikan asin. Terjadinya karsinoma nasofaring yang disebabkan konsumsi ikan asin membutuhkan kebiasaan dari kanak-kanak dan konsumsi yang terus menerus. Ikan asin merupakan mediator yang bisa mengaktifkan virus tersebut menginfasi sehingga terjadi karsinoma. Virus tersebut bisa tinggal dalam tubuh tanpa harus menimbulkan gejala selama bertahun-tahun. Mediator penyebab karsinogen:

1. Ikan asin, makanan dengan pengawet dan nitrosamine

2. Keadaan eko-sos yang rendah dan liingkungan dan kebiasaan yang buruk

3. Sering kontak dengan bahan karsinogen seperti benzopirenen, benzoanthranen, gak kimia, asap kayu, asap industry.

4. Ras dan keturunan

5. Radang kronis daerah nasofaring

6. Profil HLA

HISTOPATOLOGI

Klasifikasi gambaran histopatologi yang direkomendasikan oleh Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) sebelum tahun 1991, dibagi atas 3 tipe, yaitu :

1. Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi (Keratinizing Squamous Cell Carcinoma).

Tipe ini dapat dibagi lagi menjadi diferensiasi baik, sedang dan buruk.

2. Karsinoma non-keratinisasi (Non-keratinizing Carcinoma).

Pada tipe ini dijumpai adanya diferensiasi, tetapi tidak ada diferensiasi sel

skuamosa

tanpa jembatan intersel. Pada umumnya batas sel cukup jelas.

3. Karsinoma tidak berdiferensiasi (Undifferentiated Carcinoma).

Pada tipe ini sel tumor secara individu memperlihatkan inti yang vesikuler,

Berbentuk oval atau bulat dengan nukleoli yang jelas. Pada umumnya batas sel tidak terlihat dengan jelas.2,6,10Tipe tanpa diferensiasi dan tanpa keratinisasi mempunyai sifat yang sama, yaitu

bersifat radiosensitif. Sedangkan jenis dengan keratinisasi tidak begitu radiosensitif.2

Klasifikasi gambaran histopatologi terbaru yang direkomendasikan oleh WHO

pada tahun 1991, hanya dibagi atas 2 tipe, yaitu :

1. Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi (Keratinizing Squamous Cell Carcinoma).

2. Karsinoma non-keratinisasi (Non-keratinizing Carcinoma).

Tipe ini dapat dibagi lagi menjadi berdiferensiasi dan tak berdiferensiasi.6Gejala dini yang kemungkinan masih disekitar nasofaring adalah

1. Gejala telinga

a. Tinnitus

b. Gangguan pendengaran

c. Rasa penuh pada telinga

2. Gejala hidung

a. Epistaksis

b. Hidung tersumbat

3. Gejala mata dan syaraf

a. Diplopia

b. Gerakan mata terbatas

4. Gejala lanjut

a. Limfadenopati servikal

b. Gejala akibat perluasan tumor ke jaringan sekitarnya

c. Gejala akibat metastase

Penentuan stadium yang terbaru berdasarkan atas kesepakatan antara UICC

(Union Internationale Contre Cancer) pada tahun 1992 adalah sebagai berikut :

T = Tumor, menggambarkan keadaan tumor primer, besar dan perluasannya.

T0 : Tidak tampak tumor

T1 : Tumor terbatas pada 1 lokasi di nasofaring

T2 : Tumor meluas lebih dari 1 lokasi, tetapi masih di dalam rongga nasofaring

T3 : Tumor meluas ke kavum nasi dan / atau orofaring

T4 : Tumor meluas ke tengkorak dan / sudah mengenai saraf otak

N = Nodul, menggambarkan keadaan kelenjar limfe regional

N0 : Tidak ada pembesaran kelenjar

N1 : Terdapat pembesaran kelenjar homolateral yang masih dapat digerakkan

N2 : Terdapat pembesaran kelenjar kontralateral / bilateral yang masih dapat

digerakkan

N3 : Terdapat pembesaran kelenjar baik homolateral, kontralateral atau bilateral,

yang sudah melekat pada jaringan sekitar.

M = Metastase, menggambarkan metastase jauh

M0 : Tidak ada metastase jauh

M1 : Terdapat metastase jauh.2,3,9-13

Berdasarkan TNM tersebut di atas, stadium penyakit dapat ditentukan :

Stadium I : T1 N0 M0

Stadium II : T2 N0 M0

Stadium III : T3 N0 M0

T1,T2,T3 N1 M0

Stadium IV : T4 N0,N1 M0

Tiap T N2,N3 M0

Tiap T Tiap N M12,3,9-13

Menurut American Joint Committee Cancer tahun 1988, tumor staging dari

nasofaring diklasifikasikan sebagai berikut :

Tis : Carcinoma in situ

T1 : Tumor yang terdapat pada satu sisi dari nasofaring atau tumor yang tak

dapat dilihat, tetapi hanya dapat diketahui dari hasil biopsi.

T2 : Tumor yang menyerang dua tempat, yaitu dinding postero-superior dan

dindinglateral.

T3 : Perluasan tumor sampai ke dalam rongga hidung atau orofaring.

T4 : Tumor yang menjalar ke tengkorak kepala atau menyerang saraf kranial

(atau keduanya).Terapi untuk karsinoma nasofaring paling utama yaitu radioterapi tanpa atau dengan kemoterapi. Pemberian kemoterapi pada pasien yang telah diradioterapi membantu hasil bagus, kemoterapi diberikan pada pasien dengan stadium lanjut atau relaps. Tindakan operasi pada karsinoma ini adalahh dengan cari diseksi leher radikal dan nasofaringektomi. Diseksi leher dilakukan dengan syarat bahwa dilakukan pasca radioterapi karena ad sisa kelenjar atau karena adanya kekambuhan kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer sudah tidak ada dengan pembuktian radiologic dan serologic. Nasofaringektomi dilakukan merupakan terapi paliatif apabila terjadi kekambuhan atau adanya residu pada nasofaring yang tidak berhasil diterapi dengan cara lain. Imunoterapi dilakukan apabila sudah positif ditemukan Epstein-barr virus.