nasofaring karsinoma

download nasofaring karsinoma

of 25

Transcript of nasofaring karsinoma

  • 7/31/2019 nasofaring karsinoma

    1/25

    1

    KARSINOMA NASOFARING

    (Yurike Adehline, M.Yasin, Junus Baan)

    I. PENDAHULUAN

    Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor yang berasal dari sel-sel

    epitel yang menutupi permukaan nasofaring dan merupakan tumor ganas daerah

    kepala yang terbanyak ditemukan di Indonesia.(1,2)

    Terdapat tiga subtipe menurut klasifikasi oleh World Health Organization

    (WHO): 1) Squamous Cell Carcinoma (SCC), sering ditemui dalam populasi

    orang dewasa; 2) non-keratinizing carcinoma; 3) undifferentiated carcinoma.

    Tumor ini bisa menginfiltrasi ke dinding lateral, postero-superior ke basal

    tengkorak, palatum, kavum nasi atau orofaring. Tumor ini juga sering

    bermetastasis ke kelenjar limfa cervical.(1)

    Gejala klinis KNF adalah trismus, nyeri, otitis media, nasal regurgitasi

    disebabkan oleh parese palatum, tuli, dan nervus cranialis palsi. Tumor yang besar

    bisa mengakibatkan obstruksi nasal atau pedarahan nasal.(1)

    Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang disebabkan

    interaksi berbagai jenis faktor seperti faktor genetik, lingkungan, dan virus

    Epstein-Barr(EBV). Pasien dengan KNF menunjukkan titer antibodi yang tinggi

    terhadap EBV antigen dan sangat berguna sebagai marker diagnostik.(3)

    II. EPIDEMIOLOGI

    Insiden tertinggi terdapat di Cina bagian selatan, yaitu provinsi Guandong

    Tengah. Ditemukan juga cukup banyak kasus pada penduduk local dari Asia

  • 7/31/2019 nasofaring karsinoma

    2/25

    2

    Tenggara, Eskimo di Artik dan penduduk di Afrika dan kanada. Jumlah kasus

    paling rendah terdapat Amerika dan Eropa.(4)

    Tumor ini lebih sering ditemukan pada pria dibanding wanita dengan rasio

    2-3:1.(5)

    Insidens mulai meningkat pada umur 20 tahun, puncaknya diantara 35-64

    tahun dan menurun setelahnya.(4)

    Ras mongoloid merupakan faktor dominan timbulnya KNF, sehingga

    kekerapan cukup tinggi pada penduduk Cina bagian selatan, Hongkong, Vietnam,

    Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia.(2)

    Untuk diketahui bahwa

    penduduk di selatan Cina hampir setiap hari mengkonsumsi ikan yang diawetkan

    (diasap, diasin). Di dalam ikan yang diawetkan dijumpai substansi yang bernama

    nitrosamine yang terbukti bersifat karsinogen bagi hewan percobaan.(4)

    III. ETIOLOGI

    Kanker Nasofaring (KNF) jarang dihubungkan dengan rokok dan

    penggunaan alkohol tetapi lebih dikaitkan dengan virus Epstein Barr (EBV),

    predisposisi genetik, pola makan tertentu dan inhalasi substansi tertentu dalam

    jangka waktu yang lama.(6)

    Ada penelitian membuktikan bahwa terdapat

    peningkatan risiko tiga kali lipat pada perokok yang merokok 30 batang rokok per

    hari. Ditemukan kasus KNF dalam jumlah yang tinggi pada orang yang

    mengkonsumsi ikan asin yang dimasak dengan gaya Kanton (Cantonese-style

    salted fish). Resiko terjadinya KNF sangat berkaitan dengan lamanya mereka

    mengkonsumsi makanan ini.(4)

  • 7/31/2019 nasofaring karsinoma

    3/25

    3

    Tentang faktor genetik telah banyak ditemukan kasus herediter atau

    familier dari pasien KNF dengan keganasan pada organ tubuh lain. Ini terletak

    pada peranan faktor gen histocompability locus antigens atau HLA yang banyak

    di kalangan masyarakat/orang cina.(4)

    Penyebab lain yang dicurigai adalah pajanan di tempat kerja seperti

    formaldehid, debu kayu serta asap kayu bakar. Belakangan ini penelitian

    dilakukan terhadap dua lagi faktor yang bisa meningkatkan faktor risiko KNF di

    China yaitu melalui konsumsi pengobatan alami (Chinese herbal

    medicine=CHB).(4)

    IV. ANATOMI

    Gambar 1: anatomi saluran nafas bagian atas (dikutip dari kepustakaan 7)

    Nasofaring merupakan suatu rongga dengan dinding kaku di atas,

    belakang dan lateral kecuali palatum molle yang secara anatomi termasuk bagian

    faring.

  • 7/31/2019 nasofaring karsinoma

    4/25

    4

    Batas nasofaring:

    Superior : melekat pada basis kranii, diliputi oleh mukosa dan fasciaInferior : orofaringAnterior : nasal choane, oleh os vomer dibagi atas choane kanan dan kiri.Posterior : vertebra cervicalis I dan IILateral : - mukosa lanjutan dari mukosa atas dan belakang

    Muara tuba eustachii

    Fossa rosenmuller(3)

    Gambar 2: bagian sagital kepala, gambaran faring setelah mukosa diangkat (dikutip darikepustakaan 8)

    Pada dinding lateral nasofaring lebih kurang 10-12 mm dari bagian

    belakang konka nasal inferior terdapat muara tuba eustachius. Pada bagian

    belakang atas muara tuba eustachius terdapat penonjolan tulang yang disebut torus

    tubarius dan dibelakangnya terdapat suatu lekukan dari fossa Rosenmuller dan

  • 7/31/2019 nasofaring karsinoma

    5/25

    5

    tepat diujung atas posteriornya terletak foramen laserum. Pada daerah fossa ini

    sering terjadi pertumbuhan jaringan limfe yang menyempitkan muara tuba

    eustachius sehingga mengganggu ventilasi udara telinga tengah.(3,8)

    Gambar 3: Nasofaring dari pandangan posterior (dikutip dari kepustakaan 8)

    Fungsi nasofaring :

    Sebagai jalan udara pada respirasiJalan udara ke tuba eustachiiResonatorSebagai drainage sinus paranasal kavum timpani dan hidung

    V. PATOFISIOLOGI

    Karsinoma Nasofaring berasal dari sel-sel epitel yang menutupi

    permukaan nasofaring.(1)

    Tumbuhnya tumor akan dimulai pada salah satu dinding

    nasofaring yang akan menginfiltrasi kelenjar dan jaringan sekitarnya. Lokasi yang

  • 7/31/2019 nasofaring karsinoma

    6/25

    6

    paling sering menjadi awal terbentuknya KNF adalah pada Fossa Rossenmuller.

    Penyebaran ke jaringan dan kelenjar limfe sekitarnya kemudian terjadi perlahan,

    seperti layaknya metastasis lesi karsinoma lainnya.(6)

    Selain itu terdapat pula penyebab Karsinoma Nasofaring yang lain yaitu

    a. Virus Epstein-BarrVirus Epstein-Barr bereplikasi dalam sel-sel epitel dan menjadi laten

    dalam limfosit. Infeksi virus epstein-barr terjadi pada dua tempat utama yaitu sel

    epitel kelenjar saliva dan sel limfosit. Sel yang terinfeksi oleh virus epstein-barr

    dapat menimbulkan beberapa kemungkinan yaitu : sel menjadi mati bila terinfeksi

    dengan virus epstein-barr dan virus mengadakan replikasi, atau virus epstein-

    barr yang menginfeksi sel dapat mengakibatkan kematian virus sehingga sel

    kembali menjadi normal atau dapat terjadi transformasi sel yaitu interaksi antara

    sel dan virus sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan sifat sel sehingga

    terjadi transformsi sel menjadi ganas sehingga terbentuk sel kanker.Gen EBV

    yang diekspresikan pada penderita KNF adalah gen laten, yaitu EBERs, EBNA-1,

    LMP-1, dan LMP-2. Diantara gen-gen tersebut, gen yang paling berperan dalam

    transformasi sel adalah gen LMP-1.(4)

    b.

    Genetik

    Walaupun karsinoma nasofaring tidak termasuk tumor genetik, tetapi

    kerentanan terhadap karsinoma nasofaring pada kelompok masyarakat tertentu

    relative menonjol dan memiliki agregasi familial. Analisis korelasi menunjukkan

    gen HLA (histocompatibility locus antigens) dan gen pengkode enzim sitokrom

    p450 2E1 (CYP2E1) kemungkinan adalah gen kerentanan terhadap karsinoma

  • 7/31/2019 nasofaring karsinoma

    7/25

    7

    nasofaring. Sitokrom p450 2E1 bertanggung jawab atas aktivasi metabolik yang

    terkait nitrosamine dan karsinogen.

    Analisa genetik pada populasi endemik berhubungan dengan HLA-A2, HLA-

    Cw11 dan HLA-Bw46. Dimana orang dengan yang memiliki gen ini memiliki

    resiko dua kali lebih besar menderita karsinoma nasofaring. Studi pada orang Cina

    dengan keluarga menderita karsinoma nasofaring dijumpai adanya kelemahan

    lokus pada regio HLA.(4)

    c. LingkunganSejumlah besar studi kasus yang dilakukan pada populasi yang berada di

    berbagai daerah di asia dan amerika utara, telah dikonfirmasikan bahwa ikan asin

    dan makanan lain yang diawetkan mengandung sejumlah besar

    nitrosodimethyamine (NDMA), nitrospurrolidene (NPYR) dan nitrospiperidine

    (NPIP ) yang mungkin merupakan faktor karsinogenik karsinoma nasofaring.

    Selain itu perokok dan gas formaldehyde juga merupakan salah satu faktor yang

    diperkirakan menginisiasi terjadinya karsinoma nasofaring.(4)

    VI. DIAGNOSIS

    VI.1 GAMBARAN KLINIS

    Gejala KNF dapat di bagi dalam empat kelompok, yaitu gejala nasofaring

    sendiri, gejala telinga, gejala mata dan saraf serta metastasis atau gejala di leher.(1)

    Gejala nasofaring berupa epitaksis ringan atau sumbatan hidung, untuk itu

    nasofaring harus di periksa dengan cermat, kalau perlu dengan nasofaringioskop,

  • 7/31/2019 nasofaring karsinoma

    8/25

    8

    karena sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah tumbuh atau tumor tidak

    kelihatan kerana masih di bawah mukosa.(1)

    Gangguan pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat

    asal tumor dekat muara tuba Eustachius (fossa Rosenmuller). Gangguan berupa

    tinnitus, rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri (otalgia). Sering juga

    pasien datang dengan gangguan pendengaran kemudian baru disadari bahwa

    penyebabnya adalah KNF.(1)

    Karena nasofaring berhubungan rogga tengkorak melalui beberapa lubang,

    maka gangguan beberapa saraf otak dapat terjadi sebagai gejala lanjut karsinoma

    ini. Penjalaran melalui foramen Laserum akan mengenai saraf otak ke III, IV, VI

    dan juga saraf V, sehingga tidak jarang diplopia yang membawa pasien lebih

    dahulu ke dokter mata. Neuralgia trigeminal merupakan gejala yang sering di

    temukan oleh ahli saraf jika belum terdapat keluhan lain.(1)

    Proses karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI, dan

    XII jika penjalaran melalui foramen jugulare, yaitu suatu tempat yang relatif jauh

    dari nasoaring. Gangguan ini disebut dengan sindrom Jackson. Bila sudah

    mengenai seluruh saraf otak disebut sindroma unilateral. Dapat pula disertai

    dengan destruksi tulang tengkorak dan bila sudah terjadi demikian, biasanya

    prognosisnya jelek.(1)

    Metastasis ke kelenjar leher dalam bentuk benjolan di leher yang

    mendorong pasien untuk berobat, kerana sebelumnya tidak di dapatkan keluhan

    lain.(1)

  • 7/31/2019 nasofaring karsinoma

    9/25

    9

    Pada penderita KNF, sering ditemukan adanya tuli konduktif bersamaan

    dengan elevasi dan imobilitas dari palatum lunak serta adanya rasa nyeri pada

    wajah dan bagian lateral dari leher (akibat gangguan pada nervus trigeminal).(1)

    Stadium ini ditentukan dengan sistem TNM menurut AJCC Cancer

    Staging Atlas, 2006.(9)

    T = Tumor, menggambarkan keadaan tumor primer, besar dan perluasannya .

    TX: Tumor primer tidak bisa di nilai

    T0 : Tidak tampak tumor

    T1 : Tumor terbatas di nasofaring

    T2 : Tumor meluas ke jaringan lunak

    T2a: Perluasan tumor ke orofaring dan/atau rongga hidung tanpa perluasan

    ke parafaring

    T2b: Disertai perluasan ke parafaring

    T3 : Tumor menginvasi struktur tulang dan/atau sinus paranasal

    T4 : Tumor dengan perluasan intrakranial dan/atau terdapat keterlibatan saraf

    kranial, fossa infratemporal, hipofaring, orbita atau ruang mastikator

    Tis: Karsinoma in situ

    N = Nodul, menggambarkan keadaan kelenjar limfe regional

    NX: Pembesaran kelenjar limfe tidak dapat dinilai

    N0 : Tidak ada metastasis ke kelenjar limfe

    N1 : Metastasi kelenjar limfe unilateral, dengan ukuran kurang atau sama dengan

    6 cm, di atas fossa supraklavikula

  • 7/31/2019 nasofaring karsinoma

    10/25

    10

    N2 : Metastasi kelenjar limfe bilateral, dengan ukuran kurang atau sama dengan 6

    cm, di atas fossa supraklavikula

    N3 : Metastasi kelenjar limfe bilateral dengan ukuran lebih besar dari 6cm

    dan/atau terletak dalam fossa supraklavikula

    N3a: ukuran lebih dari 6cm

    N3b: di dalam fossa supraklavikula

    M = Metastase, menggambarkan metastase jauh

    MX: Metastasis jauh tidak dapat dinilai

    M0 : Tidak ada metastase jauh

    M1 : Terdapat metastase jauh.

    Berdasarkan TNM tersebut di atas, stadium penyakit dapat ditentukan :

    Stadium 0 : Tis N0 M0

    Stadium I : T1 N0 M0

    Stadium IIA : T2a N0 M0

    Stadium IIB : T1 N1 M0

    T2a N1 M0

    T2b N0,N1 M0

    Stadium III : T1 N2 M0

    T2a,T2b N2 M0

    T3 N0 M0

    T3 N1,N2 M0

  • 7/31/2019 nasofaring karsinoma

    11/25

    11

    Stadium IVA : T4 N0 M0

    T4 N1,N2 M0

    Stadium IVB : semua T N3 M0

    StadiumIVC : semua T semua N M1

    VI.2 PEMERIKSAAN RADIOLOGI

    VI.2.1 Foto Polos (sinar-X)

    Sebelum adanya CT-scan, radiografi polos digunakan untuk menentukan

    adanya karsinoma nasofaring (KNF). Pemeriksaan foto kranium dilakukan dengan

    posisi lateral, 25o

    occipito mental untuk melihat tulang tengkorak,

    occipitosubmental untuk melihat adanya destruksi tulang wajah dan melihat sinus

    disekitar, submento-vertikal untuk melihat proses neoplasma di arc zygomaticum

    dan occipito-maxilar untuk melihat adanya fraktur di os.maxilla. Sekarang ini, CT

    dan MRI telah menggantikan foto polos untuk tujuan staging.(5) . Posisi foto polos

    yang bisa dibuat untuk mencari kemungkinan adanya tumor pada nasofaring) :

    (Gambar 4 dan 5 dikutip dari kepustakaan 10)

    Gambar 4: Posisi lateral tulang kranium

    normalGambar 5: Posisi lateral abnormal

  • 7/31/2019 nasofaring karsinoma

    12/25

    12

    (Gambar 6 dan 7 dikutip dari kepustakaan 10)

    VI.2.2 Computer Tomography Scan (CT-scan)

    CT scan adalah modalitas diagnosa yang utama untuk menentukan staging

    tumor dan menilai ekstensi KNF, walaupun MRI kini sudah menggantikan CT

    sebagai pemeriksaan diagnosa KNF. KNF memiliki kecenderungan penyebaran

    submukosa, dan diagnosa penyakit ini biasanya lebih mudah ditemukan dengan

    CT scan. Pada CT Scan didapatkan fossa rosenmuller yang asimetris berupa

    penumpulan atau obliterasi dan diikuti dengan penebalan otot deglutitional akibat

    infiltrasi tumor. Salah satu kateristik KNF adalah infiltrasi dalam, jadi dapat

    dilihat juga obliterasi atau pergeseran cavum parafaring.(11)

    Tumor nasopharynx dapat menyebar kearah lateral meliputi bagian

    extrapharyngeal dari muskulus levator palatine, tensor palatine, lempeng

    pterygoid, ruang lemak parapharyngeal yang berisi percabangan nervus V3,

    muskulus pterygoid medial, pterygoid lateral, muskulus temporalis dan masseter

    Gambar 6: Posisi osi ito-mental 25o Gambar 7: Posisi oksipito-mental 25

    o

    abnormal

  • 7/31/2019 nasofaring karsinoma

    13/25

    13

    dan mandibular dan pada posterior lateral glandula parotis. Extensi posterior dari

    tumor melitupi muskulus prevertebra, clivus, bagian anterior foramen magnum,

    dan corpus vertebra C1 dan C2, arteri karotis, vena jugularis, nervus kranialis 9

    sampai 12, plexus sympatis cervicalis, dan metastasis nodul retropharyngeal.(5)

    Sinus Morgagni adalah bukaan di fasia faringobasilar tempat otot levator

    palatine dan tuba eustachii melewati fasia tersebut untuk ke ruang mukosa

    nasofaring. Sinus ini terletak berhampiran dengan rhesesus faring lateral yaitu

    bagian sering timbulnya KNF. Pada CT scan, ruang parafaring merupakan bagian

    yang sering ditemukan ekstensi lateral pada 84% pasien. Tampak opaksifikasi

    pada telinga tengah dan mastoid air cells pada CT-scan.(5)

    (a) (b)Gambar 8: a. Gambaran KNF dini. Penumpulan fossa rosenmuller kiri danpembesaran otot levator palatini, b. Tumor telah menyebar melalui faringobasilar

    fasia melibatkan parafaring fat space. Tampak asimetris fossa rosenmuller dan

    obliterasi densitas lemak normal.(dikutip dari kepustakaan 11)

  • 7/31/2019 nasofaring karsinoma

    14/25

    14

    (a)

    (b)

    Gambar 9: a. KNF di fossa pterygopalatina, b. tumor mulai menyebar ke jaringan

    orbital (dikutip dari kepustakaan 3)

    VI.2.3 MRI

    MRI (magnetic resonance imaging) dapat digunakan untuk mengevaluasi

    penyebaran tumor ke jaringan lunak. Tumor kelihatan hiperintens dalam sinyal T2

    dibanding dengan otot. Tampak massa yang menyebabkan kompresi lateral atau

    obliterasi ruang parafaring, diikuti oleh invasi pada basis cranii. Ditemukan juga

    (1) asimetri mukosa nasofaring superfisial (2) adenopati retrofaring ipsilateral dan

    (3) opaksifikasi mastoid. Opaksifikasi mastoid merupakan tanda awal bagi suatu

    keganasan disebabkan oleh disfungsi tuba Eustachian karena infiltrasi tumor pada

    otot tensor veli palatini.(5,6,12)

  • 7/31/2019 nasofaring karsinoma

    15/25

    15

    Gambar 10: Axial postgodolinium T1W1,tanda triad malignan nasofaring (1) massa

    mukosa lateral nasofaring fossa rosenmuller (panah putih ganda), (2) lateral nodul

    retrofiring (panah hitam), (3) opaksifikasi mastoid (panah putih) (dikutip dari

    kepustakaan 12)

    Gambar 11:Axial postgadolinium T1W1, jaringan lunak terisi kontras memenuhi fossarosenmuller, terdapat metastasis nodus submandibular. (dikutip dari kepustakaan 12)

  • 7/31/2019 nasofaring karsinoma

    16/25

    16

    Gambar 12: a. tumor pada bagian kanan fossa rosenmuller (panah hitam), b.

    limfadenopati retrofaring (panah hitam) (dikutip dari kepustakaan 3)

    VII.3 PEMERIKSAAN LAINNYA

    a. Biopsi Nasofaring Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jelas tumornya (blind

    biopsy). Cunam biopsi dimasukan melalui rongga hidung menyelusuri

    konka media ke nasofaring kemudian cunam diarahkan ke lateral dan

    dilakukan biopsi.

    Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateter nelaton yangdimasukan melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut

    ditarik keluar dan diklem bersama-sama ujung kateter yang dihidung.

    Demikian juga kateter yang dari hidung disebelahnya, sehingga palatum

    mole tertarik ke atas.

    Kemudian dengan kaca laring dilihat daerah nasofaring. Biopsi dilakukandengan melihat tumor melalui kaca tersebut atau memakai

  • 7/31/2019 nasofaring karsinoma

    17/25

    17

    nasofaringoskop yang dimasukan melalui mulut, massa tumor akan terlihat

    lebih jelas. Dengan anelgesi topikal (xylocain 10%).

    Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka

    dilakukan pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam

    narkosis.(1)

    b. Pemeriksaan neurologisPemeriksaan neurologis. Karena nasofaring berhubungan dekat dengan

    rongga tengkorak melalui beberapa foramen, maka gangguan beberapa saraf

    otak dapat terjadi sebagai gejala lanjut KNF ini.(2)

    c. Pemeriksaan SerologisPemeriksaan serologi IgA anti EA (early antigen) dan IgA anti VCA (capsid

    antigen) untuk infeksi virus E-B telah menunjukan kemajuan dalam

    mendeteksi karsinoma nasofaring.(1)

    VII. DIAGNOSIS BANDING

    1. Polip Nasi

    Biasanya massa lunak yang mengandungi banyak cairan di dalam rongga

    hidung, bewarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi mukosa. Bila

    ada polip pada anak di bawah usia dua tahun, harus disingkirkan kemungkinan

    meningokel atau meningoensefalokel.

  • 7/31/2019 nasofaring karsinoma

    18/25

    18

    Gambar 13: CT-scan penyumbatan hidung akibat dari polip nasi (dikutip dari

    kepustakaan 13)

    2. Angiofibroma juvenilis

    Biasanya ditemui pada usia relatif muda dengan gejala-gejala menyerupai

    KNF. Tumor ini kaya akan pembuluh darah dan biasnya tidak infiltrative. Pada

    CT-scan dan MRI akan didapat suatu massa pada atap nasofaring yang berbatas

    tegas. Proses dapat meluas seperti pada penyebaran karsinoma, hanya erosi saja

    karena penekanan tumor. Karena tumor ini kaya akan vaskular maka arteriografi

    karotis eksterna sangat diperlukan sebab gambaranya sangat karakteristik.

    Kadang-kadang sulit pula membedakan angiofibroma juvenils dengan polip

    hidung pada foto polos.

  • 7/31/2019 nasofaring karsinoma

    19/25

    19

    a b

    Gambar 14: a. CT-scan menunjukan lesi di bahagian kanan cavum nasi dan

    sinus paranasalis, b. MRI scan menunjukkan infiltrasi lesi ke sinus kavernosus.(dikutip dari kepustakaan 14)

    Gambar 15: angiogram menggambarkan angiofibroma sebelum emboli. (dikutip

    dari kepustakaan 15)

    3. Tumor kelenjar parotis

    Tumor kelenjar parotis terutama yang berasal dari lobus yang terletak agak

    dalam mengenai ruang parafaring dan menonjol ke arah lumen nasofaring. Pada

    sebagian besar kasus terlihat pendesakan ruang parafaring ke arah medial yang

    tampak pada pemeriksaan C.T.Scan.

  • 7/31/2019 nasofaring karsinoma

    20/25

    20

    Gambar 15: terdapat massa pada kelenjar parotid kiri (adenoma pleomorfik)(dikutip dari kepustakaan 15)

    4. Tumor Sinonasal

    Sinus paranasal adalah rongga-rongga di dalam tulang kepala yang terletak

    di sekitar nasal dan mempunyai hubungan dengan kavum nasi melalui ostiumnya.

    Terdapat empat pasang sinus paranasal, yaitu sinus frontalis, sfenoidalis,

    etmoidalis, dan maksilaris. Kebanyakan tumor ini berkembang dari sinus

    maksilaris dan tipe histologi yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel

    skuamosa.

    Radiologic imaging penting untuk menentukan staging. Plain film

    menunjukkan destruksi tulang, meskipun demikian pada beberpa kasus dapat

    menunjukkan keadaan normal.Screening computed tomography (CT) scan lebih

    akurat daripada plain film untuk menilai struktur tulang sinus paranasal. CT

    scanning merupakan pemeriksaan superior untuk menilai batas tulang traktus

    sinonasal dan dasar tulang tengkorak. Penggunaan kontras dilakukan untuk

    menilai tumor, vaskularisasi dan hubungannya dengan arteri karotid. MRI

  • 7/31/2019 nasofaring karsinoma

    21/25

    21

    dipergunakan untuk membedakan sekitar tumor dengan soft tissue, membedakan

    sekresi di dalam nasal yang tersumbat dari space occupying lesion, menunjukkan

    penyebaran perineural, membuktikan keunggulan imaging pada sagital plane, dan

    tidak melibatkan paparan terhadap radiasi ionisasi.(18)

    Gambar 16:Foto CT pasien dengan kanker sinus maxilla menunjukkan penghancuran tulang (anak

    panah) yang merupakan tanda utama keganasan ( dikutip dari kepustakaan 18)

    Gambar 17: MRI kanker sinus maxilla dengan jelas dapat membedakan tumor yang membatasi

    sinus maxilla (dikutip dari kepustakaan 18)

  • 7/31/2019 nasofaring karsinoma

    22/25

    22

    VIII. PENATALAKSANAAN

    1. RadioterapiSampai saat ini radioterapi masih memegang peranan penting

    dalam penatalaksanaan karsinoma nasofaring. Penatalaksanaan pertama

    untuk karsinoma nasofaring adalah radioterapi dengan atau tanpa

    kemoterapi.

    Sampai saaat ini pengobatan pilihan terhadap tumor ganas nasofaring

    adalah radiasi, karena kebanyakan tumor ini tipe anaplastik yang bersifat

    radiosensitif. Radioterapi dilakukan dengan radiasi eksterna, dapat

    menggunakan pesawat kobal (Co 60 ) atau dengan akselerator linier

    (linac). Radiasi pada jaringan dapat menimbulkan ionisasi air dan

    elektrolit dari cairan tubuh baik intra maupun ekstra seluler, sehingga

    timbul ion H+ dan OH- yang sangat reaktif. Ion itu dapat bereaksi dengan

    molekul DNA dalam kromosom, sehingga dapat terjadi :

    Rantai ganda DNA pecah Perubahan cross-linkage dalam rantai DNA Perubahan base yang menyebabkan degenerasi atau kematian sel.

    Dosis lethal dan kemampuan reparasi kerusakan pada sel-sel kanker lebih

    rendah dari sel-sel normal, sehingga akibat radiasi sel-sel kanker lebih

    banyak yang mati dan yang tetap rusak dibandingkan dengan sel-sel

    normal.(16)

    2. Bedah

  • 7/31/2019 nasofaring karsinoma

    23/25

    23

    Tindakan operasi pada penderita karsinoma nasofaring berupa

    diseksi leher radikal. Diseksi leher dilakukan terhadap benjolan di leher

    yang tidak menghilang pada penyinaran (residu) atau timbul kembali

    setelah penyinaran selesai, tetapi dengan syarat tumor induknya sudah

    hilang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologik dan serologi, serta tidak

    ditemukan metastasis jauh.(2)

    3. KemoterapiKemoterapi sebagai terapi tambahan (adjuvant) pada karsinoma

    nasofaring ternyata dapat meningkatkan hasil terapi. Terutama diberikan pada

    stadium lanjut atau pada keadaan kambuh.(16)

    Berbagai macam kombinasi dikembangkan, yang terbaik sampai saat ini

    adalah kombinasi dengan Cis-platinum sebagai inti. Antara indikasi buat terapi

    kemoterapi adalah, kankernya masih ada, dimana biopsi masih positif.

    Kemungkinan besar kankernya masih ada, meskipun tidak ada bukti secara

    makroskopis. Pada tumor dengan derajat keganasan tinggi ( oleh karena tingginya

    resiko kekambuhan dan metastasis jauh).(2)

    IX. PROGNOSIS

    Perbedaan prognosis penyakit ini sangat mencolok (angka bertahan hidup

    5 tahun) dari stadium awal dengan stadium lanjut, yaitu 76,9% untuk stadium I,

    56% untuk stadium II, 38,4% untuk stadium III dan hanya 16,4% untuk stadium

    IV.(2)

    Secara keseluruhan, angka bertahan hidup 5 tahun adalah 45 % dengan

    hanya radioterapi dan 58% dengan kemoradiasi.(17)

  • 7/31/2019 nasofaring karsinoma

    24/25

    24

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Brennan.B, Nasopharyngeal carcinoma ( online) February 2005, March2012 (cited), available from http:www.orfa.net/data/patho/GB/uk-

    NPC.pdf.

    2. Roezin.A,Karsinoma Nasofaring,Dalam: Marlinda Adham ,Efiaty,Arsyad.S.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,Hidung,Tenggorok,Kepala

    dan Leher. edisi keenam.Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2010, p123-88.

    3. Vincent F.H. Chong,Neoplasms of the nasopharynx,In:A.L.Beart,Lueven K.Sartor,Heidelberg. Editors. Head and Neck CancerImaging, New York, Springer-Verlag Berlin Heidelberg;2006,p 143-51.

    4. Lalwani Anil K. 2001. Current diagnosis &vtreatment in otolaryngologyhead and neck surgery. McGraw Hill. Newyork. P.373-380

    5. Simon S.Lo.L,G.Naul, Imaging in Nasopharyngeal Squamous CellCarcinoma(online) 29.7.2011,March 2012(cited),available from

    http://emedicine.medscape.com/article/384425-overview.

    6. Cheri L.Canon,Face & Neck Anatomy, Head And Neck Pathology, In:Asim K .Bag, Joseph C. Sullivan III.Radiology McGrow-Hill Speciality

    Bored Preview,McGrow-Hill Speciality Bored Preview, McGrow-Hill

    Companies;2010, P 108.

    7. Chapter 22,Respiratory System, In: Saladin,Anatomy&Physiology,3rdedition,McGrow-Hill Companies,2003,p844

    8. Susan.S,Nasopharynx, In:Harold.E,Jeremiah C. Healy,David.J,et al.Editor,Grays Anatomy 39th edition,United Kingdom Elsevier Ltd.2008

    9. Alpert. C.M, M.D.2001. Decision making in ear,nose and throatdisorders. WB Saunders Company. Philadelphia. 50

    http://emedicine.medscape.com/article/384425-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/384425-overview
  • 7/31/2019 nasofaring karsinoma

    25/25

    10.R.F. Mould, Nasopharyngeal Carcinoma: treatment and outcomes in the20th century, The British journal Of Radiology( online) April 2002 The

    British Institute of Radiology, March 2012(cited).p 307-24.

    11.John.H, CT of Nasopharyngeal Carcinoma(online) October 1989, March2012 (cited), p 867-69.

    12.William E.,Head and Neck Imaging, In:Clyde A.Helms, Fundamentalsof Diagnostic Radiology,3rd Edition,Lippincott Williams & Wilkins;

    2007, p 242-251.

    13.John E.McClay, Nasal Polyps ( online) 05.12.2011,March 2012 (cited)available from: http://emedicine.medscape.com/article/994274-

    workup#a0720

    14.Ted L. Juvenile Nasopharyngeal Angiofibrom,(online) 26.07.2011,March 2012 (cited) ,available from:

    http://emedicine.medscape.com/article/872580-workup

    15.Scott.V, Malignant Parotid Tumor Imaging (online) , 27.05.2011 ,March 2012 (cited), available from:http://emedicine.medscape.com/article/384211-overview#a20

    16.Harry A., Penatalaksanaan radioterapi pada Karsinoma Nasofaring(online) 2002, March 2012(cited), p 1-11

    17.Arnold.C,Paulino,Robert.J,Nasopharyngeal Cancer (online)12.7.2010,March 2012 (cited),available from,

    http://emedicine.medscape.com/article/988165-overview#showall

    http://emedicine.medscape.com/article/994274-workup#a0720http://emedicine.medscape.com/article/994274-workup#a0720http://emedicine.medscape.com/article/872580-workuphttp://emedicine.medscape.com/article/988165-overview#showallhttp://emedicine.medscape.com/article/988165-overview#showallhttp://emedicine.medscape.com/article/872580-workuphttp://emedicine.medscape.com/article/994274-workup#a0720http://emedicine.medscape.com/article/994274-workup#a0720