_LapSus Arzia - Karsinoma Nasofaring
-
Upload
denuna-enjana -
Category
Documents
-
view
238 -
download
0
Transcript of _LapSus Arzia - Karsinoma Nasofaring
-
8/12/2019 _LapSus Arzia - Karsinoma Nasofaring
1/21
LAPORAN KASUS
KARSINOMA NASOFARING
Oleh
Arzia Pramadi Rahman
H1A 007 003
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
DI BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
MATARAM
2012
-
8/12/2019 _LapSus Arzia - Karsinoma Nasofaring
2/21
1
BAB I
PENDAHULUAN
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai di antara
tumor ganas THT di Indonesia, dimana karsinoma nasofaring termasuk dalam lima besar
tumor ganas dengan frekwensi tertinggi, sedangkan didaerah kepala dan leher menduduki
tempat pertama. Tumor ini berasal dari fossa Rosenmuller pada nasofaring yang merupakan
daerah transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi epitel skuamosa. Tumor ganas
nasofaring meliputi sekitar 2% atau lebih dari seluruh keganasan kepala dan leher. Secara
histologi nasofaring terdiri dari mukosa yang dilapisi epitel bersilia tipe respiratorius dan
epitel skuamus pada umumnya. Mukosa memperlihatkan invaginasi membentuk kripta di
bawah lapisan stroma1,2,3.
Sudah hampir dapat dipastikan bahwa penyebab karsinoma nasofaring adalah virus
Epstein-Barr, karena pada semua pasien nasofaring didapatkan titer anti-virus EB yang cukup
tinggi.. Banyak penyelidikan mengenai perangai dari virus ini dikemukakan, tetapi virus ini
bukan satu-satunya faktor, karena banyak faktor lain yang sangat mempengaruhi
kemungkinan timbulnya tumor ini, seperti letak geografis, rasial, jenis kelamin, genetik,
pekerjaan, lingkungan, kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi kuman atau
parasit, iritasi oleh bahan kimia, asap sejenis kayu tertentu, kebiasaan rnemasak dengan
bahan atau bumbu masak tertentu, dan kebiasaan makan makanan terlalu panas4,5,6.
Gejala karsinoma nasofaring dapat dibagi dalam 4 kelompok, yaitu gejala nasofaring
sendiri, gejala telinga, gejala mata dan saraf, serta metastasis atau gejala di leher. Gejala
nasofaring, telinga, mata dan saraf sering dikelompokkan menjadi gejala dini, sedangkan
gejala metastasis sering disebut sebagai gejala lanjut7,8. Diagnosa karsinoma nasofaring dapat
ditegakkan berdasarkan gejala klinik, pemeriksaan klinik antara lain dengan rinoskopi
posterior dan nasofaringoskopi serta fibernasofaringoskopi. Diagnosis pasti ditegakkan
dengan melakukan biopsi nasofaring9.
Radioterapi masih merupakan pengobatan utama dan ditekankan pada penggunaan
megavoltage dan pengaturan dengan komputer. Radioterapi telah mengambil alih peran
tindakan bedah, mungkin pula dilakukan secara kombinasi dengan kemoterapi dan
imunoterapi. Kesulitan yang timbul pada perawatan pasien pasca pengobatan lengkap dimana
tumor tetap ada (residu) atau kambuh kembali (residif). Dapat pula timbul metastasis jauh
pasca pengobatan seperti ke tulang, paru, hati, otak9
.
-
8/12/2019 _LapSus Arzia - Karsinoma Nasofaring
3/21
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. ANATOMI NASOFARINGNasofaring merupakan rongga dengan dinding kaku di atas, belakang dan lateral. Ke
depan berhubungan dengan rongga hidung melalui koana sehingga sumbatan hidung
merupakan gangguan yang sering timbul. Demikian juga penyebaran tumor ke lateral akan
menyumbat muara tuba Estachius dan akan mengganggu pendengaran serta rnenimbulkan
cairan di telinga tengah. Ke arah belakang dinding melengkung ke atas dan ke depan dan
terletak di bawah korpus os sfenoid dan bagian basilar dari os oksipital. Nekrosis akibat
penekanan mungkin timbul di tempat-tempat tersebut. Di belakang atas torus tubarius
terdapat resesus faring atau fosa Rosenmuller dan tepat di ujung atas posteriornya terletak
foramen laserum. Nasofaring merupakan kelanjutan dari Waldeyer Ring1,2,3.
Daerah nasofaring dapat dibagi menjadi (1) dinding posterosuperior: daerah setinggi
batas palatum durum dan mole sampai dasar tengkorak, (2) dinding lateral: termasuk fosa
Rosenmuller, dan (3) dinding inferior: terdiri atas permukaan superior palatum mole. Pinggir
orifisium koana termasuk pinggir posterior septum hidung dimasukkan sebagai fosa nasal1.
Gambar 1: Daerah Nasofaring3.
-
8/12/2019 _LapSus Arzia - Karsinoma Nasofaring
4/21
3
Secara histologi nasofaring terdiri dari mukosa yang dilapisi epitel bersilia tipe
respiratorius dan epitel skuamus pada umumnya. Mukosa memperlihatkan invaginasi
membentuk kripta di bawah lapisan stroma. Stroma berisi jaringan limfoid yang banyak dan
mengandung reaksi limfoid folikel. Epitel permukaan atau kripta umumnya menghasilkan
suatu retikulin. Kelenjar seromucinous banyak dijumpai, tetapi tidak dominan pada mukosa
nasal2.
Tumor dapat menjalar ke arah intrakranial dalam dua arah, masing-masing
menimbulkan gejala-gejala neurologik yang khas. Perluasan langsung melalui foramen
laserum ke sinus kavernosus dan fosa kranii media menyebabkan gangguan saraf otak III, IV,
VI, dan kadang-kadang II. Sebaliknya, penyebaran ke kelenjar faring lateral di dan sekitar
selubung karotis / jugularis pada ruang retroparotis akan menyebabkan kerusakan saraf otak
ke IX, X, XI dan XII. Saraf otak ke VII dan VIII biasanya jarang terkena1,4,5.
Di nasofaring terdapat banyak saluran limfe yang terutama mengalir ke lateral
bermuara di kelenjar retrofaring Krause (kelenjar Rouviere). Terdapat hubungan bebas
melintasi garis tengah dan hubungan langsung dengan mediastium melalui ruang retrofaring.
Metastasis jauh sering terjadi1,6.
2. KARSINOMA NASOFARINGKarsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang berasal dari epitel nasofaring.
Lokasi yang paling sering adalah pada fossa Rosenmuller. Tumor ini juga dapat dijumpai
pada dinding lateral di depan tuba Eustachius, di atap nasofaring, dan di daerah tuba
Eustachius sendiri. Karsinoma nasofaring termasuk karsinoma sel skuamosa kepala dan leher
yang unik7,8.
2.1.EpidemiologiKarsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang
terbanyak ditemukan di lndonesia. Hampir 60% tumor ganas kepala dan leher merupakan
karsinoma nasofaring, kemudian diikuti oleh tumor ganas hidung dan sinus paranasal (18%),
laring (16%), dan tumor ganas rongga mulut, tonsil hipofaring dalam prosentase rendah.
Berdasarkan data Laboratorlum Patologi Anatomik tumor ganas nasofaring sendiri selalu
berada dalam kedudukan lima besar dari tumor ganas tubuh manusia bersama tumor ganas
serviks uteri, tumor payudara, tumor getah bening dan tumor kulit9.
Pada anak-anak dan orang dewasa kurang dari 30 tahun, lebih sering ditemukan
daripada tumor ganas lain pada saluran napas bagian atas. Frekuensi karsinoma nasofaring
-
8/12/2019 _LapSus Arzia - Karsinoma Nasofaring
5/21
4
tertinggi pada usia antara 40 sampai 50 tahun dan terjadi dua sampai tiga kali lebih sering
pada laki-laki daripada wanita. Metastasis jauh lebih sering terjadi pada karsinoma nasofaring
daripada keganasan leher dan kepala lain. Yang mencolok dari tumor ini ialah tingginya
angka kejadian (10-20/100.000) yang ditemukan pada orang dari daerah Cina Selatan,
terutama di propinsi Kwangtung, Kwangsi dan Fukien. Sering juga ditemukan pada orang
yang bukan Cina di Vietnam, Thailand, Indonesia, Singapura dan Filipina. Pada orang Jepang
dan India angka kejadiannya (0,5-1,0/100.000) lebih kurang sama dengan bangsa kulit putih
di Eropa dan Amerika Utara. Kira-kira 60% tumor termasuk jenis tidak berdiferensiasi, 30%
sel skuamosa dan 8% limfoma1,3,10.
Di lndonesia frekuensi pasien ini hampir merata di setiap daerah. Di RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo Jakarta saja ditemukan lebih dari 100 kasus setahun, RS. Hasan
Sadikin Bandung rata-rata 60 kasus, Ujung Pandang 25 kasus, Palembang 25 kasus, 15 kasus
setahun di Denpasar dan 11 kasus di Padang dan Bukittinggi. Demikian pula angka-angka
yang didapatkan di Medan, Semarang, Surabaya dan lain-lain menunjukkan bahwa tumor
ganas ini terdapat merata di Indonesia. Dalam pengamatan dari pengujung poliklinik tumor
THT RSCM, pasien karsinoma nasofaring dari ras Cina relatif sedikit lebih banyak dari suku
bangsa lainnya9.
2.2.Etiologi dan PredisposisiRas Mongoloid merupakan faktor dominan timbulnya kanker nasofaring, sehingga
kekerapan cukup tinggi pada penduduk Cina bagian selatan, Hongkong, Vietnam, Thailand,
Malaysia, Singapura dan lndonesia9.
Ditemukan pula cukup banyak kasus di Yunani, Afrika bagian utara seperti Aljazair
dan Tunisia, pada orang Eskimo di Alaska dan Tanah Hijau yang diduga penyebabnya adalah
karena mereka memakan makanan yang diawetkan dalam musim dingin dengan mengunakan
bahan pengawet nitrosamine2,9
.Sudah hampir dapat dipastikan bahwa penyebab karsinoma nasofaring adalah virus
Epstein-Barr, karena pada semua pasien nasofaring didapatkan titer anti-virus EB yang cukup
tinggi. Titer ini lebih tinggi dari titer orang sehat, pasien tumor ganas leher dan kepala
lainnya, tumor organ tubuh lainnya, bahkan pada kelainan nasofaring yang lain sekalipun.
Banyak penyelidikan mengenai perangai dari virus ini dikemukakan, tetapi virus ini bukan
satu-satunya faktor, karena banyak faktor lain yang sangat mempengaruhi kemungkinan
timbulnya tumor ini, seperti letak geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, pekerjaan,
lingkungan, kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi kuman atau parasit1,2,6,9.
-
8/12/2019 _LapSus Arzia - Karsinoma Nasofaring
6/21
5
Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah iritasi oleh bahan kimia, asap sejenis
kayu tertentu, kebiasaan rnemasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu, dan kebiasaan
makan makanan terlalu panas. Terdapat hubungan antara kadar nikel dalam air minum dan
makanan dengan mortalitas karsinoma nasofaring, sedangkan adanya hubungan dengan
keganasan lain tidak jelas. Tentang faktor genetik telah banyak ditemukan kasus herediter
atau familier dari pasien karsinoma nasofaring dengan keganasan pada organ tubuh lain2,9.
2.3.Manifestasi KlinisGejala karsinoma nasofaring dapat dibagi dalam 4 kelompok, yaitu gejala nasofaring
sendiri, gejala telinga, gejala mata dan saraf, serta metastasis atau gejala di leher. Gejala
nasofaring, telinga, mata dan saraf sering dikelompokkan menjadi gejala dini, sedangkan
gejala metastasis sering disebut sebagai gejala lanjut. Gejala nasofaring dapat berupa
epistaksis ringan atau sumbatan hidung, untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat,
kalau perlu dengan nasofaringoskop, karena sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah
tumbuh atau tumor tidak tampak karena masih terdapat di bawah mukosa (creeping tumor)3,9.
Gangguan pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor
dekat muara tuba Eustachlus (fosa Rosenmller). Gangguan dapat berupa tinitus, rasa tidak
nyaman di telinga sampai rasa nyeri di telinga (otalgia). Tidak jarang pasien dengan
gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari bahwa penyebabnya adalah karsinoma
nasofaring1,3,6,9.
Karena nasofaring berhubungan dekat dengan rongga tengkorak melalui beberapa
lobang, maka gangguan beberapa saraf otak dapat terjadi sebagai gejala lanjut karsinoma ini.
Penjalaran melalui foramen laserum akan mengenai saraf otak ke III, IV, VI dan dapat pula
ke V, sehingga tidak jarang gejala diplopialah yang membawa pasien lebih dahulu ke dokter
mata. Neuralgia trigeminal merupakan gejala yang sering ditemukan oleh ahli saraf jika
belum terdapat keluhan lain yang berarti1,3,9.
Proses karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII jika
penjalaran rnelalui foramen jugulare, yaitu suatu tempat yang relatif jauh dari nasofaring.
Gangguan ini sering disebut dengan sindrom Jackson. Bila sudah mengenai seluruh saraf otak
disebut sindrom unilateral. Dapat pula disertai dengan destruksi tulang tengkorak dan bila
sudah terjadi demikian, biasanya prognosisnya buruk1,3,9.
Metastasis ke kelenjar leher dalam bentuk benjolan di leher yang mendorong pasien
untuk berobat, karena sebelumnya tidak terdapat keluhan lain. Suatu kelainan nasofaring
yang disebut lesi hiperplastik nasofaring atau LHN telah diteliti di Cina (RRC), yaitu 3
-
8/12/2019 _LapSus Arzia - Karsinoma Nasofaring
7/21
6
bentuk yang mencurigakan pada nasofaring, seperti pembesaran adenoid pada orang dewasa,
pembesaran nodul dan mukosistis berat pada daerah nasofaring. Kelainan ini bila diikuti
bertahun-tahun kemudian akan menjadi karsinoma nasofaring9.
2.4.DiagnosisDiagnosa karsinoma nasofaring dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik,
pemeriksaan klinik antara lain dengan rinoskopi posterior dan nasofaringoskopi serta
fibernasofaringoskopi. Menurut Digby, diagnose karsinoma nasofaring dapat dipertanggung
jawabkan walaupun tanpa dilakukan biopsi bila jumlah dari setiap gejala klinik mencapai 50.
Kriteria klinik Digby memberi nilai untuk setiap gejala klinik dapat dilihat pada Tabel 1. Bila
jumlah mencapai 50 maka diagnosa klinis karsinoma nasofaring dapat
dipertanggungjawabkan2,10.
Tabel 1: Penilaian Klinis KNF Menurut Digby2,10
Gejala Klinik Nilai
Dapat dilihat atau diraba tumor padat dalam nasofaring 25
Kelenjar limfe leher membesar 25
Gejala khas hidung (epistaksis, obstruksi) 15
Gejala khas telinga (kurang pendengaran, tinnitus) 5
Paralisis satu atau lebih syaraf otak (diplopia, neuralgia, trigeminus) 5
Sakit kepala mulai unilateral 5
Eksoptalmous unilateral / bengkak dirahang / bengkak di temporal 5
Persoalan diagnostik sudah dapar dipecahkan dengan pemeriksaan CT-Scan daerah
kepala dan leher, sehingga pada tumor primer yang tersembunyi pun tidak akan terlalu sulit
ditemukan9.
Pemeriksaan Serologi lgA anti EA dan IgA anti VCA untuk infeksi virus E-B telah
menunjukkan kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring. Tjokro Setiyo dari Fakultas
Kedokteran Universitas lndonesia Jakarta mendapatkan dari 41 pasien karsinoma nasofaring
stadium lanjut (stadium III dan IV) sensitivitas IgA VCA adalah 97,5% dan spesifisitas
91,8% dengan titer berkisar antara 10 sampai 1280 dengan terbanyak titer 160. IgA anti EA
sensitivitasnya 100% tetapi spesifisitasnya hanya 30,0%, sehingga pemeriksaan ini hanya
digunakan untuk menentukan prognosis pengobatan. Titer yang didapat berkisar antara 80
sampai 1280 dan terbanyak pada titer 160 6,9.
-
8/12/2019 _LapSus Arzia - Karsinoma Nasofaring
8/21
7
Diagnosis pasti ditegakkan dengan melakukan biopsi nasofaring. Biopsi dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu dari hidung atau dari mulut. Biopsi melalui hidung dilakukan
tanpa melihat jelas tumornya (blind biopsy). Cunam biopsi di masukkan melalui rongga
hidung menyelusuri konka media ke nasofaring kemudian cunam diarahkan ke lateral dan
dilakukan biopsi1,5,9.
Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateter nelaton yang dimasukkan
melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan diklem
bersama-sama ujung kateter yang di hidung. Demikian juga dengan kateter dari hidung di
sebelahnya, sehingga palatum mole tertarik ke atas. Kemudian dengan kaca laring dilihat
daerah nasofaring. Biopsi dilakukan dengan metihat tumor metalui kaca tersebut atau
memakai nasofaringoskop yang dimasukkan metalui mulut, massa tumor akan terlihat lebih
jelas. Biopsi tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan analgesia topikal dengan
Xylocain 10%. Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka
dilakukan pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam narkosis1,9.
2.5.HistopatologiSesuai dengan klasifikasi karsinoma nasofaring yang diusulkan WHO tahun 1978, ada
tiga jenis bentuk histologik1,3:
1. Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi, terdapat jembatan interseluler dan keratin, dapatdilihat dengan mikroskop cahaya.
2. Karsinoma nonkeratinisasi, pada pemeriksaan dengan mikroskop cahaya, terdapat tandadiferensiasi, tetapi tidak ada diferensiasi skuamosa.
3. Karsinoma tidak berdiferensiasi, sel mempunyai inti vesikuler, nucleolus yang menonjoldan dinding sel tidak tegas; tumor tampak lebih berbentuk sinsitium daripada bentuk
susunan batubata.
Tipe tanpa diferensiasi dan tanpa keratinisasi mempunyai sifat yang sama, yaitubersifat radiosensitif. Sedangkan jenis dengan keratinisasi tidak begitu radiosensitif.
Klasifikasi gambaran histopatologi terbaru yang direkomendasikan oleh WHO pada tahun
1991, hanya dibagi atas 2 tipe, yaitu3:
1. Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi (Keratinizing Squamous Cell Carcinoma).2. Karsinoma non-keratinisasi (Non-keratinizing Carcinoma). Tipe ini dapat dibagi lagi
menjadi berdiferensiasi dan tak berdiferensiasi.
Pada penelitian di Malaysia oleh Prathap dkk sering didapat kombinasi dari ketiga
jenis karsinoma seperti karsinoma sel skuamosa dan karsinoma tidak berkeratinisasi,
-
8/12/2019 _LapSus Arzia - Karsinoma Nasofaring
9/21
8
karsinoma sel skuamosa dan karsinoma tidak berdiferensiasi, karsinoma tidak berkeratinisasi
dan karsinoma tidak berdiferensiasi, atau karsinoma sel skuamosa dan tidak berkeratinisasi
serta karsinoma tidak berdiferensiasi9.
Kesukaran timbul dalam mengidentifikasi karsinoma nasofaring jenis sangat tidak
berdiferensiasi dimana sudah tidak ada kekhususan epitelnya. Lebih dari 85% kemungkinan
adalah karsinoma, mungkin 15%o limfoma maligna dan kurang dari 2% tumor jaringan ikat.
Sekali-sekali ditemukan neuroblastoma, silindroma dan tumor campur ganas. Menggunakan
mikroskop elektron, Svoboda menemukan bahwa karsinoma nasofaring tumbuh dari lapisan
skuamosa atau lapisan epitel respiratorius pada permukaan dan kripti nasofaring. Dinding
lateral, yang ada fosa Rosenmuller merupakan lokasi tersering karsinoma nasofaring dan
dinding faring posterior sedikit lebih jarang. Lebih jarang lagi, tumor pada atap dan hanya
sekali-sekali pada dasar. Pada mulanya tumor sedemikian kecil sehingga sukar diketahui,
atau tumbuh di daerah yang gejalanya tidak diketahui seperti pada fosa Rosenmuller.
Kemudian gejala-gejala akan muncul sesuai dengan arah penyebaran. Mungkin meluas
melalui lubang pada sisi yang sama dengan tumor atau mengikis tulang secara nekrosis
tekanan1.
Stadium.Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (2002)1,2,3,6,9.
T = Tumor primer.
TisKarsinoma insitu (karsinoma prainvasif).
T0- Tidak tampak tumor.
T1- Tumor terbatas di nasofaring.
T2- Tumor meluas ke jaringan lunak.
T2a: Perluasan tumor ke orofaring dan / atau rongga hidung tanpa perluasan ke parafaring
(Perluasan parafaring menunjukkan infiltrasi tumor ke arah posterolateral melebihi
fasia faringo-basilar).
T2b: Disertai perluasan ke parafaring.
T3- Tumor menginvasi struktur tulang dan / atau sinus paranasal.
T4 - Tumor dengan perluasan intrakranial dan / atau terdapat keterlibatan saraf kranial,
fossa infratemporal, hipofaring, orbita atau ruang masticator.
TXPersyaratan minimum unuk menilai adanya tumor tidak dapat dipenuhi.
-
8/12/2019 _LapSus Arzia - Karsinoma Nasofaring
10/21
9
N = Pembesaran kelenjar getah bening regional.
NX- Pembesaran kelenjar getah bening tidak dapat dinilai.
N0- Tidak ada pembesaran.
N1- Metastasi kelenjar getah bening unilateral, dengan ukuran terbesar kurang atau sama
dengan 6 cm, di atas fossa supraklavikula.
N2- Metastasis kelenjar getah bening bilateral, dengan ukuran terbesar kurang atau sama
dengan 6 cm, di atas fossa supraklavikula.
N3- Metastasis kelenjar getah bening bilateral dengan ukuran lebih besar dari 6 cm, atau
terletak di dalam fossa supraklavikula.
N3a: ukuran lebih dari 6 cm.
N3b: di dalam fossa supraklavikula.
Sebagai catatan, kelenjar yang terletak di daerah midline dianggap sebagai kelenjar
ipsilateral.
M = Metastasis jauh.
MX- metastasis jauh tidak dapat dinilai.
M0- Tidak ada metastasis jauh.
M1- Terdapat metastasis jauh.
Stadium 0 T1s N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium IIA T2a N0 M0
Stadium IIB T1 N1 M0T2a N1 M0T2b N0, N1 M0
Stadium III T1 N2 M0T2a, T2b N2 M0
T1 N2 M0
Stadium IVa T4 N0, N1, N2 M0Stadium lVb Semua T N3 M0Stadium IVc Semua T Semua N M0
-
8/12/2019 _LapSus Arzia - Karsinoma Nasofaring
11/21
10
2.6.PenatalaksanaanPenatalaksanaan karsinoma nasofaring tergantung pada stadium penyakit yang
ditemui. Stadium I ditatalaksana dengan radioterapi; stadium II dan III ditatalaksana dengan
kemoradiasi, stadium IV dengan N < 6cm ditatalaksana dengan kemoradiasi; dan stadium IV
dengan N > 6cm ditatalaksana dengan kemoterapi penuh dilanjutkan kemoradiasi9.
Radioterapi masih merupakan pengobatan utama dan ditekankan pada penggunaan
megavoltage dan pengaturan dengan komputer. Radioterapi telah mengambil alih peran
tindakan bedah, mungkin pula dilakukan secara kombinasi dengan kemoterapi dan
imunoterapi. Wang melakukan penyinaran sebanyak 4500 rad pada tumor primer dan leher
bagian atas, kemudian dilanjutkan dengan tambahan 1500 rad terpisah untuk tumor primer
dan kelenjar leher bagian atas. Akhirnya untuk kelenjar leher bagian bawah yang tidak
terkena tumor diberikan dosis 5000 rad. Semua terapi dilakukan dengan unit mega voltase
rendah, atau dengan mesin Kobalt-60 atau aselerator linear. Dosis untuk nasofaring
selanjutnya dilengkapi dengan implantasi radium sebanyak 1200 sampai 1500 rad1,5,9.
Pengobatan tambahan yang diberikan dapat berupa diseksi leher, pemberian
tetrasiklin, faktor transfer, interfeion, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan anti virus. Semua
pengobatan tambahan ini masih dalam pengembangan, sedangkan kemoterapi masih tetap
terbaik sebagai terapi ajuvan (tambahan). Berbagai macam kombinasi dikembangkan, yang
terbaik sampai saat ini adalah kombinasi dengan Cis-platinum sebagai inti3,9.
Pengobatan pembedahan diseksi leher radikal dilakukan terhadap benjolan di leher
yang tidak menghilang pada penyinaran (residu) atau timbul kembali setelah penyinaran
selesai, tetapi dengan syarat tumor induknya sudah hilang yang dibuktikan dengan
pemeriksaan radiologik dan serologi, serta tidak ditemukan adanya metastasis jauh. Operasi
tumor induk sisa (residu) atau kambyh (residif) diindikasikan, tetapi sering timbul komplikasi
yang berat akibat operasi1,9.
Perawatan paliatif. Perhatian pertama harus diberikan pada pasien dengan
pengobatan radiasi. Mulut rasa kering disebabkan oleh kerusakan kelenjar liur mayor maupun
minor sewaktu penyinaran. Tidak banyak yang dapat dilakukan selain menasihatkan pasien
untuk makan dengan banyak kuah, membawa minuman kemanr pun pergi dan mencoba
memakan dan mengunyah bahan yang rasa asam sehingga merangsang keluarnya air liur.
Gangguan lain adalah mukositis rongga mulut karena jamur, rasa kaku di daerah leher karena
fibrosis jaringan akibat penyinaran, sakit kepala, kehilangan nafsu makan dan kadang-kadang
muntah atau rasa mual9
.
-
8/12/2019 _LapSus Arzia - Karsinoma Nasofaring
12/21
11
Kesulitan yang timbul pada perawatan pasien pasca pengobatan lengkap dimana
tumor tetap ada (residu) atau kambuh kembali (residif). Dapat pula timbul metastasis jauh
pasca pengobatan seperti ke tulang, paru, hati, otak. Pada kedua keadaan tersebut di atas tidak
banyak tindakan medis yang dapat diberikan selain pengobatan simtomatis untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Perawatan paliatif di indikasikan langsung terhadap
pengurangan rasa nyeri, mengontrol gejala dan memperpanjang usia. Radiasi sangat efektif
untuk mengurangi nyeri akibat metastasis tulang. Pasien akhirnya meninggal akibat keadaan
umum yang buruk, perdarahan dari hidung dan nasofaring yang tidak dapat dihentikan dan
terganggunya fungsi alat-alat vital akibat metastasis tumor9.
Follow-Up. Tidak seperti keganasan kepala leher yang lainnya, KNF mempunyai
risiko terjadinya rekurensi, dan follow-up jangka panyang diperlukan. Kekambuhan tersering
terjadi kurang dari 5 tahun, 5-15% kekambuhan seringkali terjadi antara 5-10 tahun. Sehingga
pasien KNF perlu di follow up setidaknya 10 tahun setelah terapi9.
2.7.PrognosisDari laporan terbaru Dickson menemukan rasio karsinoma nasofaring selama 5 tahun
dari 1969 sampai 1973 adalah 27,12 per 100.000 setahun bagi pasien Cina yang lahir di Cina
dibandingkan dengan 1,69 per 100.000 per tahun bagi orang Cina yang lahir di Amerika
Utara. Menggunakan rasio orang kulit putih sebesar 0,23 per 100.000 per tahun sebagai
perbandingan, terlihat 117,9 kali lebih besar kemungkinan bagi orang Cina asli atau yang
lahir di Cina dan hanya 7,3 kali lebih besar bagi orang Cina Amerika Utara untuk menderita
karsinoma nasofaring dibandingkan dengan penduduk Amerika bukan Cina. Meskipun angka
kejadian secara dramatis meningkat, angka NED 5 tahun hanya sedikit lebih rendah pada
pasien Cina (25,6%) dibanding dengan bukan Cina (32%). Perbedaan ini secara statistik tidak
bermakna. Dickson membuat pengamatan sebagai berikut1:
1. Karsinoma sel skuamosa tanpa pertandukan mempunyai prognosis lebih baik (31,5% NED5 tahun) dibanding dengan karsinoma sel skuamosa dengan pertandukan (16,3% NED 5
tahun). Limfoepitelioma mempunyai angka bertahan hidup terbaik (52,4%o NED 5tahun);
2. Angka bertahan hidup NED 5 tahun keseluruhan adalah 29%. Jika tumor terbatas padanasofaring dengan atau tanpa kelenjar, angka bertahan hidup meningkat sampai 41% NED
5 tahun.
3. Pasien-pasien yang disinar dengan 6000 rads atau lebih dapat bertahan hidup NED 5 tahun37,5% tanpa melihat stadium.
-
8/12/2019 _LapSus Arzia - Karsinoma Nasofaring
13/21
12
4. Biopsi eksisional kelenjar praradiasi secara pasti memberikan angka bertahan hidup yanglebih buruk.
2.8.PencegahanPemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggar di daerah dengan risiko
tinggi. Memindahkan (migrasi) penduduk dari daerah dengan risiko tinggi ke tempat lainnya.
Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah, mengubah cara memasak makanan untuk
mencegah akibat yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya, penyuluhan mengenai
lingkungan hidup yang tidak sehat, meninlkatkan keadaan sosial-ekonomi dan berbagai hal
yang berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan faktor penyebab. Melakukan tes serologic
IgA-anti VCA dan IgA anti EA secara massal di masa yang akan datang bermanfaat dalam
menemukan karsinoma nasofaring secara lebih dini9.
-
8/12/2019 _LapSus Arzia - Karsinoma Nasofaring
14/21
13
BAB III
LAPORAN KASUS
Tanggal: 05 Januari 2013
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. J Umur : 22 tahun. Jenis Kelamin : Laki-laki. Alamat : Pujut Loteng. Pekerjaan : Wiraswasta
ANAMNESIS
Keluhan utama:Pasien mengeluh nyeri kepala, penglihatan terganggu dan adanya benjolan dileher
sebelah kiri.
Riwayat penyakit sekarang:Pasien datang ke RSUP NTB dan mulai dirawat inap sejak tanggal 4-12-2012
dengan keluah nyeri , pusing serta gangguan penglihatan sejak 1 bulan yang lalu.
Pasien mengeluh nyeri yang dirasakan di kepala sebelah kiri, terus-menerus tidak
sampai dirasakan dimuka. Pasien juga mengalami gangguan penglihatan berupa
penglihatan ganda, serta mata yang juling sejak 1 bulan terakhir, yang membuat
pasien sangat merasa pusing. Pasien juga mengeluh mual muntah ketika masuk ke
RSU, akan tetapi keluhan muntah sekarang sudah tidak begitu dirasakan.
Pasien juga mengeluhkan adanya benjolan yang di leher sebelah kiri yang semakin
membesar. Benjolan tersebut dirasakan mulai muncul sejak beberapa bulan terakhir.
Pasien datang ke poliklinik THT RSUP NTB dengan keluhan nyeri pada wajah sisi kanan
sejak sekitar 8 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan terus-menerus dan menyebabkan kepala
sisi kanan terasa panas. Selain itu pasien juga mengeluhkan kesulitan untuk membuka
mulut secara penuh akibat nyeri yang dirasakannnya dan merasa bahwa tenggorokannya
terasa kering sehingga ia sedikit kesulitan untuk menelan makanan, namun adanya nyeri
saat menelan disangkal.
-
8/12/2019 _LapSus Arzia - Karsinoma Nasofaring
15/21
14
Pasien juga mengeluhkan adanya hidung yang tersumbat sejak sekitar 1 minggu yang
lalu. Keluhan ini disertai dengan adanya pilek yang hilang timbul dan kadang bercampur
darah. Sekitar 3 minggu yang lalu pasien mengaku pernah mengalami mimisan selama
sekitar 5 hari.
Pasien mengatakan ia pernah merasakan keluhan nyeri kepala yang serupa pada wajah
sisi kiri sekitar 7 bulan yang lalu. Pasien juga mengatakan ia sempat kesulitan untuk
menggerakkan mata kirinya dan penglihatannya ganda. Disamping itu, ia juga merasakan
pendengarannya pada telinga kiri berkurang. Namun keluhan tersebut sudah menghilang
saat ini.
Pasien mengeluhkan munculnya benjolan pada leher sisi kanan pada daerah di belakang
rahang kanan yang muncul sekitar 3 bulan yang lalu. Ia juga mengatakan terdapat
benjolan yang lebih kecil pada leher sisi kiri pada daerah di belakang rahang namun
ukurannya tidak sebesar benjolan yang muncul saat ini di sisi kanan. Menurut pasien,
berat badannya cenderung berkurang sejak munculnya keluhan-keluhan tersebut. Ia
merasa penurunan berat badannya tersebut disebabkan oleh penurunan nafsu makan yang
dirasakannya.
Riwayat penyakit dahulu:Pasien menyangkal adanya keluhan nyeri pada satu sisi wajah dengan keluhan penyerta
lain seperti tersebut diatas sebelumnya. Riwayat hipertensi dan penyakit kencing manis
juga disangkal oleh pasien.
Riwayat penyakit keluarga:Tidak ada anggota keluarga lain yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat alergi:Riwayat alergi disangkal oleh pasien.
Riwayat pengobatan:Pasien mengaku belum memberi pengobatan apapun untuk mengatasi keluhan yang
dialaminya.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum: Baik Kesadaran: Compos mentis Tanda vital:
-
8/12/2019 _LapSus Arzia - Karsinoma Nasofaring
16/21
15
o Tensi : 110/70 mmHgoNadi : 80 x/menito Respirasi: 18 x/menito Suhu: 36C
Status Lokalis
Pemeriksaan telinga:
No. Pemeriksaan Telinga Telinga kanan Telinga kiri
1. Daun telinga Bentuk dan ukuran telinga
dalam batas normal, nyeri
tragus (-), lesi pada kulit (-),
hematoma (-), massa (-), fistula
(-), nyeri tarik aurikula (-).
Bentuk dan ukuran telinga
dalam batas normal, nyeri
tragus (-), lesi pada kulit (-),
hematoma (-), massa (-), fistula
(-), nyeri tarik aurikula (-).
2. Liang telinga luar Serumen (-), edema (-),
hiperemi (-), furunkel (-),
otorhea (-)
Serumen (-), edema (-),
hiperemi (-), furunkel (-),
otorhea (-)
3. Membran timpani Intak, retraksi (-), bulging (-),
warna membran timpani putih,
cone of light (+), perforasi (-)
Intak, retraksi (-), bulging (-),
warna membran timpani putih,
cone of light (+), perforasi (-)
Pemeriksaan hidung:
Pemeriksaan Hidung Hidung kanan Hidung kiri
Hidung luar Bentuk (N), inflamasi (-), nyeri
tekan (-), deformitas (-)
Bentuk (N), inflamasi (-), nyeri
tekan (-), deformitas (-)
-
8/12/2019 _LapSus Arzia - Karsinoma Nasofaring
17/21
16
Rinoskopi anterior
Vestibulum nasi N, ulkus (-) N, ulkus (-)
Cavum nasi Bentuk (N), sekret (+), mukosa
hiperemi (+)
Bentuk (N), sekret (+), mukosa
hiperemi (+)Meatus nasi media Mukosa hiperemi (+), sekret (+),
massa (-)
Mukosa hiperemi (+), sekret (+),
massa (-)
Konka nasi inferior Edema (-), mukosa hiperemia (+) Edema (-), mukosa hiperemi (+)
Septum nasi Deviasi (-), benda asing (-),
perdarahan (-), ulkus (-)
Deviasi (-), benda asing(-),
perdarahan (-), ulkus (-)
Pemeriksaan Tenggorokan:
Mukosa Bukal berwarna merah muda, hiperemia (-)
Lidah Normal
Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (+)
Faring Mukosa hiperemi (-), edema (-), granul (-), ulkus (-), neovaskularisasi (-)
Tonsila palatine Kanan: hiperemia (-), ukuran T1, kripte melebar (-), detritus (-)
Kiri: hiperemia (-), ukuran T1, kripte melebar (-), detritus (-)
Pemeriksaan mata:
ODS: Gerakan bola mata baik ke segala arah. Konfergensi baik. Tidak terdapat diplopia binokuler pada gerak bola mata ke seluruh arah atau saat
konfergensi.
Pemeriksaan leher:
-
8/12/2019 _LapSus Arzia - Karsinoma Nasofaring
18/21
17
Ditemukan masing-masing 1 massa pada region II colli dextra dan sinistra, dengan
karakteristik:
Ukuran: dextra 3 x 4 cm; sinistra 1 x 2 cm.
Batas: tegas. Mobilisasi: dextra et sinistra: immobile terhadap jaringan di bawah dan sekitarnya. Permukaan: licin, rata. Nyeri tekan: (-).Keterbatasan gerak leher: (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT-Scan Kepala:- Massa malignancy di Nasofaring D/S.- Ca. Nasofaring T4NXMX.
Biopsi Nasofaring D/S: Undifferentiated Carcinoma Nasofaring (WHO type III).
DIAGNOSIS KERJA
- Karsinoma Nasofaring Stadium IVa (T4N2MX).- Rhinitis akut
TERAPI
- Radioterapi dan kemoterapi.- Pengobatan simptomatik:
o Asam Mefenamat 3 x 500 mg.o Pseudoefedrin 4 x 60 mg.o Vitamin B kompleks 1 x I tablet.
- KIEo Bila terjadi perdarahan dari hidung, segera ke pusat pelayanan kesehatan
terdekat untuk memperoleh perawatan lebih lanjut. Untuk penanganan awal di
rumah, hidung dapat ditekan / dipencet untuk menghentikan perdarahan
sementara.
-
8/12/2019 _LapSus Arzia - Karsinoma Nasofaring
19/21
18
o Terapi yang dilakukan adalah terapi paliatif, hanya untuk mempertahankankualitas hidup, bukan untuk menghilangkan penyakit.
o Pengobatan karsinoma nasofaring membutuhkan kesabaran dan ketaatan,sehingga keluarga harus tetap memberikan dukungan dan semangat kepada
pasien.
o Pasien disarankan untuk selalu hidup sehat, serta selalu mengkonsumsimakanan yang sehat dan segar.
PROGNOSIS
- Dubia ad malam, dengan harapan hidup 41% dalam 5 tahun.
-
8/12/2019 _LapSus Arzia - Karsinoma Nasofaring
20/21
19
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan ditegakkan diagnosis kerja karsinoma nasofaring stadium IVa. Hasil anamnesis
yang mendukung adalah adanya gejala nyeri kepala pada salah satu sisi wajah serta adanya
riwayat diplopia, gejala nasofaring berupa hidung tersumbat dan epistaksis, gejala
pendengaran berupa riwayat penurunan pendengaran, serta adanya tumor berupa benjolan
pada kedua sisi leher di bawah telinga yang membesar dalam waktu sekitar 3-7 bulan
terakhir. Adanya penekanan kelenjar limfoid pada ruang faring menyebabkan keluhan sulit
menelan makanan.
Hasil pemeriksaan fisik mendapatkan tidak ada gangguan anatomis pada telinga yang
dapat dilihat dari luar, pada pemeriksaan hidung didapatkan edema konka inferior, hiperemis
pada mukosa cavum nasi, dan adanya sekret bening kental di meatus media. Pada
pemeriksaan mata tidak didapatkan adanya keterbatasan gerak mata ataupun gangguan dan
diplopia pada konvergensi saat ini. Pada pemeriksaan leher didapatkan adanya massa padat
terfiksir immobile yang tidak nyeri tekan pada kedua sisi leher. Massa ini kemungkinan
adalah pembesaran KBG leher, yang menunjukkan telah terdapat metastasis secara limfogen
pada karsinoma nasofaring. Pembesaran KGB juga dapat terjadi pada limfoma. Pada pasien
ini, terdapat pemesaran kelenjar bilateral, tang meningkatkan kemungkinan terjadinya
limfoma. Perlu dicari adanya pembesaran KGB di bagian tubuh lain untuk meningkatkan
kecurigaan limfoma.
CT-Scan dan biopsi dilakukan untuk menegakkan diagnosis. Hasil CT-Scan
menunjukkan adanya massa nasofaring. Terdapat pula pembesaran KGB di colli dextra
dengan ukuran 3 x 4 cm dan di colli sinistra dengan ukuran 1 x 2 cm. Berdasarkan hasil
tersebut, stadium karsinoma nasofaring pada pasien ini adalah T4/N2/MX yang
diklasifikasikan sebagai stadium IVa. Biopsi nasofaring dilakukan untuk menegakkan
diagnosis pasti karsinoma nasofaring.
Terapi definitif terhadap karsinoma nasofaring baru dapat dimulai bila diagnosis pasti
sudah ditegakkan. Untuk sementara terapi yang diberikan adalah terapi simtomatik berupa
analgetik untuk mengurangi nyeri dan dekongestan-AH1 untuk mengurangi gejala rhinitis
akut yang diderita agar hidung tidak tersumbat.
-
8/12/2019 _LapSus Arzia - Karsinoma Nasofaring
21/21
DAFTAR PUSTAKA
1. Ballenger JJ. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher, Edisi 13, Jilid 1.Jakarta: Binarupa Aksara; 1994.
2. Andrianto Y. Peranan Pemeriksaan Imunohistokimia Cox-2 Pada Karsinoma Nasofaring.Tesis PPDS. Medan: Universitas Sumatra Utara; 2008.
3. Asroel HA. Penatalaksanaan Radioterapi Pada Karsinoma Nasofaring. Medan:Universitas Sumatra Utara; 2002.
4. Hidayat B. Hubungan Antara gambaran Timpanometri Dengan Letak Dan StadiumTumor Pada Penderita Karsinoma Nasofaring Di Departemen THT-KL RSUP H.
Adam Malik Medan. Tesis PPDS. Medan: Universitas Sumatra Utara; 2009.
5. Adams GL, Boies LR, Higler PA. Boies: Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC; 1997.6. Harahap MPA. Ekspresi Vascular Endothelial Growth Factor Pada Krsinoma
Nasofaring. Tesis PPDS. Medan: Universitas Sumatra Utara; 2009.
7. Rusdiana. Hubungan Antara Anti Epstein-Barr Virus (ERNA-1) Dengan KarsinomaNasofaring Pada Pasien Etnis Batak Di Medan. Tesis Pasca Sarjana. Medan:
Universitas Sumatra Utara; 2009.
8. Nasution II. Hubungan Merokok Dengan Karsinoma Nasofaring. Tesis PPDS. Medan:Universitas Sumatra Utara; 2007.
9. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu KesehatanTelinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher, Edisi Keenam. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2008.
10. Laksmi LI. Tampilan Imunositokimia HER2/NEU Pada Biopsi Aspirasi MetastasisKarsinoma Nasofaring Kelenjar Limfe. Tesis PPDS. Medan: Universitas Sumatra
Utara; 2009.