5. Karsinoma Nasofaring

10
5. Ca Nasofaring a. Pembagian Gejala CA Nasofaring Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. Hampir 60% umor ganas kepala dan leher merupakan karsinoma nasofaring, kemudian diikuti oleh tumor ganas hidung dan sinus paranasal (18%), laring (16%), dan tumor ganas rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam presentase rendah. Berdasarkan data laboratorium patologi anatomik tumor ganas nasofaring sendiri selalu berada dalam kependudukan lima besar dari tumor ganas tubuh manusia bersama tumor ganas serviks uteri, tumor payudara, tumor getah bening dan tumor kulit . diagnosis dini menentukan prognosis pasien, namun cukup sulit dilakukan, karena nasofaring tersembunyi dibelakang tabir langit langit dan terletak dibawah dasar tengkorak sserta berhubungan dengan banyak daerah penting didalam tengkorak dan ke lateral maupun ke posterior leher. Oleh karena letak nasofaring tidak mudah diperiksa oleh mereka yang bukan ahli, seringkali tumor ditemukan terlambat dan menyebabkan metastasis ke leher lebih sering ditemukan sebagai gejala pertama. Gejala karsinoma nasofaring dapat dibagi dalam 4 kelompok, yaitu gejala nasofaring sendiri, gejala telinga, gejala mata dan saraf, serta metastasis atau gejala di leher. Gejala nasofaring dapat berupa epistaksis ringan atau sumbatan hidung, untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat, kalau perlu

description

gffdg

Transcript of 5. Karsinoma Nasofaring

Page 1: 5. Karsinoma Nasofaring

5. Ca Nasofaring

a. Pembagian Gejala CA Nasofaring

Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang

terbanyak ditemukan di Indonesia. Hampir 60% umor ganas kepala dan leher

merupakan karsinoma nasofaring, kemudian diikuti oleh tumor ganas hidung dan

sinus paranasal (18%), laring (16%), dan tumor ganas rongga mulut, tonsil,

hipofaring dalam presentase rendah. Berdasarkan data laboratorium patologi

anatomik tumor ganas nasofaring sendiri selalu berada dalam kependudukan lima

besar dari tumor ganas tubuh manusia bersama tumor ganas serviks uteri, tumor

payudara, tumor getah bening dan tumor kulit.

diagnosis dini menentukan prognosis pasien, namun cukup sulit dilakukan,

karena nasofaring tersembunyi dibelakang tabir langit langit dan terletak dibawah

dasar tengkorak sserta berhubungan dengan banyak daerah penting didalam

tengkorak dan ke lateral maupun ke posterior leher. Oleh karena letak nasofaring

tidak mudah diperiksa oleh mereka yang bukan ahli, seringkali tumor ditemukan

terlambat dan menyebabkan metastasis ke leher lebih sering ditemukan sebagai

gejala pertama.

Gejala karsinoma nasofaring dapat dibagi dalam 4 kelompok, yaitu gejala

nasofaring sendiri, gejala telinga, gejala mata dan saraf, serta metastasis atau gejala

di leher. Gejala nasofaring dapat berupa epistaksis ringan atau sumbatan hidung,

untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat, kalau perlu dengan

nasofaringoskop, karena sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah tumbuh

atau tumor tidak tampak karena masih terdapat di bawah mukosa (creeping tumor).

Gangguan pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal

tumor dekat muara tuba Eustachius (fosa Rosenmüller). Gangguandapat berupa

tinnitus, rasa tidak nyaman di telinga (otalgia). Tidak jarang pasien dengan

gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari bahwa penyebabnya adalah

karsinoma nasofaring.

Karena nasofaring berhubungan dekat dengan rongga tengkorak melalui

beberapa lubang, maka gangguan beberapa saraf otak dapat terjadi sebagai gejala

lanjut karsinoma ini. Penjalaran melalui foramen laserum akan mengenai saraf otak

ke III, IV, VI dan dapat pula ke V, sehingga tidak jarang gejala diplopialah yang

membawa pasien lebih dahulu ke dokter mata. Neuralgia trigeminal merupakan

Page 2: 5. Karsinoma Nasofaring

gejala yang sering ditemukan oleh ahli saraf jika belum terdapat keluhan yang

berarti.

Proses karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX,X, XI dan XII

jika penjalaran melalui foramen jugulare, yaitu suatu tempat yang relatif jauh dari

nasofaring. Gangguan ini sering disebut dengan sindrom Jackson. Bila sudah

mengenai seluruh saraf otak disebut sindrom unilateral. Dapat pula disertai dengan

destruksi tulang tengkorak dan bila sudah terjadi demikian, biasanya prognosis

buruk.

Metastasis ke kelenjar leher dalam bentuk benjolan di leher yang mendorong

pasien untuk berobat, karena sebelumnya tidak terdapat keluhan lain.

Suatu kelainan nasofaring yang disebut lesi hiperplastik nasofaring telah

diteliti di Cina, yaitu 3 bentuk yang mencurigakan pada nasofaring, seperti

pembesaran adenoid pada orang dewasa, pembesaran nodul dan mukositis berat

pada daerah nasofaring. Kelainan ini bila diikuti bertahun-tahun kemudian akan

menjadi karsinoma nasofaring.

b. Stadium

Stadium ini berdasarkan kriteria dari UICC (2002)

T = Tumor primer

T0 - Tidak tampak tumor.

T – Karsinoma insitu, dimana tumor hanya terdapat pada 1 lapisan jaringan.

T1- Tumor terbatas pada satu lokalisasi saja (lateral/posterosuperior/atap dan lain-

lain).

T2 - Tumor yang sudah meluas kedalam jaringan lunak dari rongga tenggorokan.

T2a : perluasan tumor ke orofarinng dan / atau rongga hidung tanpa perluasan ke

parafaring. T2b : disertai perluasan ke parafaring

T3 - tumor menginfasi struktur tulang dan atau sinus paranasal

T4 - Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau

mengenai saraf-saraf otak.

Page 3: 5. Karsinoma Nasofaring

TX - Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak lengkap.

N = Nodule

N - Pembesaran kelenjar getah bening regional .

NX - Pembesaran kelenjar reginol tidak dapat dinilai

N0 - Tidak ada pembesaran.

N1 - Terdapat pembesaran tetapi unilateral dan tumor dalam kelenjar limfe

berukuran 6 cm atau lebih kecil, diatas fossa supraklavikularis

N2 - Terdapat pembesaran kontralateral/bilateral dengan ukuran tumor 6 cm atau

lebih kecil, diatas fossa supraklavikularis.

N3 - Tumor terdapat di kelenjar limfe dengan ukuran lebih dari 6 cm, pembesaran

secara bilateral, terletak didlam fossa supraklavikularis.

N3A – Tumor dalam kelenjar limfe dengan ukuran lebih dari 6 cm.

N3B – Tumor ditemukan didalam fossa supraklavikularis.

M = Metastasis

M - Metastasis jauh

M0 - Tidak ada metastesis jauh.

M1 – Terdapat Metastesis jauh .

Berdasarkan TNM tersebut di atas, stadium penyakit dapat ditentukan :

Stadium 0 T1s No Mo

Stadium I T1 No Mo

Stadium IIa T2a No Mo

Stadium IIb T1 N1 Mo

T2a N1 Mo

T2b No, N1 Mo

Stadium III T1 N2 Mo

T2a,T2b N2 Mo

T3 N2 Mo

Stadium Iva T4 No, N1, N2 Mo

Semua T N3 Mo

Semua T Semua N M1

Page 4: 5. Karsinoma Nasofaring

Tis : Carcinoma in situ

- Stadium 0 :

- Stadium I :

- Stadium IIA :

- Stadium IIB :

Page 5: 5. Karsinoma Nasofaring

- StadiumIII :

- Stadium IVA :

- Stadium IVB :

- Stadium IVC :

Page 6: 5. Karsinoma Nasofaring

c. Penatalaksanaan

Stadium I : Radioterapi

Stadium II dan III : Kemoradiasi

Stadium IV dengan N<6cm : Kemoradiasi

Stadium IV dengan N>6 cm :kemoterapi dosis penuh dilanjutkan kemoradiasi

Radioterapi masih merupakan pengobatan utama dan ditekankan pada

penggunaan megavoltage dan pengaturan dengan komputer. Pengobatan tambahan

yang diberikan dapat berupa diseksi leher, pemberian tetrasiklin, faktor transfer,

interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan anti virus. Semua pengobatan

tambahan ini masih dalam pengembangan, sedangkan kemoterapi masih tetap

terbaik sebagai terpai adjuvant (tambahan). Berbagai macam kombinasi

dikembangkan, yang terbaik sampai saat ini adalah kombinasi dengan Cis-platinum

sebagai inti.

Pemberian adjuvant kemoterapi Cis-platinum, bleomycin dan 5-

fluorouracil saat ini sedang dikembangkan dengan hasil sementara yang cukup

memuaskan. Demikian pula telah dilakukan penelitian pemberian kemoterapi

praradiasi dengan epirubicin dan cis-platinum, meskipun ada efek samping yang

cukup berat, tetapi memberikan harapan kesembuhan yang lebih baik. Kombinasi

kemoterapi dengan mitomycin C dan 5-fluorouracil oral setiap hari sebelum

diberikan radiasi yang bersifat radiosensitizer memperlihatkan hasil yang memberi

harapan akan kesembuhan total pasien karsinoma nasofaring

Pengobatan pembedahan diseksi leher radikal dilakukan terhadap

benjolan di leher yang tidak menghilang pada penyinaran (residu) atau timbul

kembali setelah penyinaran selesai, tetapi dengan syarat tumor induknya sudah

hilang yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologi dan serologi, serta tidak

ditemukan adanya metastasis jauh. Operasi sisa tumor induk (residu) atau kambuh

(residif) diindikasikan, tetapi sering timbul komplikasi yang berat akibat operasi

Perawatan paliatif harus diberikan pada pasien dengan pengobatan radiasi. Mulut

rasa kering disebakan oleh keusakan kelenjar liur mayor maupun minor sewaktu

penyinaran. Tidak banyak yang dilakukan selain menasihatkan pasien untuk makan

dengan banyak kuah, membawa minuman kemanapun pergi dan mencoba

memakan dan mengunyah bahan yang rasa asam sehingga merangsang keluarnya

Page 7: 5. Karsinoma Nasofaring

air liur. Gangguan lain adalah mukositis rongga mulut karena jamur, rasa kaku di

daerah leher karena fibrosis jaringan akibat penyinaran, sakit kepala, kehilangan

nafsu makan dan kadang-kadang muntah atau rasa mual

Kesulitan yang timbul pada perawatan pasien pasca pengobatan lengkap

dimana tumor tetap ada (residu) akan kambuh kembali (residif). Dapat pula timbul

metastasis jauh pasca pengobatan seperti ke tulang, paru, hati, otak. Pada kedua

keadaan tersebut diatas tidak banyak tindakan medis yang dapat diberikan selain

pengobatan simtomatis untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pasien akhirnya

meninggal dalam keadaan umum yang buruk , perdarahan dari hidung dan

nasofaring yang tidak dapat dihentikan dan terganggunya fungsi alat-alat vital

akibat metastasis tumor.