Infeksi Gastrointestinal

13
WORK SHEET FARMAKOTERAPI 1 Infeksi Gastrointestinal NIM : 118114001, 118114006, 118114007, 118114008, 118114009, 118114011, 118114012, 118114013 Kelas : FKK A 2011 1. Beberapa macam infeksi gastrointestinal dan agen penyebabnya: a. Diare : Campylobacter, Salmonella, Shigella, Eschericia coli, Clostridium difficile, Giardia (Protozoa), Entamoeba histolytica b. Kolera : Vibrio cholerae, Escherichia coli c. Pseudomembranous Colitis : Clostridium difficile d. Disentri : Entamoeba histolytica, Shigella, Escherichia coli e. Salmonellosis : Salmonella thypi f. Campylobacteriosis : Campylobacter jejuni g. Yersiniosis : Yersinia enterocolitica, Yersinia pseudotuberculosis 2. Cara penularan: Lewat makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri Lewat tangan yang terkontaminasi bakteri Tinja-oral Kemungkinan lewat darah untuk infeksi karena virus (masih spekulasi) 3. Patofisiologi tiap macam infeksi gastrointestinal: Diare E. coli merupakan bakteri basil gram negatif yang biasanya ditemukan di saluran pencernaan manusia serta dalam usus Apabila space kurang dapat dilanjutkan di halaman lain

description

infeksi gastrointestinal

Transcript of Infeksi Gastrointestinal

WORK SHEETFARMAKOTERAPI 1

Infeksi GastrointestinalNIM: 118114001, 118114006, 118114007, 118114008, 118114009, 118114011, 118114012, 118114013Kelas: FKK A 20111. Beberapa macam infeksi gastrointestinal dan agen penyebabnya: a. Diare : Campylobacter, Salmonella, Shigella, Eschericia coli, Clostridium difficile, Giardia (Protozoa), Entamoeba histolyticab. Kolera : Vibrio cholerae, Escherichia colic. Pseudomembranous Colitis : Clostridium difficiled. Disentri : Entamoeba histolytica, Shigella, Escherichia colie. Salmonellosis : Salmonella thypif. Campylobacteriosis : Campylobacter jejunig. Yersiniosis : Yersinia enterocolitica, Yersinia pseudotuberculosis

2. Cara penularan: Lewat makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri Lewat tangan yang terkontaminasi bakteri Tinja-oral Kemungkinan lewat darah untuk infeksi karena virus (masih spekulasi)

3. Patofisiologi tiap macam infeksi gastrointestinal: DiareE. coli merupakan bakteri basil gram negatif yang biasanya ditemukan di saluran pencernaan manusia serta dalam usus hewan seperti rusa, kambing, dan domba. Enterotoksik E. coli mampu menghasilkan toksin tidak tahan panas dan toksin stabil panas. Toksin tidak tahan panas memiliki dua subunit (A dan B) yang memiliki sifat antigenik yang sama dan aktivitas yang sama pada mukosa usus. Efek yang jelas adalah akumulasi elektrolit yang menarik air ke dalam usus, dan menghasilkan diare sekretorik seperti kolera. Toksin stabil panas bersifat nonantigenik dan menyebabkan diare berair dengan mempengaruhi usus kecil. KoleraV. cholerae adalah bakteri basil gram negatif yang karakteristiknya sama dengan keluarga Enterobacteriaceae. Sebagian besar penyebab kolera berasal dari enterotoxin (toxin cholera) yang diproduksi oleh bakteri. Kondisi yang menyebabkan asam lambung berkurang seperti penggunaan antasid, histamine receptor blocker, atau inhibitor pompa proton, atau infeksi Heliobacter pylori, meningkatkan resiko terkena penyakit ini. Toxin cholera menstimulasi adenylasi cyclase yang meningkatkan intraseluler cAMP dan menghasilkan efek penghambatan absorpsi ion natrium dan klorida oleh microvili dan meningkatkan sekresi ion klorida dan air oleh sel crypt. Toxin bakteri tersebut bekerja pada seluruh saluran pencernaan, tetapi hilangnya cairan akibat efek toxin tersebut terjadi di duodenum. Akibat paling besar dari toxin cholera adalah sekresi cairan isotonik pada usus halus yang melebihi daya serap pada usus besar. Pseudomembranous colitisC. difficile adalah spora gram positif berbentuk basil dan membentuk toxin yang menyebabkan penyakit. Ketika antibiotik mengganggu C. difficile sebagai flora normal dan proses kolonisasinya, dua toxin (A dan B) dikeluarkan untuk memediasi diare dan kolitis. Toxin ini sangat penting dalam manifestasi penyakit yang muncul. Toxin A adalah faktor patogen yang paling utama dan dikategorikan sebagai enterotoxin yang menyebakan sekresi cairan usus, luka pada mukosa, dan terjadinya inflamasi melalui proses diasgregasi aktin, pelepasan kalsium intraseluler, dan rusaknya neuron. Toxin B bersifat nonenterotoxik sitotoksin yang menyebabkan depolimerisasi dari aktin filamen dan menyebabkan kerusakan yang lebih poten dibandingkan efek dari Toxin A. Awalnya terbentuk plak yang berwarna putih dan kekuningan, dan sekitar mukosa akan terjadi inflamasi. Dengan berkembangnya penyakit ini, plak pada pseudomembran membesar dan menyebar hingga mukosa usus besar. DisentriShigellae adalah bakteri gram negatif berbentuk basil yang termasuk dalam famili enterobakter. Tertelannya 10 sampai 200 bakteri ini mampu menyebabkan penyakit ini muncul pada orang dewasa sehat. Artinya, penyebaran penyakit ini sangat mudah. Bakteri ini berkembang biak dan menyebar pada sub mukosa usus kecil, tapi jarang menyebar keluar mukosa. Penetrasi mukosa diperantarai adalnya invasi plasmid secara besar-besaran dan menghasilkan distori crypt, kematian epitel intestinal, menyebabkan ulserasi fokal, pengelupasan sel-sel mukosa, muncul eksudat yang berdarah dan berlendir pada lumen usus, dan akumulasi sel-sel inflamasi submukosa dengan pembentukan mikroabses.

SalmonellosisMasa inkubasi, gejala, dan tingkat keparahan penyakit tergantung pada jumlah organisme yang tertelan. Inokulum yang diperlukan untuk infeksi diperkirakan kurang dari 1.000 organisme. Salmonella yang bersifat patogen, tertelan dalam makanan dan bertahan pada penghalang asam lambung dan menyerang mukosa usus kecil dan besar dan menghasilkan racun. Invasi sel epitel merangsang pelepasan sitokin proinflamasi yang menyebabkan reaksi inflamasi. Respon inflamasi akut menyebabkan diare dan dapat menyebabkan ulserasi dan kerusakan mukosa. Bakteri dapat menyebar dari usus dan menyebar menuju sistemik. CampylobacteriosisCampylobacter spp. tidak stabil pada lingkungan asam, oleh karena itu inokulum sekitar 800 organisme diperlukan untuk memulai infeksi. Kondisi bagian atas usus halus sangat menguntungkan untuk berkembang biak. Flagel pada bakteri memediasi invasi jaringan pada jejenum, ileum dan usus besar yang menyebabkan infeksi akut. C. jejuni dapat menghasilkan enterotoksin atau sitotoksin. Gejala manifestasi tergantung pada kekebalan pasien. Pasien yang terinfeksi Campylobacter kadar imunoglobulin spesifiknya meningkat seperti IgG, IgM, IgA dan antibodi dalam serum dan dalam usus. YersiniosisY. enterocolitica menyerang epitel usus dan menembus mukosa usus. Inokulum dari 109 organisme cukup menyebabkan infeksi. Kebanyakan strain menghasilkan enterotoksin, tetapi peran produksi toksin dalam menyebabkan diare tidaklah cukup. Infeksi bakteri ini menyebabkan ulserasi mukosa di ujung ileum, lesi nekrotik pada Peyers patch, dan pembesaran kelenjar getah bening mesenterik.

4. Presentasi klinis tiap macam infeksi gastrointestinal:a. Diare Muntah Bentuk feses cair Pemeriksaan feses ditemukan bakteri non-flora/bakteri flora yang berlebihan Rehidrasi (kehilangan cairan tubuh) Penurunan berat badan secara drastisb. Kolera Vibrio cholerae Masa inkubasi bakteri V.cholerae sebelum menunjukan gejala klinis adalah 1-3 hari Dehidrasi (dapat kehilangan hingga 1 L cairan isotonik setiap jam) akibatfeses yang dikeluarkan berbentuk cairan Diare yang tiba-tiba diikuti dengan muntah Demam (jarang terjadi) Dalam beberapa kasus terjadi penumpukan cairan di dalam lumen usus sehingga menyebabkan distensi abdomen Dapat menyebabkan kematian (jika tidak ditangani secara cepat) Pada anak-anak : terjadi hipoglikemia, kejang, demam, dan perubahan mental. Resiko komplikasi seperti asidosis metabolik, azotemia prerenal, over dehidrasi dan aspiration pneumonia, sering terjadi pada anak-anak, wanita tua, dan ibu hamil Escherichia coliEnterotoxigenic E. coli Muntah dan tinja/feses berair disertai dengan atau tanpa kram perut Tidak terdapat nanah atau darah dalam feses Biasanya mengalami diare mendadak selama 24-48 jam Demam ringan Kehilangan cairan

Enteroinvasive E. coli Feses berair (hamper sama dengan Enterotoxigenic E.coli)

Enteropathogenic E. coli Termasuk infeksi akut yang ditandai dengan diare (feses berair), muntah, dan demam ringan

Enteroaggregative E. coli Persistent, feses berair dan berlendir, diare sekretori dengan demam ringan dan sedikit/tidak ada muntah

Enterohemorrhagic E. coli Tinja berdarah Nyeri kram pada perut Distensi abdomen Diare berair Mual/muntah (tidak terjadi pada setiap pasien) Jumlah sel darah putih meningkat Demam Dapat menyebabkan HUS (sindrom anemia hemolitik, trombositopenia, dan gagal ginjal). Komlplikasi ini biasanya terjadi pada anak-anak dan lansia Kematian (jika sudah terjadi komplikasi)

Pseudomembranous colitis Gejala ringan: malaise, nyeri perut, mual, anoreksia, diare berair, demam ringan Gejala berat/parah: nyeri perut yang parah, diare berair yang sangat banyak leukositosis Disentri Gejala awal: nyeri perut, kram, demam, dan feses berair. Feses berdarah Feses sering berwarna kehijauan dan mengandung leukosit Kehilangan cairan dan elektrolit Kultur tinja + terdapat bakteri Komplikasi yang terjadi: dehidrasi berat, septicemia, megakolontoksik, usus berlubang, radang sendi, dan HUS Salmonellosis Enterocolitis : Gejala muncul setelah 72 jam, yaitu mual, muntah, kramperut, sakit kepala, demam (37,7-38,80C), dan diare. Meningkatnya frekuensi buang air. Feses cair, terdapat lender ataupun darah Bacteremia : bacteremia persisten, demam intermiten, kultur tinja sering negatif, paling sering terjadi dengan serotype infeksicholeraesuis (50%), leukosit masih dalam kisaran normal. Infeksi lokal : infeksi local terjadi pada pasien dengan infeksi ekstraluminal bacteremia atau abses, jumlah PMN meningkat Demam enteric tifoid (disebabkan oleh serotype thypi) atau paratifoid, masa inkubasi berkisar 10-14 hari, malaise, anoreksia, myalgia, mengigil, mual, muntah, batuk, lemah dan sakit tenggorokan Campylobacteriosis Masainkubasi rata-rata 2-4 hari Gejala umum : diare, sakit perut, demam, mual, muntah, sakit kepala, myalgia, malaise, feses berair dan berbau busuk, terkadang feses mengandung darah Sel-sel darah merah dan leukosit terdapat dalam tinja Komplikasi yang dapat terjadi : pseudoappendicitis, pankreatitis, pendarahan pada gastrointestinal, dll. Yersiniosis Muntah, sakit perut, diare (1-3 minggu), demam

5. Terapi non farmakologi: Jaga kebersihan diri dan lingkungan Menghindari makanan yang beresiko tinggi Menghentikan makan makanan yang sulit dicerna oleh usus dan produk yang diolah dari susu Kupas, rebus makanan, masak makanan hingga matang Menerapkan pola hidup sehat agar terhindar dari penyakit sistemik dan penyebab penyakit diare Memberikan banyak cairan pengganti ion (elektrolit) caranya adalah dengan mencampurkan 4 pucuk sendok gula dan 1 pucuk sendok garam ke dalam air matang 250 cc. Terapi ini biasa disebut dengan Oral Rehydration Therapy Rebusan daun jambu biji dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

6. Terapi farmakologi tiap macam infeksi gastrointestinal:Untuk terapi farmakologi seluruh infeksi diatas, harus diawali dengan rehidrasi menggunakan cairan elektrolit atau diberi oralit, guna mengganti cairan tubuh yang hilang. KoleraFirst LineDoxycycline 300 mg POTetracycline 500 mg oral 4 kali sehari selama 3 hari Trimethoprim-Sulfamethoxazole tablet 2 kali sehari selama 3 hariNorfloxacin 400 mg oral 2 kali sehari selama 3 hariCiprofloxacin 500 mg oral 2 kali sehari selama 3 hari, atau 1 gram single doseAlternatifKloramfenikol 50 mg/kg IV tiap 6 jamErithromycin 250-500 mg PO setiap 6-8 jamFurazolidone DiareFirst LineNorfloxacin 400 mgCiprofloxacin 500 mg PO 2 kali sehari selama 3 hariAlternatifTrimethroprim-sulfamethoxazole DS tablet setiap 12 jam Pseudomembranous ColitisFirst LineMetronidazole 250 mg 4 kali sehari 500 mg 3 kali sehari selama 10 hariAlternatifVancomycin 125 mg oral 4 kali sehari selama 10 hariBacitracin 20.000-25.000 unit 4 kali sehari selama 7 10 hari DisentriFirst LineTrimethroprim-sulfamethoxazole DS 2 kali sehari selama 3 hingga 5 hariAlternatifOfloxacin 300 mg, Norfloxacin 400 mg, atau Ciprofloxacin 500 mg 2 kali sehari selama 3 hariAsam Nalidixic 1 gram / hari selama 5 hariAzithromycin 500 mg oral selama 1 hari, dilanjutkan 250 mg oral selama 4 hari Salmonellosis (Nonthyphoidal)First LineTrimethroprim-sulfamethoxazole DS 2 kali sehariOfloxacin 300 mg, Norfloxacin 400 mg, Ciprofloxacin 500 mg 2 kali sehari selama 5 hariCeftriaxone 2 gram IV sekali sehariCefotaxime 2 gram IV 3 kali sehari selama 5 hariAlternatifAzithromycin 1000 mg ora selama 1 hari, selanjutnya 500 mg oral sekali sehari selama 6 hari Salmonellosis (Enteric Fever)First LineCiprofloxacin 500 mg oral 2 kali sehari selama 3 hingga 14 hari (dapat dipakai juga ofloxacin dan pefloxacin)AlternatifAzithromycin 1000 mg oral selama sehari, selanjutnya 500 mg sehari selama 5 hariCefixime, Cefotaxime, atau CefuroximeKloramfenikol 500 mg 4 kali sehari oral atau IV selama 14 hari CampylobacteriosisFirst LineErythromycin 500 mg oral 2 kali sehari selama 5 hariAzithromycin 1000 mg oral 1 kali sehari, selanjutnya 500 mg sehariClarithromycin 500 mg oral 2 kali sehariAlternatifCiprofloxacin 500 mg atau Norfloxacin 400 mg oral 2 kali sehari selama 5 hari YersiniosisTerapi kombinasi menggunakan doxycycline, aminoglikosida, trimethroprim-sulfamethoxazole, atau fluororkuinolon

Apabila space kurang dapat dilanjutkan di halaman lain