Gout

20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan tentang asuhan keperawatan muskuloskeletal makin dibutuhkan mahasiswa ataupun perawat selaku pemberi pelayanan kesehatan. Pergeseran tingkat pendidikan pada dunia keperawatan di Indonesia menuju era profesionalisasi menjadikan asuhan keperawatan pada pola asuhan per sistem. Perkembangan asuhan keperawatan sistem muskoskeletal sendiri sejak lama tidak lepas dari bedah ortopedi, suatu disiplin ilmu dari bagian medis yang di Indonesia sekarang ini masih belum dikenal luas oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh keadaan masih adanya pereanan yang cukup besar dari ahli urut tulang (khususnya di daerah), yaitu lebih dari 25% klien berobat ke ahli urut tulang/dukun patah tanpa memnadang derajat sosial dan pendidikan dan umumnya datang ke rumah sakit setelah timbul penyulit atau penyakit sudah dalam stadium lanjut. Untuk mengantisipasi masalah tersebut, salah satu fungsi dari peranan perawat adalah mensosialisasikan pada masyarakat umum guna mencegah/menghindari hal-hal yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Oleh karena itu, kami menyusun makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal: “ Gout “. Dengan harapan sebagai perawat kita mampu memahami konsep penyakit yang dialami klien dengan gangguan sistem Muskuloskeletal, khususnya Gout, sehingga kita pun mampu memberi asuhan keperawatan yang tepat 1

description

good

Transcript of Gout

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengetahuan tentang asuhan keperawatan muskuloskeletal makin dibutuhkan mahasiswa ataupun perawat selaku pemberi pelayanan kesehatan. Pergeseran tingkat pendidikan pada dunia keperawatan di Indonesia menuju era profesionalisasi menjadikan asuhan keperawatan pada pola asuhan per sistem. Perkembangan asuhan keperawatan sistem muskoskeletal sendiri sejak lama tidak lepas dari bedah ortopedi, suatu disiplin ilmu dari bagian medis yang di Indonesia sekarang ini masih belum dikenal luas oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh keadaan masih adanya pereanan yang cukup besar dari ahli urut tulang (khususnya di daerah), yaitu lebih dari 25% klien berobat ke ahli urut tulang/dukun patah tanpa memnadang derajat sosial dan pendidikan dan umumnya datang ke rumah sakit setelah timbul penyulit atau penyakit sudah dalam stadium lanjut. Untuk mengantisipasi masalah tersebut, salah satu fungsi dari peranan perawat adalah mensosialisasikan pada masyarakat umum guna mencegah/menghindari hal-hal yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Oleh karena itu, kami menyusun makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal: Gout . Dengan harapan sebagai perawat kita mampu memahami konsep penyakit yang dialami klien dengan gangguan sistem Muskuloskeletal, khususnya Gout, sehingga kita pun mampu memberi asuhan keperawatan yang tepat dan konprahensif, yang meliputi pengenalan konsep anatomi fisiologi, dan patofisiologi sistem muskuloskeletal, pengkajian untuk menegakkan masalah keperawatan, perencanaan dan tindakan keperawatan, sampai mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada masalah sistem muskuloskeletal.

B. Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah yang kami bahas adalah sebagai berikut :

1. Apa definisi dari Gout?

2. Apa saja ethiologi terjadinya Gout?

3. Apa saja manifestasi klinis yang muncul pada Gout?

4. Bagaimana patofisiologi terjadinya Gout?

5. Apa saja komplikasi yang terjadi akibat Gout?

6. Bagaimana proses tatalaksana pada pasien Gout?

7. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien Gout?

C. Tujuan Penulisan1. Tujuan Umum

Makalah Asuhan Keperawatan ini dibuat sebagai pedoman atau acuan kami dalam membandingkan antara teori dan praktik dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan Gout (Asam Urat ), serta untuk mengetahui informasi-informasi mengenai Gout lebih dalam.

2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengertian Gout

2. Mengetahui ethiologi dari Gout

3. Mengetahui manifestasi klinis Gout

4. Mengetahui bagaimana patofisiologi dari Gout

5. Mengetahui komplikasi dari Gout

6. Mengetahui bagimana tatalaksana pada pasien Gout

7. Mengetahui cara memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan Gout

BAB IIPEMBAHASANA. KONSEP DASAR PENYAKIT1. DefinisiArthritis pirai atau gout adalah arthritis akut dan atau kronis pada sendi yang disebabkan oleh gangguan pembentukan asam urat ( Tucker et al, 1998 )

Gout adalah peradangan akibat adanya endapan kristal asam urat pada sendi (Pusdiknakes, 1995 )

Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas, pergelangan dan kaki bagian tengah. ( Merkie, Carrie. 2005 ).Gout merupakan penyakit metabolic yang ditandai oleh penumpukan asam urat yang menyebabkan nyeri pada sendi. ( Moreau, David. 2005 ; 407) .Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan dengan defek genetic pada metabolism purin atau hiperuricemia. ( Brunner & Suddarth. 2001 ; 1810 ).Jadi, Gout atau sering disebut asam urat adalah suatu penyakit metabolik dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi. (Kesimpulan Kelompok).2. Epidemiologi95% penderita Gout ditemukan pada pria. Gout sering menyerang wanita post menopouse usia 50 60 tahun. Juga dapat menyerang laki-laki usia pubertas dan atau usia di atas 30 tahun. Penyakit ini paling sering mengenai sendi metatrsofalangeal, ibu jari kaki, sendi lutut dan pergelangan kaki.

3. EtiologiGout disebabkan oleh adanya kelainan metabolik dalam pembentukan purin atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal yang menyebabkan hyperuricemia. Hyperuricemia dalam hal ini disebabkan oleh :

Hiperproduksi asam urat yang berlebihan. Gout primer metabolic disebabkan distensi langsung yang bertambah. Gout sekunder metabolic disebabkan pembentukan asam urat berlebih karena penyakit lain. Seperti leukemia. Hiposekresi asam urat yang biasanya dikarenakan gangguan fungsi ginjal4. PatofisiologiHiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam serumyang > 7,0 mg/dl) menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Serangan gout berhubungan dengan peningkatan atau penurunan mendadak kadar asam urat serum. Bila kristal urat mengendap dalam sebuah sendi, respon inflamasi akan terjadi dan serangan gout dimulai. Dengan serangan berulang maka penumpukan kristal natrium urat (tofus) akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga. Gambaran kristal urat dalam cairan senovial sendi yang asimtomatik menunjukkan bahwa faktor non kristal mungkin berhubungan dengan reaksi inflamasi. Kristal monosodium urat yang ditemukan tersalut dengan imunoglobulin yang terutama berupa IgG. IgG akan meningkatkan fagositosis kristal dan dengan demikian memperlihatkan aktivitas imunologi.5. Manifestasi KlinisGout berkembang dalam 4 tahap :

1.Tahap Asimptomatik : Pada tahap ini kadar asam urat dalam darah meningkat, tidak menimbulkan gejala.

2.Tahap Akut : Serangan akut pertama datang tiba-tiba dan cepat memuncak, umumnya terjadi pada tengah malam atau menjelang pagi. Serangan ini berupa rasa nyeri yang hebat pada sendi yang terkena, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan perlahan-lahan akan sembuh spontan dan menghilang dengan sendirinya dalam waktu 14 hari.

3.Tahap Interkritikal : Pada tahap ini penderita dapat kembali bergerak normal serta melakukan berbagai aktivitas olahraga tanpa merasa sakit sama sekali. Kalau rasa nyeri pada serangan pertama itu hilang bukan berarti penyakit sembuh total, biasanya beberapa tahun kemudian akan ada serangan kedua. Namun ada juga serangan yang terjadi hanya sekali sepanjang hidup, semua ini tergantung bagaimana sipenderita mengatasinya.

4.Tahap Kronik : Tahap ini akan terjadi bila penyakit diabaikan sehingga menjadi akut. Frekuensi serangan akan meningkat 4-5 kali setahun tanpa disertai masa bebas serangan. Masa sakit menjadi lebih panjang bahkan kadang rasa nyerinya berlangsung terus-menerus disertai bengkak dan kaku pada sendi yang sakit.Tanda yang mungkin muncul:

Tampak deformitas dan tofus subkutan Terjadi penimbunan Kristal urat pada sendi-sendi dan juga pada ginjal Terjadi ureni akibat penimbunan urat pada ginjal Mikroskopik tampak Kristal-kristal urat di sekitar daerah nekrosis

6. Pemeriksaan Diagnostik1.Pemeriksaan laboratorium

Kadar asam urat yang tinggi dalam darah (>6 mg%). Kadar asam urat normal dalam serum pria 8 mg% dan wanita 7 mg%. kadar asama urat dalam urin juga tinggi ( 500 mg%/liter per 24 jam )2.Pemeriksaan cairan tofi

3.Pemeriksaan cairan sendi = Gold Standard, ditemukan kristal yang mengendap pada sendi 4.Rontgen, adanya tofus pada tulang dan juga persendian

7. Komplikasi Ginjal Batu ginjal Gagal ginjal akut / kronis Kardiovaskuler Hipertensi Payah jantung Penyakit metabolik lain Diabetes Hiperlipidemia8. Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan non medik

1.Pola diet

Golongan A ( 150 - 1000 mg purin/ 100g ) : Hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jerohan, udang, remis, kerang, sardin, herring, ekstrak daging, ragi (tape), alkohol, makanan dalam kaleng Golongan B ( 50 - 100 mg purin/ 100g ) : Ikan yang tidak termasuk gol.A, daging sapi, kacang-kacangan kering, kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun pepaya, kangkung Golongan C ( < 50mg purin/ 100g ) : Keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan 2.Bahan makanan yang diperbolehkan : Semua bahan makanan sumber karbohidrat, kecuali havermout (dalam jumlah terbatas) Semua jenis buah-buahan Semua jenis minuman, kecuali yang mengandung alkohol Semua macam bumbu3.Tirah baring

Merupakan suatu keharusan dan diteruskan sampai 24 jam setelah serangan menghilang.

Goat dapat kampuh bila terlalu cepat bergerak.

b. Penatalaksanaan medik

1) Fase akutObat yang digunakan:

- Colchisin

- Phenilbutazone

- Indomethacin

2) Pengobatan jangka panjang terhadap hyperuricemia untuk mencegah komplikasi

Gol. Urikosurik

Proberasid : menurunkan asam urat dalam serum Sulfinpirazon : merupakan dirivat pirazolon Azapropazon : mempunyai efek antiinflamasi Bensbromaron : menurunkan kadar asam urat menghambat penyerapan kembalinasam urat pada bagian tubulus renalis.

3) Inhibitor xantin (aloporinol)

Suatu inhibitor oksidase poten ,bekerja mencegah konversi

Hipoxantin menjadi xantin, dan korversi xantin menjadi asam urat.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajian Identitas

Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, nomor register, tanggal MRS dan diagnose medis.

Keluhan utama

Umumnya pada kasus Gout nyeri pada sendi ibu jari kaki.

Riwayat penyakit sekarang

Pengumpulan data dilakukan sejak munculnya keluhan dan secara umum mencakup gejala.

Riwayat penyakit dahulu

Pada pengkajian ini ditanyakan kemungkinan penyebab yang mendukung terjadinya gout, pernahkan klien dirawat dengan kasus yang sama, kaji adanya pemakaian alcohol yang berlebihan dan penggunaan obat diuretic.

Riwayat penyakit keluarga

Kaji adanya keluarga yang mempunyai riwayat keluhan yang sama dan riwayat penyakit yang lainnya.

Riwayat psikososial

Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat.

Pemeriksaan Fisik1. B1 (Breathing)

Inspeksi : biasanya ditemukan kesimetrisan rongga dada, tidak sesak napas dan tidak menggunakan alat bantu napas Palpasi : traktil fremitus seimbang kanan dan kiri Perkusi : suara resonan pada seluruh lapang paru Auskultasi : suara napas hilang atau melemah pada sisi yang sakit. Biasanya mendapatkan suara ronkhi atau mengi

2. B2 (Blood)

CRT < 1 detik, keringat dingin, pusing karena nyeri,suara S1 dan S2 tunggal3. B3 ( Brain)

Adanya sianosis, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis

4. B4 (Bladder)

Produksi urin dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada system perkemihan kecuali penyakit gout sudah mengalami komplikasi ke ginjal berupa pielonefritis, batu asam urat dan

5. B5 (Bowel)

Kebutuhan eliminasi tidak terganggu tetapi perlu dikaji karakteristik dari feses. Klien biasanya mual, mengalami nyeri lambung dan tidak nafsu makan pada klien yang memakan obat analgesic dan anthiperurisemia.

6. B6 (Bone)

Adanya nyeri tekan pada sendi kaki yang membengkak, hambatan gerak sendi biasanya tambah berat.

2. Diagnosa Keperawatan1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses inflamasi2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan proliferasi synovial4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh, tulang dan sendi3. IntervensiDiagnosa I : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri berkurang

KH : klien terlihat lebih rileks, skala nyeri 0-1 atau teratasi

Intervensi :

Kaji lokasi nyeri, intensitas tipe nyeri dan skala nyeri

R/ : untuk memudahkan melakukan pengobatan

Ajarkan teknik relaksasi yang terkait ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri.

R/ : akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen pada jaringan terpenuhi dan mengurangi nyeri

Ajarkan metode distraksi

R/ : untuk mengalihkan perhatian terhadap nyeri ke hal yang menyenangkan

Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri

R/: membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik

Hindarkan klien minum alcohol, cafein, dan obat diuretic

R/ : pemakaian alcohol, cafein, dan obat diuretic akan menambah peningkatan kadar asam urat dalam serum

Kolaborasi: pemberian alopurinol

R/: menghambat biosintesis asam urat sehingga menurunkan kadar asam urat dalam serum.

Diagnosa II : Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam panas berkurang

KH : Suhu 36o cc 37o cc, klien bebas demam

Intervnsi :

Kaji saat timbulnya demam

R/: Identifikasi pola dan tingkat demam

Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tekanan darah, tekanan darah, respiratory rate setiap 3 jam

R/: TTV merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum klien

Anjurkan klien untuk banyak minum 2,5-3 liter/hari

R/: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang cukup

Berikan kompres dingin dan anjurkan memakai pakaian tipis

R/: kompres dingin membantu menurunkan suhu tubuh, pakaian tipis akan membantu meningkatkan penguapan panas tubuh

Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat antipiretik

R/: Antipiretik yang mempunyai reseptor di hipotalamus dapat meregulasi suhu tubuh sehingga suhu tubuh dapat di upayakan mendekati suhu normalDiagnosa III : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan prolifersi synovial

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya

KH : kekuatan otot bertambah, tidak mengalami kontraktur sendi

Intervensi :

Kaji mobilitas yang ada dan observasi adanya peningkatan kerusakan

R/: Untuk mengetahui tingkat kemampuan dalam melakukan aktivitas

Ajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstermitas yang tidak sakit

R/: Gerakan aktif memberi masa tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan

Bantu klien melakukan latihan ROM

R/: Untuk mempertahankan fleksibilitas sendi sesuai kemampuan

Pantau kemajuan dan perkembangan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas

R/: untuk mengkaji perkembangan klien

Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien

R/: kemampuan mobilisasi ekstermitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi

Diagnosa IV : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh, tulang dan sendi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam klien dapat meningkatkan percaya diri nya dan mulai menerima keadaan patologisnya

KH : Klien menyatakan penerimaan diri dalam situasi, bekerja sama dalam perubahan konsep diri tanpa pandangan negative harga diri

Intervensi :

Kaji respon klien terhadap penyakit yang di alami

R/: Mengetahui keluhan klien dan mempermudah melakukan asuhan keperawatan selanjutnya

Bersikap realistis dan positif selama pengobatan dan pada penyuluhan kesehatan

R/: Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara pasien dan perawat

Berikan harapan dalam parameter situasi individu, jangan memberikan keyakinan yang salah

R/: Meningkatkan perilaku positif dan memberikan kesempatan untuk menyusun tujuan dan rencana untuk masa depan berdasarkan realitas

Berikan penguatan positif terhadap kemajuan dan dorong usaha untuk mengikut tujuan rehabilitasi

R/: Kata-kata penguatan dapat mendukung terjadinya perilaku koping positif

Dorong interaksi keluarga dan dengan tim rehabilitasi

R/: Mempertahankan komunikasi dan memberikakn dukungan terus menerus pada pasien dan keluar.4. Implementasi

Sesuaikan dengan intervensi

5. Evaluasi

Dx 1 : Klien terlihat lebih rileks, skala nyeri 0-1 atau teratasi Dx 2 : Suhu 36o cc 37o cc, klien bebas demam Dx 3 : Kekuatan otot bertambah, tidak mengalami kontraktur sendi Dx 4 : Klien menyatakan penerimaan diri dalam situasi, bekerja sama dalam perubahan konsep diri tanpa pandangan negative harga diri

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanGout adalah cairan asam urat dalam tubuh yang mengalami peningkatan yang disebabkan oleh hiperproduksi dan hiposekresi asam urat yang menimbulkan hyperurisemia. Cairan asam urat tersebut terakumulasi dan membentuk Kristal-kristal yang bersifat korosif sehingga menimbulkan peradangan, tofus dan nyeri pada tulang dan juga persendian.B. Saran

1. Bagi perawatTerus belajar tentang konsep penyakit dan asuhan keperawatan pada penyakit Gout sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan secara profesional kepada klien.

2. Bagi mahasiswaBelajar terus-menerus dengan banyak membaca di perpustakaan, latihan menulis karya tulis sederhana sesuai dengan teori yang diberikan oleh dosen.DAFTAR PUSTAKAAnggota IKAPI. 1998. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta ; EGC Arief Mansjoer,dkk.1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Ed. 3. Penerbit Media Esculapius FKUI. Jakarta.

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. (1999). Rencana asuhan

keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC)Drs. H. Syaifuddin, AMK. 2006. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC

Lukman, Ningsih Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika

Price & Wilson. 2006. Patofisologi, konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC

Suratun, Heryati dkk. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeleta. Jakarta : EGC

12