Gangguan Mental Pada Epilepsi

19
GANGGUAN MENTAL PADA EPILEPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Jiwa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Syiah Kuala Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh oleh : Latifa Dara Meutuah (1407101030236) Nelli Maulina (1407101030274) Safira Najwa Elzam (1407101030227) Sari Yanti (1407101030183) Pembimbing : dr. Rina Hastuti Lubis, Sp. KJ BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN JIWA

description

mental depress

Transcript of Gangguan Mental Pada Epilepsi

Page 1: Gangguan Mental Pada Epilepsi

GANGGUAN MENTAL PADA EPILEPSIDiajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat dalam Menjalani

Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu Kesehatan JiwaProgram Studi Pendidikan Dokter Universitas Syiah Kuala

Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh

oleh :

Latifa Dara Meutuah (1407101030236)

Nelli Maulina (1407101030274)

Safira Najwa Elzam (1407101030227)

Sari Yanti (1407101030183)

Pembimbing :

dr. Rina Hastuti Lubis, Sp. KJ

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BLUD RUMAH SAKIT dr. ZAINOEL ABIDIN

BANDA ACEH 2015

Page 2: Gangguan Mental Pada Epilepsi

I PENDAHULUAN

Gangguan mental organik didefinisikan sebagai gangguan dimana terdapat

suatu patologi yang dapat diidentifikasi (contohnya tumor otak. penyakit

serebrovaskuler,intoksifikasi obat).1,2,3 Sedangkan gangguan fungsional adalah

gangguan otak dimana tidak ada dasar organik yang dapat diterima secara umum

(contohnya Skizofrenia. Depresi) Dari sejarahnya, bidang neurologi telah

dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang disebut organik dan psikiatri

dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang disebut fungsional.1 Didalam

DSM IV diputusakan bahwa perbedaan lama antara gangguan organik dan

fungsional telah ketinggalan jaman dan dikeluarkan dari tata nama. Bagian yang

disebut “Gangguan Mental Organik” dalam DSM III-R sekarang disebut sebagai

Delirium, Demensia, Gangguan Amnestik Gangguan Kognitif lain, dan Gangguan

Mental karena suatu kondisi medis umum yang tidak dapat diklasifikasikan di

tempatlain..2

Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologi tertua, ditemukan pada

semua umur dan dapat menyebabkan hendaya serta mortalitas. Diduga terdapat

sekitar 50 juta orang dengan epilepsi di dunia.4Kata epilepsi berasal dari kata

Yunani epilambanein yang kurang lebih berarti“sesuatau yang menimpa

seseorang dari luar hingga ia jatuh”. Epilepsi didefinisikan sebagai suatu

gangguan atau terhentinya fungsi otak secara periodik yang disebabakan oleh

terjadinya pelepasan muatan listrik secara berlebihan dan tidak teratur oleh sel-sel

otak dengan tiba-tiba, sehingga penerimaan dan pengiriman impuls antara bagian

otak dari otak ke bagian tubuh yang lain terganggu.5

Dari berbagai studi ditemukan peningkatan proporsi kasus psikiatri pada

pasien dengan epilepsi dibandingkan dengan pasien yang tidak pernah mengalami

serangan epilepsi. Dalam banyak studi ditemukan bahwa gejala gangguan mental

organik sering muncul pada pasien dengan kejang parsial kompleks dan epilepsi

lobus temporal.6 Proporsi gangguan psikotik pada pasien epilepsi berkisar antara

7%-12%. Seperempat dari pasien epilepsi menderita psikotik skizofreniform,

depresi, gangguan kepribadian, dan hiposeksualitas.6

Page 3: Gangguan Mental Pada Epilepsi

II DEFINISI

a. Definisi konseptual7

Epilepsi:

Kelainan otak yang ditandai dengan kecendrungan untuk menimbulkan

bangkitan epileptik yang terus menerus, dengan konsekuensi

neurobiologist, kognitif, psikologis, dan sosial. Definisi ini mensyaratkan

terjadinya minimal 1 kali bangkitan epileptik.

Bangkitan epileptik:

Terjadinya tanda/gejala yang bersifat sesaat akibat aktivitas neuronal

yang abnormal dan berlebihan di otak.

b. Definis operasional

Epilepsi adalah suatu penyakit otak yang ditandai dengan kondisi/gejala

berikut:

1. Minimal terdapat 2 bangkitan tanpa provokasi atau 2 bangkitan reflex

dengan jarak waktu antar bangkitan pertama dan kedua lebih dari 24 jam

2. Satu bangkitan tanpa provokasi atau 1 bangkitan reflex dengan

kemungkinan terjadinya bangkitan berulang dalam 10 tahun kedepan

sama dengan (minimal 60%) bila terdapat 2 bangkitan tanpa

profokasi/bangkitan refleks (misalkan bangkitan pertama yang terjadi 1

bulan setelah kejadian stroke, bangkitan pertama pada anak yang disertai

lesi structural dan epileptiform dischargers)

3. Sudah ditegakkan diagnosis sindrom epilepsi

Bangkitan refleks adalah bangkitan yang muncul akibat induksi oleh

factor pencetus spesifik, seperti stimulasi visual, auditorik,

somatosensitif, dan somatomotor.8

III KLASIFIKASI

Klasifikasi yang ditetapkan oleh International League Against Epilepsi (ILAE)

terdiri atas dua jenis klasifikasi, yaitu klasifikasi untuk jenis bangkitan epilepsi

dan klasifikasi untuk sindrom epilepsi.

Page 4: Gangguan Mental Pada Epilepsi

Klasifikasi ILAE 1981 untuk tipe bangkitan epilepsi9

1. Bangkitan parsial/fokal

1.1 Bangkitan parsial sederhana

1.1.1 Dengan gejala motorik

1.1.2 Dengan gejela somatosensorik

1.1.3 Dengan gejala otonom

1.1.4 Dengan gejala psikis

1.2 Bangkitan parsial kompleks

1.2.1 Bangkitan parsial sederhana yang diikut dengan gangguan

kesadaran

1.2.2 Bangkitan yang disertai gangguan kesadaran sejak awal

bangkitan

1.3 Bangkitan parsial yang menjadi umum sekunder

1.3.1 Parsial sederhana yang menjadi umum

1.3.2 Parsial kompleks menjadi umum

1.3.3 Parsial sederhana menjadi parsial kompleks, lalu menjadi

umum

2. Bangkitan umum

2.1 Lena (absence)

2.1.1 Tipikal lena

2.1.2 Atipikal lena

2.2 Mioklonik

2.3 Klonik

2.4 Tonik

2.5 Tonik-klonik

2.6 Atonik/astatik

3. Bangkitan tak tergolongkan

Kalsifikasi ILAE 1989 untuk epilepsi dan sindromepilepsi9

1. Fokal/partial (localized related)

1.1 Idiopatik (berhubungan dengan usia awitan)

Page 5: Gangguan Mental Pada Epilepsi

1.1.1 Epilepsi benigna dengan gelombang paku di daerah

sentrotemporal (childhood epilepsy with centrotemporal

spikesl)

1.1.2 Epilepsi benigna dengan gelombang paroksismal pada daerah

oksipital

1.1.3 Epilepsi primer saat membaca (primary reading epilepsy)

1.2 Simtomatis

1.2.1 Epilepsi parsial kontinue yang kronis progresif pada anak-anak

(Kojenikow’s Syndrome)

1.2.2 Sindrom dengan bangkitan yang dipresipitasi oleh suatu

rangsangan (kurang tidur, alcohol, obat-obatan, hiperventilasi,

refleks epilepsy, stimulasi fungsi kortikal tinggi, membaca)

1.2.3 Epilepsi lobus temporal

1.2.4 Epilepsi lobus frontal

1.2.5 Epilepsi lobus pariatel

1.2.6 Epilepsi oksipital

1.3 Kriptogenik

2. Epilepsi umum

2.1 Idiopatik (sindrom epilepsy berurutan sesuai dengan usia awitan

2.1.1 Kejang neonates familial benigna

2.1.2 Kejang neonatuis benigna

2.1.3 Kejang epilepsy mioklonik pada bayi

2.1.4 Epilepsi lena pada anak

2.1.5 Epilepsi lena pada remaja

2.1.6 Epilepsi mioklonik pada remaja

2.1.7 Epilepsi dengan bangkitan umu tonik-klonik pada saat terjaga

2.1.8 Epilepsi umum idiopatik lain yang tidak termasuk salah satu di

atas

Page 6: Gangguan Mental Pada Epilepsi

2.1.9 Epilepsi tonik klonik yang dipresipitasi dengan aktivasi yang

spesifik

2.2 Kriptogenik atau simtomatis (berurutan sesuai dengan peningkatan

usia)

2.2.1 Sindrom West (spasme infantile dan spasme salam)

2.2.2 Sindrom Lennox-Gastaut

2.2.3 Epilepsi mioklonik astatik

2.2.4 Epilepsi mioklonik lena

2.3 Simtomatis

2.3.1 etiologi nonspesifik

Ensefalopati mioklonik dini

Ensefalopati pada infantile dini dengan burst suppression

Epilepsy simtomatis umum lainnya yang tidak termasuk di atas

2.3.2 sindrom spesifik

2.3.3 Bangkitan epilepsyisebagai komplikasi penyakit lain

3. Epilepsi dan sindrom yang tak dapat ditentukan fokal atau umum

3.1 Bangkitan umum dan fokal

3.1.1 Bangkitan neonatal

3.1.2 Epilepsi mioklonik berat pada bayi

3.1.3 Epilepsi dengan gelombang paku kontinu selama tidur malam

3.1.4 Epilepsi afasia yang didapat

3.1.5 Epilepsi yang tidak termasuk klasifikasi diatas

3.2 Tanpa gamabaran tegas fokal atau umum

4. Sindrom khusus

4.1 bangkitan yang berkaitan dengan situasi tertentu

4.1.1 Kejang demam

Page 7: Gangguan Mental Pada Epilepsi

4.1.2 Bangkitan kejang/status epileptikus yang timbul hanya sekali

isolated

4.1.3 Bangkitan yang hanya terjadi bila terdapat kejadian metabolic

akut, atau toksis, alcohol, obat-obatan, eklamsia, hiperglikemia

nonketotik.

4.1.4 Bangkitan berkaitan dengan pencetus spesifik (epilepsy

refrektorik)

IV EPIDEMIOLOGI

Menurut studi di komunitas, klinik-klinik epilepsi, dan di rumah sakit jiwa

menunjukkan peningkatan masalah gangguan mental organik pada orang-orang

dengan epilepsi bila dibandingkan dengan orang yang tidak menderita epilepsi

yang berkisar 4,7 % dari seluruh pasien epilepsi di inggris dan 9,7% dari seluruh

pasien epilepsi di Amerika. Sekitar 30% pasien epilepsi yang mengunjungi rawat

jalan di Amerika mempunyai riwayat di rawat inap karena masalah gangguan

mental organik. Sekitar 60% pasien kejang parsial mengalami fenomena aura.

Pada suatu penelitian dengan metode kohort diikuti perkembangan 100 orang

anak dengan kejang parsial kompleks selama 30 tahun: 87 orang hidup sampai

dewasa dan tidak mengalami keterbelakangan mental: 9 orang menderita

gangguan mental organik.6

V ETIOLOGI

Gangguan fungsi otak yang bisa menyebabkan lepasnya muatan listrik

berlebihan di sel neuron saraf pusat, bisa disebabkan oleh adanya faktor fisiologis,

biokimiawi, anatomis atau gabungan faktor tersebut. Tiap-tiap penyakit atau

kelainan yang dapat menganggu fungsi otak, dapat menyebabkan timbulnya

bangkitan kejang. 10

Bila ditinjau dari faktor etiologis, maka epilepsi dibagi menjadi 2 kelompok : 10

1. Epilepsi idiopatik

Page 8: Gangguan Mental Pada Epilepsi

Sebagian besar pasien, penyebab epilepsi tidak diketahui dan biasanya

pasien tidak menunjukkan manifestasi cacat otak dan tidak bodoh. Sebagian dari

jenis idiopatik disebabkan oleh interaksi beberapa faktor genetik. Kata idiopatik

diperuntukkan bagi pasien epilepsi yang menunjukkan bangkitan kejang umum

sejak dari permulaan serangan. 10

Dengan bertambah majunya pengetahuan serta kemampuan diagnostik,

maka golongan idiopatik makin berkurang. Umumnya faktor genetik lebih

berperan pada epilepsi idiopatik .10

Kira-kira 70 % penderita epilepsi tidak diketahui penyebabnya sehingga

disebut idiopatik atau epilepsi primer. Pada penderita yang idiopatik ini, faktor

genetik (keturunan) memiliki pengaruh cukup besar.11

2. Epilepsi simtomatik

Hal ini dapat terjadi bila fungsi otak terganggu oleh berbagai kelainan

intrakranial dan ekstrakranial. Penyebab intrakranial, misalnya anomali

kongenital, trauma otak, neoplasma otak, lesi iskemia, ensefalopati, abses otak,

jaringan parut. Penyebab yang bermula ekstrakranial dan kemudian menganggu

fungsi otak, misalnya: gagal jantung, gangguan pernafasan, gangguan

metabolisme (hipoglikemia, hiperglikemia, uremia), gangguan keseimbangan

elektrolit, intoksikasi obat, gangguan hidrasi (dehidrasi, hidrasi lebih). Kelainan

struktural tidak cukup untuk menimbulkan bangkitan epilepsi, harus dilacak

faktor-faktor yang ikut berperan dalam mencetuskan bangkitan epilepsi,

contohnya, yang mungkin berbeda pada tiap pasien adalah stress, demam, lapar,

hipoglikemia, kurang tidur, alkalosis oleh hiperventilasi, gangguan emosional. 11

1. Infeksi

Adanya infeksi virus pada wanita hamil, seperti sifilis, toksoplasma

virus rubella, virus sitomegalo atau herpes simplek, dapat menimbulkan

epilepsi. Disamping itu adanya infeksi pada susunan saraf pusat seperti

meningitis, ensefalitis.10

2. Alkohol,

obat -obatan dan toksin Konsumsi alkohol atau narkoba oleh wanita

hamil dapat merusak otak janin sehingga dapat menyebabkan epilepsi.

Page 9: Gangguan Mental Pada Epilepsi

Penghentian konsumsi alkohol secara tiba-tiba pada seorang alkoholik;

penghentian secara tiba-tiba obat tertentu seperti obat anti epilepsi;

keracunan Karbon Monoksida (CO), timah atau air raksa; injeksi heroin

atau kokain,dapat pula menimbulkan epilepsi.10

3. Penyinaran (radiasi)

Terpaparnya seorang wanita hamil dengan sinar X atau sinar radioaktif

lainnya, terutama pada tiga bulan pertama kehamilan, dapat

menyebabkan kerusakan otak.10

4. Trauma

(ruda paksa / benturan ) pada kepala Trauma yang menyebabkan cedera

otak pada bayi selam proses persalinan maupun trauma kepala yang

dialami seseorang pada semua usia dapat menimbulkan epilepsi.10

5. Tumor otak

6. Gangguan pembuluh darah otak

7. Penyakit degeneratif yang mengenai otak

VI GANGGUAN MENTAL PADA EPILEPSI

Epilepsi adalah penyakit neurologis kronis yang paling umum. Msalah

utama adalah pertimbangan suatu diagnosti epilepsi pada pasien psikiatrik,

pembedaan psikososial dari suatu diagnosis epilepsi untuk seorang pasien, dan

efek psikologis dan efek kognitif dari obat antiepileptik yang sering digunakan.

Gejala perilaku yang paling umum dari epilepsi adalah perubahan kepribadian;

psikosis, kekerasan, dan depresi adalah gejala yang lebih jarang dari gangguan

epileptik.1

VII FAKTOR RESIKO

Epilepsi dapat terjadi pada semua orang disemua umur. Namun beberapa

faktor resiko berikut dapat meningkatkan resiko terkena epilepsi.

a. Usia

Page 10: Gangguan Mental Pada Epilepsi

Epilepsi lebih sering terjadi pada anak-anak dibawah usia 10 tahun dan

orangtua setelah usia 65 tahun

b. Jenis Kelamin

Pria beresiko lebih tinggi terkena epilepsi daripada wanita

c. Ras

Ras Afrika-Amerika lebih cenderung memiliki epilepsi dari ras Asia

d. Riwayat keluarga

Resiko mengembangkan epilepsi meningkat jika ada riwayat keluarga

epilepsi

e. Kondis Medis

Individu dengan kondisi medis berikut ini memiliki resiko lebih tinggi

terkena epilepsi, yaitu :

Anak-anak dengan cerebral palsy, keterbelaknagan mental atau

keduanya

Orang dewasa yang mengalami stroke

Pasien dengan penyakit alzheimer

VIII GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinis serangan epilepsi adalah sebagai berikut:12

Serangan grand mall sering diawali dengan aura berupa rasater

benam atau melayang. Kemudian terjadi kejang tonik seluruh

tubuh selama 20-30 detik diikuti kejang klonik pada otot anggota,

otot punggung,dan otot leher yang berlangsung2-3menit. Kejang

tampak bilateral,napas mendengkur, mulut berbusa,dan dapat

terjadi inkontinensia.Setelah kejang hilang penderita terbaring

lemas atau tertidur3-4jam, kemudian kesadaran berangsur pulih.

Setelah seangan sering pasien berada dalam keadaan bingung.

Serangan Petit mall disebut juga serangan lena diawali dengan

hilangnya kesadaran selama 10-30 detik. Selama fase lena

Page 11: Gangguan Mental Pada Epilepsi

(absence) kegiatan motorik terhenti dan pasien diam tak beraksi.

Kadang tampak seperti tak ada serangan tetapi adakalanya timbul

gerakan klonik pada mulut atau kelopak mata.

Serangan mioklonik merupakan kontraksi singkat suatu otot atau

kelompok otot.

Serangan parsial sederhana motorik dapat bersifat kejang yang

dimulai disalah satu tangan dan menjalar sesisi sedangkan serangan

parsial sensorik dapat berupa serangan rasa baal atau kesemutan

unilateral.12

IX TATALAKSANA

Yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan epilepsi:12

1. Prinsip umum Terapi epilepsy idiopatik adalah mengurangi atau

mencegah serangan, sedangkan terapi epilepsy organic ditujukan

terhadap penyebab.

2. Faktor pencetus serangan, misalnya kelelahan, emosi, atau putusnya

makan obat harus dihindarkan.

3. Bila terjadi serangan kejang, upayakan menghindarkan cedera akibat

kejang, misalnya tergigitnya lidah atau luka dan cedera lain

4. Prinsip pengobatan anti kejang:

a. Sedapat mungkin gunakan obat tunggal,dan mulai dengan dosis

rendah

b. Bila obat tunggal dosis maksimal tidak efektif gunakan dua

jenis obat dengan dosis terendah

c. Bila serangan tak teratasi pikirkan kemungkinan

ketidakpatuhanpenderita, penyebab organik,pilihan dan

dosis obat yang kurang tepat.

d. Bila selama2-3 tahun tidak timbul lagi serangan,obat dapat

dihentikan bertahap

Page 12: Gangguan Mental Pada Epilepsi

5. Pilihan anti epilepsi

a. Fokal/parsial : Fenobarbital atau fenitoin

b. Umum : Fenobarbital atau fenitoin

c. Tonik klonik : Fenobarbital atau fenitoin

d. Mioklonik : Klonazepam atau diazepam

e. Serangan lena : Klonazepam atau diazepam

6.Dosis anti epilepsy untuk serangan kejang diberikan diazepam

0,05-0,15 mg/kgbb/hari i.v. dengan titrasi dosis sampai kejang

hilang atau 0,4-0,6 mg/kgbb/hariperrektal.

7. Untukmaintenance:

a. Fenobarbital 1-5 mg/kgbb/hari

b. Fenitoin 4-20 mg/kgbb/hari

c. Klonazepam 3-8 mg/hari

d. Sodium Valproat 600mg/hari.12

X PROGNOSIS

Prognosis umumnya baik, 70%-80% sembuh dan kurang lebih setengah

dari mereka akan bisa lebas obat. Namun, 20%-30% mungkin akan berkembang

menjadi epilepsi kronis yang memungkinkan pengobatan akan semakin sulit, 5%

diantaranya akan tergantung pada orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Pasien

dengan lebih dari 1 jenis epilepsi kemungkinan akan mengalami retardasi mental

dan gangguan psikiatri sera gangguan neurologik. Penderita epilepsi memiliki

angka mortalitas yang lebih tinggi daripada populasi umum.9

Page 13: Gangguan Mental Pada Epilepsi

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan.H.I, Sadock. B.J, Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilak

Psikiatri Klinis, Edisi ketujuh, Jilid satu. Binarupa Aksara, Jakarta 2010. hal

481-570.

2. Ingram.I.M, Timbury.G.C, Mowbray.R.M, Catatan Kuliah Psikiatri, Edisi

keenam, cetakan ke dua, Penerbit Buku kedokteran, Jakarta 1995. hal 28-42.

3. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid 1. Penerbit Media Aesculapsius

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 2012. hal 189-192.

4. WHO. Epilepsi. WHO fact sheet October 2012; number 999. Available at:

http:// www.who.int/mediacentre/factsheet/fs 999/en./

5. Mutiawati E. In Depth: Epilepsi. Dalam: Majalah Aide Medicine

Internationale-Mental Health. Edisi 9. Jakarta: Samantha Maurin & Chloe

Forette; 2011

6. Hari. Guntara. Gambaran Gejala Gangguan Mental Organik Pada Pasien

Epilepsi di Poliklinik Syaraf RSCM. Jakarta: Universitas Indonesia. 2011

7. Fisher S.G; Acevedo C; Arzimanoglou A et.al A Practical Clinical Definition

of Epilepsi. Epilepsia 2014: 1-8

8. E. Genetic Reflex Epilepsies. Orphanet Encyclopedia, Marxh 2014.

http//www.orpha.net/data/patho/GB/uk-GeneticReflexEpilepsies.pdf

9. Kusumastuti, Kurnia. Gunadharma, Suryani. Kustiowati, Endang. Pedoman

Tatalaksana Epilepsi: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia

(Perdossi). Surabaya : Universitas Airlangga. 2014

10. Soetomenggolo Taslim. Kelainan Menyerupai Epilepsi. Dalam:

Soetomenggolo Taslim, Ismael Sofyan, Penyunting. Neurologi Anak. Jakarta:

Badan Penerbit IDAI; 2012: h.209-214

11. Marpaung, Vera Depresi Pada Penderita Epilepsi Umum Dengan Kejang

Tonik Klonik Dan Epilepsi Parsial Sederhana. Diakses dari:

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6317/1/psikiatri-vera.pdf pada

November 2015

12. Kustiowati E, Hartono B, Bintoro A, Agoes A (editors) : Pedoman Tatalaksana Epilepsi, Kelompok Studi Epilepsi Perdossi.. 2013