gangguan mental

49
Gangguan Mental: Depresi September 12, 2011 by Josephine Widya Apakah depresi itu? Setiap orang kadang-kadang merasa sedih. Namun, perasaan ini biasanya berumur pendek dan selesai dalam beberapa hari. Bila kita mengalami depresi, kehidupan sehari-hari akan terganggu dan menyebabkan rasa sakit bagi kita dan mereka yang peduli tentang kita. Depresi adalah penyakit umum, tetapi serius. Banyak orang dengan penyakit depresi tidak pernah mencari pengobatan. Mayoritas penderita depresi, bahkan mereka dengan kondisi yang paling parah, bisa menjadi lebih baik dengan pengobatan. Obat-obatan, psikoterapi, dan metode lainnya dapat secara efektif mengobati depresi. Bagaimanakah bentuk-bentuk dari depresi? Ada beberapa bentuk gangguan depresi: Gangguan depresi Mayor, atau depresi berat, dicirikan oleh kombinasi gejala yang mengganggu kemampuan seseorang untuk bekerja, tidur, belajar, makan, dan menikmati kegiatan yang baginya sangat menyenangkan. Jenis depresi ini mematikan dan menjauhkan penderita dari fungsi normalnya. Beberapa orang mungkin hanya mengalami satu episode dalam hidup mereka, tetapi dari antara mereka lebih sering memiliki beberapa episode. Gangguan Dysthymic, atau dysthymia, ditandai dengan depresi jangka panjang (2 tahun atau lebih) gejala yang mungkin tidak cukup parah untuk menonaktifkan seseorang, tetapi dapat mencegah berfungsi normal atau sehat. Orang dengan dysthymia juga mungkin mengalami satu atau lebih episode depresi berat selama hidup mereka. Depresi ringan ditandai dengan gejala selama 2 minggu atau lebih yang tidak memenuhi kriteria penuh untuk depresi mayor. Tanpa pengobatan, orang dengan depresi ringan berada pada risiko tinggi untuk mengembangkan gangguan depresi berat. Beberapa bentuk depresi sedikit berbeda dan unik. Namun, tidak semua orang setuju tentang bagaimana untuk mengkarakterisasi dan menentukan bentuk-bentuk depresi. Mereka termasuk:

description

mental manusia

Transcript of gangguan mental

Page 1: gangguan mental

Gangguan Mental: Depresi

September 12, 2011 by Josephine Widya

Apakah depresi itu?

Setiap orang kadang-kadang merasa sedih. Namun, perasaan ini biasanya berumur pendek dan selesai dalam

beberapa hari. Bila kita mengalami depresi, kehidupan sehari-hari akan terganggu dan menyebabkan rasa sakit

bagi kita dan mereka yang peduli tentang kita. Depresi adalah penyakit umum, tetapi serius.

Banyak orang dengan penyakit depresi tidak pernah mencari pengobatan. Mayoritas penderita depresi, bahkan

mereka dengan kondisi yang paling parah, bisa menjadi lebih baik dengan pengobatan. Obat-obatan,

psikoterapi, dan metode lainnya dapat secara efektif mengobati depresi.

Bagaimanakah bentuk-bentuk dari depresi?

Ada beberapa bentuk gangguan depresi:

Gangguan depresi Mayor, atau depresi berat, dicirikan oleh kombinasi gejala yang mengganggu

kemampuan seseorang untuk bekerja, tidur, belajar, makan, dan menikmati kegiatan yang baginya

sangat menyenangkan. Jenis depresi ini mematikan dan menjauhkan penderita dari fungsi normalnya.

Beberapa orang mungkin hanya mengalami satu episode dalam hidup mereka, tetapi dari antara

mereka lebih sering memiliki beberapa episode.

Gangguan Dysthymic, atau dysthymia, ditandai dengan depresi jangka panjang (2 tahun atau lebih)

gejala yang mungkin tidak cukup parah untuk menonaktifkan seseorang, tetapi dapat mencegah

berfungsi normal atau sehat. Orang dengan dysthymia juga mungkin mengalami satu atau lebih episode

depresi berat selama hidup mereka.

Depresi ringan ditandai dengan gejala selama 2 minggu atau lebih yang tidak memenuhi kriteria penuh

untuk depresi mayor. Tanpa pengobatan, orang dengan depresi ringan berada pada risiko tinggi untuk

mengembangkan gangguan depresi berat.

Beberapa bentuk depresi sedikit berbeda dan unik. Namun, tidak semua orang setuju tentang bagaimana untuk

mengkarakterisasi dan menentukan bentuk-bentuk depresi. Mereka termasuk:

Psychotic depresi, yang terjadi ketika seseorang memiliki depresi berat ditambah beberapa bentuk

psikosis, seperti memiliki keyakinan palsu yang mengganggu atau keluar dari realitas (delusi), atau

mendengar atau melihat hal-hal yang tidak dapat dirasakan oleh indera orang lain.

Page 2: gangguan mental

Postpartum depresi, yang jauh lebih serius daripada ‘baby blues’ pada banyak wanita setelah melahirkan.

Perubahan hormon, fisik, dan tanggung jawab baru merawat bayi baru lahir dapat memengaruhi kondisi

mental seseorang. Diperkirakan bahwa 10 sampai 15 persen wanita mengalami depresi pasca

melahirkan.

Seasonal Affective Disorder (SAD), yang ditandai dengan timbulnya depresi selama musim dingin. SAD

dapat efektif diobati dengan terapi cahaya, tetapi hampir setengah dari mereka dengan SAD tidak

membaik dengan terapi cahaya saja. Obat antidepresan dan psikoterapi dapat mengurangi gejala SAD

jika dikombinasikan dengan terapi cahaya.

Gangguan bipolar, juga disebut manik-depresif, tidak sama seperti depresi berat atau dysthymia. Gangguan

bipolar ditandai dengan perubahan siklik dari suasana hati yang tertinggi ekstrim (misalnya, mania) ke posisi

terendah ekstrim (misalnya, depresi).

Apa saja tanda dan gejala depresi?

Orang dengan penyakit depresi tidak semua mengalami gejala yang sama. Tingkat keparahan, frekuensi, dan

durasi gejala bervariasi tergantung pada individu dan penyakit tertentu yang dideritanya.

Tanda dan gejala termasuk:

Sedih yang tak kunjung usai, cemas, atau perasaan “kosong”

Perasaan putus asa atau pesimisme

Perasaan bersalah, tidak berharga, atau tidak berdaya

Iritabilitas rendah, gelisah

Kehilangan minat dalam kegiatan atau hobi menyenangkan sekali, termasuk seks

Kelelahan dan penurunan energi

Kesulitan berkonsentrasi, mengingat rincian, dan membuat keputusan

Insomnia, terjaga di pagi hari, atau tidur berlebihan

Makan berlebihan, atau kehilangan nafsu makan

Pikiran bunuh diri, usaha bunuh diri

Nyeri atau sakit, sakit kepala, kram, atau masalah pencernaan yang tidak mudah bahkan dengan

perawatan.

Apa penyakit yang sering berdampingan dengan depresi?

Penyakit lain mungkin datang sebelum depresi, menyebabkan, atau menjadi konsekuensi dari itu. Akan tetapi,

depresi dan penyakit lainnya berinteraksi secara berbeda pada orang berbeda. Dalam kasus apa pun,

gangguan sampingan yang terjadi perlu didiagnosa dan diobati.

Gangguan kecemasan, seperti pasca-traumatic stress disorder (PTSD), gangguan obsesif-kompulsif, gangguan

panik, fobia sosial, dan gangguan kecemasan umum, sering menyertai depresi. PTSD dapat terjadi setelah

seseorang mengalami peristiwa menakutkan atau cobaan, seperti serangan kekerasan, bencana alam,

kecelakaan, terorisme atau pertempuran militer. Orang yang mengalami PTSD sangat rentan untuk mengalami

depresi.

Dalam Institut Nasional Kesehatan Mental (NIMH), para peneliti menemukan bahwa lebih dari 40 persen orang

dengan PTSD juga mengalami depresi 4 bulan setelah kejadian traumatis.

Alkohol dan penyalahgunaan zat atau ketergantungan lainnya juga dapat berdampingan dengan depresi.

Penelitian menunjukkan bahwa suasana hati dan gangguan penyalahgunaan zat sering terjadi bersama.

Depresi juga dapat terjadi dengan penyakit medis lain yang serius seperti penyakit jantung, stroke, kanker, HIV

/ AIDS, diabetes, dan penyakit Parkinson. Orang yang mengalami depresi bersama dengan yang penyakit medis

Page 3: gangguan mental

lain cenderung memiliki gejala yang lebih parah dari kedua depresi dan penyakit medis, lebih banyak kesulitan

beradaptasi dengan kondisi kesehatan mereka, dan biaya medis yang lebih daripada mereka yang tidak

memiliki gangguan sampingan berupa depresi. Mengobati depresi juga dapat membantu meningkatkan hasil

mengobati penyakit medis.

Apa penyebab depresi?

Kemungkinan besar, depresi disebabkan oleh kombinasi genetik, biologis, faktor lingkungan, dan psikologis.

Penyakit depresi adalah gangguan otak. Teori-teori lama tentang depresi menunjukkan bahwa neurotransmiter

penting (bahan kimia yang digunakan sel-sel otak untuk berkomunikasi) tidak seimbang dalam depresi. Namun,

tetaplah sulit untuk membuktikan hal ini.

Teknologi pencitraan otak, seperti Magnetic Resonance Imaging (MRI), telah menunjukkan bahwa otak orang

yang mengalami depresi terlihat berbeda daripada orang yang tanpa depresi. Bagian-bagian otak yang terlibat

dalam suasana hati, berpikir, tidur, nafsu makan, dan perilaku tampak berbeda. Tapi gambar-gambar ini tidak

mengungkapkan mengapa depresi terjadi. Hal tersebut juga tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis

depresi.

Beberapa jenis depresi cenderung diturunkan dalam keluarga. Namun, depresi juga dapat terjadi pada orang

dengan keluarga tanpa riwayat depresi. Para ilmuwan sedang mempelajari gen tertentu yang mungkin

membuat beberapa orang lebih rentan terhadap depresi. Beberapa penelitian genetika menunjukkan bahwa

risiko untuk hasil depresi dari pengaruh beberapa gen bertindak bersama faktor-faktor tertentu

seperti lingkungan. Selain itu, trauma, kehilangan orang yang dicintai, hubungan yang sulit, atau situasi stres

dapat memicu episode depresi. Episode depresi lain dapat terjadi dengan atau tanpa memicu jelas.

Cerita pribadi:

Ini benar-benar sulit untuk keluar dari tempat tidur di pagi hari. Aku hanya ingin bersembunyi di bawah selimut

dan tidak berbicara dengan siapa pun. Aku tak ingin makan dan aku kehilangan banyak berat badan.

Semuanya tidak lagi tampak menyenangkan. Aku lelah sepanjang waktu dan aku tidak tidur nyenyak pada

malam hari. Tapi aku tahu aku harus terus berjalan karena aku harus bersekolah. Aku mempunyai masa depan

yang harus diperjuangkan. Aku hanya merasa begitu tidak mungkin, tidak akan ada sesuatu yang berubah.

Segala sesuatunya buruk dan akan tetap begitu untuk selamanya.

Bagaimana pengalaman anak-anak dan remaja yang mengalami depresi?

Anak-anak yang mengalami depresi seringkali terus memiliki episode saat mereka memasuki usia dewasa.

Anak-anak yang mengalami depresi juga lebih cenderung memiliki penyakit lebih parah lainnya di kemudian

hari.

Seorang anak dengan depresi mungkin berpura-pura sakit, menolak untuk pergi ke sekolah, berpegang teguh

pada orangtua, atau khawatir bahwa orangtua akan mati. Anak yang lebih tua mungkin merajuk, mendapat

masalah di sekolah, menjadi negatif dan mudah tersinggung, dan merasa disalahpahami. Tanda-tanda ini dapat

dilihat sebagai perubahan suasana hati yang normal khas anak-anak ketika mereka bergerak melalui tahap

perkembangan. Oleh sebab itu, sulit untuk mendiagnosis orang muda dengan depresi secara akurat.

Page 4: gangguan mental

Sebelum pubertas, anak laki-laki dan perempuan sama-sama mungkin untuk mengembangkan depresi. Pada

usia 15, bagaimana pun, anak perempuan memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk mengalami

depresi.

Depresi selama masa remaja datang pada waktu mereka berusaha mencari jati diri; ketika anak laki-laki dan

perempuan membentuk sebuah identitas terpisah dari orang tua mereka, bergulat dengan isu-isu gender dan

seksualitas yang muncul, dan membuat keputusan independen untuk pertama kalinya dalam hidup mereka.

Depresi pada remaja seringkali memiliki gangguan sampingan seperti kecemasan, gangguan makan, atau

penyalahgunaan zat. Hal ini juga dapat menyebabkan peningkatan risiko untuk bunuh diri.

Percobaan NIMH (dengan dana klinis) pada 439 remaja dengan depresi berat menemukan bahwa kombinasi

obat dan psikoterapi adalah pengobatan yang paling efektif.

Bagaimana depresi didiagnosis dan diobati?

Depresi, bahkan kasus yang paling parah, dapat diobati secara efektif. Pengobatan yang lebih cepat akan

memberikan hasil yang lebih baik.

Langkah pertama untuk mendapatkan perawatan yang tepat adalah mengunjungi dokter atau spesialis

kesehatan mental. Obat-obat tertentu, dan beberapa kondisi medis seperti virus atau gangguan tiroid, dapat

menyebabkan gejala yang sama seperti depresi. Seorang dokter dapat menyingkirkan kemungkinan ini dengan

melakukan pemeriksaan fisik, wawancara, dan tes laboratorium. Jika dokter tidak dapat menemukan kondisi

medis yang dapat menyebabkan depresi, langkah berikutnya adalah evaluasi psikologis.

Dokter mungkin akan merujuk pasien ke seorang profesional kesehatan mental. Segala riwayat keluarga atau

gangguan mental lainnya, dan sejarah lengkap gejala pasien akan sangat dibutuhkan dalam

pengobatan. Pasien harus membahas kapan gejala dimulai, berapa lama mereka telah berlangsung, seberapa

parah mereka, apakah mereka telah terjadi sebelumnya, dan bagaimana mereka ditanggapi. Para profesional

kesehatan mental juga mungkin bertanya apakah pasien menggunakan alkohol, obat-obatan, atau berpikir

tentang kematian dan bunuh diri.

Setelah didiagnosis, orang dengan depresi dapat diobati dengan beberapa cara. Perawatan yang paling umum

adalah dengan obat-obatan antidepresan dan psikoterapi.

Bagaimana saya bisa membantu orang lain yang depresi?

Jika Anda tahu seseorang berada dalam depresi, hal itu akan memengaruhi Anda juga. Yang paling penting

yang dapat Anda lakukan adalah membantu teman atau saudara Anda mendapatkan diagnosis dan

pengobatan. Anda mungkin perlu membuat janji dan pergi dengan dia untuk menemui dokter. Dorong dia

untuk menjalani pengobatan atau untuk mencari pengobatan yang berbeda jika tidak ada perbaikan terjadi

setelah 6 sampai 8 minggu.

Menawarkan dukungan emosional, pemahaman, kesabaran, dan dorongan.

Bicara kepadanya, dan mendengarkan dengan saksama.

Jangan pernah mengabaikan perasaan, berikanlah harapan.

Jangan pernah mengabaikan komentar tentang bunuh diri, dan beritahukan mereka ke terapis atau

dokter.

Page 5: gangguan mental

Ajak untuk berjalan-jalan, berwisata, dan kegiatan lainnya. Terus mencoba jika dia mulai down, tetapi

tidak mendorong dia untuk kembali bahagia dengan terlalu cepat.

Memberikan bantuan dalam mendapatkan janji dokter.

Mengingatkan mereka bahwa dengan waktu dan perawatan, depresi akan teratasi.

Bagaimana jika diri saya sendiri mengalami depresi?

Jika Anda mengalami depresi, Anda mungkin merasa lelah, tak berdaya, dan putus asa. Ini mungkin sangat sulit

untuk mengambil tindakan apa pun untuk membantu diri Anda sendiri. Bila Anda mulai mengenali depresi dan

mulai pengobatan, Anda akan mulai merasa lebih baik.

Jangan menunggu terlalu lama untuk dievaluasi atau diobati. Ada penelitian yang menunjukkan satu lagi

menunggu, semakin besar gangguan dapat terjadi. Cobalah untuk menemui ahli kesehatan

mental secepat mungkin.

Cobalah untuk menjadi aktif dan berolahraga. Pergi ke sebuah film atau acara lain, atau kegiatan yang

pernah Anda nikmati.

Tetapkan tujuan yang realistis untuk diri sendiri.

Memecah tugas besar menjadi yang kecil, menetapkan beberapa prioritas dan melakukan apa yang Anda

bisa saja.

Cobalah untuk menghabiskan waktu dengan orang lain dan curhat dengan teman terpercaya. Cobalah

untuk tidak mengisolasi diri sendiri dan biarkan orang lain membantu Anda.

Mengharapkan suasana hati Anda untuk meningkat secara bertahap, tidak segera. Jangan berharap untuk

tiba-tiba ‘snap out’ dari depresi Anda. Sering kali selama pengobatan untuk depresi, tidur dan nafsu

makan akan mulai membaik sebelum suasana hati Anda.

Menunda keputusan penting, seperti menikah atau bercerai atau mengubah pekerjaan, sampai Anda

merasa lebih baik. Diskusikan keputusan dengan orang lain yang mengenal Anda dengan baik dan

memiliki pandangan yang lebih obyektif terhadap situasi Anda.

Ingat bahwa berpikir positif akan menggantikan pikiran negatif.Lanjutkan dengan mendidik diri sendiri

tentang depresi.

Minggu, 04 November 2012

Design Sistem Pakar dan Gangguan Penyakit Mental (DEPRESI)

A. DEPRESI 

Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah masyarakat. Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka seseorang bisa jatuh ke fase depresi. Penyakit ini kerap diabaikan karena dianggap bisa hilang sendiri tanpa pengobatan. Depresi itu sendiri merupakan respons mental seseorang dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan, dan muncul disaat semua masalah menumpuk di otak dan tak tahu bagaimana cara mengatasinya. Sebagian besar orang tak merasakan gejala depresi, namun bila memuncak akan timbul perasaan yang tak bisa kita hindari.

Page 6: gangguan mental

Depresi Sebagai Bagian dari Gangguan Alam Perasaan

Kelainan fundamental dan kelompok gangguan alam perasaan yang membedakan dengan kelompok gangguan kejiwaan lainnya adalah adanya perubahan suasana perasaan (mood), biasanya ke arah depresi (dengan atau tanpa anxietas yang menyertainya), atau ke arah elasi. Perubahan efek ini biasanya disertai dengan suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktifitas, dan kebanyakan gejala lainnya adalah sekunder terhadap perubahan itu, atau mudah dipahami hubungannya dengan perubahan tersebut. (Muslim, 2001)

Page 7: gangguan mental

Tabel 2.3 Klasifikasi Gangguan Perasaan (mood) (Rusdi, Jakarta, 2001)

Kode Jenis Gangguan Suasana Perasaan (mood)

F.32. Episode depresi

F.32.0 Episode depresi ringan

F.32.00 Tanpa gejala somatik

F.32.01 Dengan gejala somatik

F.32.1 Episode depresi sedang

F.32.10 Tanpa gejala somatik

F.32.11 Dengan gejala somatik

F.32.2 Episode depresi berat tanpa gejala psikotik

F.32.3 Episode depresi berat dengan gejala psikotik

F.32.8 Episode depresi lainnya

F.32.9 Episode depresi yang tidak tergolongkan (unspecified)

F.33 Gangguan depresi berulang

F.33.0 Gangguan depresi berulang, episode kini ringan

F.33.00 Tanpa gejala somatik

F.33.01 Dengan gejala somatik

F.33.1 Gangguan depresi berulang, episode kini sedang

F.33.01 Tanpa gejala somatik

F.33.11 Dengan gejala somatik

F.33.2 Gangguan depresi berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik

F.33.3 Gangguan depresi berulang, episode kini berat dengan gejala psikotik

F.33.4 Gangguan depresi berulang, kini di atas remisi

F.33.8 Gangguan depresi berulang lainnya

F.33.9 Gangguan depresi berulang yang tidak tergolongkan (unspecified)

Page 8: gangguan mental

B. SISTEM PAKAR            Professor Edward Fieganbaum dari universitas Stanford sebagai seorang pelopor awal dari psikologi sistem pakar, mendifinisikan sistem pakar sebagai suatu program komputer cerdas yang menggunakan knowledge dan prosedur inferensi untuk meyelesaikan masalah yang cukup sulit sehingga membutuhkan ahli untuk menyelesaikannya.

             Sistem pakar (expert system) adalah program komputer yang berusaha untuk mewakili pengetahuan keahlian manusia dalam bentuk heuristik. Istilah heuristic berasal kata Yunani eureka yang berate “menemukan”. Heuristik adalah aturan yang menjadi patokan atau aturan untuk menebak dengan baik. (McLeod dan Schell, 2007)                                                               

Arsitektur Sistem Pakar

           Menurut Kusrini (2006) Sistem pakar memiliki beberapa komponen utama yaitu antarmuka pengguna (user interface), basis data sistem pakar (expert system database), fasilitas akusisi pengetahuan (knowledge acquisition facility), dan mekanisme inferen (inference mechanism). Selain itu ada satu komponen yang hanya ada beberapa sistem pakar, yaitu fasilitas penjelasan (explanation facility)

      Antarmuka pengguna adalah perangkat lunak yang menyediakan media komunikasi antar pengguna dengan sistem.

      Basis data sistem pakar berisi pengetahuan singkat pada subyek tertentu. Berisi pengetahuan yang dibutuhkan untuk memahami, merumuskan, dan menyelesaikan masalah.  Basis data ini terdiri dari 2 elemen dasar :

1. fakta, situasi masalah dan teori yang terkait.

2. heuristic khusus atau rules, yang berlangsung menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan khusus.

Ada beberapa tahapan – tahapan untuk membuat sistem pakar seperti : 

a. Idenfikasi masalah dan kebutuhan

b. Mentukan kesesuaian masalah

c. Mempertimbangkan alternative

d. Menghitung pengembalian investasi

e. Menyeleksi alat pembuat

f. Melaksanakan rekayasa pengetahuan

g. Merancang sistem

Sistem pakar memiliki beberapa komponen utama yaitu :

1.   Antarmuka pengguna : perangkat lunak yang menyediakan media komunikasi antara engguna dengan sistem.

2.   Basis data : berisi pengetahuan yang dibutuhkan untuk memahami, merumuskan, dan menyelesaikan masalah.

3.   Fasilitas akuisisi: perangkat lunak yang menyediakan fasilitas dialog antara pakar dan sistem

4.   Mekanisme inferensi : perangkat lunak yang melakukan penalaran dengan menggunakan pengetahuan yang ada untuk menghasilkan suatu kesimpulan atau hasil akhir.

Page 9: gangguan mental

 

C. KESIMPULAN

Aplikasi sistem pakar yang dibuat agar mampu menganalisa jenis gangguan perkembangan yang dialami pasien berdasarkan gejala – gejala yang dimasukan oleh user. Aplikasi mampu menyimpan reprentasi pengetahuan pakar berdasarkan nilai kebenaran dan nilai ketidakbenaran. Aplikasi sistem pakar ini sudah dapat menjelaskan definisi gangguan perkembangan penyebab dan pengobatannya.

Pengertian, penyebab gejala dan penatalaksanaan gangguan psikologi kebidananDepresi atau biasa disebut sebagai gangguan afektif merupakan salah satu bentuk psikosis. Ada beberapa pendapat mengenai definisi dari depresi, diantaranya yaitu :

            Menurut National Institut of Mental Health, gangguan depresi dimengerti sebagai suatu penyakit “ tubuh yang menyeluruh “ ( whole-body ), yang meliputi tubuh, suasana perasaan ( mood ), dan pikiran.

      Southwestern Psychological Services memiliki pendapat yang mirip dengan National Institut of Mental Health bahwa depresi adalah dipahami sebagai suatu

Page 10: gangguan mental

penyakit, bukan sebagai suatu kelemahan karakter, suatu refleksi dari kemalasan atau suatu ketidakmauan “ untuk menoba lebih keras “.

      Staab dan Feldman menyatakan bahwa depresi adalah suatu penyakit yang menyebabkan suatu gangguan dalam perasaan dan emosi yang dimiliki oleh individu yang ditunjuk sebagai suasana perasaan.Secara umum, depresi sebagai suatu gangguan alam perasaan perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa terjadi setelah kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan melebihi waktu yang normal.

B . Gejala-gejala depresi

            Menurut Diagnostic and Statistical Manual IV - Text Revision (DSM IV-TR) (American Psychiatric Association, 2000), seseorang menderita gangguan depresi jika:

lima (atau lebih) gejala di bawah telah ada selama periode dua minggu dan merupakan perubahan dari keadaan biasa seseorang serta sekurangnya salah satu gejala harus emosi depresi atau kehilangan minat atau kemampuan menikmati sesuatu.

a)      Keadaan emosi depresi / tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa) atau pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis).

b)      Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)

c)       Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau bertambahnya berat badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih dari 5% berat badan sebelumnya dalam satu bulan)

d)     Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari

e)       Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain, bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat)

f)       Perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari

g)      Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar (bisa merupakan delusi) hampir setiap hari

h)      Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)

Page 11: gangguan mental

i)        Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-kali muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri.

            Adapun bagi ibu hamil, tanda-tanda atau gejala yang menunjukkan mengalami depresi tidak jauh atau sama halnya dengan gejala-gejala di atas dan waktunya pun kurang lebih 2 minggu, yakni diantaranya sebagai berikut :

ditandai dengan perasaan muram, murung, kesedihan tidak bisa atau sulit berkonsentrasi, mengingat, atau mengambil keputusan pekerjaan dan aktivitas sehari-hari terganggu hubungan calon ibu dengan orang-orang sekitarnya terganggu kondisi ibu mengancam keselamatan janin Putus asa, terkadang beberapa ada yang merasa cemas kadang-kadang dapat sarkastik, nihilistic, tegang, kaku dan menolak intervensi terapeutik Selain itu, gejala di atas biasanya disertai perubahan nafsu makan dan pola tidur, harga diri yang rendah, hilangnya energi dan penurunan dorongan seksual.

           

Ada 2 fase penatalaksanaan farmakologis yang digambarkan dalam Panel Pedoman Depresi ( Depression Guideline Panel ) :

1)      Fase akut

Gejalanya ditangani, dosis obat disesuaikan untuk mencegah efek yang merugikan dan klien diberi penyuluhan.

2)      Fase lanjut

Klien dimonitor pada dosis efektif untuk mencegah terjadinya kambuh. Pada fase pemeliharaan, seorang klienyang beresiko kambuh sering kali tetap diberi obat bahkan selama remisi.

Untuk klien yang dianggap tidak beresiko tinggi mengalami kambuh, pengobatan dihentikan.

            Penggunaan antidepresan trisiklik sebaiknya hanya pada pasien hamil yang mengalami depresi berat yang mengeluhkan gejala vegetatif dari depresi, seperti menangis, insomnia, gangguan nafsu makan dan ada ide-ide bunuh diri. Selective serotonin reuptake inhibitors ( SSRIs ) terbukti sudah sangat berguna untuk menangani depresi sehingga menjadi pilihan untuk ibu hamil, mencakup fluoksetin dan sertralint. Obat ini menjadi pilihan karena obat tersebut lebih sedikit memiliki efek antikolinergik yang merugikan, toksisitas jantung, dan bereaksi lebih cepat daripada antidepresan trisiklik dan inhibitor oksidase monoamin ( MOA ) serta tidak menyebabkan hipotensi ortostatik, konstipasi dan sedasi. Disamping itu, psikoterapi atau metode support group secara ruti harus dilakukan bila ada konflik intrapsikis yang berpengaruh pada kehamilan. Terapi perilaku kognitif sangat menolong pasien depresi dan disertai antidepresan. Terapi elektrokompulsif (ECT) digunakan pada pasien depresi psikotik untuk

Page 12: gangguan mental

mendapatkan respon yang lebih cepat, bila kehidupan ibu dan anak terancam, misalnya pada depresi hebat dan klien sampaiingin bunuh diri atau jika tidak berespon terhadap pengobatan antidepresan. Dalam menghadapi klien penderita depresi, harus dilakukan dengan sikap serius dan mengerti keadaan penderita. Kita harus memberi pengertian kepada mereka dan mensupport atau memberikan motivasi yang dapat menenagkan jiwanya. Hendaknya jangan menghibur, memberi harapan palsu, bersikap optimis dan bergurau karena akan memperbesar rasa tidak mampu dan rendah diri.

  

KONSEP GANGGUAN JIWA DALAM PPDGJ - III

KONSEP GANGGUAN JIWA DALAM PPDGJ - III  bodymatoh

Istilah yang digunakan dalam PPDGJ adalah gangguan Jiwa atau gangguan mental (mental disorder), tidak mengenal istilah penyakit Jiwa (mental illness/mental desease)

PPDGJ-III mengelompokkan diagnosis gangguan jiwa ke dalam 100 katagori diagnosis, mulai dari F 00 sampai dengan F 98.

F 99 – Gangguan Jiwa YTT (Yang Tidak Tergolongkan), yaitu untuk mengelompokkan Gangguan Jiwa yang tidak khas.

Konsep Gangguan Jiwa dari PPDGJ II merujuk ke DSM-III, sedang PPDGJ-III merujuk pada DSM-IV.

        Mental Disorder is conceptualized as clinically significant behavioural or psychological syndrome or patern that occurs in an individual and that is associated with present distress (eq., a painfull symptom) or disability (ie., impairment in one or more important areas of functioning) or with a significant increased risk of suffering death, pain, disability, or an important loss of freedom.

KONSEP DISABILITY

Konsep “ Disability” dari “ The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorder” :

Page 13: gangguan mental

          Gangguan kinerja (performance) dalam peran sosial dan pekerjaan, tidak digunakan

sebagai komponen esensial untuk diagnosis gangguan jiwa, oleh karena itu hal ini berkaitan

dengan variasi sosial-budaya yang sangat luas.

Yang dikatakan sebagai “disability” adalah keterbatasan/ kekurangan kemampuan untuk

melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan

kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil).

Dari Konsep tersebut diatas, dapat dirumuskan bahwa didalam KONSEP GANGGUAN JIWA, di

dapatkan butir-butir :

1. Adanya Gejala Klinis yang bermakna, berupa :

    -  Sindrom atau Pola Perilaku

    -  Sindrom atau pola psikologik

2. Gejala klinis tersebut menimbulkan penderitaan (distress), a.l berupa rasa nyeri,tidak

nyaman, tidak tenteram, terganggu, disfungsi organ tubuh, dll.

3. Gejala klinis tersebut menimbulkan “disabilitas” dalam aktivitas kehidupan, sehari-hari yang

biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan kelangsungan  hidup (mandi, berpakaian,

malan, kebersihan diri, dll)                               

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Tujuan dari diagnosis Multiaksial :

1. Mencakup informasi yang komprehensif (Gangguan Jiwa, kondisi fisik umum, masalah Psikososial dan lingkungan, taraf fungsi secara global), sehingga dapat membantu dalam :

· Perencanaan terapi

· Meramalkan “outcome” atau prognosis

2.Format yang “mudah” dan “sistematik”, sehingga dapat  membantu dalam :

    *  Menata dan mengkomunikasikan informasi klinis

    *  Menangkap kompleksitas situasi klinis

    * Menggambarkan heterogenitas individual dengan diagnosis klinis yang sama.

3. Memacu penggunaan “Model bio-psiko-sosial” dalam klinis, pendidikan dan penelitian

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL TERDIRI DARI 5 AKSIS :

Page 14: gangguan mental

Aksis I            :       * Gangguan klinis

                                * Kondisi lain yang menjadi Fokus

                                   Perhatian klinis

Aksis II           :       * Gangguan kepribadian

                                * Retardasi Mental

Aksis III         :       * Kondisi Medik Umum

Aksis IV          :       * Masalah Psikososial dan lingkungan

Aksis V           :       * Penilaian fungsi secara global

 Catatan  :

Ø Antara Aksis I, II, III tidak selalu harus ada hubungan etiologik atau patogenese

Ø Hubungan antara “Aksis I-II-III” dan “Aksis IV” dapat timbal balik saling mempengaruhi

AKSIS I

F00 – F09       Gangguan Mental Organik & Simtomatik

F19       Gangguan Mental & perilaku akibat zat psikoaktif

F20 – F29       Skizofrenia, Gangguan skizotipal & gangguan waham

F30 – F39       Gangguan suasana perasaan (afektif/mood)

F40 – F49       Gangguan neurotik, gangguan somatoform & gangguan terkait stress

F50 – F59       Sindrom perilaku karena gangguan fisiologis/ fisik

F62 – F68       Perubahan Kepribadian karena non organic, gangguan impuls, gangguan seks

Page 15: gangguan mental

F80 – F89       Gangguan Perkembangan Psikologis

F90 – F98       Gangguan perilaku & emotional onset kanak –remaja

              Gangguan Jiwa YTT  

AKSIS II

F60                  Gangguan Kepribadian khas

F60.0               Gangguan Kepribadian Paranoid

F60.1               Gangguan Kepribadian schizoid

F60.2               Gangguan Kepribadian dissosial

F60.3               Gangguan Kepribadian emosional tak stabil

F60.4               Gangguan Kepribadian histrionik

F60.5               Gangguan Kepribadian anankastik

F60.6               Gangguan Kepribadian cemas(menghindar)

F60.7               Gangguan Kepribadian dependen

F60.8               Gangguan Kepribadian khas lainnya

F60.9               Gangguan Kepribadian YTT

              Gangguan Kepribadian Campuran dan lainnya

              Gangguan Kepribadian Campuran

              Perubahan Kepribadian yang bermasalah

              Gambaran Kepribadian Maladaptif

              Mekanisme Defensi Maladaptif

F70 –F79        Retardasi Mental

AKSIS  III

Bab I             A00 – B99         Penyakit infeksi dan  parasit  tertentu

Bab II           C00 –D48 Neoplasma

Bab IV          E00 – G90 Penyakit endokrin, Nutrisi, & metabolik

Bab VI          G00 – G99        Penyakit susunan syaraf

Page 16: gangguan mental

Bab VII        H00 – H59        Penyakit Mata & adneksa

Bab VIII       H60 – H95        Penyakit telinga & Prosesus Mastoid

Bab IX          I00 – I99   Penyakit sistem sirkulasi

Bab X            J00 – J99  Penyakit sistem Pernafasan

Bab XI          K00 – K93        Penyakit sistem Pencernakan

Bab XII         L00 – L99 Penyakit kulit & jaringan subkutan

Bab XIII       M00 – M99      Penyakit sistem musculoskeletal &

                                        Jaringan ikat

Bab XIV       N00 – N99 Penyakit sistem genito-urinaria

Bab XV         O00 – O99        Kehamilan, kelahiran anak & masa Nifas

Bab XVII      Q00 – Q99        Malformasi congenital, deformasi, Kel.

Bab XVIII    R00 – R99 Gejala, tanda & temuan klinis-lab.

Bab XIX       S00 – T98 Cedera, keracunan & akibat kausa ekst

Bab XX         V01 – V98 Kausa eksternal dari Morb. & mort.

Bab XXI       Z00 – Z99 Faktor status kes. & Pelayanan kes

                 

                                      

AKSIS IV

Masalah dengan “Primary support group” (keluarga)

Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial

Masalah Pendidikan

Masalah Pekerjaan

Masalah Perumahan

Masalah Ekonomi

Masalah Akses ke pelayanan Kesehatan

Page 17: gangguan mental

Masalah Berkaitan interaksi dengan hukum/kriminal

Masalah Psikososial & Lingkungan lain

AKSIS V

GLOBAL ASSESSMENT OF FUNCTIONING (GAF) SCALE

100 – 91    Gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tak tertanggulangi.

90 – 81      Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa.

80 – 71      Gejala sementara & dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah dll.

70 – 61      Beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

60 – 51      Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

Page 18: gangguan mental

50 – 41      Gejala berat (serious), disabilitas berat.

40 – 31      Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita & komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi.

30 – 21      Disabilitas berat dalam komunikasi & daya nilai, tidak mampu berfungsi hampir semua bidang.

20 – 11      Bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi & mengurus diri.

10 – 01      Seperti diatas => persisten & lebih serius.

          0       Informasi tidak adekuat.    

Klasifikasi dan Urutan Hierarki Blok Diagnosis gangguan Jiwa berdasarkan PPDGJ-III

F.0.   Gangguan mental organik termasuk gangguan mental simtomatik

          F.00. –F. 03.                  Demensia

          F.04- F.07, F. 09           Sindrom Amnestik & Gangguan Mental Organik

F.1.   Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkhohol dan zat psikoaktif lainnya.

          F.10.                                        Gangguan mental dan perilaku akibat 

Page 19: gangguan mental

                                                   Penggunaan alkhohol

          F.11, F.12, F.14.           Gangguan mental & perilaku akibat

                                                Penggunaan Opioida /kanabinoida/kokain

          Gangguan mental & perilaku akibat penggunaan

                                                Sedativa atau Hipnotika/stimulansia lain/

                                                Hallusinogenika

          F.17, F.18, F.19.           Gangguan Mental & perilaku akibat penggunaan

                                                Tembakau/pelarut yang mudah menguap/ zat

                                                Multiple & Zat psikoaktif lainnya  

           

F.2.   Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham.

          F. 20, F.21, F.23.          Skizofrenia, Gangguan skizitipal, Psikotik                                                        

akut dan sementara

          F.22, F. 24                     Gangguan waham menetap, gangguan

                                                Waham terinduksi

          F. 25.                                       Gangguan Skizoafektif

          F. 28, F. 29                    Gangguan Psikoaktif non-organik lainnya

                                                Atau YTT

F.3.  Gangguan suasana perasaan (mood / afektif)

          F.30, F.31.                     Episode manik, Gangguan afektif bipolar

          F. 32-F.39.                    Episode depressif, Gangguan depressi

Page 20: gangguan mental

                                                Berulang, Gangguan suasana Perasaan

                                                (Mood/afektif) menetap/lainnya/YTT.

F. 4. Gangguan Neurotik, Gangguan somatoform, dan  gangguan terkait  stress

          F. 40, F.41.                  Gangguan anxietas, Fobik atau lainnya

          F. 42.                                       Gangguan Obsesif- kompulsif

          F. 43, F.45, F.48           Reaksi terhadap stres berat, & gangguan                                                               

penyesuaian, gangguansomatoform,

                                                Gangguan neurotik lainnya.

          F. 44.                                       Gangguan dissosiatif (konversi)

F. 5. Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik

          F.50- F.55, F.59            Gangguan makan, gangguan tidur, Disfungsi

                                                Seksual, atau gangguan perilaku lainnya

F. 6.     Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa

           Gangguan kepribadian, gangguan kebiasaan danImpuls, gangguan identitas & preferensi seksual

F. 7.   Retardasi Mental

          F. 70 –F.79.                            Retardasi Mental         

F. 8.   Gangguan Perkembangan Psikologis

          F.80- F.89                     Gangguan Perkembangan Psikologis

F. 9.  Gangguan Perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada masa  anak dan remaja

Page 21: gangguan mental

              Gangguan Hiperkinetik, Gangguan tingkah laku, Gangguan emosional atau gangguan fungsi sosial

Khas, gangguan “tic”, atau gangguan perilaku & Emosional lainnya.

PEDOMAN DIAGNOSTIK DARI PPDGJ – III

1. Pedoman diagnostik disusun berdasarkan atas jumlah dan keseimbangan gejala-gejala, yang

biasanya ditemukan pada kebanyakan kasus untuk dapat menegakkan suatu diagnosis pasti.

2. Apabila syarat-syarat yang tercantum didalam pedoman diagnostik dapat dipenuhi, maka

diagnosis dapat dianggap pasti. Namun apabila hanya sebagian saja terpenuhi, maka

diagnosis masih bermanfaat direkam  untuk berbagai tujuan. Keadaan ini sangat tergantung

kepada pembuat diagnosis dan para pemakai lainnya untuk menetapkan apakah akan

merekam suatu diagnosis pasti atau diagnosis dengan tingkat kepastian yang rendah.

3. Deskripsi klinis dari pedoman diagnostik ini tidak mengandung implikasi teoritis, dan bukan

merupakan pernyataan yang komprehensif mengenai tingkat pengetahuan yang mutahir dari

gangguan tersebut. Pedoman ini hanya merupakan suatu kumpulan gejala dan konsep yang

telah disetujui oleh sejumlah besar pakar dan konsultan dari berbagai negara, untuk dijadikan

dasar yang rasional dalam memberikan batasan terhadap kategori-kategori diagnosis dan

diagnosis gangguan jiwa.

4. Disarankan agar para klinisi mengikuti anjuran umum untuk mencatat sebanyak mungkin

diagnosis yang mencakup seluruh gambaran klinis.

Bila mencantumkan lebih dari satu diagnosis, diagnosis utama diletakkan paling atas dan

selanjutnya diagnosis lain sebagai tambahan. Diagnosis utama dikaitkan dengan kebutuhan

tindakan segera atau tuntutan pelayanan terhadap kondisi pasien saat ini atau tujuan lainnya.

Bila terdapat keraguan mengenai urutan untuk merekam beberapa diagnosis, atau pembuat

Page 22: gangguan mental

diagnosis tidak yakin tentang tujuan untuk apa informasi itu akan digunakan, agar mencatat

diagnosis menurut urutan numerik dalam klasifikasi.

    

         

         

GANGGUAN JIWA

          Gangguan jiwa merupakan kondisi terganggunya kejiwaan manusia sedemikian rupa

sehingga mengganggu kemampuan individu itu untuk berfungsi secara normal didalam

masyarakat maupun dalam menunaikan kewajibannya sebagai insan dalam masyarakat itu.

(Dep Kes RI, 1997)

        Gangguan jiwa adalah perubahan perilaku yang terjadi tanpa alasan yang masuk akal,

berlebihan, berlangsung lama dan menyebabkan kendala terhadap individu tersebut atau

orang lain . ( Suliswati, 2005)

FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB GANGGUAN JIWA

Page 23: gangguan mental

Gangguan jiwa  dipengaruhi oleh banyak faktor. Dalam diktat kuliah psikiatri, Dr. dr. Luh Ketut

Suryani mengungkapkan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi karena tiga faktor yang bekerja

sama yaitu faktor biologik, psikologik, dan sosiobudaya.

FAKTOR BIOLOGIK

Untuk membuktikan bahwa gangguan jiwa adalah suatu penyakit seperti kriteria penyakit

dalam ilmu kedokteran, para psikiater mengadakan banyak penelitian di antaranya mengenai

kelainan-kelainan neurotransmitter, biokimia, anatomi otak, dan faktor genetik yang ada

hubungannya dengan gangguan jiwa.

Gangguan mental sebagian besar dihubungkan dengan keadaan neurotransmitter di otak,

misalnya seperti pendapat Brown et al, 1983, yaitu fungsi sosial yang kompleks seperti agresi

dan perilaku seksual sangat dipengaruhi oleh impuls serotonergik ke dalam hipokampus.

Demikian juga dengan pendapat Mackay, 1983, yang mengatakan noradrenalin yang ke

hipotalamus bagian dorsal melayani sistem monoamine di limbokortikal berfungsi sebagai

pemacu proses belajar, proses memusatkan perhatian pada rangsangan yang datangnya

relevan dan reaksi terhadap stres.

Pembuktian lainnya yang menyatakan bahwa gangguan jiwa merupakan suatu penyakit adalah

di dalam studi keluarga.

Pada penelitian ini didapatkan bahwa keluarga penderita gangguan afektif, lebih banyak menderita gangguan afektif daripada skizofrenia (Kendell dan Brockington, 1980),   skizofrenia erat hubungannya dengan faktor genetik (Kendler, 1983). Tetapi psikosis paranoid tidak ada hubungannya dengan faktor genetik, demikian pendapat Kender, 1981).

Walaupun beberapa peneliti tidak dapat membuktikan hubungan darah mendukung etiologi

genetik, akan tetapi hal ini merupakan langkah pertama yang perlu dalam membangun

kemungkinan keterangan genetik. Bila salah satu orangtua mengalami skizofrenia

kemungkinan 15 persen anaknya mengalami skizofrenia.

Sementara bila kedua orangtua menderita, maka 35-68 persen anaknya menderita skizofrenia,

kemungkinan skizofrenia meningkat apabila orangtua, anak dan saudara kandung menderita

skizofrenia (Benyamin, 1976). Pendapat ini didukung Slater, 1966, yang menyatakan angka

prevalensi skizofrenia lebih tinggi pada anggota keluarga yang individunya sakit dibandingkan

dengan angka prevalensi penduduk umumnya.

FAKTOR PSIKOLOGIK

Page 24: gangguan mental

Hubungan antara peristiwa hidup yang mengancam dan gangguan mental sangat kompleks

tergantung dari situasi, individu dan konstitusi orang itu. Hal ini sangat tergantung pada

bantuan teman, dan tetangga selama periode stres. Struktur sosial, perubahan sosial dan

tigkat sosial yang dicapai sangat bermakna dalam pengalaman hidup seseorang.

Kepribadian merupakan bentuk ketahanan relatif dari situasi interpersonal yang berulang-

ulang yang khas untuk kehidupan manusia. Perilaku yang sekarang bukan merupakan ulangan

impulsif dari riwayat waktu kecil, tetapi merupakan retensi pengumpulan dan pengambilan

kembali.

Setiap penderita yang mengalami gangguan jiwa fungsional memperlihatkan kegagalan yang

mencolok dalam satu atau beberapa fase perkembangan akibat tidak kuatnya hubungan

personal dengan keluarga, lingkungan sekolah atau dengan masyarakat sekitarnya. Gejala

yang diperlihatkan oleh seseorang merupakan perwujudan dari pengalaman yang lampau

yaitu pengalaman masa bayi sampai dewasa.

FAKTOR SOSIOBUDAYA

Gangguan jiwa yang terjadi di berbagai negara mempunyai perbedaan terutama mengenai pola

perilakunya. Karakteristik suatu psikosis dalam suatu sosiobudaya tertentu berbeda dengan

budaya lainnya. Adanya perbedaan satu budaya dengan budaya yang lainnya, menurut Zubin,

1969, merupakan salah satu faktor terjadinya perbedaan distribusi dan tipe gangguan jiwa.

Begitu pula Maretzki dan Nelson, 1969, mengatakan bahwa alkulturasi dapat menyebabkan

pola kepribadian berubah dan terlihat pada psikopatologinya. Pendapat ini didukung

pernyataan Favazza

(1980) yang menyatakan perubahan budaya yang cepat seperti identifikasi, kompetisi,

alkulturasi dan penyesuaian dapat menimbulkan gangguan jiwa.

Selain itu, status sosial ekonomi juga berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa

Goodman (1983) yang meneliti status ekonomi menyatakan bahwa penderita yang dengan

status ekonomi rendah erat hubungannya dengan prevalensi gangguan afaktif dan

alkoholisma. (litbang)

http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2005/8/3/k4.htm

Konsep penyebab gangguan jiwa yang popular adalah kombinasi bio-psiko-sosial. Gangguan

jiwa disebabkan karena gangguan fungsi komunikasi sel-sel saraf di otak, dapat

berupa kekurangan maupunkelebihan   neurotransmitter atau substansi   tertentu. Pada sebagian

Page 25: gangguan mental

kasus gangguan jiwa terdapat kerusakan organik yang nyata padas struktur otak misalnya

pada demensia. Jadi tidak benar bila dikatakan semua orang yang menderita gangguan jiwa

berarti ada sesuatu yang rusak di otaknya. Pada kebanyakan kasus malah faktor

perkembangan psikologis dan sosial memegang peranan yang lebih krusial. Misalnya mereka

yang gemar melakukan tindak kriminal dan membunuh ternyata setelah diselidiki disebabkan

karena masa perkembangan mereka sejak kecil sudah dihiasi kekerasan dalam

rumah tangga yang ditunjukkan oleh bapaknya yang berprofesi dalam militer. Jadi ilmu jiwa

justru merupakan satu-satunya ilmu yang mengenali penyakit medis secara komplet, yaitu dari

segi fisik, pola hidup dan juga riwayat perkembangan psikologis atau kejiawaan seseorang.

Oleh karena itu pengobatan ilmu kejiwaan juga bersifat menyeluruh, tidak sekedar obat minum

saja, tetapi meliputi terapi psikologis, terapi perilaku dan terapi kognitif/konsep berpikir.

Setiap individu hendaknya mengetahui konsep-konsep tentang gangguan jiwa dan

pencegahannya. Mungkin saat ini cukup banyak masyarakat awam yang rajin membaca rubrik

kesehatan baik lewat tabloid maupun internet, tapi sayangnya permasalahan gangguan jiwa

kurang popular jika dibandingkan masalah osteoporosis, hipertensi, penyakit jantung, stroke,

makanan sehat maupun kesehatan kulit. Padahal yang perlu diketahui, gangguan jiwa dapat

mengenai siapa saja. Apalagi di tengah kehidupan yang semakin dipenuhi stressor seperti

sekarang ini. Tahukah Anda bahwa profesi yang paling banyak melakukan bunuh diri

di USA itu justru dokter spesialis kejiwaan?

Oleh karena itu mempelajari ilmu kejiwaan adalah penting dan lebih penting lagi untuk dapat

mempraktekkan kiat-kita untuk mendapatkan jiwa yang sehat. 

Konsep yang perlu Anda pahami adalah ada 3 mekanisme pertahanan utama jiwa kita untuk

menolak terjadinya gangguan jiwa di tengah terpaan badai kehidupan sebagaimanapun. Ketiga

benteng jiwa yang sehat itu adalah personality yang tangguh, persepsi yang positif (positif

thinking)dan kemampuan adaptasi. Kepribadian yang tangguh adalah hasil pembelajaran

selama proses perkembangan sejak kecil, dan tentunya hal ini didapatkan dengan banyaknya

asupan nilai-nilai yang ditanamkan di keluarga dan disekolah serta didapatkan dari banyaknya

pengalaman langsung. Nilai-nilai hanya dapat berfungsi jika diterapkan langsung dalam

keadaan nyata yaitu dengan banyak bergaul baik dengan lingkungan benar maupun salah.

Apabila kita berani SAY YES di lingkungan yang benar dan SAY NO saat di lingkungan salah,

lama kelamaan kepribadian kita akan tangguh. Mengurung anak dengan tujuan

menghindarinya dari perkenalan dengan narkoba tidak menjamin bahwa kemudian ia tidak

terjebak narkoba, yang benar adalah menanamkan nilai-nilai yang tangguh kepada si anak

serta membiarkannya mengenal narkoba. Kepribadiannya yang tangguh itu sendiri yang akan

membuatnya berani menolak narkoba seumur hidupnya.

Page 26: gangguan mental

Persepsi juga perlu sebagai benteng kejiwaan. Seseorang yang selalu memandang peristiwa

yang menimpanya dengan positif dan memandang hari depannya dengan optimis maka ia

memiliki jiwa

yang sehat. Persepsi positif diperlukan terutama menghadapi kegagalan-demi kegagalan

dalam hidup sehingga tidak membuat diri menjadi frustasi berlebih maupun menyalahi diri

sendiri bahkan bunuh diri.

Dan yang tidak kalah penting adalah kemampuan adaptasi karena segala sesuatu dalam hidup

ini potensial untuk berubah. Hari ini bisa hidup mapan, tapi hari esok siapa tahu. Hari ini bisa

bertemu kelompok orang yang asyik, hari esok siapa yang dapat menjanjikan. Adaptasi akan

membuat jiwa kita meliuk-liuk dalam kehidupan seperti air yang mengalir. Dengan demikian

kita dapat selalu menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada. Setiap menghadapi bencana

maka kita dapat mengubah pemikiran dari “mengapa semua ini harus kualami” menjadi “

setelah semua ini menimpaku, aku harus melakukan apa?”. Dengan demikian kita akan dapat

bangkit dan semakin maju setiap kali terjatuh. Lain padang lain belalang, lain lubuk lain pula

ikannya. Artinya, jadilah seseorang yangflexible dengan keadaan yang ada, NOW and HERE.

Leonardo Paskah Suciadi

http://www.wikimu.com/News/2008.

NEUROSA   dan PSIKOSA

Angka kejadian/ Insidensi

*GANGGUAN JIWA RINGAN( NON-PSIKOTIK)

  20 – 60 PERMIL

*GANGGUAN JIWA BERAT (PSIKOTIK)

  1– 3 PERMIL

A. NEUROSA (PSIKONEUROSA)

Page 27: gangguan mental

Neurosa adalah kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena tidak dapat

diselesaikannya suatu konflik tidak sadar, kecemasan yang timbul dirasakan secara langsung

atau diubaholeh berbagai mekanisme pembelaan psikologik =>dan muncullah gejala-gejala

subyektif yang mengganggu.

Neurosa  merupakan istilah yang dipakai dalam sejarah penemuan gangguan ini, dan secara

diskriptif digunakan untuk menerangkan gangguan cemas, histeria, dan obsesi tanpa kelainan

fisik penderita.

Neurosa mengandung unsur etiologik dengan hakekat adanya konflik, dan penderita bereaksi

secara menyimpang terhadap beban kehidupan.

Gangguan yang timbul :

Ketegangan yang terjadi dari hubungan antar manusia yang mengecewakan sejak kecil,

sehingga mengganggu penyesuaiannya (adaptasi)

    Reaksi itu dapat berupa :

Ø Gangguan lihat

Ø Kelumpuhan

Ø Tremor

Ø Rasa takut

Ø Cemas

Tanpa ada kerusakan organis.

Neurosa merupakan istilah yang menerangkan sekelompok gangguan jiwa yang disebabkan

oleh faktor psikologik tanpa dasar fisik atau organik yang ditandai dengan kecemasan sebagai

gejala utama serta diikuti oleh tingkah laku yang tidak wajar.

PATOGENESE DAN DINAMIKA NEUROSA

Semua bentuk sumber kecemasan

Page 28: gangguan mental

Menimbulkan kecemasan

Berakar dalam kepribadian

Page 29: gangguan mental

dianggap sebagai sifat konstitusional

MASALAH YANG TIMBUL PADA GANGGUAN NEUROTIK

             Kecemasan yang mengambang bebas, biasanya serangannya mendadak

             Menyerupai gangguan fisik, mencakup gejala sensorik, motorik atau penyakit somatik

              Amnesia, fuque, kepribadian ganda, somnambulisme

             Ketakutan irrasional yang disadari oleh klien

5. Obsesif-kompulsif       Impuls atau pikiran irasional yang muncul yang disadari oleh klien

              Perasaan kesal, putus asa, celaan yang berlebihan terhadap diri sendiri

             Perasaan lemah, lelah, kurang minat, keluhan badaniah

8. Depersonalisasi            Perasaan asing dan tidak wajar terhadap dirinya sendiri, tubuh dan lingkungannya yang biasanya

disadari oleh klien.

            Perasaan cemas tentang adanya penyakit pada berbagai organ tubuhnya.

                

B.   PSIKOSA

Menurut PPDGJ I Th. 1973

Adalah suatu gangguan fungsi kepribadian (mental) seseorang sampai suatu taraf tertentu,

sehingga tidak memungkinkannya lagi melakukan beberapa tugas secara memuaskan seperti :

· Daya kemampuan menilai realitas

· Daya kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan dunia luar

· Daya kemampuan tanggapan Pancaindera

Page 30: gangguan mental

· Daya kemampuan tanggapan perasaan (afektif)

Menurut PPDGJ II Th. 1983

Adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality.)

Hal ini dapat diketahui dengan terdapatnya

*Gangguan pada hidup perasaan (afek dan emosi)

*Gangguan pada proses berfikir

*Gangguan pada psikomotorik dan kemauan,  sehingga  :

Semuanya tidak sesuai lagi dengan kenyataan, pasien tidak dapat“dimengerti” atau “dirasai” 

lagi oleh orang normal.

Orang awam sering menyebut  “GILA”, tetapi pasien sendiri merasa tidak sakit.

Menurut PPDGJ III Th. 1993

Istilah “Psikotik” dipertahankan sebagai suatu istilah diskriptif, khususnya dalam F.23.

Gangguan psikotik akut dan sementara. Penggunaannya tidak melibatkan asumsi mekanisme

psikodinamik, dan hanya menunjukkan adanya hallusinasi, waham, atasu sejumlah kelainan

perilaku tertentu, seperti eksitasi (kegairahan), dan overactivity (aktivitas yang berlebih),

retardasi psikomotor yang berat dan perilaku katatonik.

Konsep gangguan jiwa menurut  PPDGJ-III yang merujuk pada SDM IV adalah :

“ Mental disorder is conceptualized as clinically significant behavioral or psychological syndrome or pattera that occurs in an individual and that is associated with present distress (eg. A painfull symtom) or disability (ic, impairment in one or more important areas of functioning) or with a significant increased ask of suffering death pain, disability, or an important loss of freedom (Maskun Rusdi, 1998)

Evaluasi klien psikiatrik terdiri atas dua bagian : informasi subyektif yang dikaitkan oleh

pasien, dan informasi obyektif yang didapat melalui observasi. Hal ini merupakan dasar dari

suatu penilaian psikiatrik. Ini berlaku untuk individu pasien anak, dewasa, pasangan dan

keluarga (Dep Kes RI, 1997).

Page 31: gangguan mental

Pengertian Psikosa

Adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (“sense of reality”) Hal

ini diketahui dengan terdapatnya gangguan pada hidup perasaan (afek dan emosi), proses

berfikir, psikomotorik kemauan, sedemikian rupa sehingga semua ini tidak sesuai dengan

kenyataan lagi.

Penderita tidak dapat “dimengerti” dan tidak dapat “dirasai” lagi oleh orang normal, karena itu

seorang awampun dapat menyatakan bahwa orang itu “gila”, bila psikosa itu sudah jelas.

Penderita sendiri juga tidak memahami penyakitnya, ia tidak merasa sakit

( WF Maramis, 2004).

          Adalah suatu gangguan jiwa yang serius, yang timbul  karena penyebab organik ataupun

emosional (fungsional) dan yang menunjukkan gangguan kemampuan berfikir, bereaksi

secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai

dengan kenyataan itu, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup

sehari-hari sangat terganggu (WF Maramis,2004).

Psikosa ditandai dengan perilaku yang regrasif, hidup perasaan yang tidak sesuai,

berkurangnya pengawasan terhadap impuls-impuls serta waham dan hallusinasi. Istilah

psikosa dapat dipakai untuk keadaan seperti yang disebutkan diatas dengan variasi yang luas

mengenai

berat dan lamanya. Menninger menyebutkan lima sindroma klasik yang menyertai sebagian

besar pola psikotik, yaitu :

1. Perasaan sedih, rasa bersalah dan rasa tidak mampu yang mendalam

2. Keadaan rangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, disertai pembicaraan     dan

motorik yang berlebihan

3. Regresi ke otisme (“ Autism”), Manerisme pembicaraan dan perilaku, isi pikiran yang 

berwaham, acuh tak acuh terhadap harapan sosial

4. Pre okupasi yang berwaham, disertai kecurigaan, kecenderungan membela diri atau rasa

kebesaran

5. Keadaan bingung dan delirium dengan disorientasi dan hallusinasi

(WF Maramis, 2004)

Dapat digambarkan secara umum bahwa Psikosa adalah suatu gangguan jiwa yang serius

yang timbul karena penyebab organik ataupun fungsional (emosional /psikogenik) dan

menunjukkan gangguan kemampuan :

· Berfikir

Page 32: gangguan mental

· Bereaksi secara emosional

· Mengingat

· Berkomunikasi

· Menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan itu.

Sehingga tuntutan pemenuhan hidup sehari-hari sangat terganggu, ditandai dengan adanya :

Ø Perilaku yang regressif

Ø Alam perasaan yang tidak sesuai

Ø Berkurangnya pengawasan terhadap impuls-impuls

Ø Adanya waham dan hallusinasi

Pada umumnya keluhan atau gejala  pasien secara garis besar sbb:

a. Adanya gejala psikotik

b. Kecemasan yang tidak rasional dan perilaku menghindar

c. Gangguan afek

d. Perilaku antisosial

e. Keluhan fisik dan kecemasan yang tidak rasional tentang penyakit fisik

f. Kesulitan belajar dan konsentrasi

Masalah klasik yang timbul sehubungan dengan psikotik berkisar pada hal –hal berikut :

1. Gangguan pada alam perasaan, sedih, rasa bersalah dan perasaan tidak mampu yang

mendalam

2. Irritabilitas yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, pembicaraan dan motorik yang

berlebihan

3. Gangguan komunikasi, regressi ke otisme, manerism pembicaraan dan perilaku

4. Gangguan isi pikiran yang berwaham

5. Acuh tak acuh terhadap masa depan

6. Gangguan curiga, kecenderungan membela diri atau rasa kebesaran

Page 33: gangguan mental

7. Gangguan bingung dan delirium dengan gangguan orientasi dan hallusinasi.

Skizofrenia (Psikosa Fungsional)

Pengertian  :

Skizofrenia  adalah Demensia prekoks, dalam perjalanan penyakitnya memperlihatkan adanya

deteriorasi. Digolongkan katatonik, hebrefrenik dan keadaan paranoid, dasar gangguan ini

adalah terpecahnya fungsi-fungsi psikologik. Ia memberi nama baru dengan

istilah “Skizofrenia”, deteriorasi tidak selalu harus ada, isi dan arti dari gejala-gejala psikotik

lebih diutamakan

(WF Maramis, 2004)

 Psikopatologi

Penyebab gangguan skizofrenia belum diketahui dengan pasti. Adabeberapa teori penyebab :

1.  Teori Somatogenik

          (1) Keturunan                       :diturunkan melalui gen yang resesif

           :sering timbulnya skizofrenia pada waktu pubertas,  Kehamilan dan puerperium

          : Mungkin disebabkan oleh kesalahan metabolisme   (inborn error of metabolism)

(4) Susunan saraf pusat      : Diduga ada kelainan susunan saraf pusat yang dapat  menyebabkan gangguan neurotransmitter

2.  Teori Psikogenik

          (1) Adolf Meyer          : suatu kondisi mal-adaptasi

          (2) Sigmund Freud               : adanya kelemahan ego

                 (3) Eugen Bleuler            : adanya jiwa yang terpecah belah atau disharmoni

         

(4) Stres psikologik     : adanya persaingan antara saudara kandung, hubungan            yang

kurang baik dalam keluarga, pekerjaan dan   Masyarakat

Page 34: gangguan mental

3.  Teori Sosiogenik

          (1) Keadaan sosial ekonomi

          (2) Pengaruh keagamaan

          (3) Nilai-nilai moral dan lain-lain

4.Akhirnya muncul teori yang menganggap bahwa skizofrenia dapat  disebabkan oleh bermacam-

macam sebab, meliputi ketiga teori diatas ( Pandangan holistik)

(Pedoman Diagnosis dan terapi lab/UPF Ilmu Kedokteran Jiwa, 1997).

Gejala-gejala skizofrenia  dibagi menjadi 2(dua) kelompok :

          1.  Gejala-gejala primer

                   (1) Gangguan proses pikiran

                   (2) Gangguan emosi

                   (3) Gangguan kemauan

                   (4) Gangguan otisme

          2.  Gejala-gejala sekunder

                   (1) Waham

                   (2) Hallusinasi

                   (3) Gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain

                   (WF Maramis, 2004)

Skizofrenia dapat dibedakan menjadi beberapa tipe menurut  PPDGJ III  tahun  1993, yaitu :

          F 20. 0     Skizofrenia paranoid

Page 35: gangguan mental

          F 20. 1     Skizofrenia hebefrenik

          F 20. 2     Skizofrenia katatonik

          F 20. 3     Skizofrenia tak terinci (undifferentiated)

          F 20. 4     Skizofrenia pasca-skizofrenia

          F 20. 5     Skizofrenia residual

          F 20. 6     Skizofrenia simpleks

          F 20. 7     Skizofrenia lainnya

          F 20. 8     Skizofrenia YTT

           

          DIAGNOSA DAN DIAGNOSA BANDING

Menurut Eugen Bleuler  diagnosa skizofrenia sudah boleh dibuat bila terdapat  gejala-gejala

primer dan disharmoni (keretakan, perpecahan atau ketidak seimbangan) pada unsur-unsur

kepribadian (proses pikir, afek/emosi, kemauan dan psikomotorik), diperkuat dengan adanya

gejala-gejala sekunder.

Kurt Schneider (1939) menyusun gejala rangking pertama (“first rank symtoms) dan

berpendapat bahwa diagnosa skizofreniasudah boleh dibuat bila terdapat satu gejala dari

kelompok A dan satu gejala dari kelompok B, dengan syarat bahwa kesadaran penderita tidak

menurun.  (WF Maramis, 2004).

Gejala-gejala rangking pertama menurut Schneider ialah 

          1.   Hallusinasi pendengaran

                   (1) Pikirannya dapat didengar sendiri

                   (2) Suara-suara yang sedang bertengkar

                   (3) Suara-suara yang mengkomentari perilaku penderita

          2.      Gangguan batas ego

(1)Tubuh dan gerakan-gerakan penderita dipengaruhi oleh suatu kekuatan dari luar

Page 36: gangguan mental

(2) Pikirannya diambil atau disedot keluar

(3) Pikirannya dipengaruhi oleh orang lain atau pikirannya dimasukkan kedalam pikiran orang lain

(4) Pikirannya diketahui orang lain atau pikirannya disiarkan keluar secara umum

(5) Perasaannya dibuat oleh orang lain

(6) Kemauannya atau tindakannya dipengaruhi oleh orang lain

(7) Dorongannya dikuasai orang lain

(8) Persepsi yang dipengaruhi oleh waham

Menurut Prof. Kusumanto Setyonegoro (1967) membuat diagnosa skizofrenia dengan

memperlihatkan gejala-gejala pada tiga buah koordinat, yaitu :

(1) Koordinat pertama (intinya organobiologik)

Yaitu  :Otisme, gangguan afek dan emosi, gangguan assosiasi(proses berfikir), ambivalensi (gangguan

kemauan), gangguan aktivitas (abulia atau kemauan yang menurun) dan gangguan

konsentrasi.

(2) Koordinat kedua (intinya psikologik)

Yaitu   :gangguan pada cara berfikir yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan kepribadian dengan

memperhatikan perkembangan ego, sistematik motivasi dan psikodinamika dalam interaksi

dengan lingkungan

              (WF Maramis, 2004)

       PROGNOSA

     Dahulu bila diagnosa skizofrenia dibuat, maka ini berarti bahwa sudah tidak ada harapan lagi

bagi orang yang bersangkutan, bahwa kepribadiannya selalu akan menuju kemunduran

mental (deteriorasi mental).

       Dan bila seorang dengan skizofrenia kemudian menjadi sembuh, maka diagnosanya harus

diragukan.      

Page 37: gangguan mental

       Sekarang dengan pengobatan modern, ternyata bahwa bila penderita itu datang berobat dalam

tahun pertama setelah serangan pertama, maka kira-kira sepertiga dari mereka akan sembuh

sama sekali (“ Full remission atau recovery), sepertiga yang lain dapat dikembalikan ke

masyarakat walaupun masih harus sering diperiksa dan diobati selanjutnya (“Social

recovery”), sepertiga sisanya biasanya mempunyai prognosa yang jelek, mereka tidak dapat

berfungsi didalam masyarakat dan menuju

kekemunduran mental, sehingga mungkin menjadi penghuni tetap di Rumah Sakit Jiwa.

Untuk menetapkan prognosa, kita harus mempertimbangkan semua faktor dibawah ini :

1.    Kepribadian Pre-psikotik  : bila skizoid dan hubungan antar manusia memang     kurang

memuaskan, maka prognosanya lebih jelek. Bilaskizofrenia timbul secara akut, maka

prognosa lebih baik dari pada bila penyakit itu mulai secara pelan-pelan.

2.    Jenis skizofrenia                     : jenis katatonik memiliki prognosa paling baik dari pada semua

jenis. Jenis hebefrenia dan simpleksmemiliki prognosa yang sama jelek.

3.    Umur                                         : Semakin muda umur permulaannya, semakin jelek prognosanya

4.    Pengobatan                             : Semakin lekas mendapat pengobatan, semakin baik prognosanya

5.    Faktor keturunan                    : prognosa menjadi lebih berat bila didalam keluarga terdapat

seorang atau lebih yang juga menderitaskizofrenia.

      

(WF Maramis, 2004)

PENGOBATAN

       Pengobatan harus secepat mungkin diberikan, karena keadaan psikotik yang lama

menimbulkan kemungkinan yang lebih besar bahwa penderita menuju kekemunduran mental.

       Terapis jangan melihat kepada penderita skizofrenia sebagai penderita yang tidak dapat

disembuhkan lagi atau sebagai suatu makhluk yang aneh dan inferior. Keluarga atau orang

lain dilingkungan penderita diberi penerangan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih

sabar menghadapinya.

Macam-macam pengobatan

Page 38: gangguan mental

1.    Farmako terapi

2.    Terapi elektro- konvulsi (TEK)

3.    Terapi koma insulin

4.    Psikoterapi dan rehabilitasi

5.    Lobotomi Prefrontal

       (WF Maramis,  1998)

Farmakoterapi

                    Dari sudut organobiologi sudah diketahui bahwa padaskizofrenia (dan juga gangguan jiwa

lainnya) terdapat gangguan pada fungsi neurotransmitter sel-sel susunab saraf pusat (otak)

yaitu pelepasan zat dopamin dan serotonin yang mengakibatkan gangguan proses  pikiran,

alam perasaan dan perilaku sebagaimana yang telah diuraikan pada bab III : gejala

klinisskizofrenia. Oleh karena itu obat psikofarmaka yang akan diberikan ditujukan pada

gangguan fungsi neurotransmitter tadi, sehingga gejala-gejala klinis tadi dapat dihilangkan

atau dengan kata lain penderita skizofrenia dapat diobati

(Dadang Hawari, 2001)

       (1) Pemberian Anti psikosis

          1). Neuroleptika dosis efektif tinggi (diberikan) dalam dosis terbagi 2 – 3   kali/ sehari

          - Khlorpromazin  :          75 – 500 mg (per-os)

                                                     Injeksi 25 – 50 mg/kali (im)

          - Perazin                :          50 – 60 mg (per-os)

          -Thioridazin          :          75 – 500 mg (per-os)

          Diutamakan untuk skizofrenia yang disertai penyakit organik, misalnya skizofrenia dengan

gangguan hepar

Page 39: gangguan mental

  (2). Neuroleptika dengan dosis rendah (diberikan dalam dosis terbagi )   1-2 kali / sehari

- Flupenazin HCL      : 5 – 10 mg (per-os)

- Flupenazin depo       : 25 mg /4 minggu (intra musculer)

- Trifluoperazin          : 3 – 20 mg (per-os)

- Haloperidol               : 5 – 15 mg(per-os)

- Pimozid                      : 2 – 8 mg (per-os)

  (Pedoman Diagnosis dan terapi lab/UPF Ilmu Kedokteran Jiwa, 1994)

(3).  Terapi elektro-konvulsi (TEK)

              Tidak lebih unggul dibandingkan dengan obat-obatan, tetapi bila diberikan bersama-sama akan

lebih mempercepat proses penyembuhan.

              (Maramis, 2004)

(4). Terapi Koma insulin    

              Meskipun pengobatan ini tidak khusus, bila diberikan pada permulaan penyakit,  hasilnya

memuaskan. Prosentase kesembuhan lebih besar bila dimulai dalam waktu 6 (enam) bulan

sesudah penderita jatuh sakit. Terapi koma insulin memberi hasil yang baik

pada katatonia dan skizofrenia paranoid.

(WF Maramis, 2004)

(5).  Psikoterapi dan Rehabilitasi  

              Bertujuan untuk memperkuat fungsi ego dengan cara psikoterapi agar pasien bisa bersosialisasi.

Manipulasi lingkungan agar lingkungan dapat memahami dan menerima keadaan pasien,

membimbing dalam kehidupan sehari-hari, memberi kesibukan atau pekerjaan untuk pasien.

Mengawasi minum obat secara teratur dalam jangka waktu lama dan membawa pasien untuk

pemeriksaan ulang.

              (Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/UPF Ilmu Kedokteran Jiwa,1994)

(6).    Lobotomi Prefrontal

              Dapat dilakukan bila terapi lain secara intensif tidak berhasil dan bila penderita sangat

mengganggu lingkungannya.

              (WF Maramis, 2004)

       PERAWATAN KLIEN GANGGUAN JIWA

Page 40: gangguan mental

Menurut Carpenito (1989), pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang

melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk

mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Kelliat, 1991). Perawat memerlukan metode ilmiah

dalam melakukan proses terapeutik tersebut yaitu : Proses keperawatan. Penggunaan proses

keperawatan membantu perawat dalam melakukan praktek keperawatan, menyelesaikan

masalah keperawatan klien dan atau memenuhi kebutuhan klien secara ilmiah, logis,

sistematis dan terorganisasi.

       Pada dasarnya proses keperawatan merupakan salah satu teknik penyelesaikan

masalah (problem solving). Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan

keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi dan

diprioritaskan untuk dipenuhi dan diselesaikan.

       Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan

yang bersifat rutin, intuisi, tidak untuk bagi individu klien. Proses keperawatan mempunyai ciri

dinamis, siklik, saling bergantung, luwes dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika

keadaan klien berubah. Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung. Diagnosa

keperawatan tidak mungkin dapat dirumuskan jika data pengkajian belum ada.

       Proses keperawatan merupakan sarana/wahana kerjasama perawat dan klien yang umumnya

pada tahap awal peran perawat lebih besar dari peran klien, namun pada proses sampai akhir

diharapkan peran klien lebih besar dari peran perawat sehingga kemandirian klien dapat

tercapai. Kemandirian klien merawat

diri dapat pula digunakan sebagai kriteria kebutuhan terpenuhi dan atau masalah teratasi.

KEKAMBUHAN KLIEN GANGGUAN JIWA

Kekambuhan adalah suatu keadaan dimana penyakit dapat hilang timbul sewaktu-waktu

dengan kondisi yang sama ataupun berbeda (  Sullinger, 1988). Penderita gangguan jiwa

diperkirakan akan kambuh 50 % pada tahun pertama dan sekitar 70 % pada tahun kedua dan

100 % pada tahun kelima setelah pulang dari Rumah Sakit (Carson & Ross, 1997)

       Menurut Sullinger penyebab kekambuhan dapat diidentifikasi menjadi 4 antara lain :

      Klien (Penderita)

      Diketahui bahwa klien yang gagal minum obat dengan teratur mempunyai kecenderungan untuk

kambuh. Menurut hasil penelitian menunjukkan 25 % sampai 50 % klien dari  RS Jiwa tidak

memakan obat dengan teratur (Appleton, 1982 yang dikuti Sullinger, 1988). Klien kronis sulit

memakan obat karena adanya gangguan realitas dan ketidakmampuan mengambil keputusan.

Dokter sebagai pemberi resep

Page 41: gangguan mental

      Memakan obat dengan teratur dapat menekan terjadinya kekambuhan. Namun pemakaian

neuroleptika yang lama dapat menyebabkan efek samping Tardive diskenia yang bisa

mengganggu hubungan sosial seperti gerakan yang tidak terkontrol.

Perawat sebagai penanggung jawab kasus atau case manager

      Setelah klien pulang dari perawatan di Rumah Sakit, maka yang bertanggung jawab atas

program adaptasi klien di rumah adalah perawat Puskesmas. Penanggung jawab klien

mempunyai banyak waktu untuk bertemu klien, sehingga dapat mengidentifikasi gejala dini

dan segera mengambil tindakan

       Keluarga

      Dalam penelitian Snyder (1981) dan Vaugh (1976), memperlihatkan bahwa keluarga dengan

ekspresi emosi “Para penderita gangguan jiwa di negara kita masih menjadi golongan yang

tersisih. Kondisi ini disebabkan tingkat kesadaran masyarakat masih rendah, adanya stigma

negatif terhadap para penderita, ketertutupan pihak keluarga terdekat akibat perasaan malu

memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

hingga fasilitas pengobatan dan rehabilitasi yang masih kurang. Ini yang harus kita perbaiki,”

jelasnya.

Perawatan psikososial yang tinggi diperkirakan terjadi kekambuhan dalam waktu 9 bulan.

Hasilnya 57 % dirawat oleh keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi dan 17 % dengan

keluarga yang mempunyai ekspresi emosi rendah. Dengan terapi keluarga diharapakan dapat

menurunkan ekspresi emosi yang tinggi.   ( Budi Anna Kelliat, 1997).

Untuk itu, dr Widya menjelaskan perlu dilakukan perawatan intensif dengan pendekatan kekeluargaan (psikososial). Terapi jenis itu, lanjutnya, menekankan peran aktif anggota keluarga dan Iingkungan sekitar dalam interaksi dengan pasien. Namun untuk mencapai kondisi ini, pasien harus terlebih dulu menjalani terapi lain, seperti pemberian obat yang teratur hingga terapi kejang listrik (ECT).

Dokter Widya meminta agar tidak membiarkan pasien berada sendirian atau diganggu oleh ejekan lingkungannya. Pasien sebaiknya dilibatkan dalam pembicaraan yang menarik minatnya, atau berikan keleluasaan untuk menyalurkan bakat dan hobinya.

“Hal terpenting adalah jangan biarkan faktor penyebab stres menimpa mereka. Kita harus memasukkan perawatan dan rehabilitasi penyakit jiwa ini ke dalam program prioritas kesehatan masyarakat. Harus juga diupayakan supaya program jaminan sosial kesehatan masyarakat miskin (askeskin) mencakup pelayanan untuk para penderita gangguan jiwa. Hal ini harus kita lakukan sebagai bagian dan upaya mencapai derajat kesehatan komprehensif secara fisil, mental, dan sosial,” tambah Fachmi. (*/S-4)

Sumber : Media Indonesia , Rabu, 31 Oktober 2007

http://www.idijakbar.com/?show=detailnews&kode=19&tbl=terkini

Page 42: gangguan mental

GANGGUAN PSIKOTIK

- Hendaya berat dalam daya nilai realitas

                                               (+)

- Dasar organik            

                                               (-)

GANGGUAN NEUROTIK

- Daya nilai realitas tak terganggu

- Dasar Organik (-)

- Kepribadian tetap utuh

- Perilaku kadang - kadang terganggu tapi dalam batas norma-norma sosial

Page 43: gangguan mental

  PERBANDINGAN ANTARA PSIKONEUROSA DAN PSIKOSA

FAKTOR NEUROSA PSIKOSA

Perilaku Umum Dekompensasi kepribadian ringan, kontak dengan realita dan fungsi social terganggu

Dekompensasi kepribadian hebat, kontak dengan realita sangat terganggu, tidak dapat berfungsi sosial

Gejala – gejala Gejala psikologik dan somatik bervariasi luas, tetapi tidak terdapat hallusinasi atau gangguan proses berfikir, emosi dan tindakan yang ekstrim

Gejala bervariasi luas dengan waham dan hallusinasi, kedangkalan emosi dan perilaku hebat

Orientasi Penderita jarang kehilangan orientasi terhadap lingkungan

Penderita sering kehilangan orientasi terhadap lingkungan

Pemahaman (Insight)

Penderita sering masih memahami bahwa ia terganggu

Penderita jarang sekali memahami bahwa ia terganggu

Aspek Sosial Perilaku penderita jarang membahayakan diri sendiri atau masyarakat

Perilaku penderita sering berbahaya bagi diri sendiri dan atau masyarakat

Perawatan dan pengobatan

Jarang diperlukan perawatan di Rumah Sakit

Biasanya diperlukan perawatan di Rumah Sakit

Gejala gejala Klasik

Mengeluh, tetapi orang lain menganggap tidak apa-apa

Tidak merasa sakit, perilaku tidak wajar, orang lain terganggu.